3778

advertisement
STIKES Ngudi Waluyo
Program Studi D III Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2014
Ulfa ajeng tristiani (040111a078)
Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah
Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan
(xvii + 64 halaman + 2 gambar + 9 tabel + 21 lampiran)
ABSTRAK
Kehamilan Trimester pertama dianggap sebagai periode penyesuain diri, penyesuain
tersebut akan mengalami ketidaknyamanan yang termasuk didalamnya yaitu emesis gravidarum.
Emesis Gravidarum biasanya sering terjadi pada umur kehamilan 9 - 10 minggu dan pada 60 – 80
% primigravida karena disebabkan perubahan peningkatan hormon HCG dalam darah, peregangan
otot - otot rahim dan gangguan pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui gambaran
penanganan Emesis Gravidarum pada pola makan, aktivitas dan istirahat.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi sejumlah 53 responden. Dengan jumlah sampel 43 responden, dan teknik pengambilan
sampel sampling aksidental. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan
distribusi frekuensi dan presentase.
Hasil penelitian di dapatkan gambaran mengenai penanganan emesis gravidarum kategori
baik sebanyak 28 responden (65,1%), penanganan pola makan kategori tidak baik yaitu 26
responden (60,5%), penanganan pola aktivitas kategori baik yaitu 29 responden (67,4%), dan
penanganan pada pola istirahat kategori baik yaitu 28 responden (65,1%).
Hendaknya bidan memperdalam pemberian konseling tentang penanganan emesis
gravidarum pada penanganan pola makan, aktuvitas dan istirahat, yang ditekankan pada konseling
pola makan.
Kepustakaan : 30 (2004 – 2012)
Kata Kunci : penanganan, emesis gravidarum
Ngudi Waluyo School of Health
Diploma III of Midwifery Study Program
Scientific Paper, August 2014
Ulfa Ajeng Tristiani ( 040111A078)
The Description of Emesis Gravidarum Treatment for the First Trimester Primigravida
Mothers at the Region of Karangrayung II Health Center Grobogan Regency
(xiii+ 64 pages + 2 charts + 9 tables + 33 appendices)
ABSTRACT
The first trimester of pregnancy is considered as an adaptation period. In this period, a
woman will experience the discomfort such as emesis gravidarum. Emesis gravidarum usually
occurs in 9-10 weeks of gestational age and it’s suffered by 60-80% of primigravida mothers
because of HCG hormone the increase of changes in the blood, stretching the uterine muscles and
digestive disorders. The results of a preliminary study found that there were 42 respondents
experiencing emesis gravidarum and 5 respondents have hyperemesis gravidarum. This study aims
to find the description of emesis gravidarum treatment about on diet, activity and rest.
Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan
1
The was a descriptive study with cross-sectional approach. The population in this study was
53 respondents, while the samples in this study were 43 respondents. The data sampling used
accidental sampling technique. The data were analyzed by using univariate analysis in the form of
frequency distributions and percentages.
The results of this study obtained that the emesis gravidarum treatment in the goo category
in 28 respondents (65.1%), the treatment of eating patterns in the good category in 26 respondents
(60.5%), the treatment of activity patterns in the good category in 29 respondents (67.4%), and the
treatment of the rest pattern in the good category in28 respondents (65.1%).
The midwives should more provide counseling program about emesis gravidarum treatment
by looking at eating pattern, activity and rest treatments, which is emphasized on the counseling
eating pattern.
Keywords
Bibliographies
: Treatment, Emesis gravidarum
: 25 (2003 - 2012)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehamilan
adalah
kondisi
yang
menimbulkan perubahan fisik maupun
psikososial
seorang
wanita
karena
pertumbuhan
dan
perkembangan
alat
reproduksi dan janinnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi kehamilan dari dalam maupun
dari luar yang dapat menimbulkan masalah
terutama bagi yang pertama kali hamil
(Sulistyawati, 2009). Perubahan sistem
didalam tubuh ibu terjadi dalam proses
kehamilan yang semuannya membutuhkan
suatu adaptasi, baik fisik maupun psikologis.
Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang
ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang
meskipun hal itu adalah fisiologis namun
tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan
perawatan (Janiwarti, 2013).
Trimester pertama sering dianggap
sebagai
periode
penyesuaian,
dari
penyesuaian tersebut ibu akan mengalami
ketidaknyamanan yang umum biasanya
terjadi yaitu akan merasakan sakit kepala dan
pusing, merasa cepat lelah, sering buang air
kecil, keputihan, kembung, sesak nafas, kram
perut, dan termasuk didalamnya yaitu emesis
gravidarum (Rukiah, 2009).
Emesis gravidarum adalah mual muntah
yang dialami oleh ibu hamil trimester
pertama, tetapi tidak setiap wanita hamil akan
mengalami emesis gravidarum. Biasanya
mual-muntah terjadi pada pagi hari, tidak ada
yang mengetahui pasti penyebab mualmuntah tersebut. Menurut para ahli
kandungan mengatakan bahwa mual-muntah
terjadi karena adanya perubahan peningkatan
hormon HCG dalam darah,peregangan otototot rahim, relaksasi
jaringan otot dan
gangguan pencernaan (Janiwarty, 2013).
