PENGELOLAAN PADA TN. B DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH KRONIK DI WISMA PUNTADEWA RSJ Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG Ajeng Widyawati*, Abdul Wakhid**, Wulansari Pengelolan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis Pada Tn. B Di Wisma Puntadewa RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang [email protected] ABSTRAK Gangguan kesehatan jiwa yang dialami oleh seseorang, yang terbanyak adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui Pengelolan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah pada Tn. B di Wisma Puntadewa RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam mengatasi gangguan konsep diri: harga diri rendah. Pengelolaan dilakukan selama 3 hari pada Tn. B. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara kepada pasien, bertanya kepada perawat ruangan dan catatan keperawatan yang ada di ruangan. Hasil pengelolaan didapatkan klien merasa bahwa dirinya merasa jelek, belum mendapat pekerjaan, dan belum berkeluarga hingga sekarang. Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu untuk menyapu dan mencuci piring dan memilih kegiatan mencuci piring sebagai kegiatan hariannya. Saran bagi tenaga kesehatan agar dapat memberikan asuhan keperawatan menyeluruh pada klien harga diri rendah. Kata kunci : harga diri rendah kronis Kepustakaan : 23 (2004-2013) dengan orang lain dan dengan lingkungan. Hubungan yang baik akan diperoleh jika terciptanya suatu kenyamanan saat berinteraksi dengan orang lain bahkan sebaliknya ketidaknyamanan akan terjadi bila sebagai individu dapat menimbulkan suatu stressor tersendiri bagi indivitu tersebut. Oleh karena itu strategi koping yang efektif dibutuhkan untuk bisa beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan status kesehatan jiwa dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi, salah satunya adalah krisis ekonomi yang di hadapi beberapa rakyat Indonesia. Krisis ekonomi tersebut yang PENDAHULUAN Masalah kesehatan jiwa dengan seiringnya berkembangnya jaman yang pesat ini, jumlah penderita gangguan jiwa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dapat kita lihat dari konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan menjadi salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa (Keliat, 2006). Selain permasalah yang kita hadapi, sebagai manusia memiliki suatu kelebihan yaitu sebagai makhluk sosial dimana sebagai makhluk sosial kita saling berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain, saling membina atau membangun hubungan 1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo sekarang ini melanda Indonesia saat ini menimbulkan dampak yang terjadinya banyak pengangguran dan terjadi persaingan yang makin banyak dalam berbagai bidang, baik dalam menghadapi stressor yang dialaminya dan lebih memilih memendam sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain, ini akan mengakibatkan individu lebih banyak menghabiskan waktunya dengan melamun dengan memikirkan keadaan ekonominya tersebut. Jika keadaan seperti ini terus berlanjut maka akan mengakibatkan depresi untuk individu tersebut, dan individu akan membuat persepsi yang menurutnya benar untuk menghadapi stressor yang sedang dialaminya. Faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang dapat dikategorikan sebagai faktor individual, interpersonal, dan sosial budaya. Faktor individual meliputi struktur biologis, memiliki keharmonisan hidup, vitalitas, menemukan arti hidup, kegembiraan dan daya tahan emosional, spiritualitas, dan memiliki identitas yang positif. Faktor interpersonal meliputi komunikasi yang efektif, membantu orang lain, keintiman, dan mempertahankan keseimbangan antara perbedaan dan kesamaan. Faktor sosial atau budaya meliputi keinginan untuk bermasyarakat, memiliki penghasilan yang cukup, tidak menoleransi kekerasan, dan mendukung keragaman individu (Videbeck, 2008). Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasaan sehat, sejahtera dan bahagia, ada juga keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan kehidupan sehari-hari. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang efektif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2008). Data WHO (2006) mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa, dimana panik dan cemas adalah gejala paling ringan. Gambaran gangguan jiwa berat di Indonesia pada tahun 2007 memiliki prevalensi sebesar 4.6 permil, artinya bahwa dari 1000 penduduk Indonesia terdapat empat sampai lima diantaranya menderita gangguan jiwa berat (Puslitbang Depkes RI, 2008). PendudukIndonesia pada tahun 2007 (Pusat Data dan Informasi Depkes RI, 2009) sebanyak 225.642.124 sehingga klien gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2007 diperkirakan 1.037.454 orang. World Health Organization (WHO) (2007) menyatakan paling tidak 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Di wilayah Asia Tenggara, hampir satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan jiwa, di Indonesia saja sebanyak 246 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa. Bukti lain secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri di setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil bila dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita gangguan kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya. Di Indonesia, pravelensi gangguan jiwa berat sebesar 1,7 per mil, gangguan jiwa di pedesaan 18,2 % (Riskesdas, 2013). Kecenderungan meningkat angka gangguan mental emosional di kalangan masyarakat saat ini terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan khususnya komunitas profesi kesehatan. Seseorang yang tidak mampu mengendalikan stressor baik dari stressor internal maupun eksternal mereka akan kehilangan kontrol pikirannya, salah satu contohnya mengalami perilaku kekerasan dan amuk. Individu yang sering mengalami kegagalan maka akan menyebabkan gangguan konsep diri: harga diri rendah, yang mana gangguan konsep diri: harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, serta merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 2006). Gangguan kesehatan jiwa yang dialami oleh seseorang, yang terbanyak adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit tersendiri, melainkan diduga sebagai sindrom 2 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala seperti kanker. Selama berpuluh-puluh tahun, skizofrenia sering disalah artikan oleh masyarakat. Penyakit ini ditakuti sebagai gangguan jiwa yang berbahaya dan tidak dapat dikontrol, dan mereka yang terdiagnosis penyakit ini digambarkan sebagai indivudu yang tidak mengalami masalah psikologis atau emosional yang terkendali dan memperlihatkan perilaku yang aneh dan amarah. Kebanyakan individu yakin bahwa penderita skizofrenia perlu diasingkan dari masyarakat dan dikirim ke institusi pelayanan kesehatan atau sosial. Hanya baru-baru saja, komunitas kesehatan jiwa menyadari untuk belajar dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat bahwa skizofrenia adalah gangguan jiwa yang memiliki berbagai tanda dan gejala dan skizofrenia merupakan penyakit yang dapat dikendalikan dengan obat. Dengan meningkatnya efektifitas antipsikotik atipikal terbaru dan kemajuan terapi berbasis di masyarakat, banyak kilen yang dapat berhasil hidup di dalam masyarakat. Klien yang penyakitnya diawasi dan dijaga secara medis sering kali dapat terus hidup dan kadang-kadang dapat bekerja di masyarakat dengan dukungan mereka. Berikut ini adalah tipe skizofrenia: skizofrenia tipe paranoid ditandai dengan waham kejar (rasa menajadi korban atau dimatamatai) atau waham kebesaran, halusinasi, dan kadang-kadang keagamaan yang berlebihan (fokus waham agama), atau perilaku agresif atau bermusuhan. Skizofrenia tipe tidak terorganisasi ditandai dengan afek datar atau afek yang tidak sesuai secara nyata, inkoherensi, asosiasi longgar, dan disorganisasi perilaku yang eksteren. Skizofrenia tipe katatonik ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik tanpa bentuk atau tanpa gerakan atau aktifitas motorik yang berlebihan, negativism yang eksteren, mutisme, gerakan volunter yang aneh ekolalia atau ekopraksia. Imobilitas motorik dapat terlihat berupa katalepsi. Aktifitas motorik yang berlebihan terlihat tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulasi eksternal. Skizofrenia tipe tidak dapat dibedakan ditandai dengan gejala-gejala skizofrenia campuran (atau tipe lain) disertai gangguan pikiran, afek, perilaku. Skizofrenia tipe residual ditandai dengan setidaknya satu episode skizofrenia sebelumnya, tetapi saat ini tidak psikotik, menarik diri dari masyarakat, afek datar, serta asosiasi longgar (Videbeck, 2008). Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang memiliki visi dan misi menjadi rumah sakit yang mandiri dalam pelayanan jiwa yang komperhensif untuk kesehatan bersama yang dimana visi dan misi melaksanakan pelayanan kesehatan prima, melaksanakan pelayanan umum prima sebagai penunjang pelayanan kesehatan jiwa, mengembangkan pelayanan pendidikan atau penelitian tenaga kesehatan serta melakukan penelitian di bidang kesehatan jiwa, sehingga pelayanan yang diberikan dalam bentuk pelayanan gangguan mental dan gangguan fisik. Di RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang, didapatkan bahwa schizophrenia undifferentiated merupakan posisi kedua dari sepuluh besar penyakit yang ada di rumah sakit jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang, yaitu sebanyak 1221 yang terdiri