Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Jantung Dalam Manajemen

advertisement
1
Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Jantung Dalam Manajemen Perawatan Diri
Rinawati
Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
Kampus FIK UI Depok, Jawa Barat.
E-mail: [email protected]
Abstrak
Gagal jantung merupakan istilah yang menunjukkan karakteristik gejala klinis yang dimanifestasikan dengan kelebihan
volume cairan, tidak adekuatnya perfusi jaringan dan intoleransi aktifitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran tingkat kepatuhan pasien gagal jantung dalam manajemen perawatan diri. Penelitian ini menggunakan
metode cross sectional dengan melibatkan 43 responden. Hasil analisis univariat berdasarkan karakteristik
menunjukkan ketidakpatuhan dalam manajemen perawatan diri pada sebagian besar responden. Pada program
pengobatan, sebagian besar responden menunjukkan kepatuhan, yaitu sebesar 74,4%. Sedangkan untuk manajemen
cairan, aktifitas, diet, dan psikososial mayoritas responden menunjukkan ketidakpatuhan. Perbaikan dalam pelaksanaan
pendidikan kesehatan bagi pasien gagal jantung yang dirawat diharapkan dapat membantu mengurangi angka
kekambuhan pasien.
Kata kunci
: gagal jantung, manajemen perawatan diri, pendidikan kesehatan, tingkat kepatuhan
Abstract
Heart failure is a term that indicates the characteristic clinical symptoms manifested by excess fluid volume, inadequate tissue perfusion and activity
intolerance. This study aims to describe the level of compliance in heart failure patient’s self-care management. This study uses cross-sectional
method by involving 43 respondents. The results of univariate analysis based on characteristics indicate non-compliance in self-care management in
most of the respondents. In case of medical treatment, the majority of respondents indicated compliance, amounting to 74.4%. But in fluids
restriction, activity, diet, and psychosocial management majority of respondents indicated non-compliance. Improving of health education for heart
failure patients is expected to help reduce the recurrence rate of patients.
Keywords
: compliance, health education, heart failure, self-care management.
untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen
Pendahuluan
secara memadai (Brashers, 2007).
Gagal jantung menjadi masalah utama dalam
Menurut Isselbacher, Braunwald, Wilson,
bidang
bertambahnya
Martin, Fauci, & Kasper (1999), tanda dan
jumlah penderita dan seringnya rawat ulang
gejala khas gagal jantung adalah dispnea,
serta kematian dan kecacatan (Siswanto,
ortopnea,
2011). Gagal jantung dapat disebabkan oleh
paroksismal
segala
otot
sianosis, edema, distensi vena jugularis, efusi
jantung, menyebabkan kekakuan otot jantung,
pleura, dan ronkhi. Dispnea adalah kesulitan
atau
bernapas dan merupakan persepsi subjektif
kardiologi
penyakit
karena
yang
meningkatkan
melemahkan
kebutuhan
oksigen
jaringan tubuh di luar kemampuan jantung
kesulitan
dispnea
d’effort
nokturnal
berpanas,
Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013
dispnea
meliputi
(DDE),
(PND),
komponen
2
fisiologis dan kognitif. DDE atau sesak napas
pada
inspirasi
maupun
saat aktifitas pada pasien gagal jantung sering
(Djojodibroto, 2009).
ekspirasi
terjadi akibat kenaikan tekanan kapiler paru.
DDE adalah tanda pertama gagal jantung dan
The New York Heart Association (NYHA)
biasanya disertai dengan nyeri dada.
dalam Black (2005) membagi tahapan gagal
jantung ke dalam empat kelas yaitu: kelas I
Gejala lain pada gagal jantung adalah PND,
(tidak ada keluhan, hanya dalam aktivitas
terjadi saat tidur pada malam hari, pasien
fisik yang luar biasa dapat menyebabkan
terbangun kira-kira 2 jam setelah tidur, sangat
gejala seperti sesak napas); II (tidak ada
sesak, seringkali disertai batuk. Gejala PND
keluhan dengan beban fisik harian normal,
sering berkaitan dengan gejala ortopnea
pada beban yang lebih tinggi, akan ada
(Swartz, 1995). Pada gagal jantung juga dapat
keluhan); III (dengan beban rata-rata harian
terjadi sianosis. Sianosis adalah deskripsi
sudah menyebabkan gejala, kinerja jelas
klinis dan mengacu pada adanya warna biru
terbatas); dan IV (dalam keadaan istirahat
pada bibir, lidah (sentral), atau jari tangan
sudah ada keluhan, yang meningkat secara
(perifer).
signifikan selama beraktivitas fisik, ada
pembatasan yang serius dalam kinerja).
