Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang diperlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk mengerti satu sama lain. Selain itu bahasa juga dipakai untuk menyampaikan ide, perasaan, pendapat dan berinteraksi dengan manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak akan bisa saling berinteraksi, berkomunikasi dengan baik dan menyampaikan apa yang diinginkannya. Dimanapun seseorang berada, bahasa mempunyai peranan yang besar dalam berinteraksi dengan orang lain. Keberadaan manusia dalam proses perkembangan akal budinya tidak terlepas oleh bahasa. Hal ini didasari oleh bahasa sebagai penunjang aktifitas, gagasan, ide, dan tingkah laku. Bahasa telah diciptakan oleh manusia sejak zaman dahulu dan berkembang hingga sekarang ini dan pasti akan terus berkembang. Karena itu, banyak sekali manusia yang mempelajari bahasa. Menurut Parera (1991:19-20) : linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek pembicaraan dan penelitian ilmu dan ilmu yang memilih bahasa menjadi objek analilsis dan penelitiannya. Zaman sekarang ini tidak bisa dipungkiri lagi bahasa merupakan alat komunikasi yang kritis dalam arti pasti akan terpakai bila ingin bertahan hidup. Kenyataan yang dihadapi zaman sekarang ini adalah bahwa selain ahli-ahli bahasa, semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam dirinya dalam bidang teori dan praktek bahasa. Kebanyakan orang sekarang tidak puas hanya dengan mempelajari satu bahasa karena ketatnya persaingan dalam mencari pekerjaan. Bahasa yang telah mendunia adalah bahasa inggris, bahasa china, dan bahasa Jepang. Bahasa Jepang khususnya merupakan salah satu bahasa yang sulit untuk dikuasai. Sulit dikuasai karena banyak kalimat dalam bahasa Jepang yang bila diartikan ke dalam bahasa indonesia menjadi aneh. Namun bahasa Jepang sendiri merupakan bahasa yang unik karena kebanyakan bahasa hanya 1 2 memiliki satu tulisan sedangkan bahasa Jepang memiliki tiga tulisan yaitu hiragana, katakana, dan juga kanji. Bahasa dibagi menjadi dua yaitu bahasa lisan yang biasanya kita gunakan dalam percakapan sehari-hari dan kedua adalah bahasa tulisan seperti yang digunakan dalam karya sastra baik berupa puisi, novel, buku, karangan dan lain sebagainya. Di dalam bahasa lisan, biasanya tidak terlalu ditekankan pada penyusunan gramatikal atau tata bahasa yang baik dan benar.Biasanya yang dibutuhkan adalah pendengar mampu memahami apa yang dimaksud oleh pembicara. Susunan gramatikal dalam bahasa lisan tidaklah sesuai dengan polanya, biasanya pendengar tetap mampu memahami maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara. Oleh karena itu, bahasa lisan lebih menekankan pada makna yang ingin disampaikan daripada penyusunan gramatikal yang benar. Berbeda dengan bahasa lisan, pemakaian gramatikal dalam bahasa tulisan yang baik dan benar sangatlah dibutuhkan. Sehingga makna yang ingin disampaikan pun dapat dipahami dengan benar. Menurut Sudjianto (2004:14), dilihat dari aspek kebahasaan, bahasa Jepang memiliki karakteristik tertentu yang dapat kita amati dari huruf yang digunakan, sistem pengucapan, gramatikal, ragam bahasa dan kosa kata. Dalam mempelajari bahasa Jepang, banyak sekali pelajar bahasa Jepang yang mengalami kesulitan dalam mengartikan dan membedakan suatu kalimat. Parera (1997:108) menyebutkan bahwa orang yang belajar secara otodidak akan langsung melakukan kesalahan terjemahan, kesulitan dalam berbahasa, dan sisa kebiasaan dari bahasa pertama atau bahasa asli. Karena dalam bahasa Jepang, banyak sekali kosa kata yang memiliki arti sama dalam bahasa indonesia tetapi dalam bahasa Jepang dipakai pada situasi dan kondisi tertentu. Terkadang untuk mengerti makna dari suatu kalimat yang orang lain bicarakan, kita perlu melihat dari berbagai sudut pandang. Dan untuk mempelajari makna yang sebenarnya dari suatu kalimat diperlukan pragmatik. Asal-usul kata pragmatik berasal dari kata Yunani, yaitu kata pragma yang berarti kegiatan, urusan, tindakan (Trosborg, 1995:5). Pembelajaran pragmatik berfungsi untuk mengetahui makna yang tersembunyi yang orang lain ingin katakan melalui ucapannya. Bila pola kalimat dalam bahasa indonesia selalu dimulai dengan subjek, objek dan predikat, 3 tidak seperti bahasa Jepang yang merupakan kebalikannya dari indonesia yaitu subjek, predikat dan objek. Ciri-ciri umum bahasa Jepang menurut Iwao (2000:2) adalah : 1. Jenis kata Dalam jenis kata dalam bahasa Jepang terdapat kata kerja, kata sifat, kata benda, kata keterangan, kata penghubung dan partikel. 