BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rifampisin adalah salah satu obat antibiotik tuberkulosis (TBC) yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi setelah berkontak langsung dengan seseorang yang sedang terkena infeksi TBC serius. Rifampisin akan membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi. Cara kerja obat ini yaitu dengan menonaktifkan enzim bakteri yang biasa disebut Ribonucleic Acid (RNA) polimerase. Bakteri yang menggunakan RNA polimerase untuk membuat protein serta untuk menyalin informasi genetik mereka sendiri. Tanpa enzim ini bakteri tersebut tidak dapat berkembang biak sehingga bakteri tersebut mati. Penyakit TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TBC dengan kematian sekitar 140.000 karena penyakit ini. Diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 122 penderita baru tuberculosis TBC paru Basil Tahan Asam (BTA) positif. Penyakit TBC menyerang sebagian besar kelompok usia kerja (15-50) (Cearina,2009). TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yakni bakteri aerob yang dapat hidup terutama di paru-paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Penyebab utama prevalensi TBC di Indonesia ada tiga. Pertama, penduduk Indonesia cukup besar jumlahnya dan kepadatan penduduk yang cukup tinggi pada beberapa daerah, sehingga penyakit TBC mudah menular. Kedua, pengobatannya cukup lama yaitu 6 bulan dengan biaya yang cukup mahal, sehingga banyak penderita yang tidak menyelesaikan pengobatannya secara 1 2 tuntas. Tingkat kedisiplinan penderita TBC untuk minum obat anti TBC yang masih rendah, jadi dibutuhkan pengawasan minum obat. Ketiga, penyakit ini umumnya menyerang orang-orang dengan status gizi buruk dan kurang, serta kondisi fisik yang lemah (Cearina, 2009). Analisis secara KCKT sangat banyak digunakan dalam analisis farmasi karena memberikan hasil yang lebih akurat dan waktu pemisahan yang sangat cepat. Bahkan teknologi kolom dan pompa KCKT terus dikembangkan guna memberikan hasil analisis yang lebih cepat. Jumlah sampel yang sangat banyak untuk dianalisis memang akan sangat terbantu dengan adanya instrumen berteknologi terbarukan seperti Ultra High Performance Liquid Chromatographi (UHPLC). Ketidaksetimbangan antara jumlah sampel yang diproduksi dengan jumlah sampel yang dapat dianalisis, akan menyebabkan terjadi keterlambatan dalam analisis bahan baku maupun produk. Diperlukan beberapa strategi untuk mempercepat analisis, salah satu langkah yang dapat diambil yaitu dengan cara melakukan optimalisasi eluen yang digunakan dan dalam penelitian ini merupakan salah satu contoh pada pengerjaan kadar bahan baku Rifampisin secara KCKT. Penelitian Rifampisin menggunakan eluen sesuai dengan United States Pharmacopeia 35 (USP 35) memerlukan waktu analisis lama, sedangkan volume produksi sampel dan bahan baku yang banyak mengakibatkan sampel yang dianalisis menjadi tertunda. Pada penelitian ini eluen dibuat lima macam dengan komposisi berbeda. Komposisi eluen diubah-ubah melalui cara eksperimental, kemudian kelima eluen tersebut kemudian diuji dengan dua cara yaitu pengujian resolusi dan pengujian kadar. Untuk pengujian resolusi data yang diperoleh disesuaikan dengan persyaratan menurut USP 35, bila hasil resolusi yang diperoleh memenuhi syarat, maka sistem kromatografi dapat digunakan untuk pengujian kadar rifampisin. 3 1.2 Rumusan Masalah Analisis rifampisin jika menggunakan metoda dari USP akan memerlukan waktu analisis yang lama, jika volume sampel banyak maka akan memperlambat hasil analisis. Sehingga perlu dilakukan percobaan pengubahan komposisi pada eluen untuk mengoptimalkan hasil analisis dan waktu analisis menjadi lebih cepat . 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mencari komposisi eluen untuk mengoptimalkan hasil analisis dan waktu analisis menjadi lebih cepat dan dilakukan validasi sebagian yaitu linieritas, akurasi, presisi. 1.4 Manfaat Penelitian Data hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan rekomendasi perubahan komposisi eluen yang dapat digunakan untuk analisis rifampisin supaya mendapatkan hasil yang optimal dengan waktu yang cepat, menggunakan sedikit eluen. 1.5 Hipotesis Penelitian Modifikasi komposisi eluen rifampisin secara KCKT menghasilkan hasil analisis yang optimal dengan waktu yang lebih cepat. dapat