MODUL PERKULIAHAN Komunikasi Antar Budaya Pengertian dan Fokus Kajian Komunikasi Antarbudaya Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Periklanan Tatap Muka 02 Kode MK Disusun Oleh 85012 Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Abstract Kompetensi Komunikasi antar budaya memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi individu-individu atau kelompokkelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan interaksi. Mahasiswa dapat memahami Fokus Kajian Komunikasi Antar Budaya dalam ranah ilmu komunikasi yang membedakan dengan bidang disiplin ilmu lain Pengertian Komunikasi Antar dan Fokus Kajian Budaya Pembuka Berbicara mengenai komunikasi antar budaya, maka kita harus melihat dulu beberapa defenisi berdasarkan pendapat para ahli antara lain : a. Sitaram (1970) : Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan (intercultural communication…….. the art of understanding and being understood by the audience of mother culture). b. Samovar dan Porter (1972) : Komunikasi antar budaya terjadi manakalah bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai (intrcultural communication obtains whenever the parties to a communications act to bring with them different experiential backgrounds that reflect a long-standing deposit of group experience, knowledge, and values). c. Rich (1974) : Komunikasi antar budaya terjadi ketika orang-orang yang berbeda kebudayaan (communication is intercultural when accuring between peoples ofdifferent cultures). d. Stewart (1974) : Komunikasi antara budaya yang mana terjadi dibawah suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiada dan kebiasaan (interculture communications which accurs under conditions of cultural difference-language, cunstoms, and habits). e. Sitaram dan Cogdell (1976) : Komunikasi antar budaya …interaksi antara para anggota kebudayaan yang berbeda (intercultural communications …….interaction between members of differing cultures). f. Carley H.Dood (1982) : Komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan penerimaan pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang berbeda (intercultural communication is the ‘13 2 Komunikasi Antar Budaya Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sending and receiving of message within a context of cultural differences producing differential effects). g. Young Yun Kim (1984) : Komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa yang merujuk dimana orang – orang yang terlibat di dalamnya baik secara langsung maupun tak tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda (inercultural communication…refers ti the communications phenomenon in which participant, different in cultural background, come into direct or indirect contact which ane another). Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi individuindividu atau kelompokkelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan interaksi. Komunikasi dan budaya yang mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu. Definisi lain yang perlu di simak adalah didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19). Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (Liliweri 2003, p. 13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua ‘13 3 budaya tersebut Komunikasi Antar Budaya Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si sedang melaksanakan Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id proses komunikasi. Tema pokok yang sangat membedakan studi KAB dari studi komunikasi lainnya ialah derajat perbedaan, latarbelakang, pengalaman yang relatif besar antara para komunikator, yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan kebudayaan. Sebagai asumsi dasar adalah bahwa di antara individu-individu dengan kebudayaan yang sama umumnya terdapat kesamaan (homogenitas) yang lebih besar dalam hal latar belakang pengalaman secara keseluruhan dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kebudayaan berlainan. Perbedaan-perbedaan kebudayaan antara para pelaku komunikasi ini serta perbedaan lainnya, seperti kepribadian individu, umur, penampilan fisik, menjadi permasalahan inheren dalam proses komunikasi manusia. Dengan sifatnya yang demikian, KAB dianggap sebagai perluasan dari bidang-bidang studi komunikasi manusia, seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Dalam perkembangannya teori KAB telah menghasilkan sejumlah defenisi, diantaranya adalah: Komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaan lain. (Sitaram, 1970) Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi diantara orang-orang yang berbeda kebudayaan. (Rich, 1974) Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan. (Stewart, 1974) Komunikasi antarbudaya menunjuk pada suatu fenomena komunikasi di mana para pesertanya memiliki latar belakang budaya yang berbeda terlibat dalam suatu kontak antara satu dengan lainnya, baik secara langsung atau tidak langsung. (Young Yung Kim, 1984) Dari defenisi tersebut nampak jelas penekanannya pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi dan interaksi yang terjadi di dalamnya. Karena itu dua konsep terpenting di sini adalah kontak dan komunikasi merupakan ciri yang membedakan studi KAB dari studi-studi antropologi dan psikologi lintas budaya yang berupaya mendeskripsikan kebudayaan-kebudayaan antarbudaya. Sejauh ini upaya pemerhati KAB lebih banyak diarahkan pada aspek intracultural atau pun crosscultural, buakan studi-studi intercultural dari komunikasi. Sebagaimana tradisi penelitian antropologi dan psikologi lintas budaya (cross-cultural psycology), kebanyakan dari kegiatan penelitian memusatkan perhatian pada ; pola-pola komunikasi dalam kebudayaan-kebudayaan tertentu, studi komparatif lintas budaya mengenai fenomenafenomena komunikasi. ‘13 4 Komunikasi Antar Budaya Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Istilah-Istilah yang Berkaitan dengan KAB Kadang – kadang beberapa istilah yang menunjukkan adanya perbedaan kebudayaan dalam komunikasi di perguruan tinggi secara interchangeable (dapat ditukar-tukar secara berganti-gantian), tetapi sebenarnya masing-masing mempunyai pengertian yang berbedabeda. Beberapa ahli telah mencoba membuat klasifikasi dan penekanan perbedaan pengertian sebagai berikut : Sitaram (1970) menegaskan perbedaan intercultural Communication (lihat defenisi sebelumnya) dengan International Communication yang diartikannya sebagai interaksi antara struktur-struktur politik atau negara-negara, yang sering dilakukan oleh wakil-wakil dari negara-negara, atau bangsa-bangsa tersebut (“interaction between structures or nations, often carried on by representatives of those nations”). Ia juga mengemukakan tentang Intracultural Communications yang terjadi antara individu-individu dari kebudayaan yang sama dan bukan antara individu-individu dari kebudayaan-kebudayaan yang berbeda (“takes place among individuals of different cultures”). Sedangkan Minority Communication adalah komunikasi antara anggota-anggota suatu subbudaya minoritas dengan anggota anggota budaya mayoritas yang dominan (“Communications between the people of a minority sub-culture and those of the majority dominant culture”). Arthur Smith (1971) mengemukakan tentang Transcracial Communication, sebagai pengertian yang dicapai oleh orang-orang dari latar belakang etnik atau ras yang berbeda dalam suatu situasi interaksi verbal (“the understanding that persons from different ethnic or racial backgrounds can achieve in a situation of verbal interaction”); dalam pengertian ini tercakup dalamnya baik dimensi rasial maupun etnik (“it includes both rasial and ethnic dimensions”); hal mana untuk membedakan komunikasi transrasial dari komunikasi internrasial, yang biasanya menunjukkan perbedaan hanya dalam artiras (“….to differentiate transracial communication from the much-used term interracial. Which usually denotes differences in race only”). Rich (1974) sebaliknya dari Sitaram, melihat pengertian dari minority dan majority sebagai suatu hal yang bersifat relatif serta hasil penelitian yang subyektif. Maka ia lebih memilih istilah Intteracial Communication yaitu komunikasi antara anggota-anggota dari kelompokkelompok rasial yang berbeda (“Communication between members of differing, ethnic groups”). Ia juga mengemukakan pengertian lain, Contracultural Communication, yaitu komunikasi antara anggota-anggota dari dua kebudayaan yang asing satu sama lain, tetapi ‘13 5 Komunikasi Antar Budaya Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id secara relatif sejajar, dalam suatu hubungan kolonial, di mana satu kebudayaan di paksa untuk tunduk pada kekuasaan kebudayaan yang lain (“Communication between …members of two strange but relativerly equal culture in a colonial relatinship where one culture is forced to submit to the power of the other”). Prosser (1978) merumuskan