abstrak - Pascasarjana Universitas Negeri Malang

advertisement
Kumpulan Abstrak Tesis
Semester Gasal 2009/2010
Pendidikan Kejuruan (PKJ)
186 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Program Studi S2 PKJ 187
Penerapan Pembelajaran Model Problem-Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan
Motivasi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Ilmu Statika dan Tegangan di SMKN 1
Singosari
Sumarji
Sumarji. 2009. Penerapan Pembelajaran Model Problem-Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan
Motivasi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Ilmu Statika dan Tegangan di SMKN I Singosari.
Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang:
Pembimbing (I) Dr. Dwi Agus Sudjimat, ST. M.Pd., (II) Drs. Bambang Widarta, M.T
Abstrak
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan.
Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran inovatif yang berorientasi konstruktivistik, salah satunya
adalah penerapan pembelajaran model PBL. Model PBL ini merupakan pembelajaran dalam kelas di mana
siswa terlebih dahulu mengamati suatu fenomena, mencatat kasus yang muncul, dan guru merangsang siswa
agar berpikir kritis. Ide kritis itu kemudian diterapkan dalam pemecahan masalah Ilmu Statika dan Tegangan
yang dihadapi.
Permasalahan yang mendasar di kelas X TKB1 yaitu motivasi dan kemampuan siswa saat ini masih
rendah, model pembelajarannya menggunakan metode ceramah, pembelajaran kurang menarik, dan guru
dianggap sebagai segala sumber ilmu. Sebagian siswa salah konsep, kurang mampu memecahkan masalah
Ilmu Statika dan Tegangan. Persentase siswa yang mencapai standar ketuntasan minimal (SKM) hanya 30%
dengan nilai rata-rata 48,75, maka perlu dilakukan tindakan.
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan
pemecahan masalah Ilmu Statika dan Tegangan di kelas X TKB 1 SMKN 1 Singosari melalui pembelajaran
model PBL. PTK dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus tiga kali pertemuan dan setiap pertemuan 4 x
45 menit sesuai jadwal di sekolah. Setiap siklus ada empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Hasil refleksi siklus I sebagai dasar untuk menyusun perencanaan siklus II. PTK
berlangsung mulai 02 Desember 2008 s.d 17 Pebruari 2009. Sebagai subjeknya adalah Mata Pelajaran Ilmu
Setatika dan Tegangan serta siswa kelas X TKB1 SMKN 1 Singosari pada Tahun Ajaran 2008/2009.
Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan kemampuan pemecahan masalah
Mata pelajaran Ilmu Statika dan Tegangan mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II.
Penerapan model PBL ini terbukti efektif dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah Ilmu Statika dan Tegangan di kelas X TKB1 SMKN 1 Singosari.
Penulis menyarankan bahwa hasil penelitian ini dapat dimanfaat oleh guru maupun masyarakat
pendidik sebagai salah satu alternatif model pembelajaran inovatif yang konstruktivistik. Model PBL ini
efektif diterapkan pada Mata Pelajaran Dasar Kejuruan dan Mata Pelajaran Produktif.
Kata kunci: PBL, motivasi, kemampuan pemecahan masalah, Statika dan Tegangan
Implementation of Problem-Based Learning (PBL) model to increase motivation and
problem solving ability for Statics and voltage in SMKN I Singosari
Sumarji
Sumarji. 2009. Implementation of Problem-Based Learning (PBL) model to increase motivation and problem
solving ability for Statics and voltage in SMKN I Singosari. Thesis, vocational education study
program, postgraduate program of state University of Malang: advisors (I) Dr. Dwi Agus Sudjimat,
ST. M.Pd., (II) Drs. Bambang Widarta, M.T
Abstract
Education is conscious and planned-action to realize the learning environment in order that students
can actively improve their potential so that they got personality, intelligence, and ability. Therefore, it is
needed that PBL learning model should be applied in this circumstances. This PBL model is learning in class
where the students previously observe a phenomenon, make a note to a case that appear, and in the same time
187
188 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
the teacher stimulate the students to think critically. This critical idea is then applied in solving the problems
of Statistics and Voltage faced.
