Kumpulan Abstrak Tesis Semester Gasal 2009/2010 Manajemen Pendidikan (MPD) 20 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Program Studi S2 MPD 21 Implementasi Kurikulum 2006 di Sekolah Dasar: Studi Multisitus di SDN Bintoro 4 dan SDN Guntur 1 Kabupaten Demak Sutikno Sutikno, 2009. Implementasi Kurikulum 2006 Di Sekolah Dasar: Studi Multisitus Di SDN Bintoro 4 dan SDN Guntur 1 Kabupaten Demak. Tesis. Program Studi Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. dan ( II) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd. Abstrak Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendi-dikan nasional, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadi-kan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Pemerintah pada tahun 2006 melalui Permendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006 telah menetapkan kurikulum nasional. Pemerintah hanya menyusun standar isi dan standar kelulusan. Kurikulum yang disusun oleh pemerintah harus dikembangkan oleh sekolah yang dinamakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan, yaitu sekolah. Penelitian ini berawal dari terjadinya kesenjangan antara kurikulum yang direncanakan atau diidealkan dengan pelaksanaannya di lapangan. Kritik terhadap kesenjangan implementasi kurikulum di lapangan lebih banyak ditujukan kepada guru. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk (1) mendeskripsikan proses penyusunan KTSP di SDN Bintoro 4 dan SDN Guntur 1; (2) mendeskripsikan komponen-komponen yang ada dalam KTSP SDN Bintoro 4 dan SDN Guntur 1; (3) mendeskripsikan pengembangan program tahunan, semester, dan harian; (dan (4) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian di SDN Bintoro 4 dan SDN Guntur 1 yang didasarkan KTSP masing-masing. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kua-litatif yang sering disebut dengan pendekatan naturalistik, dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Usaha untuk memperoleh data secara keseluruhan yang integratif dengan memperhatikan relevansi data berdasarkan fokus dan tujuan dalam pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan (1) observasi partisipan, (2) wawancara mendalam, (3) dan studi dokumentasi. Pengecekan kredibilitas data yang terkumpul dari berbagai pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan teknik trianggulasi dan diskusi teman sejawat. Analisis data yang digunakan adalah melalui analisis lintas situs. Melalui penelitian ini diperoleh temuan-temuan bahwa implementasi kurikulum 2006 ditandai dengan adanya proses penyusunan kurikulum. Proses penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan melalui delapan tahapan. Komponen-komponen dokumen KTSP mengacu pada pedoman penyusunan KTSP oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Silabus dan RPP yang disusun untuk kelas I – III berupa silabus tematik sedangkan untuk kelas IV – VI berupa silabus dan RPP mata pelajaran. Kegiatan pengembangan program yang dilakukan yaitu pengembangan program tahunan, program semester, dan program harian yang berpedoman pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan kalender pendidikan. Guru-guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan berpedomanan pada silabus, kalender pendidikan, RPP, program semester yang telah disusun se-belumnya. Penilaian yang dipakai dalam proses belajar mengajar menggunakan penilaian berbasis kelas, yaitu penilaian yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Akhirnya berdasarkan temuan-temuan, disarankan (1) kepada kedua sekolah agar perlu melibatkan stake holder lebih mendalam sehingga mampu menghasilkan KTSP yang dijiwai semangat kebersamaan dan guru-guru perlu mendapatkan pelatihan prinsip-prinsip dasar paedagogi modern yang mengutamakan pentingnya perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian yang tepat. (2) kepada sekolah lain penyusunan KTSP sebaiknya dijadikan program tahunan. Oleh karena itu sekolah perlu memasukkan dalam agenda kegiatan sekolah dan mengalokasikan anggaran untuk penyusunan KTSP. (3.a) kepada UPTD Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan: Kurikulum 2006 merupakan kurikulum baru dimana peran sekolah lebih besar dari sebelumnya. UPTD Pendidikan Pemuda dan Olahraga kecamatan sebaiknya melakukan supervisi yang teratur terhadap pelaksanaan KTSP di sekolah. (3.b) kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Demak: kegiatan sosialisasi kurikulum tidak sekedar penataran tetapi berupa workshop sehingga perserta sosialisasi benar-benar memiliki ketrampilan menyusun perangkat kurikulum; menjadi fasilitator antar-sekolah dalam merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar bagi mata pelajaran muatan 21 22 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 lokal; dan menyediakan konselor atau nara sumber yang mampu sebagai rujukan sekolah bilamana mengalami kesulitan dalam penyusunan kurikulum. Kata kunci: implementasi kurikulum, KTSP, sekolah dasar Curriculum Implementation in Elementary Schools 2006: Multi-site Studies in Elementary School in Bintoro 4 and Guntur 1, Demak Regency Sutikno Sutikno, 2009. Curriculum Implementation in Elementary Schools 2006: Multi-site Studies in Elementary School in Bintoro 4 and Guntur 1, Demak Regency. Thesis, Education Management, Graduate Program. State University of Malang. Advisor: (I) Dr. Imron Arifin, M.Pd., (II) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd. Abstract The curriculum is one important component in the system of national education, because the curriculum is an educational component that served as a reference by each unit of education, either by the manager or organizer; especially by teachers and principals. Government in the year 2006 through Minister of National Education Regulation No. 22 and 23 of 2006 has set a national curriculum. The government simply set standards content and standards of graduation. The curriculum is organized by the government should be developed by the school curriculum called unit-level education (KTSP). KTSP is operational curriculum developed and implemented by each unit of education, ie school. This research started from the gap between the planned curriculum or idealized with its implementation in the field. Criticism of curriculum implementation gap in the field more directed at teachers. This research has the aim to (1) describe the process of KTSP drafting in elementary school of Bintoro 4 and Guntur 1; (2) describe the components in KTSP; (3) describe the development of annual programs, semester, and daily; and (4) describe the implementation of learning and assessment at elementary school of Bintoro 4 and Guntur 1 based KTSP each. The approach used in this research is qualitative approach is often called the naturalistic approach, which the researchers as a key instrument. Attempts to obtain data of integrative whole with respect to the relevance of data based on the focus and purpose in this study data collection is done by (1) participant observation, (2) in-depth interviews, (3) and study the documentation. Checking the credibility of data gathered from a variety of data collection carried out by using triangulation techniques and peer discussions. Analysis of the data used is through cross-site analysis. Through this study obtained findings that the implementation of the curriculum in 2006 was marked by a process of curriculum development. The process of curriculum development unit level education through the eight stages. Components of KTSP document refers to the formulation of guidelines KTSP by National Education Standards Agency (BSNP). Syllabus and RPP prepared for class I - III in the form of thematic syllabuses, while for class IV - VI of syllabus and RPP subjects. Program development activities undertaken are the development of annual programs, semester programs, and daily programs are based on the standards of competence, basic competence and educational calendar. Guidelines used by the teachers in implementing the teaching-learning process is the syllabus, education calendar, RPP, the semester program that had been developed before. Assessment used in teaching and learning to use classroom-based assessment, assessments made by the teacher concerned. Finally, based on the findings, recommended (1) to both schools in order to involve stakeholders more deeply so as to produce the animated KTSP spirit and the teachers should be trained the basic principles of modern paedagogi prioritizing the importance of planning, implementation, and evaluation appropriate. (2) to other schools should be the formulation of KTSP annual program. Therefore, schools need to include in the agenda of school activities and allocate a budget for the preparation KTSP. (3.a) to the Technical Implementation Unit Office of Education Youth and Sports (UPTD) District: Curriculum 2006 is a new curriculum which the school greater role than before. UPTD Education, Youth, and Sports district should conduct regular supervision of the implementation KTSP at school. (3.b) to the Office of Education Youth and Sports District Demak: socialization activities not only upgrading the curriculum, but the form of Program Studi S2 MPD 23 workshops so that participants actually socialization skills curriculum develop devices; the inter-school facilitator in formulating standards and basic competencies for subject matter local content and providing a resource counselor or capable as a reference when the school experienced difficulty in preparing the curriculum. Keyword: curriculum implementation, KTSP, elementary school Kontribusi Kepemimpinan Ttransformasional Kepala sekolah, Motivasi Berprestasi, dan Kompensasi Kerja terhadap Kinerja Guru di SMA negeri, SMK Negeri, dan SMP negeri di Kabupaten Tuban Sholihin Sholihin. 2009. Kontribusi Kepemimpinan Ttransformasional Kepala sekolah, Motivasi Berprestasi, dan Kompensasi Kerja terhadap Kinerja Guru di SMA negeri, SMK Negeri, dan SMP negeri di Kabupaten Tuban. Tesis. Program Studi Manajemen Pendidikan, Program pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd, (II) Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M. Pd. Abstrak Kinerja guru sangat menentukan keberhasilan suatu program pendidikan sebab guru merupakan pelaksana pendidikan di sekolah. Guru merupakan sosok yang bersentuhan langsung dengan siswa. Salah satu faktor penentu keberhasilan sekolah adalah peran pokok yang dimainkan oleh kepala sekolah melalui kepemimpinannya dengan membangun dan mempertahankan semangat kerja yang positif dan tinggi. Kepala sekolah yang mempunyai tujuan secara terus-menerus untuk meningkatkan kinerja para guru dan stafnya pada dasarnya merupakan seorang pemimpin transformasional. Kepala sekolah harus mampu membangkitkan motivasi para guru untuk bekerja dengan sebaik-baiknya dan mencapai prestasi kerja yang sebaik-baiknya pula. Motivasi untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya inilah yang disebut motivasi berprestasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (a) kinerja guru di SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Kabupaten Tuban, (b) kepemimpinan transformasional kepala sekolah di SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Kabupaten Tuban, (c) motivasi berprestasi guru di SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Kabupaten Tuban, (d) kompensasi kerja guru di SMk Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Kabupaten Tuban, (e) ada tidaknya hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Kabupaten Tuban, (f) ada tidaknya hubungan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Kabupaten Tuban, (g) ada tidaknya hubungan antara kompensasi kerja dengan kinerja guru SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Kabupaten Tuban, (h) ada tidaknya hubungan antara kepemimpinan transformasional, motivasi berprestasi, dan kompensasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Kabupaten Tuban, (i) seberapa besar kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Kabupaten Tuban (j) seberapa besar kontribusi motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Kabupaten Tuban, dan (k) seberapa besar kontribusi kompensasi kerja terhadap kinerja guru SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Kabupaten Tuban. Penelitian ini dirancang guna mengetahui ada tidaknya korelasi variabel independen terhadap variabel dependen. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif korelasional. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas yaitu kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1), motivasi berprestasi (X2),, dan kompensasi kerja (X3). Adapun variabel terikatnya adalah kinerja guru (Y). Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru pada tujuh SMP Negeri, empat SMA Negeri dan lima SMK Negeri di Kabupaten Tuban sebanyak 760 orang. Dengan menggunakan teknik proporsional sampling maka besar sampel dari tiap sekolah ditetapkan 20% dari populasi tiap sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) Kinerja guru SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Tuban sangat tinggi. (b) kepemimpinan transformasional kepala sekolah SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Tuban adalah sangat tinggi. (c) Motivasi berprestasi guru SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Tuban sangat tinggi. (d) Kompensasi kerja yang diterima guru di SMK Negeri, SMA Negeri, dan SMP Negeri di Kabupaten Tuban adalah tinggi. (e) Kepemimpinan transformasional kepala sekolah berhubungan secara signifikan dengan kinerja guru. (f) Kompensasi kerja guru SMK Negeri, 24 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 SMA Negeri, dan SMP Negeri di Tuban berpengaruh terhadap kinerja guru. (g) Kompensasi kerja berhubungan secara signifikan terhadap kinerja guru. (h) Variabel kepemimpinan, motivasi berprestasi , dan kompensasi kerja guru terbukti berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja guru. (i) besar kontribusi relatif kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru adalah 11.8%, sedangkan besarnya sumbangan efektifnya 8%, (j) Motivasi berprestasi guru mempunyai sumbangan relatif terhadap kinerja guru sebasar 42.7% sumbangan efektif sebesar 29%, dan (k) Besar sumbangan relatif kompensasi kerja terhadap kinerja guru adalah 5.2% sedangkan sumbangan efektifnya adalah 3.5% Karena kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan komepnsasi kerja guru berpengaruh terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun bersama-sama maka kepala sekolah harus terus meningkatkan kualitas kepemimpinan transformasional dan kompensasi kerja guru. Sedangkan guru harus terus meningkatkan motivasi berprestasinya agar dapat mencapai kinerja maksimal yaitu mencapai hasil belajar siswa secara maksimal. Kata kunci: kepemimpinan transformasional, motivasi berprestasi, kompensasi, kinerja. The Contribution of Headmaster’s Transformational Leadership, Achievement Motivation, and Work Compensation on Teachers’ Performance at Public Senior High Schools, Public Junior High Schools, and Public Vocational High Schools in Regency of Tuban Sholihin Sholihin. 2009. The Contribution of Headmaster’s Transformational Leadership, Achievement Motivation, and Work Compensation on Teachers’ Performance at Public Senior High Schools, Public Junior High Schools, and Public Vocational High Schools in Regency of Tuban. Dissertation. Study Program of Education Management, Post-graduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd., (II) Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M. Pd. Abstract Teachers’ performance is close in relation to the success of an educational program since teachers hold the role as educators in schools. Teachers make direct contact with students. In the light of this, headmaster has key part through his/ her building and maintaining positive and high work enthusiasm. Essentially, a headmaster that has simultaneous objectives to improve the teachers’ and staff performance is a transformational leader. A headmaster should capable on ignite motivations to the teachers so that they are stimulated to better work and higher achievements. This study aimed at describing (a) teachers’ performance at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban; (b) transformational leadership of headmaster at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban; (c) achievement motivation of teachers at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban; (d) work compensation of teachers at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban; (e) correlation of headmasters’ transformational leadership to performance of teachers at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban; (f) correlation of teachers’ achievement motivation to performance of teachers at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban; (g) correlation of teachers’ work compensation to performance of teachers at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban; (h) correlation of transformational leadership, achievement motivation, and work compensation collectively to performance of teachers at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban; (i) the amount of transformational leadership contribution to performance of teachers at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban; (j) the amount achievement motivation contribution to performance of teachers at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban; and (k) the amount of work compensation contribution to performance of teachers at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban. This current study, that applied co-relational quantitative approach, was intended to recognize the correlation of independent and dependent variables. The independent variables were headmaster’s Program Studi S2 MPD 25 transformational leadership (X1), achievement motivation (X2), and work compensation, while the dependent variable was teachers’ performance (Y). The study involved 760 teachers of seven Public Junior High Schools, four Public Senior High Schools, and five Public Vocational High Schools. As this study employed proportional sampling technique, the sample from each schools were 20%. The study resulted that (a) teachers at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban had high performance; (b) headmasters at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban had excessive transformational leadership; (c) teachers at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban had excellent achievement motivation; (d) teachers at Public Vocational High Schools, Public Senior High Schools, and Public Junior High Schools in Regency of Tuban achieved satisfactory work compensation; (e) headmaster’s transformational leadership significantly correlated to the teachers’ performance; (f) achievement motivation influenced teachers’ performance; (g) work compensation significantly correlated to the teachers’ performance; (h) leadership, achievement motivation, and work compensation collectively affected the teachers’ performance; (i) the amount of relative contribution of transformational leadership to the teachers’ performance was 11.8% while its effective contribution was 8%; (j) the teachers’ achievement performance gave 42.7% relative contribution and 29% effective contribution to teachers’ performance; and (k) work compensation provided 5.2% relative contribution and 3.5% effective contribution to teachers’ performance. As the fact showed that headmaster’s transformational leadership and work compensation offered the most influence both partially and completely towards teachers’ performance, it is wise for headmasters to keep improving their qualities of transformational leadership and work compensation. As for the teachers, they should continue expanding their achievement motivation in order to reach maximal teaching-learning process. Key words: transformational leadership, achievement motivation, compensation, performance. Manajemen Pembelajaran Dosen-dosen Mencapai Prestasi (Teladan) Pada Jurusan Akuntansi (Studi Multi Situs Politeknik Negeri Samarinda dan Politeknik Negeri Malang) La Ode Hasan Hasan, La Ode. 2009. Manajemen Pembelajaran Dosen-dosen Mencapai Prestasi (Teladan) Pada Jurusan Akuntansi (Studi Multi Situs Politeknik Negeri Samarinda dan Politeknik Negeri Malang). Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstrak Manajemen kompetensi pembelajaran dosen-dosen di Politeknik perlu dikembangkan dan ditingkatkan melalui pendidikan lebih lanjut. Oleh karena itu pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Fokus utama penelitian ini adalah “Manajemen kompetensi pembelajaran dosen-dosen mencapai prestasi teladan”. Dari fokus utama tersebut dikembangkan menjadi empat sub fokus penelitian adalah sebagai berikut. (1) Kompetensi dosen membuat rencana pembelajaran. (2) Kompetensi dosen melaksanakan pembelajaran.(3) Kompetensi dosen melakukan pengawasan pembelajaran.(4) Kompetensi dosen melakukan evaluasi pembelajaran. Tujuan penelitian untuk (1) Mendeskripsikan kompetensi dosen membuat rencana pembelajaran. (2) Mendeskripsikan kompetensi dosen melaksanakan pembelajaran. (3) Mendeskripsikan kompetensi dosen melaksanakan pengawasan pembelajaran. (4) Mendeskripsikan kompetensi dosen melaksanakan evaluasi pembelajaran Metode Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif induktif. Untuk mengungkapkan, mendeskripsikan, dan melakukan analisis terhadap, fokus penelitian diperlukan pengamatan yang mendalam pada situasi yang wajar dan alamiah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menemukan. (1) Kompetensi dosen membuat rencana pengajaran untuk mencapai prestasi harus dimulai dari pemahaman struktur mata kuliah dapat memudahkan untuk membuat rencarana pembelajaran yang tepat 26 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 dan akurat sehingga visi, misi. Polnes dan Polinema dapat tercapai. (2) Kompetensi mosen melaksanakan pembelajaran mencapai prestasi teladan, umunya pada hari pertama pembelajaran, tentu semua jenis persiapan pembelajaran telah siap untuk dibagikan kepada mahasiswa, misalnya (a) GBPP, (b) SAP, (c) Modul harus dibagikan pada awal pembelajaran, sehingga mahasiswa berdasarkan GBPP dan SAP memberikan kesempatan untuk mencari buku teks sebagai buku pegangan. (3) Kompetensi dosen melaksanakan pengawasan mencapai prestasi teladan, misalnya (a) pengawasan pemantauan absen setiap kali masuk di kelas, (b) pengawasan pemantauan tugas-tugas mahasiswa, (c) pengawasan tempat penyimpanan soal-soal harian, soal UTS, dan soal UAS,e(d) pengawasan atas ketertiban administrasi tugas-tugas, termasuk nilai-nilai harian, (5) pengawasan pelaksanaan UTS, dan UAS setiap semester. (4) Kompetensi dosen melaksanakan evaluasi/penilaian mencapai pretasi teladan untuk (a) penilaian kemajuan perkuliahan, (b) penilaian atas sikap dan perilaku mahasiswa terhadap tugas-tugas yang diberikan setiap hari, (c) penilaian atas kreativitas mahasiswa, (d) penilaian atas sopan santun mahasiswa terhadap sesama, ( e) penilaian atas sopan santun mahasiswa terhadap dosen, (f) penilaian tata cara berpakaian pada hari -hari yang diisyaratkan berpakaian seragam, (g) penilaian terhadap hasil ujian tengah semester dan ujian akhir semester, dan (h) evaluasi kembali terhadap materi ajar (modul) setiap tahun. Kedelapan komponen merupakan satu kesatuan sistem pembelajaran diterapkan di Politeknik Negeri. Kesimpulan (1) Manajemen kompetensi dosen membuat rencana pembelajaran mencapai prestasi teladan, didasarkan atas pemahaman dosen bahwa perencanaan pembelajaran harus dimulai dari struktur mata kuliah sehingga lebih muda membuat rencarana pembelajaran. (2) Kompetensi dosen melaksanakan pembelajaran mencapai prestasi teladan, biasanya dimulai pada hari pertama pembelajaran, tentu semua jenis persiapan pembelajaran telah siap untuk dibagikan kepada mahasiswa, misalnya (a) GBPP, (b) SAP, (c) modul harus dibagikan pada awal pembelajaran, sehingga mahasiswa berdasarkan GBPP dan SAP memberikan kesempatan untuk mencari buku teks sebagai buku pegangan. (3) Kompetensi dosen melakukan pengawasan mencapai prestasi teladan, lebih diarahkan kepada fungsi pembelajaran yang menjamin kegiatan pembelajaran sangat ditentukan adanya pengawasan, misalnya (a) pengawasan terhadap pemantauan absen setiap kali masuk di kelas, (b) pengawasan terhadap pemantauan tugas-tugas mahasiswa, (c) pengawasan terhadap tempat penyimpanan soal-soal harian, soal UTS, dan soal UAS, (d) pengawasan atas ketertiban administrasi tugas-tugas, termasuk nilai-nilai harian, (e) pengawasan terhadap pelaksanaan UTS, dan UAS setiap semester. (4) Kompetensi dosen melaksanakan evaluasi/penilaian mencapai pretasi teladan, pada prinsipnya bahwa evaluasi pelaksanaan program perkuliahan/pengajaran merupakan bagian dari unsur pengendalian melakukan kegiatan pembelajaran setiap hari. Saran yang dapat disampaikan adalah (1) Kedua institusi Polnes dan Polinema sebagai lembaga pendidikan vokasi hendaknya tetap meningkatkan manajemen kompetensi pembelajaran dosen sehingga dapat meningkatkan keterampilan vokasionalnya, (2) Bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Timur dan Provinis Jawa Timur, dan Dirjen Pendidikan Tinggi serta Menteri Pendidikan Nasional, hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam lingkup pendidikan vokasional baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia bahwa kompetensi manajemen pembelajaran dosen-dosen perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.(3) Hasil penelitian ini, hendaknya dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan manajemen kompetensi pembelajaran dosen-dosen melalui pelaksanaan pembelajaran, pengawasan dan evaluasi diri bagi lembaga terutama peningkatan pelaksanaan manajemen kompetensi pembelajaran, dan bagi dosen-dosen lain untuk mencapai prestasi teladan. (4) Hasil penelitian ini hendaknya dapat memberikan kontribusi teoritis terhadap peningkatan khasana ilmu manajemen khususnya pada peningkatan manajemen kompentensi pembelajaran dosen-dosen dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai prestasi teladan Jurusan Akuntansi di Politeknik Negeri Samarinda dan Politeknik Negeri Malang. Kata kunci: manajemen kompetensi pembelajaran dosen, prestasi teladan. Program Studi S2 MPD 27 The Management of the Teachers’ Instructional Competences in their Achievements as Model Teachers at the Accounting Department (The Multi-Sites Study at Politeknik Negeri Samarinda and Politeknik Negeri Malang) La Ode Hasan Hasiara, La Ode. 2009. The Management of the Teachers’ Instructional Competences in their Achievements as Model Teachers at the Accounting Department (The Multi-Sites Study at Politeknik Negeri Samarinda and Politeknik Negeri Malang). Thesis, the Study Program in Management of Education, Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd., (II) Dr. H. Imron Arifin, M. Pd. Abstract The management of the teachers’ instructional competence at the Politeknik should be developed by continuing their education to higher levels. This is based on the central aim of the education in Indonesia that is to educate all the citizens and increase the quality of human resources in order to become the people who are faithful, devout, be of good characters, have good mastery in all knowledge, technology, and arts for the purpose of creating the society which is advance, equitable, prosperious, and civilized on the basis of Pancasila and Undang-Undang Dasar RI 1945. The main focus of this study was “The Management of the Teachers’ Instructional Competence in their Achievements as Model Teachers.” That focus was then subdivided into the following subdivisions: (1) the teachers’ competences in planning the instruction, (2) the teachers’ competences in implementing instruction, (3) the teachers’ competences in monitoring the instruction, and (4) the teachers’ competences in evaluating the instruction. Based on the subdivisions, the objectives of the study were: (1) to describe the teachers’ competences in planning the instruction, (2) to describe the teachers’ competences in implementing instruction, (3) to describe the teachers’ competences in monitoring the instruction, and (4) to describe the teachers’ competences in evaluating the instruction. The method used in this study was qualitative inductive approach. In order to reveal, describe, and analyze the points mentioned in the previous paragraph, a deeper observation was conducted in the real and natural situation. The results of the observation showed that: (1) the teachers’ competences in planning the instruction began by having comprehensive understanding about the structure of the subjects in order that they could make good plans based on the visions and missions of the Polnes and Polinema, (2) the teachers’ competences in giving instruction were proven by distributing the GBPP, SAP, and the modules at the beginning of the lesson so that the students could have enough time to look for the literatures related to the subjects, (3) the teachers’ competences in monitoring the instruction were done by (a) recording their presence in the classroom at every meeting, (b) monitoring the students’ assignments, (c) monitoring the storage of the test sheets including the mid and final test sheets, (d) monitoring the administration including the students’ scores, (e) monitoring the mid and the final tests, (4) the teachers’ competences in conducting the evaluation of the instruction were done for the purpose of (a) knowing the progress of the instruction, (b) getting information about the students’ attitudes towards the assignments, (c) evaluating the students’ creativity, (d) evaluating the students’ behaviors including their etiquettes with their friends, (e) evaluating the students’ behaviors including their etiquettes with their teachers, (f) evaluating their style of clothing, (g) evaluating the results of their mid and final tests, (h) evaluating the instructional materials. These eight components were implemented in the two institutions. Based on the results of the study, some conclusions can be drawn as the following: (1) the management of the teachers’ instructional competence in terms of the planning of the instruction was based on their understanding of the structure of the subjects to be taught, (2) the teachers’ competences in giving instruction were proven by distributing the GBPP, SAP, and the modules at the very beginning of the lesson so that the students could have enough time to look for the literatures related to the subjects, (3) the teachers’ competences in monitoring the instruction were done by (a) recording their presence in the classroom at every meeting, (b) monitoring the students’ assignments, (c) monitoring the storage of the test sheets including the mid and final test sheets, (d) monitoring the administration including the students’ scores, (e) monitoring the mid and the final tests, (4) the teachers’ competences in evaluating the instruction was an effort to evaluate the whole instruction. On the basis of the findings, some suggestions are presented as the following: (1) the Polnes and Polinema as the vocational institutions should take part in increasing the teachers’ instructional competences especially their vocational skills, (2) the local governments of East Kalimantan Province and East Java Province should consider the results of this study as the inputs for improving the teachers’ instructional competences in all the vocational institutions in Indonesia, (3) the institutions especially in vocational 28 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 academy should use the results of this study as the foundations to implement, monitor, and evaluate the instructions. The teachers should also increase their competences in their achievement as the model teachers, and (4) the results of this study can contribute theoretically to the improvement of the management science, especially the improvement of the teachers’ instructional competences in their achievements as model teachers at the Accounting Department at Politeknik Negeri Samarinda and Politeknik Negeri Malang. Keywords: the management of the teachers’ instructional competence, achievement as model teachers. Hubungan Antara Supervisi Pengawas Sekolah, Inten-sitas Kegiatan MGMP dan Motivasi Berprestasi Guru dengan Profesionalisme Guru SMA Negeri di Kota Malang Rachmat Suliadi Suliadi, Rachmat. 2009. Hubungan Antara Supervisi Pengawas Sekolah, Inten-sitas Kegiatan MGMP dan Motivasi Berprestasi Guru dengan Profesionalisme Guru SMA Negeri di Kota Malang. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Salladien, (II) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd. Abstrak Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM. Berbicara menge-nai peningkatan kualitas SDM maka pendidikan memegang peran yang sangat penting. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama kalangan swasta telah dan terus berupaya mewujudkannya melalui berbagai usaha pembangunan pendi-dikan yang lebih berkualitas. Tetapi kenyataannya, upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu faktor yang dianggap sebagai penyebab mutu pendidikan yang rendah adalah kualitas guru yang rendah. Kuali-tas pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesional guru dan keengganan belajar siswa (Nasanius,2007). Hal ini tentunya merupakan hal yang kurang baik karena guru sebagai pendidik maupun pengajar merupakan faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Menurut Depdiknas (1994), kemampuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar bergan-tung kepada kemampuan profesional guru. Dengan demikian bisa dikatakan bah-wa guru yang profesional akan dapat mengelola kegiatan belajar mengajar secara lebih baik sehingga dapat meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme gu-ru, antara lain melalui (1) supervisi pengajaran oleh pengawas sekolah dan kepala sekolah, (2) pemanfaatan organisasi profesi seperti MGMP, (3) pelaksanaan serti-fikasi guru, (4) peningkatan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi guru, (5) pelaksanaan tugas belajar. Selain itu, peningkatan pro-fesionalisme guru juga dapat dilakukan dengan meningkatkan motivasi (dorongan) kepada guru terutama motivasi berprestasi. Hal ini mengingat salah satu ciri sese-orang dikatakan bermotivasi prestasi tinggi adalah selalu bekerja keras mencapai kesuksesan demi kepuasan batin tanpa memikirkan pujian maupun imbalan (reward). Berdasarkan hal di atas, penulis menganggap perlu mengetahui secara le-bih mendalam hubungan antara supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas seko-lah, intensitas kegiatan MGMP dan motivasi berprestasi guru dengan profesiona-lisme guru SMA Negeri di kota Malang, dengan rumusan masalah : (1) bagaima-nakah gambaran tentang supervisi oleh pengawas sekolah yang dilakukan di SMA Negeri di kota Malang ?, (2) bagaimanakah gambaran tentang intensitas kegiatan MGMP oleh guru-guru SMA Negeri di kota Malang ?, (3) bagaimanakah gambar-an tentang motivasi berprestasi guru -guru SMA Negeri di kota Malang ?, (4) ba-gaimanakah gambaran tentang profesionalisme guru ?, (5) apakah ada hubungan antara supervisi pengawas sekolah dengan profesionalisme guru ?, (6) apakah ada hubungan antara intensitas kegiatan MGMP dengan profesionalisme guru ?, (7) apakah ada hubungan antara motivasi berprestasi guru dengan dengan profesiona-lisme guru ?, (8) apakah ada hubungan antara supervisi pengawas, intensitas kegiatan MGMP dan motivasi berprestasi guru secara simultan dengan dengan pro-fesionalisme guru SMA Negeri di kota Malang ?. Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui gambaran tentang supervisi oleh pengawas sekolah, intensitas kegiatan MGMP, motivasi berprestasi guru dan profesionalisme guru-guru SMA Negeri di kota Malang ; serta untuk mengetahui seberapa besar hubu-ngan antar variabel penelitian yaitu antara: (2) supervisi pengawas sekolah dengan profesionalisme guru, intensitas kegiatan MGMP dengan profesionalisme guru, motivasi berprestasi guru Program Studi S2 MPD 29 dengan profesionalisme guru, serta hubungan secara bersama-sama antara supervisi pengawas, intensitas kegiatan MGMP dan motivasi berprestasi guru dengan profesionalisme guru SMA Negeri di kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan pe-nelitian deskriptif korelasional. Adapun variabel-variabel penelitian sekaligus yang ingin dicari hubungannya adalah variabel bebas yang terdiri dari supervisi pengawas sekolah (X 1), intensitas kegiatan MGMP (X2), motivasi berprestasi guru (X3) dan variabel terikat berupa profesionalisme guru (Y). Populasi penelitian ini adalah guru-guru di seluruh SMA Negeri di kota Malang, yang berjumlah 556 orang yang tersebar di 10 SMA Negeri di kota Malang. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 112 orang yang ditentukan dengan meng-gunakan metode Proposional random sampling. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen angket model tertutup yang dikembangkan oleh peneliti dalam bentuk rating scale. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi ganda untuk uji hipotesis, dengan bantuan program analisis statistik SPSS 13,0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) supervisi pengawas sekolah di kota Malang termasuk dalam kategori rendah, (2) intensitas kegiatan MGMP ter-masuk dalam kategori sedang, (3) motivasi berprestasi guru termasuk dalam kate-gori tinggi dan (4) profesionalisme guru SMA Negeri di kota Malang masuk da-lam kategori tinggi. Sedangkan hasil analisis regresinya (korelasi) adalah: (1) ter-dapat hubungan yang signifikan antara supervisi pengawas sekolah dengan profe-sionalisme guru, (2) terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas kegiatan MGMP dengan profesionalisme guru, (3) terdapat hubungan yang signifikan an-tara motivasi berprestasi guru dengan profesionalisme guru serta (4) terdapat hu-bungan yang signifikan antara supervisi pengawas sekolah, intensitas kegiatan MGMP, dan motivasi berprestasi guru secara simultan terhadap proses profesio-nalisme guru. Dari hasil penelitian ini diharapkan agar: (1) para pengawas sekolah me-ningkatkan pelaksanaan supervisi akademiknya secara lebih baik dan sistimatis, (2) pelaksanaan kegiatan MGMP dapat ditingkatkan lebih baik lagi di masa yang akan datang agar pembinaan profesionalisme guru melalui MGMP dapat terlaksana de-ngan baik, (3) mengingat variabel motivasi berprestasi memberikan kontribusi yang tinggi terhadap profesionalisme guru SMA Negeri di Kota Malang, maka disarankan kepada supervisor maupun pihak yang berkepentingan (kepala sekolah dan Dinas pendidikan) untuk selalu memberikan motivasi berprestasi kepada guru-guru guna peningkatan profesionalisme mereka. Kata kunci: supervisi pengawas sekolah, intensitas kegiatan MGMP, motivasi berprestasi guru dan profesionalisme guru The Relation between Supervision of School Controller, The Intensity of MGMP Activities, and Teacher’s Achievement Motivation and Teachers Professionalism of High School Teachers in Malang Rachmat Suliadi Suliadi, Rachmat, 2009. The Relation between Supervision of School Controller, The Intensity of MGMP Activities, and Teacher’s Achievement Motivation and Teachers Professionalism of High School Teachers in Malang. Thesis, Education Management Program, Post Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Prof. Dr. Salladien, (II) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd. Abstract In order to be able to play a role in a global competition, as a nation, we need to develop and improve human resources quality. Talking about the impro-vement of human resources quality, education has an important role. Realizing the fact, the government along with private groups has been trying to realize it through several development efforts of more qualified education. However, the government efforts are still not enough to improve the education quality. One of the factors that cause low education quality is low teachers quality. The low education quality is not the result of curriculum but teachers’ lack of professional competence and students’ hesitance to learn. (Nasanius, 2007). This is not a good factor because teachers as educators or instructors are the factor that determines the education success at school. According to National Education Department (1994), ability to do teaching learning activity depends on teacher’s professional competence. We can say that professional teachers will be able to manage the teaching learning activity better and can improve process and students learning output quality. 30 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Several efforts have been done to improve teachers professionalism, for example through (1) teaching supervision by school controllers and head master, (2) using the profession organization such as MGMP, (3) teachers certification, (4) quality improvement and requirement of higher educational background for teacher, (5) Study Assignment. Besides, teachers’ professionalism can be improved by improving teachers’ achievement motivation. As what has been stated that one of characters of a person who has high motivation is a person who always works hard to gain success for self-satisfaction without thinking of compliment and reward. Based on the elaboration above, the writer considers that it is important to know deeper the relation between supervision done by school controllers, the intensity of MGMP activity, and teacher achievement motivation with the profesionalism of high school teachers in Malang. The statement of problems: (1) How is the description of supervision done by school controllers at state high schools in Malang?, (2) How is the description of the intensity of MGMP activity done by state high school teachers in Malang?, (3) How is the description of achievement motivation of state high school teachers in Malang?, (4) How is the description of teacher professionalism?, (5) Is there any relation between supervision done by school controllers and teacher professionalism? (6) Is there any relation between the intensity of MGMP activity and teacher professionalism? (7) Is there any relation between teacher achievement motivation and teacher professionalism?, (8) Is there any relation among controller supervision, the intensity of MGMP activities, and teacher achievement motivation simultaneously with the professsionalism of state high school teachers in Malang? Based on the statement of problems, therefore the objective of this research is to: (1) know the description of supervision done by school controllers, the intensity of MGMP activity, achievement motivation and teacher profession-nalism of state high school teachers in Malang; (2) and to know the relation among research variables: supervision done by school controllers and teacher professionalism, the intensity of MGMP activity and teacher professionalism, teacher achievement motivation and teacher professionalism and among controller supervision, the intensity of MGMP activities, and teacher achievement motiva-tion simultaneously with the professionalism of state high school teachers in Malang. This research use quantitative approach with corelational descriptive research plan. The research variables is free variables that consist of supervision done by school controllers (X 1), intensity of MGMP activity (X2), teacher achie-vement motivation (X3) and bound variable of teacher professionalism (Y). The population of this research covers Teachers of all state high school in Malang, with the number of teachers 556 spread in 10 state high schools in Malang. The sample used in this research is 112 people that were determined by Proportional Random Sampling method. The research data is gained using closed-model questionnaire instrument, which was developed by researcher in a form of rating scale. The data analysis technique used in this research was descriptive analysis and double regression analysis for hypothetic examination, with the aid of statistic analysis SPSS 13,0 program for windows. The result of the research shows that (1) supervision done by school controller is categorized in low quality, (2) The intensity of MGMP activity is medium, (3) teachers’ achievement motivation is high and (4) the professionalism of state high school teachers in Malang is high. Meanwhile the result of regression analysis are: (1) there is a significant relation between supervision done by school controllers and teacher professionalism, (2) There is a significant relation between the intensity of MGMP activity and teacher professionalism, (3) There is a significant relation between teacher achievement motivation and teacher profession-nalism, and (4) There is a significant relation among controller supervision, the intensity of MGMP activities, and teacher achievement motivation simultaneously to the professionalism process of state high school teachers. From the result of the research, it is hoped that: (1) the school controllers will improve the academic supervision better and more systematically, (2) MGMP activities can be improved in the future so that the reformation of teacher profess-sionalism through MGMP can be done well, (3) Knowing that achievement moti-vation variable gives high contribution to the professionalism of state high school teachers in Malang, it is recommended to supervisor and other members (head-masters and Education Department) to always give achievement motivation for teachers in order to improve their professionalism. Keywords: supervision of school controllers, the intensity of MGMP activities, teachers’ achievement motivation, and teacher professionalism. Program Studi S2 MPD 31 Kepemimpinan Kyai dalam Pendidikan Watak Santri. Studi Multisitus di Pondok PETA Tulungagung dan Pondok Pesantren Garuda Loncat Blitar Mujiyono Mujiyono. 2009. Kepemimpinan Kyai dalam Pendidikan Watak Santri. Studi Multisitus di Pondok PETA Tulungagung dan Pondok Pesantren Garuda Loncat Blitar. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd, (II) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd. Abstrak Pendidikan watak menjadi hal yang esensial dalam membangun manusia seutuhnya, yang membentuk peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pondok pesantren merupakan salah satu model pendidikan formal yang terbukti telah mampu hidup menyatu dengan masyarakat sekitarnya dan bahkan menjadi rujukan bagi masyarakat sekitarnya dalam bidang akhlak. Penelitian ini dilakukan pada Pondok Pesulukan Thoriqot Agung Tulungagung sebagai situs I dan Pondok Pesantren Garuda Loncat Blitar sebagai situs II, dengan tujuan: (1) ingin mendeskripsikan bagaimana pola kepemimpinan kyai dalam sistem pendidikan watak santri, (2) ingin mendeskripsikan bagaimana pandangan pengurus/ustad terhadap kepemimpinan kyai, (3) ingin mendes-kripsikan bagaimana pandangan santri terhadap kepemimpinan kyai, (4) ingin mendskripsikan bagaimana peran kyai dalam pendidikan di pesantren, dan (5) ingin mendskripsikan faktor apa yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pendidikan watak santri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan rancangan multisitus, dengan jenis komparasi konstan. Data penelitian yang berupa rangkaian kalimat-kalimat diperoleh dari tiga macam sumber, yakni diri peneliti, informan 11 orang dari Situs Pondok Pesulukan Thoriqot Agung dan 11 orang dari Situs Pondok Pesantren Garuda Loncat, serta dokumen-dokumen yang relevan. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi mendalam dan dari data-data dokumen yang terkait. Instrumen yang digunakan digunakan untuk mengumpulkan data berupa instrumen manusia yaitu diri peneliti dan pedoman pengumpulan data serta alat perekam sebagai pelengkap. Analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk menjaga kesahihan data penelitian dilakukan dengan perpanjangan peneliti di lapangan, triangulasi sumber dan triangulasi metode, serta dengan review informan. Kegiatan analisis data di mulai dari semenjak pengumpulan data di lapangan, berkelanjutan hingga analisis data setelah semua data terkumpul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pola kepemimpinan yang diterapkan baik di Pondok Pesulukan Thoriqot Agung Tulungagung dan pada Pondok Pesantren Garuda Loncat Blitar adalah pola kepemimpinan karismatik-kepatuhan dan pola kepemimpinan tunggal, dengan tipologi kyai spiritual. Pandangan pengurus/ustadz terhadap kepemimpinan kyai adalah kyai sebagai pemimpin tertinggi, kyai sebagai maha guru, kyai sebagai tokoh sentral dan kyai sebagai pemimpin spiritual. Pandangan santri terhadap kepemimpinan kyai pengasuh pondok Pesulukan Thoriqot Agung adalah kyai sebagai perantara (wasilah) keberhasilan hubungan santri dangan Tuhan, sebagai orang tua santri dan kyai sebagai pelindung santri. Peran kyai dalam pendidikan watak santri di Pondok Pesulukan Thoriqot Agung dan di Pondok Pesantren Garuda Loncat adalah kyai sebagai pengorganisasi dan kyai sebagai pengintegrasi sosial, penentu visi misi pesantren, sebagai motor ,sebagai supervisor, sebagai evaluator, sebagai konsultan, sebagai fasilitator dan kyai sebagai motivator. Sebagai faktor pendukung terhadap kelancaran pendidikan watak santri, yaitu nama besar pendiri pesantren, karisma kyai, adanya dukungan masyarakat dan adanya organisasi pondok. Sedangkan faktor penghambatnya adalah keberagaman santri dimana usia dan latar belakang santri yang bervariasi. . Saran dalam penelitian ini 1)untuk pengasuh Pondok Pesulukan Thoriqot Agung, hendaknya mengurangi jarak dan menambah keakraban dengan bawahan, serta lebih mendorong bawahan untuk berani mengemukakan ide-ide untuk kemajuan santri maupun pesantren, dan untuk pengasuh Pondok Pesantren Garuda Loncat supaya mulai merencanakan untuk memperluas bidang pendidikan kecakapan hidup, seperti teknik perbengkelan dan agar memperluas tujuan dalam pengajaran bela diri pencak silat sebagai salah satu teknik pengajaran di pesantren meningkatkan dari membentuk santri yang mampu mengendalikan diri dan memperoleh keselamatan, menuju prastasi dalam kejuaraan resmi, sehingga lebih meningkatkan daya tarik pada santri. 2) Bagi pengurus/ustadz Pondok Pesulukan Thoriqot Agung, hendaknya tidak takut dalam menyampaikan ide-ide untuk kemajuan pesantren, dengan tanpa mengurangi rasa mengagungkan dan menghormati kyai, dan bagi Pengurus/ustadz Pondok Pesantren Garuda Loncat, dengan kedekatan yang 32 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 sudah terjalin, hendaknya terus membantu kyai dalam meluruskan motivasi (niat) santri yang tidak atau belum sesuai, sehingga mempermudah santri dalam menuntut ilmu di pesantren. 3) Bagi santri Pondok Pesulukan Thoriqot Agung, hendaknya bisa menyaring informasi penting yang dibutuhkan dari adanya teknologi komunikasi (efek globalisasi), sehingga tidak menimbulkan kemunduran moral setelah mendapat pencerahan dari kyai, dan bagi santri Pondok Pesantren Garuda Loncat, walaupun motivasi awal kedatangan ke pesantren bukan karena keinginan untuk menuntut ilmu, hendaknya bisa meluruskan dan memotivasi diri ke arah yang sesuai tujuan pesantren. 4) Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut khususnya di pondok pesantren salaf, mengenai pengembangan kurikulum di pondok pesantren yang mengintegrasikan antara nilai-nilai keagamaan dengan ketrampilan yang dapat menunjang kemandirian yang dibutuhkan di masyarakat (life skill), sehingga tercipta semacam kurikulum ’kebutuhan dan kecakapan hidup’. Kata kunci: kepemimpinan, kyai, watak, pesantren. Moslem Cleric’s Leadership in Character Building of Islamic Students. (Multi-sites Study: Islamic Boarding School of PETA Tulungagung and Islamic Boarding School of Garuda Loncat Blitar) Mujiyono Mujiyono. 2009. Moslem Cleric’s Leadership in Character Building of Islamic Students. (Multi-sites Study: Islamic Boarding School of PETA Tulungagung and Islamic Boarding School of Garuda Loncat Blitar). Thesis, Study Program of Education Management, Graduate Program State University of Malang. Advisors (I) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd., (II) Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo,M.Pd. Abstract Character building is part of essential in comprehensive of human building. It is form national’s culture and prestige in national educated framework. Islamic school as a non-formal education institute has been able living harmony with surrounding society. Islamic school has been society’s reference of character building. The study has done on Islamic Boarding School of PETA in Tulungagung as first site and second site on Islamic Boarding School of Garuda Loncat in Blitar. It is aimed to describe: 1) How the pattern of cleric’s leadership in character building of Islamic students; 2) How the opinion of Islamic school’s board or Islamic teachers about cleric’s leadership in character building of Islamic students; 3) How opinion of Islamic students about cleric’s leadership in character building of Islamic students; 4) How role of Moslem cleric in character building of Islamic students; and 5) What supporting and resisting factor in character building process of Islamic students. The design used in this study is qualitative with multi-sites design. The data collections are gathered from three sources. They are the inquirer himself, informants consists of 11 informants from Islamic Boarding School of PETA and 11 informants from Islamic Boarding School of Garuda Loncat then relevant documents. Data have collected by depth interview, observation of participants, and documentation technique. Data analysis had done during data collection and after data collected, it used interactive data analysis whose consists of: data collection, data reduction, data display and conclusion. Researcher has used three types of data validity techniques: prolonged engagement, triangulation and review informant. The result of this study shows the pattern of cleric’s leadership at Islamic Boarding School of PETA and Islamic Boarding School of Garuda Loncat are obedience-charismatic, personal-leadership, and spiritual Moslem cleric type. The opinions of Islamic school’s board or Islamic teacher about cleric’s leadership in character building of Islamic students are Moslem cleric as top leader, as grand teacher, central figure and spiritual leader. The opinions of Islamic students about cleric’s leadership are Moslem cleric as mediator between Islamic student and God, Islamic student’s parents and Islamic student’s protector. The roles of Moslem cleric in character building of Islamic student are organize, socialintegrationist, decision maker of vision and mission, supervisor, evaluator, consultant, facilitator and motivator. Supporting factors in character building of Islamic students are Moslem cleric’s charisma, support of surrounding society and Islamic school organization. The resistance factor in character building of Islamic students is heterogeneous of Islamic student’s age and background (ethnic, education, occupation). The suggestions in this study are: (1) For PETA Islamic boarding school’s Moslem cleric, in order to reduce the gap and increasingly familiarity to students and staff. Please to motivate Islamic teacher for idea expression. For Garuda Loncat Islamic Boarding School’s Moslem cleric so that to advance life skill- Program Studi S2 MPD 33 training. (2) For Islamic teacher don’t be afraid to extend the ideas and keep on task by helping the cleric. (3) For Islamic students avoid and filtering the negative information that inappropriate and keep the spirit to Islamic boarding school’s goal achievement please. (4) For another researchers need to research about Moslem school’s integrated curriculum to religion value and life skill, so be created necessity and life skill curriculum. Keywords: Moslem cleric’s leadership, character, Islamic boarding school. Hubungan Kepemimpinan Visioner, Ketrampilan Kepala Sekolah dan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Profesional Guru pada SMA Negeri di Kabupaten Malang Sugeng Satrio Utomo Sugeng Satrio Utomo, 2009. Hubungan Kepemimpinan Visioner, Ketrampilan Kepala Sekolah dan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Profesional Guru pada SMA Negeri di Kabupaten Malang. Tesis, Program studi Manajemen Pendidikan, Progra Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Pembimbing (I) : Prof. Dr. Salladien (II) : Prof. Dr. Sonhadji KH. M.A, Ph.D. Abstrak Dalam strategi pembangunan nasional dewasa ini, salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam bidang pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya adalah guru. Oleh sebab itu pengaruh sikap dan komitmen yang ditunjukkan sebagai profesionalisme guru menentukan keberhasilannya dalam mengelola pembelajaran di kelas. Dalam hal ini, kinerja guru merupakan garda terdepan dalam peningkatan kualitas pendidikan, beberapa faktor yang diasumsikan berpengaruh terhadap kinerja guru antara lain: kepemimpinan visioner, ketrampilan manajerial kepala sekolah dan Iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja profesional guru. Berdasarkan permasalahan yang melandasi penelitian tersebut diatas, maka penelitian ini mencoba untuk melihat hubungan kepemimpinan visioner, ketrampilan manajerial kepala sekolah dan iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja profesional guru. Secara rinci dapat disebutkan permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) bagaimana deskripsi kinerja profesional guru pada SMA Negeri di Kabupaten Malang ; (2) bagaimana deskripsi kepemimpinan visioner kepala sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten malang ; (3) bagaimana deskripsi ketrampilan manjerial kepala sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Malang ; (4) bagaimana deskripsi iklim komunikasi organisasi pada SMA Negeri di Kabupaten Malang ; (5) apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan visioner kepala sekolah terhadap kinerja profesional guru pada SMA Negeri di Kabupaten Malang ; (6) apakah terdapat hubungan yang siginifikan antara ketrampilan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja profesional guru pada SMA Negeri di Kabupatan malang ; (7) apakah terdapat hubungan yang signifikan antara iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja profesioanl guru pada SMA Negeri di Kabupaten malang ; (8) apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan visioner dan ketrampilan manajerial kepala sekolah dan iklim komunikasi organisasi secara simultan terhadap kinerja profesional guru pada SMA Negeri di Kabupaten Malang. Hipotesis penelitian adalah : (1) ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan visioner kepala sekolah dengan kinerja profesional guru pada SMA Negeri di Kabupaten Malang ; (2) ada hubungan yang signifikan antara ketrampilan manajerial kepala sekolah dengan kinerja profesional guru pada SMA Negeri di Kabupaten Malang ; (3) ada hubungan yang signifikan antara ketrampilan manajerial kepala sekolah dengan kinerja profesional guru pada SMA Negeri di kabupaten Malang ; (4) ada hubungan yang signifikan antara iklim komunikasi organisasi dengan kinerja profesional guru pada SMA Negeri di Kabupaten Malang ; (5) ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan visioner dan ketrampilan manajerial kepala sekolah dan iklim komunikasi organisasi secara simultan dengan kinerja profesional guru pada SMA Negeri di Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan korelasional dan deskriptif serta dilaksanakan di SMA Negeri di Kabupaten Malang. Ada 13 sekolah dengan 557 orang guru yang dijadikan populasi penelitian. Sampel penelitian diambil dengan teknik propotional random sampling sehingga diperoleh sample untuk penelitian ini sejumlah 113 orang guru. Penelitian ini menggunakan angket sebagai instrumen dalam pengumpulan data. Analisis hasil penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment dan regresi ganda. 34 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Hasil penelitian ini ditemukan bahwa : (1) kinerja profesional guru termasuk kategori sangat tinggi (2) kepemimpinan visioner kepala sekolah termasuk kategori tinggi sekali (3) ketrampilan manajerial kepala sekolah termasuk sangat tinggi (4) iklim komunikasi organisasi termasuk kategori tinggi sekali. Sedangkan berdasarkan Output SPSS, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) terdapat hubungan yang siginifikan antara kepemimpinan visiner terhadap kinerja profesional guru sebesar 0.000 (2) terdapat hubungan yang signifikan antara ketrampilan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja profesional guru sebesar 0.000 (3) terdapat hubungan yang signifikan antara iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja profesional guru sebesar 0,009. (4) terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan visioner, ketrampilan manajerial kepala sekolah dan iklim komunikasi organisasi secara simultan terhadap kinerja profesional guru sebesar 0.000. Sedangkan sumbangan relatif terhadap kinerja profesional guru (1) kepemimpinan visioner kepala sekolah sebesar 36.6 % (2) ketrampilan manajerial kepala sekolah sebesar 39.6 % (3) iklim komunikasi organisasi sebesar 18.5 %. Disamping itu terdapat sumbangan efektif terhadap kinerja profesional guru (1) kepemimpinan visioner kepala sekolah sebesar 19% (2) ketrampilan manajerial kepala sekolah sebesar 21 % (3) iklim komunikasi organisasi sebesar 10 %. Berdasarkan penelitian tersebut, disarankan agar kepala sekolah tetap menjaga dengan baik tentang kepemimpinan visioner, manajerial kepala sekolah dan iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja profesional guru karena penelitian penelitian mengenai keempat variabel tersebut telah berdampak positive terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Agar kepemimpinan visioner tetap berjalan dan berkembang dengan baik, kepala sekolah harus inovative dan bisa memprediksi masa depan sedangkan manajerial kepala sekolah dapat dikembangkan melalui workshop, studi banding, pelatihan–pelatihan dan lain–lain. Untuk meningkatkan iklim komunikasi organisasi di sekolah, kepala sekolah harus selalu terbuka dan mengerti akan keperluan warga sekolah, begitu pula dengan kinerja profesional guru yang sudah baik ini harus dipertahankan dan dikembangkan baik melalui MGMP, workshop, beasiswa untuk melanjutkan studinya atau aktivitas lain yang mendukung. Kata kunci: kinerja profesional guru, kepemimpinan visioner, ketrampilan manajerial kepala sekolah, iklim komunikasi organisasi. Correlation of Visionary Leadership, Headmasters’ Managerial Skills, and Communication Atmosphere in Organization to Professional Performance of Teachers’ at Public Senior High Schools in Malang Regency Sugeng Satrio Utomo Sugeng Satrio Utomo. 2009. Correlation of Visionary Leadership, Headmasters’ Managerial Skills, and Communication Atmosphere in Organization to Professional Performance of Teachers’ at Public Senior High Schools in Malang Regency. Thesis, Study Program of Education Management, Postgraduate Program State University of Malang. Advisor: (I) Prof. DR. Salladien, (II) Prof. Sonhadji, KH., M.A., Ph. D. Abstract In this current national development strategy, education world aims at improving human resources quality through the use of education. Many efforts the government has taken to improve education quality, one of them is teacher. Therefore, attitudes and commitments which is shown as teachers’ professionalism influences the success in managing class’s learning activities. In this case, teachers’ performance positions itself on the front line of education quality improvement. However, there are factors that influence teachers’ performance: visionary leadership, headmaster’ managerial skills and communication atmosphere in the organization. Based on the mentioned problems, this research tried to observe a correlation of visionary leadership, headmaster’s managerial skills, and communication atmosphere in organization with teachers’ professional performance. More specifically, the research problems are as follows: (1) hos is the description of teachers’ professional performance at public senior high schools in Malang Regency?; (2) how is the description of visionary leadership of headmasters at public senior high schools in Malang Regency?; (3) how is the description of managerial leadership of headmasters at public senior high schools in Malang Regency?; (4) how is the description of communication atmosphere of organization at public senior high schools in Malang Regency?; (5) is there any significant correlation between the headmasters’ visionary leadership and teachers’ professional performance at public senior high schools in Malang Regency?; (6) is Program Studi S2 MPD 35 there any significant correlation between the headmasters’ managerial skills and teachers’ professional performance at public senior high schools in Malang Regency?; (7) is there any significant correlation between the communication atmosphere in the organizations and teachers’ professional performance at public senior high schools in Malang Regency?; (8) do visionary leadership, headmasters’ managerial skills and communication atmosphere correlate to the teachers’ professional performance at public senior high schools in Malang Regency? This study focused on these following hypotheses: (1) there is a significant correlation between visionary leadership of the headmasters and professional performance of the teachers at public senior high schools in Malang Regency, (2) there is a significant correlation between headmasters’ managerial skills and professional performance of the teachers at public senior high schools in Malang Regency, (3) there is a significant correlation between communication atmosphere and professional performance of the teachers at public senior high schools in Malang Regency, and (4) visionary leadership, headmasters’ managerial skills and communication atmosphere correlate to the teachers’ professional performance at public senior high schools in Malang Regency. This study, which was conducted at public senior high schools in Malang Regency, applied qualitative approach and correlational descriptive design. The population was 13 schools by total teachers of 557 people. Questionnaire served as the research instrument. The sample was taken through proportional random sampling, from which 113 teachers were obtained to be the research samples. The collected data was analyzed by employing product moment correlation technique and double regression. The result showed that: (1) the teachers’ professional performance was categorized very high; (2) the headmasters’ visionary leadership was very high; (3) the headmasters’ managerial skills were very high; and, (4) communication atmosphere in the organizations was very high. In addition, based on the output of SPSS .15, the result indicated that: (1) there was a significant correlation between visionary leadership and teachers’ professional performance (0.000); (2) there was a significant correlation between the headmasters’ managerial skills and teachers’ professional performance (0.000); (3) there was a significant correlation between communication atmosphere in the organization and teachers’ professional performance (0.009); and (4) the three previous aspects correlated significantly to teachers’ professional performance (0.521). Besides, following are relative contributions to teachers’ professional performance: (1) the headmasters’ visionary leadership (36.6%), (2) the headmasters’ managerial skills (39.6%), and (3) communication atmosphere in the organizations (18.5%); while the effective contributions are as follows: (1) headmasters’ visionary leadership (19.1%), (2) the headmasters’ managerial skills (21.6%), and (3) communication atmosphere in the organizations (10%). Based on the afore-mentioned results, the headmasters were suggested to keep visionary leadership, managerial skills and communication atmosphere to teachers’ professional performance since the study brought positive impact to the performance. To develop visionary leadership, headmasters should be innovative and able to foresee what steps the schools should take; while developing managerial skills may be done through workshops or trainings. To improve the communication atmosphere, headmasters should be more open to what the schools need. Moreover, the teachers’ high professional performance should be maintained and encouraged through MGMP, workshops, scholarships or other supporting activities. Keywords: headmasters, teachers’ professional performance, visionary leadership, headmasters’ managerial skills, communication atmosphere in organization. 36 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Hubungan Pelaksanaan Supervisi Pengajaran, Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Kompensasi Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri di Kota Ambon Agustinus Lekipiouw Lekipiouw, Agustinus. 2009. Hubungan Pelaksanaan Supervisi Pengajaran, Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Kompensasi Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri di Kota Ambon. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing : (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd, (II) Prof. Dr. Salladien. Abstrak Kajian mengenai kualitas pendidikan di Indonesia saat ini tetap menjadi wacana yang menarik perhatian dari berbagai kalangan, tidak hanya pada kalangan pendidik dan profesional lainnya, tetapi juga bagi masyarakat yang menginginkan munculnya perubahan dalam hal usaha meningkatkan kualitas pendidikan. Fakta saat ini menunjukkan bahwa kualitas output pendidikan kita masih rendah. Mayoritas dari lulusan kita temyata justru malah menambah jumlah pengangguran.sehingga menimbulkan kesan bahwa pendidikan tidak mengatasi masalah, tetapi justru menambah masalah. Konsep ini didukung dengan adanya fakta' hasil Survey dari Human Development Inde,yang menyatakan bahwa,, dari 106 negara yang disurvey, kualitas pendidikan Indonesia berada pada nomor 102 satu tingkat dibawah Vietnam. Mengamati kondisi di atas, pendidikan kita mengemban tugas yang cukup berat dalam mengatasi masalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia hanya dapat ditingkatkan melalui pendidikan, dan hanya pendidikan yang dikelola dengan profesionallah yang akan dapat menghasilkan output yang berkualitas. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dalam beberapa aspek, seperti: kebijakan, manajemen, sarana prasarana, dan sumber daya pengelola pendidikan. Guru sebagai sumber daya kunci pelaksanaan pendidikan memegang peranan penting dan menentukan. Sukses tidaknya pelaksanaan pendidikan ditingkat lembaga terutama tergantung pada guru. Oleh karenanya kinerja guru harus mendapat perhatian serius dan selalu ditingkatkan. Penelitian ini dirancang dengan rancangan penelitian diskriptif korelasional. Dilaksanakan di SMP Negeri di Kota Ambon sejumlah 22 lembaga dengan populasi 950 orang dan jumlah sampel 274 orang. Sampel diambil dengan random proporsional. Penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket sebagai instrumen dalam pengumpulan data penelitian. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan supervisi pengajaran dengan kinerja guru SMP Negeri di Kota Ambon, (2) terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di Kota Ambon (3) terdapat hubungan yang signifikan antara kompensasi kerja dengan kinerja guru SMP Negeri di Kota Ambon. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, beberapa saran yang diperkirakan dapat meningkatkan kinerja guru adalah sebagai berikut; (1) Kepala sekolah; hendaknya terus meningkatkan kualitas dan intensitas pelaksanaan supervisi pengajaran. Sebagaimana telah dikemukakan dari hasil empiris penelitian tersebut diatas, peranan supervisi pengajaran temyata begitu penting untuk meningkatkan kinerja guru. Selanjutnya meningkatkan keterampilan manajerial yang memadai meliputi; keterampilan konseptual, keterampilan hubungan manusia, keterampilan teknik; pada sisi lain pemberian kompensasi yang adil dan merata, (2) Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon; agar selalu berupaya untuk meningkatkan pelaksanaan supervisi pengajaran kepada sekolah meningkatkan kinerja guru, misalnya memberikan berbagai pembinaan, pelatihan, dan penataran kepada pengawas pendidikan, kepala sekolah maupun guru-guru, (3) Para supervisor pendidikan; perlu memperhatikan tingkat kinerja guru di sekolah-sekolah binaannya dalam rangkah pengembangan dan membantu meningkatkan faktor-faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja guru, (4) Bagi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan; diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi kontribusi pada pelaksanaan diklat untuk mempersiapkan perangkat peningkatan mutu guru di daerah, (5) Guru; kiranya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk lebih memperbaiki diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diembankan sehingga terjadi peningkatan profesionalisme diri sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (6) Bagi pengembang teori; diharapkan agar dapat mengkaji lebih mendalam teori-teori yang berkaitan dengan temuan penelitian ini, (7) Peneliti lain; diharapkan untuk mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan variabel lain yang lebih luas yang mungkin saja mempengaruhi kinerja guru. Kata kunci: supervisi pengajaran, keterampilan manajerial, kompensasi kerja, dan kinerja guru. Program Studi S2 MPD 37 The Correlation Of Supervising Implementation, Managerial Skill, Works Compensation With Teachers ‘Work Performance At State Junior High Schools In Ambon City Agustinus Lekipiouw Lekipiouw, Agustinus. 2009. The correlation of supervising implementation, managerial skill, works compensation with teachers ‘work performance at state junior high schools in Ambon city. Thesis Management Study Program, Postgraduate Program, University of Malang. Advisors: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd., (2) Prof.Dr. Salladien Abstract In recent days, study of education quality in Indonesia still has interesting topic from variety field, not only in education and professional field, but also in society which is needed changing in the effort of improving education quality. Facts show that the output of education quality in our country still low. The majority of output resulted many of jobless people. Therefore, the situation raises the view that education did not solve problem but raise complex problems. The concept is supported by the fact from the survey of human development index, which stated that from 106 countries, Indonesia placed in the number of 102 in which one degree under Vietnam for the quality of education. Considering the above condition, the education should have a high duty to overcome the problems in increasing human quality. The human quality can increase through education, and only by professional management education can product the quality output. Increasing the quality of education can be done in several aspects such as by wise way, management, education equipments, and resourceful people for management. Teacher is the key and has an important role in deciding the successful of education in an institution. That is why teachers ‘work performance should have serious attention and should be improved. The descriptive correlation design is used in this study. The study conducted at State SMP in Ambon city which about 22 schools with the population is about 950 people and the sample of the study is about 274 teachers. Random proportional is applied in this study. Questionnaire is distributed to collect the data. The study is aimed to find out : (1) the significant correlation between implementation of supervising teaching with teachers’ work performance at state SMP in Ambon city, (2) the significant correlation between managerial skill of the headmasters with teachers’ work performance at State SMP in Ambon city, (3), the significant correlation between work compensation with teachers’ work performance at State SMP in Ambon city, (4) The significant correlation between implementation of supervising teaching, managerial skill of the headmaster and work compensation with teachers’ work performance at State SMP in Ambon city. The result of analysis data show that (1) there is the significant correlation between implementation of supervising teaching with the teacher’ work performance at State SMP in Ambon city, (2) there is the significant correlation between managerial skill of the headmasters with teachers’ work performance at State SMP in Ambon city, (3) there is the significant correlation between work compensation with teachers’ work performance in State SMP in Ambon city, (4) there is the significant correlation between implementation of supervising teaching, managerial skill of the headmaster and work compensation with teachers’ work performance at State SMP in Ambon city. From the findings above, some suggestions are also provided for further research as following; (1) For the headmasters, they should increase the quality and intensity of implementation supervising teaching. (2) For The head of Diknas Ambon city, he should increase supervising teaching of the headmasters, increasing teachers’ work performance by the variety of advising activities, training, and workshop for supervisor, headmasters and teachers. (3) For supervisors; they need to have more pay attention teachers’ work performance in schools in the frame of improving and helping to increase the factors that has significant relation with teachers’ work performance. (4) For the institution of education quality; it is hoped that the result of this research can be a valuable contribution in implementing training to prepare design of improving teachers’ quality in districts. (5) For teachers, the result of this research can be used as valuable reference in improving work’ performance so that can increase job’ professionalism as an effort in increase the human quality. (6) For the developer theory; it is expected to study more deeply the theories which are related with the findings of this study. (7) For other researcher, it is expected to develop the study by adding others variables that can influence teachers’ work performance. Keywords: supervising teaching, managerial skill, work compensation, teacher ‘work performance 38 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Hubungan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah dan Komitmen Guru dengan Semangat Kerja Guru SD Swasta di Kota Ambon Pietersina Holle Holle, Pietersina. 2009. Hubungan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah dan Komitmen Guru dengan Semangat Kerja Guru SD Swasta di Kota Ambon. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Salladien, (II) Dr. Kusmintardjo, M.Pd Abstrak Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas peradaban suatu bangsa. Tujuan pelaksanaan pendidikan adalah menyiapkan sumberdaya manusia yang memiliki kecakapan dan kemampuan keilmuan yang tinggi. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pendidikan Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan pada semua jenjang pendidikan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain kurikulum, guru, sarana-prasarana penunjang, parstisipasi masyarakat, dll. Untuk mengatasi persoalan tersebut, perlu dilakukan kajian secara akademik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pendidkan. Salah satu faktor yang telah disebutkan mempengaruhi kualtias pendidkan adalah guru. Peran guru dalam pendidikan adalah mengelola pembelajaran yang merupakan key person dalam pendidikan. Pembelajaran yang berkualitas sangat bergantung pada faktor profesionalitas guru. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kecakapan akademik sesuai bidang studi yang diajarkan maupun kecakapan pribadi serta memiliki komitmen dan semangat kerja yang tinggi. Penelitian ini bermaksud mengungkap hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruh semangat kerja guru antara lain, perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan komitmen guru. Atas dasar tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah gambaran mengenai perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada SD Swasta di kota Ambon, (2) bagaimana gambaran mengenai iklim sekolah yang berlangsung pada SD swasta di kota Ambon, (3) bagaimana gambaran mengenai komitmen guru SD swasta di kota Ambon, (4) bagaimana gambaran mengenai semangat kerja guru SD swasta di kota Ambon, (5) apakah terdapat hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan semangat kerja guru SD swasta di kota Ambon, (6) apakah terdapat hubungan antara iklim sekolah dengan semangat kerja guru SD swasta di kota Ambon, (7) apakah terdapat hubungan antara komitmen guru dengan semangat kerja guru SD swasta di kota Ambon, (8) seberapa besar hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan komitmen guru dengan semangat kerja guru SD swasta di kota Ambon Untuk menjawab rumusan masalah di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan penelitian diskriptif korelasional yang bermaksud mengungkap hubungan antara variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan komitmen guru dengan semangat kerja guru SD Swasta di Kota. Penelitian ini dilakukan di 36 SD Swasta di kota Ambon dengan populasi 205 orang dan jumlah sampel sebanyak 127 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Proposional Random Sampling, sedangkan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat perilaku kepemimpinan kepala sekolah SD swasta di kota Ambon termasuk kategori sangat tinggi, (2) tingkat iklim sekolah SD swasta di kota Ambon termasuk kategori tinggi, (3) tingkat komitmen guru SD swasta di kota Ambon termasuk kategori sangat tinggi, (4) tingkat semangat kerja guru SD swasta di kota Ambon termasuk kategori tinggi, (5) terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan semangat kerja guru SD swasta di kota Ambon. Hal ini terlihat dari koefisien korelasi sebesar 0,213 dengan nilai t hitung sebesar 2,523 dan signifikansi t = 0,013 < α 0,05, (6) ada hubungan yang signifikan antara variabel iklim sekolah dengan semangat kerja guru. Koefisien korelasi yang dihasilkan adalah 0,316 dengan t hitung = 2,911 dan signifkansi t = 0,004 < α 0,05, (7) variabel komitmen guru berhubungan signifikan dengan semangat kerja guru dengan koefisien korelasi 0,615 dan thitung = 5,798 dengan signifikansi t = 0,000 < α 0,05, dan (8) secara bersama-sama terdapat hubungan yang signifikan antara variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan komitmen guru dengan semangat kerja guru. Hal ini terlihat dari nilai F hitung sebesar 41,240 dan signifikansi F = 0,00 < α 0,05. Hasil perhitungan juga memperlihatkan sumbangan efektif variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap semangat kerja guru sebesar 9,95%, variabel iklim sekolah memberikan kontribusi 17,5% dan variabel komitmen guru memberikan kontribusi sebesar 30,03%. Secara bersama-sama variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan komitmen guru memberikan kontribusi kepada variabel semangat kerja guru sebesar 50,1%, sedangkan sisanya 49,9% ditentukan oleh variabel lain yang tidak ikut diteliti. Program Studi S2 MPD 39 Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran-saran sbb: (1) Kepala sekolah dalam mengelola lembaga pendidikan (sekolah) perlu memperhatikan peningkatan iklim sekolah yang kondusif dengan menciptakan kerjasama yang baik dalam sistim organisasi sekolah sehingga memungkinkan guru bekerja lebih bersemangat, (2) para guru supaya terus meningkatkan komitmen dan semangat kerja yang tinggi. Semangat kerja yang dimiliki guru supaya dapat diarahkan guna menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, (3) Para pembuat kebijakan kiranya dapat mengevaluasi dan mengadakan pembinaan terhadap guru-guru supaya memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan sdengan semangat kerja guru, (4) Bagi pengelola yayasan agar dapat lebih bijaksana guna memberikan persetujuan pengangkatan kepala sekolah, (5) bagi peneliti dan pengembang ilmu manajemen pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukkan dalam mengadakan pengkajian dan penelitian lebih lanjut khusus yang berkaitan dengan peningkatan semangat kerja guru. Kata kunci: perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, komitmen guru, semangat kerja guru The Interrelationships among the Headmaster’s Leadership Behavior, the School Climate, and the Teacher’s Commitment towards the Teacher’s Morale of the Private Teachers at the Elementary Schools in Kota Ambon Pietersina Holle Holle, Pietersina. 2009. The Interrelationships among the Headmaster’s Leadership Behavior, the School Climate, and the Teacher’s Commitment towards the Teacher’s Morale of the Private Teachers at the Elementary Schools in Kota Ambon. Thesis, the Study Program in Management of Education, Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Prof. Dr. Salladien, (II) Dr. Kusmintardjo, M. Pd. Abstract Education plays a very important role in determining the quality of the civilization of a country. It aims at preparing the human resources with high expectance in the scientific capability. However, one of the problems in the management of education in Indonesia is that the quality of education in almost all levels is still low. This is caused by some factors including the curriculum, teachers, supporting facilities, the involvement of the society, and many others. In order to solve the problem, there is a need to examine those factors from the academic point of view. One of the factors as mentioned previously is the teachers. In the whole educational system, the teacher plays a paramount role to manage the instructional process because he is considered the key person in education. The quality of the instruction depends on one of the factors namely the professionalism of the teacher. A professional teacher is a teacher who possesses academic capability in his subject of expertise as well as individual capability and also high commitment and morale. The research was conducted to reveal the interrelationships among some factors that can influence the teachers’ morale including the headmaster’s leadership behavior, the school climate, and the teachers’ commitment. On the basis of the objective, the following problems are formulated in the research: (1) how is the headmaster’s leadership behavior at the private schools in Kota Ambon? (2) how is the school climate at the private schools in Kota Ambon? (3) how is the teachers’ commitment at the private schools in Kota Ambon? (4) how is the teachers’ morale at the private schools in Kota Ambon? (5) Is there a significant relationship between the headmaster’s leadership behavior and the teachers’ morale at the private schools in Kota Ambon? (6) Is there a significant relationship between the school climate and the teachers’ morale at the private schools in Kota Ambon? (7) Is there a significant relationship between the teachers’ commitment and the teachers’ morale at the private schools in Kota Ambon? (8) to what extent is the interrelationship among the headmaster’s leadership behavior, the school climate, and the teachers’ commitment towards the teachers’ morale of the private teachers at the elementary schools in Kota Ambon? Regarding these questions, the research was conducted by using descriptive correlative design for the purpose of revealing the interrelationship among the headmaster’s leadership behavior, the school climate, and the teachers’ commitment towards the teachers’ morale of the private teachers at the elementary schools in Kota Ambon. The research was conducted at 36 private schools in Kota Ambon with the population of 205 people and the sample of 127 people. The proportional random sampling was used as a technique to select the samples, and the questionnaire is used as the instrument to gather the data. The results show that: (1) the level of the headmaster’s leadership behavior at the private schools in Kota Ambon is categorized as very high, (2) the level of the school climate at the private schools in Kota 40 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Ambon is categorized as high (3) the level of the teachers’ commitment at the private schools in Kota Ambon is categorized as very high, (4) the level of the teachers’ morale at the private schools in Kota Ambon is categorized as high, (5) there is a significant relationship between the headmaster’s leadership behavior and the teachers’ morale at the private schools in Kota Ambon. It is proven by the coefficient correlation of 0,213 with the tpoint at 2.523 and the significance of t = 0.013 < 0.05, (6) there is a significant relationship between the school climate and the teachers’ morale at the private schools in Kota Ambon. It is proven by the coefficient correlation of 0,316 with the t point at 2.911 and the significance of t = 0.004 < 0.05, (7) there is a significant relationship between the teachers’ commitment and the teachers’ morale at the private schools in Kota Ambon. It is proven by the coefficient correlation of 0,615 with the t point at 5.798 and the significance of t = 0.000 < 0.05, and (8) there is a significant interrelationship among the headmaster’s leadership behavior, the school climate, and the teachers’ commitment towards the teachers’ morale at the private schools in Kota Ambon. It is proven by the Fpoint at 41.240 and the significance of F = 0.00 < 0.05. The result of the calculation also shows that the effective contribution of the variable the headmaster’s leadership behavior towards the teachers’ morale reaches 9.95%, while the variable the school climate contributed 17.5% and the variable the teachers’ commitment contributed 30.03%. All the dependent variables including the headmaster’s leadership behavior, the school climate, and the teachers’ commitment give contribution towards the independent variable the teachers’ morale at the point 50.1%, while the rest 49.9% was determined by other variables which were not investigated. Based on the results of the research, the following suggestions are delivered: (1) in managing the schools, the headmasters should increase the school climate to be conducive enough by building a good cooperation in the organization of the school system in order that the teachers can work well, (2) the teachers should increase their commitment and morale. By having these, they can create the instructional process which is interesting and enjoyable to the students, (3) the decision makers should make evaluations and improve the character building of the teachers by considering the factors having a significant relationship with the teachers’ morale, (4) the foundation managers should consider many factors when giving their approval in appointing the headmasters, and (5) the future researchers and the developers in the management of educational science should make a further investigation related to how to increase the teachers’ morale. Keywords: headmaster’s leadership behavior, school climate, teachers’ commitment, teachers’ morale Strategi kepala sekolah memberdayakan peran serta masyarakat dalam rapat paripurna orang tua.(Studi kasus pada SMA Katolik Suria Atambua, Kabupaten Belu) Stefanus Mali Mali, Stefanus. 2007. Strategi kepala sekolah memberdayakan peran serta masyarakat dalam rapat paripurna orang tua.(Studi kasus pada SMA Katolik Suria Atambua, Kabupaten Belu). Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Malang, Pembimbing: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd Abstrak Masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi sekolah. Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 19 ditegaskan bahwa masyarakat berkewajiban memberikan sumber daya penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya pada PP No 19 tahun 2005 menyebutkan pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas. Fokus penelitian ini adalah (1) latar belakang kepala sekolah melaksanakan rapat paripurna orang tua dan strategi yang digunakan sehingga rapat paripurna dapat terlaksana (2) program yang ditawarkan dalam rapat paripurna oleh Kepala sekolah dan orang tua, (3) prestasi yang diraih Sekolah berdasarkan program- program yang ditetapkan dalam rapat paripurna orang tua di SMA Katolik Suria Atambua Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan rancangan jenis studi kasus tunggal. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: (1) wawancara mendalam, (2) observasi partisipatif, (3) studi dokumentasi. Pemilihan informan penelitian dengan menggunakan teknik purpasif dan dipadukan dengan snowball sampling. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, Guru, siswa, ketua WK2S, Alumni, orang tua murid, dan Bupati Belu. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan melakukan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Selanjutnya untuk mengecek keabsahan data dengan menggunakan uji kridibilitas, dipendabilitas, dan konfirmabilitas. Program Studi S2 MPD 41 Setelah melakukan penelitian di SMA Katolik Suria Atambua peneliti menemukan beberapa hal antara lain: (1) Peran serta masyarakat memberdayakan semua elemen yang tergabung dalam Wadah Kerja Sama Keluarga Suria (WK2S), pembentukan ikatan alumni. (2) pelaksanaan manajemen sekolah melibatkan orang tua, pemerintah dan simpatisan pendidikan lewat rapat tahunan orang tua yang disebut rapat paripurna orang tua. Dalam rapat ini ada banyak program yang tawarkan oleh sekolah maupun orang tua, baik program yang berhubungan dengan akademik maupun non akademik, dan kesejahteraan guru-pegawai. (3) keterkaitan manajemen dengan peran serta masyarakat telah menumbuhkan rasa kepercayaan dan rasa memilki SMA Katolik Suria Atambua, sehingga adanya berbagai bantuan yang mengalir dari warga dalam membantu kegiatan operasional sekolah. Seperti; lapangan bola kaki, lapangan badminton, lapangan volli, lapangan tenis meja dan rehap serta pengecetan gedung. Sesuai dengan temuan data-data di lapangan dan pembahasan berdasarkan fokus penelitian yang ada maka kesimpulan yang dapat dipetik adalah sebagai berikut: (1) Kegiatan rapat paripurna orang tua telah melahirkan dan menumbuhkan peran serta masyarakat ikut memberikan dukungan terhadap pengembangan prestasi sekolah baik dalam bidang akademik maupun non akademik di SMA Katolik Suria Atambua. (2) Pelaksanaan Manajemen di SMA Katolik Suria Atambua sangat transparan hal ini ditandai dengan melibatkan orang tua murid, Alumni, simpatisan pendidikan dan pemerintah dalam pengawasannya.(3) Pengelolaan sekolah yang melibatkan masyarakat dari berbagai elemen dalam rapat paripurna orang tua telah mampuh mencapai prestasi sekolah yang optimal di SMA Katolik Suria Atambua. Untuk itu peneliti perlu memberikan saran-saran berdasarkan temuan selama penelitian: (1) Kepala SMA Katolik Suria Atambua hendaknya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk meningkatkan hubungan yang harmonis dengan semua anggota dan pengurus WK2S, Alumni dan sipatisan Pendidikan , pihak pemerintah daerah (2) Kepala sekolah lain dapat menjadikan penelitian ini sebagai bandingan untuk meningkatkan peran serta masyarakat di sekolahnya masing-masing, (3) Masyarakat yang tergabung dalam Wadah Kerja Sama Keluarga Suria (WK2S) dapat menjadikan hasil penelitian ini untuk mengetahui peran dan tanggung jawabnya dalam bidang pendidikan, (4) Dinas Pendidikan Kabupaten Belu dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mningkatkan pembinaan kepala sekolah lain tentang pentingnya pemberdayaan peran serta masyarakat dalam pendidikan, (5) Peneliti lain dapat melaksanakan penelitian tentang peran serta masyarakat dalam pendidikan yang berkaitan dengan masalah lain. Kata kunci: strategi kepala sekolah, memberdayakan peran serta masyarakat, rapat paripurna. The Principal’s Strategy in Empowering the Participation of the Society through the Parents’ Plenary Meeting (A Case Study at SMA Katolik Suria Atambua, Kabupaten Belu) Stefanus Mali Mali, Stefanus. 2009. The Principal’s Strategy in Empowering the Participation of the Society through the Parents’ Plenary Meeting (A Case Study at SMA Katolik Suria Atambua, Kabupaten Belu). Thesis, the Study Program in Management of Education, Graduate Program of State University of Malang. Advisors: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd., (II) Dr. H. Imron Arifin, M. Pd. Abstract The society plays a very important role in the achievement of a school. In UU No.20 2003 chapter 19, it is explicitly stated that the society is obliged to provide the resources for the implementation of education. In the same way, in PP No.19 2005, it is clarified that in managing an educational unit at the elementary and secondary levels, the school-based management is applied in order to achieve autonomy, participation, openness, and accountability. The focuses of this study were on (1) the principal’s reasons and background of conducting the plenary meeting and his strategy to be successful in completing it, (2) the programs that the schools and the parents offer in the plenary meeting, and (3) the achievement of the school under the leadership of the principal Father Drs. Benyamin Seran, Pr., MA. The study employed a qualitative approach with a case study design. There were three techniques of obtaining data: (1) interview, (2) participant observation, and (3) document study. In selecting the respondents, the researcher used purposive technique with snowball sampling. The respondents in the study were the principal, the teachers, the students, the head of WK2S, the graduates, the parents, and the regent of Belu. The data were analyzed by conducting data reduction, data display, and conclusion. In order to measure the validity, the researcher used credibility, dependability, and confirmability tests. 42 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 The results of the research showed that: (1) the society was able to empower all the elements in the WK2S, including forming the association of the graduates, (2) the management of the school involves the participation of the parents, the government, and the sympathizers in education through the annual meeting called the plenary meeting of all the parents. In this meeting, many programs were offered by the school and the parents, either programs related to academic, non-academic, or the prosperity of the teachers and other officers, and (3) the interrelatedness of the school management and the society increase the feeling of trust from the society so that the society is willing to provide aids towards the school operational activities, such as football field, badminton court, volleyball court, tennis court, the repair of the buildings, and many others. Based on the results of the research, some points can be concluded as the following: (1) the society participated in supporting the achievement of SMA Katolik Suria Atambua either in academic and nonacademic ways, (2) the management system in SMA Katolik Suria Atambua was very transparent. This was proven by involving the parents, the graduates, the sympathizers in education, and the government in controlling the management, (3) the management of the school by involving the society in the plenary meeting was proven to increase the optimum school achievement at SMA Katolik Suria Atambua. Considering the results of the study, the researcher presents some suggestions as the following: (1) the principal of SMA Katolik Suria Atambua should use the results of the study to increase the good relationship with the whole members of WK2S, the graduates, the sympathizers of education, and the local government, (2) other principals should use the results of the study as a comparison in order to empower the participation of the society in the school management, (3) the society especially the members of WK2S should use the results of this study to know their roles and responsibilities in education, (4) the education department in Belu regency should use the results of this study in order to establish the instruction to the principals on the importance of empowering the society in education, and (5) the future researchers should do other studies on the role of the society in education from different view points. Keywords: principal’s strategy, empowering the participation of the society, achievement of the school. Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah, Insntif Guru, dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Profesionalisme Guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban Mujiono Mujiono. 2009. Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah, Insntif Guru, dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Profesionalisme Guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. H.Ahmad Sonhadji K.H, M.A, Ph.D., (II) Prof. Dr. Salladien. Abstrak Profesionalisme guru dewasa ini sangat diperlukan. Guru menjadi salah satu penentu pentingnya keberhasilan pendidikan. Sebagai pemimpin pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk bersikap professional. Salah satu pihak yang bertanggung jawab untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah. Kepala sekolah dapat meningkatkan profesionalitas guru melalui kegiatan supervisi. Selain itu, profesionalisme guru juga dapat ditingkatkan melalui pemberian insentif guru yang memadai dan motivasi berprestasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (a) Profesionalisme guru SMK Negari dan Swasta di Kabupaten Tuban, (b) Kontribusi supervisi kepala sekolah SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban, (c)Insentif guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban, (d) Motivasi berprestasi guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban, (e) ada tidaknya kontribusi supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban, (f) ada tidaknya kontribusi supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban , (g) ada tidaknya kontribusi insentif guru terhadap profesionalisme guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban, (h) ada tidaknya kontribusi motiasi berprestasi terhadap profesionalisme guru di SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban, (i) besarnya kontribusi supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban, (j) besarnya kontribusi insentif guru terhadap profesionalisme guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban, dan (k) besarnya kontribusi motivasi berprestasi terhadap profesionalisme guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian survey. Jumlah respondennya adalah 185 Program Studi S2 MPD 43 orang. Model analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda, populasi yang digunakan guru SMK Negeri dan Swasta di Tuban. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa (a) Profesionalisme guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban termasuk dalam kategori sangat tinggi, (b) Supervisi kepala sekolah SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban termasuk dalam kategori tinggi, (c) Insentif guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban termasuk dalam kategori sangat tinggi, (d) Motivasi berpretasi guru SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Tuban termasuk dalam kategori sangat tinggi, (e) Supervisi kepala sekolah secara parsial mempunyai kontribusi terhadap profesionalisme guru secara relatif sebesar 0.26 (26%) dan secara efektif sebesar 10%, (f) Insentif guru secara parsial mempunyai kontribusi terhadap profesionalisme guru secara relatif sebesar 0.15 atau 15% dan secara efektif sebesar 6%, (g) Motivasi berprestasi guru secara parsial mempunyai kontribusi terhadap profesionalisme guru secara relatif sebesar 0.340 (34%) dan secara efektif sebesar 13%, dan (h) supervisi kepala sekolah, insentif guru, dan motivasi berprestasi guru berkontribusi secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru. Besarnya kontribusi itu adalah 38.3% jika terjadi kenaikan profesionalisme guru sebesar 100%. Implikasi dari temuan ini adalah bahwa dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, kepala sekolah dan pemerintah dapat melakukannya antara lain dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas supervisi kepala sekolah (termasuk juga supervisi pengawas), meningkatkan insentif guru hingga mampu menjamin kesejahteraan para guru, dan memotivasi para guru untuk terus meningkatkan profesionalismenya. Selain itu, secara pribadi, guru juga harus mampu mengelola dan meningkatkan motivasi berprestasinya untuk bekerja dengan sebaik-baiknya sebagai seorang profesional. Kata kunci: supervisi, insentif, motivasi, profesionalisme. Principle supervising contribution, teacher’s incentives, and teacher’s achieving motivation toward State and Private Vocational High School’s teachers in Tuban Regency Mujiono Mujiono, 2009. Principle supervising contribution, teacher’s incentives, and teacher’s achieving motivation toward State and Private Vocational High School’s teachers in Tuban Regency. Thesis, Teaching Management Study Program, Master Program State University of Malang. Supervisor: (I) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H, M.A, Ph.D., (II) Prof. Dr. Salladien. Abstract Recently, teacher’s professionalism is needed. Teacher becomes one of the determiners of teaching success. As a teaching leader who facilitates teaching process, teacher is hoped to become professional. One who has the responsibility to improve teacher’s professionalism is the principle as a teaching leader at school. Principle might improve the teacher’s professionalism through supervision. Besides teacher’s professionalism could be improved through giving incentives to the teacher and achieving motivation. This research has a goal to describe (a) the professionalism of State and Private Vocational High School in Tuban Regency, (b) The supervising contribution from State and Private Vocational High School in Tuban Regency, (c) State and Private Vocational High School‘s teacher in Tuban Regency, (d) State and Private Vocational High School teacher’s achieving motivation in Tuban Regency, (e) The existence of Principle’s supervising contribution toward State and Private Vocational High School teacher’s professionalism in Tuban Regency, (f) The existence of Principle’s supervising contribution toward State and Private Vocational High School teacher’s professionalism in Tuban Regency, (g) The existence teacher’s incentive contribution to the State and Private Vocational High School teacher in Tuban Regency, (h) The existence achieving motivation contribution toward State and Private Vocational High School teacher in Tuban Regency, (i) The number of Principle supervising contribution toward State and Private Vocational High School teacher’s professionalism in Tuban Regency, (j) The number of teacher’s incentives toward State and Private Vocational High School teacher’s professionalism in Tuban Regency, (k) The number of achieving motivation contribution toward State and Private Vocational High School teacher’s professionalism in Tuban Regency. The approach which is being used in this research is qualitative approach in survey research form. The numbers of respondents are 185 people. The analysis model which is being used is Multiple Regression Analysis. 44 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Based on this research result, it is known that (a) The State and Private Vocational High School teacher’s professionalism in Tuban Regency, is very high categorized, (b) State and Private Vocational High School Principle’s supervising in Tuban Regency, is high categorized, (c) State and Private Vocational High School teacher’s incentives in Tuban Regency, is very high categorized, (d) State and Private Vocational High School teacher’s achieving motivation in Tuban Regency, is very high categorized, (e) Principle’s partial supervision, has a contribution toward teacher’s professionalism, relatively 0.26 (26%) and effectively 10%, (f) Teacher’s partial incentives, has a contribution toward teacher’s professionalism relatively 0.15 or 15% and effectively 6%, (g) Teacher’s partial achieving motivation, has a contribution toward teacher’s professionalism relatively 0.340 (34%) and effectively 13% and (h) Principle’s supervision, teacher’s incentives and teacher’s achieving motivation contribute toward teacher’s professionalism together. The Number of contribution is 38.3% if there is 100% improvement from teacher’s professionalism. The implication from this finding is by improving teacher’s professionalism, principle and government can make it become real, by improving the quality and quantity of principle’s supervision (supervisor’s supervising is also include), improving teacher’s incentives so it can guarantee the teacher’s prosperous and motivate the teacher to improve their professionalism on and on. Besides, in personal, the teachers have to be able to manage and improve their achieving motivation to work as good as possible as a professional. Keyword: Supervision, incentive, motivation, professionalism Hubungan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Keaktifan Komite Sekolah, dan Lingkungan Kerja terhadap Kedisiplinan Guru SMP Negeri di Kota Malang Bambang Tri Budiono Budiono, Bambang Tri. 2009. Hubungan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Keaktifan Komite Sekolah, dan Lingkungan Kerja terhadap Kedisiplinan Guru SMP Negeri di Kota Malang. Tesis. Program Studi Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd, (II) Dr. H. Kusmintardjo, M.Pd. Abstrak Disiplin merupakan sikap mental yang harus ditingkatkan dalam upaya mencapai produktivitas sebuah organisasi. Peningkatan kedisiplinan para guru menjadi tanggung jawab pribadi guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah. Mantja (2007) dan Mulyasa (2005) menyatakan bahwa untuk menciptakan iklim sekolah yang kondusif, kepala sekolah dituntut untuk mampu menciptakan semangat kerja guru yang tinggi (Mantja, 2007). Pernyataan keduanya sejalan dengan pendapat Tilaar (2007) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik kepemimpinan yang efektif adalah kemampuannya mewujudkan kedisiplinan tenaga kependidikan. Pendekatan perilaku kepemimpinan banyak membahas keefektifan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin. Dalam kaitannya dengan kompetensi untuk mengadakan hubungan dengan masyarakat di sekitarnya, kepala sekolah dituntut untuk mampu membina dan mengembangkan hubungan kerja sama yang baik dengan masyarakat. Hubungan ini dapat terwujud antara lain lewat dewan sekolah, komite sekolah, paguyuban orang tua/wali siswa, dan sebagainya. Keefektifan sekolah juga sangat dipenga- ruhi oleh lingkungan kerja yang mencakup lingkungan kerja secara fisik, serta kemampuan manusia dan produktivitas kerja dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia, biologis, fisiologis, mental, dan sosial ekonomi. Jika lingkungan kerja di sekolah tidak kondusif baik secara fisik maupun nonfisik akan berakibat negatif pada produktivitas sekolah. Dengan perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, keaktifan komite sekolah, dan lingkungan kerja yang kondusif akan terwujud kedisiplinan guru. Kedisiplinan guru ini pada akhirnya diharapkan akan mampu mendukung tercapainya produktivitas sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (a) gambaran tingkat kedisiplinan guru SMP Negeri di Kota Malang, (b) gambaran perilaku kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri di Kota Malang, (c) gambaran keaktifan komite sekolah SMP Negeri di Kota Malang, (d) gambaran lingkungan kerja SMP Negeri di Kota Malang, (e) ada tidaknya hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan kedisiplinan guru di SMP Negeri di Kota Malang, (f) ada tidaknya hubungan antara keaktifan komite sekolah dengan kedisiplinan guru SMP Negeri di Kota Malang, (g) ada tidaknya hubungan antara lingkungan kerja dengan kedisiplinan guru SMP Negeri di Kota Malang, dan (h) ada tidaknya hubungan secara bersama-sama Program Studi S2 MPD 45 antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah, keaktifan komite sekolah, dan lingkungan kerja dengan kedisiplinan guru SMP Negeri di Kota Malang. Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto karena tidak memerlukan pengendalian atau manipulasi variabel secara langsung oleh peneliti. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional. Variabel-variabel penelitian ini adalah kedisiplinan guru sebagai variabel terikat, dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah, keaktifan komite sekolah, dan lingkungan kerja sebagai variabel bebas. Sampel penelitian ini berjumlah 211 orang yang diambil secara acak dari 20% jumlah seluruh guru PNS SMP Negeri yang ada di Kota Malang (1054 orang). Analisis hasil penelitian dilakukan dengan bantuan SPSS versi 15.0. Jenis analisis yang dilakukan mencakup analisis deskriptif, analisis statistik inferensial, dan uji hipotesis. Uji hipotesis mencakup uji t untuk mengetahui korelasi antar variabel secara parsial, dan uji F untuk mengetahui korelasi variabel secara bersama-sama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) kedisiplinan guru SMP Negeri di Kota Malang termasuk dalam kategori sangat tinggi, (b) perilaku kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri di Kota Malang termasuk kategori sangat tinggi, (c) tingkat keaktifan komite sekolah SMP Negeri di Kota Malang termasuk tinggi, (d) lingkungan kerja SMP Negeri di Kota Malang termasuk kategori tinggi, (e) terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan kedisiplinan guru SMP Negeri di Kota Malang. Besarnya berpengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kedisiplinan guru adalah 46.2%, (f) terdapat hubungan antara keaktifan komite sekolah dengan kedisiplinan guru SMP Negeri di Kota Malang. Besarnya hubungan yang menunjukkan pengaruh tersebut adalah sebesar 14.1%, (g) terdapat hubungan antara lingkungan kerja dengan kedisiplinan guru SMP Negeri di Kota Malang. Besarnya hubungan lingkungan kerja terhadap kedisiplinan guru adalah 19.9%, (h) secara bersama-sama perilaku kepemimpinan kepala sekolah, keaktifan komite sekolah, dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kedisiplinan guru SMP Negeri di Kota Malang. Besarnya pengaruh tersebut adalah 38.8%. Implikasi hasil penelitian ini adalah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional maka kedisiplinan guru harus terus ditingkatkan. Untuk meningkatkan kedisiplinan guru dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas perilaku kepemimpinan kepala sekolah, keaktifan komite sekolah, serta kualitas dan kuantitas lingkungan kerja. Peningkatan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dapat dilakukan dengan cara kepala sekolah menitikberatkan perilaku kepemimpinannya pada tiga orientasi yaitu orientasi tugas, hubungan, dan perubahan. Komite sekolah juga dituntut untuk terus meningkatkan peran aktifnya di sekolah terutama dalam memberikan masukan serta menyediakan dana di sekolah. Dengan demikian kedisiplinan guru akan dapat ditingkatkan. Sekolah, dalam hal ini kepala sekolah harus berupaya menyediakan ligkungan kerja yang memadai untuk mendukung kinerja guru dengan cara memenuhi fasilitas seperti media dan sumber pebelajaran yang dibutuhkan oleh guru, serta menciptakan hubungan sosial yang baik antara warga sekolah. Kata kunci: perilaku kepemimpinan kepala sekolah, keaktifan komite sekolah, lingkungan kerja, kedisiplinan Correlation between School Leadership Behavioral, Activities of School Committee, and Work Environment to Teacher Discipline at State SMP at Kota Malang Bambang Tri Budiono Budiono, Bambang Tri. 2009. Correlation between School Leadership Behavioral, Activities of School Committee, and Work Environment to Teacher Discipline at State SMP at Kota Malang. Thesis. Program of Study: Education Management. Program Pascasarjana, Malang University. Counselor: ( I) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal,M.Pd, ( II) Dr. H. Kusmintardjo, M.Pd. Abstract Discipline represent the mental attitude which must be improved in the effort reaching productivity a organization. Improving of teacher discipline become the personal responsibility learn and headmaster as leader in school. Mantja ( 2007) and Mulyasa ( 2005) expressing that to create the school climate which conducive, headmaster claimed to can to create the spirit high activity teacher ( Mantja, 2007). That statement in line with opinion of Tilaar ( 2007) that explained that one of effective leadership characteristic is its ability realize the discipline of education energy. There are many approaches that conducted at many studying effectiveness of leadership style run by a leader. 46 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 In its bearing with the interest to perform the relation with the society around its, headmaster claimed to can to construct and develop the good is same activity relation with the society. This relation earns the form for example passing school board, through the school committee, old people society / student sponsor, etcetera. Effectiveness go to school also very influenced by activity environment including work environment in physical, and also ability of human being and work productivity influenced by physical factor, chemical, biology, physiological, bouncing, and economic social. If work environment in school do not conducive of either through physical and also nonphysical will cause the negativity of productivity go to school. Through behaviorally effective headmaster leadership, activities of school committee, and activity of work environment which conducive of teacher discipline.. Teacher discipline learn in the end expected will be able to support reaching of productivity go to school. This research aim to to know ( a) description of teacher discipline in state SMP in Malang City, ( b) description school leadership behavior in state SMP in Malang City, ( c) description of activities of school committee in state SMP in Malang City, ( d) description of work environmental in state SMP Country in Malang City, ( e) is there do or not relation between school leadership behavior with the teacher discipline in state SMP Country in Malang City? Is there do or not relation between activities of school committee with teacher discipline at state SMP Country in Malang City? ( g) is there do or not relation between work environment with the teacher discipline at state SMP at Malang City? ( h) is there do or not relation between school leadership behavior, activities of school committee, and work environment with the teacher discipline at state SMP at Malang City? This research represent the research of ex post facto because do not need the operation or variable manipulation directly by researcher. Research device used in this research is descriptive research of correlation This variable research are teacher discipline learn as dependent variable , and school leadership behavior, activities of school committee, and work environment as independent variable. The research sample amount to 211 one who are taken at random from 20% amount of entire teacher PNS in state SMP at Malang City that exist of 1054 people. Result analysis of research conducted constructively SPSS version 15.0. Analysis type conducted included cover the descriptive analysis, statistical analysis t of inferential, and test the hypothesis. Test the hypothesis include cover the test t to know the correlation between variable by partial, and test the F to know the variable correlation by together. Result of this research indicate that ( a) discipline learn in state SMP in Malang City is included in very high category, ( b) school leadership behavior in state SMP in Malang City is including category very high, ( c) activities of school committee in state SMP in Malang City included in high category, ( d) work environment work in state SMP in Malang City is including high category, ( e) there are relation which significant between school leadership behavior with the teacher discipline in state SMP in Malang City. Level of having an effect on school leadership behavior to teacher discipline is 46.2%, ( f) there are relation of between activities of school committee with the teacher discipline in state SMP in Malang City. Level of relation showing the influence is equal to 14.1%, ( g) there are relation of between work environment with the teacher discipline in state SMP in Malang City. Level of work environmental relation to teacher discipline learn is 19.9%, ( h) by together school leadership behavior, activities of school committee, and work environment to have an effect on to teacher discipline learn in state SMP in Malang City. Level of the influence [is] 38.8%. Implication of result of this research is in the effort upgrading national education of hence teacher discipline have to be continued to be improved. To increase teacher discipline can be conducted by improving the quality of behavior of school leadership, activities of school committee, and the quality of and environmental amount work. Make-Up of behavior of headmaster leadership can be conducted by focus on behavioral school leadership is its leadership at three orientation that is duty orientation, relation, and change. Activities of school committee is also claimed to be continued to improve the active role in school especially in giving input and also providing fund. Thereby teacher discipline will be able to be improved. School, in this case headmaster have to cope to provide the adequate job environment to support the teacher performance by fulfilling facility of like media and source of learning required by teacher, and also create the good social relation between citizen go to school. Keyword: leadership behavioral, activities of school committee, work environment, discipline Program Studi S2 MPD 47 Manajemen Kurikulum Pelatihan (Studi Multisitus di Lembaga Pelatihan Management and Business Education Mojokerto dan Prima Sinergi Sidoarjo) Rino Indaru Kuswemi Kuswemi, Rino Indaru. 2009. Manajemen Kurikulum Pelatihan (Studi Multisitus di Lembaga Pelatihan Management and Business Education Mojokerto dan Prima Sinergi Sidoarjo). Tesis. Program Studi Managemen Pendi-dikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri malang. Pembimbing: (I) Prof. H. Ahmad Sonhadji, K.H., MA, Ph.D., (II) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd Abstrak Perkembangan jaman yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan informasi, menyebabkan tuntutan penguasaan ketrampilan dan teknologi pada para karyawan. Akibatnya, sering terjadi kesenjangan antara kompetensi karya-wan dengan standar kinerja perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, karyawan membutuhkan pelatihan agar dapat meningkatkan kinerjanya. Namun, tidak se-mua organisasi atau perusahaan memiliki divisi pelatihan. Kehadiran berbagai lembaga pelatihan yang menyediakan jasa pelatihan karyawan sangat dibutuhkan. Agar pelatihan yang dilakukan dapat efektif, maka perlu dilakukan manajemen kurikulum. Manajemen kurikulum dilakukan dengan menjalankan seluruh fungsi manajemen yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan evaluasi. Di antara lembaga pelatihan yang dinilai baik oleh Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur adalah Management And Bussines Education dan lembaga pelatihan Prima Sinergi. Keberhasilan kedua lembaga pelatihan ini dapat dilihat dari banyaknya penghargaan yang diperoleh serta banyaknya lembaga atau perusahaan yang menggunakan jasa pelatihannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (a) Bagaimana perencanaan kurikulum pelatihan di lembaga pelatihan Management and Business Education (MBE) dan lembaga pelatihan Prima Sinergi? (b) Bagaimana pengorganisasian kurikulum pelatihan di lembaga pelatihan Management and Business Education (MBE) dan lembaga pelatihan Prima Sinergi? (c) Bagaimana penggerakan kurikulum pelatihan di lembaga pelatihan Management and Business Education (MBE) dan lembaga pelatihan Prima Sinergi? (d) Bagaimana evaluasi kurikulum pelatihan di lembaga pelatihan Management and Business Education (MBE) dan lembaga pelatihan Prima Sinergi? (e) Faktor apa saja yang mendukung keberhasilan implementasi kurikulum pelatihan di lembaga pelatihan Management and Business Education (MBE) dan lembaga pelatihan Prima Sinergi?(f) Faktor apa saja yang menjadi resisten implementasi kurikulum pelatihan di lembaga pelatihan Management and Business Education (MBE) dan lembaga pelatihan Prima Sinergi? (g) Upaya apa yang dilakukan untuk memberdayakan faktor pendukung dan mengatasi faktor resisten implementasi kurikulum pelatihan di lembaga pelatihan Management and Business Education (MBE) dan lembaga pelatihan Prima Sinergi?. Penelitian tentang manajemen kurikulum lembaga pelatihan ini meng -gunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan studi multisitus, berarti menggabungkan beberapa situs dalam kasus tunggal : menggabungkan subjek, latar, dan tempat kejadian yang berlainan yaitu Lembaga Pelatihan MBE dan Prima Sinergi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian multsitus dengan jenis studi metode komparatif konstan. Sumber data dalam penelitian sumber data manusia dan nonmanusia. Sumber data manusia berupa informan yaitu orang-orang yang dianggap menge-tahui dan memahami tentang manajemen kurikulum di kedua lembaga tersebut. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu (a) analisis selama di lapangan dan (b) analisis setelah data terkumpul. Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat dari 4 kriteria keabsahan data ada empat yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantung-an (dependability), dan derajat kepastian (confirmability). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) perencanaan kurikulum pelatihan dilakukan melalui analisis kebutuhan pelatihan yang melibatkan manaje-men perusahaan pengguna jasa pelatihan, karyawan yang akan diberi pelatihan, dan lembaga pelatihan. (b) pengorganisasian dalam manajemen kurikulum pelatihan dilakukan oleh perusahaan pengguna jasa pelatihan dan lembaga pelatihan. Tujuannya adalah mengorganisasikan segala sumber daya manusia maupun non-manusia untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan. (c) penggerakan manajemen kurikulum pelatihan bertujuan menggerakkan bawahan agar bekerja sebaik-baiknya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menggerakkan bawahan adalah melalui memotivasi, pemberian insentif yang menarik, pemberian reward dan punishment, meningkatkan loyali-tas, dan meningkatkan persaudaraan antar karyawan. (d) evaluasi manajemen kurikulum bertujuan mengetahui apakah pelatihan telah berhasil mencapai tujuan. Ada tiga jenis evaluasi pelatihan yaitu pre tes, post tes, dan evaluasi dampak pelatihan. (e) faktor-faktor pendukung manajemen kurikulum pelatihan adalah telah berpengalaman menyelenggarakan pelatihan, kebutuhan 48 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 pelatihan di semua perusahaan hampir sama, perusahaan pengguna jasa sudah memberikan informasi untuk analisis kebutuhan pelatihan, tingkat ketrampilan pekerja telah terstandar, dan acuan materi telah tersusun rapi dalam bentuk hand out. (f) faktor resisten dalam manajemen kurikulum pelatihan adalah kurangnya instruktur berstatus tenaga tetap, gedung pelatihan kurang rekreatif, perkembangan teknologi dan infor-masi sangat cepat, heterogenitas latar belakang karyawan yang akan dilatih baik dari segi pendidikan, ketrampilan, maupun pengalaman kerja, alokasi waktu pela-tihan yang singkat yang dibandingkan luasnya cakupan materi yang harus diberikan, dan untuk melakukan evaluasi faktor resiten mencakup luasnya cakupan materi dan biaya pelatihan tidak termasuk biaya evaluasi dampak pelatihan; (g) upaya yang dilakukan untuk memberdayakan faktor pendukung dan mengatasi faktor resisten dalam manajemen kurikulum pelatihan adalah melalui menggu-nakan instruktur dari tenaga outsorching, memberlakukan reward dan punishment, pemberian insentif yang menarik, dan instruktur yang kinerjanya kurang baik tidak dipakai lagi, dan evaluasi dampak pelatihan dibahas secara tersendiri di luar agenda pelatihan dengan manajemen perusahaan. Saran berkaitan dengan penelitian ini kepada lembaga pelatihan adalah agar mengatasi faktor resisten yang ada dan memberdayakan faktor pendukung-nya untuk mencapai keberhasilan pelatihan. Dinas Pendidikan dan Dinas Tenaga Kerja hendaknya selalu rutin melakukan akreditas atau penilaian sehingga kurikulum pelatihan yang disajikan di lembaga pelatihan benar-benar tertata dengan baik, mengefektifkan organisasi, dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pelatihan. Kata kunci: manajemen, manajemen kurikulum, kurikulum pelatihan Training Curriculum Management (Study Multisite in Institute Training Of Management and Business Education Mojokerto and Prima Sinergi Sidoarjo) Rino Indaru Kuswemi Kuswemi, Rino Indaru. 2009. Training Curriculum Management (Study Multisite in Institute Training Of Management and Business Education Mojokerto and Prima Sinergi Sidoarjo). Thesis. Education Management, Graduate Program. State University of Malang. Advisor: (I) Prof. H. Ahmad, Sonhadji, K.H., MA Ph.D., (II) Prof. Dr. H. Ibrahim, Bafadal, M.Pd. Abstract Growth of era which marked with growth of information and technology, cause technological and skilled domination demand at of employeeses. As a result, it often happens difference between employeeses interests with standart companies performances. In condition like this, employees require training to increase the performance. But, not all companies or organizations have training division. Attendance of various trainings institutes which providing role of training of employeeses hardly required. In order to train which done earning is effective, hence require to be done by curriculum management. Curriculum management done with running all management function including planning, organizational, powering, and evaluated. Among training institute which assessed either by On Duty Labour in Regency Mojokerto is Management and Bussines Education while in Regency Sidoarjo is institute of training of Prima Sinergi. Efficacy of both these training institute are visible from the appreciation which obtained and also the many companies or institute using role of the training. This research aim to describe ( a) How to plan of training curriculum in institute of training of Management and Busines Education ( MBE) and institute of training of Prima Sinergi?; ( b) How to train curriculum organization in in-stitute of training of Management and Business Education ( MBE) and institute of training of Prima Sinergi ? ( c) How to power of training curriculum in institute of training of Management and Business Education ( MBE) and institute of training of Prima Sinergi ? ( d) How to train curriculum evaluation in institute of training of Management and Business Education ( MBE) and institute of training of Prima Sinergi ? ( e) Many factors support efficacy of training curriculum implementation in institute of training of Management and Business Education (MBE) and institute of training of Prima Sinergi ? ( f) Many factors become training curriculum implementation resistant in institute of training of Management and Business Education ( MBE) and institute of training of Prima Sinergi ? and ( g) Effort what is done to be powered supplementary factor and overcome training curriculum implementation resistant factor in institute of training of Management and Business Education (MBE) and institute training of Prima Sinergi ? Research concerning this training institute curriculum management applies qualitative approach of research. This research applies case study multisitus, mean to merge some situs in single cases : merge Program Studi S2 MPD 49 subject, background, and place of different occurence that is Institute Training Of MBE and Prima Sinergi. This research applies device of research of multisitus with constant comparability method study type. Data source in research of human data source and nonhuman. Man data source in the form of informan that is people who are assumed to know and comprehend the curriculum management in both the institute. Data analysis in this research done in two phase those are ( a) analysis during in field and ( b) analysis after gathered data. Authenticity of data in this research done with seeing out of 4 criterion of authenticity of data is four that is degree of credibility, transferability, dependability and degree of certainty confirmability. This research result indicates that ( a) Planning of training curriculum is done through analysis of requirement of training involving service user company management, employees which will be given by training, and training institute.; (b) Organizational in training curriculum management done by company of trai-ning institutes and training service user. The purpose is organizational all and also human resources nonhuman for executing activity which have been specified.; (c) Powering of training curriculum management aims to move subordinate to work as well as possible reaching purpose of which have been specified. Stages; steps which gone through to move subordinate are through motivating, giving of in-centive drawing of reward and punishment, increase loyality and relationship among of employees; ( d) Curriculum management evaluation aims to know whether training has successfully reach purpose. There are three training evaluation type those are pre test, post test, and training impact on evaluation; (e) Training curriculum management supporter factors have experienced and carried out training, requirement of training in all company of approximately equals, company of service user has given information for analysis of requirement of training, skilled storey of standard worker have, and matter reference have lapped over is natty in the form of hand out; ( f) Resistant factor in training curriculum management is lack of permanent energy status instructor, training building is less rekreative, growth of information and technology hardly quickly, heterogenity of reasoning of employees which will be trained either from education facet, skilled, and also job experience, comparable by brief training time allocation was matter coverage broadness which being given, and do factor evaluation resistant include cover matter coverage broadness and expense of training is not including expense of training impact evaluation; ( g) Effort which done to be powered supplementary factor and overcome resistant factor in training curriculum management is passing to apply instructor from energy outsourcing go into effect reward and punishment, giving of incentive drawing, and the performance of useless instructor is unfavourable, and impact evaluation training of studied separately outside training agenda with company management. Suggestion relates to this research of training institute is to overcome re-sistant factor existed and powered of the supplementary factor to reach efficacy of training. On Duty Education and Manpower does assessment or a credible so that training curriculum which presented in institute of training, is really arranged better organization, and can fulfill requirement of public to training. Keywords: management, curriculum management, training curriculum Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah Mengelola Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Multisitus di SMPN 1 dan SMPN 5 Kota Malang) Mustaram Mustaram. 2009. Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah Mengelola Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Multisitus di SMPN 1 dan SMPN 5 Kota Malang). Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing (1) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd.; (2) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstrak Penyelenggaraan RSBI merupakan tuntutan global untuk bersaing mutu pendidikan antar Negara. Proses nasional menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, merupakan usaha yang cukup besar bagi kepala sekolah. Dimana kepala sekolah berinisiatif untuk merencanakan mengorganisasi dan mengimplementasikan sekolah nasional menuju Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dan pada akhirnya diharapkan bisa mandiri menjadi SBI. Penelitian ini masih baru, sehingga sangat penting sekali khususnya bagi kepala sekolah dan para stakeholders agar memiliki acuan untuk menyelenggarakan sekolah-sekolah yang sudah ada menuju RSBI. 50 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Penelitian ini dikhususkan pada keterampilan manajerial kepala sekolah mengelola Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dengan rincian fokus (1) Bagaimana keterampilan perencanaan kepala sekolah sebagai manajer mengelola RSBI di SMPN 1 dan SMPN 5 Kota Malang, (2) Bagaimana keterampilan pengorganisasian kepala sekolah sebagai manjer dalam mengelola Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMPN 1 dan SMPN 5 Kota Malang, (3) Bagaimana keterampilan kepala sekolah dalam pelaksanaan mengelola Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMPN 1 dan SMPN 5 Kota Malang, dan (4) Bagaimana keterampilan kepala sekolah melakukan pengawasan dalam mengelola Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMPN 1 dan SMPN 5 Kota Malang. Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 dan SMPN 5 Malang, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan rancangan studi multisitus. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument). Penunjukan informan penelitian menggunakan teknik bola salju (snow ball sampling) dengan terlebih dahulu menentukan informan kunci (key informan). Teknik pengumpulan data menggunakan (1) wawancara mendalam, (2) observasi partisipan, dan (3) studi dokumentasi. Data yang terkumpul melalui berbagai teknik tersebut selanjutnya diperiksa. Pengecekan kredibilitas data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi, pengecekan anggota (member check) dan diskusi teman sejawat. Sedangkan auditabilitasnya dilakukan dengan meminta beberapa orang auditor terutama pembimbing yang mengauditnya. Selesai diperiksa, data yang terkumpul dianalisis melalui analisis dalam situs dan analisis lintas situs. Melalui penelitian ini diperoleh temuan: Pertama, Keterampilan perencanaan kepala sekolah sebagai manajer dalam mengelola RSBI: (a) keterampilan kepala sekolah dalam perencanaan mengelola sekolah bertaraf internasional ditentukan oleh keterampilan kepala sekolah yang memadai dalam: keterampilan dalam memenej perubahan organisasi, mengawasi setiap kegiatan dan perubahan yang ada, keterampilan merancang yang baik, dan mengalokasikan sumber daya manusia dengan tepat; (b) keterampilan kepala sekolah yang memiliki keterampilan manajerial yang memadai dan mampu mengelola rintisan sekolah dengan baik; memiliki prestasi sekolah dan menjadi salah satu lembaga percontohan; unjuk kerja akademik yang tingi; hubungan antar manusia dan hubungan antar lembaga yang positif baik lokal, nasional maupun internasional. Kedua, Keterampilan pengengorganisasian kepala sekolah sebagai manajer dalam mengelola RSBI. Keterampilan pengorganisasian kepala sekolah sebagai manajerial dalam mengelola RSBI ditentukan oleh keterampilan konseptual serta hubungan manusia yang memadai dan sedikit memerlukan keterampilan teknis. Dalam mengelola organisasi kepala sekolah membentuk tim dalam menjalankan semua kebijakan yang ada. Untuk mewujudkan kekompakan tim kepala sekolah menggunakan keterampilan manusiawi. Dalam hal ini kepala sekolah menjadi media dalam terjalin kekompakan tim. Sehingga pada akhirnya tercapainya visi, misi, tujuan dan sasaran pendidikan yang diharapkan. Ketiga, Keterampilan manajerial kepala sekolah dalam pelaksanaan mengelola rintisan sekolah bertaraf internasional: (a)Keterampilan kepala sekolah dalam pelaksanaan mengelola RSBI dibuktikan degan hasil dari unjuk kerjanya melalui perolehan prestasi akademik dan non akademik serta mendapat pengakuan dari lembagalembaga internasional dengan diterbitkannya sertifikan ISO serta ditentukan oleh keterampilan manajerial kepala sekolah yang memadai dalam: keterampilan teknis di bidang pengelolaan sekolah dan pengelolaan mulai dari pengelolaan administrasi, pengelolaan pembelajaran serta dibidang pengelolaan guru dan sarana prasarana sekolah; (b) keterampilan manajerial kepala sekolah dalam mengelolan rintisan sekolah bertaraf internasional ditentukan oleh keterampilan kepala sekolah yang memadai dalam menata aspek manusia serta mampu bekerjasama dengan dan melalui orang lain secara efektif dan efisien baik berskala nasional maupun yang berskala iternasional.. Keempat, Keterampilan manajerial kepala sekolah melakukan pengawasan dalam mengelola rintisan sekolah bertaraf internasional: (a) keterampilan kepala sekolah dalam pengawasan dalam mengelola rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) yaitu selama kepala sekolah memimpin dan mengelola sekolah, ternyata kepala sekolah mampu mewujudkan sekolah sandar nasional (SSN) menjadi sekolah RSBI dan mampu menciptakan iklim yang kondusif; (b) keterampilan kepala sekolah dalam pengawasan mengelola RSBI ditentukan oleh keterampilan kepala sekolah yang memadai dalam: mengawasi implementasi kebijakan sekolah dan pemerintah yang telah disepakati bersama, membina, mengarahkan dan memberdayakan guru, staff serta segenaf personil dengan baik dalam melakukan tugasnya masing-masing baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam mengawasi atau memantau kemajuan-kemajuan yang ada; (c) kepala sekolah sebagai manajer melakukan pengawasan ditentukan oleh keterampilan manusiawi, bagaimana kepala sekolah mampu bekerjasama dengan personil-pernil yang dianggap mampu/professional untuk mengawasi segala yang ditugaskan oleh kepala sekolah serta mampu bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain dalam hal mengawasi proses yang sedang berlangsung di sekolah. Kata kunci: keterampilan, manajerial, kepala sekolah, mengelola, RSBI Program Studi S2 MPD 51 The Managerial Skill of the prensipals in managing the International Standard Schools (the Multisites Stuudy at SMPN 1 and SMPN 5 Kota Malang) Mustaram Mustaram. 2009. The Managerial Skill of the prensipals in managing the International Standard Schools (the Multisites Stuudy at SMPN 1 and SMPN 5 Kota Malang). Thesis, the Stady Program in Management of Education, Graduite Program of State University of Malang. Advisors: (1) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd.; (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd Abstract The implementation of the RSBI emerges as a global demand in the competition of achieving the high quality of education among the nations. The proses of raising the status ot the national scools to become the pioneered international standard schools requires a hard effort of the principals. The principals initiate the planning, the organization, and the implementation of the national schools to become the pioneered international standard schools which finally become autonomous as the international standard schools. This stady was novelty especially for the principals and other stakeholders who would use it as a foundation for raising the status of the schools to become the pioneered international standard schools. The study was intended to highlight the managerial skills of the principals in managing the pioneered intenational standard schools. It focused on the following four points: (1) the principals’ skill as the manager in planning the RSBI of SMPN 1 and SMPN 5 Kota Malang, (2) the principals’ skill as the manager in organitation the RSBI of SMPN 1 and SMPN 5 Kota Malang, (3) the principals’ skill as the manager the RSBI of SMPN 1 and SMPN 5 Kota Malang, and (4) the principals’ skill as the manager the RSBI of SMPN 1 and SMPN 5 Kota Malang. The study employed a qualitative approach and was done at SMPN1 and SMPN 5 Malang. The design was multisites with the researcher as the key instrument. In choosing the informants, the researcher used snowball sampling by selecting the key informants in advance. The tenhniques of collecting data were (1) deep interview, (2) participant observation, and (3) document study. The data collected trough these instruments were examined. Thye credibility of the data was done by using triangulation technique, member check, and discussion with colleagues. As for the auditability of the data, it was done by inviting some auditors especially the advisors to do the auditing. After examining the data, the were analized trhouh intra-sites and inter-sites analyses. The results of the study show that: First, planning skill of the headmaster, as the manager in RSBI management: (a) headmaster’s planning skill in the management plan of the international standard school is determined by his/her acceptable skills in: managing the organization changes, controlling every existing activity and change, good designing, and appropriately allocating human resources; (b) the headmaster who have acceptable managerial skill and afford to manage pioneering schools properly, have school achievements and become one of sample institutions, have a high academic performance, and who have positive human relation and also inter-institution relation either in local, national or international. Second, that is organizational skill of the headmaster, as the manager in RSBI management. Organizational skill of the headmaster, as the manager in RSBI management, is determined by conceptual skill and acceptable human relation. It is also required a few technical skills here. In managing the organization, the headmaster form teams in running all existing policies. And, to create the teams’ solidarity he/she uses human skills. In this case, the headmaster becomes media in developing teams’ solidarity. Finally, the expected visions, missions, objectives, and targets of education will be achieved. Third, managerial skill of the headmaster in management execution of international standard school: (a) the headmaster’s skill in RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional—international standard school pioneering) management execution is proved with the results of his/her performances by academic and non-academic achievements and also with the acknowledgments from international institutions by ISO certification, and determined by his/her acceptable managerial skill in the technical one in school management-related and other managements that range from the administration, learning, teachers-related, to the utilities and infrastructure of the schools; (b) the headmaster’s managerial skill in managing the RSBI is determined by his/her acceptable skill in setting human aspects and afford to cooperate with and through others effectively and efficiently either in the national or in the international scales. Fourth, the headmaster’s managerial skill conducts control in managing RSBI: (a) headmaster’s controlling skill in managing RSBI, that is under his/her leadership and management, it can be realized from SSN (sekolah standar nasional—national standard school) become RSBI and afford to create a conducive climates; (b) headmaster’s skill in management control of RSBI is determined by his/her acceptable skill in: controlling implementation of school and government policies that 52 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 have been agreed on together, building, instructing and motivating the teachers, staffs and whole personnel properly in conducting their duties, either in their daily activities or in controlling or monitoring occurred progresses; (c) the headmaster as the manager conduct control that is determined by human skills, how he/she able to cooperate with personnel that assumed to be affordable/professional to control all those are commissioned by the headmaster and capable to cooperate with other institutions in the case of controlling the underway processes in school. Keywords: skills, managerial, principals, managing, RSBI Manajemen Pendidikan Kecakapan Hidup Vokasional Unggulan (Vocational Life Skills) Studi Multi Kasus di SMA Negeri 1 Tempeh Lumajang dan SMA Muhammadiyah 03 Batu Malang Endang Wara Suprihatin Suprihatin, Endang Wara. 2009. Manajemen Pendidikan Kecakapan Hidup Vokasional Unggulan (Vocational Life Skills) Studi Multi Kasus di SMA Negeri 1 Tempeh Lumajang dan SMA Muhammadiyah 03 Batu Malang. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr.H.Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Dr.H.Kusmintardjo. M.Pd. Abstrak Perkembangan teknologi industri yang cepat telah mempengaruhi adanya tuntutan baru terhadap upaya peningkatan kompetensi sumberdaya manusia pendukungnya. Sebagai konsekuensinya lembaga pendidikan harus selalu menyesuaikan diri dan terus melakukan inovasi untuk memenuhi tututan perubahan perkembangan teknologi tersebut. Selama ini fakta menunjukan bahwa kompetensi lulusan SMA belum memenuhi tuntutan dunia kerja, ataupun kesiapan untuk mandiri. Yayasan Dana Sejahtera Mandiri sebagai lembaga independen telah ikut berpartisipasi untuk melakukan inovasi pendidikan melalui program pendidikan kecakapan hidup (PKH) vokasional yang dikhususkan untuk jenjang SMA. Pelaksanaan PKH di SMA ini melibatkan pihak-pihak terkait antara lain PT dan Diknas setempat. Tujuan penyelenggaraan PKH vokasional di SMA adalah untuk meningkatkan mutu lulusan melalui pembekalan keterampilan kejuruan bagi para siswanya terutama bagi siswa perempuan dari keluarga miskin yang berpotensi tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Fokus utama dari penelitian ini adalah: manajemen penyelenggaraan PKH vokasional unggulan di SMA N 1 Tempeh dan SMA Muhammadiyah 03Batu. Dari fokus tersebut dijabarkan menjadi sub fokus penelitian yakni: (1) manajemen kurikulum dan program pembelajaran penyelenggaraan PKH di SMA N 1 Tempeh dan SMA Muhammadiyah 03 Batu; (2) manajemen ketenagaan yang ada di sekolah guna mendukung penyelenggaraan PKH di SMA N 1 Tempeh dan SMA Muhammadiyah 03 Batu; (3) manajemen sarana prasarana penunjang yang ada di sekolah guna mendukung penyelenggaraan PKH di SMA N 1 Tempeh dan SMA Muhammadiyah 03 Batu; (4) manajemen pembiayaan yang ada di sekolah guna mendukung penyelenggaraan PKH di SMA N 1 Tempeh dan SMA Muhammadiyah 03 Batu; (5) manajemen hubungan sekolah dan masyarakat guna mendukung penyelenggaraan PKH di SMA N 1 Tempeh dan SMA Muhammadiyah 03 Batu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) wawancara mendalam; (2) observasi berperan serta dan (3) studi dokumentasi. Pemilihan informan penelitian dilakukan secara purpoive sampling. Data yang terkumpul di analisis secara diskriptif dengan alur: (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penarikan kesimpulan. Agar memperoleh keabsahan data dilakukan dengan empat kriteria yaitu: (1) kredibilitas; (2) transferabilitas; (3) dependabilitas; dan (4) konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukkan: pertama manajemen kurikulum dan program pembelajaran bertujuan memberikan acuan bagi pelaksanaan PKH vokasional di SMA N 1 Tempeh dan SMA Muhammadiyah 03 Batu. Bagian ini berkaitan dengan pemilihan sekolah sasaran, penetapan bentuk kegiatan, tempat kegiatan, materi kegiatan, prosedur pelaksanaan, penetapan kurikulum PKH dan evaluasi kegiatan. Kedua, manajemen ketenagaan dilakukan dengan cara: (1) SMA N 1 Tempeh mengirimkan siswa peserta program untuk magang pada 2 UKM batik ialah UD Makarti Jaya dan Gajah Mada Batik, (2) SMA Muhammadiyah 03 Batu mengirimkan beberapa orang guru dan siswa peserta program untuk magang pada home industry pengolahan minuman sari apel yaitu CV Bagus Agriseta Mandiri, Ramayana dan M3. Adapun pelaksanaan PKH dengan Program Studi S2 MPD 53 sistem magang pada ke dua sekolah tersebut mengacu pada model diskret maksudnya secara teknis pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara terpisah dilepaskan dari mata pelajaran inti. Untuk kasus SMA N 1 Tempeh, PKH dilaksanakan pada hari sabtu setelah jam pelajaran selesai dan hari minggu sedangkan untuk kasus SMA Muhammadiyah 03 Batu PKH dilaksanakan setiap pagi dari jam 07-11 sebelum jam pelajaran sekolah. Penyusunan kurikulum PKH di serahkan kepada UKM namun untuk kasus SMA N 1 Tempeh kurikulum di susun oleh sekolah. Ketiga, manajemen sarana prasarana penunjang PKH untuk kasus SMA N 1 Tempeh melibatkan komite, pemda setempat, diknas dan dinas lingkungan hidup sedangkan kasus SMA Muhammadiyah 03 Batu melibatkan warga sekolah. Keempat, manajemen pembiayaan penunjang PKH berasal dari Damandiri, sementara pada kasus SMA N 1 Tempeh ada sharing dana yang berasal dari komite sekolah. Kelima, manajemen hubungan sekolah dan masyarakat meliputi pengelolaan hubungan dengan UKM terpilih, ex siswa magang, diknas, komite sekolah, dan masyarakat eksternal. Berdasarkan hasil penelitian disarankan (1) untuk SMA N 1 Tempeh: perlu meninjau kembali materi kegiatan, perlu memagangkan guru pada UKM batik untuk mengatasi permasalahan ketidaktersediaan tenaga profesional bidang batik di sekolah, perlu memilih profil UKM tempat magang berskala nasional yang setara dengan Gajah Mada Batik, penyusunan jurnal dilakukan bersama-sama dengan UKM dan jurnal dilengkapi dengan teknik evaluasi yang akan dilakukan; Untuk SMA Muhammadiyah 03 Batu: pihak sekolah dan pengelola home industry M3 perlu melakukan koordinasi dan komunikasi terbuka yang lebih intensif, menjadikan home industry M3 sebagai usaha sekolah yang dikelola bersama dengan pihak sekolah serta hasilnyapun dipergunakan untuk membiayai program-program sekolah, menjadikan home industry M3 sebagai program unggulan untuk menarik minat calon siswa ke sekolah ybs, perlu menyusun kurikulum PKH secara tertulis, perlu membuat sistem pengadministrasian yang baik agar dapat dijadikan sebagai dokumentasi yang lengkap; (2) bagi diknas setempat, agar lebih peduli terhadap program-program sekolah baik program yang diselenggarakan atas biaya pemerintah maupun program yang diperoleh sekolah dari lembaga lainnya; (3) penelitian perlu ditindaklanjuti dengan topik: model penyelenggaraan PKH yang sesuai untuk jenjang pendidikan sekolah menengah atas umum. Kata kunci: manajemen, pendidikan kecakapan hidup vokasional. The management of Advantage Vocational Life-skills Education (VLSE) Multi Case Studies at SMA Negeri 1 Tempeh Lumajang and SMA Muhammadiyah 03 Batu Malang Endang Wara Suprihatin Suprihatin, Endang Wara. 2009. The management of Advantage Vocational Life-skills Education (VLSE) Multi Case Studies at SMA Negeri 1 Tempeh Lumajang and SMA Muhammadiyah 03 Batu Malang. Thesis, State University of Malang Post Graduate Programe, Study Programe of Education Management . Advisors: (1) Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Dr. H. Kusmintardjo, M.Pd. Abstract The rapid growth of industrial technology development has affected the demand for new efforts to increase the competency of supporting human resources. As a Consequent institution must always adapt and continue to make innovations to meet the changes of development technologies. During this time the fact showed that the competence of high school graduates has not been meet the demands of work, or the readiness for self. Yayasan Dana Sejahtera Mandiri as an independent institutions have participated to make innovations in education through vocational life skill education program (VLSE) devoted to the high school level. The implementation of VLSE at high school (SMA) involves the related parties: industry, university and local education authority. The goal of VLSE at SMA is to delivery the quality improvement of graduates through vocational skills training for students, especially for female students from poor families which is potentially not to continue to the higher education level. The main focuses of this research are: providing management in VLSE at SMA N 1 Tempeh and SMA Muhammadiyah 03 Batu. The subs focus of research derived from the main focus are: (1) organization planning in the VLSE at SMA N 1 Tempeh and SMA Muhammadiyah 03 Batu, (2) management of school workforce to support the delivery of VLSE at SMA N 1 Tempeh and SMA Muhammadiyah 03 Batu ; (3) the management of facilities and school infrastructure in order to support the implementation of VLSE at SMA N 1 Tempeh and SMA Muhammadiyah 03 Batu, (4) the management of financing of the school to support VLSE in SMA N 1 Tempeh and SMA 03 Muhammadiyah Batu ; (5) the management of the school and community relations to support VLSE at SMA 1 Tempeh and SMA Muhammadiyah 03 Batu. 54 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 This research uses a multi-case study approach. Data collection techniques used is: (1) indepth interviews, (2) participative observation, (3) documentation study. The research informants are selected purposively. Data collected is diskriptifly analyzed chronologically, as follows: (1) data reduction, (2) data description; (3) drawing conclusions. Data validity are basically done by the four criteria, namely: (1) credibility, (2) transferability; (3) dependability and (4) confirmbility. The research result shows that: the first aims to provide planning guidance for the implementation of the VLSE at the SMA N 1 Tempeh SMA Muhammadiyah 03 Batu. Planning includes the selection of schools target, the determination of the forms of activity, where activity to be implemented, the activities, the implementation procedures, the determination of the VLSE curriculum and evaluation activities. The second, is the process of workforce management which is done by (1) internship program participation at “UD. Makartijaya “and “Batik Gajah Mada ” for the SMA N 1 Tempeh students, (2) internship program participation at “Bagus Agriseta”,”Ramayana”, “M3”, and “CV. Mandiri” for the students of SMA Muhammadiyah 03 Batu. The implementation of the apprenticeship system in the two schools refer to the diskret model, meanly the implementation of the technical activities carried out separately from the core subjects. For the case of SMA N 1 Tempeh, VLSE conducted on every Saturday after school hours and at the weekend, in the otherhand, SMA Muhammadiyah 03 Batu conducted VLSE every schooldays at 07.00 upto 11.00 in the morning. The preparation of VLSE curriculum at SMA Muhammadiyah 03 Batu is designed by SMEs and school officers, but at SMA N 1 Tempeh the curriculum VLSE is designed by the school itself and involving school committees, local government, and the office of local education authority. Fourth, the funding of the VSLE program is supported by Damandiri. The implementation of PKH education at the SMA N 1 Tempeh is not only funded by Damandiri, but also funded by the school committee. Fifth, the management of the school and community relations include the management of relations with selected SMEs, ex student internships, local education authority, the school committee, and the community. Based on the research results, it is suggested that: (1) Besides SMA N 1 Tempeh needs to review the material, to involve teachers to internship program for solving problem of school lack of batik teacher, it is also needs to consider having cooperation with national level SMEs such as Batik Gajahmada. Preparation of journals should be done with the SME, its not only about the material but also the implementation of evaluation techniques to be used. The SMA Muhammadiyah 03 Batu needs to review the agreement before the designing program of etreprise formation such as “M3” and develop open communication with the implementation management. School is suggested to runs the “M3” as a school entrprise, and use the benefit of the bussines to fund the school programs. School should use the “M3” as a main program of the school to attract prospective students in the near fucture to joint to SMA Muhammadiyah 03 Batu. VLSE curriculum should be in writing in order to be used not only as a reference in conducting activities, but also to be used as guidance of the development system and school documentation. (2) The Education Local Authority (DIKNAS) should be more concerned with school programs, both programs are held on the cost of government or by the other institutions; (3) for further research, This tipe of research is still needs to be developed and followed up with a topic in the model of providing VLSE for Public Senior High School. Keywords: management, vocational life skill education. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mencapai SMK Bertaraf Internasional (Studi Multikasus di SMKN 1 Palu dan SMKN 3 Palu) M.Gamar Mahfud Gamar Mahfud, M. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mencapai SMK Bertaraf Internasional (Studi Multikasus di SMKN 1 Palu dan SMKN 3 Palu). Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. H. A.Sonhadji K.H, M.A.,Ph.D., (II) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd Abstrak Keberhasilan sekolah menengah kejuruan dalam mencapai sekolah bertaraf internasional tidak lepas dari peran kepala sekolah sebagai pemimpin. Keberhasilan SMKN 1 Palu dan SMKN 3 Palu dalam usaha mencapai SMK Bertaraf Internasional merupakan faktor kepemimpinan kepala sekolah. Untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah dalam mencapai SMK Bertaraf Internasional, penelitian ini difokuskan pada: (1) kepemimpinan kepala sekolah dalam mengubah pola pikir warga sekolah mencapai SMK Bertaraf Internasional, yang terdiri dari melakukan sosialisasi, membangun komitmen seluruh warga sekolah, Program Studi S2 MPD 55 menumbuhkan kesadaran warga sekolah, memberi contoh teladan, memberi motivasi terhadap warga sekolah, dan (2) kepemimpinan kepala sekolah dalam mempercepat tercapainya SMK Bertaraf Internasional, yang mencakup membentuk tim SMKRSBI, merumuskan visi ke depan, pembenahan kurikulum dan model pembelajaran, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pembenahan manajemen, perbaikan sarana dan prasarana, menjalin kerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI), dan pendanaan sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan berbagai hal berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam mencapai SMK Bertaraf Internasional. Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan kepemimpinan kepala sekolah SMK Negeri 1 Palu dan SMK Negeri 3 Palu mengubah pola pikir warga sekolah dalam mencapai SMK Bertaraf Internasional,(2) untuk mendeskripsikan kepemimpinan kepala sekolah dalam mempercepat tercapainya SMK Bertaraf Internasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan multi kasus, karena dua kasus penelitian dengan latar yang berbeda. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan tiga cara, yakni: (1) wawancara mendalam, (2) observasi berperan serta pasif, (3) studi dokumentasi. Pemilihan informan menggunakan teknik snowball sampling. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif, dengan alur: (a) reduksi data, (b) penyajian data, (c) penarikan kesimpulan, (d) analisis data kasus individu, (e) analisis data lintas kasus. Agar memperoleh keabsahan data dilakukan dengan empat kriteria, yaitu; (1) kredibilitas, (2) transferbilitas, (3) dependenitas, dan (4) komfirmabilitas Dari hasil paparan data penelitian ini ditemukan: Kasus SMKN 1 Palu dan SMKN 3 Palu merupakan Sekolah Bertaraf Internasional fase rintisan yang memiliki: (1) kepemimpinan kepala sekolah merubah pola pikir warga sekolah dalam mencapai SMK Bertaraf Internasional dengan melakukan; (a) sosialisasi, sosialisasi dilakukan terhadap interen dan eksteren sekolah, (b) membangun komitmen bersama, kepala sekolah membangun komitmen bersama guru-guru dan tenaga administrasi, komitmen dengan pemerintah daerah khususnya Dinas Pendidikan Nasional, komitmen dengan komite dan orang tua murid serta komitmen dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri, (c) menumbuhkan kesadaran, untuk mengubah polah pikir warga sekolah sehingga mau melakukan perubahan, kepala sekolah berusaha menumbuhkan kesadaran guru-guru, pegawai dan siswa bahwa sekolahnya adalah SMKRSBI yang tentunya tidak sama dengan sekolah-sekolah lainnya, (d) memberi contoh teladan dengan mencontohkan keteladanan kepada warga sekolah berupa kedisiplinan, tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas, dan pengabdian terhadap sekolah, (e) memberikan motivasi terhadap warga sekolah, kepala sekolah melakukannya dalam bentuk penghargaan yang diberikan kepada guru-guru, tenaga administrasi bahkan satpam yang berprestasi, mendorong agar warga sekolah untuk mengembangkan diri melalui kegiatan seminar, training, pelatihan, diklat, dan meningkatkan kualifikasi pendidikan, dan (2) kepemimpinan kepala sekolah mempercepat tercapainya SMK Bertaraf Internasional dengan melakukan; (a) membentuk tim SMK RSBI, (b) merumuskan visi ke depan, (c) pembenahan kurikulum dan model pembelajaran, (d) meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), (e) pembenahan manajemen, (f) perbaikan sarana dan prasarana, (g) menjalin kerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI), (h) pendanaan sekolah. Kesimpulan penelitian ini adalah; (1) upaya kepala sekolah merubah pola pikir warga sekolah dalam mencapai SMK Bertaraf Internasional dilakukan dengan cara : (a) melakukan sosialisasi, (b) membangun komitmen warga sekolah, (c) menumbuhkan kesadaran dalam diri warga sekolah, (d) memberi contoh teladan, dan (e) memberi motivasi; (2) kepemimpinan kepala sekolah dalam mempercepat tercapainya SMK Bertaraf Internasional dilakukan dengan cara: (a) membentuk tim kerja SMK RSBI, (b) merumuskan visi kedepan, (c) pembenahan kurikulum dan model pembelajaran, (d) meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), (e) pembenahan manajemen, (f) perbaikan sarana dan prasarana, (g) menjalin kerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI), dan (h) pendanaan sekolah. Penelitian ini memberikan beberapa saran. Pertama, bagi sekolah yang diteliti disarankan: (a) kepala sekolah senantiasa berusaha semaksimal mungkin merubah pola pikir warga sekolah dan senantiasa membangun komitmen bersama dengan seluruh warga sekolah dalam mewujudkan visi dan misi sekolah, (b) memotivasi seluruh warga sekolah untuk mengembangkan potensi dirinya melalui kegiatan pelatihanpelatihan, khursus-kursus dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, khususnya bagi guru dan tenaga kependidikan. Kedua,untuk kepala-kepala pada yayasan dan sekolah-sekolah lain, penelitian ini dapat dijadikan bahan keilmuan dalam rangka mengubah pola pikir warga sekolahnya untuk mencapai sekolah bertaraf internasional dan melakukan upaya-upaya untuk mempercepat tercapainya sekolah bertaraf internasional di sekolahnya. Ketiga, Dinas Pendidikan kota Palu sebagai bagian dari pemerintah, dapat memberikan: (a) kemudahan bagi pihak sekolah untuk melakukan hubungan kerja sama dengan semua pihak termasuk Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) dalam rangka memajukan sekolah, (b) bantuan dana untuk pembiayaan sarana dan prasarana untuk penyelenggaraan sekolah serta peningkatan Sumber Daya Manusia sehingga upaya sekolah mencapai sekolah bertaraf internasional tercapai. Keempat, bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagi bahan keilmuan untuk mengetahui kepemimpinan kepala 56 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 sekolah dalam upaya mencapai SMK Bertaraf Internasional dan disarankan untuk melanjutkan penelitian ini pada beberapa aspek yang belum dikemukakan dalam tulisan ini. Kata kunci: kepemimpinan kepala sekolah, SMK, sekolah bertaraf internasional The Principal Leadership in Reaching the International Vocational Senior High School (A Multi Case Study in SMKN 1 Palu and SMKN 3 Palu) M.Gamar Mahfud Gamar Mahfud, M. 2009. The Principal Leadership in Reaching the International Vocational Senior High School (A Multi Case Study in SMKN 1 Palu and SMKN 3 Palu). Thesis, Management of Education Department of Post Graduate Program of State University of Malang. Advisors: (I) Prof. H. A. Sonhadji K.H., M.A., Ph.D., (II) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd. Abstract The success of a vocational senior high school in reaching the international school cannot be separated from the principal’s roles as the leader of the school. The success of SMKN 1 Palu and SMKN 3 Palu in reaching the international vocational school was a factor of the principals’ leadership. To find out about the principal’s leadership in reaching the international vocational school, the study focused on: (1) the principal’s leadership in canging the view points of the people at school in order to reach the international vocational school, they are by socializing, building a commitment among all the people at school, growing up the awareness of all people at school, becoming an example of good character, motivating the people at school, and (2) the principal’s leadership to speed up the efforts to reach the international vocational school, includes forming the team of SMKRSBI, forming the school vision of the future, making better curriculum and instructional model, improving the human resources, conducting better management, improving the facilities, making links with business world and industrial world, and school funding. This study aimed at finding out several things related to the principal’s leadership in reaching International Vocational School. The objectives of this study are: (1) to describe the principals’ leaderships at SMKN 1 palu and SMKN 3 palu in changing the view points of the people at the schools in reaching international vocational school, (2) to describe principals’ leaderships to speed up the efforts to reach the international vocational school. This is a qualitative research with multi problems design which uses two different background problems. There are three ways in collecting the data: (1) deep interview, (2) passive and meaningful observation, (3) documentation study. This research uses snowball sampling technique in choosing the informant. The collected data was analyzed descriptively by this kind of plotting: (a) data reduction, (b) report of the data, (c) draw conclusion, (d) individual problem analysis, (e) cross problems data analysis. There are four criteria to control the validity: (1) credibility, (2) transferability, (3) dependability, and (4) conformability. From the presentation of the results, it was found that: SMKN 1 palu and SMKN 3 Palu were planned international school which have: (1) principals’ leaderships in changing the view points of the people at school in order to reach the international vocational school by doing; (a) socializing, which was done to school internal and external, (b) building a commitment together, the principal built a commitment among the teachers and the schools administration, commitment with the government, especially with the Educational Department of palu, commitment with the school committee and parents, and commitment with business world and industrial world, (c) and growing up the awareness of all people at school, in order to change the view points of the people at school, the principals tried to make the teachers, the school clerks, and the students realize that the schools are SMKRSBI, which are different with other schools, (d) becoming an example of good character in terms of disciplinary, responsibility toward the duty, and good care of the school, (e) motivating the people at school, the principals did this by giving rewards to the teachers, schools clerks, and even the security guards who have good achievement, motivating the people at the schools to improve their potency by following seminars, trainings, short term training, or by studying at universities to improve their educational qualification, and (2) the principals’ leaderships to speed up the efforts to reach the international vocational school by doing: (a) forming the team of SMKRSBI, (b) forming the school vision of the future, (c) making better curriculum and instructional model, (d) improving the human resources, (e) conducting better management, (f) improving the facilities, (g) making links with business world and industrial world, and (h) school funding. Program Studi S2 MPD 57 The conclusion of the study are; (1) the principals’ efforts in changing the view points of the people at the schools to reach the international vocational school are: (a) socializing, (b) building a commitment among the people at the schools, (c) and growing up the awareness of all people at school, (d) becoming an example of a good character, and (e) motivating the people at school; and (2) the principals’ leaderships to speed up the efforts to reach the international vocational school by doing: (a) forming the team of SMKRSBI, (b) forming the school vision of the future, (c) making better curriculum and instructional model, (d) improving the human resources, (e) conducting better management, (f) improving the facilities, (g) making links with business world and industrial world, and (h) school funding. This study gives several suggestions. Firstly, to the observed schools, it is suggested that (a) the principals keep doing their best efforts in changing the view points of the people at their schools and building a commitment among the people at the schools to reach the schools’ visions and the missions, (b) motivating the teachers and school clerks to improve their potency by following trainings, courses, or by continuing their study to universities. Secondly, to the principals and headmasters of foundations and other schools The results of this study can be taken as a scientific source in order to change the view points of the people at the schools as well as to do some efforts in order to be able to reach the international school a their school. Thirdly, the Educational Department of Palu, as part of the government should: (a) allow the schools to cooperate with all participants, including the business world and the industrial world, in order to improve the school, (b) give funds to improve the schools facilities in order to better the instructional activities as well as to improve the quality of the human resources, in such a way the efforts to reach the international schools will be success. Fourthly, the next researchers may take this study as a scientific source to know the principal’s leadership in reaching the international vocational senior high school. it is also suggested to continue this study by observing other aspects which did not presented in this study. Keywords: the principal leadership, Vocational Senior High School, international school Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Implementasi Sekolah Standar Nasional (SSN) di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 10 Kota Malang: Studi Multisitus di SMAN 1 Malang dan SMAN 10 Malang Isrofin Anis Isrofin Anis. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Implementasi Sekolah Standar Nasional (SSN) di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 10 Kota Malang: Studi Multisitus di SMAN 1 Malang dan SMAN 10 Malang. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing : (I) Prof. H.A. Sonhadji, K.H. M.A., Ph.D, (II) Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd Abstrak Salah satu implementasi dari PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), pemerintah berkepentingan untuk melakukan pemetaan sekolah dengan melakukan pengkategorian sekolah khususnya di SMA berdasarkan tingkat terpenuhinya SNP. Direktorat Pembinaan SMA melakukan penyelenggaraan SSN, dua di antaranya adalah SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 10 Kota Malang untuk mengembangkan konsep sekolah kategori mandiri dengan satuan kredit semester untuk SMA. Penelitian ini difokuskan pada: (1) ciri-ciri kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi SSN, (2) strategi kepemimpinan kepala SMAN 1 Malang dan SMAN 10 Malang dalam implementasi SSN, (3) faktor-faktor yang mendukung keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi SSN, (4) faktor-faktor resistensi/kendala dalam implementasi SSN di SMAN 1 Malang dan SMAN 10 Malang, (5) upaya kepala sekolah dalam memberdayakan faktor-faktor pendukung dalam implementasi SSN, dan (6) upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam mengatasi kendala dalam implementasi SSN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang dilakukan di SMAN 1 Malang dan SMAN 10 kota Malang sebagai sekolah berprestasi dengan rancangan penelitian multisitus pada metode komparatif konstan dan analisa induktif untuk menemukan makna dari fenomena pada latar penelitian. Penentuan informan dilakukan dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling, internal sampling, time sampling, dan teknik bola salju (snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (1) wawancara mendalam, (2) observasi partisipan, dan (3) studi dokumentasi. Data yang terkumpul dari ketiga teknik tersebut dianalisis secara berulang yang didalamnya melibatkan kegiatan reduksi data, sajian 58 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 data dan verifikasi/penarikan kesimpulan baik melalui analisis dalam situs maupun analisis lintas situs guna menyusun konsep temuan lapangan. Kredibilitas data dicek dengan triangulasi sumber, triangulasi metode, member chek, diskusi teman sejawat, dan kecukupan referensi. Sedangkan dependabilitas dan konfirmabilitas diperoleh melalui pengauditan oleh dosen pembimbing. Temuan penelitian ini adalah: Pertama, kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi SSN mempunyai karakteristik yang sama dengan kepemimpinan transformasional dengan tipologi the value-based juggler, yaitu mampu mempengaruhi komponen sekolah dalam proses perbaikan sekolah dengan tetap berorientasi pada kemajuan belajar siswa. Kepala sekolah mengkomunikasikan visi pribadi dan visi sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Kepala sekolah mempunyai nilai kepemimpinan yang menjadi landasan berfikir dan bertindak dalam memimpin sekolah yaitu (1) disiplin dalam bekerja, (2) bersikap demokratis, (3) bertanggung jawab, (4) inovatif, dan (5) jujur dan terbuka. Kepala sekolah juga mempunyai hubungan sosial yang terjalin baik dengan warga sekolah antara lain: (1) kesejawatan, (2) keteladanan, (3) penghargaan terhadap prestasi guru dan siswa, dan (4) kekeluargaan dan kesejahteraan. Kedua, strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam implementasi SSN adalah: (1) membentuk teamwork yang kuat, (2) menjalin kerjasama dengan Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang dalam pelatihan pembelajaran inovatif, (3) meningkatkan mutu sumberdaya guru melalui kursus bahasa Inggris atau diklat kompetensi Guru, (4) siswa kelas X wajib mengikuti pembelajaran 5 bahasa asing selain bahasa Inggris yaitu bahasa Jerman, Perancis, Jepang, Mandarin, dan bahasa Arab, (5) peningkatan sarana ICT untuk siswa, guru dan karyawan dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang IT, (6) pembelajaran dirancang dengan sistem moving class, (7) peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan, (8) memberikan reward/penghargaan pada guru dan siswa yang berprestasi, dan (9) mendorong serta memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan potensinya baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Ketiga, faktor-faktor pendukung dalam implementasi SSN antara lain; (1) faktor tenaga pendidik dan kependidikan, (2) faktor sarana prasarana, (3) faktor keadaan siswa, (4) lingkungan dan aktifitas sekolah, (5) dan faktor kerjasama/kemitraan. Keempat, faktor kendala dalam implementasi SSN antara lain: (1) belum semua guru menguasai ICT, (2) lahan sekolah yang kurang luas di SMAN 1 Malang, (3) kurangnya tenaga pelatih dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kelima, Upaya kepala sekolah dalam memberdayakan faktor pendukung dalam implementasi SSN yakni dengan mengoptimalisasi faktor-faktor pendukung secara intensif yang meliputi: (1) faktor pendidik dan tenaga kependidikan, (2) faktor sarana prasarana, (3) faktor keadaan siswa,(4) faktor aktivitas sekolah, dan (5) faktor kerjasama/kemitraan. Dari hasil penelitian ini disarankan: (1) bagi penyelenggara pendidikan, penelitian ini memberikan gambaran SSN beserta kegiatan aktif dari para guru dan siswa sehingga dapat dijadikan model dalam pengelolaan SSN, (2) Bagi kepala SMAN 1 Malang dan SMAN 10 Malang, disarankan meningkatkan status SSN menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), (3) bagi kepala sekolah lain, kepemimpinan kepala sekolah pada SMAN 1 Malang dan SMAN 10 Malang dapat dijadikan model kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi SSN, dan (4) bagi pemerintah dijadikan pedoman pelaksnaan SSN, sesuai dengan amanah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kata kunci: kepemimpinan kepala sekolah, implementasi, sekolah standar nasional (SSN) The Principal’s Leadership in Implementation of National School Standart (SSN): Multisite Studies in Senior High School 1 Malang and Senior High School 10 Malang Isrofin Anis Isrofin Anis. 2009. The Principal’s Leadership in Implementation of National School Standart (SSN): Multisite Studies in Senior High School 1 Malang and Senior High School 10 Malang. Thesis, Education Management, Graduate Program. State University of Malang. Advisor: (I) Prof. H.A. Sonhadji, K.H. M.A., Ph.D, (II) Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd Abstract One of implementation of PP number 20 year 2005 about National Education Standard (SNP), the government has tendency to conduct school mapping by school categorizing especially senior high school based on the level fulfillment of SNP. Government of advicesory of SMA based conduct SSN two which are SMAN 1 Malang and SMA 10 Malang to develop concept of SSN for SMA. Program Studi S2 MPD 59 This research focus on: (1) characteristics leadership of principal’s of SMA 1 and SMAN 10 Malang in implementation of SSN, (2) strategy of leadership principals in implementation SSN, (3) factors which support success of leadership principals in implementation SSN, (4) obstacles factors in implementation SSN, (5) principals effort in empowering supporting factor in implementation on SSN, and (6) principals’ efforts done to solve obstacles in implementing SSN. This research uses qualitative approaches, which are conducted at SMAN 1 Malang and SMAN 10 Malang as achieved school with design of multicity research of constant comparative method and inductive analysis to find meaning of phenomenon on research background. Determinations of informant is done with technique sample taking by purposive sampling, internal sampling, time sampling, and snowball sampling technique. Technique of data collecting used are(1) deep interview, (2) participant’ observation, and (3) study of documentation study. Data collected from three techniques are analyzed again and again which the constant involves activity of data reduction, data presented and verification of conclusion through analysis within cite or analysis crossing cites in order compose the concept of research finding. Data credibility is cross checked by source triangulation, method triangulation, member check, colleague discussion, and enough references. While dependence and conformability are obtained through auditing by advisor. This research findings of are: Firstly, leadership of principals in implementation of SSN has the same characteristics with transformational leadership by the value based juggler typology, that is enable to influence school component in school improvement process which is still oriented on student learning progress. The principals communicate personal and school visions to parent, society and government. Principals have leadership value which becomes thinking and doing in leading school, these are (a) discipline on working, (b) democratic behavior, (c) responsible, (d) innovative, and (e) honest and opened attitude. Principals also have good relationship with school community such as; (1) colleague, (2) modeling, (3) reward to students’ and teachers’ achievement, and (4) familiarity and prosperity. Secondly, the strategies which conducted by principals on implementation of SSN are: (1) build of solid teamwork, (2) cooperate with MIPA faculty State University of Malang on guidance in instructional innovative , (3) improve professionalism of teachers’ resources by joining English course or teachers’ competency workshop, (4) ten grade students must join five foreign languages except English, they are: Germany, France, Japanese, Chinese and Arabic, (5) improvement of ICT facilities and competence for students and teachers,(6) instruction is design by moving class system, (7) improvement of prosperity for teachers and employees, (8) reward giving for teachers and students who are achieved, (9) encouraging students in improving their talent in intra curricular and extracurricular Thirdly, supporting factors in implementation of SSN such as: (1) facility factors, (2) students condition, (3) teacher and employees factors, (4) school activity and environment, (5) supporting factors, and (6) cooperation and partnership among parent, society, government agency, private sector business, and international education institute. Fourthly, obstacles factors in implementation of SSN such as (1) not all of the teacher master of ICT, (2) schoolyard is less wide in SMAN 1 Malang, (3) lack of instructor extracurricular. Fifthly, principals’ efforts to empowering supporting factor on facility implementation of SSN, that is by optimalyzing supporting factor intensively, including (1) teachers and employees, (2) facilites factor, (3) students’ condition, (4) school activity factor, (5) supporting factor, and (6) partnership factor. From the result of this research, it is suggested: (1) for education manager, this research gives description of SSN with active activity from teachers and students so that can become a model in SSN management, (2) for principals of SMAN 1 and SMAN 10 Malang, it suggested to improve SSN status to pioneer of international standard school (RSBI), (3) for other principals, this kind of principals’ leadership of SMAN 1 Malang and SMAN 10 leadership of SMAN 1 Malang and SMAN 10 can become a model of principals leadership of SSN implementation,(4) for the government as guidance in implementing of SSN such as according to UU no 20 2003 about National Education System. Keyword: principal’s leadership, implementation, national school standart. 