Bab 1 - Library Binus

advertisement
Bab 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat dan
keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan
untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain, tetapi hanya ditunjukan pada diri
sendiri, seperti saat berbicara sendiri baik yang dilisankan maupun hanya dalam hati.
Akan tetapi, yang paling penting adalah ide, pikiran, hasrat, dan keinginan tersebut
dituangkan melalui bahasa (Dedi Sutedi, 2007:2). Dengan demikian kita dapat
memahami pola pikir, keinginan dan hasrat pembicara melalui bahasa yang
digunakannya.
Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa asing yang memiliki kosakata yang
unik. Sepintas tampak sama, baik dari segi makna maupun pengucapan, karena itu
dibutuhkan ketelitian untuk menemukan pilihan kata yang tepat sehingga
menghasilkan kata yang efektif. Keunikan tersebut nampak pada penggunaan huruf
kanji, perubahan kata kerja, dan penggunaan pertikel yang bervariasi.
Bahasa Jepang juga memiliki kelas kata yang banyak. Menurut Sudjianto dan
Ahmad Dahidi (2004:181), Bahasa Jepang terdiri dari bermacam-macam kelas kata,
antara lain : partikel 助詞 (Joshi), kata kerja 動詞(Doushi), kata benda 名詞 (Meishi),
kata sifat 形容詞 (Keiyoushi), dan lain-lain. Partikel 助詞 (Joshi) termasuk kelas
kata yang cukup sulit untuk dipelajari oleh pembelajar bahasa Jepang. Bila
dibandingkan dengan Bahasa Indonesia, jumlah partikel 助詞 (Joshi) dalam bahasa
Jepang jauh lebih banyak. Dalam hal kata kerja dan kata sifat bahasa Jepang
mengenal perubahan untuk kedua jenis kata tersebut. Tidak seperti kata kerja dalam
1
bahasa Indonesia, kata kerja dan kata bahasa Jepang dapat mengalami perubahan
bentuk, misalnya bentuk negatif, bentuk lampau, bentuk negatif lampau, dan bentuk
sambung.
Istilah partikel 助詞 (Joshi) ditulis dengan dua kanji; pertama yang di baca 助
(jo) atau dapat juga yang dibaca tasukeru yang berarti bantu, membantu, atau
menolong, sedangkan yang kedua dibaca 詞 (shi) memiliki makna yang sama dengan
istilah kotoba yang berarti kata, perkataan, atau bahasa. Oleh karena itu, tidak
sedikit orang yang menerjemahkan partikel 助詞 (Joshi) dengan istilah kata bantu.
Penerjemahan ini tidak salah dan dapat diterima.
Partikel 助詞 (Joshi) termasuk kelas kata fuzokugo yang dipakai setelah suatu
kata yang menunjukan hubumgan antara kata tersebut dengan kata lain serta
menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi. Menurut Hirai dalam Sudjianto, Ahmad
Dahidi (2004:181) kelas kata partikel 助 詞 (Joshi) tidak mengalami perubahan
bentuknya.
Oleh karena itu, partikel 助詞 (Joshi) termasuk fuzokugo, maka kelas kata ini
tidak dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata, suatu bunsetsu, maupun sebagai suatu
kalimat. Partikel 助詞 (Joshi) akan menunjukan makna apabila dipakai bersama
dengan kelas kata lain yang dapat berdiri sendiri (jiritsugo) sehingga membentuk
sebuah bunsetsu atau sebuah bun. Kelas kata yang dapat disisipi partikel 助詞 (Joshi)
antara lain meishi, dooshi, i-keiyooshi, na-keiyooshi, joshi, dan sebagainya.