The basic problems in Class of X TKB1 is the low motivation and learning ability of students, the
learning model is still using lecture method, lack of interesting in learning process, and the teachers are
considered as the only source of knowledge. Some of the students are misunderstood, so that not capable of
solving the Statistics and Voltage. Students percentage who gain minimal standard of completeness is just
30% with average value 48,75%. The further follow up is needed.
This Classroom Action Research (CAR) has objective to increase motivation and ability to solve the
problem in Statics and Voltage in Class X TKB 1, SMKN 1 Singosari through PBL learning model. CAR is
held in 2 cycles, each cycle in three meetings and every meeting is about 4 x 45 minutes based on school
schedule. Every cycle has four ways that are planning, action, observation and reflection. The result of cycle
I is taken as the basic in ordering the plan of cycle II. CAR is held start from 2 December 2008 until 17
February 2009. the objects is Statics and Voltage and also students of Class X TKB 1, SMKN 1 Singosari
period 2008/2009.
The conclusion of this research shows that motivation and ability in solving Statics and Voltage
problems increase significantly from cycle I to cycle II. The application of this PBL is proved as an effective
way in increasing motivation and ability of the students to fix the problems especially in Statics and Voltage
at the students of Class X TKB1, SMKN 1 Singosari.
The writer suggests that this research result can be used by the teacher or the society as one of
alternative learning model which is innovative yet constructive. This PBL model is effective applied on the
vocational and productive lesson study.
Keywords: PBL, motivation, problem solving ability, Statics and Voltage
Hubungan Bakat Mekanik, Motivasi Belajar, Persepsi Siswa Tentang Keterampilan
Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Service Engine Siswa SMKN 1 Sedan Rembang
Program Keahlian Mekanik Otomotif
Sigit Wahyudi Wibowo
Wibowo, Sigit, Wahyudi. 2009. Hubungan Bakat Mekanik, Motivasi Belajar, Persepsi Siswa Tentang
Keterampilan Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Service Engine Siswa SMKN 1 Sedan
Rembang Program Keahlian Mekanik Otomotif. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan,
Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd
(II) Drs. Wahyu Sakti Gunawan Irianto, M.Kom.
Abstrak
Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu terdiri dari faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah yang timbul dari dalam diri siswa seperti kecerdasan, bakat,
minat, perhatian motivasi, strategi belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar
diri siswa, terdiri dari: lingkungan, sekolah, profesionalisme guru, dan keluarga. Dalam penelitian ini dikaji
hal yang mempengarui prestasi belajar ialah bakat mekanik, motivasi belajar dan persepsi siswa tentang
keterampilan mengajar guru.
Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian korelasi, dimana variabel independen dikorelasikan
dengan variabel dependen. Populasi penelitian adalah siswa SMKN 1 Sedan Rembang kelas XI Program
Keahlian Mekanik Otomotif tahun pelajaran 2008/2009 dengan sampel sebanyak 89 siswa. Instrumen yang
digunakan penelitian adalah tes bakat mekanik, kuesioner untuk pengambilan data motivasi belajar dan
persepsi siswa, dokumen hal ini rapor untuk pengambilan data prestasi belajar service engine. Data dianalisa
dengan menggunakan teknik analisis korelasi sederhana, korelasi ganda, dan regresi ganda.
Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa bakat mekanik, motivasi belajar, persepsi siswa tentang
keterampilan mengajar guru baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama mempunyai hubungan positif
dan signifikan dengan prestasi belajar service engine dengan taraf signifikan 0,05. Ry1 = 0,560, Ry2 = 0,489,
Ry3 = 0,466 dan Ry123 0,743. Besarnya sumbangan efektif bakat mekanik dengan prestasi belajar service
engine = 34,60, motivasi belajar = 6,91 dan persepsi siswa = 4,45.