Edema juga merupakan gejala khas gagal
jantung. Edema terjadi karena peningkatan
Ketidakpatuhan
tekanan hidrostatik yang memaksa cairan
perawatan diri, yang meliputi aktifitas fisik,
keluar dari dalam pembuluh darah (dari
program diet, pengobatan, pembatasan cairan,
vaskuler ke interstitial). Tanda dan gejala
dan aktifitas psikososial mempengaruhi angka
gagal jantung yang lain adalah efusi pleura,
kekambuhan pasien gagal jantung. Hal ini
yaitu adalah akumulasi cairan yang abnormal
akan berdampak buruk pada kualitas hidup
pada rongga pleura. Efusi pleura bisa timbul
pasien bahkan mungkin dapat menyebabkan
dengan gejala sesak napas, nyeri dada, atau
kematian. Ketidakpatuhan dapat berhubungan
akibat
dengan pendidikan kesehatan yang telah
dari
penyakit
yang
mendasari,
ronkhi
adalah
suara
manajemen
diberikan oleh perawat.
misalnya gagal jantung (Gleadle, 2007).
Sedangkan
terhadap
napas
Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk
tambahan bernada rendah, terdengar tidak
menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan
mengenakkan (rapsy), terjadi pada saluran
yang telah ditentukan (KBBI, 2008). Ada
napas besar seperti trakea bagian bawah dan
beberapa
bronkhus utama. Hal ini disebabkan karena
kepatuhan pasien, antara lain: pendidikan
udara melewati penyempitan, dapat terjadi
kesehatan, perilaku, dan keyakinan (Wal, et
faktor
Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013
yang
mempengaruhi
3
al, 2005; Evangelista & Dracup, 2000; &
keyakinan yang positif untuk mengikuti
Albert, 2008).
konsekuensi aturan pengobatan.
Pendidikan
kesehatan
adalah
proses
Metode
perubahan perilaku yang dinamis, bukan
hanya proses pemindahan materi dari individu
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kepada
orang lain dan bukan seperangkat
kategorik dengan pendekatan cross sectional.
prosedur yang akan dilaksanakan ataupun
Sampel adalah pasien gagal jantung yang
hasil yang akan dicapai (Nyswander, 1947
dirawat ulang dan telah mendapat pendidikan
dalam Maulana, 2007). Proses perkembangan
kesehatan yang diambil dengan metoda total
akan selalu bersifat dinamis karena individu
sampling sebanyak 43 orang. Instrumen yang
akan menerima atau menolak informasi baru,
digunakan
sikap baru, dan perilaku baru dalam mencapai
European Heart Failure Self-Care Behaviour
tujuan hidup.
Scale yang dikembangkan oleh Jaarsma,
adalah
modifikasi
dari
the
Stromberg, Martensson, & Dracup (2002).
Sedangkan perilaku adalah suatu kegiatan
atau aktivitas organisme yang dapat diamati
Pengambilan data dilakukan dengan cara
secara langsung maupun tidak langsung.
memberikan kuesioner kepada responden
Faktor-faktor
untuk
yang
dapat
mempengaruhi
dijawab.
Setelah
data
terkumpul
perilaku seseorang yaitu faktor genetik, usia,
dilakukan editing, dan koding, kemudian
jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis
dimasukkan
pekerjaan, lingkungan, agama dan sosial
dianalisa. Data yang sudah dimasukkan
ekonomi.
diperiksa kembali apakah ada kesalahan atau
ke
program
komputer
dan
tidak (cleaning data).
