HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN OBAT ANTIDEPRESAN PADA MAHASISWA PSIK STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN KECAMATAN UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Ulul Azmi Waris Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT Adolescence period is identical with great curiosity which can bring the teenagers into the behavior of drug abuse, alcoholism or premarital sex. One of the affecting factor is the living environment. The purpose of this study was to determine the relationship between neighborhood with the behavior of antidepressant drug abuse in the nursing students at Ngudi Waluyo School Of Health Ungaran, Ungaran District, Semarang Regency. The design in this study used descriptive correlation, and cross-sectional approach. The total population was 166 students with the samples of 62. The sampling used quota Sampling and data collecting used the questionnaires. Statistic analysis used Chi -square. The results showed that the nonsupportive neighborhood factor was in 35 nursing students (56.5 %), and most of the respondents were not included in the behavior of antidepressant drug abuse, namely 47 nursing students (75.8 %). There was a significant relationship between neighborhood with the behavior of antidepressant drug abuse in the nursing students, with p value of 0.016 ( α = 0.05 ) . It expects the students to be more careful toward the adverse effects of antidepressant drug abuse that can be generated from the friends and relationships . Keywords: neighborhood, the Behavior of Antidepressant Drug Abuse PENDAHULUAN Remaja merupakan kelompok penduduk yang perlu mendapatkan perhatian, berdasarkan sensus penduduk BPS (Biro Pusat Statistik) pada tahun 2011, jumlah remaja sebanyak 237 juta jiwa. Besarnya jumlah kelompok usia remaja jelas memerlukan perhatian dan penanganan serius dari seluruh pihak. Apalagi bila dikaitkan dengan derasnya arus kemajuan teknologi informasi globalisasi saat ini, remaja dengan mudah mengakses materi produk yang belum sepantasnya mereka konsumsi, dari sumber yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Dampak negatif yang menimpa kaum remaja akibat pergaulan bebas dikhawatirkan terjadi penyalahgunaan obatobat terlarang, alkoholisme, dan kekerasan, sampai dengan penularan HIV/AIDS di kalangan usia muda, juga menjadi akses atau dampak lanjutan dari akar permasalahan remaja (BKKBN,2010). Di Indonesia dilihat dari tahun ke tahun, penyalahgunaan obat anti depresan terus meningkat. Penyalahgunaan obat menjadi ancaman serius terhadap masa depan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Angka penyalahgunaan obat penenang di kalangan pelajar dan mahasiswa, menurut hasil survei 2006 menunjukkan peningkatan dibanding tahun- tahun sebelumnya. Survei nasional yang dilakukan BNN tahun 2006 tentang penyalahgunaan obat pada 13,710 siswa dan mahasiswa dari 30 provinsi menunjukkan bahwa 5,8% pernah memakai obat penenang dan 3,9% atau 4 dari 100 responden memakai obat penenang. Masa remaja memang identik dengan rasa keingintahuan yang besar, yang akhirnya membuat penasaran dan akhirnya menjadikan mereka mencoba- coba, namun bila tidak dikelola dengan baik maka rasa keingintahuan tersebut bisa menimbulkan masalah dan akan menjerumuskan mereka ke dalam hal- hal yang tidak baik. Rasa ingin tahu yang membawa Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang 1 remaja pada tindakan coba- coba rupanya juga menjadi salah satu alasan yang mendasari remaja melakukan penyalahgunaan obat- obat terlarang, minum-minuman keras, sampai melakukan hubungan seksual pranikah (Sarwono, 2012). Penyalahgunaan obat adalah penggunaan senyawa apapun yang dikontrol secara internasional di luar kepentingan medis dan sains, termasuk penggunaan obat tanpa resep, dalam jumlah yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang tidak dapat ditentukan (Betram, 2007). Salah satu obat yang sering di salahgunakan di antaranya adalah obat antidepresan. Obat anti depresan adalah zat-zat yang menyebabkan timbulnya efek perilaku tenang (sedatif). Termasuk didalamnya antara lain alkohol, obat- obatan