ARTIKEL PENGELOLAAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN PADA

advertisement
ARTIKEL
PENGELOLAAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN PADA An. G DENGAN
GASTROENTERITIS DI RUANG ANGGREK
RSUD KOTA SALATIGA
OLEH:
TRIA TEGUH SETIAWAN
0131768
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PENGELOLAAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN PADA ANAK G DENGAN GASTROENTERITIS
DI RUANG ANGGREK RSUD KOTA SALATIGA
Tria Teguh Setiawan1, Siti Haryani2, Eka Adimayanti3
123
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
ABSTRAK
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Tujuan
penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan kekurangan volume cairan pada pasien dengan
gastroentritis di RSUD Kota Salatiga.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi, pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan perkembangan
berdasarkan KPSP, yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan anak apakah normal atau
menyimpang. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa tindakan untuk
menunjukkan tanda hidrasi yang adekuat. Pengelolaan kekurangan volume cairan anak G
dilakukan selama 2 hari. Salah satu tindakan yang dilakukan adalah menghitung balance cairan.
Hasil pengelolaan didapatkan frekuensi bab 5x dengan konsistensi cair, mukosa bibir
masih terlihat kering, dan penghitungan balance cairan masih menunjukkan tanda hidrasi yang
belum adekuat.
Saran bagi perawat dirumah sakit agar dapat memonitor balance cairan pada pasien
secara berkala.
Kata kunci
Kepustakaan
: kekurangan volume cairan, gastroentritis / diare.
: 12 (2005-2016)
PENDAHULUAN
Kesehatan menurut WHO (World
Health Organization) merupakan keadaan
sehat yang utuh baik fisik, mental dan
sosialnya serta bukan hanya terbebas dari
penyakit (Wong, 2009). Kesehatan adalah
hal yang diinginkan setiap manusia karena
kita semua tahu sehat itu mahal harganya.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa
menjaga kesehatan kita baik kesehatan
jasmani maupun rohani. Terutama pada
anak merupakan makhluk yang sangat
rentan dan selalu tergantung dan selalu
dipenuhi rasa ingin tahu, aktif dan penuh
harapan.
Menurut Hidayat (2009), kesehatan
anak adalah kondisi dimana terpenuhinya
kebutuhan fisik, spiritual, mental dan sosial
pada anak secara adekuat. Masa kanakkanak merupakan perubahan pertumbuhan
dan perkembangan anak, pada proses
perubahan dalam jumlah, ukuran sel di
seluruh
tubuh
dan
bertambahnya
kemampuan individu untuk berfungsi
dengan baik pada anak secara adekuat.
Apabila
mengalami ketidakseimbangan,
maka individu berada dalam keadaan yang
disebut dengan sakit. Keadaan yang sakit
dan tidak segera ditangani dengan
pengobatan yang tidak maksimal beresiko
mempengaruhi status kesehatan meliputi
sejahtera, sakit kronis, penurunan status gizi,
dan yang paling diperhatikan adalah angka
kematian anak.
Menurut Departemen kesehatan
(2014), setiap tahunnya lebih dari sepuluh
juta anak didunia meninggal sebelum
mencapai usia lima tahun. Lebih dari
setengahnya disebabkan oleh lima kondisi
yang sebenarnya secara dini dapat dicegah
dan diobati, antara lain yaitu pneumonia,
gastroenteritis, malaria, campak dan
malnutrisi.
Lima
kondisi
tersebut
1
Akademi Keperwatan Ngudi Waluyo
menyebabkan 10,8 juta kematian balita di
Negara berkembang pada tahun 2008.
Menurut Ngastiyah (2014), Diare
merupakan salah satu gejala dari penyakit
pada sistem gastrointestinal atau penyakit
lain di luar saluran pencernaan. Masyarakat
sekarang lebih mengenal dengan “penyakit
diare”. Diare adalah kehilangan cairaan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu atau lebih buang air
besar dengan bentuk tinja yang encer atau
cair. Dapat di simpulkan bahwa diare dapat
menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Banyaknya cairan
yang hilang dapat di katagorikan menjadi
tiga antara lain tanpa dehidrasi, dehidrasi
ringan-sedang, dan dehidrasi berat. Untuk
tindakan
penggulangannya
secara
keperawatan pada pasien dengan diare
meliputi
pengkajian
riwayat
diare,
pengkajian status dehidrasi, pengkajian
intake dan output (pemasukan dan
pengeluaran), pengkajian berat badan,
pengkajian tingkat aktivitas anak dan
pengkajian tanda-tanda vital (Suriadi &
Yuliani, 2010). Penatalaksanaan medis untuk
pengobatan diare ada beberapa macam
yaitu: pertama pemberian cairan: jenis
cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya,
kedua
dietetik
(cara
pemberian makanan), ketiga dengan obatobatan (Ngastiyah, 2014).
Menurut WHO 2014, diare merupakan
penyebab kematian nomor dua pada bayi
(31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan
pada golongan semua umur merupakan
penyebab kematian yang ke empat (13,2%).