Notoatmodjo
(2010)
mengatakan
bahwa
keyakinan adalah hal-hal yang diyakini
Etika penelitian merupakan masalah yang
seseorang dan dianggap benar, mengenai diri
penting
sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar,
penelitian ini berhubungan langsung dengan
yang mempengaruhi perasaan dan perilakunya
manusia. Masalah etika penelitian yang harus
sehari-hari.
diperhatikan antara lain sebagai berikut:
Sebuah
keyakinan
dapat
dalam
anonimity
penyakit ini akan mempengaruhi secara fisik
(kerahasiaan), privacy, informed consent, dan
dan mental, keyakinan bahwa seseorang dapat
protection from discomfort.
kendala
pengobatan,
serta
Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013
nama),
mengingat
mempengaruhi penyakit, keyakinan bahwa
mengatasi
(tanpa
penelitian,
confidentiality
4
Tabel 1 menunjukkan tingkat kepatuhan
Hasil
pasien gagal jantung dalam manajemen
Hasil
penelitian
menunjukkan
mayoritas
perawatan
diri
berdasarkan
karakteristik.
responden berusia dewasa tengah, lebih
Responden dengan usia dewasa tengah,
banyak berjenis kelamin laki-laki, pendidikan
sebanyak 5 orang (17,2%) patuh dalam
terakhir mayoritas SD-SMP, lebih banyak
manajemen diri, sedangkan sebagian besar
yang
yaitu
tidak
bekerja,
dan
mayoritas
sebanyak
24
orang
(82,8%)
berpenghasilan ≤Rp 2.200.000. Secara umum
menunjukkan ketidakpatuhan. Sebagian besar
hasil
bahwa
lansia yaitu 11 orang (84,6%) menunjukkan
responden tidak patuh dalam manajemen
ketidakpatuhan, dan hanya 2 orang (15,4%)
perawatan diri.
yang menunjukkan kepatuhan.
Tabel 1 Gambaran Tingkat Kepatuhan
Berdasarkan Karakteristik Responden (n=43)
Berdasarkan jenis kelamin, baik responden
penelitian
menunjukkan
laki-laki maupun perempuan sebagian besar
Patuh
F(%)
Tidak
Patuh
F(%)
Total
F(%)
tidak patuh dalam manajemen diri. Tetapi
jumlah responden perempuan lebih banyak
Usia
1 (100%)
1 (100%)
yang menunjukkan kepatuhan yaitu sebesar
Dewasa tengah 5 (17,2%)
24 (82,8%)
29 (100%)
21,1% dibandingkan responden laki-laki yang
2 (15,4%)
11 (84,6%)
13 (100%)
hanya sebesar 12,5%.
Laki-laki
3 (12,5%)
21 (87,5%)
24 (100%)
Perempuan
4 (21,1%)
15 (78,9%)
19 (100%)
Dewasa awal
Lansia
0
Jenis Kelamin
Responden yang berpendidikan SD-SMP
maupun
SMA
ketidakpatuhan
Pendidikan
Sedangkan
SD-SMP
4 (14,8%)
23 (85,2%)
27 (100%)
SMA
1 (8,3%)
11 (91,7%)
12 (100%)
>D3/S1
2 (50%)
2 (50%)
4 (100%)
dalam
untuk
menunjukkan
manajemen
responden
diri.
dengan
pendidikan ≥D3 atau S1 sebanyak 2 orang
(50%) menunjukkan kepatuhan, dan sisanya
sebanyak
2
orang
(50%)
menunjukkan
ketidakpatuhan.
Pekerjaan
Pensiun
3 (23,1%)
Swasta
Tidak bekerja
10(76,9%)
13 (100%)
0
3(100%)
3 (100%)
4 (14,8%)
23(85,2%)
27 (100%)
Berdasarkan pekerjaan, responden dengan
pekerjaan pensiun sebanyak 10 orang (76,9%)
menunjukkan
Penghasilan
≤Rp 2.200.000
mayoritas
7 (17,9%)
>Rp 2.200.000 0
ketidakpatuhan
dalam
32 (82,1%)
39 (100%)
manajemen diri, dan hanya 3 orang (23,1%)
4 (100%)
4 (100%)
yang menunjukkan kepatuhan. Responden
dengan pekerjaan swasta sebanyak 3 orang
Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013
5
(100%)
menunjukkan
ketidakpatuhan.
