Nama NIM Sesi Mata Kuliah : Marina Maharani Jeny Putri : 201332030 : 01 : Pendidikan Gizi 1. Untuk merubah perilaku gizi, sesorang harus terlebih dahulu termotivasi untuk melakukan perubahan. Menurut saudara apa yang dimaksud dengan ‘termotivasi’ 2. Berilah contoh ‘seseorang telah termotivasi untuk merubah perilaku’. (jawaban harus rinci) Jawaban 1. Dalam pendidikan gizi “motivasi” merupakan komponen penting dalam perubahan perilaku gizi karena, Pendidikan gizi lebih menekankan pada latar belakang makanan. Tujuan dari pendidikan gizi adalah memberikan informasi yang akurat,terpercaya dan didasarkan atas ilmu gizi mutakhir sehingga masyarakat dapat merubah perilaku makan untuk hidup sehat. Pendidikan gizi saat ini hanya berfokus pada peningkatan pengetahuan masyarakat dalam perubahan perilaku gizi. Padahal pengetahuan saja tidak cukup untuk melakukan perubahan perilaku gizi sebab ada banyak faktor internal dan eksternal yang berperan di dalamnya,khususnya motivasi. Motivasi adalah dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Motivasi seseorang pertama kali dibangun dengan cara memacu emosi orang untuk merubah perilakunya. Emosi orang tersebut dapat dipacu dengan adanya pengetahuan dan seringnya orang tersebut terpapar dengan media. Dengan demikian emosi positif yang telah terbentuk dapat membangun persepsi positif di dalam pikiran seseorang tersebut untuk merubah perilaku. Kemudian orang tersebut akan timbul kepercayaaannya bahwa perilaku gizi yang baik dapat memberikan dampak kesehatan yang optimal. Dengan adanya persepsi dan kepercayaan positif tersebut maka seseorang dapat menentukan sikap dan termotivasi untuk merubah perilaku gizinya. Hal inilah yang menyatakan bahwa dalam pendidikan gizi ‘motivasi’ merupakan komponen penting dalam perubahan perilaku gizi. Contohnya dapat dilihat pada adanya iklan susu anak – anak yang memperlihatkan pertumbuhan tinggi badan anak yang berkembang pesat hanya dengan minum susu saja. Dari keterpaparan iklan tersebut orang tua jadi mempunyai persepsi dan kepercayaan bahwa dengan minum susu tersebut anaknya mempunyai tinggi badan yang optimal. Dengan demikian orang tua termotivasi untuk membeli dan mengubah pola konsumsi anaknya dengan membiasakan minum susu tersebut. Bukan hanya orang tua saja, anak – anak usia sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama ikut termotivasi untuk membiasakan minum susu tersebut agar mereka bisa mempunyai tinggi badan yang sama seperti iklan tersebut. “Dorongan lingkungan” sangat penting dalam perubahan perilaku gizi, karena Perilaku manusia (human behavior) merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Menurut teori Green et al. (1999), kesehatan individu dan masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor diluar perilaku (non¬perilaku). Perilaku Hidup Sehat yaitu perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.(Becker,1979) Perilaku ini mencakup antara lain : a. Makan dengan menu seimbang (appropriate Diet). b. Olahraga teratur. c. Tidak merokok. d. Tidak minum-minuman keras dan narkoba. e. Istirahat cukup. f. Mengendalikan stress. g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak bergantiganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan. Di dalam proses pembentukan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.faktor-faktor tersebut antara lain: susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar Susunan syaraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang masuk ke rangsang yang dihasilkan. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dangan keadaan jasmani. Sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. 2. Contohnya : Masyarakat mengembangkan pengertian sendiri tentang sehat dan sakit sesuai dengan pengalaman hidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan oleh generasi sebelumnya, maka pencegahan penyakit diare yang sering dilaporkan terjadi akibat lingkungan yang buruk tergantung persepsi masyarakat tentang diare. Artinya, jika diare dipersepsikan sebagai suatu penyakit tidak serius dan tidak mengancam kehidupannya maka perilaku pencegahan akan penyakit diare pun tidak terlalu serius dilakukan. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa diare merupakan masalah kesehatan yang perlu diwaspadai, otomatis mereka akan bereaksi serius terhadap penyakit ini dengan mengembangkan perilaku-perilaku pencegahan. Terkait kesehatan masyarakat, banyak penyakit yang dapat dicegah melalui kebiasaan atau perilaku hygienis, seperti dengan praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Beberapa penyakit seperti diare, tifoid, kecacingan, dan flu burung, dapat dicegah dengan CTPS ini. Juga terkait perilaku buang air besar sembarangan, perilaku cuci tangan, merupakan sasaran penting dalam promosi kesehatan, dengan adanya beberapa data berikut: 1. Baru 12% masyarakat yang cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar. 2. Hanya 9% ibu-ibu yang mencuci tangan pakai sabun setelah membersihkan tinja bayi dan balita. 3. Hanya sekitar 7% masyarakat yang cuci tangan pakai sabun sebelum memberi makan kepada bayi dan balita. 4. Baru 14% masyarakat cuci tangan pakai sabun sebelum makan. 5. Perilaku cuci tangan yang benar, yaitu pakai sabun dan menggunakan air bersih yang mengalir akan dapat menurunkan kejadian diare sampai 45% (Depkes, 2000).