Menurut Tadasu dalam Sudjianto (2000:l69) shuujoshi merupakan partikel
yang dipakai pada akhir kalimat atau pada akhir bagian-bagian kalimat (bunsetsu)
untuk menyatakan perasaan pembicara seperti rasa haru, larangan, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Tadasu dalam Sudjianto (2000:69-70) shuujoshi ialah partikel-
2
partikel yang dipakai pada bagian akhir kalimat untuk menyatakan pertanyaan, rasa
heran, keragu-raguan, harapan, atau rasa haru pembicara. Sehingga dari kedua
pendapat pakar tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa shuujoshi
diantaranya
dipakai untuk menyatakan suatu perasaan (kandao) yang dirasakan pembicara pada
waktu mengucapkannya.
Yang menjadi ciri khas shuujoshi adalah posisinya yang selalu terletak di
akhir kalimat. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan partikel
adalah kata yang biasanya tidak dapat di definisikan atau di infleksikan, yang
mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di
dalamnya kata sandang, preposisi, dan interjeksi.
Yang termasuk dalam partikel dalam bahasa Indonesia adalah:
1. Partikel –lah,
-kah,
dan –tah ditulis serangkai dengan kata
yang
mendahuluinya.
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Dilihat dari jumlah partikel dalam bahasa Indonesia yang sedikit inilah yang
menjadi kendala bagi para pemelajar bahasa Jepang terutama di Universitas Bina
Nusantara untuk memahami secara utuh masalah partikel atau joshi dalam bahasa
Jepang. Beberapa partikel tersebut seringkali tidak memiliki padanannya dalam
bahasa Jepang, atau sebaliknya, partikel dalam bahasa Jepang tersebut tidak
memiliki padanan dalam bahasa Indonesia.
Terlepas dari masalah gramatika dalam bahasa Jepang, termasuk
pemahaman terhadap makna partikel dalam sebuah kalimatnya, sekarang ini minat
masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia terhadap Bahasa Jepang dan
3
kebudayaan Jepang sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat dari bertambah banyaknya
lembaga-lembaga pendidikan, sekolah-sekolah, atau universitas yang mempunyai
jurusan Bahasa Jepang sebagai salah satu pilihan progam penjurusannya. Minat
masyarakat terhadap hiburan yang berbahasa Jepang pun banyak, antara lain
melalui audio (musik, lagu), atau melalui visual (dorama, anime, manga/komik,
dan lain-lain). Bagi pemelajar bahasa Jepang, pemahaman terhadap pemakaian,
dungsi, dan makna sebuah partikel dalam sebuah kalimat diperlukan.
Beberapa alasan tersebut di atas mendorong penulis untuk melihat
penggunaan salah satu jenis partikel dalam bahasa Jepang, yaitu shujoshi. Dalam
penelitian ini, dikarenakan banyaknya partikel 助詞 (Joshi) dalam bahasa Jepang,
penulis hanya akan menganalisis fungsi partikel よね pada shuujoshi yang dalam
film 耳をすませば (Mimi wo Sumaseba) karya Miyazaki Hayao. Alasan penulis
ingin menganalisis fungsi shuujoshiよね (yo ne) dalam film 耳をすませば (Mimi
wo Sumaseba), karena fungsi dan makna partikel よね (yo ne) yang muncul dalam
film ini memiliki kemiripan dengan makna partikel lainnya, yaitu よ (yo) dan ne
(ね) sehingga membingungkan. Film耳をすませば (Mimi wo Sumaseba) dipilih
karena dalam film ini banyak digunakan kalimat percakapan yang mengungkapkan
perasaah tokoh sebagaimana karakter partikel shujoshi dalam kalimat bahasa
jepang
1.2. Rumusan Permasalahan
Di dalam skripsi ini, penulis akan membahas fungsi dan makna shuujoshiよ
ね yang mengungkapkan perasaan si tokoh atau si pembicara di dalam percakapan.
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah
4
a. Apakah fungsi shuujoshi よね (yo ne) dalam kalimat yang diungkapkan tokoh
dalam film 耳をすませば (Mimi wo Sumaseba).
b. Apakah makna shuujoshi よね (yo ne) dalam kalimat yang diungkapkan tokoh
dalam film よね (yo ne).
