1 PENGELOLAAN HARGA DIRI RENDAH KRONIS PADA Tn. N DI RUANG P1 WISMA PUNTADEWA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Deasy Yulistiana1, Abdul Wakhid2, Wulansari3 123 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo [email protected] ABSTRAK Harga diri rendah kronis adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri, perasaan tidak mampu, penilaian harga diri Tujuan penulis ini untuk mengetahui aspek positif yang dimiliki klien dengan harga diri rendah di ruang P1 Wisma Puntadewa RSJ. Prof. dr. Soerojo Magelang. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan kasus selama 3 hari yang berupa tindakan keperawatan pasien dalam meningkatkan harga diri rendah kronis, teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, demonstrasi. Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan positif yang dimiliki klien seperti: menyapu, mengepel dan mencuci piring dan melibatkan dalam kegiatan diruangan. Saran bagi RSJ. Prof. dr. Soerojo Magelang diharapkan untuk meningkatkan asuhan keperawatan harga diri rendah dengan melibatkan pasienpasien didalam kegiatan diruangan untuk meningkatkan harga diri pasien. Kata kunci: harga diri rendah kronis Kepustakaan: 18 (2002-2013) PENDAHULUAN Setiap orang mengalami stress dari waktu ke waktu, umumnya seseorang dapat menghadapi stress jangka panjang atau stress jangka pendek sampai stress tersebut berlalu. Stres juga bisa menimbulkan tuntutan yang besar pada seseorang, jika orang tersebut tidak dapat mengadaptasi, maka dapat terjadi penyakit. Stress adalah segala situasi di mana tuntutan nonspesifik mengharuskan seseorang untuk melakukan tindakan. Stres dapat menganggu cara seseorang dalam menyelesaikan masalah, berfikir secara umum, dan hubungan seseorang dan rasa memiliki (Potter & Perry, 2005). Stres salah satu penyebab gangguan jiwa. Para peneliti melakukan banyak cara untuk menentukan penyebab gangguan jiwa yang mungkin. Suatu bidang studi yang relatif baru, mempelajari efek stresor psikososial pada sistem imun tubuh. Sistem imun yang terganggu dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit, khususnya populasi yang secara 1 Akademi Keperawatan Ngudi waluyo 2 genetik sudah berisiko. Sejauh ini, upaya untuk mengaitkan stresor spesifik dengan penyakit terlalu tidak berhasil (Videbeck, 2008). Ruang lingkup masalah kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks juga saling berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dan ilmu kedokteran jiwa (Psichiatri), secara garis besar masalah kesehatan jiwa berkaitan dengan makna dan nilainilai kehidupan manusia misal masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan lifecycle kehidupan manusia, mulai dari persiapan pranikah, anak dalam kandungan, balita, anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Masalah psikososial adalah masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yaitu: psikotik gelandangan, pemasungan penderita gangguan jiwa, masalah anak jalanan, masalah anak remaja seperti tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, masalah seksual, tindakan kekerasan, stres pasca trauma, masalah usia lanjut yang terisolasir, dan masalah kesehatan tenaga kerja di tempat kerja. Dari perubahan sosial ini maka timbul gejala gangguan jiwa yang disebut juga skizofrenia (Yosep, 2009). Videbeck, (2008) menyatakan bahwa skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit tersendiri, melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala seperti jenis kanker. Selama berpuluh-puluh tahun, skizofrenia sering disalah artikan oleh masyarakat. Penyakit ini ditakuti sebagai gangguan jiwa yang berbahaya dan tidak dapat dikontrol, dan mereka yang terdiagnosis penyakit ini digambarkan sebagai individu yang tidak mengalami masalah emosional atau psikologis yang terkendali dan memperlihatkan perilaku yang aneh dan amarah. Skizofrenia dapat terjadi pada setiap orang, tetapi pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda guna untuk menjaga integritas baik fisik maupun psikologis, dan salah satu di antaranya adalah konsep diri (self concept) yaitu yang menyangkut persepsi diri, yang melibatkan aktifitas mental dan pengungkapan perasaan. Menurut Stuart (2006) Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain, termaksud persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Memahami konsep diri sangat penting bagi perawat Akademi Keperawatan Ngudi waluyo 3 karena asuhan keperawatan diberikan secara utuh bukan hanya penyakit saja tetapi juga menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat tertentu tentang dirinya. Konsep diri terdiri atas komponen citra diri, ideal diri, penampilan, peran dan identitas personal, harga diri, respon individu terhadap konsep diri berfluktuasi sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif sampai maladaptif (Suliswati, 2009). Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan berharga (Suliswati, 2009). Harga diri dan penerimaannya, orang mampu menyelesaikan diri secara baik mampu menilai harga dirinya sendiri dan merasa diterima oleh orang disekitarnya. Maka merasa nyaman bersama orang lain dan mampu bereaksi secara spontan dalam situasi sosial. Pada saat yang sama, mereka merasa tidak berguna, terasing, dan tidak diterima adalah hal yang menonjol pada individu yang didiagnosis sebagai abnormal (Lukluk, 2011) Pendapat lain tentang harga diri rendah disampaikan oleh Keliat (2009) yang menyebutkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adapun tanda dan gejalanya adalah mengkritik diri sendiri perasaan bukan tak mampu pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktivitas penolakan terhadap penolakan diri. Selain tanda dan gejala tersebut kita juga dapat mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada bicara lemah. Harga Diri Rendah dibagi menjadi dua yaitu harga diri rendah kronis dan harga diri rendah situasional. Harga diri rendah kronis adalah perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama yaitu sebelum sakit. Sedangkan harga diri rendah situasional adalah terjadinya trauma yang tiba-tiba (Suliswati, 2009). RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang merupakan salah satu Rumah sakit Jiwa di Jawa Tengah yang menangani berbagai penyakit yang diakibatkan oleh gangguan mental dan kejiwaan. RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang menjadi Rumah sakit yang mandiri dalam pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif untuk kesehatan bersama yang mempunyai visi dan misi melaksanakan pelaksanaan kesehatan jiwa prima, melaksanakan pelayanan ketergantungan, nafza prima, melaksanakan pelayanan umum prima sebagai penunjang pelayanan kesehatan jiwa, mengembangkan pelayanan pendidikan atau pelatihan tenaga kesehatan serta melakukan penelitian di bidang kesehatan jiwa. Data rekam medis rumah sakit jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang pada tahun 2013 ada sepuluh diagnosa schizophrenia. Jumlah total kasus gangguan jiwa yang ada di RSJ. dr. Soerojo Magelang adalah 4010 kasus yang terdiri dari klien pria 2539 dan klien wanita 1471. Kasus tertinggi adalah F20.0 atau paranoid schizophrenia yang Akademi Keperawatan Ngudi waluyo 4 jumlahnya 1300 kasus, dan yang terendah adalah F31.2 atau bipolar affective disorder-current episode manic with psychotic sympotoms yang jumlahnya 86 kasus. Sedangkan kasus yang diambil untuk karya tulis ilmiah yang penulis adalah F20.3 atau Undifferentiated schizophrenia didapatkan 1221. Walaupun kasus harga diri rendah tidak menempati urutan yang pertama tetapi penanganan tetap harus dilaksanankan karena Harga Diri Rendah dapat menimbulkan kasus yang lainnya seperti Resiko Perilaku Kekerasan, Isolasi Sosial: Menarik Diri dan lain-lain. Maka penulis tertarik untuk lebih mendalami tentang pemberian Pengelolaan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis, agar nantinya dapat memberikan Asuhan Keperawatan secara optimal kepada klien. METODE PENGELOLAN Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan kasus selama 3 hari yang berupa tindakan keperawatan pasien dalam meningkatkan harga diri rendah kronis, teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, demonstrasi. HASIL PENGELOLAAN Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan positif yang dimiliki klien seperti: menyapu, mengepel dan mencuci piring dan melibatkan dalam kegiatan diruangan. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN Hasil pengkajian, sebagian data sama dengan pendapat Stuart (2006) yang menyatakan bahwa hasil pengkajian pasien dengan harga diri rendah adalah klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, klien merasa dirinya kurang percaya pada dirinya sendiri, mengkritik diri sendiri dan orang lain, perasaan negatif terhadap diri sendiri, penolakan terhadap kemampuan personal, rasa diri penting yang berlebihan, pandangan hidup pesimis, menarik diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari realitas dan perasaan khawatir. Diagnosa yang diperoleh gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis. Implementasi yang dilakukan adalah membina hubungan saling percaya antara lain memberi salam, berjabat tangan dengan klien, memperkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan intervensi, menanyakan nama klien dan nama panggilan yang disukai, menunjukkan sikap empati, jujur dan menempati janji setiap kali berinteraksi, menanyakan alasan masuk RSJ, menanyakan masalah yang dihadapi dan membuat kontrak interaksi dengan jelas, mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien, hal ini dilakukan karena dengan membina hubungan saling percaya dapat membantu pasien untuk memperluas dan menerima semua aspek kepribadian, serta dapat mengurangi ancaman yang diperlihatkan perawat terhadap pasien. Purwaningsih (2010) mengatakan dalam membina suatu hubungan, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah membina hubungan saling percaya, menerima dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien. Sedangkan Wakhid (2013) mengatakan dalam jurnalnya Akademi Keperawatan Ngudi waluyo 5 bahwa model interpersonal dapat dilakukan secara efektif karena proses tahap pertama dalam hubungan perawat dengan klien yang disebut tahap orientasi diawali dengan membina hubungan saling percaya dimana perawat dan klien belum saling mengenal dan perawat merupakan orang asing bagi klien. Tahap identifikasi dilakukkan oleh perawat dengan melakukan pengkajian secara mendalam terhadap masalah yang muncul pada klien. Faktor penghambat dan faktor pendukung dari evaluasi tindakan adalah faktor penghambatnya yaitu klien kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan yang diberikan penulis, klien selalu merasa tidak mampu melakukan perkerjaan. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu difokuskan kepada klien bahwa klien mampu berinteraksi dan tanggap yang diajarkan penulis, dan mampu memasukkan ke jadwal harian. Sebagai alternatif pemecahan masalah dengan sering memberikan reinforcement positif kepada klien dan libatkan dalam kegiatan yang ada di ruangan. Harga Diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak berharga, tidak berarti, rendah diri dan perasaan bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan gambarangambaran negatif tentang dirinya dengan rasa yang berkepanjangan (Yosep, 2007). Sedangkan menurut Keliat (2010), harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Sedangkan tanda dan gejalanya yaitu bergantung pada pendapat orang lain, evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa, melebihlebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri, secara berlebihan mencari penguatan, sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup, enggan mencoba situasi baru, enggan mencoba hal baru, perilaku bimbang. Kontak mata kurang, perilaku tidak asertif, sering kali mencari penegasan, pasif, menolak umpan balik positif tentang diri sendiri, ekspresi rasa bersalah, ekspresi rasa malu. Hasil pengkajian didapatkan data klien mengatakan minder dengan orang yang lebih dari dirinya, klien merasa tidak berguna karena tidak mampu memenuhi kebutuhan jika dibandingkan dengan saudarasaudaranya, klien kadang menunduk, kontak mata kurang, suara lembut dan pelan, selanjutnya penulis dapat menentukan diagnosa keperawatan kepada klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis. Rencana tindakan yang disusun pada pasien harga diri rendah adalah mengindentifikasi kemampuan aspek positif klien, membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan, membantu klien menentukan kegiatan yang masih dapat dilakukan, melatih kegiatan yang dipilih klien, memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien, memasukkan ke jadwal kegiatan. Tindakan keperawatan yang penulis lakukan pada klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif klien, membantu klien dalam memilih kegiatan, melatih klien kegiatan yang dipilih (menyapu, mengepel, mencuci piring) dan memasukkan Akademi Keperawatan Ngudi waluyo 6 kegiatan yang dilatih kedalam jadwal kegiatan harian klien. Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis didapatkan hasil, klien mampu menyapu, mengepel dan mencuci piring. Klien nada suara cukup, tidak menunduk lagi, kontak mata ada. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (Terj. Monica Ester) Jakarta: EGC Damaiyanti, M. Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa, Bandung: Refika Aditama. Dermawan, D. Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Keliat, Budi Anna. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC Lukluk A, zuyina. (2011). Psikologi Kesehatan. Yogjakarta: Nuha Medika Nanda. (2012). Diagnosa Keperawatan Nanda 20122014 Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC Pambudi, Prabawati Setyo. (2012). Hubungan Konsep Diri dengan Prestsai Akademik pada Mahasiswa Keperawatan. April 23,2014 jam pukul 20.35 WIB http://www.knolsearch.com/eb ook Direja, Ade, H, S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik (alih bahasa : Yasmin Asih...[et al] : Editor Bahasa Indonesia Monica Ester, Devi Yulianti, Intan Parulina). Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Doengoes, Marlin E dkk. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan Pskiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC Purwaningsih, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika Fitria, Nitta. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Edisi ke 1. Jakarta: Salemba Medika. Stuart, G. W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terj. Ramona P) Edisi 5. Jakarta:EGC Keliat B,A. (2006). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC Suliswati, dkk. (2009). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakrta: EGC Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC Akademi Keperawatan Ngudi waluyo 7 Wakhid, A., Hamid, S.Y.A., Helena, N. (2013). Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial pada Klien Isolasi Sosial dan Harga Diri Rendah dengan Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau di RS dr Marzoeki Mahdi Bogor. [email protected] . Diakses 27 April 2014 Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama. Akademi Keperawatan Ngudi waluyo 8 MANUSKRIP LAPORAN KASUS PENGELOLAAN HARGA DIRI RENDAH KRONIS PADA Tn. N DI RUANG P1 WISMA PUNTADEWA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Oleh: DEASY YULISTIANA 0111497 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2014 Akademi Keperawatan Ngudi waluyo