1 Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Jantung Dalam Manajemen Perawatan Diri Rinawati Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI Depok, Jawa Barat. E-mail: [email protected] Abstrak Gagal jantung merupakan istilah yang menunjukkan karakteristik gejala klinis yang dimanifestasikan dengan kelebihan volume cairan, tidak adekuatnya perfusi jaringan dan intoleransi aktifitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan pasien gagal jantung dalam manajemen perawatan diri. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan melibatkan 43 responden. Hasil analisis univariat berdasarkan karakteristik menunjukkan ketidakpatuhan dalam manajemen perawatan diri pada sebagian besar responden. Pada program pengobatan, sebagian besar responden menunjukkan kepatuhan, yaitu sebesar 74,4%. Sedangkan untuk manajemen cairan, aktifitas, diet, dan psikososial mayoritas responden menunjukkan ketidakpatuhan. Perbaikan dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan bagi pasien gagal jantung yang dirawat diharapkan dapat membantu mengurangi angka kekambuhan pasien. Kata kunci : gagal jantung, manajemen perawatan diri, pendidikan kesehatan, tingkat kepatuhan Abstract Heart failure is a term that indicates the characteristic clinical symptoms manifested by excess fluid volume, inadequate tissue perfusion and activity intolerance. This study aims to describe the level of compliance in heart failure patient’s self-care management. This study uses cross-sectional method by involving 43 respondents. The results of univariate analysis based on characteristics indicate non-compliance in self-care management in most of the respondents. In case of medical treatment, the majority of respondents indicated compliance, amounting to 74.4%. But in fluids restriction, activity, diet, and psychosocial management majority of respondents indicated non-compliance. Improving of health education for heart failure patients is expected to help reduce the recurrence rate of patients. Keywords : compliance, health education, heart failure, self-care management. untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen Pendahuluan secara memadai (Brashers, 2007). Gagal jantung menjadi masalah utama dalam Menurut Isselbacher, Braunwald, Wilson, bidang bertambahnya Martin, Fauci, & Kasper (1999), tanda dan jumlah penderita dan seringnya rawat ulang gejala khas gagal jantung adalah dispnea, serta kematian dan kecacatan (Siswanto, ortopnea, 2011). Gagal jantung dapat disebabkan oleh paroksismal segala otot sianosis, edema, distensi vena jugularis, efusi jantung, menyebabkan kekakuan otot jantung, pleura, dan ronkhi. Dispnea adalah kesulitan atau bernapas dan merupakan persepsi subjektif kardiologi penyakit karena yang meningkatkan melemahkan kebutuhan oksigen jaringan tubuh di luar kemampuan jantung kesulitan dispnea d’effort nokturnal berpanas, Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013 dispnea meliputi (DDE), (PND), komponen 2 fisiologis dan kognitif. DDE atau sesak napas pada inspirasi maupun saat aktifitas pada pasien gagal jantung sering (Djojodibroto, 2009). ekspirasi terjadi akibat kenaikan tekanan kapiler paru. DDE adalah tanda pertama gagal jantung dan The New York Heart Association (NYHA) biasanya disertai dengan nyeri dada. dalam Black (2005) membagi tahapan gagal jantung ke dalam empat kelas yaitu: kelas I Gejala lain pada gagal jantung adalah PND, (tidak ada keluhan, hanya dalam aktivitas terjadi saat tidur pada malam hari, pasien fisik yang luar biasa dapat menyebabkan terbangun kira-kira 2 jam setelah tidur, sangat gejala seperti sesak napas); II (tidak ada sesak, seringkali disertai batuk. Gejala PND keluhan dengan beban fisik harian normal, sering berkaitan dengan gejala ortopnea pada beban yang lebih tinggi, akan ada (Swartz, 1995). Pada gagal jantung juga dapat keluhan); III (dengan beban rata-rata harian terjadi sianosis. Sianosis adalah deskripsi sudah menyebabkan gejala, kinerja jelas klinis dan mengacu pada adanya warna biru terbatas); dan IV (dalam keadaan istirahat pada bibir, lidah (sentral), atau jari tangan sudah ada keluhan, yang meningkat secara (perifer). signifikan selama