MANUSKRIP ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH PADA NY. S DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RUANG WISMA ARIMBI RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG OLEH : FATIMA DA SILVA DE JESUS 0141951 PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2017 Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pada Ny. S Dengan Skizofrenia Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page | 0 Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah Pada Ny. S Dengan Skizofrenia Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Fatima da Silva de Jesus*, Muhammad Imron Rosyidi**, Puji Lestari*** Universitas Ngudi Waluyo [email protected] ABSTRAK Seseorang dengan skizofrenia mempunyai gejala utama gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering disertai dengan kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapih. Tujuan penulis ini untuk mengetahui pengelolaan asuhan keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah diruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Metode yang digunakan adalah memberikan Asuhan keperawatan selama 3 hari yang berupa tindakan keperawatan klien dalam meningkatkan harga diri rendah, teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara,observasi dan demonstrasi. Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan positif yang dimiliki klien seperti : merapikan tempat tidur dan mecuci piring serta melibatkan klien dalam kegiatan yang ada diruangan. Tindakan yang diberikan kepada klien tidak menyebabkan masalah lain akibat harga diri rendah yang dialami. Saran bagi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang khususnya bagi perawat pelaksana diharapkan untuk dapat meningkatkan kreatifitas dalam melakukan interaksi atau tindakan dengan klien. Kata kunci : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Kepustakaan : 21 (2005-2015) LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stresor, produktif dan mampu memberikan kontribusi terhadap masyarakat (WHO, 2007 dalam Varcarolis & Halter, 2010). Seseorang dapat berespon positif terhadap suatu stresor maka akan tercapai sehat jiwa yang ditandai dengan kondisi sejahtera baik secara emosional, psikologis, maupun perilaku sosial, mampu menyadari tentang diri dan apabila berespon negatif maka akan terjadi kondisi gangguan jiwa. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk artinya, 1-2 orang dari 1.000 Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pada Ny. S Dengan Skizofrenia Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page | 1 penduduk di Indonesi mengalami gangguan jiwa berat atau sekitar 400.000 orang. Menurut Ibrahim, (2011) Gangguan jiwa berat yang sering ditemui masyarakat adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah sekumpulan sindroma klinik yang ditandai dengan perubahan kognitif, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku (Kaplan & Saddock, 2007). Gejala negatif dari skizofrenia meliputi sulit memulai pembicaraan, afek tumpul atau datar, berkurangnya motivasi, berkurangnya atensi, pasif, apatis dan menarik diri secara sosial dan rasa tidak nyaman (Videbeck, 2008). Berdasarkan gejala negatif pada klien skizofrenia maka perawat menegakkan diagnosis keperawatan harga diri rendah. Hasil pengkajian pada kelompok pasien dengan Skizofrenia menyatakan bahwa mereka mempunyai perasaan tidak berharga, tidak bisa berbuat apa-apa, malu dan minder untuk kembali ke masyarakat, bahkan separuhnya mengatakan sudah dibuang oleh keluarganya. Banyak pasien skizofrenia yang hanya dititipkan di rumah sakit jiwa dan tidak dikunjungi. Keluarga sudah menyerahkannya pada rumah sakit dan perawat yang bertugas dirumah sakit tersebut. Padahal, keberhasilan terapi gangguan jiwa skizofrenia tidak hanya terletak pada terapi obat psikofarmaka dan jenis terapi lainnya, tetapi juga peran serta keluarga dan masyarakat turut menentukan (Hawari, 2009). Ketika pasien skizofrenia menjalani rawat inap di rumah sakit jiwa, keluarga seharusnya tetap memberikan perhatian dan dukungan sesuai dengan petunjuk tim medis rumah sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan (Friedman, 2010). Konsep diri termasuk harga diri berkembang sejak dilahirkan secara bertahap sering dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu dan akan terbentuk karena pengaruh dari lingkungannya. Harga diri dipelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu (Setyono, 2008). Pengalaman perlakuan keluarga, terkucilkan dalam perawatan di rumah sakit didorong oleh keterbatasan kemampuannya akan menciptakan penurunan harga dirinya. Harga diri rendah juga adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering disertai dengan kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan nada suara lemah. Keliat, (2010). Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya rasa percaya diri dan harga diri, merasa gagal untuk mencapai keinginan (Keliat dalam Fitria, 2009). Harga diri rendah adalah penilaian negatif individu terhadap diri sendiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah faktor resiko terjadinya stres yaitu faktor biologis, psikologi, dan sosial budaya. Pada faktor predisposisi yang terbanyak pada faktor psikologis yang introvert dan riwayat kegagalan sebanyak 35 klien (100 %) serta faktor sosial ekonomi rendah sebanyak 30 klien (85,7 %) dan masalah pekerjaan 22 klien (62,9 % ). Faktor predisposisi yang terbanyak adalah dari aspek psikologis yaitu secara keseluruhan mempunyai riwayat kegagalan/kehilangan dan mempunyai kepribadian introvert. Kegagalan dalam melaksanakan tugas Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pada Ny. S Dengan Skizofrenia Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page | 2 perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, tidak mampu merumuskan dan mengungkapkan keinginan dan merasa tertekan. Faktor presipitasi harga diri rendah dapat bersifat biologis, psikologis maupun sosial kultural yang menyebabkan klien dirawat. Pada faktor presipitasi biologis yang terbanyak adalah putus obat sebanyak 30 klien (85,7%). Pada faktor psikologis bahwa sebagian besar memiliki keinginan yang tidak terpenuhi sebanyak 25 orang (71,4 %) yaitu keinginan untuk menikah, keinginan memiliki pekerjaan dan penghasilan yang layak, serta keinginan untuk mendapatkan perhatian pada orang lain. Pada faktor presipitasi terbanyak adalah pada aspek biologi yaitu putus obat. Perilaku tidak patuh dalam minum obat dikarenakan klien dan keluarga tidak merasakan manfaat minum obat dan merasa tidak nyaman khususnya secara fisik dengan mengkomsumsi obat-obat antipsikotik (Wardani, Hamid, Wiarsih, 2009). Kurangnya informasi kepada klien dan keluarga yang adekuat dari fasilitas pelayanan kesehatan tentang manfaat dan efek obat berdampak pada kekambuhan sehingga memperburuk kondisi klien. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa sangat penting. Karena jika kesehatan jiwa tidak dapat dijaga maka akan menimbulkan gangguan jiwa dan dapat mengganggu kehidupan klien. Gangguan jiwa berat yang sering dijumpai di masyarakat adalah skizofrenia gejala positif dari akizofrenia adalah Harga Diri Rendah. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat lebih dalam mengenai pengellaan asuhan keperawatan Harga Diri Rendah pada Ny. S dengan skizofrenia paranoid di ruang wisma arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Karena orang yang telah terdiagnosa gangguan jiwa dengan Harga Diri Rendah dapat melukai diri sendiri. METODE PENGELOLAAN Dalam karya tulis ilmiah ini metode yang digunakan dengan cara memberikan asuhan keperawatan dengan cara wawancara untuk mendapatkan informasi serta data yang selengkap-lengkapnya mengenai klien baik secara subjektif maupun objektif dan mengobservasi tinkah laku klien. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi dan demonstrasi. HASIL Hasil pengelolaan didapatkan gangguan konsep diri : harga diri rendah dan dilakukan tindakan keperawatan berupa menentukan aspek positif dan melakukan kegiatan merapikan tempat tidur dan mencuci piring. PEMBAHASAN Berdasarkan tinjauan kasus yang dilakukan pada bab ini penulis akan membahas tentang “ Asuhan Keperawatan gangguan konsep diri harga diri rendah pada Ny.S di ruang wisma arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang” pada tanggal 12 Mei 2017. Disini penulis akan memulai dari tahap pengkajian, perencanaan, implementasi, sampai tahap evaluasi. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.S tentu saja terdapat kesenjangan antara masalah yang muncul dengan teori keperawatan yang ada. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan. 1. Pengkajian Penulis melakukan pengkajian pada Ny. S pada hari jumat tanggal 12 Mei 2017 pukul 10:50 WIB di ruang wisma arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dengan cara autoanamnesa dan allowanamnesa Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pada Ny. S Dengan Skizofrenia Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page | 3 didapatkan data Ny. S umur 35 thn, alamat temanggung dengan diagnosa medis F.20.0 (skizofrenia paranoid) dan didapatkan data sebagai berikut, data subyektif : klien mengatakan dirumah malas keluar rumah karena malu dengan badannya yang gendut, klien mengatakan tidak mampu mengurus anak dan suaminya, tidak percaya diri dan merasa gagal dalam mencapai keinginannya. Data obyektif : klien tampak malu dengan badannya, klien tampak tidak percaya diri, klien lebih suka menyendiri, klien tampak minder sama tetangga karena tidak bekerja. Hasil pengkajian yang diperoleh sebagian data sama dengan pendapat keliat (2006) yang menyatakan bahwa hasil pengkajian klien dengan perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Didapatkan data yaitu perasaan malu. Menurut Keliat dalam Fitria (2009), perasaan malu merupakan suatu perasaan yang pada umumnya dianggap sebagai perasaan yang negatif. Tidak percaya diri merupakan salah satu tanda harga diri rendah yang dapat kita lihat dari klien harga diri rendah, tidak percaya diri merupakan keadaan dimana seseorang merasa takut, cemas dan pesimis yang berlebihan karena tidak menerima badannya yang sekarang ini dan merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah interpretasi ilmiah dari data pengkajian yang digunakan untuk mengarahkan perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Nanda-I 2012). Dari analisa data penulis mendapatkan 3 masalah keperawatan terhadap klien yaitu gangguan konsep diri : harga diri rendah, risiko perilaku kekerasan, dan isolasi sosial : menarik diri. Menurut Fajariyah (2012) pada masalah psikopatologi dijelaskan bahwa gangguan konsep diri: harga diri rendah terjadi karena koping individu tidak efektif bisa menyebabkan masalah utama/core problem harga diri rendah, sehingga dapat menyebabkan risiko perilaku kekerasan dalam keluarga. Menurut Damaiyanti (2012) mengatakan bahwa harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa Penulis menyimpulkan bahwa harga diri rendah merupakan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya rasa percaya diri, merasa gagal dalam mencapai impian dan keinginan, merasa tidak berharga, tidak berguna. Harga diri rendah dapat ditandai dengan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, hilangnya rasa percaya diri, merasa gagal mencapai impian atau keinginan, dan merasa malu terhadap diri sendiri. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi kesamaan antara data teori dan data pada pengkajian yang dilakukan pada Ny.S tetapi tidak semua data yang ada pada teori yang ditemukan pada Ny.S, tetapi penulis telah mendapatkan data utama yaitu klien mengatakan dirumah malas keluar rumah karena malu dengan badannya yang gendut, klien mengatakan tidak mampu mengurus anak dan suaminya, tidak percaya diri, dan gagal dalam mencapai keinginannya. Maka dari data tersebut sudah cukup mendukung Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pada Ny. S Dengan Skizofrenia Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page | 4 munculnya masalah keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah. 3. Intervensi Menurut (Riyadi & Purwanto, 2013) tujuan melakukan intervensi keperawatan untuk membantu klien dalam meningkatkan pemahaman perilaku dan memberi motivasi untuk mengubah perilaku yang maladaptif. Sedangkan intervensi yang disusun oleh penulis sesuai dengan pengkajian pada Ny. S dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip terapeutik. Bina hubungan saling percaya yaitu teknik yang dilakukan oleh perawat untuk menumbuhkan rasa saling percaya antara klien dan perawat, membina hubungan saling percaya yaitu sebagai dasar interaksi terapeutik antara perawat dan klien, yang bisa dilakukan dengan cara pada saat bertemu dengan klien yaitu menyapa klien dengan ramah, memperkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menempati janji. Dari definisi tersebut penulis beranggapan bahwa dengan menyapakan klien dengan ramah, memperkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menempati janji maka klien akan terbuka dirinya untuk perawat dan mau meenceritakan masalah yang dihadapi klien saat ini. Intervensi selanjutnya yaitu membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien memilih kegiatan yang akan dilaksanakan di RSJ sesuai kemampuan klien, melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih dan memberikan pujian atas keberhasilan klien,mengdiskusika dengan klien tentang jadwal kegiatan harian klien, membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien, melatih klien sesuai kegiatan yang telah dipilih, memberikan pujian yang wajar kepada klien dan menganjurkan kepada klien untuk memasukkan dalam jadwal kegiatan harian dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari. 4. Implementasi Penulis melakukan implementasi dari hari sabtu 13 Mei 2017 sampai tanggal 15 Mei 2017 diantaranya membina hubungan saling percaya antara lain memberi salam saling berjabat tangan dengan klien, memperkenalkan nama dan tujuan interaksi, menanyakan nama klien dan nama panggilan yang disukai, menunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. Membina hubungan saling percaya yang dilakukan oleh penulis karena penulis beranggapan bahwa dalam melakukan suatu hubungan kita harus kenal dengan siapa aja yang kita ajak berinteraksi, dengan begitu kita bisa dikenal dan dipercaya, dari sinilah hubungan saling percaya akan terjalin dengan baik. Laksanakan tindakan ini diharapkan semua masalah yang dialami oleh klien dapat diceritakan dan bisa terbuka dengan penulis. Menurut purwaningsih (2010), mengatakan dalam membina suatu hubungan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah membina hubungan saling percaya, menerima dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien. Elemen-elemen Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pada Ny. S Dengan Skizofrenia Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page | 5 kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerjasama antara perawat dan klien dapat optimal, selain itu antara perawat dan klien muncul juga suatu perasaan yang tidak nyaman dan bimbang karena memulai suatu hubungan yang baru. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan membina hubungan saling percaya dapat membantu klien untuk memperluas dan menerima semua aspek kepribadian, serta dapat mengurangi ancaman yang diperlihatkan perawat kepada klien. Implementasi berikutnya adalah mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien. Dimana penulis menanyakan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien seperti kegiatan yang pernah klien lakukan di rumah, hal ini karena dengan menerima realita, kontrol diri, tingkat integritas ego dibutuhkan sebagai dasar asuhan keperawatan selanjutnya. Menurut Keliat (2006) mengatakan bahwa untuk membantu klien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya, perawat dapat melakukan halhal berikut ini, diskusikan sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien seperti kegiatan klien dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat klien, beri pujian yang realistis dan hindarkan penilaian negatif. Mengidentifikasikan aspek positif dilakukan penulis karena penulis beranggap bahwa dengan mengetahui aspek positif seseorang dapat untuk menentukan tindakan keperawatan selanjutnya. Aspek positif yang dapat penulis ambil dari klien adalah menyapu, mengepel, mencuci piring, dan merapikan tempat tidur. Implementasi selanjutnya adalah membantu klien memilih kemampuan yang dimiliki dan melatih klien dengan kemampuan yang dimiliki, klien dengan harga diri rendah belum bisa mengukur seberapa jauh kemampuan mereka dalam melakukan suatu pekerjaan dan penilaian negatif akan menambah, klien merasa rendah diri. Menunjukkan kemampuan klien atau membuat klien beraktivitas akan menambah perasaan berguna bagi klien sehingga akan meningkatkan harga diri klien. Semakin banyak beragam keahlian yang klien miliki akan semakin besar klien menghargai diri klien, kelebihan yang klien miliki, selanjutnya digunakan dan dimanfaat seoptimal mungkin. Hal ini dilakukan penulis untuk memudahkan dalam melatih kegiatan klien sesuai yang diskusi. Melatih kegiatan klien yang sesuai harus dilakukan sesering mungkin karena semakin banyak kemampuan yang dimiliki akan semakin meningkat juga rasa percaya diri yang dimiliki, untuk lebih memudahkan menigkatkan harga diri klien bisa dilakukan secara bertahap setiap kegiatan yang dimiliki selanjutnya hal ini bisa dilakukan dirumah sakit ataupun di ruangan karena semakin banyak orang yang mendukung semakin cepat rasa percaya diri akan terbentuk. Seperti yang diutarakan oleh Keliat (2009) seseorang dengan harga diri rendah terdapat tanda dan gejala diantaranya perasaan tidak mampu sehingga mereka juga kurang mampu memecahkan masalahnya sendiri sehingga membutuhkan bantuan untuk merumuskan suatu perencanaan untuk mengimplementasikan perubahanperubahan baru yang diharapkan. 