Countercultural Contracultural sebagai interaksi antara anggota-anggota suatu kelompok subbudaya yang anggota-anggotanya, terasingkan dari kebudayan atau masyarakat yang dominan, tetapi secara aktif dapat melawan nilai-nilai tadi, sehingga sering kali menghasilkan konflik (that interaction between members of a subcultural or cultural group whose members largely are alienated from the dominant culture or society, but may actively work againts these values. Conflict is often the result”). Gerhard Malezke, seperti halnya Sitaram, juga membedakan pengertian Intercultural Communication (lihat defenisi sebelumnya) dari International Communication yang dirumuskannya sebagai Proses komunikasi antara negaranegara atau bangsa-bangsa yang melampaui batas-batas negara (“is the communication process between different countries or nations across frontiers”). Dari kedua defenisi tersebut dapat ditarik pengertian bahwa keduanya bisa berarti sama, tetapi tidak selalu harus demikian. Seringkali komunikasi internasional terjadi antara orangorang dari kebudayaan yang sama, tetapi terpisahkan oleh batas internasional atau negara. Sebaliknya bisa saja komunikasi antar budaya terjadi antar orang-orang dalam batas negara yang sama, tetapi dengan asak kebudayaan yang berlainan, seringkali dengan bahasa-bahasa yang berlainan seperti kelompok kelompok minoritas. Karenanya, orang cenderung untuk memakai kata ‘internasional’ jika berbicara tentang komunikasi pada tingkat murni politik yang dilakukan wakil-wakil negara, sedangkan konsep antar budaya (intercultural) lebih ditujukan untuk penggambaran realita sosiologis dan anthropologis. Kadang – kadang dipakai juga istilah Supranational atau bahkan Comparative Communication. Walaupun dalam hal penggunaan istilah ini tidak ada konsensus yang mutlak, tetapi malapetaka telah membuat satu garis pemisah yang lebih jelas. Penelitian dalam bidangbidang komunikasi internasional maupun antar budaya tidak dapat disamakan dengan penelitian dalam bidang komunikasi komparatif (perbandingan). Yang menjadi titik pokok dari semua penelitian tentang proses-proses komunikasi antar budaya ialah : hubungan atau kontak-kontak antara orang-orang dari negara ‘13 6 Komunikasi Antar Budaya Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang berlainan. Sedangkan penelitian dalam bidang komunikasi perbandingan, mempelajari dan membandingkan sistem-sistem komunikasi dari bermacam-macam kebudayaan dan negara untuk kemudian menarik perbandingan dari perbedaan perbedaannya atau persamaan-persamaanya. Dodd (1982) membagi situasi perbedaan antar budaya, khususnya yang biasa dimasukkan ke dalam pengertian komunikasi subbudaya (Subcultural Communications) ke dalam : (1) Interethnic Communication: Yaitu komunikasi antara dua atau lebih orang dari luar latar belakang etnik yang berbeda )”…. Communications between two or more persons from different ethnic backgrounds”). Kelompok etnik adalah kumpulan orang yang dapat dikenal secara unik dari warisan tradisi kebudayaan yang sama, yang seringkali asalnya bersifat nasional. Contohnya di AS : Italian American, Polish American. Mexican American, Puerto Rican American. Di Indonesia, tentunya yang dimaksud dengan kelompok etnik ialah berbagai suku bangsa yang ada dalam wilayah negara Indonesia, seperti : Suku Jawa, Sunda, Batak, Minang, dll, yang bisa melampaui batas subwilayah secara geografik. (1) Interracial Communication Yakni komunikasi antara dua atau lebih orang dari latar belakang ras yang berbeda (“communication between two or more persons of differing racial background”). Sedangkan ras yang diartikannya sebagai ciri-ciri penampilan fisik yang diturunkan dan diwariskan secara genetik. Pokok perhatian yang penting disini adalah bahwa perbedaan-perbedaanras menyebabkan perbedaan perbedaan perseptual yang menghambat berlangsungnya komunikasi, bahkan sebelum ada sama sekali usaha untuk berkomunikasi. (1) Countercultural Communinication : Melibatkan orang-orang dari budaya asal atau pokok yang berkomunikasi dengan orangorang dari subbudaya yang terdapat dalam budaya pokok tadi (“….involves persons from a parent culture communication with persons from subcultures within the parent culture”). Dengan mengutip perumusan Prosser tentang Countercultural Communication (lihat di depan), Dodd pada pokoknya menekankan sifat dari subbudaya pada situasi khusus antar budaya di sini yang menolak nilai-nilai yang sudah diakui masyarakat luas (‘establisment values’) saat ini. (1) Social Class Communication: ‘13 7 Komunikasi Antar Budaya Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Beberapa perbedaan antara orang-orang adalah berdasarkan atas status yang ditentukan oleh pendapatan, pekerjaan dan pendidikan. Perbedaan ini menciptakan kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Menyertai perbedaan ini adalah perbedaan dalam hal pandangan, adat kebiasaan dan lain sebagainya. Walaupun dalam beberapa hal tertentu kelas-kelas sosial ini memiliki bersama aspek-aspek kebudayaan pokoknya. (2) Group Membership : Merupakan unit-unit subbudaya yang cukup menonjol. Berdasarkan homogenitas dalam karakteristik – karakteristik ideologik, ditambah dengan loyalits kelompok, banyak perbedaan-perbedaan antar kelompok yang meletus menjadi konflik serius. Misalnya perang antara kaum protestan dan katolik di Irlandia Utara atau perang antara penganut agama Islam dan Kriten di Libanon. Juga faktor – faktor jenis kelamin, tempat tinggal (seperti daerah rural atau urban) dan umur dapat menentukan perbedaan – perbedaan kelompok (group) ini. Selain pembagian mengenai perbedaan antar subbudaya tersebut, Dodd juga merumuskan International Communication sebagai komunikasi antara negaranegara oleh media massa, cara-cara diplomatik dan saluran-saluran antar pribadi lainnya. Yang menjadi titik pusat perhatian disini bukanlah bentuk dari pesan, melainkan kenyataan bahwa variabel-variabel geografik politik dan nasionalitas mendominasi transaksi yang terjadi. Contohnya adalah perjanjian perdamaian di Paris, Perjanjian perdamaian di Camp David, sebagai contoh dari konperensi tingkat tinggi antar negara, serta kegiatan yang dilakukan oleh VOA. Dua istilah yang paling sering digunakan secara berganti-ganti, untuk menunjuk pada suatu pengertian yang sama ialah “Crosscultural Communication” dan “Interncultural Communication”. Fokus dan Wilayah Kajian Komunikasi Antar Budaya Bahasa Salah satu yang menjadi fokus kajian komunikasi antar budaya adalah dari segi bahasa teoretikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah eksistensi perilaku sosial, menurut Larry R Barkerbahasa memliki tiga fungsi pertama penamaan (naming atau pelabelan) interaksi dan tansmsi informasi penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha identifikasi subjek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. ‘13 8 Komunikasi Antar Budaya Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Fungsi komunikasi menurut Barker menekankan berbagai gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Selain itu Book juga mengungkapkan, agar komunikasi kita berhasil, setidaknnya bahasa harus memenuhi tiga fungsi yaitu untuk mengenal dunia disekitar kita, berhubungan dengan orang lain, dn untuk menciptakan kohersi dalam sebuah hubungan. Penyandian Encoding dapat dijelaskan sebagai suatu kegiatan internal seseorang untuk memilih dan merancang perilaku verbal dan nonverbalnya yang sesuai dengan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis guna menciptakan suatu pesan. Persepsi Persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkanlah persepsi. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu,semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Persepsi meliputi : 1. Penginderaan ( sensasi ), melalui alat – alat indra kita ( indra perasa, indra peraba, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar ). Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra itu mempunyai andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. 2. penglihatan yang menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan pengecapan, terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi, seperti bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam dipantai. 3. Atensi atau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ‘13 9 Komunikasi Antar Budaya Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ingatan dan, proses kognitif lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu. Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar. 4. Interpretasi adalah, proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan). Faktor – faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat ekonomi, pekerjaan, dan cita rasa sebagai faktor – faktor internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas. Denagn demikian persepsi itu terkait oleh budaya ( culture – bound ). Kelompok – kelompok budaya boleh jadi berbeda dalam mempersepsikan sesuatu. Orang Jepang berpandangan bahwa kegemaran berbicara adalah kedangkalan, sedangkan orang Amerika berpandangan bahwa mengutarakan pendapat secara terbuka adalah hal yang baik. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mengemukakan 6 unsur budaya yang secara langsung mempegaruhi persepsi kita ketika kita berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yakni: 1. kepercayaan (beliefs), nilai ( values ), sikap ( attitude ) 2. pandangan dunia ( world view ) 3. organisasi sosial ( sozial organization ) 4. tabiat manusia ( human nature ) 5. orientasi kegiatan ( activity orientation ) 6. persepsi tentang diri dan orang lain ( perseption of self and other ) Setiap orang memperhatikan, mengorganisasikan dan menafsirkan semua pengalamannya secara selektif. Stimuli secara secara selektif artinya, stimuli di urutkan, dan selanjutnya, disajikan sebuah gambaran yang menyeluruh, lengkap, dan dapat di indera. Tidak mudah memahami cara orang lain mengorganisasikan sekaligus memikirkan cara kita sendiri. Setelah stimuli dipersepsi dan diorganisasikan secara selektif, selanjutnya stimuli ditafsirkan secara selektif pula, artinya stimuli diberi makna secara unik oleh orang yang menerimanya. Seperti mempersepsi benda, mempersepsi orang lain juga dapat ditinjau dari 3 unsur yaitu ‘13 10 Komunikasi Antar Budaya Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. pengamat 2. objek persepsi 3. konteks yang berkaitan denagn objek yang diamati Sebagai pengamat anda juga dipengaruhi oleh atribut-atribut anda sendiri. Misalnya orang cenderung membuat penilaian umum, positif ataupun negatif. Namun, karena persepsi personal merupakan proses tradisional, maka atribut – atribut tersebut dapat berubah. Sesekali kesalahan persepsi dapat diperbaiki. Namun, biasanya suatu kesalahan persepsi diikuti kesalahan persepsi lainnya. Sehingga, penyimpangan yang terjadi semakin parah. Terkadang, persepsi yang kita miliki berbeda dengan orang lain. Perbedaan persepsi bisa mengakibatkan ketidak efektifan komunikasi. Bagaimana mungkin kita berkomunikasi dengan baik apabila yang kita anggap atau apa yang ada di kepala kita berbeda dengan apa yang ada di kepala lawan komunikasi kita? Akan sangat mudah menyebabkan miss communication di sini. Ketika perbedaan persepsi semakin dalam dan lebar, kita akan sulit mengkomunikasikan pesan yang ingin kita sampaikan karena yang kita maksudkan tidak akan dterima sama dengan orang lain. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Bahkan tidak selamanya akan sama. Namun, kesamaan atau kemiripan persepsi akan menyebabkan munculnya kelompokkelompok sosial, identitas, dan budaya. Hal ini dikarenakan, orang cenderung berkomunikasi dengan nyaman dan lancar ketika komunikan mereka memiliki kesamaan persepsi dengan mereka. Jika mereka saling berkomunikasi dengan lancar, maka mereka cenderung semakin sering berkomunikasi satu sama lain. Prasangka Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium yaitu keputusan yang diambil yang tanpa ada penelitian dan pertimbangan cermat, tergesa-gesa, tidak matang. Prasangka adalah dugaan-dugaan yang memilki nilai kearah negatif. Namun dapat pula dugaan ini bersifat positif. Jadi, Prasangka sosial adalah suatu sikap yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain. Sumber utama yang biasa menghasilkan prasangka adalah perbedaan antar kelompok, yakni perbedaan etnis atau ras, perbedaan posisi dalam kuantitas anggota yang menghasilkan kelompok mayoritas dan minoritas, serta perbedaan ideologi. Sumber lain dari prasangka adalah kejadian histories (Koeswara, 1988). ‘13 11 Komunikasi Antar Budaya Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Empati dan Feed Back Umpan balik adalah informasi yang tersedia bagi sumber yang memungkinkannya menilai keefektifan komunikasi yang dilakukannya untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian atau perbaikan-perbaikan dalam komunikasi selanjutnya. Daftar Pustaka Liliwer, Alo. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LKis Yogyakarta Liliwer, Alo. (2003). Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yogyakarta Mulyana, Deddy. (2003). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya ‘13 12 Komunikasi Antar Budaya Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id