aktifitas, obat, diet, dan psikososial. Sebanyak
Sebagian besar responden yang tidak bekerja
41
yaitu
menunjukkan
manajemen cairan, dan hanya 2 orang (4,7%)
ketidakpatuhan, dan hanya 4 orang (14,8%)
yang patuh. Dalam aktifitas fisik, sebagian
yang menunjukkan kepatuhan.
besar responden yaitu 33 orang (76,7%)
sebanyak
23
orang
orang
(95,3%)
tidak
patuh
dalam
menunjukkan ketidakpatuhan, dan 10 orang
Berdasarkan penghasilan, responden dengan
(23,3%) menunjukkan kepatuhan. Kepatuhan
penghasilan ≤Rp 2.200.000 menunjukkan
dalam pengobatan menunjukkan sebanyak 32
bahwa sebanyak 32 orang (82,1%) tidak patuh
orang (74,4%), dan sisanya yaitu 11 orang
dalam manajemen diri, dan hanya 7 orang
(25,6%) tidak patuh. Sebanyak 12 orang
(17,9%) yang patuh. Responden dengan
(27,9%)
penghasilan >Rp 2.200.000 sebanyak 4 orang
manajemen
(100%) menunjukkan ketidakpatuhan, tidak
responden yaitu 31 orang (72,1%) tidak
ada yang menunjukkan kepatuhan dalam
patuh.
manajemen diri.
menunjukkan ketidakpatuhan sebanyak 30
menunjukkan
diet,
Untuk
dan
kepatuhan
dalam
sebagian
besar
manajemen
psikososial
orang responden (69,8%), dan hanya 13 orang
Sebagian
besar
responden
menunjukkan
(30,2%) yang patuh.
ketidakpatuhan dalam manajemen perawatan
diri secara umum. Kepatuhan dalam lima
Pembahasan
dimensi manajemen diri akan digambarkan
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas usia
dalam tabel 2.
responden pada dewasa tengah dan lansia, dan
Tabel 2 Tingkat Kepatuhan Responden dalam
Manajemen Cairan, Obat, Aktifitas, Diet, dan
Psikososial (n=43)
menunjukkan
Variabel
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Patuh
F (%)
Manajemen 2 (4,7%)
cairan
Tidak
Patuh
F (%)
41 (95,3%)
Total
F (%)
43 (100%)
Aktifitas
10 (23,3%)
33 (76,7%)
43 (100%)
Obat
32 (74,4%)
11 (25,6%)
43 (100%)
Diet
12 (27,9%)
31 (72,1%)
43 (100%)
Psikososial 13 (30,2%)
30 (69,8%)
43 (100%)
manajemen
ketidakpatuhan
diri.
Hal
ini
dalam
menguatkan
Majid (2010) yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara frekuensi
rawat ulang dengan usia responden, yaitu
responden yang berusia lanjut mempunyai
peluang 7,57 kali lebih besar untuk menjalani
rawat ulang lebih dari satu kali dalam
setahun.
Tabel 2 menjelaskan kepatuhan responden
gagal jantung terhadap manajemen cairan,
Distribusi
responden
berdasarkan
jenis
kelamin dari hasil penelitian ini adalah
Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013
6
dominan pasien laki-laki. Hal ini sejalan
diri.
dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Hasil
penelitian
Jaya
bahwa
secara
hipertensi. Jaya melaporkan bahwa pasien
signifikan lebih tinggi pada pria dibandingkan
hipertensi dengan penghasilan yang lebih
dengan wanita di segala usia.
tinggi, lebih patuh
gagal
jantung
terhadap
menguatkan
Universitas Framingham, yang menyatakan
kejadian
(2009)
ini
dibandingkan
Mayoritas
tingkat
pendidikan
responden
kepatuhan
pasien
untuk minum obat
dengan
pasien
dengan
penghasilan lebih rendah.
berdasarkan hasil penelitian adalah SD-SMP
dengan tingkat kepatuhan rendah dan sedang.