5. Evaluasi Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pada Ny. S Dengan Skizofrenia Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page | 6 Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Menurut Craven (2000) dalam artikel pratama (2013) mendefinisikan evaluasi sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang tampil. Menurut Kusumawati & Hartono (2010), evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi proses (formatif) yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan. Yang kedua yaitu evaluasi hasil (sumatif) dilakukan dengan caramembandingkan respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi dilakukan pada tanggal 13 dan 15 Mei 2017, ada beberapa hasil yang didapatkan dari klien yaitu seperti klien mampu melakukan kegiatan yang sudah diajarkan yaitu merapikan tempat tidur dan mencuci piring. Klien mengatakan senang sudah bisa melakukan kegiatan yang sudah diajarkan, klien mampu menyebutkan aspek positif yang dimiliki klien yaitu merapikan tempat tidur mencuci piring, menyapu, mengepel, melipat baju, mandi dan makan. Membandingkan data dan kemampuan sebelum dan setelah dikelola. Data sebelum dikelola klien mengatakan merasa malu dengan temannya, kontak mata kurang saat diajak berkomunikasi, terkadang menunduk dan tampak gelisah. Data sesudah dikelolah, kontak mata bertambah, tidak terlalu menunduk, tidak tampak gelisah lagi. Kemampuan yang dimiliki klien sebelum dikelola masih belum terlihat dan setelah dikelola klien mampu merapikan tempat tidur dan mencuci piring. Adapun faktor pendukung dari evaluasi tindakan yaitu difokuskan kepada klien bahwa klien mampu berinteraksi dan tanggap terhadap apa yang diajarkan penulis, dan mampu memasukkan ke jadwal kegiatan harian. Sebagai alternatif pemecahan masalah dengan sering reinforcement positive kepada klien dan melibatkan dalam kegiatan yang ada di ruangan. SIMPULAN Penulis telah memberikan tindakan keperawatan pada Ny. S selama 3 hari dalam pertemuan 5 kali diharapkan klien mampu membina hubungan saling percaya, klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, serta bisa melakukan kemampuan yang dimiliki seperti merapikan tempat tidur, mencuci piring dan kontak mata ada. SARAN Bagi institusi pendidikan Diharapkan agar institusi dapat memberikan waktu yang lebih lama agar penulis dapat melakukan asuhan keperawatan dan mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu diharapkan untuk menambah koleksi sebagai referensi untuk acuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah khususnya keperawatan jiwa. Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pada Ny. S Dengan Skizofrenia Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page | 7 Bagi instansi rumah sakit Untuk rumah sakit jiwa prof. Dr. Soerojo Magelang pada umumnya dalam peningkatan asuhan keperawatan, yaitu perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari tenaga kesehatan, melalui kerjasama semua team medis diruangan yang bertujuan meningkatkan profesional keperawatan terutama dibidang pelayanan keperawatan kesehatan jiwa. Kustiawan (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Keluarga Terhadap Kemampuan Keluarga Merawat Klien Harga Diri Rendah Di Kota Tasikmalaya. http://jurnal.Unigal.ac.id/ejurnal/do wnload/_Ridwan_Kustiawan_univer sitas.pdf (diakses pada tanggal 27/03/2017 jam 16:17 pm) Nanda.(2012). Diagnosa Keperawatan Nanda 2012-2014 Definisi Dan Kasifikasi. Jakarta: Bagi klien dan Keluarga Diharapkan klien setelah pulang bisa bersosialisasi dengan masyarakat dan bisa meningkatkan harga dirinya, serta untuk keluarga diharapakan keluarga dapat berperan aktif dengan cara melakukan kontrol rutin guna kesembuhan klien dan menerima klien seperti sebelum sakit. Bagi penulis Bagi penulis diharapkan lebih meningkatkan pola pengkajian, menegakkan diagnosa, menentukan intervensi, serta dalam melakukan implementasi dan evaluasi. DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti, M., Iskandar (2012), Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama. Keliat, B. A, Akemat, Helena, Novy, Nurhaeni Heni ( 2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran. EGC Potter EGC. & Perry, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol. 1 Edisi 4. EGC : Jakarta Riskesdas. (2013). Kesehatan jiwa menurut Riskesdas2013.http://eprints.ums.ac .id/30925/21/NASKAH_PUBLIKASI.p df. diakes pada tanggal 27 Maret 2017 Rusdi, D., Dermawan (2013) Keperawatan Jiwa Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Videback, 2008. Buka Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Who, 2015. Improving Health Systems And Services For Mental Health (Mental Health Policy And Service Guidance Package). Geneva 27, Switzerland, Diperoleh Pebruari 2017 Jam 20:00 Wib. Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pada Ny. S Dengan Skizofrenia Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page | 8