Saran dalam penelitian ini : 1) sekolah hendaknya mengadakan tes bakat mekanik bagi siswa baru
karena bakat mekanik mampu memberikan kontribusi tinggi, 2) tes bakat mekanik dapat dimanfaatkan dalam
membantu siswa menyelesaikan masalah psikologi dan sebagai pertimbangan merencanakan karier maupun
Program Studi S2 PKJ 189
studi lanjutan, 3) siswa diharapkan dapat mengembangkan bakat mekanik yang telah dimiliki dengan selalu
berfikir kreatif dan inovatif, 4) siswa diharapkan selalu menggali motivasi internal dan merespon motivasi
eksternal dari orang lain, agar dapat meningkatkan prestasi belajar, 5) guru sebagai pendidik harus selalu
memberikan motivasi belajar kepada siswa agar prestasinya meningkat, 6) guru menerapkan keterampilan
mengajar saat kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga siswa memperoleh prestasi tinggi, 7) peningkatkan
keterampilan mengajar guru dapat dilakukan dengan jalur pendidikan, studi banding, dan diklat, 8) peneliti
berikutnya untuk variabel bakat mekanik, motivasi belajar, dan persepsi siswa tentang keterampilan mengajar
guru diharapkan dapat dikembangkan dan diuji pada lembaga uji yang terkait, dan 9) hasil penelitian ini
dapat dijadikan dasar untuk dikembangkan lebih lanjut dengan variabel bervariasi, jumlah variabel banyak,
dan dimungkinkan pada jenis kompetensi yang berbeda.
Kata kunci: bakat mekanik, motivasi belajar, persepsi keterampilan mengajar guru, prestasi belajar.
The Correlation Between Mechanical Aptitude, Learning Motivation, Students Perception
about Teachers’ Teaching Skill and Students Engine Service Learning Achievement among
Students of Automotive Mechanical Skill Program in SMKN I Sedan, Rembang
Sigit Wahyudi Wibowo
Wibowo, Sigit, Wahyudi 2009. The Correlation Between Mechanical Aptitude, Learning Motivation,
Students Perception about Teachers’ Teaching Skill and Students Engine Service Learning
Achievement among Students of Automotive Mechanical Skill Program in SMKN I Sedan, Rembang.
Thesis of Education program of Post Graduate Program of Malang State University. The
Supervisors are (I) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd, (II) Drs. Wahyu Sakti Gunawan irianto, M.Kom.
Abstract
Basically, there are two factors that influence the learning achievement; external and internal
factors. Internal factor comes from internal state of any students such as intelligence, aptitude, interest,
attention, motivation, learning strategy. While external factor is factor whose source is from outside, such as:
environment, school, teacher professionalism, and family. This research analyses aspects that affect the
learning achievement including mechanical aptitude, learning motivation and students perception about
teacher’s teaching skill.
This research is categorized into correlative research in which the independents variables are
correlated with dependent variables. The population of the research covers the 11 st grade students of
automotive mechanical Skill Program in SMKN I Sedan Rembang in course year of 2008/2009. The sample
taken comprises of 89 students. The instrument used in this research are mechanical aptitude test,
questionnaire(for getting the data of learning motivation and students’ perception) and documents (students’
rapport) to collect the data of service engine learning achievement. Data is analyzed by using simple
correlation analyses technique, multiple correlations, and multiple regressions.
From the hypotheses testing, the result shows that the mechanical aptitude, learning motivation,
students’ perception about teacher’ teaching skill either in each category or as a whole, have positive and
significant correlation with service engine llearning achievement with significance rate of 0,05. The result
shows this finding: Ry1 = 0.560, Ry2 = 0.489, Ry3 = 0.466 and Ry123 = 0.743. The amount of correlation
between effective mechanical aptitudes with the service engine learning achievement is 34.60, with learning
motivation is 6.91 and with students’ perception is 4.45.
The suggestion derived from the research is that 1) schools should hold the test for mechanical
aptitude for new students because mechanical aptitude is able to provide high contribution, 2) mechanical
aptitude test can be used in aiding the students to complete the psychological problems and can function as
way to plan the career and advanced study, 3) students are expected to be able to develop mechanical
aptitude they acquire by engaging themselves in creative and innovative ways of thinking, 4) students are
expected to explore the internal motivation and able to respond external motivation from others in improving
their learning achievement, 5) teachers as educators must give learning motivation to students in order to
improve students’ achievement, 6) teachers must implement teaching skills during teaching and learning
activities as an effort to improve students’ achievement, 7) the improvement of teachers’ teaching skills can
be developed through academic way, comparative study and training program, 8) the further research for
variables of mechanical aptitude, learning motivation, and students’ perception about teachers’ teaching skill
is expected to meet condition to be developed and tested in appropriate testing institution and 9) hopefully
190 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
the result of this research can be used as basic research that is subject to any development with varied and
more variables and is lead to different competency.