beraktivitas fisik, ada pembatasan yang serius dalam kinerja). Edema juga merupakan gejala khas gagal jantung. Edema terjadi karena peningkatan Ketidakpatuhan tekanan hidrostatik yang memaksa cairan perawatan diri, yang meliputi aktifitas fisik, keluar dari dalam pembuluh darah (dari program diet, pengobatan, pembatasan cairan, vaskuler ke interstitial). Tanda dan gejala dan aktifitas psikososial mempengaruhi angka gagal jantung yang lain adalah efusi pleura, kekambuhan pasien gagal jantung. Hal ini yaitu adalah akumulasi cairan yang abnormal akan berdampak buruk pada kualitas hidup pada rongga pleura. Efusi pleura bisa timbul pasien bahkan mungkin dapat menyebabkan dengan gejala sesak napas, nyeri dada, atau kematian. Ketidakpatuhan dapat berhubungan akibat dengan pendidikan kesehatan yang telah dari penyakit yang mendasari, ronkhi adalah suara manajemen diberikan oleh perawat. misalnya gagal jantung (Gleadle, 2007). Sedangkan terhadap napas Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk tambahan bernada rendah, terdengar tidak menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan mengenakkan (rapsy), terjadi pada saluran yang telah ditentukan (KBBI, 2008). Ada napas besar seperti trakea bagian bawah dan beberapa bronkhus utama. Hal ini disebabkan karena kepatuhan pasien, antara lain: pendidikan udara melewati penyempitan, dapat terjadi kesehatan, perilaku, dan keyakinan (Wal, et faktor Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013 yang mempengaruhi 3 al, 2005; Evangelista & Dracup, 2000; & keyakinan yang positif untuk mengikuti Albert, 2008). konsekuensi aturan pengobatan. Pendidikan kesehatan adalah proses Metode perubahan perilaku yang dinamis, bukan hanya proses pemindahan materi dari individu Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kepada orang lain dan bukan seperangkat kategorik dengan pendekatan cross sectional. prosedur yang akan dilaksanakan ataupun Sampel adalah pasien gagal jantung yang hasil yang akan dicapai (Nyswander, 1947 dirawat ulang dan telah mendapat pendidikan dalam Maulana, 2007). Proses perkembangan kesehatan yang diambil dengan metoda total akan selalu bersifat dinamis karena individu sampling sebanyak 43 orang. Instrumen yang akan menerima atau menolak informasi baru, digunakan sikap baru, dan perilaku baru dalam mencapai European Heart Failure Self-Care Behaviour tujuan hidup. Scale yang dikembangkan oleh Jaarsma, adalah modifikasi dari the Stromberg, Martensson, & Dracup (2002). Sedangkan perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang dapat diamati Pengambilan data dilakukan dengan cara secara langsung maupun tidak langsung. memberikan kuesioner kepada responden Faktor-faktor untuk yang dapat mempengaruhi dijawab. Setelah data terkumpul perilaku seseorang yaitu faktor genetik, usia, dilakukan editing, dan koding, kemudian jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis dimasukkan pekerjaan, lingkungan, agama dan sosial dianalisa. Data yang sudah dimasukkan ekonomi. diperiksa kembali apakah ada kesalahan atau ke program komputer dan tidak (cleaning data). Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa keyakinan adalah hal-hal yang diyakini Etika penelitian merupakan masalah yang seseorang dan dianggap benar, mengenai diri penting sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar, penelitian ini berhubungan langsung dengan yang mempengaruhi perasaan dan perilakunya manusia. Masalah etika penelitian yang harus sehari-hari. diperhatikan antara lain sebagai berikut: Sebuah keyakinan dapat dalam anonimity penyakit ini akan mempengaruhi secara fisik (kerahasiaan), privacy, informed consent, dan dan mental, keyakinan bahwa seseorang dapat protection from discomfort. kendala pengobatan, serta Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013 nama), mengingat mempengaruhi penyakit, keyakinan bahwa mengatasi (tanpa penelitian, confidentiality 4 Tabel 1 menunjukkan tingkat kepatuhan Hasil pasien gagal jantung dalam manajemen Hasil penelitian menunjukkan mayoritas perawatan diri berdasarkan karakteristik. responden berusia dewasa tengah, lebih Responden dengan usia dewasa tengah, banyak berjenis kelamin