Gejala emesis gravidarum sering terjadi
umur kehamilan 9-10 minggu diharapkan
akan berkurang dan selanjutnya akan berakir
pada usia kehamilan 12-14 minggu yang
terjadi pada 60-80% primigravida dan 4060% multigravida. Mual biasanya terjadi pada
pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat
pada malam hari. Apabila rasa mual yang
terjadi berkepanjangan dan tidak ditangani
dengan baik hingga usia sembilan bulan akan
mengakibatkan
komplikasi
hiperemesis
gravidarum, yaitu mual muntah yang
berlebihan pada wanita hamil sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari dan
keadaan umumnya menjadi buruk karena
terjadi dehidrasi (Yuliarti, 2013).
Penanganan yang biasanya dilakukan ibu
yang mengalami emesi gravidarum yaitu
dengan cara makan makanan ringan dan padat
sebelum tidur dan setelah tidur, pada waktu
bangun tidur tidak langsung turun dari tempat
tidur, makan sedikit tapi sering, minum teh
hangat, susu atau kopi, menghindari makanan
yang
digoreng,
pedas
dan
banyak
mengandung gas. Menghisap permen
,menjaga kebersihan gigi dan mulut,
menghindari makanan yang membuat ibu
menjadi mual misalnya makanan berminyak
dan berbau amis (Rukiah, 2009).
Hasil wawancara yang dilakukan dengan
bidan pada tanggal 21 Mei 2014 di Puskesmas
Karangrayung II Kabupaten Grobogan
tentang penanganan emesis gravidarum
Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan
2
bahwa bidan dalam memberikan edukasi
penanganan terhadap ibu yang mengalami
emesis
gravidarum
yang
melakukan
pemeriksaan ANC sudah sesuai teori dan
sudah sesuai dengan penanganan yang baik
contohnya, menyarankan ibu untuk makan
sedikit tapi sering, menyediakan snack atau
makanan ringan untuk mengganti asupan
nutrisi yang kurang, banyak minum teh
hangat dan air putih. Sedangkan dalam
pemberian terapi bidan memberikan obat B6
untuk mengurangi keluhan mual-muntah yang
ibu rasakan.
Hasil studi pendahuluan yang telah
dilaksanakan pada bulan April 2014 di
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten
Grobogan di dapatkan data bahwa terdapat 42
ibu primigravida yang mengalami emesis
gravidarum. Sedangkan tedapat 5 ibu yang
mengalami hiperemesis gravidarum karena
dalam melakukan penanganan mual muntah
yang mereka rasakan beralih mengkonsumsi
makanan yang asam dan tidak makan dalam
porsi sedikit tetapi sering yang berakibat
menyebabkan penyakit maag.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan
7 ibu primigravida yang mengalami emesis
gravidarum dalam melakukan penanganan
banyak beralih mengkonsumsi makanan asam
seperti mangga yang belum matang, makan
sedikit tetapi tidak sering, dan tidak banyak
melakukan aktivitas fisik banyak memilih
untuk tidur. Padahal jika penanganan seperti
yang disebutukan ibu diatas itu berlanjut
dapat
menyebabkan
komplikasi
yang
berdampak pada ibu dan bayi, seperti
hiperemesis gravidarum, iritasi lambung
bahkan sampai maag jika terlalu banyak
makan - makanan asam, dapat terjadi
kekurangan energi kronis dan dehidrasi jika
ibu makan dengan porsi sedikit tetapi tidak
sering dan asupan nutrisi kurang. Hal tersebut
menunjukkan sebagian besar ibu primigravida
yang mengalami emesis gravidarum masih
mempunyai penanganan yang kurang baik
terkait dengan keluhan yang dialami
meskipun mereka sudah mendapatkan
informasi dari tenaga kesehatan (bidan).
Berdasarkan data dan fenomena diatas
maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul, “ Gambaran
Penanganan Emesis Gravidarum Pada Ibu
Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten
Grobogan.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penanganan emesis
gravidarum pada ibu primigravida
trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas
Karangrayung II Kabupaten Grobogan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran penanganan
pada pola makan ibu primigravida
trimester I yang mengalami emesis
gravidarum
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Karangrayung
II
Kabupaten Grobogan.
b. Mengetahui gambaran penaganan
pada pola aktivitas ibu primigravida
trimester I yang mengalami emesis
gravidarum
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Karangrayung
II
Kabupaten Grobogan.
c. Mengetahui gambaran penanganan
pada pola istirahat ibu primigravida
trimester I yang mengalami emesis
gravidarum
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Karangrayung
II
Kabupaten Grobogan
Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai
bahan masukan dan sumbangan pemikiran
bagi pegawai/bidan untuk menambah
wawasan tentang penanganan emesis
gravidarum pada ibu hamil sehingga
upaya untuk meningkatkan kesehatan
pada ibu hamil lebih baik.