sedatif, hipnotik dan anxiolytics dari kelompok barbiturates dan benzodiazepines (Fitri, 2005). Meskipun semua orang mengetahui tentang bahaya yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan obat antidepresan, tetapi hal ini tidak pernah surut dan sudah wajar dipandang oleh para remaja, khususnya remaja laki-laki (Susilo, 2009). Dampak jangka panjang dari penyalahgunaan obat antidepresan adalah gangguan pada sistem saraf (neurologis) seperti: kejang- kejang, gangguan kesadaran, dan kerusakan sistem saraf tepi, gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah, gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernapas, pengerasan jaringan paru-paru (Iskandar, 2008). Fenomena perilaku penyalahgunaan obat di lingkungan mahasiswa juga merupakan fenomena sosial yang sering kita jumpai. Lingkungan universitas merupakan tempat berkumpulnya individu dari berbagai daerah dengan keunikan sendiri dan tipe kepribadian yang berbeda. Cara individu dalam lingkungan sosialisasi, penyesuaian baru serta stress yang dialaminya berbeda satu sama lain. Menurut Theodonus dkk (1998) penyalahgunaan obat Penenang berkaitan dengan riwayat pemakaian obat pada keluarga. Tergambar bahwa pengguna obat lebih banyak terjadi dikalangan remaja yang mempunyai kakak, ayah dan ibu yang menggunakan obat-obat antidepresan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku penyalahgunaan obat 2 antidepresan pada seseorang diantaranya pengaruh keluarga, pengaruh teman, faktor kepribadian, dan pengaruh lingkungan. Pengaruh keluarga, salah satu temuan tentang remaja yang menyalahgunakan obat adalah bahwa anak- anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anakanaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras, lebih mudah untuk menjadi pecandu obat dibanding anak- anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Pengaruh teman, berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja yang mengkonsumsi obat, maka semakin besar kemungkinan teman- temannya adalah pecandu obat dan demikian sebaliknya. Faktor kepribadian, orang mencoba untuk menggunakan obat karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari kebosanan. Pengaruh lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh terhadap perilaku atau sikap remaja dimana dilihat dari lingkungan tempat tinggal seseorang yang baik maka pergaulannya juga akan baik, dan begitu juga sebaliknya dan faktor lingkungan sering merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Poltekes Depkes, 2010). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan dengan mahasiswa pada tanggal 15 Oktober 2014 di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, hasil wawancara delapan mahasiswa terdapat tujuh orang mahasiswa menggunakan obat antidepresan dan satu mahasiswa tidak menggunakan obat antidepresan. Diantara tujuh mahasiswa yang menggunakan obat antidepresan, dua mahasiswa mengatakan bahwa dia tinggal di lingkungan yang tidak ada seorangpun temannya menggunakan obat anti depresan, tetapi mengatakan bahwa dia sendiri menggunakan obat anti depresan dengan alasan untuk menghilangkan stres ketika dia lagi ada masalah dan banyak tugas. Tiga diantaranya mengatakan mereka menggunakan obat anti depresan dan di lingkungan mereka banyak teman-temannya yang menggunakan obat anti depresan dengan alasan ingin cobacoba, untuk mencari sensasi dan mencoba hal baru, mereka juga mengatakan bahwa orang tua mereka tidak mengetahui kalau mereka menggunakan obat anti depresan. Dua mahasiswa mengatakan mereka menggunakan obat anti depresan ketika berada di tempat Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang hiburan saja. Sedangkan satu mahasiswa mengatakan bahwa dia tinggal di lingkungan yang teman-temannya ada yang menggunakan obat anti depresan tetapi dia tidak menggunakan obat anti depresan ketika mengalami stres dan menghilangkan stres, meskipun mereka yang tinggal bersama seorang pengguna lebih beresiko dari pada orang yang tempat tinggalnya di lingkungan yang tidak menggunakan obat antidepresan. Dari keterangan- keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat mahasiswa yang menyalahgunakan obat anti depresan dari bermacam-macam alasan. Dari masalah yang muncul diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Anti Depresan Pada Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran”. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Mahasiswa PSIK yang bersedia menjadi responden; 2) Mahasiswa termasuk dalam usia remaja akhir 18-21 tahun. Sedangkan kriteria eksklusinya yaitu tesponden yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak bersedia berpartisifasi dalam penelitian atau menolak menjadi responden. Jumlah sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah 62 responden. Dalam pengambilan sampel digunakan teknik Non probability sampling yaitu cara pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segisegi kepraktisan belaka. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2729 Januari 2015 pada mahasiswa laki-laki di Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar variabel. Desain ini dipilih karena peneliti mencoba untuk menyelidiki hubungan faktor lingkungan tempat tinggal terhadap perilaku penyalahgunaan obat antidepresan pada Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pendekatan waktu Cross Sectional, yaitu suatu metode pengambilan data yang dilakukan pada satu waktu yang sama dengan subyek yang berbeda. Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Data primer dalam penelitian ini didapat dengan cara memberikan kuesioner tentang faktor penyebab perilaku penyalahgunaan obat anti depresan dan kejadian perilaku penyalahgunaan obat antidepresan yang terjadi pada mahasiswa di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Adapun data sekunder pada penelitian ini adalah data jumlah mahasiswa di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2014/2015. Alat untuk mengumpulkan data berupa kuesioner tentang faktor lingkungan tempat tinggal dengan perilaku penyalahgunaan obat anti depresan. Populasi, Sampel dan Tekhnik Sampling Analisa Data Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa laki-laki di program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran dari semester 1-7 yang berjumlah 166 orang pada tahun 2014/2015. Analisis Univariat Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan faktor lingkungan tempat tinggal dengan perilaku penyalahgunaan obat antidepresan pada mahasiswa di Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo. Analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari penyalahgunaan obat antidepresan pada mahasiswa. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi mahasiswa di program Studi keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Analisis Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan atau korelasi Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang 3 antara faktor lingkungan tempat tinggal terhadap perilaku penyalahgunaan obat antidepresan pada mahasiswa. Analisa ini menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan uji Chi square. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Lingkungan Tempat Tinggal Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2015 Lingkungan Frekuensi Persentase Tempat Tinggal (%) Tidak mendukung 35 56,5 Mendukung 27 43,5 Jumlah 62 100,0 Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa dari 62 responden mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, sebagian besar tinggal di lingkungan tempat tinggal yang tidak mendukung yaitu sejumlah 35 Mahasiswa (56,5%), sedangkan responden yang tinggal di lingkungan tempat tinggal yang mendukung yaitu sejumlah 27 Mahasiswa (43,5%). Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan pada Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2015 Perilaku f Persentase Penyalahgunaan (%) Obat Antidepresan Tidak perilaku 47 75,8 penyalahgunaan obat antidepresan Perilaku 15 24,2 penyalahgunaan obat antidepresan Jumlah 62 100,0 Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden di Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran tidak termasuk perilaku penyalahgunaan obat antidepresan, yaitu sejumlah 47 responden (75,8%), sedangkan responden di Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang termasuk perilaku penyalahgunaan obat antidepresan, yaitu sejumlah 15 responden (24,2%). Analisis Bivariat Tabel 3. Hubungan Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan Pada Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Perilaku penyalahgunaan obat antidepresan Tidak Perilaku Perilaku Total Lingkungan penyalahgunaan obat penyalahgunaan p-value tempat tinggal antidepresan Obat Antidepresan Persentase Persentase Persentase F F F (%) (%) (%) Tidak mendukung 22 62,9 13 37,1 35 100 0,016 Mendukung 25 92,6 2 7,4 27 100 Jumlah 47 75,8 15 24,2 62 100 Berdasarkan uji Chi Square diperoleh pvalue 0,016. Oleh karena p-value 0,016 < α (0,05), maka H0 ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lingkungan tempat tinggal dengan perilaku penyalahgunaan obat antidepresan pada Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. 4 PEMBAHASAN Lingkungan tempat tinggal Dari hasil kuesioner yang di isi oleh responden yaitu 15 responden (24,2%) mengatakan di lingkungannya ada yang menggunakan obat antidepresan, 13 responden (20,9%) tinggal di lingkungan orang yang Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang menggunakan obat antidepresan, 11 responden (17,7%) mengatakan akrab dengan teman yang menggunakan obat antidepresan, 10 responden (16,1%) sering kumpul-kumpul dengan teman yang menggunakan obat antidepresan, 8 responden (12,9%) mengisi kusioner pernah di tawarkan untuk menggunakan obat antidepresan oleh teman di lingkungan tempat tinggal, 6 responden (9,6%) mengatakan bahwa teman sering main ke kos untuk menyalahgunakan obat antidepresan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 62 responden mahasiswa di Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran sebagian besar tinggal di lingkungan yang tidak mendukung yaitu sejumlah 35 (56,5%) responden, dan responden yang tinggal di lingkungan yang mendukung sebanyak 27 (43,5%). Pada saat ini lingkungan keluarga merupakan faktor utama dalam menghadapi anak remaja yang sedang bergejolak. Apabila orang tua kurang memperhatikan dan kurang memberi arahan serta pengawasan pada anak yang dapat mengakibatkan ikatan orang tua terhadap si anak akan semakin renggang, sehingga anak tersebut mencari kesibukan di luar rumah. Di tambah lagi kurangnya komunikasi antara anak dengan orang tua yang mengakibatkan orang tua akan ketinggalan informasi tentang keadaan anak tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh kesibukan orang tua dalam berbagai aktivitas dalam upaya pemenuhan hidupnya, sehingga perhatian terhadap anak-anaknya menjadi terabaikan. Lingkungan dalam penelitian ini adalah lingkungan kos dimana lingkungan seperti ini merupakan lingkungan yang tidak menetap dari responden sehingga dalam hal ini dari lingkungan sebelumnya yang di tempati oleh responden dapat di katakan sebagai lingkungan yang mendukung dan tidak mendukung. Perilaku penyalahgunaan obat antidepresan Kuesioner yang diisi oleh 62 responden menunjukkan sebanyak 47 (75,8%) responden mengatakan mereka tidak mengkonsumsi obat antidepresan, Sebaliknya pada 15 responden (24,2%) mengatakan mereka mengkonsumsi obat antidepresan. Hasil dari kuesioner sebanyak 12,9% responden mengkonsumsi obat antidepresan ketika lagi ada masalah, hal ini sesuai dengan pendapat psikiater Dr. Graham Blaine mengemukakan bahwa biasanya seorang remaja menyalahgunakan obat dengan beberapa sebab di antaranya adalah untuk menghilangkan kegelisahan, mengisi kekosongan, menumbuhkan rasa percaya diri, frustasi dan problem dalam hidup. Sebanyak 11,2% responden mengatakan mereka mengkonsumsi obat antidepresan awalnya ingin coba-coba, menurut Achmad (2014) penyalahgunaan obat antidepresan menggunakan obat antidepresan secara cobacoba atau penggunaan yang di lakukan secara rekreasional atau penggunaan yang bersifat situasional termasuk perilaku penyalahgunaan obat antidepresan tingkat ringan. Sejumlah 9,6% responden mengkonsumsi obat antidepresan ketika lagi tegang, sesuai dengan apa yang di kutip oleh Iskandar (2008) alasan seseorang menyalahgunakan obat yakni untuk mengatasi stres dalam hal ini pemakaian obat memberikan perasaan santai sehingga dapat melupakan masalah yang di