dari 837 klien pria dan 384 klien wanita. Sedangkan pasien yang di rawat di RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang pada bulan Februari 2014 Khususnya di Ruang P1 ( Wisma Puntadewa) adalah sebanyak 20 pasien. Hasil studi di rumah sakit didapatkan, jumlah pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah di Wisma Puntadewa RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang cukup tinggi yaitu sebanyak 3 pasien atau dari jumlah keseluruhan pasien, sehingga penulis tertarik untuk lebih mendalami tentang pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah, agar nantinya dapat memberikan Asuhan Keperawatan secara optimal kepada klien. Metode pengelolaan Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam mengatasi gangguan konsep diri: harga diri rendah. Pengelolaan dilakukan selama 3 hari pada Tn. B. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara kepada pasien, bertanya kepada perawat ruangan dan catatan keperawatan yang ada di ruangan. 3 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Direja, Hasil pengelolaan Hasil pengelolaan didapatkan klien merasa bahwa dirinya merasa jelek, belum mendapat pekerjaan, dan belum berkeluarga hingga sekarang. Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu untuk menyapu dan mencuci piring dan memilih kegiatan mencuci piring sebagai kegiatan hariannya. Surya, AH.(2007). Bukusaku Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuhu Medika. Fitria, Nitta. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Edisike 1. Jakarta: Salemba Medika. Pembahasan dan kesimpulan Penulis menetapkan masalah yang dihadapi oleh pasien yaitu Pada Tn. B data yang diperoleh meliputi data subjektif dan data objektif. Klien mengatakan merasa malu karena belum berkeluarga hingga sekarang dan juga belum mendapatkan pekerjaan, serta klien juga tidak menyukai bagian anggota tubuhnya tepatnya pada daerah wajah karena bagi klien wajahnya itu jelek. Data objektif, klien tidak banyak bicara, nada suara lemah, kontak mata kurang dan sering menunduk, sering menyendiri, jarang beraktifitas dengan orang lain. Diagnosa Gaffar, Jumadi La ode. (2006). Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC Keliat, dkk.(2006). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. Keliat, dkk.(2009). Model Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. yang dijadikan priorotas oleh penulis adalah gangguan konsep diri: haarga diri rendah. Penulis mengambil kesimpulan bahwa klien mampu untuk menyapu dan mencuci piring dan memilih kegiatan mencuci piring sebagai kegiatan hariannya secara mandiri. Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Air Langga University. NANDA. (2005). Diagnosis Keperawatan; Definisidan Klasifikasi, alih bahasa, Made sumarwati. Jakarta: EGC. Daftar pustaka Carpenito, L. J. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa. Edisi ke 8 Jakarta: EGC. Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik (alihbahasa: yasminAsih … [et al]: editor Bahasa Indonesia Monica Ester, Devi Yulianti, Intan Parulinan. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC. Damayanti, M. Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama. Dermawan, D. Rusdi. (2013). Keperawatan JIwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Riskesdas, (2013), Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian Kesehatan Nasional, Jakarta. Doenges, Marlin E dkk.(2002). Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC. 4 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Riyadi, Sujono. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisike 1. Jogjakarta: Graha Ilmu. Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisike 5.Terjemahan Ramono, P. Jakarta: EGC. Videback, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa atau Sheila l. videback; alih bahasa, Renata Komalasari. Jakarta: EGC. Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama. Yosep, Iyus. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama. Suliswati, dkk.(2009). Konsep Dasar Keperawatan Kessehatan Jiwa. Jakarta: EGC Wilkinson, J. M. (2007). Bukusaku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC. Syam’ani, (2013). Studi Fenomenologi Tentang Pengalaman Dalam Menghadapi Perubahan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Pada Lansia Di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangkaraya. [email protected] diperoleh pada tanggal 25 April 2014. WHO. (2006). The world health report: 2006: mental health: new Understanding, new hope. www.who.int/whr/2001/en/diperoleh tanggal 6 Maret 2014. Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in Evidence-Based Practice.6th ed. Philadelphia: F.A. DavisCompany 5 pada Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo