COST ACCOUNTING MATERI-13 AKUNTANSI SISTEM PERHITUNGAN BIAYA STANDAR UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA AKUNTANSI BIAYA STANDAR Dua metode dalam akuntansi sistem perhitungan biaya standar, yaitu: Metode Tunggal (Single Plan) : 1. rekening Barang Dalam Proses di debit dan dikredit dengan angka tunggal, yaitu angka standar Penyimpangan antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dicatat dalam rekening ‘Selisih’ pada saat terjadinya, sehingga setiap saat manajemen dapat mengetahui besarnya penyimpangan yang terjadi. Metode Ganda (Partial Plan) : 2. Rekening Barang Dalam Proses dicatat angka ganda, sebelah debit diisi dengan biaya sesungguhnya dan sebelah kredit diisi dengan biaya standar. Penyimpangan antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dihitung pada akhir periode akuntansi. Rekening Barang Dalam Proses pada metode tunggal: Barang Dalam Proses Kuantitas standar x harga standar, atau Kuantitas standar Barang Jadi x Harga Pokok Produksi standar per satuan Jam standar x tarif upah standar, atau atau Kapasitas standar x tarif standar Kuantitas standar Barang Dalam Proses x Harga Pokok Produksi standar per satuan Rekening Barang Dalam Proses pada metode ganda: Barang Dalam Proses Kuantitas sesungguhnya x harga sesungguhnya per satuan, atau Kuantitas standar Barang Jadi x Harga Pokok Produksi standar per satuan Jam sesungguhnya x tarif upah sesungguhnya, atau atau Biaya overhead pabrik sesungguhnya Kuantitas standar Barang Dalam Proses x Harga Pokok Produksi standar per satuan METODE GANDA (PARTIAL PLAN) Karakteristik metode ganda: 1. 2. 3. Rekening Barang Dalam Proses didebit dengan biaya sesungguhnya dan dikredit dengan biaya standar. Dalam metode ini, persediaan bahan baku dicatat pada biaya sesungguhnya dan persediaan barang jadi dicatat pada harga pokok standar. Harga pokok penjualan dicatat pada harga pokok standar. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar dihitung pada akhir periode akuntansi, setelah harga pokok persediaan barang dalam proses ditentukan dan harga pokok barang jadi yang ditransfer ke gudang dicatat dalam rekening Barang Dalam Proses. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standarmerupakan jumlah total perbedaan antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya. Analisis terhadap selisih-selisih tersebut memerlukan bantuan informasi yang tidak tersedia dalam rekening-rekening buku besar. Aliran Biaya Standar dalam metode ganda Contoh: Untuk memproduksi 1 satuan produk diperlukan biaya produksi menurut standar sbb: Biaya bahan baku 5 kg @ Rp 1.000 Rp 5.000 Biaya Tenaga kerja 20 jam @ Rp 500 Rp 10.000 Biaya overhead pabrik: variabel 20 jam @ Rp 400 Rp 8.000 Tetap 20 jam @ Rp 300 Rp 6.000 Kapasitas produksi per bulan direncanakan 5.200 jam tenaga kerja langsung. Transaksi yang terjadi dalam bulan Januari: 1. Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1.500 kg @Rp 1.100 2. Jumlah barang yang diproduksi dan selesai diproses dalam bulan Januari adalah 250 satuan dengan biaya produksi sesungguhnya sbb: a. b. c. Biaya bahan baku 1.050 kg @ Rp 1.100 Biaya tenaga kerja 5.100 jam @Rp 475 Biaya overhead pabrik = Rp 1.155.000 = Rp 2.422.500 = Rp 3.650.000 1. Berdasarkan contoh tersebut, jurnal yang dibuat untuk mencatat biaya produksi sesungguhnya, biaya produksi standar dan selisih dalam metode ganda adalah sbb: Pencatatan biaya bahan baku (pemakaian bahan baku sesungguhnya = Rp 1.155.000) Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku 1.155.000 Persediaan Bahan Baku 2. 