STIKES Ngudi Waluyo Program Studi D III Kebidanan Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2014 Ulfa ajeng tristiani (040111a078) Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan (xvii + 64 halaman + 2 gambar + 9 tabel + 21 lampiran) ABSTRAK Kehamilan Trimester pertama dianggap sebagai periode penyesuain diri, penyesuain tersebut akan mengalami ketidaknyamanan yang termasuk didalamnya yaitu emesis gravidarum. Emesis Gravidarum biasanya sering terjadi pada umur kehamilan 9 - 10 minggu dan pada 60 – 80 % primigravida karena disebabkan perubahan peningkatan hormon HCG dalam darah, peregangan otot - otot rahim dan gangguan pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui gambaran penanganan Emesis Gravidarum pada pola makan, aktivitas dan istirahat. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi sejumlah 53 responden. Dengan jumlah sampel 43 responden, dan teknik pengambilan sampel sampling aksidental. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan presentase. Hasil penelitian di dapatkan gambaran mengenai penanganan emesis gravidarum kategori baik sebanyak 28 responden (65,1%), penanganan pola makan kategori tidak baik yaitu 26 responden (60,5%), penanganan pola aktivitas kategori baik yaitu 29 responden (67,4%), dan penanganan pada pola istirahat kategori baik yaitu 28 responden (65,1%). Hendaknya bidan memperdalam pemberian konseling tentang penanganan emesis gravidarum pada penanganan pola makan, aktuvitas dan istirahat, yang ditekankan pada konseling pola makan. Kepustakaan : 30 (2004 – 2012) Kata Kunci : penanganan, emesis gravidarum Ngudi Waluyo School of Health Diploma III of Midwifery Study Program Scientific Paper, August 2014 Ulfa Ajeng Tristiani ( 040111A078) The Description of Emesis Gravidarum Treatment for the First Trimester Primigravida Mothers at the Region of Karangrayung II Health Center Grobogan Regency (xiii+ 64 pages + 2 charts + 9 tables + 33 appendices) ABSTRACT The first trimester of pregnancy is considered as an adaptation period. In this period, a woman will experience the discomfort such as emesis gravidarum. Emesis gravidarum usually occurs in 9-10 weeks of gestational age and it’s suffered by 60-80% of primigravida mothers because of HCG hormone the increase of changes in the blood, stretching the uterine muscles and digestive disorders. The results of a preliminary study found that there were 42 respondents experiencing emesis gravidarum and 5 respondents have hyperemesis gravidarum. This study aims to find the description of emesis gravidarum treatment about on diet, activity and rest. Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan 1 The was a descriptive study with cross-sectional approach. The population in this study was 53 respondents, while the samples in this study were 43 respondents. The data sampling used accidental sampling technique. The data were analyzed by using univariate analysis in the form of frequency distributions and percentages. The results of this study obtained that the emesis gravidarum treatment in the goo category in 28 respondents (65.1%), the treatment of eating patterns in the good category in 26 respondents (60.5%), the treatment of activity patterns in the good category in 29 respondents (67.4%), and the treatment of the rest pattern in the good category in28 respondents (65.1%). The midwives should more provide counseling program about emesis gravidarum treatment by looking at eating pattern, activity and rest treatments, which is emphasized on the counseling eating pattern. Keywords Bibliographies : Treatment, Emesis gravidarum : 25 (2003 - 2012) PENDAHULUAN Latar Belakang Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun psikososial seorang wanita karena pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi dan janinnya. Banyak faktor yang mempengaruhi kehamilan dari dalam maupun dari luar yang dapat menimbulkan masalah terutama bagi yang pertama kali hamil (Sulistyawati, 2009). Perubahan sistem didalam tubuh ibu terjadi dalam proses kehamilan yang semuannya membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun psikologis. Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang meskipun hal itu adalah fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan (Janiwarti, 2013). Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian, dari penyesuaian tersebut ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang umum biasanya terjadi yaitu akan merasakan sakit kepala dan pusing, merasa cepat lelah, sering buang air kecil, keputihan, kembung, sesak nafas, kram perut, dan termasuk didalamnya yaitu emesis gravidarum (Rukiah, 2009). Emesis gravidarum adalah mual muntah yang dialami oleh ibu hamil trimester pertama, tetapi tidak setiap wanita hamil akan mengalami emesis gravidarum. Biasanya mual-muntah terjadi pada pagi hari, tidak ada yang mengetahui pasti penyebab mualmuntah tersebut. Menurut para ahli kandungan mengatakan bahwa mual-muntah terjadi karena adanya perubahan peningkatan hormon HCG dalam darah,peregangan otototot rahim, relaksasi jaringan otot dan gangguan pencernaan (Janiwarty, 2013). Gejala emesis gravidarum sering terjadi umur kehamilan 9-10 minggu diharapkan akan berkurang dan selanjutnya akan berakir pada usia kehamilan 12-14 minggu yang terjadi pada 60-80% primigravida dan 4060% multigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat pada malam hari. Apabila rasa mual yang terjadi berkepanjangan dan tidak ditangani dengan baik hingga usia sembilan bulan akan mengakibatkan komplikasi hiperemesis gravidarum, yaitu mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Yuliarti, 2013). Penanganan yang biasanya dilakukan ibu yang mengalami emesi gravidarum yaitu dengan cara makan makanan ringan dan padat sebelum tidur dan setelah tidur, pada waktu bangun tidur tidak langsung turun dari tempat tidur, makan sedikit tapi sering, minum teh hangat, susu atau kopi, menghindari makanan yang digoreng, pedas dan banyak mengandung gas. Menghisap permen ,menjaga kebersihan gigi dan mulut, menghindari makanan yang membuat ibu menjadi mual misalnya makanan berminyak dan berbau amis (Rukiah, 2009). Hasil wawancara yang dilakukan dengan bidan pada tanggal 21 Mei 2014 di Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan tentang penanganan emesis gravidarum Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan 2 bahwa bidan dalam memberikan edukasi penanganan terhadap ibu yang mengalami emesis gravidarum yang melakukan pemeriksaan ANC sudah sesuai teori dan sudah sesuai dengan penanganan yang baik contohnya, menyarankan ibu untuk makan sedikit tapi sering, menyediakan snack atau makanan ringan untuk mengganti asupan nutrisi yang kurang, banyak minum teh hangat dan air putih. Sedangkan dalam pemberian terapi bidan memberikan obat B6 untuk mengurangi keluhan mual-muntah yang ibu rasakan. Hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan di dapatkan data bahwa terdapat 42 ibu primigravida yang mengalami emesis gravidarum. Sedangkan tedapat 5 ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum karena dalam melakukan penanganan mual muntah yang mereka rasakan beralih mengkonsumsi makanan yang asam dan tidak makan dalam porsi sedikit tetapi sering yang berakibat menyebabkan penyakit maag. Hasil wawancara yang dilakukan dengan 7 ibu primigravida yang mengalami emesis gravidarum dalam melakukan penanganan banyak beralih mengkonsumsi makanan asam seperti mangga yang belum matang, makan sedikit tetapi tidak sering, dan tidak banyak melakukan aktivitas fisik banyak memilih untuk tidur. Padahal jika penanganan seperti yang disebutukan ibu diatas itu berlanjut dapat menyebabkan komplikasi yang berdampak pada ibu dan bayi, seperti hiperemesis gravidarum, iritasi lambung bahkan sampai maag jika terlalu banyak makan - makanan asam, dapat terjadi kekurangan energi kronis dan dehidrasi jika ibu makan dengan porsi sedikit tetapi tidak sering dan asupan nutrisi kurang. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar ibu primigravida yang mengalami emesis gravidarum masih mempunyai penanganan yang kurang baik terkait dengan keluhan yang dialami meskipun mereka sudah mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan (bidan). Berdasarkan data dan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “ Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum Pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran penanganan emesis gravidarum pada ibu primigravida trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran penanganan pada pola makan ibu primigravida trimester I yang mengalami emesis gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan. b. Mengetahui gambaran penaganan pada pola aktivitas ibu primigravida trimester I yang mengalami emesis gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan. c. Mengetahui gambaran penanganan pada pola istirahat ibu primigravida trimester I yang mengalami emesis gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan Manfaat Penelitian 1. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pegawai/bidan untuk menambah wawasan tentang penanganan emesis gravidarum pada ibu hamil sehingga upaya untuk meningkatkan kesehatan pada ibu hamil lebih baik. 2. Bagi Peneliti Merupakan penerapan dari ilmu yang diperoleh selama proses pembelajaran sehingga menanamkan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian dan menambah wawasan pengetahuan tentang emesis gravidarum. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dilakukan pada tanggal 8 – 17 juli Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan 23 2014. Populasi dalam penelitian ini yaitu sejumlah 53 responden ibu hamil primigravida trimester pertama, sedangkan besar sample 43 responden yaitu ibu hamil primigravida trimester pertama yang mengalami emesis gravidarum dengan teknik pengambilan sampel sampling aksidental. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan membagikan kuesioner pada ibu hamil primigravida trimester satu yang mengalami emesis gravidarum. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data sudah ada yaitu data jumlah ibu hamil primigravida trimester pertama yaitu data yang diperoleh dari bidan desa yaitu 53 responden. Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data kuesioner. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan presentase. HASIL PENELITIAN Analisa Univariat 1. Penanganan Emesis Gravidarum Penanganan Emesis Persentase Frekuensi Gravidarum (%) Tidak Baik 15 34,9 Baik 28 65,1 Jumlah 43 100,0 Pada tabel 1 dapat diketahui dari 43 responden, penanganan emesis gravidarum sebagian besar dalam kategori baik yaitu sejumlah 28 responden (65,1%) dan sebagian kecil dalam kategori tidak baik sejumlah 15 responden (34,9%). 2. Penanganan Emesis Gravidarum pada pola makan Penanganan Persentase Frekuensi Pola Makan (%) Tidak Baik 26 60,5 Baik 17 39,5 Jumlah 43 100,0 Pada tabel 2 dapat diketahui dari 43 responden, penanganan pola makan sebagian besar dalam kategori tidak baik yaitu sejumlah 26 responden (60,5%) dan sebagian kecil kategori baik sejumlah 17 responden ( 39,5). 3. Penanganan Emesis Gravidarum pada pola aktivitas Penanganan Persentase Pola Frekuensi (%) Aktivitas Tidak Baik 14 32,6 Baik 29 67,4 Jumlah 43 100,0 Pada tabel 3 dapat diketahui dari 43 responden, penanganan pola aktivitas sebagian besar dalam kategori baik yaitu sejumlah 29 responden (67,4%) dan sebagian kecil dalam kategori tidak baik sejumlah 14 responden ( 32,6%). 4. Penangana Emesis Gravidarum pada pola istirahat Penanganan Pola Istirahat Tidak Baik Baik Jumlah Frekuensi Persentase (%) 19 24 43 44,2 55,8 100,0 Pada tabel 4 dapat diketahui dari 43 responden, penanganan pola istirahat sebagian besar dalam kategori baik yaitu sejumlah 24 responden (55,8%) dan sebagian kecil tidak baik yaitu sejumlah 19 responden (44,2%).cuku PEMBAHASAN Analisis Univariat 1. Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum Pada Ibu Primigravida Trimester I Hasil penelitian tentang penanganan emesis gravidarum pada ibu primigravida trimester I dari 43 responden menunjukkan bahwa sebagian besar melakukan penanganan yang baik yaitu sejumlah 28 responden (65,1%). Hal ini dipengaruhi karena ibu memiliki banyak Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan 43 waktu luang untuk memperhatikan kehamilannya dan melakukan penanganan emesis gravidarum karena pekerjaan responden yang sehari - harinya banyak melakukan aktivitas dirumah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa responden yang melakukan penanganan yang baik sebagian besar tidak bekerja yaitu sejumlah 30 responden (69,8%) dalam hal ini adalah sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan mempunyai peranan penting dalam penanganan emesis gravidarum, karena ibu yang mengalami emesis gravidarum harus mendapatkan istirahat yang cukup dan tidak boleh melakukan aktivitas yang dapat merangsang timbulnya rasa mual. Sependapat dengan Rukiah (2012), mengatakan bahwa wanita hamil boleh bekerja, tetapi jangan terlampau berat lakukan istirahat sebanyak mungkin, gunakan waktu luang untuk istirahat atau tidur