The Planned Interventions At patient level : 12.4 berbicara kepada keluarga/pengasuh pasien Obat : RIFAMPICIN Pengertian : Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menyerang paru – paru dan bagian tubuh lainnya. Bakteri ini bersifat khusus yakni tahan terhadap asam pada pengecatan dan termasuk basil Gram positif, berbentuk batang, dan dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia. Bakteri ini bersifat patogen terhadap manusia dan biasanya didominasi pada pria (agen TB berupa rokok dan alcohol) dan umumnya terjadi pada usia 25-44 tahun (Dipiro et al., 2008). Rifampicin adalah obat antibiotic makrosiklik semi sintentik yang digunakan untuk penanganan tuberculosis paru, lepra dan kemoprofilaksis untuk meningitis bacterial. Rifampicin bersifat bakterisidal, terutama terhadap bakteri aerob, seperti Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium leprae. Indikasi Mengobati infeksi akibat dari bakteri. Kontra indikasi Kontra indikasi dari penggunaan rifampisin yakni pasien porphyria dan pasien kelainan fungsi hati. Efek samping dan penatalaksanaan OAT Rifampicin merupakan obat dengan nama generic Rifampisin yang digunakan dengan dosis optimal pada manusia sebesar 10mg/kgBB dan tidak lebih dari 600 mg/kgBB setiap hari. Rifampisisn sudah digunakan sebagai pengobatan TB sejak tahun 1966 dan obat ini dimetabolisme sekitar 85% di hati dan disekresikan malalui saluran empedu sebanyak 60-65%. Mekanisme kerja dari Rifampisin yaitu menghambat sintesis RNA dan memblokir transkripsi RNA bakteri. Efek samping ringan yang ditimbulkan adalah warna urin yang kemerahan dan untuk penetalaksanaan tidak ada, hanya perlu penjelasan kepada pasien tentang efek yang ditimbulkan tersebut tidak berbahaya. Efek samping berat dari Rifampisin adalah syok dan gagal ginjal akut, penatalaksanaannya harus dihentikan untuk pemakaian Rifampisin (Kemenkes, 2014). The Planned Intervention = berbicara kepada keluarga/pengasuh pasien Pengobatan penyakit TBC membutuhkan waktu yang lama sekitar 6-8 bulan dan pemberian OAT dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis dengan jumlah yang cukup dan dosis yang tepat. Karena pengobatan yang lama ini terkadang pasien merasa jenuh dan bosan hal ini lah yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat seperti yang kita ketahui jika pengobatn terhenti kita harus mengulangi dari awal pengobatan. Oleh karena itu perhatian keluarga/pengasuh kepada pasien dalam hal keteraturan dan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat harus dalam pengawasan. Juga seperti yang kita ketahui obat Rifampisin memiliki efek samping yaitu urin yang berwarna merah. Jika pasien anak – anak atau orang yang baru pertama kali mengkonsumsi obat Rifampisin sebagai keluarga kita harus menjelaskan bahwa urin berwarna merah itu tidak apa – apa karena terkadang merasa takut dan mengira bahwa iru darah. Jadi sebagai seorang apoteker harus memberitahu keluarga bahwa hal tersebut wajar dan menjelaskan nya kepada pasien. Keberhasilan pengobatan penyakit TBC dipengaruhi oleh kepatuhan pasien dan pengawasan ketat dari keluarga. Mengonsumsi Rifampisin dengan benar Menggunakan rifampisin sesuai dengan anjuran dokter atau informasi yang tertera pada kemasan. Obat ini sebaiknya dikonsumsi saat perut kosong yaitu 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Usahakan untuk mengonsumsi rifampisin pada waktu yang sama tiap harinya, agar pengobatan efektif.