2. Bagi Peneliti
Merupakan penerapan dari ilmu yang
diperoleh selama proses pembelajaran
sehingga
menanamkan
pengetahuan
peneliti dalam melakukan penelitian dan
menambah wawasan pengetahuan tentang
emesis gravidarum.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
adalah deskriptif dengan pendekatan cross
sectional, dilakukan pada tanggal 8 – 17 juli
Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan
23
2014. Populasi dalam penelitian ini yaitu
sejumlah
53
responden
ibu
hamil
primigravida trimester pertama, sedangkan
besar sample 43 responden yaitu ibu hamil
primigravida
trimester
pertama
yang
mengalami emesis gravidarum dengan teknik
pengambilan sampel sampling aksidental.
Data yang dikumpulkan adalah data primer
dan sekunder. Data primer diperoleh dari
pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti dengan membagikan kuesioner pada
ibu hamil primigravida trimester satu yang
mengalami emesis gravidarum. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari data yang telah
dikumpulkan oleh pihak lain dan data sudah
ada yaitu data jumlah ibu hamil primigravida
trimester pertama yaitu data yang diperoleh
dari bidan desa yaitu 53 responden. Penelitian
ini menggunakan alat pengumpulan data
kuesioner. Analisa yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan analisis univariat
dengan distribusi frekuensi dan presentase.
HASIL PENELITIAN
Analisa Univariat
1. Penanganan Emesis Gravidarum
Penanganan Emesis
Persentase
Frekuensi
Gravidarum
(%)
Tidak Baik
15
34,9
Baik
28
65,1
Jumlah
43
100,0
Pada tabel 1 dapat diketahui dari
43 responden, penanganan emesis
gravidarum sebagian besar dalam
kategori baik yaitu sejumlah 28
responden (65,1%) dan sebagian kecil
dalam kategori tidak baik sejumlah 15
responden (34,9%).
2. Penanganan Emesis Gravidarum pada
pola makan
Penanganan
Persentase
Frekuensi
Pola Makan
(%)
Tidak Baik
26
60,5
Baik
17
39,5
Jumlah
43
100,0
Pada tabel 2 dapat diketahui dari
43 responden, penanganan pola makan
sebagian besar dalam kategori tidak baik
yaitu sejumlah 26 responden (60,5%) dan
sebagian kecil kategori baik sejumlah 17
responden ( 39,5).
3. Penanganan Emesis Gravidarum pada
pola aktivitas
Penanganan
Persentase
Pola
Frekuensi
(%)
Aktivitas
Tidak Baik
14
32,6
Baik
29
67,4
Jumlah
43
100,0
Pada tabel 3 dapat diketahui dari
43 responden, penanganan pola aktivitas
sebagian besar dalam kategori baik yaitu
sejumlah 29 responden (67,4%) dan
sebagian kecil dalam kategori tidak baik
sejumlah 14 responden ( 32,6%).
4. Penangana Emesis Gravidarum pada pola
istirahat
Penanganan
Pola
Istirahat
Tidak Baik
Baik
Jumlah
Frekuensi
Persentase
(%)
19
24
43
44,2
55,8
100,0
Pada tabel 4 dapat diketahui dari
43 responden, penanganan pola istirahat
sebagian besar dalam kategori baik yaitu
sejumlah 24 responden (55,8%) dan
sebagian kecil tidak baik yaitu sejumlah
19 responden (44,2%).cuku
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
1. Gambaran
Penanganan
Emesis
Gravidarum Pada Ibu Primigravida
Trimester I
Hasil
penelitian
tentang
penanganan emesis gravidarum pada ibu
primigravida trimester I dari 43 responden
menunjukkan bahwa sebagian besar
melakukan penanganan yang baik yaitu
sejumlah 28 responden (65,1%). Hal ini
dipengaruhi karena ibu memiliki banyak
Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan
43
waktu luang untuk memperhatikan
kehamilannya dan melakukan penanganan
emesis gravidarum karena pekerjaan
responden yang sehari - harinya banyak
melakukan aktivitas dirumah.
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian bahwa responden yang
melakukan penanganan yang baik
sebagian besar tidak bekerja yaitu
sejumlah 30 responden (69,8%) dalam
hal ini adalah sebagai ibu rumah tangga.
Pekerjaan mempunyai peranan penting
dalam penanganan emesis gravidarum,
karena ibu yang mengalami emesis
gravidarum harus mendapatkan istirahat
yang cukup dan tidak boleh melakukan
aktivitas
yang dapat
merangsang
timbulnya rasa mual.
Sependapat dengan Rukiah (2012),
mengatakan bahwa wanita hamil boleh
bekerja, tetapi jangan terlampau berat
lakukan istirahat sebanyak mungkin,
gunakan waktu luang untuk istirahat atau
tidur walaupun bukan tidur betulan hanya
baringkan badan untuk memperbaiki
sirkulasi darah, jangan terlalu capek dan
berlebihan.
Selain faktor pekerjaan, penanganan
emesis gravidarum juga dipengaruhi oleh
pendidikan. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian bahwa responden yang
melakukan penanganan baik sebagian
besar berpendidikan SMA yaitu 17
responden (39,5%). Sejalan dengan
pendapat Notoatmojo (2007), pendidikan
memepengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seseorang maka makin
mudah
seseorang
tersebut
untuk
menerima suatu informasi dalam
melakukan
penanganan
emesis
gravidarum sebaliknya jika rendah
pendidikan seseorang maka makin sulit
orang tersebut untuk menerima suatu
informasi dan melakukan penanganan
emesis gravidarum.
Rahmadewi
(2002),
juga
menyatakan bahwa pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku terhadap pola hidup dalam
memotivasi untuk siap berperan serta
dalam perubahan kesehatan. Rendahnya
pendidikan seseorang makin sedikit
keinginan
untuk
memanfaatkan
pelayanan kesehatan, dan sebaliknya
makin tingginya pendidikan seseorang,
makin mudah untuk menerima informasi
dan memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada.
Sejalan
dengan
pendapat
Sumijatun (2006), pendidikan merupakan
faktor predisposisi adalah faktor yang ada
dalam individu seperti pengetahuan,
sikap terhadap kesehatan serta tingkat
pendidikan. Dimana untuk berprilaku
kesehatan
misalnya
(pemeriksaan
kesehatan bagi ibu hamil) diperlukan
pengetahuan tengang manfaat periksa
hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri
maupun bagi janinnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa selain karena faktor pendidikan
penanganan emesis gravidarum juga
dipengaruhi karena umur responden. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian
sebagian besar berumur 20 - 35 tahun
yaitu sejumlah 30 responden (69,7%).
Umur berpengaruh pada penanganan
emesis gravidarum karena umur yang
lebih matang makin mudah seseorang
tersebut menerima suatu informasi dan
melakukan penanganan dengan baik.
Sejalan dengan pendapat Arini H
(2012), umur ibu sangat menentukan
kesehatan maternal karena berkaitan
dengan kondisi kehamilan, persalinan,
dan nifas, serta cara mengasuh juga
menyusui bayinya. Ibu yang berumur
kurang dari 20 tahun masih belum
matang dan belum siap secara jasmani
dan sosial dalam menghadapi kehamilan,
persalinan, serta dalam membina bayi
dalam dilahirkan. Sedangkan ibu yang
berumur 20-35 tahun, disebut sebagai
“masa dewasa” dan disebut juga masa
reproduksi, di mana pada masa ini
diharapkan orang telah mampu untuk
memecahkan masalah - masalah yang
dihadapi
dengan
tenang
secara
emosional, terutama dalam menghadapi
kehamilan, persalinan, nifas, dan
merawat bayinya nanti.
2. Gambaran
Penanganan
Emesis
Gravidarum Pada Pola Makan Pada Ibu
Primigravida Trimester I
Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan
54
Hasil
penelitian
didapatkan
sebagian besar penanganan pada pola
makan dalam kategori tidak baik yaitu
sejumlah 26 responden ( 60,5%). Hal ini
di karenakan pemberian informasi dan
komunikasi yang diberikan bidan dalam
penanganan emesis gravidarum masih
kurang, bidan hanya memberikan edukasi
kepada ibu tidak secara menyeluruh yaitu
hanya menganjurkan makan sedikit tetapi
sering, dan mengkonsumsi obat dari
tenaga kesehatan, sehingga ibu dalam
melakukan penanganan pada pola makan
tidak
dilakukan
secara
maksimal.
Pemberian informasi yang diberikan
secara tidak menyeluruh menyebabkan
bekurangnnya pengetahuan ibu, sehingga
ibu yang mengalami emesis gravidarum
tidak dapat mengambil sikap yang benar
dalam melakukan penanganan terutama
dalam pola makan. Sejalan dengan
pendapat Kholid (2012), berpendapat
bahwa pengetahuan merupakan domain
terpenting bagi terbentuknya tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Lawrence W Green dalam Kholid
(2012), juga menjelaskan bahwa perilaku
dibentuk oleh tiga faktor diantaranya
faktor predisposisi, faktor pemungkin dan
faktor
penguat.
Responden
yang
berpengetahuan baik akan memiliki
perilaku
baik
dalam
pencegahan
kehamilan usia muda, hal ini disebabkan
karena
salah
satu
faktor
yang
mempermudah atau mendasari terjadinya
perilaku (faktor predisposisi) yaitu
pengetahuan.
Sejalan
dengan
pendapat
Notoatmodjo (2010), manusia berperilaku
atau beraktifitas karena adanya kebutuhan
untuk mencapai suatu tujuan, dengan
adanya kebutuhan akan muncul motivasi
atau penggerak sehingga individu itu akan
beraktifitas untuk mencapai tujuan dan
mengalami kepuasan.
Hasil tentang penanganan yang
dilakukan
oleh
responde
dalam
menangani emesis gravidarum terutama
dalam pola makan tidak baik,akan
berdampak pada kebutuhan gizi ibu hamil
yang akan digunakan untuk masa
organogenesis. Sesuai pendapat Waryana
(2010), saat hamil seorang wanita
memerlukan asupan gizi lebih banyak.
Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolisme energi, karena itu kebutuhan
energi dan dan zat gizi lainnya meningkat
selama kehamilan. Mengingat selain
kebutuhan gizi tubuh, wanita hamil harus
memberikan nutrisi yang cukup untuk
sang janin. Gizi dalam masa kehamilan
sangat penting bukan saja karena makanan
yang diperoleh mempengaruhi hasil
kehamilan tetapi juga pada keberhasilan
menyusui.