walaupun bukan tidur betulan hanya baringkan badan untuk memperbaiki sirkulasi darah, jangan terlalu capek dan berlebihan. Selain faktor pekerjaan, penanganan emesis gravidarum juga dipengaruhi oleh pendidikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa responden yang melakukan penanganan baik sebagian besar berpendidikan SMA yaitu 17 responden (39,5%). Sejalan dengan pendapat Notoatmojo (2007), pendidikan memepengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah seseorang tersebut untuk menerima suatu informasi dalam melakukan penanganan emesis gravidarum sebaliknya jika rendah pendidikan seseorang maka makin sulit orang tersebut untuk menerima suatu informasi dan melakukan penanganan emesis gravidarum. Rahmadewi (2002), juga menyatakan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku terhadap pola hidup dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam perubahan kesehatan. Rendahnya pendidikan seseorang makin sedikit keinginan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, dan sebaliknya makin tingginya pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima informasi dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Sejalan dengan pendapat Sumijatun (2006), pendidikan merupakan faktor predisposisi adalah faktor yang ada dalam individu seperti pengetahuan, sikap terhadap kesehatan serta tingkat pendidikan. Dimana untuk berprilaku kesehatan misalnya (pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil) diperlukan pengetahuan tengang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun bagi janinnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa selain karena faktor pendidikan penanganan emesis gravidarum juga dipengaruhi karena umur responden. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebagian besar berumur 20 - 35 tahun yaitu sejumlah 30 responden (69,7%). Umur berpengaruh pada penanganan emesis gravidarum karena umur yang lebih matang makin mudah seseorang tersebut menerima suatu informasi dan melakukan penanganan dengan baik. Sejalan dengan pendapat Arini H (2012), umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal karena berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas, serta cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta dalam membina bayi dalam dilahirkan. Sedangkan ibu yang berumur 20-35 tahun, disebut sebagai “masa dewasa” dan disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk memecahkan masalah - masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat bayinya nanti. 2. Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum Pada Pola Makan Pada Ibu Primigravida Trimester I Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan 54 Hasil penelitian didapatkan sebagian besar penanganan pada pola makan dalam kategori tidak baik yaitu sejumlah 26 responden ( 60,5%). Hal ini di karenakan pemberian informasi dan komunikasi yang diberikan bidan dalam penanganan emesis gravidarum masih kurang, bidan hanya memberikan edukasi kepada ibu tidak secara menyeluruh yaitu hanya menganjurkan makan sedikit tetapi sering, dan mengkonsumsi obat dari tenaga kesehatan, sehingga ibu dalam melakukan penanganan pada pola makan tidak dilakukan secara maksimal. Pemberian informasi yang diberikan secara tidak menyeluruh menyebabkan bekurangnnya pengetahuan ibu, sehingga ibu yang mengalami emesis gravidarum tidak dapat mengambil sikap yang benar dalam melakukan penanganan terutama dalam pola makan. Sejalan dengan pendapat Kholid (2012), berpendapat bahwa pengetahuan merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Lawrence W Green dalam Kholid (2012), juga menjelaskan bahwa perilaku dibentuk oleh tiga faktor diantaranya faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Responden yang berpengetahuan baik akan memiliki perilaku baik dalam pencegahan kehamilan usia muda, hal ini disebabkan karena salah satu faktor yang mempermudah atau mendasari terjadinya perilaku (faktor predisposisi) yaitu pengetahuan. Sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010), manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan, dengan adanya kebutuhan akan muncul motivasi atau penggerak sehingga individu itu akan beraktifitas untuk mencapai tujuan dan mengalami kepuasan. Hasil tentang penanganan yang dilakukan oleh responde dalam menangani emesis gravidarum terutama dalam pola makan tidak baik,akan berdampak pada kebutuhan gizi ibu hamil yang akan digunakan untuk masa organogenesis. Sesuai pendapat Waryana (2010), saat hamil seorang wanita memerlukan asupan gizi lebih banyak. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Mengingat selain kebutuhan gizi tubuh, wanita hamil harus memberikan nutrisi yang cukup untuk sang janin. Gizi dalam masa kehamilan sangat penting bukan saja karena makanan yang diperoleh mempengaruhi hasil kehamilan tetapi juga pada keberhasilan menyusui. Sejalan dengan pendapat Nasution dalam Waryana (2010), juga mengatakan pada kehamilan trimester pertama makanan bergizi sangatlah penting. Tidak hanya sekedar mengenyangkan, melainkan juga harus bergizi. Proses pembentukan otak, sistem saraf, jantung dan organ-organ reproduksi terjadi di trimester pertama, oleh karena itu ibu harus memenuhi kebutuhan nutrisi di trimester 1 ini. Mochtar (2005), juga berpendapat kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus, prematuruss, inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis, dan lainnya. Sedangkan makanan berlebih dapat mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre eklamsia, janin besar dan sebagainya Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penanganan emesis gravidarum pada pola makan tidak baik yaitu berdasarkan koesioner nomor 5 yaitu pernyataan bahwa saya banyak makan buah dan sayuran, sebagian responden yaitu sejumlah 25 responden (58,13 % ) menjawab tidak. Padahal menurut Sjahmien Moehji dalam Waryana (2010), sayura - sayuran dan buah - buahan dibutuhkan tubuh pada ibu hamil sabagai zat pengatur yang menjamin keseimbangan zat - zat gizi dalam tubuh. Pakar nutrisi menganjurkan jumlah asupan sayur dan buah yang dianjurkan mencapai 25 - 30 gram perhari, yaitu dengan porsi Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan 65 asupan sayur 3 - 5 sajian sedangkan buah 2 - 4 sajian perhari. Sejalan dengan pendapat Rukiah (2012), karena wanita hamil memerlukan nutrisi banyak, ibu hamil Triwulan satu biasanya tidak nafsu makan dan sering timbul rasa mual muntah, karena itu gunakan piramida makanan sebagai pedoman diet, pada model piramid makanan pada puncak gula, lemak, dan minyak. Tingkat III susu, yogurt, dan keju. Tingkat II sayur dan buah - buahan. Tingkat I roti, sereal dan nasi. Wanita hamil harus benar - benar mendapatkan perhatian susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein, yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Pada pengisian kuesioner nomor 11 yaitu pernyataan saya minum obat anti muntah yang diberikan oleh tenaga kesehatan, sebagian besar yaitu sejumlah 25 responden (58,13%) menjawab tidak. Padahal sesuai pendapat Marmi (2011), ibu yang mengalami mual muntah yaitu harus diberikan obat ringan seperti vitamin B komplek, mediamer B6 sebagai vitamin dan antimuntah, Sedativa ringan : luminal 3 X 30 mg (barbiturate) valium, dan anti mual muntah : stimetil, primperan, emetrol dan lainnya. Sejalan dengan pendapat Retno (2011), hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat - obatan adalah sifat obat yang tidak teratogen, sedativa juga sering diberikan misalnya phenobarbital, vitamin yang diberikan biasanya B1 dan B6, dan perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang menjadi latar belakang terjadinya penyakit. Hasil penelitan juga menunjukkan pada pengisian kuesioner penanganan emesis gravidarum pada pola makan point nomor 12 yaitu pernyataan saya minum minuman herbal seperti teh, jahe hangat atau kapulaga untuk mengurangi mual muntah sebagian besar responden yaitu sejumlah 24 responden (70.5%) menjawab tidak. Padahal menurut Lowdermilk dan Perry (2004), salah satu jenis adaptasi maternal dapat terjadi pada sistem gastrointestinal dengan gejala kehilangan slera makan, pengurangan sekresi intestinal, gangguan fungsi liver, absorbsi, nutrisi terganggu. Pada awal kehamilan, beberapa wanita mengalami mual-mual yang disertai dengan atau tanpa muntah-muntah (morning sickness) yang dapat terjadi akibat peningkatan kadar HCG serta gangguan metabolisme karbohidrat). Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Zat-zat yang terkandung pada jahe, dapat membantu mengurangi rasa mual muntah pada ibu hamil Trimester I terutama pada bagian rimpang jahe. Sejalan dengan pendapat fitriyah (2007), mengatakan pengaturan pola diet, makanlah dalam jumlah kecil tapi sering, hindari makanan berlemak dan berprotein tinggi, perbanyak minuman yang mengandung soda hal ini dimaksudkan untuk mengurangi keasaman lambung, serta memperbanyak konsumsi teh herbal yang mengandung mentol atau jahe. 3. Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum Pada Pola Aktivitas Pada Ibu Primigravida Trimester I Hasil penelitian di dapatkan sebagian besar penanganan pada pola aktivitas dalam kategori baik yaitu sejumlah 29 responden ( 67,4%). Hal ini dipengaruhi karena sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sejumlah 30 responden (69,8%) sebagai ibu rumah tangga. Sejalan dengan Rukiah (2012), mengatakan bahwa wanita hamil boleh bekerja, tetapi jangan terlampau berat lakukan istirahat sebanyak mungkin, gunakan waktu luang untuk istirahat atau tidur walaupun bukan tidur betulan hanya baringkan badan untuk memperbaiki sirkulasi darah, jangan terlalu capek dan berlebihan. Wiknjosastro dalam prawiroharjo (2005), juga mengatakan wanita hamil boleh bekerja,. Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat agar tidak terjadi kompilasi yang Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan 76 membahayakan ibu dan janin, seperti terjadi perdarahan pervaginam, sakit perut berlebihan, suhu tubuh badan naik, berkeringat banyak, penglihatan berkunang – kunang dan hendaknya menasehatkan wanita hamil agar segera ke dokter atau ke rumah sakit jika mengalami gejala yang disebutkan diatas. Hasil penelitian tentang pola aktivitas dalam penanganan emesis gravidarum sebagian besar dilakukan dengan penanganan baik, hal ini sejalan dengan pendapat Yulianti (2012), yaitu tentang aktivitas ibu hamil adalah semua kegiatan atau kesibukan yang dilakukan oleh seorang wanita yang sedang mengandung janin mulai trimester 1 sampai trimester ke 3. Aktivitas yang biasanya dilakukan ibu hamil yaitu makan dan minum, melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan, mengasuh anak dan bekerja. Sejalan dengan pendapat Admin (2008), ibu hamil boleh melakukan aktivitas seperti biasa, seperti melakukan pekerjaan rumah tangga, bekerja, mengasuh anak, tetapi jangan berlebihan. Ibu hamil setidaknya juga memperhatikan kesehatan ibu dan bayi saat melakukan aktvitas, hindari aktivitas yang dapat membahayakan seperti melakukan olahraga secara berlebihan, mengangkat beban berat, naik turun tangga dan lainnya. Hal ini dapat memicu timbulnya komplikasi yang bisa membahayakan ibu dan janin, seperti menyebabkan perdarahan pervaginam, kekurangan cairan dan kelelahan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penanganan emesis gravidarum pada pola akivitas baik bisa dilihat dari pernyataan kuesioner nomor 15 yaitu pernyataan bahwa saya bangun tidur lebih awal jam 6 pagi untuk menghirup udara segar sebagian besar yaitu sejumlah 29 responden (67,4%) menjawab ya. Hal ini sejalan dengan teori Roehmanto dalam waryana (2010), berpendapat bahwa bangun di pagi hari tidak hanya sekedar istilah pepatah orang jaman dulu kala, "kalau bangun siang rezeki bisa dipatok ayam". Ternyata, bangun pagi juga memberikan beberapa keuntungan bagi kesehatan kita yaitu bangun pagi memberi kesempatan tubuh untuk menghirup udara segar dengan tingkat polusi rendah, memaksimalkan fungsi otak karena kualitas oksigen yang baik ini akan memaksimalkan fungsi kerja otak dan memperlancar peredaran darah sebab karena oksigen di pagi hari juga berguna untuk memperlancar peredaran darah. Pada pengisian kuesioner penanganan emesis gravidarum pada pola aktivitas baik bisa dilihat dari pernyataan kuesioner nomor 16 yaitu pernyataan saya melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki atau berlari - lari kecil, sebagian responden yaitu sejumlah 34 responden (79%) menjawab ya. Hal ini sejalan dengan teori Nirwana (2011), yaitu manfaat yang dapat diperoleh pada ibu hamil muda yang melakukan olahraga adalah, dapat mengendurkan otot-otot tubuh yang tegang serta dapat melancarkan peredaran darah dan tubuh akan terasa lebih rileks dan segar sehingga tubuh terasa semakin bugar. Sejalan dengan pendapat putra (2007), berpendapat bahwa ibu hamil boleh berolahraga, kalau selama ini ibu jarang berolahraga, maka jangan memulai olahraga yang berat saat ibu hamil. Apalagi tanpa berkonsultasi dengan dokter. Lakukan olahraga ringan yang tidak beresiko bagi ibu dan bayi misalnya pilates atau yoga, joging ringan dan jalan santai, berenang dan senam hamil. Berdasarkan hasil penelitian, pada point nomor 18 yaitu pernyataan saya melakukan istirahat lebih banyak dibandingkan sebelum hamil, sebagian besar yaitu sejumlah 29 responden (67,4%) menjawab ya. Hal ini sejalan dengan pendapat Prasadja (2009), bahwa wanita hamil harus istirahat sebanyak mungkin, untuk memperbaiki sirkulasi darah dalam tubuh ibu, jangan terlalu capek dan berlebihan. Hal ini sependapat dengan Rukiah (2009), wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan, tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan 78 disukainya. Wanita hamil juga harus menghindari posisi duduk, berdiri dalam waktu yang sangat lama. Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang mendukung kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan tidur larut malam dan kegiatan-kegiatan malam hari harus dipertimbangkan dan kalau mungkin dikurangi hingga seminimal mungkin. Tidur malam ± sekitar 8 jam/ istirahat/ tidur siang ± 1 jam. Berdasarkan hasil penelitian, pada point nomor 20 yaitu pernyataan saya menghindari aktivitas yang dapat merangsang timbulnya mual seperti membuang sampah, atau membersihkan kamar mandi, sebagian responden yaitu sejumlah 16 responden (37,2%) menjawab ya. Hal ini sejalan dengan pendapat Manuba (2010), penanganan pada pola aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa mual dan muntah yaitu jangan melakukan aktivitas yang dapat merasangsang timbulnya rasa mual contohnya, membersihkan kamar mandi yang bau dan membuang sampah yang bau agar tidak merangsang rasa mual karena ibu yang mengalami mual muntah sangat sensitif terhadap bau. 4. Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum Pada Pola Istirahat Pada Ibu Primigravida Trimester I Hasil penelitian di dapatkan sebagian besar penanganan pada pola istirahat dalam kategori baik yaitu sejumlah 24 responden ( 55,8%). Hal ini di pengaruhi karena kebanyakan ibu yang mengalami emesis gravidarum adalah tidak bekerja yaitu sejumlah 30 responden (69,8%). Hal tersebut dapat berpengaruh dalam penanganan karena ibu yang tidak bekerja dapat melakukan istirahat kapan saja yang mereka perlukan dibandingkan ibu yang bekerja. Sejalan dengan pendapat Rukiah ( 2009), juga mengatakan bahwa ibu yang mengalami emesis gravidarum harus melakukan istirahat lebih banyak dibandingkan ibu hamil yang tidak mengalami emesis gravidarum, karena istirahat yang cukup dapat mengurangi mual muntah yang ibu rasakan. Penanganan pada pola istirahat dalam penanganan emesis gravidarum sebagian besar baik sejalan dengan pendapat Wiknkosastro (2005), wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Jadwal istirahat dan tidur perlu di perhatikan dengan baik, karena istirahat yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin. Tidur pada malam hari selama kurang lebih delapan jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada siang hari selama satu jam. Ibu hamil harus menghindari posisi duduk dan berdiri dalam menggunakan kedua ibu jari, dilakukan dua kali sehari selama dua menit. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penanganan emesis gravidarum pada pola istirahat baik yaitu berdasarkan kuesioner nomor 21 yaitu pernyataan bahwa saya tidur malam 7 – 8 jam dalam sehari dan tidur siang 1 – 2 jam sehari, sebagian responden yaitu sejumlah 37 responden (86%) menjawab ya. Sesuai dengan pendapat Wiknjosastro (2005), berhubungan dengan kebutuhan kalori pada masa kehamilan, sebaiknya pada ibu hamil banyak istirahat atau tidur yaitu tidur malam 7 - 8 jam perhari dan tidur siang 2 jam dalam sehari, walau bukan tidur betulan hanya baringkan badan untuk memperbaiki sirkulasi darah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa berdasarkan kuesioner nomor 26 yaitu pernyataan bahwa saya bangun dari tidur secara perlahan, sebagian responden yaitu sejumlah 28 responden (65,11%) menjawab ya. Hal ini sejalan dengan pendapat Manuba (2010), mengatakan bahwa disaat tidur bangunlah tidur secara perlahan, dan luangkan waktu untuk bangkit dari tempat tidur secara perlahan - lahan. Nirwana (2011), juga mengatakan biasakan untuk bergerak perlahan, dan hindari bergerak dengan gerakan refleks dan cepat. Saat bangun pagi, jangan Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan 89 terburu-buru untuk bangun dan berdiri. Duduklah sebentar dan bersandar pada tempat tidur. Setelah beberapa saat, baru bergerak perlahan dan berdiri. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa berdasarkan kuesioner nomor 25 yaitu pernyataan bahwa saya mendengarkan musik, membaca buku bayi atau membaca majalah kesayangan disaat menjelang tidur, sebagian responden yaitu sejumlah 19 responden (44,1%) menjawab tidak. Padahal menurut Manuaba (2010), pada ibu yang mengalami mual muntah, luangkanlah waktu untuk beristirahat santai sambil mendengarkan musik atau membaca majalah tentang kehamilan. Cara tersebut sangat membantu untuk mengatasi mual dan muntah dan mual pada masa kehamilan. Karena, bila seorang Ibu hamil mengalami stres maka hal itu justru akan memperburuk rasa mual dan muntah yang dialami. PENUTUP Kesimpulan 1. Gambaran penanganan emesis gravidarum sebagian besar dalam kategori baik yaitu sejumlah 28 responden (65,1%) dan sebagian kecil dalam kategori tidak baik sejumlah 15 responden (34,9%). 2. Gambaran pola makan dalam penanganan emesis gravidarum sebagian besar dalam kategori tidak baik, yaitu sejumlah 26 responden (60,5%) dan sebagian kecil kategori baik sejumlah 17 responden ( 39,5). 3. Gambaran pola aktivitas dalam penanganan emesis gravidarum sebagian besar dalam kategori baik yaitu sejumlah 29 orang (67,4%) dan sebagian kecil dalam kategori tidak baik sejumlah 14 responden ( 32,6%). 4. Gambaran pola istirahat dalam penanganan emesis gravidarum sebagian besar dalam kategori baik yaitu sejumlah 24 responden (55,8%) dan sebagian kecil tidak baik yaitu sejumlah 19 responden Saran 1. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa pada saat penelitian agar dapat menggali lebih luas lagi tentang cara penanganan emesis gravidarum dan mengembangkan pola penanganan emesis gravidarum yang lain seperti pola minum, dan pola konsumsi obat. 2. Bagi tenaga kesehatan (Bidan Desa) Hendaknya bidan memperdalam pemberian konseling tentang penanganan emesis gravidarum yaitu agar lebih ditekankan pada konseling pola makan agar ibu melakukan penanganan yang baik dan benar terutama dalam mengkonsumsi buah, sayur, dan obat agar maul muntah yang dialami ibu tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. 3. Bagi ibu hamil Bagi ibu hamil agar lebih baik dalam mengambil sikap dan meningkatkan penanganan emesis gravidarum agar tidak berlanjut menjadi komplikasi terutama ditekankan dalam penanganan pola makan yang sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. 4. Bagi keluarga Bagi keluarga harus selalu memperhatikan ibu dalam melakukan penanganan agar penanganan yang dilakukan oleh ibu sesuai dengan penanganan emesis yang benar, terutama melakukan perhatian khusus pada pola makan ibu. DAFTAR PUSTAKA Admin.2008. Keluhan Ibu Hamil. Jakarta : Trans Info Media Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Janiwarty, Bethsaida. 2013. Pendidikan Psikologi Untuk Bidan . Jakarta : Andi Publiser. Kholid, Ahmad. 2012. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan 9 10 Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC. Marmi . 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Marmi dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Nirwana. 2011. Kapita Selekta Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : PT Rieneka Cipta Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Partino R dan Idrus M. 2009. Statistik Deskriptif. Yogjakarta: Safiria Insania Press. Putra Rezima. 2011. Pola Tidur. Yogyakarta: Buku Biru Rukiah, Yeyeh dkk . 2013. Asuhan Kebidanan I. Jakarta : Trans Info Media saifuddin,A.B. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Saryono dan Ari Setiawan. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sastrawinata, sulaiman. 2007. Obstetri Patologi. EGC,Jakarta. Sastroasmoro S dan Ismael S. 2011. Dasardasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Setyawan, Ari. 2011. Metodelogi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta. Nuha Medika Sugiyono.2008. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta Sulistyawati, Ari. 2009 . Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan . Jakarta: Salemba Medika. Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu kandungan. Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. : Gambaran Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Primigravida Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrayung II Kabupaten Grobogan 10 11