60 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Implementasi Pendidikan Moral: Studi Multisitus di SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur Yulius Rustan Effendi Effendi, Yulius Rustan. 2009. Implementasi Pendidikan Moral: Studi Multisitus di SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Pembimbing I: Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. dan Pembimbing II: Dr. H. Kusmintardjo, M.Pd. Abstrak Fakta dalam kehidupan sosial masyarakat, perilaku peserta didik telah menyebabkan kecemasan yang berujung pada patologi sosial berupa penyimpangan moral (bias of morality). Penyimpangan moral (bias of morality) yang terjadi di kalangan peserta didik dewasa ini, ditandai dengan: (1) dekadensi etika/sopan santun, (2) perilaku tidak jujur seperti; suka bolos, nyontek, tawuran antara pelajar dan suka mencuri, (3) kurangnya rasa hormat terhadap orang tua, guru, (4) kelompok teman sebaya yang bersifat kejam dan bengis, (5) kejahatan yang memiliki sikap fanatik dan penuh kebencian, (6) berbahasa tidak sopan, (7) merosotnya etika kerja, (8) mementingkan diri sendiri dan kurangnya rasa tanggung jawab, (9) gelombang perilaku yang merusak diri sendiri seperti; perilaku seksual prematur, penyalahgunaan narkoba dan perilaku bunuh diri, (10) ketidaktahuan sopan santun termasuk mengabaikan pengetahuan moral sebagai dasar hidup. Menghadapi krisis moral di kalangan peserta didik, salah satu solusi yang mesti ditengarahi adalah mengimplementasikan pendidikan moral di sekolah. Pendidikan moral di sekolah penting demi membentuk manusia peserta didik yang berkualitas. Mencermati pentingnya pengimplementasian pendidikan moral di sekolah, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur Malang, dengan fokus Implementasi Pendidikan Moral: Studi Multisitus di SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur, dengan sub fokusnya: (1) Latar Pengimplementasian Pendidikan Moral di SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur Malang. (2) Pelaksanaan Pengimplementasian Pendidikan Moral di SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur Malang. (3) Penilaian Pengimplementasian Pendidikan Moral di SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur Malang. Untuk mengkaji lebih dalam guna menjawab sub fokus penelitian, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan fokus pendekatan studi multisitus. Penelitian dalam konteks studi multisitus, dilakukan peneliti dengan cara menjajaki lokasi, mendekati orang-orang yang dijadikan subyek atau sumber data melalui wawancara, mengumpulkan data dan memeriksanya, selebihnya adalah data non insani termasuk dokumen dan foto. Penentuan informan dalam pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mengadakan konsultasi dengan kepala sekolah sebagai kunci informan setempat. Selanjutnya untuk menjaring data lebih jauh, lebih dalam, peneliti menggunakan teknik bola salju (Snowball Technique) guna mendapat informasi pihak-pihak yang terlibat (wakasek bidang kurikulum, wakasek bidang kesiswaan, guru BK (Bimbingan dan Konseling), guru-guru wali kelas, pembina spiritualitas dan moralitas dan beberapa orang dari pihak peserta didik serta orangtua/wali peserta didik). Temuan penelitian ini sebagai berikut. (1) Latar Implementasian Pendidikan Moral di SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur Malang, mencakup tiga aspek temuan: (a) inspirasi spiritual, ”penghargaan terhadap kemanusiaan manusia peserta didik” (b) sumber inspirasi spiritual; Kitab Suci, contoh hidup tokoh pendiri masing-masing biara dan nilai-nilai kebajikan kristiani yang menjadi ciri khas sekolah. (2) Pengimplementasian Pendidikan Moral di SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur Malang mencakup beberapa aspek temuan: penetapan kebijakan sekolah, visi, misi, tujuan, sasaran pendidikan moral dan manajemen penanaman nilai moral. Beberapa indikator yang memastikan keberhasilan antara lain: (a) kedua sekolah menerapkan sistem manajemen pengorganisasian secara efektif, yang ditandai oleh pelibatan orang-orang ke dalam team work/seksi-seksi, (b) menerapkan sistem manajemen partisipatif, melalui koordinasi kerja sama yang saling membutuhkan, saling mendukung diantara team work di SMPK St. Maria 2 dan diantara wakasek dan seksi-seksi di SMPK Sang Timur. (c) peran dan fungsi kontrol kepala sekolah berjalan sangat efektif, seperti: (1) menciptakan komunikasi yang akrab, bersahabat, saling memahami dan saling memercayai para guru dan peserta didik, (2) bersikap proaktif memantau dan memotivasi para guru. (3) menanamkan kehidupan rohani (doa dan renungan) bersama sebelum memulai kegiatan PBM, (4) menghimbau para guru untuk bertanggungjawab pada tugas, memberi teladan hidup yang baik kepada peserta didik, (5) memberikan reward dan punishment. (d) Adanya kesatuan pikiran, tindakan, dan perintah (unity of mind, action, and comand). Kesatuan pikiran ini memacu kepala sekolah bersama para guru dan Program Studi S2 MPD 61 tokoh masyarakat menyusun rencana strategis (renstra) sekolah, dan kemudian diimplementasikan ke dalam rencana operasional (renop). Kesatuan tindakan lebih mengarah kepada pengejahwantaan program ke dalam tindakan praksis. (e) Terciptanya kinerja (performance) yang efektif. (3) Penilaian Pengimplementasian Pendidikan Moral di SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur mencakup dua aspek, antara lain: (a) penerapan manajemen pendidikan moral di kedua sekolah ini sangat efektif dan (b) perubahan perilaku moral peserta didik. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa implementasi pendidikan moral di SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur Malang sangat efektif. Keefektifan pengimplementasian pendidikan moral di kedua sekolah ini nampak dalam beberapa hal, antara lain: (a) penerapan manajemen pendidikan moral di kedua sekolah ini sangat efektif, (b) manajemen penilaian diatur berdasarkan standar penilaian yang obyektif, (c) perubahan perilaku moral peserta didik. Beberapa saran yang bisa disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) kedua sekolah perlu mempertahankan mutu pendidikan yang menyelaraskan perkembangan kecerdasan intelektual, kecerdasan moral dan spiritual, (b) kedua sekolah ini dapat dijadikan “model” dalam mengimplementasikan pendidikan moral di sekolah-sekolah lain yang sejawat; (c) menjalin kemitraan dengan orang tua peserta didik, masyarakat peduli pendidikan, pihak kepolisian, tokoh agama dalam membimbing dan membentuk ketahanan moral peserta didik; (d) pemerintah perlu menyusun kurikulum pendidikan moral secara resmi di tingkat SD/MI, SLTP/MTs dan SMA/MA/SMK, (e) para peneliti selanjutnya, diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkapkan lebih dalam lagi mengenai pengimplementasian pendidikan moral dari medan fokus yang berbeda. Kata kunci: implementasi, pendidikan moral Moral Education Implementation: Multisitus study at SMPK St. Maria 2 and SMPK Sang Timur Yulius Rustan Effendi Effendi, Yulius Rustan. 2009. Moral Education Implementation: Multisitus study at SMPK St. Maria 2 and SMPK Sang Timur. Thesis, Study Program of Educational Management, Post Graduate Program, State University of Malang. Advisor I: Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. and Advisor II: Dr. H. Kusmintardjo, M.Pd. Abstract The fact in the social society world shows that the behavior of learners has caused a anxiety ended to the social pathology in the form of bias of morality. Bias of morality done by learners nowadays characterized by: (1) ethic/courteous decadency, (2) dishonest behavior, such as shirking, cheating, student fighting and stealing, (3) the lack of respect to parents and teachers, (4) cruel and harsh pair groups, (5) misdeed having a fanatic and full of hatred, (6) speak not courteously, (7) the decrease of working ethics, (8) putting one self interest in the higher position and lack of responsibility, (9) doing self-destructive activities, such as premature sexual activities, misuse of drugs and committed suicide, and (10) neglecting courteousness including neglecting moral as the foundation of life. Facing the moral crisis in learners, one of the solution must be mediated by implementing moral education at schools. It is considered important to produce quality as good personality. The importance of moral education implementation at schools, the researcher is interested in doing this research at SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur Malang, with the focus of Moral Education Implementation: Multisitus study at SMPK St. Maria 2 and SMPK Sang Timur, with the subfocuses (1) Setting of Moral Education Implementation at SMPK St. Maria 2 and SMPK Sang Timur, (2) The Implementer of Moral Education Implementation at SMPK St. Maria 2 and SMPK Sang Timur, and (3) Assessment of Moral Education Implementation at SMPK St. Maria 2 and SMPK Sang Timur. In order to investigate deeper for answering the subfoces of research, data collection is conducted by a qualitative research method, with the focus of multisitus study approach. In the context of the study, the researcher observed the location, approached subjects of study or data source through interview, data collection and examination, and non-human data including documents and photos. The determination of informants in data collection was conducted after the researcher having consultations with the headmasters as the main informants. Then, for the further and deeper data collection, the researcher used Snowball Technique to obtain information by the respective parties (the vice of 62 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 curriculum affair, the vice of students, counseling teachers, classroom teachers, spirituality and morality educators and several learners and their parents. Findings show that (1) Setting of Moral Education Implementation at SMPK St. Maria 2 and SMPK Sang Timur consist on three findings aspects, which are (a) spiritual inspiration, the appreciation of the learners humanity, (b) spiritual inspiration source: Holy Book, the examples of life of each founder of monastery and Christian wisdom values which becomes the unique characteristic of the schools. (2) The Moral Education Implementation at SMPK St. Maria 2 and SMPK Sang Timur consist of several main aspects, which are the establishment of school policies, vision, mission, goals, moral education objectives and the management of implementing moral values. Several indicators ensuring this success are (a) both of them have effective managements characterized by the involvement of people in the teamwork/sections, (b) both of them implement the participative management system by coordinating cooperation for those who need, support one other team works SMPK St. Maria 2 and among the vice of headmaster and sections at SMPK Sang Timur. (c) The role and function of the headmaster occurs very effectively, for example: (1) establishing close and understanding communication between the teacher and learners, (2) proactively in observing and motivating teachers, (3) planting the spiritual life (pray and contemplation) before starting teaching-learning process, (4) appealing teachers to be responsible to their duties, provide good-livingexamples to learners, and (5) Giving reward and punishment. (d) The presence of unity of mind, action, and command. This unity spurs the headmasters and teachers and figures of society to arrange the school strategic plans, which is then implemented in the operation plan. The unity of action intend to the implementation of the program into the practical action in the form of techniques or program implementation of each components established by the schools. (e) The creation of effective performance. (3) Assessment of Moral Education Implementation at SMPK St. Maria 2 and SMPK Sang Timur covers two aspects, which are (a) the implementation of education moral management at both school are very effective, and (b) the change of learners’ moral behavior. Based on findings, it is concluded that moral education implementation at SMPK St. Maria 2 dan SMPK Sang Timur Malang is very effective. The efficacy of it is shown through: (a) the moral education implementation at both schools is very effective, (b) the management assessment is managed based on the objective assessment standard, and (c) the change of learners’ moral behavior. The suggestions of this research are (a) both of schools should retain the education quality which is in line with the development of intellectual, moral, and spiritual intelligences, (b) both of them should be used as the “model” in moral education implementation in other schools, (c) establish relationship with parents, society interested in education, police, religion figure in guiding and shaping the moral tenacity of learners, (d) government should arrange the curriculum of moral education officially in the level of elementary school, junior and senior high school, (e) further researchers should conduct the further research to unveil deeper the moral education implementation from the different focus. Keywords: implementation, moral education Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Keefektifan Komunikasi, dan Budaya Sekolah terhadap Kinerja Guru pada SMK di Kota Probolinggo Warnoto Warnoto. 2009. Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Keefektifan Komunikasi, dan Budaya Sekolah terhadap Kinerja Guru pada SMK di Kota Probolinggo. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H., MA.Ph.D., (II) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd. Abstrak Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Dan pendidikan akan menghasilkan sumber daya manusia yang handal kalau proses pendidikan berjalan dengan baik. Fenomena yang dimaksud tentu menjadi tanggung jawab banyak pihak terutama dunia pendidikan dimana ujung tombaknya adalah guru. Guru adalah sebuah profesi dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan mengevaluasi peserta didik dengan beberapa kompetensi yang harus dimiliki diantaranya kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Kondisi sekarang ini belum menunjukkan hasil Program Studi S2 MPD 63 yang maksimal sehingga masih diperlukan berbagai upaya dan strategi yang tepat guna meningkatkan kinerja guru dengan harapan terjadi peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah, keefektifan komunikasi, dan budaya sekolah merupakan beberapa faktor penting yang berpengaruh terhadap kinerja guru termasuk kinerja guru SMK di Kota Probolinggo. Untuk mengkajinya, penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1) bagaimana perilaku kepemimpinan kepala sekolah SMK di Kota Probolinggo, (2) bagaimana keefektifan komunikasi SMK di Kota Probolinggo, (3) bagaimana budaya sekolah SMK di Kota Probolinggo, (4) bagaimana kinerja guru SMK di Kota Probolinggo, (5) apakah ada kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK di Kota Probolinggo, (6) apakah ada kontribusi keefektifan komunikasi terhadap kinerja guru SMK di Kota Probolinggo, (7) apakah ada kontribusi budaya sekolah terhadap kinerja guru SMK di Kota Probolinggo, (8) apakah ada kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah, keefektifan komunikasi, dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru pada SMK di Kota Probolinggo. Untuk menjawab rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini dilaksanakan di dua belas SMK negeri swasta di Kota Probolinggo dengan populasi 510 orang dan sampel 208 orang. Sampel diambil secara random proporsional. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket sebagai instrumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat perilaku kepemimpinan kepala sekolah SMK di Kota Probolinggo termasuk kategori sangat efektif yakni mencapai 75,44%, dengan rerata skor responden 4,18. (2) tingkat keefektifan komunikasi SMK di Kota Probolinggo termasuk kategori sangat efektif yakni mencapai 56,73%, dengan rerata skor responden 4,02. (3) tingkat budaya sekolah pada SMK di Kota Probolinggo termasuk kategori sangat kuat yakni mencapai 61%, dengan rerata skor responden 4,08. (4) tingkat kinerja guru SMK di Kota Probolinggo termasuk kategori sangat tinggi yakni mencapai 79,8%, dengan rerata skor responden 4,28. (5) terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMK di Kota Probolinggo dengan sig t 0,036 < 0,05, (6) terdapat hubungan yang signifikan antara keefektifan komunikasi dengan kinerja guru SMK di Kota Probolinggo dengan sig t 0,018 < 0,05, (7) terdapat hubungan yang signifikan antara budaya sekolah dengan kinerja guru SMK di Kota Probolinggo dengan sig t 0,000 < 0,05, dan (8) terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah, keefektifan komunikasi dan budaya sekolah dengan kinerja guru SMK di Kota Probolinggo dengan sig F 0,000 < 0,05. (9) kontribusi sumbangan efektif perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru adalah 1,5%. (10) kontribusi sumbangan efektif keefektifan komunikasi terhadap kinerja guru adalah 5,9%, dan “(11) kontribusi sumbangan efektif budaya sekolah terhadap kinerja guru adalah 11,2%. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) Dalam rangka meningkatkan kinerja guru, kepala sekolah seharusnya terus meningkatkan kualitas perilaku kepemimpinannya. Hal yang dapat dilakukan antara lain menyosialisasikan program kerja sekolah beserta standar minimal keberhasilan yang diharapkan semua warga sekolah, terutama guru. Selain itu, kepala sekolah harus terus berupaya meningkatkan kepekaan terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat menjadi pionir dan motivator bagi guru dan karyawan untuk terus melakukan perubahan kearah yang lebih baik. (2) Berkaitan dengan hasil penelitian ini, guru dituntut untuk terus mempertahankan kinerjanya bahkan jika perlu lebih meningkatkan lagi dengan memanfaatkan sangat efektifnya perilaku kepemimpinan kepala sekolah, keefektifan komunikasi, dan budaya sekolah yang berkembang di sekolahnya. Melalui perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang berorientasi tugas, hubungan dan perubahan, guru dapat menjadikan tugas-tugasnya sebagai salah satu pengaruh untuk meningkatkan kinerjanya. Keefektifan komunikasi di sekolah yang sangat efektif dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memudahkan dalam menjalankan tugastugasnya secara maksimal sebab mereka dapat mengetahui lebih jelas dan tepat tugas-tugasnya, program sekolah, maupun standar pencapaian hasil yang diharapkan sekolah. Budaya organisasi sekolah yang sangat kuat juga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk terus meningkatkan kinerjanya. (3) Dinas pendidikan dan yasasan dapat memanfaatkan hasil-hasil penelitian ini yang berkaitan dengan perilaku kepemimpinan kepala sekolah, keefektifan komunikasi, dan budaya sekolah untuk meningkatkan kinerja guru, dan hendaknya dijadikan salah satu materi dalam pembinaan para kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja gurunya. (4) Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi terutama yang terkait dengan kinerja guru dan tiga faktor yang berpengaruh dalam penelitian ini. Sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang variabel lain yang mungkin mempengaruhi kinerja guru, misalnya iklim sekolah, kompensasi kerja, tingkat pendidikan, masa kerja, motivasi kerja, status sosial, keefektifan supervisi, intensitas MGMP dll. Dengan harapan dapat ditemukan teori-teori baru dalam memperkaya khasanah ilmu manajemen, khususnya yang berhubungan dengan menajemen persekolahan. Kata kunci: perilaku kepemimpinan, keefektifan komunikasi, budaya sekolah, kinerja guru 64 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 The Contribution of A Principal’s Leadership Behavior, The Effectiveness of Communication, The School Culture Toward The Teacher’s Performance of Vocational High Schools in Probolinggo Municipal Warnoto Warnoto. 2009. The Contribution of A Principal’s Leadership Behavior, The Effectiveness of Communication, The School Culture Toward The Teacher’s Performance of Vocational High Schools in Probolinggo Municipal. Thesis. Educational Management Program, Postgraduate Program Malang State University. Advisors: (1) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H., MA.Ph.D., (II) Prof. Dr.Willem Mantja, M.Pd. Abstract The quality of nation life is determined by educative factor. The role of education is very important to create smart, peaceful, open, and democratic human life. The education will produce qualified human resources if the educational process runs well. People have to be responsible for this phenomenon. And the government and especially teachers are the key players. A teacher is considered as a professional occupational that the first role they have are educating, teaching, guiding, directing, and evaluating the children using some competencies: pedagogical, professional, personality and social. Nowdays, it does not appear yet, therefore it is needed appropriate efforts and strategies to improve teacher’s performance hoping to increase the teaching and learning quality at a certain school. Principal’s leadership behavior, effectiveness of communication and school culture are several important factors that influence the teacher’s performance including the teacher’s performance for Vocational High School in Probolinggo Municipal. To examine those variables, this research is conducted based on the following formulation problem: (1) How is a principal’s leadership behavior of vocational high school in Probolinggo Municipal?, (2) How is an effectiveness of communication of vocational high school in Probolinggo Municipal?, (3) How is a school culture of vocational high school in Probolinggo Municipal?, (4) How is a teacher’s performance of vocational high school in Probolinggo Municipal?, (5) Is there a contribution from a principal’s leadership behavior toward the teacher’s performance of vocational high school in Probolinggo Municipal?, (6) Is there a contribution of effectiveness of communication toward teacher’s performance of vocational high school in Probolinggo Municipal?, (7) Is there a contribution of a school culture toward teacher’s performance of vocational high school in Probolinggo Municipal?, and (8) Is there a contribution of a principal’s leadership behavior, effectiveness of communication, school culture toward teacher’s performance of vocational high school in Probolinggo Municipal? To answer the above problem, this research is conducted using descriptive correlation research design. This study is conducted for twelve vocational high schools in Probolinggo Municipal in which their population and sample are 510 and 208 respondents. The sample is taken using random proportional technique. Instrument used to collect data in this research is a questionnaire. The result of this research shows that; (1) the level of principal’s leadership behavior of vocational high schools in Probolinggo Municipal is very effective, 75,44%, with respondents’ score average is 4,18. (2) the level of effectiveness of communication of vocational high schools in Probolinggo Municipal is very effective, 56,73% with respondents’ score average is 4,02. (3) the level of school culture of vocational high schools in Probolinggo Municipal is very strict, 61% with respondents’ score average is 4,08. (4) ) the level of teacher’s performance of vocational high schools in Probolinggo Municipal is very high, 79,8% with respondents’ score average is 4,28. (5) There is a significant correlation between principal’s leadership behavior and teacher’s performance of vocational high school in Probolinggo Municipal in which the sig t is 0,036 < 0,05, (6) There is a significant correlation between the effectiveness of communication and the teacher’s performance of vocational high school in Probolinggo Municipal in which the sig t is 0,018 < 0,05, (7) There is a significant correlation between the school culture and the teacher’s performance of vocational high school in Probolinggo Municipal in which the sig t is 0,000 < 0,05, and (8) There is a significant correlation among the principal’s leadership behavior, the effectiveness of communication, the school culture and the teacher’s performance of vocational high school in Probolinggo Municipal in which the sig F is 0,000 < 0,05, (9) An effective contribution of the principal’s leadership behavior toward the teacher’s performance is 1,5 %. (10) An effective contribution of the effectiveness of communication toward the teacher’s performance is 5,9%. (11) the effective contribution of the school culture toward the teacher’s performance is 11,2%. Based on the above research result, the writer suggests that: (1) In order to improve the teacher’s performance, a principal should improve the quality of his/her own leadership behavior. It can done through Program Studi S2 MPD 65 socializing the school program and the minimal standard of achievement that are desired by the school population, especially the teachers. Beside of that, a principal has to attempt to improve a sensitivity of a occurring change continually, so a principal can be a pioneer and a motivator for teachers and employees in continuing a better change. (2) Concerning with the result of this research, teachers are supposed to maintain their performance. Moreover, teachers need to increase their performance more and more by using the effectiveness of the principal’s leadership behavior, effectiveness of communication, and school culture that occur in their school. By the principal’s leadership behavior that is oriented on a task, relationship, and a change, a teacher can use them as one of the influences to increase their performance. The effectiveness of communication at school that is very effective can be used by teachers to simplify their task maximally, because they will know their task, school programs or achievement standard clearly and appropriately. A strict school culture can be used by a teacher in improving their performance continually. (3) The Education Department and the school foundation can use this research result-relates with the principal’s leadership behavior, the effectiveness of communication and the school culture to increase the teacher’s performance. It can also be used as a subject/material in a principal development program to improve his/her teacher’s performance at the school. (4) The result of this research can be used as a literature, especially those that relates with the teacher’s performance and the three factors influencing this research. So, it is still needed a following research that relates with other variables which perhaps influence the teacher’s performance; for example the school climate, salary, education level, working period, work motivation, social status, effectiveness of supervision, intensity of the teachers group of certain subject (MGMP), etc. Hopefully, it will be found some new theories in enriching the management-knowledge, particularly those that relate with the schooling-management. Keywords: leadership behavior, effectiveness of communication, school culture, teacher’s performance Pendayagunaan Hotel Training di SMK: Studi Multisitus di SMK Negeri 2 Malang dan SMK Negeri 3 Malang Suyitno Suyitno. 2010. Pendayagunaan Hotel Training di SMK: Studi Multisitus di SMK Negeri 2 Malang dan SMK Negeri 3 Malang. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, MPd, dan (2) Prof. Dr. H. Salladien. Abstrak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan satuan pendidikan menengah kejuruan yang diselenggarakan pada jalur pendidikan. SMK memberikan bekal kepada peserta didik untuk terjun ke masyarakat sebagai tenaga kerja dan wirausaha pada level menengah sesuai dengan karakteristik kompetensi yang diminati. Lulusan SMK didorong untuk siap kerja, memiliki kecerdasan serta siap bersaing. Dalam rangka mewujudkan harapan tersebut maka dilakukanlah berbagai kegiatan pengembangan, salah satunya adalah program hotel training pada SMK. Program tersebut dirintis sejak tahun 2003 dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran guna lebih mempersiapkan siswa menghadapi kondisi di dunia usaha dan industri, baik di dalam maupun di luar negeri. Tujuan program hotel training secara rinci adalah: (1) pemenuhan fasilitas pembelajaran bidang perhotelan pada SMK, (2) menyediakan sarana praktik industri perhotelan bagi SMK, yang dikelola sesuai sistem dan standar prosedur yang berlaku di hotel berbintang, (3) mendorong terwujudnya teaching factory perhotelan yang memberikan keuntungan secara bisnis, (4) menyediakan fasilitas diklat bagi siswa SMK lain yang akan melaksanakan prakerin perhotelan di luar negeri. Dua diantara 55 SMK yang mengembangkan program hotel training di Indonesia adalah SMK Negeri 2 Malang dan SMK Negeri 3 Malang. Kedua sekolah termasuk juga termasuk kelompok pengembangan hotel training yang dianggap dapat dijadikan model sesuai dengan karakteristiknya. Sebagai sebuah program baru, maka keberadaan hotel training di SMK perlu dikembangkan secara terus-menerus guna mewujudkan tujuan pokoknya yaitu sebagai sarana praktik siswa yang sekaligus dapat memberikan keuntungan secara bisnis belum banyak dikaji secara mendalam. Hal inilah yang mendorong dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini difokuskan pada tiga hal, yang terdiri dari: (1) sumber daya yang diperlukan dalam pendayagunaan hotel training di SMK; (2) proses pendayagunaan hotel training di SMK; dan (3) pihak-pihak yang terkait dalam proses pendayagunaan hotel training di SMK. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif atau juga dikenal dengan pendekatan naturalistik. Rancangan penelitian menggunakan studi multi situs dengan metode 66 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 komparatif konstan. Latar penelitian terdiri dari dua SMK yang menyelenggarakan program hotel training, yaitu SMK Negeri 2 Malang dan SMK Negeri 3 Malang. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga teknik, yaitu: (1) wawancara mendalam; (2) observasi berperan serta; dan (3) studi dokumentasi. Data yang terkumpul dan telah selesai diperiksa, dianalisis dalam dua tahap, yaitu: (1) analisis dalam situs; dan (2) analisis lintas situs. Untuk menjamin kesahihan temuan, maka dilakukan uji keabsahan data, yang teridiri dari: (1) pengecekan kredibilitas data; (2) transferabilitas; (3) kebergantungan; dan (4) kepastian. Temuan-temuan yang diperoleh melalui penelitian ini dirumuskan dalam tiga temuan teoritik. Pertama, sumber daya yang diperlukan dalam pendayagunaan hotel training di SMK terdiri dari: (1) sumber daya manusia, (2) dana, (3) peralatan, (4) bahan, (5) standard operating procedure (SOP), dan (6) tamu. Kedua, proses pendayagunaan hotel training di SMK meliputi: (1) perencanaan pembelajaran dan usaha; (2) pengorganisasian sumber daya; (3) penggerakan sumber daya; dan (4) pengawasan pembelajaran dan usaha. Ketiga, pihak-pihak yang terkait dalam pendayagunaan hotel training dapat dikategorikan kedalam dua kelompok, yaitu (1) pada tataran pengembangan meliputi: Direktorat Pembinaan SMK, sementara dalam realisasi pelaksanaan program maka pihak-pihak yang terkait adalah Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Kota, dan Dinas Pendidikan Propinsi; dan (2) pada tataran operasional, meliputi Dinas Perijinan, Kantor Pajak, JHTD, LSP, dan PHRI. Berdasarkan temuan-temuan tersebut maka peneliti menyarankan beberapa hal, yaitu: (1) Bagi SMK Negeri 2 Malang dan SMK Negeri 3 Malang, perlu meningkatkan pelibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran di hotel training; (2) SMK – SMK lainnya yang menyelenggarakan program hotel training disarankan untuk meningkatkan jalinan kerjasama melalui Jaringan Hotel Training Dikmenjur (JHTD); (3) Dinas Pendidikan Kota agar mendukung dan mengawasi melalui pemberian dana pendamping untuk pengembangan, promosi keberadaan hotel training kepada tamu dinas pendidikan maupun pemerintah kota, serta pembinaan sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan dan optimalisasi peran pengawas. ; (4) Direktorat Pembinaan SMK disarankan untuk menindaklanjuti pengembangan fisik hotel training di SMK dengan melakukan kegiatan monitoring secara berkala, menerbitkan panduan pengelolaan hotel training, dan melakukan bimbingan teknis inovasi pengembangan hotel training kepada kepala SMK pengembang hotel training; (5) Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga K ependidikan, hendaknya melakukan kegiatan untuk peningkatan kualitas kepala sekolah dan guru pengembang hotel training agar pendayagunaan sesuai dengan tujuan yang diharapkan; (6) sebagai saran terakhir, sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang manajemen serta kontribusi hotel training dalam peningkatan kualitas lulusan SMK kompetensi keahlian Akomodasi Perhotelan. Kata kunci: pendayagunaan, hotel training, SMK The Usefulness of Hotel Training at Vocational School: Multisite Study at SMK Negeri 2 Malang and SMK Negeri 3 Malang Suyitno Suyitno. 2010. The Usefulness of Hotel Training at Vocational School: Multisite Study at SMK Negeri 2 Malang and SMK Negeri 3 Malang. Thesis, Study Program Educational Management, Graduate Program, State University of Malang. Advisor: (1) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, MPd, dan (2) Prof. Dr. H. Salladien. Abstract Vocational School (SMK) is a vocational educational unit held on educational lane. SMK gives some provisions to students for entering society as the middle level labour and entrepreneur base on their competency. SMK graduates is pushed and well prepared for ready to work, having good intelligence and able to compete with others. In accordance to realize the hope, some activities was done, one of them is hotel training program in SMK. It was started in 2003 with the objective to increase the quality of learning for preparing student in facing the condition of industry or job field, both in Indonesia and abroad. Here is the detail of hotel training program objectives: (1) fulfilling learning facilities for hotel department in SMK; (2) preparing infrastructure means for student practice in hotel industry, managed with star hotel standardised for system and operational procedure; (3) realizing teaching factory for hotel accommodation and also gives some profit; and (4) preparing education facilities for SMK’s student who will do job training abroad. Two from 55 SMK that develop hotel training program in Indonesia are SMK Negeri 2 Malang and SMK Negeri 3 Malang. Both of them are also included of hotel training management group that can be a model as their Program Studi S2 MPD 67 classification and character. As a new program, the existence of hotel training in SMK should be increased and developed continually to fulfill the main objective as place for student to practice, and also gives some profits. And actually the condition above push this research. The specific focus of this study are: (1) the resources needed in efficient of hotel training in SMK; (2) the process of hotel training usefulness in SMK; and (3) the parties related with the hotel training usefulness in SMK. The approaching used in this study is qualitative approaching or famous with naturalistic approaching. The plan of study use multisite study with the comparative constant method. The location of this research consist of two SMK as the developer of hotel training program, they are SMK Negeri 2 Malang and SMK Negeri 3 Malang. Three techniques used in collecting data, they are: (1) in-depth interview; (2) observation; and (3) documentation. The collecting data was analyzed into two steps: (1) analyze in sites; and (2) analyze across the sites. The finding from this study was defined into three theories finding. First, the resources needed in efficient of hotel training in SMK consist of: (1) human recourses; (2) fund; (3) equipment; (4) material; (5) standard operating procedure; and (6) quest. Second, the process of hotel training usefulness in SMK consist: (1) learning and business plan; (2) organizing; (3) actuating; and (4) controlling. Third, the parties who involve in hotel training usefulness can be classified in to two groups: (1) development level: directorate of vocational education, school committee, city and province education office, and for the operational level: tax, hotel training networking, certification board, and hotel and restaurant association. Base on the above finding, researcher gives some suggestions: (1) for SMK Negeri 2 Malang and SMK Negeri 3 Malang should increase students involvement in hotel training operation; (2) for other SMK that also organized hotel training program suggested to increase, cooperation through hotel training networking; (3) city education office should support by giving sharing fund and effectiveness of supervisor to share the development of hotel training; (4) directorate of and vocational education suggested to monitor periodically and issue hotel training manual; (5) directorate of teacher and administration quality improvement should train teacher and principal especially in managing hotel training; and (6) the last suggestion, should be done next research about the role of hotel training in SMK in increasing the quality of SMK graduates. Keywords: usefulness, hotel training, SMK Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengimplementasikan Rintisan SMA Bertaraf Internasional: Studi Multisitus di SMA Negeri 3 Malang dan SMA Negeri 5 Malang Sukarji Sukarji. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengimplementasikan Rintisan SMA Bertaraf Internasional: Studi Multisitus di SMA Negeri 3 Malang dan SMA Negeri 5 Malang. Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. H.A. Sonhadji K.H., M.A., Ph.D., (II) DR. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstrak Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Dalam abad ke-21 atau era global, kualitas SDM sangat penting sebab hanya negara-negara yang memiliki SDM berkualitas dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi komunikasilah yang akan mampu memenangkan persaingan. Oleh sebab itu, penelitian tentang RSBI sebagai program yang relatif masih baru ini sangat penting dan perlu dilakukan agar dapat memberikan sumbangan pemikiran khususnya kepada kepala sekolah dan para stakeholder sehingga mereka dapat mengimplementasikan RSBI dengan lebih baik. Fokus utama penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah dalam mengimplementasikan Rintisan SMA Bertaraf Internasional. Fokus tersebut dijabarkan ke dalam empat subfokus, yaitu: (1) strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam menggerakkan seluruh personil untuk mengimplementasikan Rintisan SMA Bertaraf Internasional; (2) nilai kepemimpinan kepala sekolah dalam mengimplementasikan RSBI; (3) upaya kepemimpinan kepala sekolah memberdayakan sumberdaya sekolah; (4) strategi kepemimpinan kepala sekolah mengatasi kendala pengimplementasian RSBI. Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 3 Malang dan SMA Negeri 5 Malang karena kedua SMA tersebut merupakan SMA Negeri yang secara resmi ditunjuk oleh Pemerintah (Depdiknas Jakarta) untuk me- 68 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 nyelenggarakan RSBI di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan multisitus karena kedua situs memiliki latar belakang yang hampir sama dan diharapkan akan diperoleh hasil yang lebih komprehensif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (1) wawancara mendalam sebagai teknik utama; (2) observasi berperan serta pasif; (3) studi dokumentasi. Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan alur: (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penarikan simpulan; (4) analisis data tiap situs; dan (5) analisis data lintas situs. Untuk memperoleh keabsahan data digunakan empat kriteria: (1) kredibilitas; (2) transferabilitas; (3) dependabilitas; dan (4) konfirmabilitas. Berdasarkan paparan data penelitian ditemukan sebagai berikut. Pertama, strategi kepala sekolah dalam menggerakkan seluruh personil adalah: (1) membangun hubungan positif dengan Depdiknas Pusat dan daerah; (2) penyusunan proposal RPS; (3) pengembangan SDM; (4) menyempurnakan visi-misi;(5) menyusun KTSP Plus adaptif kurikulum Cambridge; (6) pengembangan PBM dan penilaian; (7) melengkapi sarana dan prasarana; (8) meningkatkan pengelolaan sekolah; (9) pembiayaan; (10) memberikan motivasi; (11) sosialisasi program untuk membangun kebersamaan. Kedua, nilai kepemimpinan kepala sekolah dalam mengimplementasikan RSBI adalah: (1) kejujuran; (2) keterbukaan; (3) demokratis; (4) kekeluargaan; (5) prestasi;(6) keagamaan; (7) peduli lingkungan; (8) keteladanan; (9) kebersamaan; (10) kerja ikhlas dan komitmen tinggi; (11) visioner. Ketiga, upaya kepemimpinan kepala sekolah memberdayakan sumberdaya sekolah adalah: (1) Sebagai Centre of CIE; (2) pengembangan menjadi sekolah rujukan/ sekolah unggul; (3) pengembangan manajemen sekolah; (4) pengembangan SDM; (5) anggaran dan sarana dan prasarana; (6) budaya dan iklim sekolah. Keempat, strategi kepemimpinan kepala sekolah mengatasi kendala pengimplementasian RSBI adalah: (1) Sikap dan SDM: kerja keras, kursus, IHT, workshop; (2) Kurikulum dan pembelajaran: mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum Cambridge dengan kurikulum nasional, perangkat pembelajaran, PBM, dan alat evaluasi bilingual dan berbasis IT; (3) Anggaran dan sarpra: moving class, penjadwalan, kerjasama dengan pihak ketiga; (4) Fasilitator kurang aktif: sharing dengan fasilitator yang aktif; (5) Kesenjangan komunikasi: sharing dan memanggil staf khusus; (6) Mengubah pola pikir: memperbaiki PBM, Kepala Sekolah bersikap informatif dan terbuka; (7) Perubahan kebijakan sekolah: komitmen yang tinggi dari tim RSBI sekolah. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini disarankan sebagai berikut: (1) kepada Depdiknas Pusat diharapkan dapat meningkatkan dukungan baik dalam bentuk dana blockgrand, sarana dan prasarana, peningkatan SDM, maupun kebijakan sehingga pengimplementasian RSBI dapat berhasil dengan baik;(2) Dinas Pendidikan Kota Malang: sebagai pengambil kebijakan dan penanggung jawab bidang pendidikan di tingkat kota diharapkan dapat menyusun kebijakan yang dapat mendukung berkembangnya sekolah RSBI; (3) sekolah khususnya kepala sekolah yang diteliti: dengan menjadikan nilainilai yang diyakini kebenarannya sebagai nilai bersama, kepala sekolah diharapkan secara bertahap dapat meningkatkan pengimplementasian RSBI dengan tetap berpijak pada sumberdaya sekolah dan kendala yang ada; (4) Komite sekolah:diharapkan dapat memberikan dukungan baik dalam bentuk pendanaan maupun dalam membangun kerjasama dengan pihak ketiga sehingga proses pembelajaran dan kualitas lulusan yang memiliki unsur plus dapat diwujudkan; (5) guru: sebagai ujung tombak pelaksanaan pembelajaran dan upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan terus meningkatkan kemampuannya melalui kursus, inhouse training, workshop, seminar, penataran, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan profesionalismenya; (6) sekolah lain: kepada sekolah lainnya yang menginginkan output/lulusannya mampu bersaing di era global ini pengimplementasian RSBI merupakan alternatif yang perlu segera dilaksanakan dengan cara menjalin kemitraan dengan sekolah yang telah melaksanakan program RSBI; (7) peneliti lainnya: bila penelitian ini menekankan pada aspek kepemimpinannya, peneliti selanjutnya disarankan melakukan penelitian lebih lanjut pada aspek manajemen dalam pengimplementasi RSBI; (8) pengembangan ilmu pengetahuan: sebagai program yang relatif masih baru, RSBI masih perlu pengkajian lebih lanjut untuk mengembangkannya. Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan program itu. Oleh sebab itu, penelitian lainnya menyangkut berbagai aspek dalam RSBI perlu terus dilakukan agar dapat memperkaya referensi dalam bidang pengembangan RSBI. Kata kunci: kepemimpinan kepala sekolah, mengimplementasikan, rintisan SMA bertaraf internasional Program Studi S2 MPD 69 Principal’s Leadership in Implementing Rintisan SMA Bertaraf Internasional: Multi-sites Study at SMA Negeri 3 Malang and SMA Negeri 5 Malang Sukarji Sukarji. 