5273

advertisement
ARTIKEL
PENGELOLAAN KETIDAKPATUHAN TERAPI PENGOBATAN PADA KELUARGA Tn. S
KHUSUSNYA Tn. S DENGAN TBC DI DUSUN GROGOL DESA TRUKO
KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
Oleh:
HANDIKA DODDY SUSWANA
0131714
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PENGELOLAAN KETIDAKPATUHAN TERAPI PENGOBATAN PADA KELUARGA Tn. S
KHUSUSNYA Tn. S DENGAN TBC DI DUSUN GROGOL DESA TRUKO
KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
Handika Doddy S1, Ahmad Kholid2, Wulansari3
123
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
[email protected]
ABSTRAK
Ketidakpatuhan adalah suatu Keadaan ketika seseorang individu atau kelompok
berkeinginan untuk mematuhi, tetapi ada factor yang menghalangi ketaatan terhadap nasihat
yang berkaitan dengan kesehatan yang diberikan oleh professional. Tujuan penulisan ini untuk
mengetahui pengelolaan ketidakpatuhan terapi pengobatan dengan TBC pada keluarga Tn. S
khususnya Tn. S di Dusun Grogol, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang,
ketidakpatuhan ini berhubungan dengan 5 tugas keperawatan keluarga di mana salah satunya
adalah menegenal masalah kesehatan.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa pemberian pendidikan
kesehatan tentang akibat dari putus obat dan pentingnya dukungan keluarga dalam pengobatan
yang bertujuan agar keluarga dapat menegenal masalah yang terjadi pada pasien TBC.
Pengelolaan ketidakpatuhan dilakukan selama 3 hari pada Tn. S tehnik pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara, pemerikaan fisik dan observasi.
Hasil pengelolaan didapatkan Ketidakpatuhan teratasi dengan respon keluarga mampu
menjelaskan kembali tentang akibat dari putus obat dan keluarga mengatakan siap dalam
memberikan dukungan pengobatan.
Saran bagi tenaga kesehatan yang ada di daerah sebaiknya lebih intensif melakukan
kunjungan kemasyarakat dan banyak memberi penyuluhan kesehatan.
Kata Kunci
Kepustakaan
: Ketidakpatuhan Terapi Pengobatan
: 19 (2006-2016)
Latar Belakang
Keluarga adalah sistem sosial yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang
menciptakan budaya dan keharmonisan di
dalam keluarga (Depkes RI, 2010 dalam
Widyanto, 2014:118).
Keluarga menurut Widyanto (2008:
12) memiliki beberapa tugas keluarga. Tugas
keluarga di bidang kesehatan yaitu salah
satunya adalah merawat anggota keluarga
yang sakit. Tugas merawat anggota keluarga
yang sakit seringkali harus dilakukan
keluarga untuk memberikan perawatan
lanjutan setelah memperoleh pelayanan
kesehatan di institusi pelayanan kesehatan.
Penyakit-penyakit yang dapat di cegah
kekambuhannya
karena
kemampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit sangatlah banyak. Penyakit itu biasanya
pada system pernafasan. Yang menjadi
perhatian saat ini adalah penyakit
pernafasan khususnya TBC.
Menurut Cris Tanto (2014: 180)
Tubercolusis (TB) adalah penyakit akibat
infeksi bakteri Mycobacterium tubecolusis
yang bersifat sistemik sehingga dapat
mengenai hampir semua organ tubuh
dengan lokasi terbanyak di paru yang
biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Prevalensi
TBC
di
Indonesia
merupakan 10 besar penyebab kesakitan
1
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
dan kematian, diperkirakan 2-5% penduduk
Indonesia menderita TBC. Prevalensi
penyakit TBC di Indonesia meningkat dari
5,2% tahun 2009 menjadi 6,4% tahun 2010
(Depkes, RI 2013). Berdasarakan data
Riskesdas (2013) prevalensi penduduk
Indonesia yang didiagnosis TB paru tahun
2013 adalah 0,4%, dengan 5 provinsi dengan
TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%),
Papua (0,6%), DKI Jakarata (0,6%), Gorontalo
(0,5%), Banten (0,4%), dan Papua Barat
(0,4%).
Hal
ini
menunjukan
bahwa
berdasarkan data di atas angka kejadian
penyakit TBC sangat tinggi. Fenomena ini
perlu adanya kewaspadaan pada masyarakat
terhadap pencegahan dan perawatan pada
penyakit TBC untuk menekan kejadian
penyakit TBC. Penyakit ini perlu adanya
penanganan rehabilitasi dengan terapi
pengobatan selama waktu yang sudah
ditentukan. Dalam masa rehabilitasi
penderita tidak diperbolehkan putus atau
berhenti pengobatan sampai selesai pada
waktu yang sudah ditentukan. Karena hal ini
dapat menghambat proses penyembuhan
penderita,
sehingga
penderita
akan
mengalami penyakit yang semakin parah dan
akan menimbulkan penyakit yang lainnya.
Selain itu, kuman tersebut akan semakin
resisten terhadap obat jika akan diteruskan
pengobatan kembali setelah pemberhentian
dalam waktu tertentu.
Pada
masa
rehabilitasi
penderita
memerlukan dukungan dari keluarga untuk
ikut melakukan perawatan. Dimana peran
keluarga dibutuhan sabagai pengawas
minum obat, sehingga penderita dapat
menyelesaikan pengobatan sampai tuntas.
Melihat masalah di atas maka penulis
tertarik untuk mengangkat kasus TBC di desa
Truko karena banyak penderita TBC di desa
Truko yang sering mangalami drop out
pengobatan karena ketidaktahuan mengenai
akibat dari drop out pengobatan TBC dan
resiko penularan pada anggota keluarga
yang sangat tinggi.
pengobatan. Pengelolaan ketidakpatuhan
terapi pengobatan dilakukan selama 2 hari
pada keluarga Tn.S khususnya pada Tn.S.