Sejalan dengan pendapat Nasution
dalam Waryana (2010), juga mengatakan
pada kehamilan trimester pertama
makanan bergizi sangatlah penting. Tidak
hanya
sekedar
mengenyangkan,
melainkan juga harus bergizi. Proses
pembentukan otak, sistem saraf, jantung
dan organ-organ reproduksi terjadi di
trimester pertama, oleh karena itu ibu
harus memenuhi kebutuhan nutrisi di
trimester 1 ini.
Mochtar (2005), juga berpendapat
kekurangan nutrisi dapat menyebabkan
anemia, abortus, partus, prematuruss,
inersia uteri, perdarahan pasca persalinan,
sepsis
puerperalis,
dan
lainnya.
Sedangkan makanan berlebih dapat
mengakibatkan komplikasi seperti gemuk,
pre eklamsia, janin besar dan sebagainya
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa penanganan emesis gravidarum
pada pola makan tidak baik yaitu
berdasarkan koesioner nomor 5 yaitu
pernyataan bahwa saya banyak makan
buah dan sayuran, sebagian responden
yaitu sejumlah 25 responden (58,13 % )
menjawab tidak. Padahal menurut
Sjahmien Moehji dalam Waryana (2010),
sayura - sayuran dan buah - buahan
dibutuhkan tubuh pada ibu hamil sabagai
zat
pengatur
yang
menjamin
keseimbangan zat - zat gizi dalam tubuh.
Pakar nutrisi menganjurkan jumlah asupan
sayur dan buah yang dianjurkan mencapai
25 - 30 gram perhari, yaitu dengan porsi
Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan
65
asupan sayur 3 - 5 sajian sedangkan buah
2 - 4 sajian perhari.
Sejalan dengan pendapat Rukiah
(2012), karena wanita hamil memerlukan
nutrisi banyak, ibu hamil Triwulan satu
biasanya tidak nafsu makan dan sering
timbul rasa mual muntah, karena itu
gunakan piramida makanan sebagai
pedoman diet, pada model piramid
makanan pada puncak gula, lemak, dan
minyak. Tingkat III susu, yogurt, dan
keju. Tingkat II sayur dan buah - buahan.
Tingkat I roti, sereal dan nasi. Wanita
hamil harus benar - benar mendapatkan
perhatian susunan dietnya, terutama
mengenai jumlah kalori, protein, yang
berguna untuk pertumbuhan janin dan
kesehatan ibu.
Pada pengisian kuesioner
nomor 11 yaitu pernyataan saya minum
obat anti muntah yang diberikan oleh
tenaga kesehatan, sebagian besar yaitu
sejumlah
25
responden
(58,13%)
menjawab tidak. Padahal sesuai pendapat
Marmi (2011), ibu yang mengalami mual
muntah yaitu harus diberikan obat ringan
seperti vitamin B komplek, mediamer B6
sebagai vitamin dan antimuntah, Sedativa
ringan : luminal 3 X 30 mg (barbiturate)
valium, dan anti mual muntah : stimetil,
primperan, emetrol dan lainnya.
Sejalan dengan pendapat Retno
(2011), hal yang harus diperhatikan dalam
pemberian obat - obatan adalah sifat obat
yang tidak teratogen, sedativa juga sering
diberikan misalnya phenobarbital, vitamin
yang diberikan biasanya B1 dan B6, dan
perlu diyakinkan kepada penderita bahwa
penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik yang menjadi latar belakang
terjadinya penyakit.
Hasil
penelitan
juga
menunjukkan pada pengisian kuesioner
penanganan emesis gravidarum pada pola
makan point nomor 12 yaitu pernyataan
saya minum minuman herbal seperti teh,
jahe hangat atau kapulaga untuk
mengurangi mual muntah sebagian besar
responden yaitu sejumlah 24 responden
(70.5%) menjawab tidak. Padahal
menurut Lowdermilk dan Perry (2004),
salah satu jenis adaptasi maternal dapat
terjadi pada sistem gastrointestinal dengan
gejala
kehilangan
slera
makan,
pengurangan sekresi intestinal, gangguan
fungsi liver, absorbsi, nutrisi terganggu.
Pada awal kehamilan, beberapa wanita
mengalami mual-mual yang disertai
dengan atau tanpa muntah-muntah
(morning sickness) yang dapat terjadi
akibat peningkatan kadar HCG serta
gangguan metabolisme karbohidrat). Jahe
adalah tanaman rimpang yang sangat
populer sebagai rempah-rempah dan
bahan obat. Zat-zat yang terkandung pada
jahe, dapat membantu mengurangi rasa
mual muntah pada ibu hamil Trimester I
terutama pada bagian rimpang jahe.
Sejalan
dengan
pendapat
fitriyah (2007), mengatakan pengaturan
pola diet, makanlah dalam jumlah kecil
tapi sering, hindari makanan berlemak dan
berprotein tinggi, perbanyak minuman
yang mengandung soda hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi keasaman
lambung, serta memperbanyak konsumsi
teh herbal yang mengandung mentol atau
jahe.
