MODUL PERKULIAHAN Manajemen Isu dan Krisis Strategi pengelolaan hubungan dengan para stakeholderss di saat krisis Fakultas Program Studi Tatap Muka Ilmu Komunikasi Public Relations 09 Kode MK Disusun Oleh 42023 Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Abstract Kompetensi Strategi pengelolaan hubungan dengan para stakeholderss di saat krisis: a. Pengenalan publik internal dan eksternal suatu organisasi. b. Pengelolaan hubungan dengan publik internal utama pada saat krisis: karyawan & investor / pemegang saham. Mahasiswa mampu memahami dan mengenali stakeholders, serta menjelaskan strategi mengelola hubungan dengan publik internal utama suatu organisasi pada saat krisis. 1. Strategi Pengelolaan Hubungan dengan para Stakeholderss di saat Krisis “Kemenangan Bisnis Selalu Bersembunyi Dalam Kekuatan Stakeholderss. Perusahaan Yang Cerdas Mencari Kemenangan Bisnis Melalui Kekuatan Stakeholderss, Akan Menjadi Nomor Satu Terbaik Di Dalam Bisnisnya.” – Djajendra Kualitas pengelolaan stakeholderss merupakan kunci keberhasilan perusahaan dalam mencapai kinerja optimal. Kecerdasan perusahaan untuk melibatkan, mengelola, memanfaatkan, dan berkomunikasi dengan setiap stakeholderss secara efektif, akan membuat semua tujuan dan rencana perusahaan mencapai keberhasilan sesuai harapan. Pada saat krisis menyerang perusahaan/organisasi, pengelolaan hubungan dengan para stakeholderss memegang peranan yang sangat penting. Kesalahan dalam mengelola hubungan dengan mereka pada saat krisis akan berakibat buruk pada perusahaan/organisasi. Parahnya suatu krisis yang menyerang perusahaan/organisasi tidak ditentukan oleh masalah itu sendiri tetapi oleh para stakeholderss yang terkena dampak serta bagaimana mereka bereaksi sebagai hasil dari apa yang terjadi. Tidak ada cara menilai seberapa baik sebuah organisasi berhasil mengatasi krisis. Pada akhirnya, penilaian tersebut hanyalah persepsi dan opini saja yang didasarkan pada seberapa efektif perusahaan/organisasi berkomunikasi dengan para stakeholderss-nya pertama kali hingga masalah yang menimpa perusahaan/organisasi benar-benar terpecahkan. Kegiatan Internal Public Relations merupakan kegiatan yang ditujukan untuk publik internal organisasi/perusahaan. Publik internal adalah keseluruhan elemen yang berpengaruh secara langsung dalam keberhasilan perusahaan, seperti; karyawan, manajer, direktur, pemegang saham, dewan komisaris perusahaan dan sebagainya. 14 2 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Melalui kegiatan Internal Public Relations diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan publik internal dari organisasi/perusahaan. Dengan hubungan yang harmonis antara pihak-pihak yang terkait dalam perusahaan maka akan tercipta iklim kerja yang baik. Dengan begitu kegiatan operasional perusahaan akan berjalan dengan lancar. Khalayak/publik perlu ditetapkan dalam suatu program PR agar seluruh kegiatan yang dikerjakan praktisi PR lebih terarah, terutama pesan-pesan yang akan disampaikannya agar menjadi lebih efektif. Penyebaran suatu pesan PR tidak dilakukan secara merata ke semua orang seperti halnya pesan-pesan iklan melalui media massa. PR bersifat diskriminatif dalam memilih khalayak. Setiap perusahaan/organisasi memiliki sendiri khalayak khususnya. Kepada khalayak yang terbatas itulah perusahaan/organisasi selalu menjalin komunikasi, baik secara internal maupun eksternal. Oleh karena itu, khalayak atau publik perusahaan/organisasi pun dibedakan menjadi Publik Internal dan Publik Eksternal. 1.1. a. Pengertian Stakeholders Jeff Madura : Suatu perspektif tanggung jawab sosial dari organisasi maju memandang lingkungan internal & eksternal sebagai suatu keragaman dari pihak-pihak yang berkepentingan. Orang yang menanggung akibat karena bisnis dan mereka yang mempunyai kepentingan di dalamnya. b. Freeman : Pihak-pihak yang berkepentingan secara langsung dengan organisasi- organisasi, diantaranya pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok atau suplier, para pemberi pinjaman dan masyarakat. c. Rhenald Kasali : Kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan dengan aktifitas organisasiorganisasi, karena memiliki kepentingan maka kelompok- kelompok tersebut mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan. d. Gugup Kismoro : Semua pihak yang dipengaruhi oleh aktifitas bisnis baik secara langsung maupun tidak langsung. 