Kepatuhan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
menunjukkan ketidakpatuhan pada mayoritas
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
responden. Namun hasil penelitian ini tidak
Majid (2010) yang menyatakan bahwa tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
ada
antara
Wal, et.al. (2006) yang menunjukkan tingkat
frekuensi rawat inap ulang dengan tingkat
kepatuhan terhadap program restriksi cairan
pendidikan responden. Namun, hal ini sejalan
sebanyak 73%.
hubungan
yang
signifikan
dalam
manajemen
cairan
dengan pendapat Neutel & Smith (2003); dan
Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa
Kepatuhan dalam aktivitas fisik (olahraga
pendidikan seseorang akan mempengaruhi
ringan, aktivitas sehari-hari, dan istirahat)
tingkat pengetahuan seseorang, dan akhirnya
menunjukkan bahwa mayoritas responden
akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan
mempunyai ketidakpatuhan, hanya sebagian
yang dimilikinya.
kecil saja yang patuh. Hal ini sejalan dengan
penelitian oleh Wal, et al. (2006) yang
Berdasarkan jenis pekerjaan, hasil penelitian
menunjukkan
menunjukkan bahwa responden mayoritas
sebanyak 39%.
kepatuhan
pada
aktivitas
responden tidak bekerja, dan menunjukkan
ketidakpatuhan dalam manajemen diri. Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
bahwa
Jaya
bahwa
kepatuhan dalam program pengobatan. Hal ini
responden yang bekerja lebih patuh jika
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
dibandingkan dengan yang tidak bekerja.
Wal, et al (2006) yang menyatakan bahwa
(2009)
yang
menyatakan
mayoritas
responden
mempunyai
90% pasien patuh minum obat dan kontrol ke
Berdasarkan
hasil
penelitian,
mayoritas
dokter.
responden berpenghasilan ≤Rp 2.200.000
dengan ketidakpatuhan dalam manajemen
Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013
7
bahwa
mayoritas tidak patuh dalam manajemen diri.
mempunyai
Baik responden laki-laki maupun perempuan
ketidakpatuhan. Hasil ini sejalan dengan
sebagian besar tidak patuh dalam manajemen
penelitian yang dilakukan oleh Heo, Lennie,
diri. Responden yang berpendidikan SD-SMP
Moser, & Okoli (2009) yang menyatakan
maupun
bahwa
ketidakpatuhan
Manajemen
mayoritas
diet
menunjukkan
responden
ada
hubungan
antara
kepatuhan
SMA
mayoritas
dalam
menunjukkan
manajemen
diri.
terhadap diet pada pasien gagal jantung
Responden dengan pekerjaan swasta, pensiun
dengan tingkat rawat inap yang tinggi.
dan
tidak
bekerja
masing-masing
menunjukkan bahwa sebagian besar tidak
kepatuhan
patuh dalam manajemen diri. Responden
dalam manajemen psikososial hanya pada
berpenghasilan ≤Rp 2.200.000 maupun yang
sebagian kecil responden, dan sisanya tidak
lebih sebagian besar tidak patuh dalam
patuh.. Hal ini sejalan dengan pendapat
manajemen diri.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
Richardson (2003) yang menyatakan bahwa
faktor psikososial tidak banyak diketahui
Sebagian besar responden tidak patuh dalam
terkait dengan terjadinya depresi pada pasien
manajemen perawatan diri secara umum.
dengan gagal jantung, tetapi depresi telah
Dalam
terbukti
responden
memberikan
kontribusi
terhadap
manajemen
cairan
menunjukkan
mayoritas
ketidakpatuhan;
peningkatan kejadian rawat ulang (Bero,
untuk manajemen aktifitas sebagian besar
Lipton, & Bird, 1991 dalam Richardson,
juga responden tidak patuh; sedangkan untuk
2003).
manajemen diet dan psikososial masingmasing juga menunjukkan ketidakpatuhan
pada sebagian besar responden; hanya dalam
Kesimpulan
program pengobatan saja yang menunjukkan
Responden berjumlah 43 orang dengan
karakteristik:
mayoritas
tengah
berjenis
berusia
kepatuhan pada sebagian besar responden.
dewasa
laki-laki.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi
Mayoritas responden berpendidikan terakhir
perbaikan pelayanan keperawatan bagi pasien
SD-SMP, untuk jenis pekerjaan lebih banyak
gagal
yang
keperawatan yang diberikan oleh perawat.
dan
tidak
kelamin
bekerja,
dan
mayoritas
jantung,
dalam
hal
ini
asuhan
Pendidikan kesehatan yang lebih terstruktur
berpenghasilan ≤Rp 2.200.000.
dengan melibatkan seluruh staf kesehatan
karakteristik
mulai dari dokter, perawat, dan ahli gizi serta
menunjukkan bahwa responden yang berusia
melibatkan keluarga dalam perawatan pasien
dewasa muda, dewasa tengah, dan lansia
selanjutnya
Kepatuhan
berdasarkan
di
Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013
rumah.