hadapi, mereka memakai obat agar mereka rileks atau tenang dari situasi yang menegangkan, dengan memakai obat dapat menghindari rasa sedih, tertekan atau marah dan memakai obat juga di jadikan sebagai cara meredakan rasa takut dan tidak percaya diri. Dan 9,6% responden mengatakan mengkonsumsi obat antidepresan ketika lagi ada masalah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 62 responden mahasiswa di Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran sebagian besar responden tidak termasuk perilaku penyalahgunaan obat antidepresan sejumlah 47 (75,8%), sedangkan responden yang termasuk dalam perilaku penyalahgunaan obat antidepresan sebanyak 15 responden (24,2%). Tanda-tanda perilaku penyalahgunaan obat antidepresan tersebut sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Daryo (2004) yang menyebutkan bahwa yang dinamakan perilaku penyalahgunaan obat ialah mereka yang dalam hidupnya, memang memiliki masalah dengan obat-obatan dan alkohol, yakni baik secara fisik, mental, emosional, maupun spiritual. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka telah terkondisikan sedemikian rupa, sehingga mereka menggunakan obat/alkohol. Mungkin mereka hanya menggunakan obat/alkohol satu kali dalam sebulan atau seminggu sekali, namun mereka tidak bisa menghentikan kebiasaan itu. Mereka secara kognitif, tahu bahwa obat-obatan atau alkohol itu dapat menyebabkan suatu masalah dalam kehidupan, Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang 5 namun mereka tidak mampu mengontrol diri untuk tidak menggunakannya. Karena itu, mereka tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak menggunakan obat/alkohol. Biasanya pergaualan mereka pun bersama dengan penggunaan obat/alkohol. Secara subjektif individual, penyalahgunaan obat oleh kaum remaja sebagai salah satu akselerasi upaya individual/subyek agar dapat mengungkap dan menangkap kepuasan yang belum pernah di rasakan dalam kehidupan keluarga yang hakikatnya menjadi kebutuhan primer dan fundamental bagi setiap individu, terutama bagi anak remaja yang sedaang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupannya. Secara obyektif penyalahgunaan obat merupakan visualisasi dari proses isolasi yang pasti membebani fisik dan mental sehingga dapat menghambat pertumbuhan yang sehat (Sudarsono, 2012). Penyalahgunaan obat (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) adalah satu dari perilaku resiko tinggi, Penyalahgunaan obat antidepresan menimbulkan perasaan enak, nikmat, senang, bahagia, tenang dan nyaman, tetapi ketergantungan pada obat antidepresan dapat juga mengakibatkan dampak negatif dan berbahaya, baik secara fisik, psikologis, dan sosial (Saputro, 2011). Di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir penyalahgunaan obat meningkat pesat. Jumlah tersangka meningkat dari 4.924 orang tahun 2001 menjadi 31.635 orang tahun 2006 (Mabes Polri, 2007). Angka-angka yang dilaporkan ini hanya puncak gunung es dari masalah penyalahgunaan obat yang jauh lebih besar (BNN, 2008). Hasil Penelitian yang dilakukan oleh BNN pada tahun 2010 di Indonesia Menyatakan angka prevalensi penyalahgunaan obat semakin meningkat dari angka 1,55% menjadi 1,99% dari jumlah penduduk Indonesia (3,6 Juta orang) dan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8% (5,1 Juta orang). Menurut Firmansyah (2011) mengemukakan bahwa remaja yang menyalahgunakan obat dikarenakan pengaruh lingkungan. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyalahgunaan obat , baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Karena ketiga lingkungan tersebut adalah lingkungan dimana remaja selalu berinteraksi. Remaja adalah suatu 6 tahapan dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia yang selalu ingin mencoba hal-hal baru, lingkungan yang buruk selalu menawarkan hal-hal yang buruk pula, dengan rasa ingin tau yang tinggi remeka sering menerima apapun yang ditawarkan, termasuk obat. Mereka ini rata-rata menjadikan obat atau alkohol sebagai sebuah pelarian dari masalah yang tengah mereka hadapi. Masalah ini bisa berasal dari keluarga yang tidak haromonis atau bahkan teman-teman sendiri. Untuk itu mulailah