14 3 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh “aktifitas basis kedua” perusahaan. e. H.L Neilburg : Elvianto Ardianto : Setiap orang yang mempertahankan hidupnya bagi perusahaan. Masyarakat yang mempunyai kepentingan pada perusahaan.Publik itu disebut juga stakeholderss yakni kumpulan dari orang-orang atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Dari berbagai definisi tersebut di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa definisi stakeholders adalah; Para pihak baik internal maupun eksternal perusahaan yang memiliki kepentingan dengan perusahaan, baik langsung maupun tidak langsung. Stakeholders berbeda dengan publik. Stakeholders dapat dikatakan juga sebagai publik, namun publik belum tentu stakeholdesr atau tidak semua publik adalah stakeholders, walaupun kata “publik” seringkali digunakan untuk menggantikan kata “stakeholders”, namun tidak sebaliknya. Publik sendiri diartikan sebagai sekelompok orang yang memiliki kepentingan atau nilai-nilai yang sama dalam situasi tertentu. Ketika suatu publik berhubungan dengan sebuah perusahaan, maka publik tersebut barulah dapat dikatakan sebagai suatu stakeholderss yang artinya publik tersebut memiliki kepentingan dengan sebuah perusahaan atau dalam sebuah isu yang melibatkan perusahaan. Hal ini seperti dikatakan oleh Guth & Marsh (dalam Estaswara, 2010:2) sebagai berikut: “Public: any group of people who share common interests or values in a particular situations especially interests or values they might be willing act upon. When a public has a relationship with your organizations, the public is called a stakeholderss, meaning that it has a stake in your organization or in an issue potentially involveving your organizations”. Menurut Kasali (2003): Stakeholders adalah kelompok-kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan/organisasi yang mempunyai peranan dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Mereka juga adalah pihak-pihak yang menjadi khalayak sasaran kegiatan PR. Istilah publik dalam PR merupakan khalayak sasaran dari kegiatan PR tersebut. Publik ini merupakan kumpulan dari orang-orang atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Stakeholderss sendiri merupakan sebuah frasa yang terbentuk dari dua buah kata, yaitu “stake” dan “holders”. Secara umum, kata “stake” dapat diterjemahkan sebagai “kepentingan”, sedangkan kata “holders” dapat diartikan dengan ‘Pemegang”. Jadi seperti 14 4 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id telah diungkapkan oleh Guth & Masrsh (dalam Estaswara, 2010:2) di atas stakeholderss artinya adalah pemegang kepentingan, dalam bahasa Indonesia sering kali diterjemahkan dengan “pemangku kepentingan.” Berdasarkan penjabaran di atas, secara garis besar, konsep stakeholderss dapat didefinisikan sebagai berikut (Estaswara, 2010:2): “individu atau organisasi baik profit maupun non profit yang memiliki kepentingan dengan perusahaan sehingga dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan.” Walaupun definisi stakeholderss di atas hanya memiliki fokus pada perusahaan, tapi pengertiannya secara umum sebenarnya selaras dengan pemahaman tentang stakeholderss yang diajukan oleh Freeman (dalam Estaswara, 2010:2) yang sampai saat ini banyak dikutip oleh para akademisi, sebagai berikut: “any group or individual who can affect or is affected by the achievement of the firm’s objective.” 1.2. Pentingnya Stakeholderss Relations Didirikannya suatu perusahaan pasti memiliki tujuan, yang umumnya tercermin dalam visi dan misi korporat. Dalam mencapai tujuannya tersebut, setiap perusahaan harus menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam jangka panjang dengan pihak-pihak lain sehingga kinerja mata rantai bisnisnya dan jaringannya tetap terjaga dengan baik. Faktanya, tidak ada satu pun perusahaan di dunia ini yang dapat hidup dalam ruang hampa sosial. Tidak ada perusahaan yang dapat mencapai tujuan bisnisnya tanpa berhubungan dengan pihak-pihak lain, seperti karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah, media sampai komunitas (Estaswara, 2010:2-4). Oleh sebab itu, menjalin hubungan yang baik dengan stakeholders sangat penting, demi kelangsungan dan pencapaian tujuan perusahaan. Perusahaan yang mengabaikan hubungan baik dengan stakeholders akan banyak menemui kesulitan, sehingga sulit mencapai tujuan yang telah direncakan. 