Evaluasi
tentang
8
adherence. Eur J Cardiovasc Nurs. 8(5),
323–328
pelaksanaan pendidikan kesehatan penting
dilakukan, hal ini terkait dengan masih
rendahnya kepatuhan pasien. Dukungan dari
semua pihak dapat membantu mengurangi
angka kekambuhan pasien gagal jantung.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih diberikan kepada ibu
Lestari
Sukmarini,
SKp,
MNS;
serta
pimpinan, staf diklit dan perawat RSUP
Persahabatan yang telah membantu proses
penelitian ini sampai selesai.
Referensi
Albert, N. M. (2008). Improving medication
adherence in chronic cardiovascular
disease. Critical Care Nurse, 28, 54-64.
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2005). Medical
surgical nursing: Clinical management
for positive outcomes. Edisi 7. Vol. 2.
Philadelphia: Elsevier Saunders
Brashers, V.L., (2007). Aplikasi klinis
patofisiologis;
Pemeriksaan
dan
manajemen.
(H.Y.
Kuncara,
Penerjemah). Jakarta: EGC
Evangelista, L. S., & Dracup, K. (2000). A
closer look at compliance research in
heart failure patients in the last decade.
Prog Cardiovasc Nurs.15(3). Diunduh
dari
http://www.medscape.com/viewarticle/
4077365
Gleadle, J. (2007). At a glance: Anamnesis
dan
pemeriksaan
fisik
(Annisa
Rahmalia,
Penerjemah).
Jakarta:
Erlangga
Heo, S., Lennie, T.A., Moser, D.K., & Okoli,
C. (2009). Heart failure patients’
perceptions on nutrition and dietary
Isselbacher, K.J., Braunwald, E., Wilson,
J.D., Martin, J.B., Fauci, A.S., &
Kasper, D.L.. (1999). Harrison:
Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam.
(Ahmad H. Asdie, Penerjemah). Edisi
13. Vol 1. Jakarta: EGC
Jaarsma, T., Stromberg, A., Martensson,J., &
Dracup, K. (2002). Development and
testing of the european heart failure
self-care behaviour scale. The European
Journal of Heart Failure. 5, 363–370.
Jaya, N.T.A.A. (2009). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kepatuhan
pasien dalam minum obat antihipertensi
di puskesmas pamulang kota tangerang
selatan propinsi banten tahun 2009.
Jakarta: PSIK UIN Syarif Hidayatullah
Majid, A. (2010). Analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian rawat
inap ulang pasien gagal jantung
kongestif di rumah sakit yogyakarta.
Depok: FIKUI
Maulana, H.D.J. (2007). Promosi kesehatan.
Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Neutel, J.M. & David, H.G.S. (2003).
Improving patient compliance: a major
goal
in
the
management
of
hypertension. Medscape. Diunduh dari
http://www.medscape.com/viewarticle/4
52254
Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
Diunduh
dari
http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi
Richardson, L.G. (2003). Psychosocial issues
in patients with congestive heart failure.
Prog Cardiovasc Nurs. 18 (1). Diunduh
dari
http://www.medscape.com/viewarticle/4
51763
Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013
9
Siswanto, B.B. (2011). Accurate diagnoses,
evidence based drugs, and new devices
(3 Ds) in heart failure. Medical Journal
of Indonesia. 21(1), 52-58
Swartz, M.H. (1995). Buku ajar diagnostik
fisik.
(Petrus
Lukmanto,
dkk.,
Penerjemah). Jakarta: EGC
Wal, V. D., et al. University of groningen:
Improved compliance of heart failure
patients depends on knowledge and
change of beliefs. Eur Heart Journal.
27(4), 434-440
Tingkat kepatuhan ..., Rinawati, FIK UI, 2013
Download