2. Urutan kata Predikat selalu terletak pada akhir kalimat. Selain itu, dalam bahasa Jepang kata yang diterangkan terletak di belakang kata yang menerangkan. 3. Predikat Kata benda, kata kerja, dan kata sifat dalam bahasa Jepang berfungsi sebagai predikat. Predikat dapat menunjukkan (1) positif atau negatif dan (2) non-waktu lampau atau waktu lampau. Kata sifat dibagi dalam dua grup yaitu kata sifat I dan kata sifat na sesuai dengan perubahannya. Dalam bahasa Jepang tidak ada perubahan untuk orang, jenis atau bilangan. 4. Partikel (joshi) Di belakang kata atau kalimat dipakai partikel. Partikel menunjukkan hubungan antar kata dengan kata dalam kalimat dan maksud si pembicara, juga berfungsi menambahkan berbagai arti. 5. Penghilangan Kata-kata dan ungkapan yang bisa diketahui dari konteks kalimat biasanya dihilangkan. Subjek dan objek pada kalimat juga biasanya dihilangkan. Dalam sisi gramatikalnya, bahasa Jepang banyak memiliki partikel (joshi) dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Berikut definisi joshi menurut Dahidi (2004, hal.181) menyatakan joshi adalah kelas kata yang dipakai setelah suatu kata 4 untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi. Joshi tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata. apalagi dengan satu kalimat. Joshi akan menunjukkan maknanya apabila sudah dipakai setelah kelas kata lain yang dapat berdiri sendiri sehingga membentuk sebuah kalimat. Joshi ( 助 詞 ) dalam bahasa Jepang memiliki fungsi untuk menghubungkan antara satu kata dengan kata lain didalam sebuah kalimat, serta untuk menambah arti kata tersebut agar menjadi lebih jelas lagi (Sudjianto, 2004 hal.181). Berdasarkan fungsinya joshi dapat dibagi menjadi empat macam sebagai berikut (Hirai, 1982:161), diantaranya adalah 1. Kakujoshi (格助詞) Joshi yang termasuk kakujoshi pada umumnya dipakai setelah nomina untuk menunjukkan hubungan antara nomina tersebut dengan kata lainnya, Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya -が、-の、 -に、-を、 -へ、-と、-より、-から、 -で、-や. 2. Setsuzokujoshi (接続助詞) Joshi yang termasuk setsuzokujoshi dipakai setelah yoogen (dooshi, i-keiyooshi, nakeiyooshi) atau setelah jodooshi untuk melanjutkan kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya -ば、-と、けれども、けれど、が、から、-し、ても (でも) 、て (で) 、ながら、たり(だり) 、 -のに、-ので. 3. Fukujoshi (副助詞) Joshi yang termasuk fukujoshi dipakai setelah berbagai macam kata. Seperti kelas kata fukushi, fukujoshi berkaitan erat dengan bagian kata berikutnya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya は、も、こそ、さえ、でも、しか、まで、ば かり、だけ、ほど、くらい(ぐらい) 、など、なり、やら、か、ずつ. 4. Shuujoshi (終助詞) 5 Joshi yang termasuk shuujoshi pada umumnya dipakai setelah berbagai macam kata pada bagian akhir kalimat untuk menyatakan suatu pertanyaan, larangan, seruan, rasa haru dan sebagainya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya -かしら、 -か、な、 -なあ、-の、ぞ、とも、よ、ね、わ、さ. Umumnya bagi orang yang baru mempelajari bahasa Jepang akan sedikit mengalami kesulitan dalam memahami makna dari keempat jenis joshi ini didalam sebuat kalimat, namun dalam hal ini akan dibahas secara khusus untuk jenis partikel setsuzokujoshi. Sudjianto dalam “Pengantar Linguistik Bahasa Jepang” (2004:181) menjelaskan bahwa : “Setsuzokujoshi adalah partikel yang letaknya setelah doushi (kata kerja) dan keyoushi (kata sifat) atau setelah jodoushi (salah satu kelas kata yang dapat berubah bentuknya), untuk melanjutkan kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang berikutnya” Beberapa partikel yang termasuk ke dalam setsuzokujoshi diantaranya adalah –ba, -to, keredo, keredomo, -ga, -kara, -shi, -nagara, -node, -noni, -temo (demo) dan sebagainya. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis tentang fungsi setsuzokujoshi –noni (-のに), -ga (-が), dan –temo / -demo (-ても・-で も) Pembelajar bahasa Jepang pada umumnya mengenal makna setsuzokujoshi –noni, –temo / -demo, dan –ga sebagai “tetapi” dan “walaupun“. Pada penggunaannya sendiri setsuzokujoshi –noni, –temo / -demo, dan –ga itu memiliki fungsi-fungsi lainnya dengan makna yang berbeda pula. Maka dari itu secara khusus penulis akan membahas lebih dalam partikel yang merupakan bentuk dari setsuzokujoshi –noni, – temo / -demo, dan –ga. Baik dari segi penempatannya maupun maknanya dalam sebuah kalimat bahasa Jepang, setsuzokujoshi –noni, –temo / -demo, dan –ga memiliki banyak arti dan makna yang berbeda dengan konteks kalimatnya. 6 1.2 Masalah Pokok Permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dalam penelitian ini adalah makna dan pemakaian –noni, –temo / -demo, dan –ga sebagai setsuzokujoshi. 1.3 Formulasi Masalah Penelitian ini hanya dibataskan dalam satu hal saja yaitu membahas makna dan pemakaian –noni, –temo / -demo, dan –ga sebagai setsuzokujoshi dalam kalimat-kalimat yang ada pada novel Yasashii Ongaku karya Maiko Seo. 1.4 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada novel berjudul Yasashii Ongaku karya Maiko Seo dalam aspek pemakaian –noni, –temo / demo, dan –ga sebagai setsuzokujoshi. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mencari tahu fungsi dan makna dari –noni, –temo / -demo, dan –ga sebagai setsuzokujoshi. Biasanya, pelajar bahasa Jepang hanya mengenal setsuzokujoshi –noni, –temo / -demo, dan –ga hanya sebatas pada makna “meskipun” dan “tetapi”. Penulis ingin memberikan makna lebih pada setsuzokujoshi –noni, –temo / -demo, dan –ga sehingga pembaca dapat lebih memahami penggunaan setsuzokujoshi –noni, ––temo / -demo dan –ga pada bahasa Jepang. 1.6 Tinjauan Pustaka Bahasa Jepang mengenal penggunaan partikel (joshi) didalam gramatikalnya. Joshi dalam bahasa Jepang memiliki peran yang cukup penting dalam menghubungkan satu kata dengan kata lainnya didalam sebuah kalimat (tertulis 7 maupun lisan) bahasa Jepang agar makna dan maksud dari kalimat tersebut menjadi lebih jelas. Joshi (助詞) dalam bahasa Jepang adalah kata yang berfungsi sebagai penggabung antar kata dan merupakan hubungan frasa yang menunjukkan objeknya. Joshi merupakan tambahan dan tidak berkonjugasi (berubah bentuk). Secara umum, joshi dalam bahasa Jepang berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu: a. 格助詞 (Kakujoshi) yaitu partikel yang tidak mengalami perubahan, dan menunjukkan hubungan makna dalam sebuah kalimat. Contoh: -が、-の、 -に、-を、 -へ、-と、-より、-から、-にて, -して. b. 並立助詞 (Heiritsujoshi) yaitu partikel yang mendampingkan dua buah benda dalam sebuah kalimat. Contoh : -に、 -と、 -やら. c. 終助詞 (Shuujoshi) yaitu partikel yang ditambahkan di akhir sebuah kalimat atau paragraf, dapat menambahkan makna berupa pertanyaan, larangan, maupun kesan. Contoh : -かしら、 -か、-な、 -なあ、-の、ぞ、とも、よ、ね、わ、さ. d. 副助詞 (Fukujoshi) yaitu partikel yang secara keseluruhan berfungsi layaknya seperti kata keterangan atau adverbia yang muncul dibelakang kakujoshi, kata keterangan (adverb) maupun kata benda. Contoh: は、も、こそ、さえ、でも、しか、まで、ばかり、だけ、ほど、く らい(ぐらい) 、など、なり、やら、かdan ずつ. e. 接続助詞 (Setsuzokujoshi) yaitu partikel yang berfungsi sebagai penghubung yang menunjukkan kaitan antara kalimat dan kalimat berikutnya. Contoh : 8 -ば、-と、けれども、けれど、が、から、-し、ても (でも) 、て(で) 、ながら、 たり(だり) 、 -のに、dan -ので. Dari penjelasan tersebut dapat terlihat jelas bahwa inti dari pembahasan penelitian ini, yaitu pada partikel –noni (-のに), -ga (-が), dan –temo / -demo (-ても・- でも) merupakan partikel yang tergolong kedalam jenis partikel setsuzokujoshi (接 続助詞).