2. Pengenalan Publik Internal dan Eksternal suatu Organisasi 14 5 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dari berbagai uraian di atas jelas kiranya bahwa yang dimaksud dengan pubic dalam kegiatan PR adalah audiences sasaran kegiatan PR, atau disebut stakeholders. Pada dasarnya sasaran audiences kegiatan PR terdiri dari stakeholders internal dan stakeholders external. 2.1. Jenis Stakeholders: Stakeholders terdiri dari: Internal Stakeholders (Publik internal) dan External Stakeholders (publik eksternal). a. Internal Stakeholders (Publik internal) Adalah publik yang berada di dalam perusahaan, yang mempunyai kepentingan dan berhubungan langsung dengan perusahaan, serta lebih mudah dikendalikan. Publik internal adalah publik yang berada di dalam lingkup perusahaan/organisasi. Mereka terdiri dari: 1. Perusahaan Induk/Prinsipal (bila ada) 2. Anak Perusahaan/Perusahaan Cabang/Sister Company 3. Para Investor 4. Para Pemegang Saham 5. Dewan Direksi/Komisaris 6. Para Karyawan Perusahaan yang sudah ada 7. Serikat Pekerja/SPSI (terutama perwakilan yang ada dalam perusahaan/organisasi) 8. Keluarga dari para karyawan/anggota organisasi 9. Calon Karyawan perusahaan/anggota organisasi b. External Stakeholders (Publik eksternal) Adalah publik yang berada di luar perusahaan, yang mempunyai kepentingan dan tururt menentukan keberhasilan perusahaan. Meski keberadaan mereka diluar perusahaan, publik eskternal mempunyai kepentingan dan kontribusi yang tidak kecil dalam turut menentukan kesuksesan perusahaan. Publik eksternal terdiri dari: 1. Pelanggan/Konsumen/Pengguna produk & jasa perusahaan/organisasi 2. Media Massa (pers cetak, radio, televisi, internet) & Media Sosial 3. Mitra Usaha/Pemasok jasa dan berbagai macam barang (supplier) 14 6 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Para Distributor 5. Retailer 6. Pesaing 7. Pemerintah 8. Komunitas 9. Masyarakat Keuangan/Perbankan 10. Kelompok Penekan (Pressure Groups) 11. Para Pembentuk Opini (Opinion Leaders) 12. Organisasi Pekerja diluar perusahaan, Asosiasi 13. Masyarakat Umum INTERNAL PR PUBLIC 1. Perusahaan Induk (bila ada) 2. Anak perusahaan/Cabang bila ada 3. Investor 4. Pemegang saham 5. Manajemen (Direksi & Komisaris) 6. Karyawan yang ada 7. Serikat pekerja di dalam 8. Keluarga karyawan/anggota 9. Calon karyawan EKSTERNAL 1. Konsumen/pelanggan 2. Media massa & sosial 3. Pemasok (mitra usaha) 4. Distributor 5. Retailer 6. Pesaing 7. Pemerintah 8. Komunitas 9. Masy. Perbankan 10. Opinion leader 11. Kelompok penekan 12. Serikat pekerja di luar 13. Masyarakat umum 14 7 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Pengelolaan Hubungan dengan Publik Internal Utama pada Saat Krisis: Publik Internal Utama yang dimaksud dalam hal ini adalah; publik PR yang mempunyai hubungan langsung dengan perusahaan, dan biasanya berada di dalam perusahaan. 3.1. Pengelolaan Hubungan dengan Investor dan Pemegang Saham Para investor dan pemegang saham merupakan publik internal. Namun yang disebut sebagai investor bukan hanya para individu yang membeli surat-surat berharga saja, tetapi juga para analis investasi (yang memberi nasihat dan petunjuk untuk membeli atau tidak membeli surat berharga tertentu) dan pembeli partai besar yang merupakan suatu lembaga atau badan usaha (perusahaan yang khusus bergerak dalam usaha jual beli surat-surat berharga di bursa), yakni antara lain Yayasan Dana Pensiun, perbankan, perusahaan asuransi dan lembaga trust (Jefkins, 2003:83-84). Di kebanyakan negara yang baru memulai pembangunan industrinya, pemegang saham memiliki kekuasaan yang sangat besar terutama bila perusahaan tersebut belum go public. Namun bila perusahaan tersebut sudah go public dan tidak ada lagi konsentrasi kepemilikan saham pada pihak tertentu, manajemen akan dapat lebih berkuasa (Kasali, 2003:66-67). Seorang praktisi PR perlu merencanakan dan menjalankan program komunikasi keuangan untuk menjalin hubungan yang baik dengan para investor & pemegang saham serta menjaga kepercayaan mereka terhadap perusahaan. Jika suatu perusahaan gagal memberi informasi yang baik dan teratur kepada para investor & pemegang saham sehingga hubungannya menjadi tidak harmonis, maka harga sahamnya bisa merosot tajam atau investor menarik sahamnya dalam perusahaan, yang dapat mengancam kelangsungan perusahaan tersebut. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam melakukan hubungan dengan investor dan pemegang saham. Perusahaan juga harus mengadakan pertemuan secara periodik dengan para pemegang saham tersebut, baik yang perorangan maupun yang 14 8 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id institusi, dan memberikan presentasi yang komprehensif tentang strategi bisnis perusahaan. Selain itu, pertemuan periodik juga dapat dilakukan dengan para pialang saham dan para jurnalis keuangan yang dapat membantu menaikkan citra perusahaan karena para pemegang saham biasanya lebih mempercayai pihak ketiga ini dibandingkan orang dalam perusahaan. Menurut Beard (2004:11) dalam Effendy (2002:110-111) program komunikasi keuangan biasanya bertolak dari ‘kalender keuangan’ yang meliputi: 1. Produksi laporan dan catatan keuangan perusahaan 2. Pengumuman hasil periode awal dan pertengahan masa kerja 3. Dokumen-dokumen untuk pertemuan dengan para pialang dan pemegang saham 4. Pengorganisasian pertemuan tahunan dan kegiatan lain yang berhubungan dengannya. 5. Pertemuan berupa tatap muka dengan para investor dan perjalanan keliling para pemegang saham perorangan 6. Presentasi kepada para kreditor dan pihak media 7. Majalah/buletin perusahaan untuk publik eksternal 8. Laporan tahunan yang lebih berisi mengenai kegiatan perusahaan secara umum dan semua aspek dalam kehidupan perusahaan (bukan laporan keuangan) 3.2. Pengelolaan hubungan dengan para investor dan pemegang saham pada saat krisis Para investor & pemegang saham adalah stakeholder internal yang sangat penting setelah karyawan. Kesalahan dalam mengelola hubungan dengan para investor & pemegang saham pada saat krisis menyerang perusahaan bisa berakibat fatal. Mereka menjadi kehilangan kepercayaan pada perusahaan, dan bahkan akan menjual saham/melepas investasi mereka, sehingga harga saham perusahaan jatuh dan mudah diakuisisi oleh perusahaan lain yang jauh lebih kuat. Oleh sebab itu, tidak ada alasan yang kuat bagi perusahaan atau manajemen perusahaan untuk tidak mengelola hubungan baik dengan para investor dan pemegang saham, apalagi pada saat krisis. Bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi bila hubungan manajemen perusahaan dengan investor dalam kondisi yang tidak harmonis, tidak baik. 14 9 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Investor dan atau pemegang saham bisa berkurang atau bahkan hilang kepercayaannya terhadap manajemen, sehingga para investor dapat memberikan advise kepada pemegang saham untuk segera menarik atau menjual seluruh saham yang dimiliki di perusahaan tersebut kepada pihak lain, dalam waktu yang serentak. Dalam kondisi seperti ini, tentu merupakan kondisi yang makin menyulitkan bagai manajemen perusahaan. Intinya, pada saat krisis melanda perusahaan, manajemen harus tetap menjalin hubungan yang baik dengan investor dan pemegang saham guna memperteguh kepercayaan mereka, untuk tidak ragu terhadap upaya manajemen di dalam mengelola atau menanggulangi krisis, dan tidak tidak berpaling mengalihkan sahamnya kepada perusahaan lain. Pengelolaan hubungan dengan para investor dan pemegang saham pada saat krisis dapat dilakukan dengan berbagai upaya, diantaranya: 1. Segera memberitahukan situasi krisis yang menimpa perusahaan 2. Jangan sampai investor dan pemegang saham mendapat informasi terlebih dulu dari pihak luar 3. Melakukan pertemuan secara periodik 4. Memberitahukan secara tertulis yang disertai data-data tentang perkembangan perusahaan dalam menangani krisis 5. Memberitahukan pada saat RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) 6. Melakukan survey terhadap pemegang saham Penjelasannya: 1. Pada saat krisis menimpa perusahaan, manajemen segera memberitahukan kepada para pemegang saham dan investor. Untuk memberitahukan situasi krisis, perusahaan dapat mengadakan pertemuan secara periodik dan menyiapkan berbagai data tertulis yang memberitahukan perkembangan perusahaan dalam mengatasi krisis, terutama adalah masalah keuangan perusahaan. Dalam hal ini, departemen PR sebaiknya bekerja sama dengan Corporate Secretary yang lebih paham mengenai seluk beluk saham, terutama jika perusahaan sudah go public. Jika pertemuan secara periodik sulit dilakukan, mereka tetap harus diberi informasi mengenai perkembangan perusahaan mengatasi krisis melalui laporan 14 10 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang teratur, bisa melalui e-mail, surat tertulis dari manajemen perusahaan ataupun buletin (newsletter). 2. Dengan segera memberitahukan kepada investor dan pemegang saham, diharapkan mereka mendapatkan informasi lebih awal dari manajemen. Bukan informasi dari pihak lain yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Jangan sampai mereka mendapatkan informasi awal dari pihak luar, yang belum tentu kebenaran dan validitasnya. 3. Manajemen harus memiliki agenda untuk melakukan pertemuan secara periodik dengan pemegang saham dan investor. Manajemen juga harus mengadakan pertemuan secara periodik dengan para pemegang saham tersebut, baik yang perorangan maupun yang institusi, dan memberikan presentasi yang komprehensif tentang strategi bisnis perusahaan. Selain itu, pertemuan periodik juga dapat dilakukan dengan para pialang saham dan para jurnalis keuangan yang dapat membantu menaikkan citra perusahaan karena para pemegang saham biasanya lebih mempercayai pihak ketiga ini dibandingkan orang dalam perusahaan. 4. Memberitahukan secara tertulis yang disertai data-data tentang perkembangan perusahaan dalam menangani krisis kepada pemegang saham dan investor, merupakan upaya untuk menjaga hubungan dengan mereka. Pemegang saham dan investor dapat mengetahui sampai seberapa besar dampak yang akan ditimbulkan oleh krisis. Selain itu, pemegang saham dan investor menjadi tidak ragu terhadap menajemen, pemberitahuan yang disampaikan manajemen disertai dengan data otentik tentang upaya manajemen dalam menangani krisis, dan perkembangan krisis. Pengetahuan tentang ukuran pemegang saham serta detil tipe-tipe mereka akan memberikan indikasi yang baik tentang kemana arah pengambilan suara. Penyebaran geografis akan memberikan ide di daerah mana iklan perusahaan akan mengambil perannya. Sedangkan lamanya waktu mereka menjadi pemegang saham perusahaan akan menunjukkan kesetiaan mereka pada perusahaan. Jika misalnya, sebagian besar pemegang saham perusahaan telah menjadi pemegang saham selama lima tahun tetapi harga saham, profit atau pertumbuhan dividen telah jatuh selama masa periode yang sama, kesetiaan 14 11 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pemegang saham bisa dipertanyakan bila mereka mendapat penawaran pembelian saham yang menarik dari pihak yang ingin mengakuisisi perusahaan kita (Regester, 1996:161). 5. Selain itu, dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), masalah krisis yang telah terjadi harus dilaporkan dan dibicarakan dengan para investor & pemegang saham karena sangat berbahaya apabila mereka mendapatkan informasi tersebut dari pihak lain, seperti dari jurnalis keuangan misalnya. 6. Survey tentang sikap pemegang saham juga dapat dilakukan untuk terus memantau kesetiaan mereka terhadap perusahaan. Selain itu, data kunci tentang seluruh pemegang saham ini harus terus diperbaharui, termasuk data finansial per saham dan ramalan kinerja perjualbelian saham (Regester, 1996:161-162). Bila krisis yang terjadi adalah akibat penawaran yang tidak diinginkan dari perusahaan lain untuk mengakuisisi perusahaan kita atau disebut dengan hostile takeover, langkah awal kita adalah membagi kategori para pemegang saham ini berdasarkan ukurannya, yaitu apakah mereka perorangan, institusi atau calon pembeli saham. Kemudian juga dibagi kategorinya berdasarkan area