2009. Principal’s Leadership in Implementing Rintisan SMA Bertaraf Internasional: Multi-sites Study at SMA Negeri 3 Malang and SMA Negeri 5 Malang. Thesis, Program of study: Education Management, Graduate Program State University of Malang. Advisors: (I) Prof. H.A. Sonhadji K.H., M.A., Ph.D., (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstract The Program of Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) is an attempt in improving the quality of education, particularly qualified Indonesian human resources. In the 21st century or global era, qualified human resources are important. The fact is only the countries which have qualified human resources and are good in science and techno-logy, particularly in communication technology will win the competitions. Hence, the study about the RSBI program is important to give more insights, especially to principals and stakeholders so that they can implement the RSBI program well. The main focus of this study is the principal’s leadership in implementing Rintis-an SMA Bertaraf Internasional. The focus is elaborated into four parts: (1) strategies of the principal’s leadership in activating all people to implement Rintisan SMA Bertaraf Internasional; (2) the values of the principal’s leadership in implementing RSBI; (3) efforts of the principal’s leadership in empowering the school resources; (4) strategies of the principal’s leadership in overcoming problems in implementing RSBI. The current study is conducted at SMA Negeri 3 Malang and SMA Negeri 5 Malang. These two schools have officially been appointed by the government (Depdiknas Jakarta) to conduct RSBI in Malang. The study is qualitative with multi-sites design. The two sites have similar background and are expected to obtain more comprehensive results. The data collection is done in three techniques: (1) in-depth interviews as the main technique; (2) non-partisan observation; (3) documentation. The informants’ selection is carried out by applying purposive sampling and snowball sampling. The collected data are analyzed descriptively as follows: (1) data reduction; (2) data display; (3) conclusion drawing; (4) data analysis of each site; and (5) data analysis across sites. In order to get the valid data, four criteria are used: (1) credibility; (2) transferability; (3) dependability; and (4) confirmabilitity. Based on the data, it is found that: First, the principal’s strategies in activating all people include: (1) building a positive relationship with central and regional Department of National Education; (2) making RPS proposal; (3) developing human resources; (4) perfecting visions; (5) making KTSP Plus adapted Cambridge curriculum; (6) developing teaching and learning and assessment; (7) equipping facilities; (8) improving the school management; (9) funding; (10) motivating; (11) socializing the program to build togetherness. Second, the values of the principal’s leadership in implementing RSBI are: (1) honesty; (2) openness; (3) democracy; (4) family; (5) achievement;(6) religious; (7) environment-care; (8) modeling; (9) togetherness; (10) wholehearted and highly committed; (11) visionary. Third, the principal’s efforts in empowering the school resources are: (1) as a Centre of Cambridge International Examination (CIE); (2) the development of being a referential school/ outstanding school; (3) the development of school management; (4) the development of human resources; (5) budgets and facilities and supplies; (6) school cultures and atmospheres. Fourth, the principal’s strategies in overcoming hindrances in implementing RSBI are: (1) Attitudes and human resources: work-hard, courses, IHT, workshop; (2) Curriculum and instruction: adopting and adapting Cambridge curriculum with the national curriculum, teaching instruments, teaching and learning process, and evaluation instruments for bilingual program with ICT based; (3) Budgets and facilities and supplies: moving class, scheduling, cooperation with the third party; (4) Facilitators are less active: sharing with active facilitator; (5) communication problems: sharing and inviting special staff; (6) Changing mind set: improve the teaching and learning process, the principal are informative and open; (7) The change of the school policy: high commitment from the RSBI school team. Based on the findings, it is suggested as follows: (1) The Central Department of Education is expected to give more supports either in the form of block grand, facilities and supplies, human resources, or policies so that the implementation of RSBI can be successful;(2) Education Service of Malang Municipality: as a policy maker and being responsible in education is expected to make policies endorsing the development of RSBI; (3) The school, especially the principal studied: by believing the true values as our value, the principal is gradually expected to increase the implementation of RSBI by noticing the school resources and the problems; (4) The school committee is expected to give supports either in the form of financial or establishing cooperation with other institutions so that the teaching and learning process and qualified 70 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 graduates can be realized; (5) Teachers, as a key factor in teaching and learning process and improving the quality of education are expected to improve their skills courses, in-house training, workshop, seminar, training, and pursuing S-2 degree to improve their professionalism; (6) other schools: the other schools which are willing to have competitive outputs in the globalization era, it is a good alternative to immediately implement the RSBI program by establishing a school sister with the existing RSBI; (7) other researchers: if the current study is emphasized on the leadership, the subsequent researchers are suggested to conduct a study on management in implementing RSBI; (8) knowledge development: as a new program, the RSBI program needs more discussions to develop it. The study is one of efforts to develop the program. Therefore, other studies including several aspects in RSBI need to be conducted to enrich references in developing RSBI. Keywords: principal’s leadership, implementation, rintisan SMA bertaraf internasional Manajemen Pembelajaran Sekolah Unggulan (Studi Multi Kasus Pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 2 dan Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Malang) Ainii Firdaus Firdaus, Ainii. 2009. Manajemen Pembelajaran Sekolah Unggulan (Studi Multi Kasus Pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 2 dan Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Malang). Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M. Pd, (II) Prof. H Ahmad Sonhadji KH, M.A., Ph.D. Abstrak Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 2 (MIN Malang 2) adalah salah satu madrasah Negeri unggulan di Malang selain MIN Malang 1, dan Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Malang (MI Al-Huda Malang) merupakan salah satu madrasah swasta unggulan di Malang, yang memiliki orientasi sebagai central for excellence. Hal ini salah satunya dapat dilihat melalui prestasinya, baik siswa maupun lembaga. Fokus dari penelitian ini yaitu: (1) bagaimana bentuk manajemen pembelajaran di MIN Malang 2 dan MI Al-Huda Malang, dan (2) upaya apa yang dilakukan guru dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran di MIN Malang 2 dan MI Al-Huda Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk menjelaskan bentuk manajemen pembelajaran yang diterapkan di MIN Malang 2 dan MI Al-Huda Malang, dan (2) untuk menjelaskan tentang upaya yang dilakukan guru dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran di MIN Malang 2 dan MI Al-Huda Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis melalui rancangan studi multi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan (1) wawancara mendalam, (2) observasi partisipatif, dan (3) studi dokumen. Informan diambil dari teknik purposive sampling dipadukan dengan snowball sampling. Wujud data adalah kata-kata, catatan, laporan dan dokumen yang diperoleh dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan siswa MIN Malang 2 dan MI Al-Huda Malang. Teknik analisis data dilakukan dengan cara: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan waktu dan ketekunan pengamatan, teknik triangulasi dan diskusi rekan sejawat, serta menggunakan referensi. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa bentuk manajemen pembelajaran MIN Malang 2 dan MI AlHuda Malang diantara meliputi: (1) Perencanaan, yang di dasarkan pada: (a) prinsip amanah dan prinsip ingin melayani anak didik (b) hasil evaluasi pembelajaran sebelumnya, (b) penentuan target dan program ke depan; (2) Pengelolaan guru yang diarahkan kepada peningkatan kompetensi dan profesionalismenya, berupa: (a) seleksi guru “plus” secara ketat, (b) pengadaan dan pengikut sertakan guru dalam pelatihan baik yang bersifat lokal maupun nasional, (c) pemberian status dan jenjang karir yang jelas dengan komitmen “ruhul jihad”, dan (d) peningkatan pelaksanaan kelompok kerja guru (KKG); (3) Pengelolaan siswa, melalui: (a) seleksi siswa secara ketat, (b) pengelompokan secara heterogen-klasikal, (c) pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan dan aspek psikologis; (d) pembinaan belajar dan ibadah siswa melalui: (i) shalat berjama’ah, (ii) belajar membaca Al Qur’an, (iii) sinau wisata/studi ekskursi, (iv) Great Dream Motivation Training (GDMT) dan CLE (Children Leadership Education) latihan kepemimpinan; (4) Pengelolaan pembelajaran berupa: (a) penyambutan guru kepada para siswa saat datang ke sekolah, (b) pelaksanaan pra-pembelajaran, dan (c) pelaksanaan proses pembelajaran; (5) Pengelolaan metode, berupa pemilihan metode Quantum Teaching and Learning serta kolaborasi berbagai motode pembelajaran modern; (6) Pengelolaan materi dilakukan dengan bentuk pengembangan materi, sumber belajar; (7) Pengelolaan Program Studi S2 MPD 71 media berupa pengadaan mesin teaching; dan kreativitas guru; (8) Pengelolaan lingkungan belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas, yang meliputi: (a) kebersihan dan keindahan, (b) penataan bangku (tempat duduk siswa, dan (c) pemajangan hasil karya siswa; dan (9) Evaluasi dalam bentuk supervisi, self assessment dan evaluasi hasil belajar siswa (formatif dan sumatif). Sedangkan upaya yang dilakukan guru dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran di MIN Malang 2 dan MI Al-Huda Malang, teraktualisasi dalam bentuk: (1) persiapan guru sebelum mengajar; (2) hubungan harmonis antara guru dan siswa; (3) motivasi belajar pada anak berupa: (a) komunikasi antara guru dan orang tua/wali siswa, (b) pemberian reward and punishment, (c) pendekatan emosional anak; (4) peningkatan prestasi belajar anak, berupa: (a) pembinaan siswa secara intensif, (b) pembelajaran siswa secara individu, (c) penggunaan metode “problem solving”, (d) home visit, dan (e) pembiasaan diri anak dalam beribadah dan bersikap; dan (5) evaluasi pembelajaran berupa: (a) pengamatan, (b) metode proyek, (c) tes lisan, tulis dan praktik, dan (d) spontanitas atau “mencongak”. Dari penelitian dapat dimunculkan sebuah tesis dalam hubungannya dengan manajemen pembelajaran pada madrasah unggulan, bahwa: untuk membentuk pembelajaran yang unggul di Madrasah Ibtidaiyah harus menerapkan manajemen pembelajaran modern-religius, sehingga dapat menjadi central for excellence. Kata kunci: manajemen pembelajaran, sekolah unggulan. Superior School Learning Management (A Multi Case Study at Malang State Islamic Elementary School 2 and Malang Al-Huda Islamic Elementary School) Ainii Firdaus Firdaus, Ainii. 2009. Superior School Learning Management (A Multi Case Study at Malang State Islamic Elementary School 2 and Malang Al-Huda Islamic Elementary School). Thesis. Educational Management Department, Graduate Program of Malang State University. Advisors: (I) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M. Pd, (II) Prof. H Ahmad Sonhadji KH, M.A., Ph.D. Abstract Malang State Islamic Elementary School 2 (MIN Malang 2) is one of superior school in Malang besides Malang State Islamic Elementary School 1 and Malang Al-Huda Islamic Elementary School (MI AlHuda) is one of private superior Islamic elementary school in Malang which have ‘central for excellence’ orientation as they show achievement through students’ performance and institution. The focuses of this research are: (1) how is the learning management at MIN Malang 2 and MI Al-Huda Malang? and (2) what are the teachers’ efforts in supporting the implementation of learning at MIN Malang 2 and MI Al-Huda Malang? This research is aimed at: (1) explaining the forms of learning management implemented at MIN Malang 2 and MI Al-Huda Malang, and (2) explaining the teachers’ efforts in supporting the implementation of learning at MIN Malang 2 and MI Al-Huda Malang. This research is qualitative by using analysis descriptive method through multi case study design. The data collection technique was performed through: (1) deep interview, participative observation, (3) document study. The informants were chosen by using purposive sampling and snowball sampling. The data were in forms of words, notes, reports, and documents collected from the principal, vice principals, teachers, and students at MIN Malang 2 and MI Al-Huda Malang. the data analysis technique was performed through: data reduction, data presentation, and drawing conclusion. The validity of the data was performed through time extension and detailed observation, triangulation technique and peer discussion, and references usage. From this research, it is found out that the forms of learning management at MIN Malang 2 and MI Al-Huda Malang covers: (1) Planning, on the basis of: (a) the mandate and the will to serve children principles, (b) the results of evaluation on the previous learning, (c) the determination of the next target and program; (2) Teacher management to increase competence and professionalism, through: (a) tight ‘plus’ teacher selection, (b) local and national short course, (c) rewarding status and career committed to ‘ruhul jihad’, and (d) teacher work group (KKG); (3) Student management, through: (a) tight students selection, (b) heterogenic-classical grouping, (c) performance and psychological grouping, (d) student praying and learning guidance, through: (i) congregation pray, (ii) reading Koran, (iii) tour sinau / excursion study, (iv) leadership training through Great Dream Motivation Training (GDMT) and CLE (Children Leadership Education). (4) The management of teaching learning activity are: (a) teachers welcome students when they arrive at school, 72 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 (b) pre-learning implementation, and (c) learning process implementation; (5) methods management, which is Quantum Teaching and Learning method in collaboration with other modern learning methods; (6) material management performed through material development, learning sources; (7) media management by providing teaching machine and teachers’ creativity; (8) school environment management, either in or outside the classrooms, covers: (a) sanitaria and fineness, (b) students seat arrangement, and (c) students’ works display; and (9) evaluation in form of supervision, self assessment, and students performance (formative and summative). Teachers’ efforts to support the learning process at MIN Malang 2 and MI Al-Huda Malang were in terms of: (1) teachers’ preparation before teaching; (2) good relationship between teachers and students; (3) students learning motivation: (a) communication among teachers and parents, (b) giving reward and punishment, (c) children emotional approach; (4) increasing students’ achievement, through: (a) intensive students guidance, (b) individual learning, (c) problem solving method, (d) home visit, and (e) praying and behaving habits; (5) learning evaluation, in form of: (a) observation, (b) project method, (c) oral test, written test, and practice, and (d) spontaneity. From this research, a thesis can be raised in relation to the learning management at superior Islamic school, that: to have superior learning at Islamic elementary schools, modern religious learning management should be carried out thus resulting in ‘central for excellence’. Keywords: learning management, superior school Pengelolaan Kurikulum Pendidikan Non Formal: Studi Kasus di Pamulangan Dhalang Habirandha Kraton Yogyakarta Wahyu Nugroho Nugroho, Wahyu. 2009. Pengelolaan Kurikulum Pendidikan Non Formal: Studi Kasus di Pamulangan Dhalang Habirandha Kraton Yogyakarta. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan. Program Pasca Sarjana Univeritas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof.Dr.H.Ibrahim Bafadal, M.Pd, (II) Prof.Dr.Willem Mantja, MPd. Abstrak Pamulangan Dhalang Habirandha adalah salah jenis pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Lembaga pendidikan ini didirikan pada tahun 1925 oleh raja Yogyakarta Sultan Hamengkubuana VIII. Untuk mengetahui pola pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap pengelolan kurikulumnya. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap segenap fenomena dan peristiwa yang terjadi sehubungan dengan pengelolaan kurikulum Pamulangan Dhalang Habirandha, dengan rincian fokus (1) perencanaan kurikulum, (2) organisasi kurikulum, (3) implementasi kurikulum, dan (4) evaluasi kurikulum. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif, dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (1) wawancara mendalam, (2) observasi berperan serta, dan (3) studi dokumentasi. Sumber data adalah (1) unsur manusia, dengan informan kepala sekolah, pamong, siswa, abdi dalem, dan (2) unsur non manusia berupa dokumen yang relevan. Data yang diperoleh dianalisis dengan alur reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifkasi. Proses analisis dilakukan sejak memasuki latar penelitian. Agar supaya temuan penelitian yang diperoleh valid dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka data dan hasil penelitian ini diuji kebenarannya dengan uji kredibilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Hasil temuan yang diperoleh penelitian ini adalah, perencanaan kurikulum Pamulangan Dhalang Habirandha dalam aplikasinya telah memenuhi prinsip dasar teori pengembangan kurikulum. Oleh karena komponennya terdiri tujuan, isi, aktivitas belajar, sumber, dan evaluasi. Namun, perencanaan kurikulum tidak berpedoman pada kalender pendidikan sehingga pengorganisasian kurikulum hanya berdasarkan kesepakatan kepala sekolah, pamong, dan siswa. Pola pembelajaran dengan sistem paket yang berpedoman pada buku Pedhalangan Ngayogyakarta Jilid I. Pembelajaran di kelas lebih banyak unsur praktik daripada teori. Kepala sekolah memilih dan menetapkan pamong-pamong pengajar sesuai dengan keahlian di bidangnya. Implementasi kurikulum mengalami hambatan, karena meskipun sarana penunjang lengkap, tetapi tidak didukung dengan prasarana yang baik. Kata kunci: pengelolaan kurikulum, pendidikan non formal Program Studi S2 MPD 73 The Management of the Curriculum of Non Formal Education: A case study at the ‘’Pamulangan Dhalang Habirandha’’ of the Palace of Yogyakarta Wahyu Nugroho Nugroho, Wahyu. 2009. The Management of the Curriculum of Non Formal Education: A case study at the ‘’Pamulangan Dhalang Habirandha’’ of the Palace of Yogyakarta. Thesis. Graduate Program in Education Management, State University of Malang. Advisors: (1) Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, MPd, (2) Prof. Dr. Willem Mantja, MPd. Abstract Pamulangan Dhalang Habirandha is one of non formal education held by the Palace of Yogyakarta. This school was built in 1925 by the king of Yogyakarta Sultan Hamengkubuana VIII. To know how the school managing the curriculum, the writer makes a research about it. This research is aimed at uncovering all about phenomenon and events in connection with the curriculum management that focused in (1) curriculum plan, (2) curriculum organization, (3) curriculum implementation, and (4) curriculum evaluation. In order to obtain an in depth look at particular individual, situation, or set of materials of focus the research using qualitative approach with a case study design. The techniques used in collecting data were (1) in depth interview, (2) participatory observation, and (3) documentary study. The data sources were (1) the human components with the informants of the head master, teachers, students, and man-servant of the palace of Yogyakarta, and (2) non human component such as relevant documents. The data obtained were then analyzed through a flow of data reduction, data presentation, and conclusion drawing/verification. The process of analysis was done since the researcher entered into the site. In order to get valid and accountable research findings, the research results were tested using credibility, dependability and conformability tests. The obtained findings are as follows. The curriculum plan of ‘’Pamulangan Dhalang Habirandha’’ in practice has fulfilled basic theory of curriculum development. As the component consists of objective, content, learning activity, resources, and evaluation. However, the curriculum plan has not worked with academic calendar so that the organization of curriculum based on agreement among the head master, teachers, and students. The instructional has been held on modular system that the resource taken from the guideline book, Pedhalangan Ngayogyakarta. The instructional is designed by more practicing than theoretical concepts. The head master has chosen all teachers to teach in the respect of their background. Even though the instructional process is fully equipped with complete tools but the implementation of curriculum has been resisted by the limitation of infrastructure. Keywords: management curriculum, non formal education Kinerja Kepala Sekolah Perempuan Dalam Melaksanakan Supervisi Pengajaran (Studi Multi Situs pada SMK Negeri 1 Sooko dan SMK Negeri 1 Kemlagi Kabupaten Mojokerto) Wawang Heru Djajanto Wawang Heru, Dj. 2010. Kinerja Kepala Sekolah Perempuan Dalam Melaksanakan Supervisi Pengajaran (Studi Multi Situs pada SMK Negeri 1 Sooko dan SMK Negeri 1 Kemlagi Kabupaten Mojokerto). Tesis tidak dipublikasikan, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd. (2) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstrak Kepemimpinan Kepala Sekolah Perempuan masih menjadi isu menarik. Keberhasilan kepala sekolah perempuan sering tidak dianggap sebagai prestasi melainkan disebabkan adanya kebetulan yang menguntungkan saja sehingga keberhasilannya kurang mendapat pengakuan. Dalam menyikapi hal tersebut Kabupaten Mojokerto memberikan catatan tersendiri bahwa sebagai lembaga formal pembinaan profesional guru dan menjadi garapan bagi kepala sekolah perempuan. Sekolah Menengah Kejuruan adalah pendidikan formal yang merupakan dasar terbentuknya generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. SMK Negeri 1 Sooko dan SMK Negeri 1 Kemlagi, masing-masing dipimpin oleh 74 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 seorang kepala sekolah perempuan. Dalam pelaksanaan tugasnya, kepala sekolah perempuan bekerja sama dengan seperangkat anggotanya untuk mewujudkan tujuan lembaga melalui berbagai macam kegiatan diantaranya kegiatan belajar mengajar. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kinerja kepala sekolah perempuan dalam melaksanakan supervisi pengajaran dan kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin pengajaran sekaligus sebagai supervisor dalam segi pengembangan profesional guru serta menggerakkan berbagai macam aktivitas guru dalam mengajar, mendidik para siswa, serta mempengaruhi anggotanya dalam upaya melaksanakan dan mengembangkan program kerja yang sudah ditetapkan. Penelitian ini difokuskan pada (1) Bagaimana proses pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah perempuan, (2) Bagaimana pendekatan supervisi yang digunakan oleh kepala sekolah perempuan dalam melaksanakan supervisi pengajaran, (3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah perempuan dan upaya meminimalisasi permasalahan yang timbul. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multi situs. Data diperoleh melalui informan kunci yang dipilih berdasarkan proporsif sampling yang dipadukan dengan snowball sampling yaitu proses pencarian data dari informan yang satu bergulir ke informan yang lain atas saran saran informan sebelumnya sesuai dengan data kebutuhan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observsasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi dengan menggunakan analisis dalam situs dan analisis lintas situs dengan teknik komparasi konstan. Pengecekan keabsahan data dilakukan bersama-sama pengumpulan data, setelah semua data terkumpul, selanjutnya diterapkan triangulasi, membercheck dan pendapat para ahli. Dari hasil penelitian ini dapat ditemukan sebagai berikut: Pertama: pengorganisasian pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah perempuan meliputi pengembangan kurrikulum, penyusunan program, penyusunan persiapan mengajar, dan kegiatan pembelajaran. Kedua: pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah perempuan meliputi observasi kelas yang ditindaklanjuti dengan penyelesaian masalah serta memonitor kemajuan siswa. Ketiga: Untuk menciptakan iklim pengajaran yang kondusif, kepala sekolah perempuan melakukan upaya-upaya memotivasi belajar siswa, memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa, guru yang berpotensi, serta melibatkan peranserta orang tua / wali murid dalam mendorong semangat belajar, penyelesaian masalah siswa dan pengembanagan sarana dan prasarana. Keempat: Upaya yang dilakukan dalam pembinaan profesional guru meliputi penyelenggaraan penyegaran oleh kepala sekolah, penataran dan pendidikan pelatihan. Berdasarkan temuan penelitian ini disarankan (1) kegiatan belajar mengajar hendaknya disupervisi oleh Kepala Sekolah secara intensif dan berkesinambungan, (2) hendaknaya Pengawas Sekolah bisa meningkatkan pembinaan profesional guru, (3) Kepala Sekolah bendaknya mau melakukansupervisi pengajaran untuk meningkatkan mutu, proses dan hasil pendidikan, (4) berdasarkan hasil penelitian ini hendaknya dapat dikembangkan penelitian lanjutan dengan aspek yang lebih luas, (5) disarankan kepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar dapat mempertimbangkan aspek gender, sebab Kepala Sekolah perempuan tidak berbeda dengan laki-laki dalam menjalankan tugas dan pencapaian prestasi. Kata kunci: kinerja, kepala sekolah perempuan, supervisi pengajaran. The Performance of Woman Pricipals School Executing Instructional Supervision (A Multi Site Study on State Vocational High School 1 Sooko and State Vocational High School 1 Kemlagi Multiciplicy Mojokerto) Wawang Heru Djajanto Wawang Heru, Dj. 2010. The Performance of Woman Pricipals School Executing Instructional Supervision (A Multi Site Study on State Vocational High School 1 Sooko and State Vocational High School 1 Kemlagi Multiciplicy Mojokerto). Unpublished thesis, Education Management Study Program, Post-graduate, Malang State University, Advisor Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd. Co. Advisor: Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstract A Woman Principals Leadership still become issue draw, a woman principals efficacy often unconsidered to be achievement but caused a coincidence existence just profiting so that's efficacy often less get confession. Program Studi S2 MPD 75 In order to follow up statement, Multiciplicy Mojokerto give separate note that as formal institute of supervision of teacher professional and become duty by a woman principals. A Vocational High School is a formal education representing base forming of the young generation of the nation. State Vocational High School 1 Sooko and State Vocational High School 1 Kemlagi Multiciplicy Mojokerto, each led by a woman principal. In a duty, the woman principals cooperate with their member to realize target through assorted of activity about learn to teach. The study is aimed at describing woman principal performance in executing principals ability and instruction supervision as instruction leader at one blow as supervisor in professional development facet learn and also move assorted of activity learn in teaching, educating all student, and also influence their member in effort executing and developing program work specified. This study is focussed an the performance of woman principals with the following research problems: ( 1) How execution process supervise by woman principals schools, ( 2) How supervision approach used by woman principal in executing instruction supervision, ( 3) Any kind factors of influencing supervision done by woman principal and minimalize strive out problems. The study used qualitative approach with a multi sites studies design. The data obtained from key informants chosen by proporsif sampling and snowball sampling. The data collection technique were interview, observation and documentation. Data analysis technique was taken trough data reduction, stages, data presentation, and verification using in-sites analysis and cross-sites analysis with constant comparison technique. Data validity check was doe while obtaining the data. After all of the data needed were gathered, the researcher performanced triangulation, performanced membercheck, and listened to opinion from expert. The study result showed: First: Organization of instruction done by woman principal about development curriculum, compile the program, compilation of preparation teach and the study activity. Second: execution of instruction done by woman principal about observation of class and following with the problem solving through the directed to see a student progress. Third: To create climate of instruction which conducsif, a woman principal do efforts motivate to learn student, giving appreciation for student by parents efficacy, teacher which have the potency, and also entangle participation of pupil in keeping up spirits to learn, problem solving of student and developing of materials. Fourth: Strive performed within construction of professional of teacher about management of refreshing by principals, upgrading and study comparative. Based on the study, there are some suggestion (1) study activity more optimal. (2) activity of extra curricular improved to train student independence at one blow as recreation medium for student, (3) shall professional teacher improved to remember elementary school in country side as represent by socialize, (4) for the development discipline of management science education, based on the result can be developed by a continuation research with broader aspect, (5) suggested to the government as policy maker can consider aspect of gender, because woman principals not differ from men in run their duty and attainment of achievement. Can consider aspect of gender, because woman principals not differ from men in run their duty and attainment of achievement. Keyword: performance, woman principals, supervise instruction Sikap, Persepsi, dan Motivasi Guru Terhadap Pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2006-2008 (Studi Multi Kasus Pada SMA Negeri 5 Malang dan SMK Negeri 1 Malang) Sarmi Sarmi. 2009. Sikap, Persepsi, dan Motivasi Guru Terhadap Pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2006-2008 (Studi Multi Kasus Pada SMA Negeri 5 Malang dan SMK Negeri 1 Malang). Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: 1. Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd, 2. Dr. H. Kusmintardjo, M.Pd. Abstrak Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, berbagai upaya dilakukan pemerintah (Departemen Pendidikan Nasional), diantaranya adalah dengan diterbitkannya UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional. Seorang guru atau pendidik profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S1) atau (D4), menguasai 76 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru, serta berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran. Dengan terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Fokus penelitian ini adalah: 1. Bagaimana sikap guru SMA Negeri 5 Malang dan guru SMK Negeri 1 Malang terhadap pelaksanaan sertifikasi guru yang dijabarkan dalam sub fokus sebagai berikut : a. Bagaimana sikap positif guru selama pelaksanaan sertifikasi guru?, b. Bagaiman sikap positif guru setelah pelaksanaan sertifikasi guru?, c. Bagaiman sikap negatif guru selama pelaksanaan sertifikasi guru?, d. Bagaiman sikap negatif guru setelah pelaksanaan sertifikasi guru?, 2. Bagaimana persepsi guru SMA Negeri 5 Malang dan guru SMK Negeri 1 Malang terhadap program sertifikasi guru?, 3. Apakah motivasi (faktorfaktor) guru SMA Negeri 5 dan guru SMK Negeri 1 Malang, terhadap pelaksanaan sertifikasi guru?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multi kasus. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Wawancara mendalam, 2. Observasi berperanserta, dan 3. Studi dokumentasi. Pemilihan informan penelitian dilakukan dengan menggunakan snow-ball sampling. Data yang terkumpul dianalisis secara diskriptif kasus individu dan lintas kasus dengan alur: 1. Reduksi data, 2. Penyajian data, dan 3. Ferivikasi/penarikan kesimpulan. Agar memperoleh keabsahan data dilakukan dengan empat kreteria yaitu: 1. Kredibilitas, 2. Dependabilitas, 3. Konfirmabilitas, 4. Transferabilitas. Temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian adalah: Pertama, sikap positif guru selama mengikuti pelaksanaan program sertifikasi. Guru setuju dan senang sertifikasi, karena guru: 1. Memiliki portopolio lengkap, 2. Persiapan matang, 3. Masuk skala prioritas, 4. Sekolah mendukung , 5. PLPG kaya pembekalan. Kedua, sikap positip guru setelah lulus mengikuti pelaksanaan sertifikasi. Guru setuju dan senang disertifikasi karena: 1. Guru pada dasarnya menerima/ mengharapkan sesuatu, 2. Guru akan melakukan sesuatu sebagai guru profesional, 3. Karena sikap, dukungan dan penilaian sekolah pada guru. Ketiga, sikap negatif guru selama mengikuti proses pelaksanaan program sertifikasi. Guru kesal, kecewa, mengeluh, dan bingung karena: 1. Lembaga pelaksana program sertifikasi tidak memiliki keseragaman dalam memberikan informasi, 2. PLPG jadwal padat & melelahkan, 3. Sulitnya mencari pengawas untuk minta tanda tangan. Keempat, sikap negatif guru setelah lulus mengikuti pelaksanaan program sertifikasi. Guru tidak senang, cemas, resah, dan kesal karena: 1. Surat Menteri Keuangan kepada Mendiknas RI, 2. Penilain asesor tidak obyektif, 3. Tidak adil menentukan kuota, 4. Berkas bisa direkayasa. Kelima, persepsi guru terhadap pelaksanaan program sertifikasi: 1. Perguruan Tinggi yang menghasilkan guru akan menjadi incaran para siswa dan orang tua, 2. Kepercayaan masyarakat meningkat, 3. Profesi & kesejahteraan guru sejajar dengan profesi lain, 4. Guru di Indonesia akan seperti di Singapura, 5. Program sertifikasi hanya kegitan reguler saja, 6. Tunjangan profesi satu kali gaji pencairannya tidak lancar, 7. Sertifikasi tidak dapat menjangkau seluruh unsur guru, 8. Uji berkas dan PLPG 9 hari bukan ukuran untuk menentukan guru itu profesional. Kelima, motivasi guru terhadap pelaksanaan program sertifikasi: 1, Tunjangan profesi, 2. pengakuan / sertifikat pendidik, 3. peningkatan proses dan mutu pendidikan, 4. perlindungan dari praktikpraktik yang tidak kompeten, 5. peningkatan kompetensi guru. 6. Sebagai evaluasi sejauh mana guru dapat meningkatkan profesinya. Berdasarkan hasil penelitian disarankan: 1. Bagi guru yang berada di Kota Malang: a. agar guru yang belum sertifikasi aktif dan kreatif mengumpulkan portopolio, b. memiliki konsekuensi sebagai guru yang sudah bersertifikasi untuk melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban sebagai guru profesional, c. tingkatkan kualifikasi akademik dan mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni, d. guru sebagai agen pembelajaran harus menjadi ujung tombak bagi peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah tempat mengajar . 2. Kepala sekolah di Kota Malang: a.Dapat menjadi acuan untuk memberikan informasi, sosialisasi, dukungan guru untuk sertifikasi, b.Memberi kesempatan guru untuk mengembangkan profesinya, c. Melengkapi sarana prasarana pembelajaran. 3. Dinas Pendidikan Kota Malang: a. Sosialisasi ditingkatkan, b. Penetapan kuota, disempurnakan, c. Membentuk tim konsultan untuk guru, e. Supervisi lanjutan kepada guru yang sudah sertifikasi. 4. Pelaksana Sertifikasi Guru (PSG): a. Sebagai masukan untuk memperbaiki kinerja yang selama ini mengalami kendala di lapangan, b. Agar memperbaiki sistem penetapan peserta dari kuota menjadi sistem prioritas sesuai kreteria yang ditetapkan, c. Agar adil dalam memberi tunjangan bagi peserta yang lulus sertifikasi, berdasarkan kualifikasi predikat lulusan yaitu: A (sangat profesional), B (Profesional) dan C (Cukup profesional), 4. Kepada peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini pada aspek-aspek yang belum dikaji. Kata kunci: sikap, persepsi, motivasi, sertifikasi guru. Program Studi S2 MPD 77 Attitude, Perception, and Motivation of the Teacher toward Certification for Position in 2006-2008 (Multi-Case Study on State Senior High School of SMAN 5 Malang and State Vocational School of SMKN 1 Malang) Sarmi Sarmi. 2009. Attitude, Perception, and Motivation of the Teacher toward Certification for Position in 20062008 (Multi-Case Study on State Senior High School of SMAN 5 Malang and State Vocational School of SMKN 1 Malang). Thesis, A Study Program of Educational Management, Postgraduate Program of State University of Malang. Supervisor: (I) Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Dr. H. Kusmintardjo, M.Pd. Abstract In improving quality of education, many efforts have been done by our government (the Department of National Education), such as the issuance of Laws Number 20 in 2003 concerning with National Education System, Laws Number 14 in 2005 concerning with Teacher and Lecturer, and Governmental Regulation Number 19 in 2005 concerning with National Standard of Education, which commit that teacher is a professional educator. Teacher or professional educator should get Bachelor’s degree or Diploma-four (D4) as minimum academic qualification, mastering the competences (pedagogic, professional, social and personality), having educator’s certificate, healthy, as well as having capability to realize the national education’s goal. Teacher’s certification is one of endeavors to improve quality and prosperity of the teacher, as well as to raise prestige and role of the teacher as learning agent. It is expected that teacher’s certification would have effect on the improved learning quality as well as subsequent educational quality. Focuses of this research are: 1. How were the teachers’ attitudes at SMAN 5 Malang and SMKN 1 Malang toward implementation of teachers certification as described on sub focuses as follow : a. How were the positive attitudes of the teachers during implementation of the teachers certification? b. How was the positive attitude of the teachers post implementation of the teacher certification? c. How were the negative attitudes of the teachers during implementation of the teachers certification? d. How was the negative attitude of the teachers post implementation of the teacher certification? 2. How were the perceptions of the teachers at SMAN 5 Malang and SMKN 1 Malang toward program of the teacher certification? 3. What are the motivations (factors) of the teachers at SMAN 5 Malang and SMKN 1 Malang toward implementation of the teacher certification? This research used qualitative approach and multi-case study design. Techniques in collecting the data are as follow: 1. deep interview, 2. observation on participation, and 3. documentation study. The informant’s selection was done using snow-ball sampling. The collected data will be analyzed descriptively for single and cross-case through : 1. data reduction, 2. presenting the data, and 3. verification/drawing some conclusions. In order to get data validity, there are four criteria, which must be followed: 1. credibility, 2. dependability, 3. conformability, and 4. transferability. Findings of the research are: First, positive attitude of the teachers when they followed the certification program. The teachers agreed and pleased during following the certification process due to: 1. they had complete portfolios, 2. they had mature preparation, 3. included in scale of priority, 4. the school gave great support, 5. PLPG gave them much provisioning. Second, positive attitude of the teachers after graduated from certification program. They pleased after recognizing that they passed the certification program because: 1. basically, teachers give something and expect something in return, 2. teachers will do something as professional teachers, 3. due to attitude, support, and assessment of the school toward teachers. Third, negative attitude of the teachers when they followed the certification program. The teachers felt dejected, disappointed, moan and complain, as well as confused due to: 1. the executive institution of the certification program has no uniformity in providing information, 2. the schedule of PLPG is intensive and exhausted, 3. difficulty in searching supervisor to sign on. Fourth, negative attitude of the teachers after they graduated from certification program. Teachers felt unpleased, anxious, restless, and dejected because: 1. the Ministry of Finance issued a given letter to Ministry of the National Education, 2. assessment of the assessor was not objective, 3. unfair in determining quota, 4. the dossier can be engineered. Fifth, perception of the teachers toward implementation of the certification program. According to perception of the teachers that: 1. College, which brings about superior teachers will be the target of students and parents, 2. the public trust will be improved, 3. Profession and prosperity of the teachers have parallel to other profession, 4. in the future, teachers in Indonesia are as teachers in Singapore, 5. the certification program is a regular activity, 6. the issuance of once payoff for profession allowance is not smooth, 7. certification has not reached the entire element of 78 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 teachers, 8. the dossier test and PLPG for 9 days are not the perimeter to determine professionalism of the teacher. Seventh, motivation of the teacher toward implementation of certification program: 1. profession allowance, 2. acknowledgement / educator certification, 3. improving process and quality of education, 4. protection from incompetent practices, 5. improving competency as teacher, 6. it can be used as evaluation to the extent the teachers could improve their profession. Based on results of the research, some suggestions are given as follow: 1. for teachers in Malang: a. teachers who have not opportunity for certification, should be active and creative in gathering portfolio, b. teachers who have followed the certification program, should recognize the consequences in which they should do their duties and obligations as professional teachers, c. they should improve their academic qualification and develop continuous competency along with science, technology, and art development, d. as learning agent, they should become the lance tip in improving quality of education, especially at schools. 2. for principals in Malang: a. it should be used as a reference to provide information, socialization, and support for the teachers to follow certification program, b. provide opportunity to the teachers to develop their profession, c. equip the learning means and infrastructure. 3. For Educational Department of Malang: a. socialization should be improved, b. establishing quota, revised, c. establishing consultant team for teachers, d. further supervision over the certified teachers. 4. For Executive of Teacher Certification (PSG): a. being an input to improve performance in order to eliminate any obstacle, b. improving the system in establishing the participant of the quota to be a system of priority according to the established criteria, c. they should be fair in providing allowance for participants who passed the certification, based on qualification predicate of the graduates: A (very professional), B (Professional), and (Quite professional). 4. For the next researcher, they should continue this research on any aspects, which have not been reviewed. Keywords: attitude, perception, motivation, teacher’s certification Manajemen Kurikulum dalam Mengembangkan Sekolah Alam: Studi Kasus di SDI dan MTs Surya Buana Malang Ely Susilorini Susilorini, Ely. 2010. Manajemen Kurikulum dalam Mengembangkan Sekolah Alam: Studi Kasus di SDI dan MTs Surya Buana Malang. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr.H. Ibrahim Bafadal, M.Pd., (II) Prof. H.A. Sonhadji K.H., M.A., Ph.D Abstrak Kurikulum merupakan bagian penting dari lembaga pedidikan atau sekolah, karena kurikulum merupakan sejumlah program pendidikan yang disajikan kepada peserta didik pada masing-masing jenjang pendidikan, yang keberhasilannya banyak ditentukan oleh penerapanya di sekolah atau lembaga pendidikan terkait. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang jelas tentang pengelolahan manajemen kurikulum, yaitu bagaimana perencanaan kurikulum, pengorganisasian kurikulum, pengimplementasian kurikulum, evaluasi kurikulum di sekolah Alam MTs Surya Buana Malang. Penelitia ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan tiga cara yaitu, (1) wawancara mendalam, (2) observasi berperan serta, (3) dokumentasi. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif, dengan alur (a) reduksi data, (b) penyajian data (c) penarikan kesimpulan. Agar memperoleh keabsahan data dilakukan dengan empat kriteria: (1) kredibilitas, (2) trasnferbilitas, (3) dependenitas, (4) konfermabilitas. Dari hasil paparan data di lapangan ditemukan sebagai berikut: pertama, Sekolah alam Surya Buana memiliki dokumen kurikulum KTSP yang disusun oleh pihak yayasan dan dikembangkan disesuaikan dengan visi dan misi sekolah, hal ini merupakan wujud dari perencanaan kurikulum di sekolah alam tersebut. Program perencanaan yang meliputi program tahunan, program semester, program jangka panjang dan menengah, pembuatan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Kedua, pengorganisasian manajemen kurikulum di sekolah Alam MTs Surya Buana Malam berjalan dengan optimal dengan adanya pembagian tugas yang seimbang sehingga memaksimalkan kegiatan di sekolah alam ini.Ketiga, impementasi manajemen kurikulum yang diterapakan dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan mengasikkan sekaligus mencerdaskan dapat dilaksanakan. Keempat evaluasi kurikulum di Sekolah Alam MTs Surya Buana Malang berjalan dengan optimal yakni terlaksananya kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam setiap Program Studi S2 MPD 79 pembelajaran, pengayaan pada siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar, remidi pada siswa yang belum tuntas, pelaksanaan raport bulanan dan try out serta buku daftar perilaku siswa. Selain itu keberhasilan evaluasi manajemen kurikulum di Sekolah Alam MTs Surya Buana Malang juga dapat dilihat dari prestasi siswa dan kelulusan yang dicapai 100%. Adapun saran berdasarkan temuan-temuan penelitian ini adalah, (1) bagi Departemen Agama dan Dinas pendidikan agar lebih aktif lagi peranannya dalam kegiatan manajemen kurikulum di sekolah-sekolah dalam rangka menciptakan pendidikan yang bermutu bagi masyarakat. (2) Sekolah lain yang ingin menerapkan manajemen kurikulum sekolah alam agar dapat dijadikan informasi berharga tentang manajemen kurikulum yang difokuskan pada aspek perencanaan, pengorganisasian, implementasi dan evaluasi kurikulum.