lebih peduli dengan teman-teman kalian, karena bisa saja kalian menjadi sumber penyebab mengapa mereka menyalahgunakan obat. Hubungan faktor lingkungan tempat tinggal dengan perilaku penyalahgunaan obat antidepresan pada mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Berdasarkan uji Chi Square diperoleh pvalue 0,016. Oleh karena p-value 0,016 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lingkungan tempat tinggal dengan perilaku penyalahgunaan obat antidepresan pada Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. Dari hasil penelitian dapat di ketahui bahwa dari hasil kuesioner yang di isi oleh responden pada mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, jumlah responden yang tidak berperilaku menyalahgunakan obat antidepresan di lingkungan yang tidak mendukung sebanyak 22 (62,9%), sedangkan responden yang tidak berperilaku di lingkungan yang mendukung sebanyak 25 (92,6%) dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa sebagian besar responden pada mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran sebagian besar tidak berperilaku menyalahgunakan obat antidepresan di lingkungan yang mendukung sedangkan responden yang berperilaku menyalahgunakan obat antidepresan di lingkungan yang tidak mendukung sebanyak 13 (37,1%) dan responden yang berperilaku menyalahgunakan obat antidepresan di lingkungan yang mendukung sebanyak 2 (7,4%) responden, dan dapat di simpulkan bahwa responden pada mahasiswa Program Studi Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang Ungaran sebagian besar tidak berperilaku menyalahgunakan obat antidepresan baik di lingkungan yang mendukung dan tidak mendukung. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh M. Mashuri pada tahun 2012 tentang Hubungan teman sebaya terhadap penggunaan NAPZA dengan hasil dari 120 responden pada pelajar di DKI jakarta terdapat 34 (28,3%) responden menggunakan NAPZA di karenakan dari teman sebaya. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nusiriska Prisaria (2012), ada hubungan positif antara pengaruh teman sebaya terhadap penggunakan NAPZA (p=0,028 : r=0,226). Menurut Triswanto (2007) ada beberapa faktor yang menyebabkan para remaja menyalahgunakan obat di antaranya seperti: 1). pengaruh orang tua (keluarga), golongan usia remaja rentan terpengaruh untuk berperilaku menyalahgunakan obat salah satunya adalah berasal dari suasana rumah tangga yang kurang bahagia dimana orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya karena kesibukan orang tua dalam berbagai aktivitas apabila orang tua kurang memperhatikan dan kurang memberikan arahan serta pengawasan shingga komunikasi dan hubungan antara anak dan orang tua menjadi renggang. 2). Pengaruh teman, dari lingkungan pergaulan antara teman atau kelompok teman sebaya, para remaja mengenal obat antidepresan termasuk pergaulan dari luar. 3). Faktor kepribadian, pada faktor ini orang biasanya menyalahgunakan karena rasa ingin tau, mudah menerima segala sesuatu yang masuk pada dirinya. 4). Lingkungan, lingkungan merupakan dimana di dalamnya terjadi proses interaksi antara masyarakat dengan lingkungan. 5). Faktor nilai-nilai keyakinan, agama merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja, sebagian orang berpendapat bahwa nilai moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang sedang beranjak dewasa sehingga tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Di sisi lain tiadanya nilai moral dan keyakinan ini sering di tuding sebagai faktor penyebab remaja melakukan perbuatan-perbuatan negatif (Sarlito W. Sarwono, 2004). Semua lingkungan masyarakat berbeda antara satu dengan yang lain, misalnya di pengaruhi oleh faktor keturunan, lingkungan fisik, ekonomi, sosial budaya. Lingkungan yang tidak baik dapat mempengaruhi seseorang untuk melanggar norma-norma yang ada di dalam masyarakat, perilaku terhadap kebiasaan kurang baik yang di terimanya dalam interaksi menjadi hal yang biasa bagi individu. Pada saat ini usia remaja memang masa yang penuh dengan bergaul, remaja biasanya lebih suka dengan pergaulan yang bebas baik di dalam dan di luar lingkungan tempat tinggal mereka. Dari hasil penelitian yang di lakukan responden yang tinggal di lingkungan yang mendukung sebanyak 27 (43,5%) artinya mereka yang tinggal bersama di lingkungan yang mendukung atau yang menggunakan obat antidepresan lebih beresiko untuk berperilaku menyalahgunakan obat antidepresan, karena individu akan berinteraksi dengan antara satu dengan lainnya atau teman yang ada di lingkungannya. Aspek lingkungan pergaulan remaja menurut Hadi (2005). Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Dalam penelitian ini lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh terhadap perkembangan remaja dimana selain lingkungan merupakan menjadi tempat berinteraksi dari beberapa individu lingkungan juga merupakan indikator suatu kelompok atau masyarakat dalam berperilaku baik atau buruk terhadap suatu tindakan maupun perkataan seseorang, jikalau lingkungan tempat tinggalnya baik maka individu atau seseorang tersebut akan lebih mudah untuk berperilaku baik tanpa ada hambatan atau kendala yang menjadi pemicu bergesernya nilai-nilai budi pekerti yang di miliki, seseorang akan lebih sulit untuk berperilaku menyimpang karena di lingkungan sekitar tidak ada yang berperilaku seperti itu. Begitu sebaliknya jika di suatu lingkungan tersebut buruk maka individu memiliki kesempatan untuk berperilaku menyimpang di suatu lingkungan tersebut, dimana indivdu dapat beranggapan bahwa melakukan perilaku menyimpang itu menjadi hal yang biasa karena di lingkungannya juga ada yang seperti itu (berperilaku menyimpang). Menurut Notoatmodjo (2010) adapun faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku antara lain: Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan, Faktor prndukung, faktor pendukung dalam hal ini faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang terwujud seperti dari hasil penelitian ini tinggal Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang 7 di lingkungan yang mendukung atau menggunakan obat antidepresan dimana lingkungan dapat menjadi media untuk berperilaku menyalahgunakan obat antidepresan. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini hanya menganalisa tentang perilaku penyalahgunaan obat antidepresan dan faktor lingkungan tempat tinggal saja yang mempengaruhi penyalahgunakan obat antidepresan di Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, karena masih banyak faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku penyalahgunaan obat antidepresan tetapi tidak di teliti seperti faktor orang tua (keluarga), teman, faktor kepribadian, nilai-nilai keyakinan (agama). KESIMPULAN Sebagian besar responden mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan yang tinggal di lingkungan kampus STIKES Ngudi Waluyo Ungaran tinggal di lingkungan tempat tinggal yang tidak mendukung, yaitu berjumlah 35 Mahasiswa Program Studi Keperawatan (56,5%). Sebagian besar responden mahasiswa yang tinggal di lingkungan kampus STIKES Ngudi Waluyo Ungaran tidak termasuk perilaku penyalahgunaan obat antidepresan, yaitu sejumlah 47 mahasiswa PSIK (75.8%). Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan tempat tinggal dengan perilaku penyalahgunaan obat antidepresan pada Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran dengan hasil (p-value = 0,016<α (0,05). SARAN Bagi tenaga kesehatan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah pengetahuan para tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien baik dalam lingkup lingkungan tempat tinggal ataupun lingkungan pelajar, agar dapat mengontrol kebiasaan buruk tersebut yang dapat mengganggu kesehatan pasien. Bagi masyarakat/lingkungan, diharapkan meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak buruk dari perilaku penyalahgunaan obat antidepresan pada kalangan pelajar atau 8 mahasiswa agar dapat menjadi renungan dan evaluasi masyarakat tentang perhatian akan bahaya yang ditimbulkan dari perilaku penyalahgunaan obat antidepresan. Bagi mahasiswa dan pelajar, mahasiswa atau pelajar agar lebih berhati-hati dan waspada terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan obat antidepresan yang bisa ditimbulkan dari lingkungan, dan teman pergaulan DAFTAR PUSTAKA [1] Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. PT Rineka Cipta: Jakarta. [2] Ahmadi,A dan Uhbiyati, N .2005. Ilmu Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. [3] Ali, M. & Asrori, M. (2011). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Pontianak : Bumi Aksara. Jakarta : Salemba, Medika. [4] Al. Bachri. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka. Cipta. Jakarta. [5] Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia. [6] Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta, Rineka Cipta. [7] BKKBN. 2010. Rencana Strategi Kementerian Kesehatan. Tahun 20082014. Jakarta: Salemba Medika. [8] Darmono. 2011. Toksikologi Narkoba dan Alkohol. Jakarta: UI. [9] Dariyo. A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Ghalia Indonesia. [10] Depkes RI. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan. Tahun 20102014. Jakarta : Salemba Medika [11] Depkes RI. 2004. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta : Salemba Medika. [12] Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya. [13] Dewi, (2012). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Penyalahguna Narkotika. Jurnal Hukum Universitas Udayana. Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang [14] Fausiah. F. 2008. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UI. [15] Firmansyah. 2011. Mengatasi Narkoba Dengan Welas Asih. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama [16] Hartadi, (2008), Penyalahgunaan Obat Terlarang Di Kalangan Remaja/Pelajar, Http:// Www.Kiis-Jakarta.Org/Files/ 303009napza [17] Hawari, D. (2004). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI. [18] Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. [19] Hidayat. A. A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. [20] Irfan. 2008. ‘Hipertensi : Faktor Resiko dan Penatalaksanaannya’, Pusat Jantung. Nasional Harapan Kita, [online], dari : http//PJNHK.go.id.[18 april 2013]. [29] Putera, D, P. 2008 Hubungan Kepribadian dan Lingkungan Pergaulan dengan PrestasiBelajar Siswa, FKIP UNS Surakarta, Skripsi [30] R. Betram., G.Katzung. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 9th Edition. Mc Graw Hill. USA. [31] Saputro, Eko. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Napza Dengan Sikap Dalam Penyalahgunaan Napza Pada Siswa Di Sma Al-Islam 3 Surakarta. Diambil Dari Etd.Eprints.Ums.Ac.Id Tanggal 20 Februari 2011. [32] Sari, EN. 2009. Diskresi Kepolisian RI dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba yang dilakukan oleh Anak. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. [33] Sarwono. 2012. NAPZA dan Tubuh Kita. Jakarta: Jendela. [21] Iskandar, Anang. 2008. Anti Drugs Campaign Goes To School. Jakarta: BNN. [34] Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta. [22] Joewana, (2005). Dukungan Psikososial Keluarga dalam Penyembuhan Pasien NAPZA di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatra Utara. Jurnal Keperawatan Jiwa USU [35] Sujanto, Agus. 2005. Psikologi Umum. Pustaka Bani Quaraisy: Bandung. [23] Kartono. 2003. Patologi Sosial, jilid I. Rajawali, Jakarta. [24] Nevid, A., Tomb. (2007). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC. [25] Ngalim, P. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosda Karya. [26] Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. [27] Notoatmodjo, S (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta [28] Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktek. Alih Bahasa, Yasmin Asih. Ed.4. Jakarta : EGC. [36] Sudarsono. 2012. Kenakalan Remaja. Jakarta: Renika Cipta. [37] Suhartini. 2010. Perilaku Sosial Keagaman Pengguna Narkoba Dan Minuman Keras. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. [38] Sunaryo. 2004. Psikologi Keperawatan. Jakarta: EGC. untuk [39] Walgio. 2004. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Bandung: Erlangga. [40] Winarto. 2007. Ada Apa dengan Obatobatan. Semarang: Aneka Ilmu. [41] Yunita. 2009. Toksikologi Narkoba Dan Alkohol (Pengaruh Neorotoksisitasnya Pada Saraf Otak). UI-Press: Jakarta. Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Antidepresan Pada Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang 9