Pada tahun 2012 angka kesakitan diare pada
semua umur sebesar 214 per
1.000
penduduk dan angka kesakitan diare pada
balita 900 per 1.000 penduduk. Sedangkan di
Indonesia penyakit diare merupakan
penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial KLB yang
sering disertai dengan kematian. Pada tahun
2014 terjadi 6 KLB Diare yang tersebar di 5
provinsi, 6 kabupaten/kota, dengan jumlah
penderita 2.549 orang dengan kematian 29
orang, secara nasional angka kematian (CFR)
pada KLB diare pada tahun 2014 sebesar
1,14% (Depkes RI, 2014).
Di Jawa Tengah, cakupan penemuan
dan penanganan diare pada balita dari tahun
2010-2014 terus meningkat namun pada
tahun 2014 mengalami penurunan, hal ini
disebabkan program cuci tangan pakai sabun
(CTPS) yang sudah di canangkan sudah
diterapkan dalam kegiatan sehari hari.
Tahun 2014 kasus diare menurut golongan
umur banyak ditemukan pada golongan
terbanyak umur > 5 tahun sebanyak 24.899
kasus (65 %) dan terendah pada kelompok
umur < 1 tahun sejumlah 3.780 kasus (10 %).
Sedangkan
menurut jenis kelamin
perempuan lebih banyak dibandingkan lakilaki, perempuan sejumlah 20.421 kasus (54
%) kasus dan laki-laki sejumlah 17.713 kasus
(46 %).
Berdasarkan pengambilan data di
RSUD Salatiga di temukan hasil pada tahun
2015 angka kejadian penyakit diare menurut
golongan umur dan jenis kelamin. Menurut
golongan umur angka kejadian diare
terbanyak pada golongan umur 1-4 tahun
sejumlah 188 kasus dan terendah pada
golongan umur 7-28 hari sejumlah 1 kasus.
Sedangkan menurut jenis kelamin laki-laki
lebih banyak dibandingkan perempuan, lakilaki sejumlah 211 kasus dan perempuan
sejumlah 120 kasus.
Berdasarkan uraian di atas penulis
menyimpulkan bahwa penyakit diare umur
1-4 tahun lebih tinggi, hal ini kemungkinan
terjadi karena sistem gastroentritis pada usia
ini sangat sensitif dan mungkin belum
terbentuk dengan sempurna. Pada anak usia
1-4 tahun cenderung aktif, pada masa ini
anak mulai sering bermain dengan anak
seumuran mereka dan anak pada tahap usia
ini umumnya sering bermain dilingkungan
luar rumah dan kebersihan hygine seperti
cuci tangan mungkin tidak bersih atau tidak
menggunakan sabun, sehingga bakteri
mudah masuk ke dalam tubuh anak.
METODE PENGELOLAAN
Metode yang digunakan adalah
memberikan pengelolaan berupa perawatan
pasien dalam memenuhi kebutuhan volume
cairan dari pengkajian, pengelompokan data,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
Pengelolaan Kekurangan
volume cairan
dilakukan selama 2 hari pada Anak G. Tehnik
2
Akademi Keperwatan Ngudi Waluyo
pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan
tehnik
wawancara,
pemeriksaan
fisik,
observasi
dan
pemeriksaan penunjang.
terjadi peningkatan intake cairan pada klien,
balance cairan normal, tanda-tanda vital
dalam batas normal.
Penulis
merencanakan
beberapa
rencana tindakan keperawatan diantaranya
adalah:
Tindakan pertama kaji tanda-tanda
vital. Menurut penulis mengukur suhu, nadi
dan respirasi , tindakan ini tetap dimonitor
karena pada saat diare perfusi jaringan
berkurang sehingga nadi akan meningkat.
Hal ini di dukung oleh Potter & Perry
(2006), tanda vital merupakan cara yang
cepat dan efisien untuk memantau kondisi
klien atau mengidentifikasi masalah dan
mengevalusi
respon
klien
terhadap
intervensi.
Tindakan kedua adalah lakukan
monitor intake dan output ini untuk
mengetahui banyaknya cairan yang masuk
atau keluar pada pengukuran ini juga
sebagai indikator untuk menunjukkan
masalah pada output yang berlebihan pada
kasus kurang volume cairan. Tindakan ini
merupakan prioritas masalah utama.
Tindakan ketiga memberikan pendidikan
kesehatan tentang diare.
Hal ini didukung penelitian yang
dilakukan oleh Nasution (2010), didapatkan
hasil dengan memberikan pendidikan
kesehatan dapat meningkatkan status
kesehatan dan perubahan perilaku keluarga
terhadap pemeliharaan kesehatan.
Tindakan keempat anjurkan untuk
memberikan oralit, memberikan oralit ini di
indikasikan untuk mengganti cairan yang
hilang yang disebabkan oleh diare.
Kandungan dari oralit yaitu kombinasi dari
garam eletrolit yang terdiri dari potasium
klorida, sodium klorida, sodium bikarbonat,
dan glukosa. Hal ini didukung oleh Hesti
(2010), oralit berfungsi untuk meningkatkan
cairan elektrolit sehingga cairan yang ada
dalam tubuh dapat seimbang dan tidak
terjadi kekurangan cairan pada penderita.