Keywords: mechanical aptitude, learning motivation, teacher’s teaching skill, learning achievement.
Kinerja Guru Kejuruan Bersertifikat Pendidik Ditinjau dari Standar Kompetensi Guru
Profesional sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Arif Firdausi Ananda
Ananda, Arif Firdausi. 2009. Kinerja Guru Kejuruan Bersertifikat Pendidik Ditinjau dari Standar Kompetensi Guru Profesional sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (I) Prof. Dr. A. Mukhadis, (II) Drs. Andoko, M.T.
Abstrak
Peranan guru memang sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu
guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan
sebaik-baiknya dalam kerangka pembangunan nasional. Guru memiliki peran strategis dalam bidang
pendidikan, bahkan sumber daya pendidikan lain yang memadai sering kali kurang berarti apabila tidak disertai kualitas guru yang memadai. Dengan kata lain, guru merupakan ujung tombak dalam upaya
peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan. Dalam berbagai kasus, kualitas sistem pendidikan secara
keseluruhan berkaitan dengan kualitas guru. Untuk itu, peningkatan kualitas pendidikan harus dibarengi
dengan upaya peningkatan kualitas guru. Padahal masih banyak guru yang berada pada kualifikasi standar
minimal. Menurut data dari Human Development Index tentang persentase guru yang belum layak mengajar
di SD 60%, SMP 40%, SMU 43%, SMK 34%, dan bidang lainnya 17,2%.
Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen tepatnya
pada bagian kelima Pasal 32 ayat 2, menyatakan pembinaan dan pengembangan profesi meliputi empat
kompetensi: a) pedagogik, b) kepribadian, c) sosial, dan d) profesional. Untuk itu perlu diteliti apakah guru
yang telah dinyatakan lulus sertifikasi (bersertifikat pendidik), benar-benar sudah memiliki kompetensi sesuai
dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. Sehingga para guru yang lulus dari uji sertifikasi dapat
mengukur dirinya apakah mereka sudah layak sebagai guru yang mempunyai empat kompetensi standar atau
belum, terutama pada guru kejuruan yang mempunyai ciri utama pada keterampilannya.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan
keadaan di lapangan tentang kinerja guru yang bersertifikat pendidik di SMK bidang teknologi industri seKodya Malang. Pokok masalah yaitu bagaimana kinerja dari guru yang sudah bersertifikat pendidik ditinjau
dari empat kompetensi sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen yaitu; kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, profesional.
Penelitian deskriptif ini dilakukan kepada para guru bersertifikat pendidik Tahun 2007 dan 2008
sebanyak 25 guru di SMKN 4, SMKN 5, SMKN 6 di Kodya Malang. Instrumen penelitian ini menggunakan
observasi yang dilakukan oleh 4353 responden, yang terdiri dari siswa yang diajar oleh guru bersertifikat
pendidik, peneliti sendiri, kolega rekan se-jurusan, dan pimpinan. Variabel penelitian ini adalah kinerja
mengajar guru bersertifikat pendidik. Untuk sub variabel ada empat, yaitu; 1) kompetensi kepribadian, 2)
kompetensi pedagogik, 3) kompetensi sosial, 4) kompetensi profesional, hal ini sesuai dengan UndangUndang Guru dan Dosen yang dijabarkan lagi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16
Tahun 2007.
