4048

advertisement
1
PENGELOLAAN HARGA DIRI RENDAH KRONIS PADA Tn. N DI
RUANG P1 WISMA PUNTADEWA RSJ Prof. dr. SOEROJO
MAGELANG
Deasy Yulistiana1, Abdul Wakhid2, Wulansari3
123
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
[email protected]
ABSTRAK
Harga diri rendah kronis adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah diri, perasaan tidak mampu, penilaian harga diri Tujuan penulis ini untuk
mengetahui aspek positif yang dimiliki klien dengan harga diri rendah di ruang P1
Wisma Puntadewa RSJ. Prof. dr. Soerojo Magelang.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan kasus selama 3
hari yang berupa tindakan keperawatan pasien dalam meningkatkan harga diri
rendah kronis, teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara,
observasi, demonstrasi.
Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu melakukan kegiatan sesuai
dengan kemampuan positif yang dimiliki klien seperti: menyapu, mengepel dan
mencuci piring dan melibatkan dalam kegiatan diruangan.
Saran bagi RSJ. Prof. dr. Soerojo Magelang diharapkan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan harga diri rendah dengan melibatkan pasienpasien didalam kegiatan diruangan untuk meningkatkan harga diri pasien.
Kata kunci: harga diri rendah kronis
Kepustakaan: 18 (2002-2013)
PENDAHULUAN
Setiap orang mengalami
stress dari waktu ke waktu,
umumnya
seseorang
dapat
menghadapi stress jangka panjang
atau stress jangka pendek sampai
stress tersebut berlalu. Stres juga bisa
menimbulkan tuntutan yang besar
pada seseorang, jika orang tersebut
tidak dapat mengadaptasi, maka
dapat terjadi penyakit. Stress adalah
segala situasi di mana tuntutan nonspesifik mengharuskan seseorang
untuk melakukan tindakan. Stres
dapat menganggu cara seseorang
dalam
menyelesaikan
masalah,
berfikir secara umum, dan hubungan
seseorang dan rasa memiliki (Potter
& Perry, 2005).
Stres salah satu penyebab
gangguan jiwa. Para peneliti
melakukan banyak cara untuk
menentukan penyebab gangguan
jiwa yang mungkin. Suatu bidang
studi yang relatif baru, mempelajari
efek stresor psikososial pada sistem
imun tubuh. Sistem imun yang
terganggu
dapat
menyebabkan
terjadinya
berbagai
penyakit,
khususnya populasi yang secara
1 Akademi Keperawatan Ngudi waluyo
2
genetik sudah berisiko. Sejauh ini,
upaya untuk mengaitkan stresor
spesifik dengan penyakit terlalu tidak
berhasil (Videbeck, 2008).
Ruang
lingkup
masalah
kesehatan jiwa sangat luas dan
kompleks juga saling berhubungan
dengan segala aspek kehidupan
manusia. Mengacu pada UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992
tentang
kesehatan
dan
ilmu
kedokteran jiwa (Psichiatri), secara
garis besar masalah kesehatan jiwa
berkaitan dengan makna dan nilainilai kehidupan manusia misal
masalah kesehatan jiwa yang
berkaitan dengan lifecycle kehidupan
manusia, mulai dari persiapan
pranikah, anak dalam kandungan,
balita, anak, remaja, dewasa, dan
lanjut usia. Masalah psikososial
adalah masalah psikis atau kejiwaan
yang timbul sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial yaitu: psikotik
gelandangan, pemasungan penderita
gangguan jiwa, masalah anak
jalanan, masalah anak remaja seperti
tawuran
dan
kenakalan,
penyalahgunaan
narkotika
dan
psikotropika,
masalah
seksual,
tindakan kekerasan, stres pasca
trauma, masalah usia lanjut yang
terisolasir, dan masalah kesehatan
tenaga kerja di tempat kerja. Dari
perubahan sosial ini maka timbul
gejala gangguan jiwa yang disebut
juga skizofrenia (Yosep, 2009).