geografis serta rata-rata lamanya mereka menjadi pemegang saham perusahaan. Hak-hak atas hukum untuk menemukan identitas para investor di belakang calon pemegang saham harus diminta dan firma-firma broker yang terlibat dalam transaksi saham yang lebih besar harus terus dimonitor (Regester, 1996:160161). Hubungan yang harmonis dengan para investor dan pemegang saham dengan manajemen, akan menimbulkan saling pengertian dan soliditas dengan perusahaan. Sehingga, pada saat terjadi krisis, para investor dan pemegang saham akan bersedia duduk bersama memberikan solusi-solusi terbaik dalam menghadapi krisis. Manajemen tidak merasa dibiarkan sendiri menghadapi krisis, melainkan krisis dihadapi bersamasama perusahaan dan investor serta pemegang saham. Selain itu, manajemen juga tidak akan disalahkan oleh para pemegang saham dan investor karena tidak segera memberitahukannya. Dan yang lebih penting, para pemegang saham dan investor tidak berpaling dari perusahaan dengan menarik saham yang telah ditanamkannya di perusahaan. 14 12 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3.3. Pengelolaan Hubungan dengan Karyawan Dimaksud dengan karyawan adalah orang-orang dalam perusahaan yang tidak memegang jabatan struktural, dan program komunikasi yang ditujukan kepada mereka disebut komunikasi internal. Suatu perusahaan/organisasi harus menyelenggarakan komunikasi internal yang baik, karena komunikasi internal bukan hanya memperlancar kegiatan saja, tapi justru yang menggerakkan perusahaan/organisasi tersebut kea rah tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi yang baik antara pihak manajemen dengan para karyawannya akan dapat memperbesar kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran perusahaan/organisasi. Seorang manajer PR yang bertugas membantu manajemen perusahaan/organisasi dalam menyelenggarakan komunikasi internal yang baik harus menguasai masalah dasar perusahaan/organisasi dan teknik-teknik komunikasi. Ia juga harus merumuskan dengan tepat program PR internalnya untuk jangka pendek maupun panjang dari sudut pandang yang luas. Tugas ini menjadikan PR berhubungan dengan hampir setiap anggota organisasinya. Hal penting lainnya yang perlu diketahui oleh seorang PR bahwa dalam perusahaan/organisasi, komunikasi berlangsung secara vertikal, horizontal dan diagonal. a. Komunikasi Vertikal Vertical Communication merupakan komunikasi yang dilakukan oleh pegawai bawahan kepada atasan maupun sebaliknya, pegawai atasan kepada bawahan. Komunikasi vertikal ke atas (vertical upward communication) baik melalui telepon maupun surat, bersifat resmi dan sungguh-sungguh. Dan pesan-pesan yang dikomunikasikan umumnya bersifat informatif. Sedangkan komunikasi vertikal ke bawah (vertical downward communication), pesan-pesannya lebih bersifat instruktif di samping bernada resmi dan sungguh-sungguh. b. Komunikasi Horizontal Horizontal Communication adalah komunikasi antara seorang pegawai dengan pegawai lain yang sama kedudukannya, misalnya antara seorang kepala bagian dengan kepala bagian lainnya, contohnya antara seorang manajer produksi dengan manajer pemasaran. Dalam situasi seperti itu, meskipun dalam situasi kerja, komunikasi dapat berlangsung lancar. Misalnya dalam percakapan telepon, tampak 14 13 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id adanya keakraban yang tidak jarang diselingi tawa karena kedua orang yang sedang berkomunikasi itu saling mengenal dan memiliki kedudukan yang setara. c. Komunikasi Diagonal Diagonal Communication atau komunikasi silang ialah komunikasi yang berlangsung antara seorang pegawai dari sebuah departemen dengan pegawai dari departemen lainnya dalam kedudukan yang berbeda, dalam arti yang satu lebih tinggi daripada yang lainnya, misalnya percakapan antara manajer pemasaran kepada supervisor produksi. Situasi komunikasi pada jalur ini umumnya tidak leluasa seperti pada jalur horizontal, tetapi juga tidak kaku seperti pada jalur vertikal. 