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulis mengadakan penelitian, agar para pemelajar Bahasa Jepang
dapat
mengetahui fungsi dan perbedaan yang jelas antara shuujoshi よね yang
ditempatkan di akhir kalimat terutama dalam mengungkapkan perasaan tokoh
dalam film 耳をすませば, sehingga penggunaan kalimat-kalimat Bahasa Jepang
selanjutnya akan lebih baik dan tidak aneh di telinga penutur aslinya.
1.4. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa jumlah shuujoshi dalam
bahasa Jepang cukup banyak. Oleh karena itu, penulis hanya membatasi penelitian
shuujoshi よね yang terdapat dalam film 耳をすませば (Mimi wo Sumaseba)
karya Hayao Miyazaki yang diterbitkan oleh Tokuma Shoten Nippon Television
Network Hakuhudo tahun 1995. Alasan penulis memilih film 耳をすませば (Mimi
wo Sumaseba) sebagai korpus data, karena di dalamnya terdapat cukup banyak
percakapan yang menggunakan shuujoshi よ ね . Dengan adanya film sebagai
sumber data ini penulis berharap gambaran situasi pemakaian shuujoshi よね akan
terlihat lebih jelas.
5
1.5. Metodologi Penulisan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode kepustakaan dan
metode deskriptif analitis. Metode kepustakaan adalah suatu cara pengumpulan
data dan informasi dari berbagai sumber, seperti dari buku, majalah, naskah
maupun dokumen. Beberapa sumber yang penulis gunakan adalah buku-buku
Perpustakaan BiNus, perpustakaan Japan Foundation, serta beberapa data
pendukung dari internet. Sedangkan metode deskritif analitis adalah metode dengan
cara membahas dan menjelaskan suatu masalah dengan menata dan mengklarifikasi
serta memberi penjelasan sesuai dengan data yang telah terkumpul.
Tahapan penelitian yang dilakukan penulis adalah pertama melihat film
Mimi wo Sumaseba. Kedua mencari naskah film tersebut. Langkah berikutnya
adalah memisahkan partikel shuujoshi dalam kalimat-kalimat yang diungkapkan
oleh tokoh. Tahap keempat, penulis mengelompokkan partikel shuujoshi ke dalam
kartu data untuk mengalisisnya. Tahap terakhir yang dilakukan penulis adalah
menganalisis partikel yo ne berdasarkan fungsi dan maknanya.
1.6. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini uraian dibagi menjadi lima bab dan setiap bab dibagi
menjadi beberapa sub bab.
Dalam bab 1 penulis menjelaskan mengenai latar belakang mengapa topik
ini dipilih, rumusan penelitian, tujuan dan manfaat penulisan yang berisi tentang
maksud penulisan dan saran yang hendak dicapai,ruang lingkup penulisan, metode
penelitian yang berisi tentang cara melakukan penelitian dan sistematika penulisan
skripsi ini.
6
Pada bab 2 penulis menjelaskan mengenai beberapa teori dan konsep yang
akan digunakan dalam menganalisis permasalahan dalam skripsi ini. Pada sub bab
pertama,
penulis
menguraikan
pengertian
partikel,
yang
disusul
oleh
pengelompokkkan partikel dan karakteristik partikel. Sub bab berikutnya berisi
tentang pengertian shuujoshi, pengelompokkan shuujoshi, dan fungsi serta makna
shuujoshi yo ne dalam kalimat bahasa Jepang.
Dalam bab 3 penulis menguraikan analisis dan dengan menggunakan teoriteori yang terdapat dalam bab 2.
Pada bab 4 penulis memberikan simpulan berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan pada bab sebelumnya. Juga beberapa saran tentang topik skripsi ini yang
diharapkan dapat berguna dan bermanfaaat bagi penelitian selanjutnya.
7
Download