laki-laki, pendidikan sebanyak 5 orang (17,2%) patuh dalam terakhir mayoritas SD-SMP, lebih banyak manajemen diri, sedangkan sebagian besar yang yaitu tidak bekerja, dan mayoritas sebanyak 24 orang (82,8%) berpenghasilan ≤Rp 2.200.000. Secara umum menunjukkan ketidakpatuhan. Sebagian besar hasil bahwa lansia yaitu 11 orang (84,6%) menunjukkan responden tidak patuh dalam manajemen ketidakpatuhan, dan hanya 2 orang (15,4%) perawatan diri. yang menunjukkan kepatuhan. Tabel 1 Gambaran Tingkat Kepatuhan Berdasarkan Karakteristik Responden (n=43) Berdasarkan jenis kelamin, baik responden penelitian menunjukkan laki-laki maupun perempuan sebagian besar Patuh F(%) Tidak Patuh F(%) Total F(%) tidak patuh dalam manajemen diri. Tetapi jumlah responden perempuan lebih banyak Usia 1 (100%) 1 (100%) yang menunjukkan kepatuhan yaitu sebesar Dewasa tengah 5 (17,2%) 24 (82,8%) 29 (100%) 21,1% dibandingkan responden laki-laki yang 2 (15,4%) 11 (84,6%) 13 (100%) hanya sebesar 12,5%. Laki-laki 3 (12,5%) 21 (87,5%) 24 (100%) Perempuan 4 (21,1%) 15 (78,9%) 19 (100%) Dewasa awal Lansia 0 Jenis Kelamin Responden yang berpendidikan SD-SMP maupun SMA ketidakpatuhan Pendidikan Sedangkan SD-SMP 4 (14,8%) 23 (85,2%) 27 (100%) SMA 1 (8,3%) 11 (91,7%) 12 (100%) >D3/S1 2 (50%) 2 (50%) 4 (100%) dalam untuk menunjukkan manajemen responden diri. dengan pendidikan ≥D3 atau S1 sebanyak 2 orang (50%) menunjukkan kepatuhan, dan sisanya sebanyak 2 orang (50%) menunjukkan ketidakpatuhan. Pekerjaan Pensiun 3 (23,1%) Swasta Tidak bekerja 10(76,9%) 13 (100%) 0 3(100%) 3 (100%) 4 (14,8%) 23(85,2%) 27 (100%) Berdasarkan pekerjaan, responden dengan pekerjaan pensiun sebanyak 10 orang (76,9%) menunjukkan Penghasilan ≤Rp 2.200.000 mayoritas 7 (17,9%) >Rp 2.200.000 0 ketidakpatuhan dalam 32 (82,1%) 39 (100%) manajemen diri, dan hanya 3 orang (23,1%) 4 (100%) 4 (100%) yang menunjukkan kepatuhan. Responden dengan pekerjaan swasta sebanyak 3 orang Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013 5 (100%) menunjukkan ketidakpatuhan. aktifitas, obat, diet, dan psikososial. Sebanyak Sebagian besar responden yang tidak bekerja 41 yaitu menunjukkan manajemen cairan, dan hanya 2 orang (4,7%) ketidakpatuhan, dan hanya 4 orang (14,8%) yang patuh. Dalam aktifitas fisik, sebagian yang menunjukkan kepatuhan. besar responden yaitu 33 orang (76,7%) sebanyak 23 orang orang (95,3%) tidak patuh dalam menunjukkan ketidakpatuhan, dan 10 orang Berdasarkan penghasilan, responden dengan (23,3%) menunjukkan kepatuhan. Kepatuhan penghasilan ≤Rp 2.200.000 menunjukkan dalam pengobatan menunjukkan sebanyak 32 bahwa sebanyak 32 orang (82,1%) tidak patuh orang (74,4%), dan sisanya yaitu 11 orang dalam manajemen diri, dan hanya 7 orang (25,6%) tidak patuh. Sebanyak 12 orang (17,9%) yang patuh. Responden dengan (27,9%) penghasilan >Rp 2.200.000 sebanyak 4 orang manajemen (100%) menunjukkan ketidakpatuhan, tidak responden yaitu 31 orang (72,1%) tidak ada yang menunjukkan kepatuhan dalam patuh. manajemen diri. menunjukkan ketidakpatuhan sebanyak 30 menunjukkan diet, Untuk dan kepatuhan dalam sebagian besar manajemen psikososial orang responden (69,8%), dan hanya 13 orang Sebagian besar responden menunjukkan (30,2%) yang patuh. ketidakpatuhan dalam manajemen perawatan diri secara umum. Kepatuhan dalam lima Pembahasan dimensi manajemen diri akan digambarkan Berdasarkan hasil penelitian mayoritas usia dalam tabel 2. responden pada dewasa tengah dan lansia, dan Tabel 2 Tingkat Kepatuhan Responden dalam Manajemen Cairan, Obat, Aktifitas, Diet, dan Psikososial (n=43) menunjukkan Variabel penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Patuh F (%) Manajemen 2 (4,7%) cairan Tidak Patuh F (%) 41 (95,3%) Total F (%) 43 (100%) Aktifitas 10 (23,3%) 33 (76,7%) 43 (100%) Obat 32 (74,4%) 11 (25,6%) 43 (100%) Diet 12 (27,9%) 31 (72,1%) 43 (100%) Psikososial 13 (30,2%) 30 (69,8%) 43 (100%) manajemen ketidakpatuhan diri. Hal ini dalam menguatkan Majid (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara frekuensi rawat ulang dengan usia responden, yaitu responden yang berusia lanjut mempunyai peluang 7,57 kali lebih besar untuk menjalani rawat ulang lebih dari satu kali dalam setahun. Tabel 2 