3. Gambaran
Penanganan
Emesis
Gravidarum Pada Pola Aktivitas Pada Ibu
Primigravida Trimester I
Hasil penelitian di dapatkan sebagian
besar penanganan pada pola aktivitas
dalam kategori baik yaitu sejumlah 29
responden ( 67,4%). Hal ini dipengaruhi
karena sebagian besar responden tidak
bekerja yaitu sejumlah 30 responden
(69,8%) sebagai ibu rumah tangga.
Sejalan dengan Rukiah (2012),
mengatakan bahwa wanita hamil boleh
bekerja, tetapi jangan terlampau berat
lakukan istirahat sebanyak mungkin,
gunakan waktu luang untuk istirahat atau
tidur walaupun bukan tidur betulan hanya
baringkan badan untuk memperbaiki
sirkulasi darah, jangan terlalu capek dan
berlebihan.
Wiknjosastro dalam prawiroharjo
(2005), juga mengatakan wanita hamil
boleh bekerja,. Hindari pekerjaan yang
membahayakan atau terlalu berat agar
tidak
terjadi
kompilasi
yang
Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan
76
membahayakan ibu dan janin, seperti
terjadi perdarahan pervaginam, sakit
perut berlebihan, suhu tubuh badan naik,
berkeringat
banyak,
penglihatan
berkunang – kunang dan hendaknya
menasehatkan wanita hamil agar segera
ke dokter atau ke rumah sakit jika
mengalami gejala yang disebutkan diatas.
Hasil penelitian tentang pola aktivitas
dalam penanganan emesis gravidarum
sebagian besar dilakukan dengan
penanganan baik, hal ini sejalan dengan
pendapat Yulianti (2012), yaitu tentang
aktivitas ibu hamil adalah semua kegiatan
atau kesibukan yang dilakukan oleh
seorang wanita yang sedang mengandung
janin mulai trimester 1 sampai trimester
ke 3. Aktivitas yang biasanya dilakukan
ibu hamil yaitu makan dan minum,
melakukan pekerjaan rumah tangga yang
ringan, mengasuh anak dan bekerja.
Sejalan dengan pendapat Admin
(2008), ibu hamil boleh melakukan
aktivitas seperti biasa, seperti melakukan
pekerjaan rumah tangga, bekerja,
mengasuh anak, tetapi jangan berlebihan.
Ibu
hamil
setidaknya
juga
memperhatikan kesehatan ibu dan bayi
saat melakukan aktvitas, hindari aktivitas
yang dapat membahayakan seperti
melakukan olahraga secara berlebihan,
mengangkat beban berat, naik turun
tangga dan lainnya. Hal ini dapat memicu
timbulnya
komplikasi
yang
bisa
membahayakan ibu dan janin, seperti
menyebabkan perdarahan pervaginam,
kekurangan cairan dan kelelahan.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa penanganan emesis gravidarum
pada pola akivitas baik bisa dilihat dari
pernyataan kuesioner nomor 15 yaitu
pernyataan bahwa saya bangun tidur
lebih awal jam 6 pagi untuk menghirup
udara segar sebagian besar yaitu sejumlah
29 responden (67,4%) menjawab ya. Hal
ini sejalan dengan teori Roehmanto
dalam waryana (2010), berpendapat
bahwa bangun di pagi hari tidak hanya
sekedar istilah pepatah orang jaman dulu
kala, "kalau bangun siang rezeki bisa
dipatok ayam". Ternyata, bangun pagi
juga memberikan beberapa keuntungan
bagi kesehatan kita yaitu bangun pagi
memberi kesempatan tubuh untuk
menghirup udara segar dengan tingkat
polusi rendah, memaksimalkan fungsi
otak karena kualitas oksigen yang baik
ini akan memaksimalkan fungsi kerja
otak dan memperlancar peredaran darah
sebab karena oksigen di pagi hari juga
berguna untuk memperlancar peredaran
darah.
Pada pengisian kuesioner penanganan
emesis gravidarum pada pola aktivitas
baik bisa dilihat dari pernyataan
kuesioner nomor 16 yaitu pernyataan
saya melakukan olahraga ringan seperti
berjalan kaki atau berlari - lari kecil,
sebagian responden yaitu sejumlah 34
responden (79%) menjawab ya. Hal ini
sejalan dengan teori Nirwana (2011),
yaitu manfaat yang dapat diperoleh pada
ibu hamil muda yang melakukan olahraga
adalah, dapat mengendurkan otot-otot
tubuh yang tegang serta dapat
melancarkan peredaran darah dan tubuh
akan terasa lebih rileks dan segar
sehingga tubuh terasa semakin bugar.
Sejalan dengan pendapat putra (2007),
berpendapat bahwa ibu hamil boleh
berolahraga, kalau selama ini ibu jarang
berolahraga, maka jangan memulai
olahraga yang berat saat ibu hamil.
Apalagi tanpa berkonsultasi dengan
dokter. Lakukan olahraga ringan yang
tidak beresiko bagi ibu dan bayi misalnya
pilates atau yoga, joging ringan dan jalan
santai, berenang dan senam hamil.