(3) bagi sekolah agar lebih meningkatkan lagi kreativitas dan kemandirian untuk melaksanakan manajemen kurikulum dan menemukan metode-metode baru dalam rangka penerapan manajemen kurikulum ke arah yang lebih baik. (4) peneliti lain agar melakukan penelitian lebih lanjut, mengenai manajemen kurikulum di Sekolah Alam lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan metode-metode tentang perencanaan, pengorganisasian, implementasi, serta evaluasi manajemen kurikulum di Sekolah Alam. Kata kunci: Manajemen, kurikulum, mengembangkan, sekolah alam. Curriculum Management in Developing School of Nature. Case Study at SDI and Mts Surya Buana Malang Ely Susilorini Susilorini, Ely. 2010. Curriculum Management in Developing School of Nature. Case Study at SDI and Mts Surya Buana Malang. Thesis, A Study Program of Educational Management. Postgraduate Program of State University of Malang. Supervisor: (I) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd., (2) Prof. H.A. Sonhadji K.H., M.A., Ph.D. Abstract Curriculum is the important part in educational institutions or schools due to it represents a number of educational programs, which are presented to the learners at each level of education in which most of its success is determined by its implementation at schools or at the related educational institutions. Objective of this research is to obtain obvious description about curriculum management, which includes designing, organizing, implementing, and evaluating the curriculum at the school of nature of Mts Surya Buana Malang. This research used qualitative approach and case study design. Data was collected through three steps, (1) deep interview, (2) participatory observation, (3) documentation. Selection for informants of this research used purposive sampling technique. The collected data was analyzed descriptively through (a) data reduction, (b) data presentation, and (c) drawing some conclusions. In order to obtain validity of the data, these four criteria must be implemented as follow, (1) credibility, (2) transferability, (3) dependability, and (4) conformability. Based on result of data description at the field, some findings are obtained as follow: first, School of Nature of Surya Buana has KTSP curriculum document, which was arranged by the institutional management and developed according to vision and mission of the school, and it is the realization of curriculum designing at the school of nature. The designing programs include annual, semiannual, long-term, and medieval programs, constructing syllabus, and learning implementation design. Second, the organizing of curriculum management at the school of nature of Mts Surya Buana Malang has been optimal along with balanceddivision labor in order to maximize activities at this school of nature. Third, implementation of the curriculum management on learning activities will be pleasurable and enjoyable, as well as developing intellectual capability. Fourth, the curriculum evaluation at the school of nature of Mts Surya Buana Malang has been optimal by the implementation of evaluation activities conducted by the teachers every learning, the enrichment given to students who have already gained success in learning, remedial program for students who have failed, monthly report, and try out program, as well as a list book that consisted of the student’s behaviors. Besides that, success of the curriculum management evaluation at the School of Nature of MTs Surya Buana Malang can also be seen from the student’s achievement as well as graduation that reach 100%. Based on findings of the research, some suggestions are given as follow, (1) for Department of Religious Affairs and Department of Education should be more active in play their roles in curriculum management activities at schools in order to create qualified education for society. (2) Other schools, which 80 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 want to implement curriculum management that concerning with school of nature, should be used as valuable information in relation to curriculum management, which focused on designing, organizing, implementation, as well as evaluation of curriculum. (3) For the school itself should improve both creativity and selfsupporting in performing the curriculum management and find out new methods in implementing curriculum management and pointing to better direction. (4) Other researcher should conduct further research that concerning with curriculum management at other School of Nature. It is intended to find out methods that concerning with designing, organizing, implementation, and curriculum management evaluation at the School of Nature. Keywords: management, curriculum, develop, school of nature Implementasi Lesson Study Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Multi Situs SMP Negeri 1 Prigen, SMP Negeri 2 Grati dan SMP Negeri 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan Indah Yudiani Yudiani, Indah. 2009. Implementasi Lesson Study Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Multi Situs SMP Negeri 1 Prigen, SMP Negeri 2 Grati dan SMP Negeri 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan. Tesis. Jurusan Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd., (II) Dr. H. Imron Arifin Abstrak Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural, kemajuan bangsa dan kode etik profesi. Untuk mewujudkan sasaran dan program tersebut Pemerintah Kabupaten Pasuruan mengadakan jalinan kerjasama dengan berbagai lembaga di tingkat Nasional maupun Internasional, salah satunya dengan JICA. Japan International Cooperation Agency (JICA) sebagai lembaga otonom pada pemerintah Jepang yang memiliki program dan komitmen untuk meningkatkan keterbelakangan negara-negara berkembang mengadakan catatan diskusi pada ”Program for Strengthening in-Service Teacher Training of Mathematics and Science Education at Junior Secondary Leve”l. Melihat fenomena tersebut maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui mengetahui target guru dalam mengikuti kegiatan Lesson Study di Kabupaten Pasuruan, 2) Untuk mengetahui obsesi guru dalam mengikuti kegiatan Lesson Study di Kabupaten Pasuruan, 3) Untuk mengetahui kiat-kiat yang dilakukan guru dalam mengikuti kegiatan Lesson Study di Kabupaten Pasuruan. 4) Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam implementasi LSBS dan 5) Untuk mengetahui strategi pemberdayaan kekuatan dan strategi mengatasi kelemahan implementasi LSBS Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode diskriptif dengan analisis data kualitatif. Yang menjadi alat bantu dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan catatan lapangan. Dengan key informan dalam penelitian ini meliputi dosen pendamping, pejabat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, kepala sekolah dan guru yang terlibat langsung dalam fokus penelitian ini. Adapun teknik analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan, yaitu : “reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan yang menjadi target guru dalam mengikuti kegiatan Lesson Study di Kabupaten Pasuruan adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran guru yang meliputi aspek (1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan dari pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi, (2) mengkaji dan mengembangan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, (3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, (4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan siswa, (5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, (6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa, (7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat dan (8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega. Sedangkan obsesi guru dalam mengikuti kegiatan Lesson Study di Kabupaten Pasuruan adalah untuk mengembangkan profesionalisme lebih efektif yang meliputi meliputi (1) memfokuskan pada peningkatan apa yang sebenarnya terjadi di kelas, apa yang diajarkan, bagaimana materi diajarkan, (2) melaksanakan pembelajaran secara lebih efektif melalui kegiatan percobaan dalam penilaian dan pengamatan siswa, (3) merancang pembelajaran yang lebih efektif dan efisien melalui pengembangan wacana dari para ahli di dalam dan di luar sekolah, (4) membuktikan kemampuan guru dalam merespon pembelajaran dari sudut pandang siswa dan (5) Program Studi S2 MPD 81 Selalu menghadiri dan mengikuti kegiatan lesson study. Serta kiat-kiat guru dalam mengikuti Lesson Study di Kabupaten Pasuruan adalah meliputi (1) mengupayakan pemenuhan kebutuhan pembelajaran pada setiap siswa, (2) mengupayakan pembelajaran kooperatif, (3) mengupayakan suatu perubahan dalam pembelajaran. Tentang peningkatan semangat guru dalam mengikuti kegiatan serta Strategi pemberdayaan kekuatan dan strategi mengatasi kelemahan implementasi LSBS antara lain; (1) melakukan evaluasi dari kendala yang ada, (2) menentukan langkah untuk mengatasi kendala yang ada, (3) merancang kegiatan LSBS dalam program sekolah, (4) menambah sarana dan prasarana sekolah yang menunjang pelaksanaan LSBS Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut maka saran yang dapat diajukan adalah bagi kepala sekolah, dalam rangka pemecahan masalah-masalah dalam kegiatan belajar mengajar, kepala sekolah diharapkan dapat lebih meningkatkan hubungan kerja yang serasi dan harmonis dan juga memberikan motivasi kepada guru dengan tepat dan baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik. Dan bagi peneliti lain diharapkan untuk mengembangkan hasil penelitian ini dengan mengadakan penelitian lain yang berkaitan dengan profesionalisme guru dengan menambah variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kata kunci: lesson study, guru profesional, kualitas pembelajaran, Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) The Implementation of School Based Lesson Study to Improve The Professionalism of Multisites Teachers at SMP Negeri 1 Prigen, SMP Negeri 2 Grati and SMP Negeri 1 Kejayan in Pasuruan Regency Indah Yudiani Yudiani, Indah. 2009. The Implementation of School Based Lesson Study to Improve The Professionalism of Multisites Teachers at SMP Negeri 1 Prigen, SMP Negeri 2 Grati and SMP Negeri 1 Kejayan in Pasuruan Regency. Thesis. Education Management Department. Postgraduate Program State University of Malang. Advisor : (I) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd., (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd Abstract The empowerment of professional teacher is held through self development which is done democratically, fairly, indiscriminately and continuously by considering the human rights, religious norms, cultural norms, country development and ethics code of profession. To realize the target and program, Pasuruan Regency Government cooperates with many kinds of institution, either National or International ones, one of them is JICA. Japan International Cooperation Agency (JICA), as an autonomous institution of Japanese Government, has program and commitment to help left- behind developing countries by making discussion note on “Program for Strengthening in-Service Teacher Training of Mathematics and Science Education at Junior Secondary Level”. Based on the facts above, the objectives of the study are as follows: (1) To know the teachers’ target in joining Lesson Study program in Pasuruan Regency, (2) To know the teachers’ obsession in joining the Lesson Study program in Pasuruan Regency, (3) To know the tricks done by the teachers in joining Lesson Study program in Pasuruan Regency, (4) To know the strength and weaknesses in implementing the Entire School Lesson Study (LSBS), (5) To know the strategy of strength empowerment and the strategy to overcome the weaknesses of the impelementation of Entire School Lesson Study (LSBS). The writer used a descriptive qualitative study. The data collected from interview and field note. The key informen of this study covered the advisors, the Government Officials of Education and Culture Departement, the principals and teachers who involved directly in this study. While, the data analysis technique consisted of 3 phases of activities, they were: “The data reduction, the data presentation and the conclusion or verification”. The result of the study showed that the target of the teachers in Joining Lesson Study Program in Pasuruan Regency was to improve the quality of teachers which covered the following aspects (1) to think accurately about the purpose of teaching and learning, the main material and subject, (2) to investigate and develop the best method of teaching and learning which can be developed, (3) to enlarge knowledge about the main material/ subject which is taught, (4) to think deeply about long-range purpose which will be reached related to students, (5) to design the cooperative teaching and learning, (6) to investigate/ examine accurately the way, the process of learning and the students’ behaviour (7) to develop strong pedagogy and (8) to see his own teaching result through the students and colleagues. Whereas, the teachers’ obsession in 82 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Joining Lesson Study Program in Pasuruan Regency was to develop their professionalism to be more effective, which covered (1) to focus on what progress which really happened in the class, what were taught, how the materials were taught, (2) doing more effective and efficient teaching and learning process through laboratory work activities based on the students’ evaluation and observation, (3) to design more effective and efficient teaching and learning by developing the experts’ thought and experience inside or outside the schools, (4) to prove the teachers’ability in responding the teaching and learning process from the students’ point of view, and (5) always attend and join the lesson study programs. Moreover, the tricks of teachers in Joining Lesson Study Program in Pasuruan Regency were as the following (1) trying to fulfill the teaching and learning need on every student, (2) trying to hold teaching and learning collaboration, (3) trying to make a change in the teaching and learning. About improving the teachers’ motivation in joining the program and the strategy of strength empowerment and the strategy to overcome the weaknesses of the implementation of Entire School Lesson Study (LSBS), they were: (1) Doing evaluation on the existing obstacles, (2) Determining the steps to overcome the existing obstacles, (3) Designing the activities of Entire School Lesson Study (LSBS) in the school program, (4) Adding the school facilities and infrastructures to support the implementations of LSBS. The results of the study are hoped to be useful suggestions for the principals in solving the problems in the teaching and learning activities. The principals should be able to improve a good and harmonous working relationship and give motivation to the teachers appropriately so that it can improve the quality of teaching and learning. Furthermore, it is also hoped that the result of the study can be developed by other researchers (writer) by conducting other studies which are related to the teacher professionalism by adding some other variables which have not been researched yet in this study. Keywords: lesson study, professional teacher, teaching and learning quality, Entire School Lesson Study (LSBS) Hubungan antara Iklim Sekolah dan Kompensasi Kerja dengan Motivasi Berprestasi Guru SMAN di Kabupaten Bondowoso Suradi Suradi. 2009. Hubungan antara Iklim Sekolah dan Kompensasi Kerja dengan Motivasi Berprestasi Guru SMAN di Kabupaten Bondowoso. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing; (1) Prof.Dr.H.Ibrahim Bafadal, M. Pd., (2) Prof. Dr. Salladien. Abstrak Memasuki abad ke-21, era yang penuh dengan persaingan dunia sebagai dampak dari globalisasi, bangsa Indonesia di tuntut untuk dapat meningkatkan keunggulan menuju tingkat produktivitas yang tinggi, agar mampu bersaing dengan negara-negara lain. Agar mampu menghadapi tantangan dan bersaing dengan negara –negara maju, bangsa Indonesia dituntut meningkatkan sumber daya manusia Indonesia khususnya generasi muda pada jenjang pendidikan sekolah. Generasi muda diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan keunggulan, baik secara komparatif maupun secara kompetetif, keahlian yang profesional serta peningkatan keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan.Hal ini, karena pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan yang penting dalam era globalisasi dan pelaksanaan otonomi daerah, sehingga dalam pembangunan dan pengembangannya perlu dukungan yang memadai. Kondisi pendidikan sekarang ini masih belum memenuhi harapan pemerintah sehingga masih diperlukan berbagai upaya dan strategi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan dan motivasi berprestasi guru dengan harapan akan berdampak positif pada peningkatan perilaku pembelajaran di kelas. Iklim sekolah dan kompensasi kerja merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap motivasi berprestasi guru termasuk motivasi guru di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di kabupaten Bondowoso. Untuk mengkajinya, penelitian ini dilakukan dengan rumusan sebagai berikut; 1) bagaimanakah iklim sekolah SMA Negeri di kabupaten Bondowoso, 2) bagaimanakah kompensasi kerja di SMA Negeri di kabupaten Bondowoso, 3) bagaimanakah motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso, 4) apakah ada hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso, 5) apakah ada hubungan yang signifikan antara kompensasi kerja dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso, 6) apakah ada hubungan yang signifikan antara Program Studi S2 MPD 83 iklim sekolah dan kompensasi kerja secara bersama-sama dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso. Untuk menjawab rumusan masalah di atas, peneliti melakukan penelitian dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2008 pada 10 SMA Negeri di kabupaten Bondowoso dengan populasi 385 orang dan sampel sebanyak 188 orang guru. Sampel diambil secara random proporsional. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket skala Likert sebagai instrumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) tingkat iklim sekolah SMA Negeri di kabupaten Bondowoso termasuk katagori tinggi yaitu sebesar 55,3%, (2) tingkat kompensasi kerja SMA Negeri di kabupaten Bondowoso termasuk katagori sedang yaitu sebesar 57,4%, (3) tingkat motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso termasuk katagori tinggi sebesar 50,5%, (4) hasil analisis korelasi parsial terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso dengan sig r 0,00 < 0,05, hal ini berarti ada hubungan yang signifikan, (5) tidak ada hubungan yang signifikan antara kompensasi kerja dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso dengan sig r 0,407> 0,05, (6) terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dan kompensasi kerja dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso dengan sig r sebesar 0,001< 0,05. Sedangkan berdasarkan hasil analisis product moment dari Person (7) terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso dengan sig r 0,00 < 0,05, (8) terdapat hubungan yang signifikan antara kompensasi kerja dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso dengan sig r 0,045<0,05, (9) terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dan kompensasi kerja dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso dengan sig r sebesar 0,000 < 0,05. Hasil analisis regresi dengan metode enter pada anova, terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dan kompensasi kerja dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso dengan F sebesar 16,515 dan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 , sedangkan hasil analisis regresi dengan metode stepwise, terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dan kompensasi kerja dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso dengan F sebesar 32,394 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai iklim sekolah dan kompensasi kerja dan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Bondowoso dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut; 1) kepada para kepala sekolah disarankan kiranya memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan informasi yang berguna dalam rangka meningkatkan kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah yang mampu menciptakan iklim sekolah yang lebih baik dan kondusif serta pemberian kompensasi yang wajar sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan kewenangannya sehingga para guru tetap berupaya meningkatkan motivasi berprestasi, 2) kepada guru disarankan dan diharapkan memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk memperbaiki diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diamanahkan sehingga di hari-hari berikutnya terjadi peningkatan profesionalisme diri sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mampu menciptakan kondisi sekolah yang lebih baik, 3) hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan referensi serta disikapi dengan bijak untuk memanfaatkan hasil penelitian ini oleh kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso serta instansi terkait dalam memberikan amanah dan penilaian kepada kepala sekolah sehingga mampu memberikan kepemimpinan yang lebih baik pada lembaga sekolah yang dikelolanya, 4) dalam penelitian ini masih banyak hal-hal yang perlu diteliti berkaitan dengan iklim sekolah, kompensasi kerja, bahkan motivasi berprestasi guru sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terutama bagi mereka yang berminat untuk mengkaji iklim sekolah, kompensasi kerja, dan motivasi berprestasi guru dengan variabel-variabel lain yang layak dan memang perlu diteliti yang memungkinkan mempengaruhi iklim sekolah atau kompensasi kerja maupun motivasi berprestasi seperti latar belakang pendidikan calon kepala sekolah, motivasi siswa dan lain-lain. Kata kunci: iklim sekolah, kompensasi kerja, dan motivasi berprestasi guru. 84 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Relationship Between the School Climate and Working Compensation with Motivation to Reach Achievement of the Teachers at State Senior High Schools in Bondowoso Regency Suradi Suradi. 2009. Relationship Between the School Climate and Working Compensation with Motivation to Reach Achievement of the Teachers at State Senior High Schools in Bondowoso Regency. Thesis, A Study Program of Educational Management, Postgraduate Program of State University of Malang. Supervisor: (I) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd., (2) Prof. Dr. Salladien. Abstract Entering the 21st century, the era that full of competition as the effect of globalization, therefore, Indonesia is demanded to improve its superiority that leads to higher productivity in order to be able to compete with other countries. In order to face challenge and competition with the advanced countries, Indonesia should improve its human resources, especially young generation, at the educational level. Young generation is expected to improve knowledge and develop superiority insight, both comparatively and competitively, professional expertise as well as improve skill through education and training. It is due to education is one of the essential developmental sector in globalization era as well as local autonomy implementation, therefore adequate support is required to develop and proliferate it. Condition of education nowadays has not met the government’s expectation, therefore, proper strategy and efforts are required to improve capability and motivation to reach achievement of the teachers in order to bring about positive effect in improving learning behavior at classrooms. The school climate and working compensation are essential factors, which influence motivation of the teachers, at State Senior High Schools in Bondowoso, to reach achievement. In order to examine it, this research performed by some formulations as follow: 1) how is the school climate at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, 2) how is the working compensation at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, 3) how is the motivation of the teachers to reach achievement at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, 4) is there any significant relationship between the school climate and motivation of the teachers to reach achievement at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, 5) is there any significant relationship between working compensation and motivation of the teachers to reach achievement at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, 6) is there any significant relationship between the school climate and working compensation, simultaneously, with motivation of the teachers to reach achievement at State Senior High Schools in Bondowoso Regency. In order to answer such problems above, the researcher applied correlational-descriptive design for this research. The research conducted on April 2008 at 10 State Senior High Schools in Bondowoso Regency by using population of 385 students and 188 teachers as sample. The sample was taken randomly and proportionally. Data of this research was collected using questionnaire or Likert-scale forms as the instrument. Results of the research show that: (1) the school climate level at the State Senior High Schools in Bondowoso Regency was high, 55.3%, (2) working compensation level at the State Senior High Schools in Bondowoso Regency was medium, 57.4%, (3) motivation level of the teachers to reach achievement at the State Senior High Schools in Bondowoso Regency was high, 50.5%, (4) based on result of the partialcorrelation analysis, there is significant relationship between the school climate and motivation of the teachers to reach achievement at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, with the sig r of 0.00<0.05, (5) there is insignificant relationship between working compensation and motivation of the teachers to reach achievement at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, with the sig r of 0.407>0.05, (6) there is significant relationship between the school climate and working compensation with motivation of the teachers to reach achievement at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, with the sig r of 0.001<0.05. Based on the analysis result of the Pearson’s product moment (7) there is significant relationship between the school climate and motivation of the teachers to reach achievement at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, with the sig r of 0.00<0.05, (8) there is significant relationship between working compensation and motivation of the teachers to reach achievement at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, with the sig r of 0.045<0.05, (9) there is significant relationship between the school climate and working compensation with motivation of the teachers to reach achievement at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, with the sig r of 0.000<0.05. Result of the regression using enter method on anova, there is significant relationship between the school climate and working compensation with motivation of the teachers to reach achievement at State Program Studi S2 MPD 85 Senior High Schools in Bondowoso Regency, with F value of 16.515 and significance value of 0.000<0.05, while the regression analysis results using stepwise method, it is found significant relationship between the school climate and working compensation with motivation of the teachers to reach achievement at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, with the F value of 32.394 and significance value of 0.000<0.05. Based on result of the research concerning with the school climate and working compensation as well as motivation of the teachers to reach achievement at State Senior High Schools in Bondowoso Regency, some suggestions are given as follow: 1) For the principals, it is suggested to utilize results of this research as source of information to improve leadership and supervision of the principal to create conducive and better school climate as well as provide standard compensation that conforms to task, responsibility, and authority, so that the teachers will be motivated to improve their achievement, 2) for the teachers, it is suggested and expected that they will employ results of this research as inputs to improve themselves in doing the jobs and the assigned responsibility, therefore, their professionalism will be improved and it will improve human resources quality and it will create better school condition, 3) It is expected that result of this research can be utilized as source of information and reference, and it will be used wisely by the Department of Education in Bondowoso Regency as well as the related institutions in giving instruction and evaluation over the principals in order to create better leadership at the school institution, 4) further research is required, especially that concerning with the school climate, working compensation, and motivation of the teachers to reach achievement, as well other proper variables, which will influence the school climate or working compensation and motivation to reach achievement, such as education background of the principal candidate, motivation of the students, and etc. Keywords: school climate, working compensation, and motivation of the teacher to reach achievement Peran Kepala Madrasah dalam Manajemen Konflik (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Matholi’ul Anwar Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan) Ahmad Nurabadi Nurabadi, Ahmad. 2009. Peran Kepala Madrasah dalam Manajemen Konflik (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Matholi’ul Anwar Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan). Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd, (II) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd. Abstrak Sebagai seorang pemimpin, kepala madrasah mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di madrasah. Kepala madrasah harus aktif dan dinamis sehingga dapat membimbing, mendorong dan mengajak para guru dan pegawai lainnya untuk bekerja sama dalam proses mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bersama. Upaya menegakkan dan membangun madrasah sebagai sebuah organisasi kerja yang menyenangkan tidaklah mudah, karena dalam manajemen pendidikan terutama di dalam kehidupan madrasah, kepala madrasah menghadapi sejumlah guru-guru yang memiliki berbagai macam kepentingan, tingkah laku, gaya dan ide-ide serta peragai yang berbeda-beda dalam menjalankan tugasnya. Berbagai keinginan ini lebih sering tidak sesuai dengan tujuan dan keinginan sekolah, dan pada gilirannya hal ini akan menimbulkan persoalan yaitu ketidakselarasan antara harapan guru dan tujuan madrasah, inilah yang menyebabkan timbulnya konflik. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan secara deskriptif bagaimana peran kepemimpinan kepala madrasah dalam manajemen konflik di Madrasah Aliyan Matholi’ul Anwar Simo Sungelebak Karanggeneg Lamongan, yang dijabarkan dalam fokus-fokus, yaitu: mendiskripsikan cara kepemimpinan dalam manajemen konflik, pola manajemen konflik yang digunakan oleh kepala madrasah aliyah Matholi’ul Anwar, respon para guru terhadap manajemen konflik, serta dukungan dan hambatan dalam pelaksanaan manajemen konflik. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan kualitatif dengan mengunakan jenis penelitian studi kasus, sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah menggambarkan secara deskriptif bagaimana peran kepemimpinan kepala madrasah dalam manajemen konflik, sehinggga pada akhirnya pengembangan madrasah bisa kondusif dan produktifitasnya meningkat. Dengan mengunakan jenis penelitian studi kasus, fokus penelitian ini dapat teramati pula keutuhannya dan pengumpulan datanya dilakukan secara berulangulang dimana pengumpulan data berikutnya dilakukan, dianalisis dan digunakan untuk mengembangkan 86 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 model deskriptif dari fenomena yang ada dari semua situs teori sementara yang dihasilkan melalui pengumpulan data sebelumnya dan dimodifikasi untuk menghasilkan teori yang lebih bagus. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil data secara holistik yang integratif, memperhatikan relevansi dan berdasarkan fokus serta tujuan penelitian, maka penggumpulan data dilakukan dengan empat teknik, yaitu: (1) Wawancara mendalam (Indepth interviewing) , (2) Observasi partisipan (Partisipan observation): dan (3) Studi dokumentasi (Study of document). Temuan penelitian menunjukkan bahwa manajemen konflik yang dilakukan oleh kepala madrsasah sebagai salah satu peran kepemimpinan di Madrasah Aliyah Matholi’ul Anwar merupakan suatu proses kegiatan yang senantiasa menjadi salah satu prioritas dalam manajemen madrasah, karena manajemen konflik akan menjadi suatu pendorong terhadap terciptanya suasana lembaga yang kondusif. Teknik yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam manajemen konflik adalah dengan teknik kekeluargaan dan teknik pendekatan personal serta komunikasi yang berkelanjutan juga sering dilakukan, sementara itu model manajemen konflik yang dipakai oleh kepala madrasah menyesuaikan dengan karakter dari guru atau pegawai yang berkonflik, dan salah satu model manajemen konflik yang perna dilakukan adalah model kolaboratif. Madrasah Aliyah Matholi’ul Anwar mempunyai kekurangan dalam hal sarana prasarana, tetapi kekurangan ini tidak membuat minat masyarakat sekitar untuk menyekolahkan putra-putrinya menjadi rendah. Ini dibuktukan dengan jumlah peserta didik yang cukup tinggi, rata-rata setiap tahun mencapai 300 peserta didik, baik dari daerah sekitar ataupun dari luar daerah seperti gresik dan surabaya. Semua tenaga pendidiknya telah mendapat pengakuan dari masyarakat, karena sebagian besar menjadi tokoh masyarakat di daerahnya masing-masing serta mempunyai pengalaman mengajar yang cukup lama. Para guru di Madrasah Aliyah Matholiul Anwar merespon semua manajemen konflik yang dilakukan oleh kepala madrasah dengan respon yang positif dan selalu bisa menerima, respon yang baik ada karena kepala madrasah melakukan manajemen konflik secara musyawarah mufakat dan tidak mementingkan dirinya sendiri melainkan kemajuan lembaga menjadi tujuan bersama dan menjadi prioritas dalam setiap manajemen konflik yang dilakukan. Dukungan selalu muncul dari masyarakat sekitar, termasuk komite madrasah dan dewan guru senantiasa memberikan dukungan terhadap setiap kebijakan dalam manajemen konflik yang dilakukan oleh kepala madrasah, sementara komunikasi yang tidak langsung kepada para guru dan pegawai dapat menimbulkan hambatan-hambatan. Dari hasil penelitian maka disarankan: (1) Bagi Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional, budaya agamis yang sudah menjadi citra diri dari madrasah agar selalu dijaga dan dikembangkan menjadi budaya yang bisa diserap oleh masyarakat sekitar, tidak hanya dikonsumsi oleh lembaga sendiri tanpa bisa direduksi oleh masyarakat, (2) Bagi Kepala Madrasah, kualitas lingkungan pembelajaran akan mempengaruhi model pembelajaran yang nantinya juga berpengaruh kepada kualitas alumni madrasah, perbaikan lingkungan pembelajaran di madrasah harus terus dilakukan seiring dengan perkembangan zaman dan mutu alumni Madrasah Aliyah Matholi’ul Anwar akan lebih baik lagi apabila mereka mempunyai keterampilan lain seperti pertukangan, perikanan, pertanian, dan lain-lain, (3) Bagi peneliti lain, kajian mengenai manajemen konflik yang ada di madrasah, di Indonesia masih sangat kurang, dan (4) Bagi Program Manajemen Pendidikan, dalam pelaksanaan manajemen konflik kebanyakan para pemimpin hanya memperoleh ilmu di pendidikan formal dan sebatas pada pengetahuan saja, ilmu manajemen konflik tersebut sebenarnya dapat diterapkan di berbagai sektor pendidikan baik formal maupun non formal maka di mohon pelaksanaan untuk lembaga madrasah atau lembaga non formal lainnya serta praktek pelaksanaan manajemen konflik agar lebih ditekankan. Kata kunci: peran, manajemen konflik Program Studi S2 MPD 87 The Role of Moslem Senior High School (Madrasah) Principal in Conflict Management (A Case Study in Madrasah Aliyah Mathli’ul Anwar Simo Sungelebak of Karanggeng Lamongan) Ahmad Nurabadi Nurabadi, Ahmad. 2009. The Role of Moslem Senior High School (Madrasah) Principal in Conflict Management (A Case Study in Madrasah Aliyah Mathli’ul Anwar Simo Sungelebak of Karanggeng Lamongan). Thesis. Department of Education Management. Post Graduate Program of State University of Malang. Advisor: (I) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd, (II) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd. Abstract As a leader, the principal of Moslem Senior High School plays a very important role in achieving the educational goals of the school. He should be active and dynamic in order to guide, encourage and support the teachers and other school officials to work together in the process of achieving the predetermined educational goals. It is not easy to develop Moslem senior high school as a comfortable working organization because in education management especially in Moslem high school culture, the principal faces many teachers with various different interest, behavior, style and ideas and attitude in doing their duty. Often, those variety of interests are not in line with the purpose and target of the school and in turn, it will create a problem that is the inexpediency between the teachers’ interest and the school targets. It will turn into a conflict. The aim of this study is to describe descriptively the leadership role of principal in managing conflict in Moslem senior high school of Aliyan Matholi’ul Anwar at Simo Sungelebak Karanggeneg of Lamongan. It is described into focuses which are: to describe the role of moslem senior high school in conflict management, profile of the school, pattern of conflict management employed by the principal, teachers’ response toward the conflict management, and support and also problems in applying conflict management. This study employs qualitative design of a case study. This is in line with the purpose of this study that is to describe the leadership role of Moslem senior high school principal in conflict management which in turn will increase the productivity and create conducive situation for the development of Moslem senior high school. Using a case study design, the focus of the study could be observed in terms of its wholeness and the data collections are conducted repeatedly. The data are collected and analyzed and used to develop descriptive model from the existing phenomenon from all temporary theory resulted from the previous data collection and it is modified to create a better theory. In this study, the researcher collects the integrative data holistically by considering the relevance and based on the focus and aim of the study. Thus, there are three technique employed in collecting the data. Those are (1) in-depth interviewing, (2) participant observation, and (3) study of documents. The research findings show that conflict management employed by the school principal as one of leadership role in Moslem High School of Matholi’ul Anwar is a process of activity which always becomes one of the priorities in school management because conflict management will encourage the conducive atmosphere for the institution. Technique applied by the school principal in conflict management is kinship technique and personal approach technique as well as continuous communication. Moreover, model of conflict management applied by the school principal is in line with the character of teachers or employees involved in conflict and one of the model is collaborative model. Moslem senior high school of Matholi’ul Anwar has problem with the equipment and infrastructures. However it doesn’t reduce the attractiveness of the school for the society. It is proved by the high number of students either from the surrounding area or outside area like Surabaya and Gresik. All teachers has gained recognition from the society because most of them are outstanding figures in the society and have long teaching experience. Teachers in Moslem senior high school of Matholi’ul Anwar give positive response for all conflict management strategy applied by the school principal because the principal applies it by discussing with the teachers and emphasizing on the development of school and those become the priority in every conflict management. Society always support including the school committee and teachers. They all support every policy in conflict management conducted by the principal, whereas indirect communication to teachers and employee may create problems. Based on the result of study, it is suggested that (1) for education of national departement and religious department, religious cultures that has become the nature of the school should be maintained and 88 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 developed in order that it can be absorbed by the society. It should not be consumed by the school only without being able to absorbed by the society, (2) for Moslem Senior High School (Madrasah), the quality of learning environment will influence the learning model. This, in turn, will also influence the quality of graduates. The improvement of learning environment should always be conducted to keep up with the development. It will make the quality of school graduate will be better especially if they have supporting skills such as craftsmanship, fishery, farming etc. (3) for other result, the number of study on the conflict management in Moslem senior high school is limited and (4) for management of education program, in applying conflict management, most leaders only gains knowledge from formal education. Meanwhile, the skill of conflict management could be applied in either formal or informal educational sectors. Thus, the application of conflict management in Moslem senior high school or in other institution should be emphasized. Keywords: role, conflict management Manajemen Kerjasama antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan Industri (Studi Kasus di SMKN 1 Program Keahlian Alat Berat Singosari Malang) Djandji Purwanto Purwanto, Djandji. 2009. Manajemen Kerjasama antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan Industri (Studi Kasus di SMKN 1 Program Keahlian Alat Berat Singosari Malang). Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Abstrak Manajemen kerjasama adalah salah satu bentuk pengelolaan manajemen yang saling terkait antara dua institusi dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan yaitu antara sekolah menengah kejuruan dengan industri terkait (link), sedangkan hasil dari proses diklat diharapkan sesuai (match) dengan kebutuhan tenaga kerja di industri. Pihak dunia usaha industri (DuDi) yang akan memakai siswa dan pihak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), kedua institusi ini melaksanakan kerjasama untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui kebijakan kerjasama untuk mendukung Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dalam hal ini On the Job Training (OJT) di dunia usaha industri. Tercapainya sasaran kerjasama SMK dengan industri adalah berjalannya mekanisme implementasi perjanjian kerjasama antara PT. Trakindo Utama dengan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Singosari Malang Nomor 351/IX/BM/04 yang telah dirancang sebelumnya dapat dinyatakan sebagai tercapainya kinerja kerjasama kedua institusi. Hal tersebut mengindikasikan keterkaitan dan kesesuaian lingkup kerjasama yang telah disepakati. Untuk itu perlu dibutuhkan suatu analisis yang mendalam mengenai proses implementasi kerjasama dari rekrutmen siswa masuk program keahlian Alat Berat sampai pada rekrutmen teknisi Alat Berat di industri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan hal-hal berikut: (1) Bentuk kerjasama antara SMKN 1 Program Keahlian Alat Berat Singosari Malang dengan PT. Trakindo Utama; (2) Peran PT. Trakindo Utama pada SMKN 1 Singosari Malang dan peran SMKN 1 Singosari Malang pada PT. Trakindo Utama; (3) Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mendukung implementasi kerjasama; (4) Pengelolaan kurikulum SMK berbasis kerjasama dengan PT. Trakindo Utama, dan (5) Tindakan PT. Trakindo Utama terhadap lulusan SMKN 1 Program Keahlian Alat Berat Singosari Malang Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistis dengan pendekatan studi kasus. Peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian yang terlibat secara aktif dan langsung di lokasi penelitian (human as instrument). Lokasi penelitian berada di SMKN 1 Singosari Malang dan di PT. Trakindo Utama cabang Surabaya. Penulis mengumpulkan data lewat metode indepth interview serta melakukan observasi partisipatif di dua tempat tersebut. Jenis data adalah bersifat primer (diperoleh dari hasil wawancara) dan sekunder (dokumentasi). Semua data dilakukan seleksi lewat metode purposive sampling. Data dianalisis lewat analisis data situs tunggal menurut Miles dan Huberman (1984) sehingga menghasilkan simpulan-simpulan sementara dan kemudian dianalisis lintas situs untuk menghasilkan simpulan akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi manajemen kerjasama yang diwujudkan dalam perjanjian kerjasama telah berjalan sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawab industri dan SMK, sehingga pada akhir jenjang pendidikan menghasilkan kualifikasi lulusan SMK siap pakai dalam jenjang Teknisi 1. Program Studi S2 MPD 89 Walaupun pelaksanaan kerjasama telah berjalan dengan baik selama implementasi untuk lebih mempersiapkan teknisi kelas dunia yang mampu bersaing di era global, program keahlian Alat Berat sejak tahun ajaran Juli 2008 telah menerapkan Pendidikan Berbasis Karakter (PBK) yang berisi tentang: 20 Basic Skills dan 17 keterampilan lulusan SMK. Berdasarkan dari kesimpulan hasil penelitian dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) Bagi sekolah menengah kejuruan yang lain beberapa hal penelitian ini sebagai bahan masukan dalam mengelola sekolah yang berkaitan dengan PSG; (2) Para penyelenggara dan pengelola dapat mengadopsi manajemen kerjasama yang diperankan SMKN 1 Singosari Malang dengan PT. Trakindo Utama dalam rangka meningkatkan kualifikasi lulusan yang lebih siap pakai; (3) Para tenaga kependidikan (kepala dinas, pengawas) dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu masukan dalam melaksanakan supervisi di satuan pendidikan yang berkaitan dengan hubungan SMK dengan industri; (4) Bagi dunia usaha industri yang lain dapat menerapkan hasil penelitian ini sebagai bentuk nyata peran industri dalam pendidikan menengah kejuruan dan sebagai pengguna SDM merupakan investasi dalam jangka waktu panjang. Kata kunci: manajemen kerjasama, kerjasama sekolah dengan industri. Cooperation between Vocational High School and Industry (A Case Study in Vocational High School 1 Heavy Equipment Department at Singosari Malang) Djandji Purwanto Purwanto, Djandji. 