Videbeck,
(2008)
menyatakan
bahwa
skizofrenia
adalah
suatu
penyakit
yang
mempengaruhi
otak
dan
menyebabkan timbulnya pikiran,
persepsi, emosi, gerakan dan
perilaku yang aneh dan terganggu.
Skizofrenia tidak dapat didefinisikan
sebagai
penyakit
tersendiri,
melainkan diduga sebagai suatu
sindrom atau proses penyakit yang
mencakup banyak jenis dengan
berbagai gejala seperti jenis kanker.
Selama
berpuluh-puluh
tahun,
skizofrenia sering disalah artikan
oleh masyarakat. Penyakit ini
ditakuti sebagai gangguan jiwa yang
berbahaya dan tidak dapat dikontrol,
dan mereka yang terdiagnosis
penyakit ini digambarkan sebagai
individu yang tidak mengalami
masalah emosional atau psikologis
yang terkendali dan memperlihatkan
perilaku yang aneh dan amarah.
Skizofrenia dapat terjadi pada setiap
orang, tetapi pada dasarnya setiap
orang memiliki kemampuan yang
berbeda guna untuk menjaga
integritas
baik
fisik
maupun
psikologis, dan salah satu di
antaranya adalah konsep diri (self
concept) yaitu yang menyangkut
persepsi diri, yang melibatkan
aktifitas mental dan pengungkapan
perasaan.
Menurut
Stuart
(2006)
Konsep diri adalah semua pikiran,
keyakinan, dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu
tentang dirinya dan memengaruhi
hubungannya dengan orang lain.
Konsep diri tidak terbentuk waktu
lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalaman unik seseorang dalam
dirinya sendiri, dengan orang
terdekat, dan realitas dunia.
Konsep diri adalah semua
ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan
orang lain, termaksud persepsi
individu
akan
sifat
dan
kemampuannya, interaksi dengan
orang lain dan lingkungan, nilai nilai
yang
berkaitan
dengan
pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya. Memahami konsep
diri sangat penting bagi perawat
Akademi Keperawatan Ngudi waluyo
3
karena asuhan keperawatan diberikan
secara utuh bukan hanya penyakit
saja tetapi juga menghadapi individu
yang mempunyai pandangan, nilai
dan pendapat tertentu tentang
dirinya. Konsep diri terdiri atas
komponen citra diri, ideal diri,
penampilan, peran dan identitas
personal, harga diri, respon individu
terhadap konsep diri berfluktuasi
sepanjang rentang respon konsep diri
yaitu adaptif sampai maladaptif
(Suliswati, 2009).
Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita
atau harapan langsung menghasilkan
perasaan berharga (Suliswati, 2009).
Harga diri dan penerimaannya, orang
mampu menyelesaikan diri secara
baik mampu menilai harga dirinya
sendiri dan merasa diterima oleh
orang disekitarnya. Maka merasa
nyaman bersama orang lain dan
mampu bereaksi secara spontan
dalam situasi sosial. Pada saat yang
sama, mereka merasa tidak berguna,
terasing, dan tidak diterima adalah
hal yang menonjol pada individu
yang didiagnosis sebagai abnormal
(Lukluk, 2011)
Pendapat lain tentang harga
diri rendah disampaikan oleh Keliat
(2009) yang menyebutkan bahwa
harga diri rendah adalah perasaan
tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri. Adapun
tanda
dan
gejalanya
adalah
mengkritik diri sendiri perasaan
bukan tak mampu pandangan hidup
yang
pesimis,
penurunan
produktivitas penolakan terhadap
penolakan diri. Selain tanda dan
gejala tersebut kita juga dapat
mengamati penampilan seseorang
dengan harga diri rendah yang
tampak
kurang
memperhatikan
perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan menurun, tidak berani
menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, dan bicara lambat dengan
nada bicara lemah.