3.4. Pengelolaan hubungan dengan karyawan pada saat krisis Pers (media) umumnya sangat bersimpati pada karyawan yang hak-haknya dilanggar oleh pihak manajemen. Peristiwa PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang tidak adil dapat merusak citra perusahaan bila diangkat oleh pers dan menjadi berita utama. Pada saat krisis menyerang perusahaan/organisasi, sangatlah vital untuk terus mengelola dan menjaga hubungan baik dengan karyawan. Karena karyawan merupakan salah satu stakeholders penting dalam perusahaan. Beberapa langkah pengelolaan hubungan dengan karyawan pada saat krisis diantaranya adalah: 1. Memberikan informasi yang benar kepada seluruh karyawan tentang situasi dan perkembangannya. 2. Manajemen harus jujur kepada karyawan 3. Membekali karyawan tentang bagaimana caranya menghadapi wartawan, pihak luar atau keluarga. 4. Memberikan informasi tentang rencana penanggulangan krisis yang akan ditempuh perusahaan. 5. Buka emphaty karyawan Penjelasannya: 14 14 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Memberikan informasi yang benar kepada seluruh karyawan tentang situasi dan perkembangannya. Manajemen atau perusahaan harus segera memberikan informasi yang benar dan jujur kepada seluruh karyawan, tentang situasi krisis dan perkembangannya terhadap perusahaan. Jangan biarkan karyawan mendapatkan informasi dari pihak luar terlebih dahulu. Karena situasi krisis, ada kalanya dimanfaatkan oleh pesaing untuk menyusupkan informasi guna menignkatkan kekacauan. Jangan sampai mereka mengetahui berita mengenai krisis yang menimpa perusahaan/organisasi mereka melalui media, seperti yang sering terjadi akibat pihak manajemen menutup-nutupi peristiwa yang sebenarnya terjadi. Para karyawan merupakan duta organisasi/ perusahaan dan mereka harus diposisikan untuk menjelaskan kepada para konsumen/ pelanggan, keluarga dan teman-teman mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi pada perusahaan/organisasi mereka. 2. Manajemen harus jujur kepada karyawan Manajemen harus berani jujur kepada karyawan tentang krisis yang menimpa perusahaan, meski pahit. Karyawan akan lebih mudah memaafkan karena diberi informasi yang jujur dan terbuka, daripada dibohongi. 3. Membekali karyawan tentang bagaimana caranya menghadapi wartawan, pihak luar atau keluarga. Dalam menghadapi karyawan, departemen PR dapat meminta dukungan dari departemen Personalia karena mereka yang lebih mengetahui teknis hukum kepegawaian. Para karyawan ini seharusnya memiliki akses terhadap pernyataan-pernyataan perusahaan kepada pers sebelum pernyataanpernyataan tersebut dikeluarkan. Jika memungkinkan, briefing harus dilakukan untuk memberikan kesempatan mereka untuk bertanya. Alternatif lainnya, mereka dapat terus diberi informasi melalui e-mail (intranet), surat dari manajemen senior, buletin (newsletter) yang dicetak atau majalah dinding. Seluruh karyawan harus segera dibeifing tentang bagaimana cara menghadapi wartawan, pihak luar atau keluarga. Tekankan, bahwa pada saat menghadapi wartawan, karyawan tidak boleh memberikan komentar apapun, kecuali dengan menjawab: “Sebaiknya anda bertanya kepada pers center, yang selalu siap dengan pertanyaan wartawan.” Begitu pula bila karyawan 14 15 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berhadapan dengan pihak luar. Karyawan harus diberikan bekal bagaimana menghadapinya. Misalnya dengan membekali kalimat sederhana: “Sudah ada tim yang menangani. Bila anda ingin tahu, silahkan bertanya ke tim krisis.” Sedangkan pada saat berhadapan dengan keluarga, biasanya karyawan agak sulit untuk mengelak. Sehingga akan banyak hal yang diceritakan kepada keluarganya. Dalam hal ini, manajemen juga harus membekali karyawan dengan kalimat sederhana yang tepat. Misalnya: “Kita serahkan saja kepada pimpinan untuk mengatasinya, dan kita bantu do;a.” 4. Memberikan informasi tentang rencana penanggulangan krisis yang akan ditempuh perusahaan. Perusahaan/organisasi harus jujur dan terbuka tentang keputusankeputusan yang sudah diambil untuk memecahkan masalah serta berbagi rencana “pemulihan” dengan para karyawan. Dan jangan lupa untuk terus memberitahukan perkembangan situasi secara teratur (Regester & Larkin, 2003:198). 