2009. Cooperation between Vocational High School and Industry (A Case Study in Vocational High School 1 Heavy Equipment Department at Singosari Malang). Thesis. Department of Education Management. Postgraduate Program. State University of Malang. Abstract Cooperation management is one of management forms relating two institutions in implementing education and training; that are vocational high school and related industry (link). Moreover, the outcome of education and training process is expected to be suitable (match) with the need of industry. Industry/company which will use the students and vocational high school may cooperate to improve the human resource quality through the policy of Dual-System Education in the form of On the Job Training in company. The achievement of cooperation target between vocational high school and industry is in the form of implementation of cooperation agreement between PT. Trakindo Utama with Vocational High School 1 Singosari No 351/IX/BM/04 which has been designed before. It indicates the cooperation of agreement. Thus, there should be an in-depth analysis regarding the implementation of the agreement starting from the recruitment of the students of Heavy Equipment Department up to the recruitment of heavy equipment technician in Industry. This study aims at describing and interpreting the following: (1) The form of cooperation between vocational high school 1 Heavy Equipment Department at Singosari Malang and PT. Trakindo Utama; (2) The role of PT. Trakindo Utama for vocational high school 1 Singosari Malang and role of vocational high school 1 Singosari Malang for PT. Trakindo Utama; (3) The development of human resource to support the implementation of cooperation; (4) The management of vocational high school’s curriculum cooperation based with PT. Trakindo Utama; (5) What the PT. Trakindo Utama do toward the vocational high school 1 Heavy Equipment Program at Singosari Malang graduate. This study is naturalistic qualitative study employing a case study approach. The researcher act as research instrument involving actively and directly in research setting (human as instrument). The research location is in vocational high school 1 Singosari Malang and in PT. Trakindo Utama of Surabaya Branch. The researcher employs indepth interview and participatory observation to collect data in the two location. The data are of primary (collected from interview) and secondary (documentation). All data are selected using purposive sampling. Then the data are analyzed using single site analysis proposed by Miles and Huberman (1984) so that they result in temporary conclusions which will be analyzed with cross-sites analysis to produce final conclusion. Although the cooperation of the two institutions have run well in preparing a qualified and worldclass technician who are able to compete in global era, heavy equipment department applies Character-based education containing 20 basic skills and 17 skill that must be mastered by vocational high school graduate. 90 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Based on the conclusion, the researcher proposes the following suggestion: (1) It is expected that the result of this study is used as input for school management related with on the job training by other school; (2) Other institution managers may apply the cooperation management implemented by vocational high school 1 Singosari Malang with PT. Trakindo in order to improve the quality of graduates; (3) The headmaster or school superintendent can use the result of this study as one of the inputs in the process of supervision in school especially the agreement of vocational high school and industry; (4) For other industry, the result of this study can be implemented as the contribution of industry for vocational high school and the user of human resources as long term investment. Keywords: cooperation management, cooperation between school and industry. Pengelolaan Program Akselerasi di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Malang Niken Asih Santjojo Niken Asih Santjojo. 2009. Pengelolaan Program Akselerasi di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Malang. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd; (II) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd. Abstrak Peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa perlu mendapat layanan sesuai dengan potensi dan bakatnya. Salah satu bentuk layanan untuk mewadahi peserta didik tersebut adalah dengan menyelenggarakan program percepatan belajar dari tiga tahun menjadi dua tahun yang disebut program akselerasi. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pemerintah Indonesia telah memberi payung hukum dalam memberi pelayanan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Oleh karena itu sekolah yang berkompeten seyogyanya berinisiatif untuk menyelenggarakan program akselerasi bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Salah satu lembaga yang berinisiatif dan berkompeten membuka program tersebut adalah SMA Negeri 3 Malang. Sejak tahun pelajaran 2002- 2003 sekolah ini telah menyelenggarakan program akselerasi dan pada tahun pelajaran 2005-2006 telah ditunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dimana program akselerasi berjalan sesuai dengan perkembangan sekolah tersebut. Perkembangan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan sekolah, sehingga perlu diadakan penelitian tentang pengelolaan pada program akselerasi di sekolah ini. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana timbulnya gagasan awal penyelenggaraan program akselerasi, proses persiapannya, pelaksanaan program tersebut, serta proses monitoring dan evaluasi penyelenggaraannya sejak tahun pelajaran 2002-2003 sampai dengan tahun pelajaran 2006-2007. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan menggunakan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data adalah (1) wawancara mendalam, (2) peran serta dalam observasi, (3) studi dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif, dengan alur (a) reduksi data, (b) penyajian data, dan (c) penarikan kesimpulan. Untuk memperoleh keabsahan data dilakukan dengan empat kriteria: (1) kredibilitas, (2) transferabilitas, (3) dependabilitas, dan (4) konfirmabilitas. Dari hasil analisis diperoleh temuan-temuan sebagai berikut: (1) Gagasan awal penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Malang muncul karena adanya faktor-faktor kesiapan sekolah baik internal maupun eksternal yang didukung dengan adanya landasan hukum. Selanjutnya, gagasan penyelenggaraan program akselerasi disosialisasikan kepada pihak yang berkompeten untuk mendapatkan masukan-masukan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar kebijakan persiapan pelaksanaan program akselerasi di SMA Negeri 3 Malang. (2) Persiapan pelaksanaan program akselerasi di SMA Negeri 3 Malang dilaksanakan secara matang melalui tahapan-tahapan: sosialisasi, pembentukan tim khusus, benchmarking, dan perijinan. (3) Pelaksanaan program akselerasi dilakukan berdasarkan input dan proses yang berkualitas sesuai perencanaan sehingga dihasilkan output yang baik. (4) monitoring dan evaluasi program akselerasi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Malang dijadikan umpan balik penyelenggaraan di tahun berikutnya. Berdasarkan temuan-temuan penelitian ini disarankan agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai: (1) pemicu bagi pengelola program ini agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan program akselerasi, (2) acuan bagi lembaga yang berminat menyelenggarakan program akselerasi agar mendapatkan gambaran pengelolaan program akselerasi (3) bahan masukan untuk Program Studi S2 MPD 91 mengadakan penelitian lebih lanjut agar dapat mengungkapkan fenomena lain yang lebih akurat dan mendalam pada masa yang akan datang (4) gambaran yang jelas tentang pengelolaan program akselerasi di SMA Negeri 3 Malang, sehingga siswa yang memiliki potensi kecerdasan dapat memilih lembaga ini sebagai salah satu alternatif tempat belajar. Kata kunci: pengelolaan, program akselerasi, Sekolah Menengah Atas Negeri Malang Accelerated Management Program at SMA Negeri 3 Malang Niken Asih Santjojo Niken Asih Santjojo. 2009. Accelerated Management Program at SMA Negeri 3 Malang. Thesis, Education Management Studies Program, Graduate Program of State University of Malang. Supervisors: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd ; (II) Prof.Dr.Hendyat Soetopo, M.Pd Abstract Students who have potential of intelligence and special talents need to get a special service in accordance with their potentials and talents. One form of the service to accommodate them is to conduct accelerated learning program from three years to two years, called accelerated program. The laws on national educational systems number 20 year 2003 states that the government has given legal protections in providing services for any potential and talented students. Therefore, high quality schools should initiate to conduct an accelerated program for them. The school that took the initiative and competent to open the program is a stated owned high school, SMA Negeri 3 Malang. It has conducted an accelerated program since the school year 2002 – 2003, and has been appointed in 2005-2006 school year by the government to implement an international standard scchool (RSBI) where the program runs in accordance with the accelerated development of this school. This development is one indicator of the success of this school, so that the research on the management of the accelerated program at this school is needed. The focus of this research is to determine how the first idea of implementing the accelerated program at SMA Negeri 3 Malang came up, the process of its preparation has been carried out, the implementation of the program, as well as the monitoring and evaluation processes operate since the 20022003 until the 2006-2007 school year. This research was conducted through a qualitative approach using case study design. Data collection techniques are (1) in-depth interviews, (2) participation in the observation, (3) study the documentation. Data collected were analyzed descriptively, with the flow of : (a) reduction of data, (b) the presentation of data, and (c) inferences. To obtain the validity of the data, four criteria are carried out as follows: (1) credibility, (2) transferability, (3) dependability, and (4) confirmability. Analysis results obtained from the findings are as follows: (1) initiative to set up an accelerated program in SMA Negeri 3 Malang came up because of the internal and external factors supported by a legal basis. Furthermore, the idea of organizing an accelerated program to be disseminated to the competent parties to get the inputs, soit can be used as a basis for preparation of policy implementation in an accelerated program SMAN 3 Malang. (2) Prepare the implementation of an accelerated program in SMA Negeri 3 Malang implemented in a mature through stages: socialization, formation of special teams, benchmarking, and licensing. (3) The accelerated program is based on the input and the process of planning a quality suitable to produce good output. (4) monitoring and evaluation carried out an accelerated program in SMA Negeri 3 Malang used as feedback in the implementation of the following year. Based on the findings of this study, it is suggested that the findings can be used as: (1) the trigger for the management of this program in order to maintain and improve the quality of an accelerated program (2) a reference for other institutions interested in conducting an accelerated program to get a picture of an accelerated program management (3) input for further research in order to reveal another phenomenon that is more accurate and deeper in the future (4) a clear picture of the management of an accelerated program in SMA Negeri 3 Malang, so students who have potential intelligence agencies can choose this as an alternative place of learning. Keywrds: management, accelerated program, Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Malang 92 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sumber Daya Manusia: Studi Kasus di TK Anak Saleh Kota Malang Guruh Salafi Salafi, Guruh. 2009. Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sumber Daya Manusia: Studi Kasus di TK Anak Saleh Kota Malang. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. H.A.Sonhadji.K.H, M.A.,Ph.D., (II) Dr.H.Imron Arifin, M.Pd. Abstrak Kualitas sumber daya manusia adalah kunci utama dalam pembangunan sebuah bangsa. Bangsa Indonesia tertinggal dengan bangsa lain karena lebih membanggakan sumber daya alamnya daripada sumber daya manusianya. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia menunjukkan kesadaran atas pentingnya kualitas sumber daya manusia itu bagi pembangunan bangsa. Dalam konteks sekolah, guru adalah ujung tombak bagi keberhasilan sebuah sekolah. TK Anak Saleh adalah salah satu sekolah berprestasi di kota Malang. Berbagai prestasi baik lokal maupun nasional telah berhasil diraih. Para guru juga meraih berbagai prestasi yang membanggakan. Para guru penuh motivasi dalam bekerja. Hal itu menunjukkan kualitas sumber daya di sekolah itu sangat baik. Di sebuah sekolah yang baik akan sangat menarik untuk dikaji bagaimana seorang kepala sekolah mengelola sekolah itu. Dimensi kepemimpinan kepala sekolah dalam pemberdayaan para guru sehingga termotifasi dan terispirasi untuk berprestasi akan menarik untuk diteliti. Oleh karena itu penelitian ini berupaya untuk mengkaji bagaimana strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Kajian ini berupaya menggali beberapa hal antara lain; profil sumber daya manusia TK Anak Saleh, kepemimpinan kepala sekolah, strategi kepala sekolah dalam memberdayakan potensi para guru, dan strategi kepala sekolah dalam mengantisipasi hambatan yang terjadi dalam upaya pengembangan sumber daya manusia di sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan rancangan studi kasus tunggal. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (1) wawancara mendalam, (2) observasi berperan serta, (3) studi dokumentasi. Sumber data adalah (1) unsur manusia, dengan informan kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang ketenagaan, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru, staf, ketua yayasan dan pejabat Diknas, (2) unsur non manusia berupa dokumen yang relevan. Data yang diperoleh dianalisis dengan alur reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Proses analisis dilakukan sejak memasuki latar penelitian. Agar diperoleh temuan penelitian yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka hasil penelitian diuji kebenarannya dengan uji kredibilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah, pertama, TK Anak Saleh merupakan sekolah yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik dengan ciri-ciri yang dimiliki; (1) Konseptornya merupakan para pakar yang mempunyai kompetensi, (2) pengurus sekolah dan yayasan mempunyai kualitas sumber daya manusia yang sangat baik, (3) guru-guru mampu mengaplikasikan kurikulum sekolah yang unggul, (4) guru-guru mampu mengelola dan menggunakan sarana dan prasarana sekolah, (5) memiliki inovasi pembelajaran, program kreatif, program ekstrakurikuler yang komplit, (6) kemampuan mengelola kelas dengan baik, (7) guru-guru sering mengikuti seminar, workshop, diklat, pelatihan dan lain-lain, (8)guru penuh motivasi dan bersemangat dalam belajar, (9) guru mempunyai banyak prestasi yang membanggakan, (10) guru dan staf memiliki suasana belajar dan suasana kerja yang menyenangkan, (11) adanya kepemimpinan kepala sekolah yang efektif. Kedua, Profil kepemimpinan yang kuat yang dimiliki kepala sekolah TK Anak Saleh, antara lain(1) kepribadian yang menarik dan dicintai oleh warga sekolah, (2) visi kepala sekolah yang luas dan misi yang realistis, (3) Mempunyai kompetensi dan kredibilitas, (4) menjadi panutan dan teladan, (5) selalu memotivasi dan memberi kesempatan guru untuk pengembangan diri, (6) penuh inovasi dan kreativitas, (7) menggerakkan staf dengan nilai-nilai, (8) kemampuan sebagai katalisator bagi kalangan internal dan konektor dengan berbagai pihak eksternal, (9) kemampuan memberi apresiasi dan penghargaan pada guru yang berprestasi. Ketiga, Strategi kepala sekolah dalam memberdayakan potensi para guru adalah senantiasa mendorong, memotivasi dan memberikan kesempatan pada guru untuk secara formal melanjutkan pendidikan sampai setingkat sarjana. Secara non-formal antara lain guru mengikuti kegiatan internal (1) mendatangkan pakar (2) melaksanakan KKG (3) team teaching, (4) keterlibatan dalam kepanitiaan, kemudian kegiatan eksternal (1) Diklat, Seminar, Workshop, Lokakarya yang diselenggarakan oleh selain pihak sekolah, (2) KKG gugus , (3) studi banding, (4) magang, (5) pengembangan jaringan dengan lembaga lain. Kemudian secara informal yaitu memberikan bimbingan secara khusus yang sifatnya accidental (tidak terjadwal) jika ada guru yang hendak mengikuti suatu lomba. Keempat, strategi kepala Program Studi S2 MPD 93 sekolah dalam mengatasi hambatan dalam pengembangan SDM yaitu: (1) mendengarkan dan berkomunikasi dengan para guru, (2) memberikan kelonggaran dan fleksibilitas bagi guru yang akan menempuh pendidikan,(3) pendelegasian tugas pada guru lain apabila terdapat guru yang berhalangan, (4) menciptakan suasana kerja yang nyaman dan penuh kebersamaan. Secara umum kesimpulan hasil penelitian ini adalah upaya pengembangan sumber daya manusia di sekolah perlu dilakukan secara sistematis dan terencana dengan baik. Kepala sekolah mempunyai peran sangat penting dalam memotivasi dan menyediakan kesempatan bagi para guru untuk selalu meningkatkan kualitas profesional mereka. Pendekatan yang manusiawi akan membantu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi para guru. Berdasarkan temuan penelitian ini, sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap pentingnya upaya peningkatan kualitas guru-guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan disarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) agar para kepala sekolah membuat upaya pengembangan kualitas profesional para guru yang sistematis dan terencana dengan baik (2) kepala sekolah dapat menjalin hubungan dengan berbagai pihak berkaitan dengan upaya pengembangan profesional para guru. (3) agar semua pihak di sekolah menciptakan suasana yang nyaman di sekolah sebagai tempat belajar siswa juga sekaligus sebagai tempat belajar bagi para guru. Kata kunci: strategi kepemimpinan, kepala sekolah, sumber daya manusia, taman kanak-kanak Principal’s Leadership Strategy in Developing Human Resources: A Case Study at TK Anak Saleh Malang City Guruh Salafi Salafi, Guruh. 2009. Principal’s Leadership Strategy in Developing Human Resources: A Case Study at TK Anak Saleh Malang City. Thesis, Graduate Program in Education Management, State University of Malang. Advisors: (I) Prof. H.A.Sonhadji.K.H,M.A.,Ph.D.,(II) Dr.H.Imron Arifin, M.Pd. Abstract Human resource quality is the main key in developing a country. Indonesia is leave behind by another country since Indonesian just proud of their natural resources than their human resources. The effort in developing education sector in Indonesia recently show up that Indonesian aware the important of human resources quality development. In the school area, teacher is the main subject of the school improvement. TK Anak Saleh is one of good school in Malang that got a lot of achievement at local and national level. Teachers at TK Anak Saleh also got a lot of proud achievement. That is very interesting to study how the principle there manage and lead their school and their staffs and teachers. Leadership dimension of the principal in managing and developing their school is an interested subject in education management. This research focused on the principal’s strategy in developing their teachers professional ability. In order to understand the condition, the researcher took TK Anak Saleh Malang as the research site. The objective of this research is to reveal all the phenomena and events happened due to the principal’s strategy leadership in developing their human resources. The research is then focused on the (1) the human resources of TK Anak Saleh, (2) the principal leadership in developing human resources, (3) the principle’s strategy in increasing teachers potential, and (4) principal’s strategy to anticipate problems in human resources development effort. This research employed a qualitative approach with a single case design. The techniques used in collecting data were (1) in-depth interviews, (2) participatory observation, and (3) documentary study. The data sources were (1) the human components with the informants of the principal, vice-principle, teachers, head of institution, and the authority in The National Education Department offices. (2) non human component such as relevant documents. The data obtained were then analyzed through a flow of data reduction, data presentation, and conclusion drawing/verification. The process of analysis was done since the researcher entered into the research site. In order to get valid and accountable research findings, the research results were tested using credibility, dependability and conformability tests. The obtained findings are as follows; first, TK Anak Saleh represents as one of the good schools with its characteristics; (1)an excellent facility and infrastructure of education, (2) an excellent learning concept and methods, (3) high achievement culture of students and teachers, (4) strong leadership, (5)full of creativity and innovation, (6) high motivation of teachers to develop their professional ability, (7) familiar 94 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 atmosphere, (8) broad relation with other institutions. Second, the principal of TK Anak Saleh has a strong leadership; (1) good character of the principle and lovable by school community, (2) broad vision and realistic mission, (3) having competency and credibility, (4) became a model of the school community, (5) giving motivation and encouragement to teachers to develop, (6) innovative and creative (7) encourage staff and teachers with values, (8) be a catalyst internally and be a connector with another community, (9) ability to give appreciation and reward to the good teachers. Third, the principal’s strategy to develop teachers potential is motivate, encourage and give an opportunity to teachers to continue their education until graduate level. Then non-formally teachers participate in internal activity such; (1) invite the expert into the school, (2) doing KKG (teacher’s work group) at the school, (3) team teaching, (4) involving in a committee structure. Then external activity such; (1) training and workshop, (2) KKG (teacher’s work group) with the other group of school, (3) comparative study, (4) apprentice, (5) develop networking with the other institution. Then informally giving guidance and treatment to teachers that participating in a competition. Fourth, principal’s strategy to overcome the problem related with the human resources development; (1) listening and communicating with teachers, (2) giving opportunity to teachers that in process of study or to develop their professional ability, (3) managing and delegating the task into the other teachers while a teacher have an obstacle, (4) create a good atmosphere for teachers to work and to learn. From the result of this research in general it can be stated that human resources development in the school context have to do systematically and well planned. The principal hold the most important role in motivating and giving the opportunity to teachers to develop their professional ability. The humanistic approach will help to create the good atmosphere to teachers in working and developing themselves. On the basis of the research findings, some suggestion are offered. It’s necessary (1)the principal make an effort to develop their teachers professional ability systematically and well planned, (2) the principal make a good relation and cooperation with other institution in developing their teachers quality, (3) all the school member community create a good atmosphere in the school as a place to work and to learn not only for students but for teachers also. Keywords: leadership strategy, principal, human resource, kindergarten Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Pada Pendidikan Dan Pelatihan di PPPPTK/VEDC Malang (Studi Kasus di PPPPTK/VEDC Malang) Astu Widodo Widodo, Astu. 2009. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Pada Pendidikan Dan Pelatihan di PPPPTK/VEDC Malang (Studi Kasus di PPPPTK/VEDC Malang). Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd., (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstrak Sistem Manajemen Mutu merupakan sarana untuk mencapai tujuan mutu dalam penerapan Total Quality Management. Beberapa faktor yang menjadi latarbelakang munculnya implementasi sistem mutu manajemen ISO 9001 adalah: (1) persaingan global yang memberikan pengaruh terhadap sekolah pendidikan kejuruan dalam mempersiapkan persaingan tenaga kerja, (2) Pola penyelenggaraan pendidikan dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan, (3) Kebijakan sekolah nasional dan internasional yang telah dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, termasuk Direktorat Pembinaan SMK. Implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yang mengacu pada ketentuan standar internasional diperlukan perhatian terhadap 8 prinsip sistem manajemen mutu, kesiapan dan implementasi sistem. Sistem dalam implementasi tersebut antara lain: ketersediaan dokumen yang digunakan oleh organisasi sesuai dengan ketentuan persyaratan SMM ISO 9001 dan penyediaan bukti-bukti implementasinya. Audit dan pengukuran kepuasan pelanggan merupakan suatu keharusan bagi organisasi untuk menemukan peluang-peluang perbaikan sebagai salah satu bukti bahwa evaluasi dilakukan termasuk upaya tindakan perbaikannya. Sehingga organisasi harus mengupayakan menuju pencapaian efektivitas dan efisiensi. Tujuan penelitian ini untuk: (1) mendiskripsikan alasan penerapan SMM ISO 9001:2000 di PPPPTK/VEDC Malang dalam rangka pelayanan jasa pendidikan dan pelatihan, (2) mendiskripsikan komponen-komponen dalam penerapan SMM ISO 9001:2000 di PPPPTK/VEDC Malang, (3) Program Studi S2 MPD 95 mendiskripsikan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 di PPPPTK/VEDC Malang, (4) mendiskripsikan kepuasan pelanggan terhadap layanan jasa pendidikan dan pelatihan di PPPPTK/VEDC Malang, (5) mendiskripsikan hambatan yang dihadapi dalam upaya peningkatan mutu layanan jasa pendidikan dan pelatihan di PPPPTK/VEDC Malang, (6) mendiskripsikan upaya-upaya yang dilakukan untuk peningkatan mutu layanan jasa diklat di PPPPTK/VEDC Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam, obeservasi/ pengamatan, dan penelusuran dokumentasi. Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan alur (a) reduksi data, (b) penyajian data, (c) penarikan kesimpulan. Dari hasil analisis data diperoleh gambaran bahwa sistem manajemen mutu merupakan suatu sistem yang harmonis berkesinambungan dan tidak pernah berhenti. Oleh karena itu berbagai hal yang mendukung saling berinteraksi secara harmonis untuk mencapai tujuan organisasi, yang terdeskripsi pada komponenkomponen sebagai berikut: (1) alasan PPPPTK/VEDC Malang sebagai lembaga Diklat yang selalu mengarah pada pencapaian kinerja organisasi yang efektif dan efisien antara lain: sebagai unit pelaksana teknis pengembang pendidik dan tenaga kependidikan, investasi jangka panjang melalui wadah sebagai penggerak perubahan bagi pendidikan dan pelatihan kejuruan, pemenuhan standarisasi sistem manjemen mutu ISO, proses belajar bagi SDM di PPPPPTK/VEDC Malang, peningkatan kepuasan pelanggan dan stake holders, prototipe bagi sekolah yNg dibina; (2) Ketersediaan 4 tingkat dokumen yang ditetapkan oleh PPPPPTK/VEDC Malang, (3) implementasi sistem manajemen mutu dengan pendekatan proses PDCA (plan, do check, action) dan tersertifikasi (Certf.No:QEC21936 ISO 9001:2000); (4) Tingkat kepuasan peserta Diklat tinggi (hasil penilaian Baik), dampak Diklat tingkat kepuasan sangat tinggi (hasil penilaian Sangat Baik); (5) terdapat adanya beberapa hambatan yang diidentifikasi sebagai peluang perbaikan; (6) upaya perbaikan yang dilakukan antara lain: melakukan perawatan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 secara konsekuen dan berkelanjutan, melaksanakan trinial audit sertifikasi atau renual sertification, dan upaya untuk memenuhi standar kinerja PPPPTK. Berdasarkan dari kesimpulan hasil penelitian, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) bagi kepala Pusat PPPPTK/VEDC Malang untuk mengendalikan dan meningkatkan pemantauan terhadap konsistensi penerapan sistem manajemen mutu secara kontinyu melalui agenda pembahasan dalam rapat Manajemen untuk meningkatkan keefektifan sistem, sedangkan bagi karyawan PPPPTK/VEDC Malang untuk lebih meningkatkan komitmen atau konsisten terhadap penerapan sistem manajemen mutu di area kerja (tingkat suborganisasi) masing-masing dengan penuh rasa tanggungjawab dengan memperhatikan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan unit kerja masing-masing, serta menyediakan bukti keterlaksanaan penyelesaian (2) bagi para kepala sekolah, guru, termasuk pimpinan lembaga pendidikan yang lain disarankan melaksanakan studi banding dalam implementasi sistem manajemen mutu ISO, (3) bagi masyarakat termasuk dunia usaha dan dunia industri untuk dapat memberikan masukan yang obyektif terhadap output pendidikan dan pelatihan khususnya dalam meningkatkan hubungan kerja dengan lembaga pendidikan kejuruan yang saling memberikan sumbangan baik dalam pemanfaatan produk tamatan, keberadaan sumber daya manusia handal (khususnya instruktur),maupun program, (4) bagi Direktorat Jenderal PMPTK dan Direktorat Jenderal Mandikdasmen sebagai pihak pengambil keputusan yang lebih tinggi untuk dapat memberikan umpan balik bagi keberlangsungan peran dan fungsi PPPPTK/VEDC Malang dalam membuat kebijakan yang lebih tepat berkaitan dengan peningkatan layanan mutu pendidikan, (5) bagi peneliti berikutnya dapat melakukan studi yang lebih mendalam sehubungan dengan implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001 terhadap upaya peningkatan pendidikan khususnya bagi pendidikan kejuruan. Kata kunci: sistem manajemen mutu, ISO 9001:2000, pendidikan dan pelatihan 96 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Implementation of Quality Management System ISO 9001:2000 In Education And Training in PPPPTK/VEDC Malang (Case Study in DEEESC/VEDC Malang) Astu Widodo Widodo, Astu. 2009. Implementation of Quality Management System ISO 9001:2000 In Education And Training in PPPPTK/VEDC Malang (Case Study in DEEESC/VEDC Malang). Thesis, Studies Program of Educational Management, post-Graduate Program of Malang State University. Supervisors: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd., (II) Dr. H. Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstract The quality management system means to achieve the quality objectives of the implementation of total quality management. Some factors that caused the implementation of quality system ISO 9001 management are; (1) the influence of global competition to vocational school in preparing the competitive labor, (2) the changing of education system, (3) the national and international education policy of the Directorate General of Quality Improvement and Educator and Educational Staff (DGQIEES), include the Directorate Technical Vocational Education (DTVE). The implementation of quality management system ISO 9001:2000 as a means of international standards need more pay attention to the 8 principles of quality management system, readiness and implementation system. Implementing system consist of the available document which used by the organization based on the provisions of QMS ISO 9001 requisites and providing the evidence of implementation. Auditing and customer satisfaction measurement is needed by the organization to identify continual improvement action. So the organization try to get the performance effectively and efficiency. The research aim to; (1) describe the application reason of ISO 9001:2000 at VEDC Malang for education services and training context, (2) describe the components of SMM ISO 9001:2000 application, (3) describe the implementation of QMS, (4) describe the customer satisfaction of education services and training, (5) describe the obstacles in improving the quality of education services and training, (6) describe the effort to improve education services and training. The research uses case study design that refer to qualitative approach. The data selected based on interviews, observation, and document investigated. The data collected is analyzed descriptively by using flow; (a) data reduction, (b) data presentation, (c) conclusion. The data result shows that the quality management system is continuous and harmonious. Therefore, the factors to achieve the organization goals must be harmonies and continuous. The factors are; (1) Development and Empowerment of Educators and Educational Staff Center / Vocational Education Development Center (DEEESC/VEDC) Malang is training provider that always lead to achieve effective organization performance and efficiency cover technical and operational unit of education development, investment as the activation in education changing for the education and vocational training, quality management system, staff learning process, the satisfaction of customer and stake holder, school prototype. (2) Document which consist four levels, (3) the implementation of quality management system through PDCA process (plan, do, check, action), ISO certified (Certf.No: QEC21936 ISO 9001:2000), (4) level of trainee satisfaction (good), training impact (very good), (5) obstacles is as a change for improvement, (6) effort to improve are; continuously for QMS ISO 9001:2000, apply renewal audit certification or renewal certification.. Based on the conclusion the researcher recommend that; (1) the director of DEEESC/VEDC Malang manage and monitor more intensively to the consistency and effectively of QMS applied through the discussion in the meeting's agenda to improve management effectiveness of the system, and the staff are able to improve the commitment at workplace relate to the job descriptions, (2) headmaster, teachers, head of education institutions are recommended to have work visit of the application of QMS, (3) community, industries give comment or input to the education training output especially for networking improvement in order to use the graduation product, HRD (instructor) or program. (4) Directorate General of Quality Improvement of Educators and Educational Staff (DGQIEES) and Directorate General of Management of Primary and Secondary Education (DGMPSE) as the decision maker give feedback to the sustainable of VEDC to conduct its job description, (5) for the next researcher is able to research deeply refer to the implementation of QMS ISO 9001 through the educational improvement especially vocational education. Keywords: quality management system, ISO 9001:2000, education and training Program Studi S2 MPD 97 Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Malang) Tri Suharno Suharno, Tri. 2009. Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Malang). Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd, (II) Prof. A. Sonhadji K.H., M.A., Ph.D Abstrak Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah salah satu bentuk pengelolaan manajemen sekolah yang diterapkan untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Beberapa faktor yang melatarbelakangi munculnya Manajemen Berbasis sekolah ini adalah: (1) penerapan pendekatan education production function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan, (2) penye lenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat, (3) peran serta warga sekolah khususnya guru dan peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Peningkatan mutu pendidikan akan terwujud jika sekolah dengan potensi yang dimiliki diberi kewenangan yang lebih luas dan fleksibel untuk mengatur, mengelola, dan mengembangkannya secara mandiri melalui keputusan-keputusan yang partisipatif. Dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, tanggung jawab utama (key person) berada di pundak kepala sekolah (school principals). Dikatakan demikian karena sudah lama diakui oleh para pakar manajemen pendidikan bahwa kepala sekolah merupakan faktor kunci efektif tidaknya suatu sekolah. Kepala sekolah dikatakan sebagai faktor kunci karena kepala sekolah memainkan peranan yang sangat penting dalam keseluruhan spektrum pengelolaan sekolah. Sebagai manajer pendidikan yang profesional, kepala sekolah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap sukses tidaknya sekolah yang dipimpinnya, sehingga dalam menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah, peran kepala sekolah sangat menentukan efektif tidaknya pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah. Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan Peran Kepala SMAN Negeri 1 Malang dalam (1) implementasi manajemen partisipatif dan transparan (2) Pelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dan (3) Melibatkan orang tua / komite secara aktif dalam mendukung program-program sekolah. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam, pengamatan, dan penelusuran dokumentasi. Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan alur (a) reduksi data, (b) penyajian data, (c) penarikan kesimpulan. Dari hasil analisis data diperoleh gambaran bahwa kepala sekolah memiliki peran yang sangat besar dan pengaruh yang sangat kuat dalam menyukseskan program implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dengan penerapan manajemen yang partisipatif dan transparan melalui pola kepemimpinan yang terbuka, demokratis, saling menghargai, terbuka, kekeluargaan, dan selalu menjaga hubungan kemanusian. Peran supervisi kepala sekolah dalam pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan besar sekali pengaruhnya dalam membantu guru merealisasikan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan tersebut. Kepala sekolah berperan aktif dalam melibatkan orang tua dan komite sekolah mendukung program-program sekolah. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) Kepala SMA Negeri 1 Malang telah melaksanakan perannya dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Bagi kepala sekolah yang lain dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dalam mengelola sekolah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah. (2) Tenaga Pendidik dan Kependidikan (Pengawas) dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu bahan masukan dalam melaksanaan tugas pokok dan fungsinya untuk pembinaan di satuan pendidikan yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. (3) Komite Sekolah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara aktif untuk meningkatkan mutu sekolah. (4) Masyarakat secara luas (orang tua siswa, tokoh masyarakat, pemerhati pendidikan dan Dewan Pendidikan serta DPRD yang membidangi masalah pendidikan), dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu bahan rujukan dalam upaya memberikan masukan, monitoring, dan evaluasi terhadap sekolah, khususnya dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah. (5) Para 98 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 penyelenggara dan pengelola pendidikan dapat mengadopsi peran yang dimainkan oleh kepala sekolah dalam menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah. Dengan mengadopsi peran kepala sekolah tersebut, semua perilaku dan kinerja seluruh warga sekolah dapat memiliki landasan yang kuat dalam mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah. Kata kunci: peran kepala sekolah, manajemen berbasis sekolah The Role of Principals in The Implementation of School-Based Management (A Study Case in SMAN 1 , Malang) Tri Suharno Suharno, Tri. 2009. The Role of Principals in The Implementation of School-Based Management (A Study Case in SMAN 1 , Malang). Thesis, Study Program of Educational Management, Post-Graduate Program of Malang State University. Supervisors: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd, (II) Prof. A. Sonhadji K.H., M.A., Ph.D Abstract The School-Based Management (Manajemen Berbasis Sekolah, MBS) is one of the form of school management which is applied to improve the quality of education in schools. Several factors which contribute to the emergence of this School-Based Management are: (1) the implementation of education production function approach gives undue emphasis on educational input and tends to ignore the educational process itself, (2) national education is operated in a bureaucratic-centralized manner where the school as the mainstay of education is highly dependent on bureaucratic decision with its long-winded channels and sometimes the policy produced by this bureaucracy is not suitable for the local condition in the schools, (3) the participation of school members, especially teachers and the role of the public, in this case parents, in the education process in the schools has been very minimum. The improvement of educational quality will be achieved if the school with all its potential is given greater authority and flexibility to manage and develop itself in an independent manner through participative decision making. In the implementation of School-Based Management, the primary responsibi- lity of the key person is held by the school principal. It has been acknowledged for quite some time by the experts in educational management that the principal is one the main factors for determining the effectiveness of a school. The principal has become a primary factor since s/he plays a very important role in all aspects of school management. As professional educational manager, the principal is fully responsible for the success or failure of the school under his/her leadership. In implementing School-Based Management, the role of principal will be crucial for the effectiveness of the School-Based Management. The objective of this research is to uncover: (1) the role of the principal of SMA Negeri 1 Malang, in implementing a transparent and accountable management, (2) the role of the principal of SMA 1 Malang, , in implementing active, creative, effective and fun learning , and (3) the role of the principal of SMA Negeri 1, in improving active participation of the public. This research uses study case approach and qualitative design. Data is collected through in-depth interview, observation, and documentary. The data which has been collected is analyzed descriptively using: (a) data reduction, (b) data presentation and (c) inferring the conclusion. The data analysis shows that the principal wields an enormous influence in the outcome of the School-Based Management implementation with transparent and accountable management through an open and democratic leadership with mutual appreciation, openness, consideration and humaneness. The role of principal mentoring in an active, creative, effective and fun learning is very influential in helping the teachers applying such learning method. The school principal plays an active role in laying the ground for collaboration between the school and the public, both in physical terms (funding, materials) and academic terms (services, moral support) through the association of students' guardian and parents and incidental events in the school and religious events in the surrounding neighborhood. Based on the findings of this research, several recommendations are in order as follows: (1) other principals can gain from this research as feedback and input for them in implementing School-Based Management in their schools, (2) educators and educational managers should adopt the role of principal in implementing School-Based Management by taking note of the behavior and performance of all members of the school so as to achieve a strong basis for implementing school-based management, (3) educational staff (inspectors, head of UPTD) can gain advantage from this research by using it as input in the implementation Program Studi S2 MPD 99 of supervision and training on the educational unit under his supervision where School-Based Management is applied, (4) the wide public (parents, public figure, observers of education, educational board and school board) can use the findings of this research as reference in providing feedback, monitoring, and evaluation on schools, especially in the implementation of school-based management, (5) in keeping with the regional autonomy which is being applied at present, the socialization for the implementation of school-based management should be maintained in its continuity by the government (in province, municipality and regency level) through scientific activities (seminars, training, etc.) so that the implementation of educational policy on School-Based Management can be continually improved. Keyword: the role of principals, School-Based Management