Harga Diri Rendah dibagi
menjadi dua yaitu harga diri rendah
kronis dan harga diri rendah
situasional. Harga diri rendah kronis
adalah perasaan negatif terhadap diri
telah berlangsung lama yaitu
sebelum sakit. Sedangkan harga diri
rendah situasional adalah terjadinya
trauma yang tiba-tiba (Suliswati,
2009).
RSJ Prof. dr. Soerojo
Magelang merupakan salah satu
Rumah sakit Jiwa di Jawa Tengah
yang menangani berbagai penyakit
yang diakibatkan oleh gangguan
mental dan kejiwaan. RSJ Prof. dr.
Soerojo Magelang menjadi Rumah
sakit yang mandiri dalam pelayanan
kesehatan jiwa yang komprehensif
untuk kesehatan bersama yang
mempunyai
visi
dan
misi
melaksanakan pelaksanaan kesehatan
jiwa prima, melaksanakan pelayanan
ketergantungan,
nafza
prima,
melaksanakan pelayanan umum
prima sebagai penunjang pelayanan
kesehatan jiwa, mengembangkan
pelayanan pendidikan atau pelatihan
tenaga kesehatan serta melakukan
penelitian di bidang kesehatan jiwa.
Data rekam medis rumah
sakit jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang
pada tahun 2013 ada sepuluh
diagnosa schizophrenia. Jumlah total
kasus gangguan jiwa yang ada di
RSJ. dr. Soerojo Magelang adalah
4010 kasus yang terdiri dari klien
pria 2539 dan klien wanita 1471.
Kasus tertinggi adalah F20.0 atau
paranoid
schizophrenia
yang
Akademi Keperawatan Ngudi waluyo
4
jumlahnya 1300 kasus, dan yang
terendah adalah F31.2 atau bipolar
affective disorder-current episode
manic with psychotic sympotoms
yang jumlahnya 86 kasus. Sedangkan
kasus yang diambil untuk karya tulis
ilmiah yang penulis adalah F20.3
atau Undifferentiated schizophrenia
didapatkan 1221. Walaupun kasus
harga diri rendah tidak menempati
urutan
yang
pertama
tetapi
penanganan
tetap
harus
dilaksanankan karena Harga Diri
Rendah dapat menimbulkan kasus
yang lainnya seperti Resiko Perilaku
Kekerasan, Isolasi Sosial: Menarik
Diri dan lain-lain. Maka penulis
tertarik untuk lebih mendalami
tentang pemberian Pengelolaan
Keperawatan pada pasien dengan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri
Rendah Kronis, agar nantinya dapat
memberikan Asuhan Keperawatan
secara optimal kepada klien.
METODE PENGELOLAN
Metode yang digunakan
adalah memberikan pengelolaan
kasus selama 3 hari yang berupa
tindakan keperawatan pasien dalam
meningkatkan harga diri rendah
kronis, teknik pengumpulan data
dilakukan
dengan
metode
wawancara, observasi, demonstrasi.
HASIL PENGELOLAAN
Hasil pengelolaan didapatkan
klien mampu melakukan kegiatan
sesuai dengan kemampuan positif
yang dimiliki klien seperti: menyapu,
mengepel dan mencuci piring dan
melibatkan
dalam
kegiatan
diruangan.
PEMBAHASAN
DAN
KESIMPULAN
Hasil pengkajian, sebagian
data sama dengan pendapat Stuart
(2006) yang menyatakan bahwa hasil
pengkajian pasien dengan harga diri
rendah adalah klien mengatakan
bahwa dirinya tidak berguna, klien
merasa dirinya kurang percaya pada
dirinya sendiri, mengkritik diri
sendiri dan orang lain, perasaan
negatif terhadap diri sendiri,
penolakan terhadap kemampuan
personal, rasa diri penting yang
berlebihan,
pandangan
hidup
pesimis, menarik diri secara sosial,
penyalahgunaan zat, menarik diri
dari realitas dan perasaan khawatir.
Diagnosa yang diperoleh gangguan
konsep diri: harga diri rendah kronis.