menjelaskan kepatuhan responden gagal jantung terhadap manajemen cairan, Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dari hasil penelitian ini adalah Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013 6 dominan pasien laki-laki. Hal ini sejalan diri. dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Hasil penelitian Jaya bahwa secara hipertensi. Jaya melaporkan bahwa pasien signifikan lebih tinggi pada pria dibandingkan hipertensi dengan penghasilan yang lebih dengan wanita di segala usia. tinggi, lebih patuh gagal jantung terhadap menguatkan Universitas Framingham, yang menyatakan kejadian (2009) ini dibandingkan Mayoritas tingkat pendidikan responden kepatuhan pasien untuk minum obat dengan pasien dengan penghasilan lebih rendah. berdasarkan hasil penelitian adalah SD-SMP dengan tingkat kepatuhan rendah dan sedang. Kepatuhan Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan menunjukkan ketidakpatuhan pada mayoritas penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh responden. Namun hasil penelitian ini tidak Majid (2010) yang menyatakan bahwa tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh ada antara Wal, et.al. (2006) yang menunjukkan tingkat frekuensi rawat inap ulang dengan tingkat kepatuhan terhadap program restriksi cairan pendidikan responden. Namun, hal ini sejalan sebanyak 73%. hubungan yang signifikan dalam manajemen cairan dengan pendapat Neutel & Smith (2003); dan Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa Kepatuhan dalam aktivitas fisik (olahraga pendidikan seseorang akan mempengaruhi ringan, aktivitas sehari-hari, dan istirahat) tingkat pengetahuan seseorang, dan akhirnya menunjukkan bahwa mayoritas responden akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan mempunyai ketidakpatuhan, hanya sebagian yang dimilikinya. kecil saja yang patuh. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Wal, et al. (2006) yang Berdasarkan jenis pekerjaan, hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa responden mayoritas sebanyak 39%. kepatuhan pada aktivitas responden tidak bekerja, dan menunjukkan ketidakpatuhan dalam manajemen diri. Hal ini Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh bahwa Jaya bahwa kepatuhan dalam program pengobatan. Hal ini responden yang bekerja lebih patuh jika sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Wal, et al (2006) yang menyatakan bahwa (2009) yang menyatakan mayoritas responden mempunyai 90% pasien patuh minum obat dan kontrol ke Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas dokter. responden berpenghasilan ≤Rp 2.200.000 dengan ketidakpatuhan dalam manajemen Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013 7 bahwa mayoritas tidak patuh dalam manajemen diri. mempunyai Baik responden laki-laki maupun perempuan ketidakpatuhan. Hasil ini sejalan dengan sebagian besar tidak patuh dalam manajemen penelitian yang dilakukan oleh Heo, Lennie, diri. Responden yang berpendidikan SD-SMP Moser, & Okoli (2009) yang menyatakan maupun bahwa ketidakpatuhan Manajemen mayoritas diet menunjukkan responden ada hubungan antara kepatuhan SMA mayoritas dalam menunjukkan manajemen diri. terhadap diet pada pasien gagal jantung Responden dengan pekerjaan swasta, pensiun dengan tingkat rawat inap yang tinggi. dan tidak bekerja masing-masing menunjukkan bahwa sebagian besar tidak kepatuhan patuh dalam manajemen diri. Responden dalam manajemen psikososial hanya pada berpenghasilan ≤Rp 2.200.000 maupun yang sebagian kecil responden, dan sisanya tidak lebih sebagian besar tidak patuh dalam patuh.. Hal ini sejalan dengan pendapat manajemen diri. Berdasarkan hasil penelitian, Richardson (2003) yang menyatakan bahwa faktor psikososial tidak banyak diketahui Sebagian besar responden tidak patuh dalam terkait dengan terjadinya depresi pada pasien manajemen perawatan diri secara umum. dengan gagal jantung, tetapi depresi telah Dalam terbukti responden memberikan kontribusi terhadap manajemen cairan menunjukkan mayoritas ketidakpatuhan; peningkatan kejadian rawat ulang (Bero, untuk manajemen aktifitas sebagian besar Lipton, & Bird, 1991 dalam Richardson, juga responden tidak patuh; sedangkan untuk 2003). manajemen diet dan psikososial masingmasing juga menunjukkan ketidakpatuhan pada sebagian besar responden; hanya dalam Kesimpulan program pengobatan saja yang menunjukkan Responden berjumlah 43 orang dengan karakteristik: mayoritas tengah berjenis berusia kepatuhan pada sebagian besar responden. dewasa laki-laki. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi Mayoritas responden berpendidikan terakhir perbaikan pelayanan keperawatan bagi pasien SD-SMP, untuk jenis pekerjaan lebih banyak gagal yang keperawatan yang diberikan oleh perawat. dan tidak kelamin bekerja, dan mayoritas jantung, dalam hal ini asuhan Pendidikan kesehatan yang lebih terstruktur berpenghasilan ≤Rp 2.200.000. dengan melibatkan seluruh staf kesehatan karakteristik mulai dari dokter, perawat, dan ahli gizi serta menunjukkan bahwa responden yang berusia melibatkan keluarga dalam perawatan pasien dewasa muda, dewasa tengah, dan lansia selanjutnya Kepatuhan berdasarkan di Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013 rumah. Evaluasi tentang 8 adherence. Eur J Cardiovasc Nurs. 8(5), 323–328 pelaksanaan pendidikan kesehatan penting dilakukan, hal ini terkait dengan masih rendahnya kepatuhan pasien. Dukungan dari semua pihak dapat membantu mengurangi angka kekambuhan pasien gagal jantung. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih diberikan kepada ibu Lestari Sukmarini, SKp, MNS; serta pimpinan, staf diklit dan perawat RSUP Persahabatan yang telah membantu proses penelitian ini sampai selesai. Referensi Albert, N. M. (2008). Improving medication adherence in chronic cardiovascular disease. Critical Care Nurse, 28, 54-64. Black, J.M., & Hawks, J.H. (2005). Medical surgical nursing: Clinical management for positive outcomes. Edisi 7. Vol. 2. Philadelphia: Elsevier Saunders Brashers, V.L., (2007). Aplikasi klinis patofisiologis; Pemeriksaan dan manajemen. (H.Y. Kuncara, Penerjemah). Jakarta: EGC Evangelista, L. S., & Dracup, K. (2000). A closer look at compliance research in heart failure patients in the last decade. Prog Cardiovasc Nurs.15(3). Diunduh dari http://www.medscape.com/viewarticle/ 4077365 Gleadle, J. (2007). At a glance: Anamnesis dan pemeriksaan fisik (Annisa Rahmalia, Penerjemah). Jakarta: Erlangga Heo, S., Lennie, T.A., Moser, D.K., & Okoli, C. (2009). Heart failure patients’ perceptions on nutrition and dietary Isselbacher, K.J., Braunwald, E., Wilson, J.D., Martin, J.B., Fauci, A.S., & Kasper, D.L.. (1999). Harrison: Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. (Ahmad H. Asdie, Penerjemah). Edisi 13. Vol 1. Jakarta: EGC Jaarsma, T., Stromberg, A., Martensson,J., & Dracup, K. (2002). Development and testing of the european heart failure self-care behaviour scale. The European Journal of Heart Failure. 5, 363–370. Jaya, N.T.A.A. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi di puskesmas pamulang kota tangerang selatan propinsi banten tahun 2009. Jakarta: PSIK UIN Syarif Hidayatullah Majid, A. (2010). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif di rumah sakit yogyakarta. Depok: FIKUI Maulana, H.D.J. (2007). Promosi kesehatan. Jakarta: EGC Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Neutel, J.M. & David, H.G.S. (2003). Improving patient compliance: a major goal in the management of hypertension. Medscape. Diunduh dari http://www.medscape.com/viewarticle/4 52254 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diunduh dari http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi Richardson, L.G. (2003). Psychosocial issues in patients with congestive heart failure. Prog Cardiovasc Nurs. 18 (1). Diunduh dari http://www.medscape.com/viewarticle/4 51763 Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013 9 Siswanto, B.B. (2011). Accurate diagnoses, evidence based drugs, and new devices (3 Ds) in heart failure. Medical Journal of Indonesia. 21(1), 52-58 Swartz, M.H. (1995). Buku ajar diagnostik fisik. (Petrus Lukmanto, dkk., Penerjemah). Jakarta: EGC Wal, V. D., et al. University of groningen: Improved compliance of heart failure patients depends on knowledge and change of beliefs. Eur Heart Journal. 27(4), 434-440 Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013