Tindakan
kelima
kolaborasikan
dengan tim medis dalam pemberian
antibiotik antibiotik adalah segolongan
senyawa, baik alami aupun sintetik yang
mempunyai
efek
menekan
atau
menghentikan suatu proses biokimia di
dalam organisme khususnya pada proses
HASIL PENGELOLAAN
Hasil
pengelolaan
didapatkan
kekurangan volume cairan pada Anak G
kebutuhan cairan dalam tubuh klien sudah
terpenuhi sebagian.
Anak G masih mengalami diare, BAB 6
kali dengan karakteristik lembek, BAK 2
kali/hari. balance cairan (output cairan intake cairan) anak G pada hari sabtu 9 April
2016 adalah sebesar - 92 cc.
PEMBAHASAN
Penulis mengangkat diagnosa ini
dikarenakan menurut Teori Hirarki Maslow
diagnosa kekurangan volume cairan sebagai
prioritas masalah karena kebutuhan cairan
merupakan kebutuhan fiologis yang menjadi
kebutuhan paling dasar manusia. Masalah
kekurangan volume cairan adalah keadaan
dimana ketidakseimbangan cairan elektrolit
dalam tubuh yang disebabkan pengeluaran
feses yang berlebihan sedangkan pemasukan
makanan mengalami kekurangan sehingga
mengakibatkan dehidrasi. Apabila jika tidak
segera ditangani dapat mengalami dehidrasi
berat, dimana dehidrasi berat volume darah
berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hivopolemik dengan gejala denyut jantung
menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan
darah menurun, demam, pasien sangat
lemah dan kesadaran menurun.
Diare dialami klien merupakan akibat
dari faktor infeksi yang diawali dengan
adanya mikroorganisme (kuman, bakteri,
virus) yang masuk ke dalam saluran
pencernaan. Salah satu penyebabnya adalah
penjamah makanan dengan hygiene
perorangan yang rendah dan kebiasaan
sanitasi yang tidak baik, lebih sering
mengkontaminasi
makanan
oleh
mikroorganisme.
Untuk mengatasi masalah resiko
kekurangan volume cairan, maka penulis
telah menetapkan intervensi keperawatan
dengan kriteria waktu 3×24 jam dengan
tujuan agar masalah keperawatan teratasi
dengan kriteria hasil keluarga melaporkan
3
Akademi Keperwatan Ngudi Waluyo
infeksi oleh bakteri. Hal ini didukung oleh
Wong (2009)
pemberian antibiotik ini
bertujuan untuk patogen khususnya yang
menghilangkan cairan berlebihan.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Profil
Kesehatan Indonesia 2014. 24
April
2016.
http://www.depkes.go.id/resourc
es/download/pusdatin/profilkesehataindonesia/profilkesehatan-indonesia-2014.pdf
Nasution, S. K. (2010). Efektifitas pemberian
pendidikan
kesehatan
terhadap
peningkatkan status kesehatan dan
perubahan perilaku. 22 April 2016.
http://library.usu.ac.id/download/fkm
/fkm-siti%20khadijah.pdf.
Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit.
Jakarta : EGC.
Potter & Perry (2005), Buku Ajar –
Fundamental Keperawatan, Konsep,
Proses, Dan Praktik, Edisi 4, volume 1,
Terjemahan Asih Yasmin, dkk, Jakarta:
EGC.
Potter & Perry (2006), Buku Ajar –
Fundamental Keperawatan, Konsep,
Proses, Dan Praktik, Edisi 4, volume 2,
Terjemahan Asih Yasmin, dkk, Jakarta:
EGC.
RSUD. Salatiga. (2016). Rekam Medik RSUD.
Salatiga
Suriadi &
Yuliani. (2010).
Asuhan
Keperawatan Pada Anak. Edisi II.
Jakarta: Sagung Seto.
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Judul Asli:
Wong’s Essentials Of Pediatric
Nursing, 6th Ed. Alih Bahasa Sutama,
Agus. Jakarta : EGC
KESIMPULAN
Penulis
mengambil
kesimpulan,
kekurangan volume cairan teratasi sebagian,
dilihat dari hasil evaluasi, anak G masih BAB
cair 4 kali sehari.
SARAN
Diharapkan bagi RSUD Salatiga untuk
terus meningkatkan mutu dan melakukan
pengelolaan kekurangan volume cairan pada
pasien yang perlu pengawasan untuk
meningkatkan peran dan fungsi sebagai
perawat dan untuk keluarga untuk
menerapkan pola hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. & Monyet. (2007). Buku Saku
Diagnosis Keperawatan Judul Asli:
Handbook Of Nursing Diagnosis, 10th
Ed. Alih Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta:
EGC.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
(2014), diakses tanggal 25 april 2016
jam
20.30.
www.dinkesjatengprov.go.id/profil/pr
ofil-2014.pdf
Hesti, Yuniningsih. (2010). Kimia Farma. 14
April
2016
dari
http.//www.
Edokumen.kimiafarma/download/jurn
al-pdf.co.id.
Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Buku Saku
Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta
: Salemba Medika.
4
Akademi Keperwatan Ngudi Waluyo
Download