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan
dengan tehnik wawancara, pemeriksaan
fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang
HASIL PENGELOLAAN
Hasil pengelolaan pada keluarga Tn.S
mampu
menggambarkan
pengelolaan
ketidakpatuhan terapi pengobatan dengan
TBC dan keluarga mampu mengenal
penyakit Ny.M dengan tepat.
PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil pengkajian
penulis menetapkan diagnosa adalah
ketidakpatuhan
terapi
pengobatan
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan
sebagai prioritas utama.
Alasan
penulis
memprioritaskan
diagnosa ini menjadi diagnosa yang pertama,
karena seseorang yang menderita TBC hanya
dapat disembuhkan melalui pengobatan
yang teratur. Selain itu ketidakpatuhan
pengobatan pada penderita TBC dapat
mengakibatkan kuman menjadi resisten
terhadap obat, dan akan menambah lama
proses penyembuhan sehingga resiko
penularan semakin bertambah besar.
Intervensi keperawatan yang telah
disusun pada hari selasa 05 April 2016 yaitu
kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
akibat dari putus obat dan hambatan dalam
melakukan pengobatan dan berikan
pendidikan kesehatan kepada Tn.S dan
keluarga tentang akibat dari bahaya putus
obat dan pentingnya dukungan.
Pendidikan kesehatan adalah salah satu
kegiatan yang ditujukan dalam rangka
promosi kesehtan (health promotion).
Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan
penyampaian pesan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok ataupun
masyarakat agar mereka memperoleh
pengetahuan kesehatan sehingga nantinya
berpengaruh terhadap sikap dan perubahan
prilaku kesehatannya (Koman Ayu, 2010).
Penulis melakukan implementasi
untuk mengatasi masalah di atas pada hari
selasa 05 April 2016 pada jam 19.00 WIB
METODE PENGELOLAAN
Metode yang digunakan adalah
memberikan pengelolaan berupa perawatan
pasien dalam ketidakpatuhan terapi
2
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
yaitu dengan mengkaji penegtahuan
keluarga tentang akibat dari putus
pengobatan dan kemampuan keluarga
dalam meberikan dukungan pengobatan,
untuk
mengenali
seberapa
jauh
pengetahuan keluarga Tn. S tentang akibat
dari putus obat dan cara mendukung
pengobatan.
Selanjutnya,
penulis
menjelaskan pendidikan kesehatan, dengan
tujuan agar keluarga Tn. S mengetahui akibat
dari putus obat dan akhirnya Tn.S
meneruskan pengobatan. Selanjutnya pada
hari Rabu 06 April 2016 penulis melakukan
implementasi yaitu pada jam 11.00 WIB
menjelaskan tentang bahaya putus obat
yang dapat menyebabkan terjadinya MDRTB (Multiple Drug Resisten) dan menekankan
pada keluarga untuk selalu memberikan
dukungan pada Tn.S untuk melanjutkan
pengobatan.
Corwin, Elizabet. (2009). Buku Saku
Patofisiologi .(Terj. Nike Budhi
Subekti) Jakarta: EGC.
Cristanto. (2014). Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: FKUI.
Djojodibroto, Darmanto. (2014). Respirologi
(Respiratory Medicine) . Jakarta: EGC
Huda, Amin Nurarif dan Hardi Kusuma.
(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda
NIC NOC Jilid 3. Mediaction: Jogjakarta
Icksan, Azizah G dan Peny Luhur. (2008).
Radiologi Toraks Teberculosis Paru.
Jakarta: Sagung Seto
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
(2013). Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Tuberculosis.
Jakarta
Mubarak, Wahid Iqbal. (2007). Promosi
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Najmah. (2016). Epidemologi Penyakit
Menular. Jakarta: TIM
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Padila.(2012).
Keperawatan
Keluarga.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rusnoto.(2009).
Tuberkulosis
Parudan
Asuhan Keperawatannya. Kudus:
MASEIFA Jendela Ilmu Kudus.
Setiadi.
(2008).
Konsepdan
Proses
Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.
(2014). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 12. Jakarata: EGC
Somantri,
Irman.
(2008).
Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan
Sistem
Pernafasan.
Jakarata: Salemba Medika
Wahid, Abdul dan Imam Suprapto. (2013).
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan
Sistem Respirasi. Jakarta: TIM
Widyanto,
Faisalado
Candra.
(2014).Keperawatan
Komunitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Wong, Donna L. (2008). Buku
Ajar
keperawatan Pediatrik. Edisi 6.Volume
2. Jakarta: EGC.
KESIMPULAN
Pada tahap evaluasi didapatkan hasil
bahwa keluarga Tn. S mengatakan sudah
mengetahui akibat dari putus obat dan akan
berusaha
memotivasi
Tn.S
untuk
melanjutkan pengobatan. Dari hasil evaluasi
masalah teratasi dengan tolak ukur Tn.S dan
keluarga mampu menejelaskan kembali
akibat dari putus obat dan keluarga akan
memeberikan
dukungan
untuk
memeriksakan
kondisi
Tn.S
serta
melanjutkan pengobatan sampai tuntas.
SARAN
Penulis menyarankan agar keluarga
lebih mampu mengenal masalah dan dapat
menjadi pengawas minum obat. Selain itu
keluarga
juga
diharapkan
mampu
menggunakan asuransi kesehatan seperti
BPJS atau ASKES.
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang Ayu Henny. (2010). Aplikasi
Praktis
Asuhan
Keperawatan
Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Carpenito, L.J. & Moyet. (2007). Buku Saku
Diagnosis Keperawatan. Edisi: 10.
Jakarta: EGC.
3
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Download