1.155.000 Pencatatan biaya tenaga kerja langsung (BTKL sesungguhnya = Rp 2.422.500) Barang Dalam Proses-BTK langsung 2.422.500 Gaji dan Upah 3. 2.422.500 Pencatatan biaya overhead pabrik: menggunakan salah satu dari metode berikut: Metode 1: Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya 3.650.000 Berbagai rekening yg dikredit 3.650.000 Pada akhir periode: Barang Dalam Proses-BOP Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 3.650.000 3.650.000 Metode 2: Biaya overhead pabrik sesungguhnya 3.650.000 Berbagai rekening yang dikredit 3.650.000 Pencatatan pembebanan BOP kpd produk atas dasar tarif standar (5.100 jam x Rp 700 = Rp 3.570.000) Barang Dalam Proses-BOP 3.570.000 BOP yang dibebankan 3.570.000 Pada akhir periode akuntansi: BOP yang dibebankan 3.570.000 Biaya overhead pabrik sesungguhnya 3.570.000 4. Pencatatan harga pokok barang jadi: Harga Pokok Barang Jadi = kuantitas barang jadi x biaya standar per satuan (250 satuan x Rp 29.000 = Rp 7.250.000) Persediaan Barang Jadi 7.250.000 Barang Dalam Proses- BBB (250 x Rp 5.000) 1.250.000 Barang Dalam Proses -BTK (250 x Rp10.000) 2.500.000 Barang Dalam Proses –BOP (250 x Rp 14.000) 3.500.000 5. 6. 7. a. Pencatatan Harga Pokok Barang Dalam Proses Dihitung dengan cara: unit ekuivalensi kuantitas barang dalam proses pada akhir periode x biaya standar per satuan. Karena dalam contoh tidak tersedia data persediaan barang dalam proses, maka contoh jurnal tidak menggunakan angka: Persediaan Barang Dalam Proses xx Barang Dalam Proses-BBB xx Barang Dalam Proses-BTK xx Barang Dalam Proses-BOP xx Pencatatan Harga Pokok Penjualan Dihitung dengan cara: kuantitas barang yang dijual x biaya standar per satuan: Harga Pokok Penjualan xx Persediaan Barang Jadi xx Pencatatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar: Selisih biaya bahan baku: Dari contoh diatas dengan model dua selisih diketahui selisih harga = Rp 105.000R dan selisih kuantitas = Rp 200.000L, jurnal: Selisih harga bahan baku 105.000 Barang Dalam Proses-BBB 95.000 Selisih kuantitas bahan baku 200.000 b. Selisih biaya tenaga kerja langsung: Dari contoh sebelumnya diketahui selisih tarif upah = Rp 127.500L dan selisih efisiensi upah = Rp 50.000R, jurnal: Selisih efisiensi upah 50.000 Barang Dalam Proses -BTK 77.500 Selisih tarif upah c. 127.500 Selisih biaya overhead pabrik: dari contoh sebelumnya diketahui selisih pengeluaran = Rp 50.000R, selisih kapasitas = Rp 30.000R, selisih efisensi = Rp 70.000R, jurnal: metode 1 : Selisih pengeluaran 50.000 Selisih kapasitas 30.000 Selisih efisiensi 70.000 Barang Dalam Proses-BOP 150.000 Metode 2: Selisih efisiensi 70.000 Barang dalam Proses 70.000 (BDP-BOP didebit sebesar Rp 3.570.000 dan dikredit sebesar Rp 3.500.000, selisih = Rp 70.000) Selisih pengeluaran 50.000 Selisih kapasitas 30.000 BOP sesungguhnya 80.000 (BOP sesungguhnya didebit sebesar Rp 3.650.000 dan dikredit sebesar Rp 3.570.000, selisih = Rp 80.000) METODE TUNGGAL (SINGLE PLAN) PENCATATAN BIAYA BAHAN BAKU Pencatatan biaya bahan baku dalam metode tunggal dibagi menjadi tiga: 1. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli. 2. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dipakai. 3. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli dan dipakai. Pada contoh sebelumnya diketahui: Kuantitas bahan baku standar 5kg @Rp 1.000 Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1.500 kg @Rp 1.100 Jumlah produk yang diproduksi dan selesai diproses adalah 250 satuan dengan biaya bahan baku 1.050 kg. Maka dengan metode dua selisih dapat dihitung sebagai berikut: Selisih harga pembelian bahan baku: = (Hstd-HS) x Kuantitas pembelian sesungguhnya = (Rp 1.000 – Rp 1.100) x 1.500kg = Rp 150.000 R Selisih kuantitas pemakaian bahan baku: =(KSt-KS) x HStd = ((5kg x 250 satuan)-1.050 kg) x Rp 1.000=Rp 200.000L Selisih harga pemakaian bahan baku; = (HSt-HS) x Kuantitas pemakaian sesungguhnya = (Rp 1.000-Rp 1.100) x 1.050 = Rp 105.000 R Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli Rekening persediaan bahan baku didebit: kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli x harga standar bahan baku per satuan. = 1.500 kg x Rp 1.000 = Rp 1.500.000 Rekening utang dagang dikredit: kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli x harga sesungguhnya bahan baku per satuan. = 1.500 kg x Rp 1.100 = Rp 1.650.000 Selisih antara pendebitan rekening persediaan bahan baku dengan pengkreditan rekening utang dagang dicatat dalam rekening ‘Selisih harga pembelian bahan baku’. Jurnal: Persediaan bahan baku 1.500.000 Selisih harga pembelian BB 150.000 Utang dagang 1.650.000 Pada saat bahan baku dipakai: rekening Barang Dalam Proses didebit: kuantitas standar bahan baku yang dipakai x harga standar = (5kg x 250 satuan) x Rp 1.000 = Rp 1.250.000 Rekening Persediaan Bahan Baku dikredit: kuantitas bahan baku yang sesungguhnya dipakai x harga standar = 1.050 kg x Rp 1.000 = Rp 1.050.000 Selisih pendebitan rekening Barang Dalam Proses dengan pengkreditan rekening Persediaan Bahan Baku dicatat dalam rekening ‘Selisih Pemakaian Bahan Baku’. Jurnal: Barang Dalam Proses-BB 1.250.000 Persediaan Bahan Baku Selisih pemakaian bahan baku 1.050.000 200.000 Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dipakai Pada saat bahan baku dibeli: Rekening persediaan bahan baku didebit: kuantitas bahan baku yang dibeli x harga sesungguhnya. = 1.500 kg x Rp 1.100 = Rp 1.650.000 Rekening Utang dagang dikredit: dengan jumlah yang sama. Tidak terdapat selisih harga. Jurnal: Persediaan bahan baku 1.650.000 Utang dagang 1.650.000 Pada saat bahan baku dipakai: Rekening Barang Dalam Proses didebit: kuantitas standar bahan baku x harga standar bahan baku per satuan = (5kg x 250 satuan) x Rp 1.000 = Rp 1.250.000 Rekening persediaan bahan baku dikredit: kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dipakai x harga sesungguhnya per satuan bahan baku = 1.050 kg x Rp 1.100 = Rp 1.155.000 Selisih yang timbul adalah selisih harga yang dicatat dalam rekening ‘Selisih harga bahan baku yang dipakai’ dan selisih kuantitas yang dicatat dalam rekening ‘Selisih pemakaian bahan baku’. Jurnal: Barang Dalam Proses 1.250.000 Selisih harga BB yang dipakai 105.000 Persediaan Bahan Baku 1.155.000 Selisih pemakaian BB 200.000 Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli dan dipakai Merupakan kombinasi metode 1 dan 2. Pada saat bahan baku dibeli: selisih harga yang terjadi dicatat dalam rekening ‘Selisih harga pembelian bahan baku’ Pada saat bahan baku dipakai: sebagian dari selisih harga pembelian yang melekat pada bahan baku yang dipakai ditransfer ke rekening ‘Selisih harga bahan baku yang dipakai’ Rekening persediaan bahan baku didebit dan dikredit dengan harga standar bahan baku. Jurnal: Pada saat pembelian bahan baku: Persediaan bahan baku 1.500.000 Selisih harga pembelian BB 150.000 Utang dagang 1.650.000 Pada saat pemakaian bahan baku: Barang Dalam Proses-BB 1.250.000 Persediaan Bahan Baku 1.050.000 Selisih pemakaian bahan baku 200.000 Transfer selisih harga pembelian bahan baku yang melekat pada bahan baku yang dipakai dalam produksi: Selisih harga BB yang dipakai 105.000 selisih harga pembelian BB 105.000 Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung Pencatatan biaya tenaga kerja langsung dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: Pencatatan upah langsung, jurnal: Gaji dan upah xx Utang gaji & upah xx Pencatatan distribusi upah langsung, jurnal: Barang Dalam Proses-BTKL xx Selisih tarif upah xx Selisih efisiensi upah xx Gaji dan upah xx Pencatatan pembayaran upah langsung: Utang gaji & upah xx Kas xx Dari contoh sebelumnya diketahui: Biaya tenaga kerja standar = 20 jam x Rp 500 x 250 satuan = Rp 2.500.000 Biaya tenaga kerja sesungguhnya = 5.100 jam x Rp 475 = Rp 2.422.500 selisih tarif upah = Rp 127.500 L selisih efisiensi upah = Rp 50.000 R Total selisih = Rp 127.500-50.000 = Rp 77.500 L Maka jurnal pencatatan biaya tenaga kerja langsung adalah sbb: Barang dalam proses 2.500.000 Selisih efisiensi upah 50.000 gaji dan upah 2.422.500 selisih tarif upah 127.500 Pencatatan Biaya Overhead Pabrik Pencatatan biaya overhead pabrik dalam metode tunggal (single plan) dipengaruhi oleh metode analisis selisih biaya overhead yang digunakan. Contoh sebelumnya: Biaya overhead pabrik per satuan: Variabel = 20jam @Rp 400 =Rp 8.000 Tetap = 20 jam @ Rp 300 =Rp 6.000 Jumlah produk yang diproduksi = 250 satuan Kapasitas produksi per bulan direncanakan 5.200 jam tenaga kerja langsung. Kapasitas sesungguhnya = 5.100 jam Biaya overhead pabrik sesungguhnya= Rp 3.650.000, Biaya overhead pabrik dibebankan (BOP pada kapasitas standar dengan tarif standar) = 20 jam x 250 satuan x Rp 700 = Rp3.500.000 Metode Dua Selisih: Selisih terkendalikan = Rp 90.000R, Selisih volume = Rp 60.000R Jurnal pembebanan BOP kepada produk: Barang Dalam Proses 3.500.000 BOP yg dibebankan 3.500.000 Jurnal untuk mencatat BOP sesungguhnya: BOP sesungguhnya 3.650.000 Berbagai rek.yg dikredit 3.650.000 Jurnal untuk mencatat penutupan rek.BOP yg dibebankan: BOP yang dibebankan 3.500.000 BOP sesungguhnya 3.500.000 Jurnal untuk mencatat selisih BOP: Selisih terkendalikan 90.000 Selisih volume 60.000 BOP sesungguhnya 150.000 Metode tiga selisih Dari contoh sebelumnya: Selisih pengeluaran = Rp 50.000R, selisih kapasitas Rp 30.000R, selisih efisiensi Rp 70.000R. BOP yg dibebankan (kapasitas sesungguhnya x tarif standar)= 5.100 jam x Rp 700 = 3.570.000 Jurnal pembebanan bioya overhead pabrik kepada produk: Barang Dalam Proses Rp 3.500.000 Selisih efisiensi 70.000 BOP yang dibebankan 3.570.000 Jurnal untuk mencatat BOP sesungguhnya: BOP sesungguhnya 3.650.000 Berbagai rek.yg dikredit 3.650.000 Jurnal untuk mencatat penutupan rekening BOP yang dibebankan: BOP yang dibebankan 3.570.000 BOP sesungguhnya 3.570.000 Jurnal untuk mencatat selisih BOP: Selisih pengeluaran Selisih kapasitas BOP sesungguhnya 50.000 30.000 Metode empat selisih, jurnal: Barang Dalam Proses Selisih efisiensi variabel Selisih efisiensi tetap BOP yg dibebankan 3.500.000 40.000 30.000 Pencatatan harga pokok barang jadi: Persediaan barang jadi Barang Dlm Proses (250 unit x Rp 29.000) 80.000 3.570.000 7.250.000 7.250.000