Berdasarkan hasil penelitian, pada
point nomor 18 yaitu pernyataan saya
melakukan istirahat lebih banyak
dibandingkan sebelum hamil, sebagian
besar yaitu sejumlah 29 responden
(67,4%) menjawab ya. Hal ini sejalan
dengan pendapat Prasadja (2009), bahwa
wanita hamil harus istirahat sebanyak
mungkin, untuk memperbaiki sirkulasi
darah dalam tubuh ibu, jangan terlalu
capek dan berlebihan.
Hal ini sependapat dengan Rukiah
(2009), wanita hamil harus mengurangi
semua kegiatan yang melelahkan, tapi
tidak boleh digunakan sebagai alasan
untuk menghindari pekerjaan yang tidak
Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan
78
disukainya. Wanita hamil juga harus
menghindari posisi duduk, berdiri dalam
waktu yang sangat lama. Ibu hamil harus
mempertimbangkan pola istirahat dan
tidur yang mendukung kesehatan sendiri,
maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan
tidur larut malam dan kegiatan-kegiatan
malam hari harus dipertimbangkan dan
kalau
mungkin
dikurangi
hingga
seminimal mungkin. Tidur malam ±
sekitar 8 jam/ istirahat/ tidur siang ± 1
jam.
Berdasarkan hasil penelitian, pada
point nomor 20 yaitu pernyataan saya
menghindari aktivitas yang dapat
merangsang timbulnya mual seperti
membuang sampah, atau membersihkan
kamar mandi, sebagian responden yaitu
sejumlah
16
responden
(37,2%)
menjawab ya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Manuba (2010), penanganan
pada pola aktivitas yang dapat dilakukan
untuk mengurangi rasa mual dan muntah
yaitu jangan melakukan aktivitas yang
dapat merasangsang timbulnya rasa mual
contohnya, membersihkan kamar mandi
yang bau dan membuang sampah yang
bau agar tidak merangsang rasa mual
karena ibu yang mengalami mual muntah
sangat sensitif terhadap bau.
4. Gambaran
Penanganan
Emesis
Gravidarum Pada Pola Istirahat Pada Ibu
Primigravida Trimester I
Hasil penelitian di dapatkan sebagian
besar penanganan pada pola istirahat
dalam kategori baik yaitu sejumlah 24
responden ( 55,8%). Hal ini di pengaruhi
karena kebanyakan ibu yang mengalami
emesis gravidarum adalah tidak bekerja
yaitu sejumlah 30 responden (69,8%).
Hal tersebut dapat berpengaruh dalam
penanganan karena ibu yang tidak
bekerja dapat melakukan istirahat kapan
saja yang mereka perlukan dibandingkan
ibu yang bekerja. Sejalan dengan
pendapat Rukiah ( 2009), juga
mengatakan bahwa ibu yang mengalami
emesis gravidarum harus melakukan
istirahat lebih banyak dibandingkan ibu
hamil yang tidak mengalami emesis
gravidarum, karena istirahat yang cukup
dapat mengurangi mual muntah yang ibu
rasakan.
Penanganan pada pola istirahat dalam
penanganan emesis gravidarum sebagian
besar baik sejalan dengan pendapat
Wiknkosastro (2005), wanita hamil
dianjurkan untuk merencanakan istirahat
yang teratur khususnya seiring kemajuan
kehamilannya. Jadwal istirahat dan tidur
perlu di perhatikan dengan baik, karena
istirahat yang teratur dapat meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani untuk
kepentingan
perkembangan
dan
pertumbuhan janin. Tidur pada malam
hari selama kurang lebih delapan jam dan
istirahat dalam keadaan rileks pada siang
hari selama satu jam. Ibu hamil harus
menghindari posisi duduk dan berdiri
dalam menggunakan kedua ibu jari,
dilakukan dua kali sehari selama dua
menit.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa penanganan emesis gravidarum
pada
pola
istirahat
baik
yaitu
berdasarkan kuesioner nomor 21 yaitu
pernyataan bahwa saya tidur malam 7 – 8
jam dalam sehari dan tidur siang 1 – 2
jam sehari, sebagian responden yaitu
sejumlah 37 responden (86%) menjawab
ya. Sesuai dengan pendapat Wiknjosastro
(2005), berhubungan dengan kebutuhan
kalori pada masa kehamilan, sebaiknya
pada ibu hamil banyak istirahat atau tidur
yaitu tidur malam 7 - 8 jam perhari dan
tidur siang 2 jam dalam sehari, walau
bukan tidur betulan hanya baringkan
badan untuk memperbaiki sirkulasi darah.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa berdasarkan kuesioner nomor 26
yaitu pernyataan bahwa saya bangun dari
tidur secara perlahan, sebagian responden
yaitu sejumlah 28 responden (65,11%)
menjawab ya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Manuba (2010), mengatakan
bahwa disaat tidur bangunlah tidur secara
perlahan, dan luangkan waktu untuk
bangkit dari tempat tidur secara perlahan
- lahan.