Implementasi yang dilakukan
adalah membina hubungan saling
percaya antara lain memberi salam,
berjabat tangan dengan klien,
memperkenalkan
nama,
nama
panggilan dan tujuan intervensi,
menanyakan nama klien dan nama
panggilan
yang
disukai,
menunjukkan sikap empati, jujur dan
menempati
janji
setiap
kali
berinteraksi, menanyakan alasan
masuk RSJ, menanyakan masalah
yang dihadapi dan membuat kontrak
interaksi
dengan
jelas,
mendengarkan
dengan
penuh
perhatian ungkapan perasaan klien,
hal ini dilakukan karena dengan
membina hubungan saling percaya
dapat membantu pasien untuk
memperluas dan menerima semua
aspek kepribadian, serta dapat
mengurangi
ancaman
yang
diperlihatkan
perawat
terhadap
pasien.
Purwaningsih
(2010)
mengatakan dalam membina suatu
hubungan, yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah membina
hubungan saling percaya, menerima
dan pengertian, komunikasi yang
terbuka dan perumusan kontrak
dengan klien. Sedangkan Wakhid
(2013) mengatakan dalam jurnalnya
Akademi Keperawatan Ngudi waluyo
5
bahwa model interpersonal dapat
dilakukan secara efektif karena
proses
tahap
pertama
dalam
hubungan perawat dengan klien yang
disebut tahap orientasi diawali
dengan membina hubungan saling
percaya dimana perawat dan klien
belum saling mengenal dan perawat
merupakan orang asing bagi klien.
Tahap identifikasi dilakukkan oleh
perawat
dengan
melakukan
pengkajian
secara
mendalam
terhadap masalah yang muncul pada
klien.
Faktor penghambat dan faktor
pendukung dari evaluasi tindakan
adalah faktor penghambatnya yaitu
klien kurang percaya diri dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan
penulis, klien selalu merasa tidak
mampu
melakukan
perkerjaan.
Sedangkan faktor pendukungnya
yaitu difokuskan kepada klien bahwa
klien mampu berinteraksi dan
tanggap yang diajarkan penulis, dan
mampu memasukkan ke jadwal
harian. Sebagai alternatif pemecahan
masalah dengan sering memberikan
reinforcement positif kepada klien
dan libatkan dalam kegiatan yang
ada di ruangan.
Harga Diri rendah adalah
perasaan seseorang bahwa dirinya
tidak berharga, tidak berarti, rendah
diri dan perasaan bahwa dirinya tidak
diterima lingkungan dan gambarangambaran negatif tentang dirinya
dengan rasa yang berkepanjangan
(Yosep, 2007). Sedangkan menurut
Keliat (2010), harga diri rendah
adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.
Sedangkan
tanda
dan
gejalanya yaitu bergantung pada
pendapat orang lain, evaluasi diri
bahwa individu tidak mampu
menghadapi peristiwa, melebihlebihkan umpan balik negatif tentang
diri sendiri, secara berlebihan
mencari penguatan, sering kali
kurang berhasil dalam peristiwa
hidup, enggan mencoba situasi baru,
enggan mencoba hal baru, perilaku
bimbang. Kontak mata kurang,
perilaku tidak asertif, sering kali
mencari penegasan, pasif, menolak
umpan balik positif tentang diri
sendiri, ekspresi rasa bersalah,
ekspresi rasa malu.
Hasil pengkajian didapatkan
data klien mengatakan minder
dengan orang yang lebih dari dirinya,
klien merasa tidak berguna karena
tidak mampu memenuhi kebutuhan
jika dibandingkan dengan saudarasaudaranya, klien kadang menunduk,
kontak mata kurang, suara lembut
dan pelan, selanjutnya penulis dapat
menentukan diagnosa keperawatan
kepada klien dengan gangguan
konsep diri: harga diri rendah kronis.