5. Buka emphaty karyawan Membuka emphaty karyawan dapat dilakukan dengan meminta bantuan pihak luar, seperti motivator dan sebagainya. Tujuannya untuk mengetuk hati karyawan, membuka kesadaran sense of belonging (rasa turut meiliki) perusahaan. Hal ini penting untuk mendapatkan kesadaran mereka bahwa masalah yang sedang menimpa perusahaan/organisasi juga menjadi masalah mereka, karena bila terjadi sesuatu dengan perusahaan, mereka juga yang akan terkena dampaknya. Contoh pengumuman kebijakan “Jika kalian didekati oleh seorang anggota pers untuk berkomentar tentang aspekaspek kegiatan perusahaan, tolong katakan bahwa kalian bukanlah orang yang tepat untuk membantu permintaan mereka dan para wartawan seharusnya mengkontak kantor pers di Crisis Center perusahaan.” Bila peristiwa krisis yang terjadi di perusahaan melibatkan karyawan sebagai korbannya, yang harus diperhatikan perusahaan adalah bagaimana memberikan informasi 14 16 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kepada keluarga karyawan tersebut karena hal ini sering terlupakan dalam manajemen komunikasi krisis. Perusahaan-perusahaan yang sangat rawan terhadap peristiwa krisis seperti perusahaan konstruksi, pertambangan, transportasi hingga perusahaan-perusahaan yang memiliki pabrik sebaiknya meminta karyawannya mengisi form tentang siapa dari keluarga karyawan yang harus dihubungi perusahaan jika sampai terjadi kecelakaan terhadap karyawan tersebut. Dan data ini harus terus diperbaharui mengingat situasi keluarga karyawan pasti mengalami perubahan sehingga perusahaan tidak salah alamat dalam pemberitahuan kepada keluarga para karyawannya (Regester & Larkin, 2003:194). Contoh kekacauan akibat tidak adanya data keluarga karyawan pernah dialami oleh Occidental Oil dalam tragedi Piper Alpha di Aberdeen ketika para karyawannya yang bekerja di lepas pantai mengalami musibah. Perusahaan tersebut tidak memiliki data yang akurat tentang siapa keluarga karyawan yang harus pergi ke Aberdeen. Ternyata beberapa di antara karyawan yang bekerja di lepas pantai tersebut memiliki istri lebih dari satu orang, sehingga dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi ketika mereka berkumpul di satu tempat. Pertanyaan yang akan diajukan oleh keluarga karyawan tidak akan terlalu jauh berbeda dari contoh-contoh yang diberikan berikut ini, sehingga perusahaan dapat mempersiapkan jawabannya jika terjadi kecelakaan pada karyawan perusahaannya: 1. Apakah suami/istri/orang tua/anak kami ada di lokasi kejadian ketika kecelakaan terjadi? 2. Kalau ya, apakah ia selamat? 3. Jika dia terluka, di manakah dia sekarang dan kapan kami bisa berbicara kepadanya/menjenguknya? 4. Jika dia memang terluka, seberapa parahkah lukanya dan sekarang dirawat di mana? 5. Apakah perusahaan akan membantu kami mendatangi lokasi kejadian/tempat keluarga kami dirawat? Jika yang terjadi adalah hal yang terburuk, yaitu kematian karyawan perusahaan, informasinya jangan pernah disampaikan melalui telepon. Seorang wakil senior dari perusahaan harus mendatangi keluarga karyawan, mungkin dengan ditemani oleh pihak 14 17 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang berwenang seperti polisi atau wakil dari rumah sakit, untuk memberitahukan berita duka tersebut langsung kepada keluarga karyawan yang bersangkutan. 1. Daftar Pustaka: Effendy, Drs. Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Estaswara, Helpris. 2010. Stakeholder Relations. Jakarta: Universitas Pancasila. Jefkins, Frank disempurnakan oleh Daniel Yadin. Public Relations. Edisi Kelima. Terjemahan Haris Munandar, M.A. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003. Kasali, Rhenald. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT. Pusaka Utama Grafiti, 2003. Putra, I Gusti Ngurah. Manajemen Hubungan Masyarakat. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1999. Regester, Michael, Judy Larkin. Risk Issues and Crisis Management in Public Relations. New Delhi: Crest Publishing House, 2003. Regester, Michael. Crisis Management. Jakarta: Financial PR London School of Public Relations, January 1996. White, John, Laura Mazur. Strategic Communications Management: Making Public Relations Work. Great Britain: Addison-Wesley Publishers Ltd., 1995. 14 18 Tehnik Lobi, Negosiasi dan Diplomasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id