Nirwana (2011), juga mengatakan
biasakan untuk bergerak perlahan, dan
hindari bergerak dengan gerakan refleks
dan cepat. Saat bangun pagi, jangan
Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan
89
terburu-buru untuk bangun dan berdiri.
Duduklah sebentar dan bersandar pada
tempat tidur. Setelah beberapa saat, baru
bergerak perlahan dan berdiri.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa berdasarkan kuesioner nomor 25
yaitu
pernyataan
bahwa
saya
mendengarkan musik, membaca buku
bayi atau membaca majalah kesayangan
disaat
menjelang
tidur,
sebagian
responden yaitu sejumlah 19 responden
(44,1%) menjawab tidak. Padahal
menurut Manuaba (2010), pada ibu yang
mengalami mual muntah, luangkanlah
waktu untuk beristirahat santai sambil
mendengarkan musik atau membaca
majalah tentang kehamilan. Cara tersebut
sangat membantu untuk mengatasi mual
dan muntah dan mual pada masa
kehamilan. Karena, bila seorang Ibu
hamil mengalami stres maka hal itu justru
akan memperburuk rasa mual dan muntah
yang dialami.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Gambaran penanganan emesis gravidarum
sebagian besar dalam kategori baik yaitu
sejumlah 28 responden (65,1%) dan
sebagian kecil dalam kategori tidak baik
sejumlah 15 responden (34,9%).
2. Gambaran pola makan dalam penanganan
emesis gravidarum sebagian besar dalam
kategori tidak baik, yaitu sejumlah 26
responden (60,5%) dan sebagian kecil
kategori baik sejumlah 17 responden (
39,5).
3. Gambaran
pola
aktivitas
dalam
penanganan emesis gravidarum sebagian
besar dalam kategori baik yaitu sejumlah
29 orang (67,4%) dan sebagian kecil
dalam kategori tidak baik sejumlah 14
responden ( 32,6%).
4. Gambaran
pola
istirahat
dalam
penanganan emesis gravidarum sebagian
besar dalam kategori baik yaitu sejumlah
24 responden (55,8%) dan sebagian kecil
tidak baik yaitu sejumlah 19 responden
Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain yang melakukan
penelitian serupa pada saat penelitian
agar dapat menggali lebih luas lagi
tentang cara penanganan emesis
gravidarum dan mengembangkan pola
penanganan emesis gravidarum yang
lain seperti pola minum, dan pola
konsumsi obat.
2. Bagi tenaga kesehatan (Bidan Desa)
Hendaknya
bidan
memperdalam pemberian konseling
tentang
penanganan
emesis
gravidarum
yaitu
agar
lebih
ditekankan pada konseling pola makan
agar ibu melakukan penanganan yang
baik dan benar terutama dalam
mengkonsumsi buah, sayur, dan obat
agar maul muntah yang dialami ibu
tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
3. Bagi ibu hamil
Bagi ibu hamil agar lebih baik
dalam
mengambil
sikap
dan
meningkatkan penanganan emesis
gravidarum agar tidak berlanjut
menjadi
komplikasi
terutama
ditekankan dalam penanganan pola
makan yang sangat mempengaruhi
kesehatan ibu dan bayi.
4. Bagi keluarga
Bagi keluarga harus selalu
memperhatikan ibu dalam melakukan
penanganan agar penanganan yang
dilakukan oleh ibu sesuai dengan
penanganan emesis yang benar,
terutama melakukan perhatian khusus
pada pola makan ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Admin.2008. Keluhan Ibu Hamil. Jakarta :
Trans Info Media
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Janiwarty, Bethsaida. 2013. Pendidikan
Psikologi Untuk Bidan . Jakarta :
Andi Publiser.
Kholid, Ahmad. 2012. Promosi Kesehatan
dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media,
dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan
9
10
Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan,
penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Marmi . 2013. Gizi Dalam Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Marmi dkk. 2011. Asuhan Kebidanan
Patologi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Nirwana. 2011. Kapita Selekta Kehamilan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo. (2007). Promosi kesehatan dan
ilmu perilaku. Jakarta : PT Rieneka
Cipta
Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Partino R dan Idrus M. 2009. Statistik
Deskriptif.
Yogjakarta:
Safiria
Insania Press.
Putra Rezima. 2011. Pola Tidur. Yogyakarta:
Buku Biru
Rukiah,
Yeyeh dkk . 2013. Asuhan
Kebidanan I. Jakarta : Trans Info
Media
saifuddin,A.B. 2008. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Saryono dan Ari Setiawan. 2011. Metodologi
Penelitian Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sastrawinata, sulaiman. 2007. Obstetri
Patologi. EGC,Jakarta.
Sastroasmoro S dan Ismael S. 2011. Dasardasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Sagung Seto.
Setyawan, Ari. 2011. Metodelogi Penelitian
Kebidanan.
Yogyakarta.
Nuha
Medika
Sugiyono.2008. Statistika untuk penelitian.
Bandung : Alfabeta
Sulistyawati, Ari. 2009 . Asuhan Kebidanan
Pada Masa Kehamilan . Jakarta:
Salemba Medika.
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu kebidanan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu kandungan.
Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
:
Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan
10
11
Download