Rencana tindakan yang
disusun pada pasien harga diri
rendah adalah mengindentifikasi
kemampuan aspek positif klien,
membantu klien menilai kemampuan
yang masih dapat dilakukan,
membantu
klien
menentukan
kegiatan
yang
masih
dapat
dilakukan, melatih kegiatan yang
dipilih klien, memberikan pujian
yang wajar terhadap keberhasilan
klien, memasukkan ke jadwal
kegiatan.
Tindakan keperawatan yang
penulis lakukan pada klien dengan
gangguan konsep diri: harga diri
rendah adalah mengindentifikasi
kemampuan dan aspek positif klien,
membantu klien dalam memilih
kegiatan, melatih klien kegiatan yang
dipilih
(menyapu,
mengepel,
mencuci piring) dan memasukkan
Akademi Keperawatan Ngudi waluyo
6
kegiatan yang dilatih kedalam jadwal
kegiatan harian klien.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada klien dengan
gangguan konsep diri: harga diri
rendah kronis didapatkan hasil, klien
mampu menyapu, mengepel dan
mencuci piring. Klien nada suara
cukup, tidak menunduk lagi, kontak
mata ada.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2006). Buku
Saku Diagnosa Keperawatan
(Terj. Monica Ester) Jakarta:
EGC
Damaiyanti, M. Iskandar. (2012).
Asuhan Keperawatan Jiwa,
Bandung: Refika Aditama.
Dermawan, D. Rusdi. (2013).
Keperawatan Jiwa Konsep dan
Kerangka
Kerja
Asuhan
Keperawatan
Jiwa.
Yogyakarta:
Gosyen
Publishing.
Keliat, Budi Anna. (2009). Model
Praktik
Keperawatan
Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Lukluk A, zuyina. (2011). Psikologi
Kesehatan. Yogjakarta: Nuha
Medika
Nanda.
(2012).
Diagnosa
Keperawatan Nanda 20122014 Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC
Pambudi, Prabawati Setyo. (2012).
Hubungan Konsep Diri dengan
Prestsai
Akademik
pada
Mahasiswa
Keperawatan.
April 23,2014 jam pukul 20.35
WIB
http://www.knolsearch.com/eb
ook
Direja, Ade, H, S. (2011). Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik
(alih
bahasa
:
Yasmin
Asih...[et al] : Editor Bahasa
Indonesia Monica
Ester,
Devi Yulianti, Intan Parulina).
Edisi 4 Volume 1. Jakarta:
EGC
Doengoes, Marlin E dkk. (2002).
Rencana Asuhan Keperawatan
Pskiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC
Purwaningsih, dkk. (2010). Asuhan
Keperawatan
Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Fitria, Nitta. (2009). Prinsip Dasar
dan
Aplikasi
Penulisan
Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan. Edisi ke 1.
Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, G. W. (2006). Buku Saku
Keperawatan
Jiwa
(Terj.
Ramona
P)
Edisi
5.
Jakarta:EGC
Keliat
B,A.
(2006).
Proses
keperawatan kesehatan jiwa.
Edisi 2. Jakarta: EGC
Suliswati, dkk. (2009). Konsep dasar
keperawatan kesehatan jiwa.
Jakrta: EGC
Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa, Jakarta:
EGC
Akademi Keperawatan Ngudi waluyo
7
Wakhid, A., Hamid, S.Y.A., Helena,
N. (2013). Penerapan Terapi
Latihan
Ketrampilan Sosial
pada Klien Isolasi Sosial dan
Harga Diri Rendah dengan
Pendekatan Model Hubungan
Interpersonal Peplau di RS dr
Marzoeki
Mahdi
Bogor.
[email protected]
. Diakses 27 April 2014
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan
Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Akademi Keperawatan Ngudi waluyo
8
MANUSKRIP
LAPORAN KASUS
PENGELOLAAN HARGA DIRI RENDAH KRONIS PADA Tn. N DI
RUANG P1 WISMA PUNTADEWA RSJ Prof. dr. SOEROJO
MAGELANG
Oleh:
DEASY YULISTIANA
0111497
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
Akademi Keperawatan Ngudi waluyo
Download