Hasil penelitian diperoleh bahwa, sebagian besar (77,77%) kinerja guru bersertifikat pendidik
ditinjau dari standar kompetensi guru pada kompetensi pedagogik adalah dalam kategori baik. Ada sebagian
kecil guru bersertifikat pendidik pada pelaksanaan pembelajaran yang kurang sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai siswa. Hal ini berkenaan dengan kompetensi guru itu sendiri yang memang masih rendah. Ada
juga guru yang masih kesulitan dalam memberikan penjelasan pada pelajaran tertentu. Sebagian besar
(78,38%) kinerja guru bersertifikat pendidik ditinjau dari standar kompetensi guru pada kompetensi kepribadian adalah dalam kategori baik. Ada sebagian kecil guru bersertifikat pendidik yang kurang taat dalam
menjalankan agama yang dianut. Hal ini dikarenakan ada beberapa guru SMK yang di saat pelajaran/kegiatan
praktik, tidak dapat meninggalkan kelas untuk beribadah tepat waktu, hal ini berkenaan dengan aspek kontrol
pada keselamatan kerja para peserta didiknya. Sebagian besar (77,42%) kinerja guru bersertifikat pendidik
ditinjau dari standar kompetensi guru pada kompetensi sosial adalah dalam kategori baik. Ada sebagian kecil
Program Studi S2 PKJ 191
guru bersertifikat pendidik yang bersikap kurang objektif terhadap peserta didik, teman, dan lingkungan
sekitar. Hal ini karena memang ada beberapa guru bersertifikat yang masih pilih-pilih terhadap peserta didik
yang rajin, kaya, yang mau disuruh, hubungannya dalam hal penilaian. Untuk berteman ada juga guru yang
memilih kolega, karena memang cocok dalam bekerja, tanpa bersosialisasi atau menjalin keakraban dengan
rekan yang lain. Bahkan ada juga yang sampai terjadi kelompok-kelompokan dari para guru itu. Sebagian
besar (78,36%) kinerja guru bersertifikat pendidik ditinjau dari standar kompetensi guru pada kompetensi
profesional adalah dalam kategori baik. Ada sebagian kecil guru bersertifikat pendidik yang kurang dapat
mengikutsertakan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan sarana pembelajaran. Hal ini disebabkan
karena orang tua yang memang berperan serta, tapi kebanyakan hanya masalah sumbangan keuangan saja.
Hal lain yang terjadi adalah memang jarang sekali orang tua yang menangani pengembangan sarana di
sekolah, apalagi sampai masuk pada kualitas proses pembelajaran.
Dari kesimpulan yang ada dapat disarankan bagi guru pada kompetensi pedagogik tentang aspek
pelaksanaan pembelajaran yang kurang sesuai dengan cara mengikuti pelatihan di lembaga pelatihan yang
sesuai dengan kompetensi kejuruan yang akan diraih, contohnya di PPPPTK. Kesulitan pembelajaran
didiskusikan untuk dicari solusinya pada pertemuan MGMP, sehingga ada sharing pengetahuan diantara
guru. Pada kompetensi kepribadian tentang aspek kekurangtaatan dalam menjalankan agama yang dianut,
sebaiknya guru membuat jadwal dalam tim (team teaching), sehingga dapat bergantian dalam menjalankan
ibadah dengan baik. Pada kompetensi sosial tentang aspek sikap yang kurang objektif terhadap peserta didik,
teman, dan lingkungan sekitar, sebaiknya guru dalam melakukan penilaian berdasarkan dengan kriteria
penilaian pada materi yang ada, sehingga tidak terjadi lagi subjektivitas dari guru. Para guru juga dapat lebih
aktif lagi dalam bergaul, misalnya di kelompok kegiatan olahraga, seni, kelompok ilmiah, sehingga akan
terjadi hubungan yang erat antar guru dan siswa. Pada kompetensi profesional tentang aspek keikutsertaan
orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan sarana pembelajaran, sebaiknya dibentuk komite sekolah,
yang dipilih dari para orang tua yang konsisten dan kompeten dalam pengembangan sekolah. Misalnya yang
orang tuanya bekerja di bagian kontraktor dilibatkan dalam sarana, yang guru dilibatkan dalam
pengembangan kurikulum, pejabat dilibatkan untuk Humas. Dengan dibentuknya komite sekolah yang aktif,
maka tugas guru untuk menangani hal-hal tersebut bisa dialihkan pada konsentrasinya untuk pembelajaran
kepada peserta didik. Senantiasa memperhatikan semua aspek pada kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional sesuai Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, sehingga selalu dapat memperbaiki
kinerjanya sebagai guru yang profesional, dengan cara mencermati aspek-aspek pada empat kompetensi ini
dan selalu melaksanakan dengan baik.
Kata kunci: Kinerja guru, sertifikat pendidik, standar kompetensi, guru profesional
The Performance of Certified Vocational School Teachers Measured from Professional
Teacher Competency Standards as Stated in UU No. 14/2005 about Teachers and Lecturers
Arif Firdausi Ananda
Ananda, Arif Firdausi, 2009. The Performance of Certified Vocational School Teachers Measured from
Professional Teacher Competency Standards as Stated in UU No. 14/2005 about Teachers and
Lecturers. Thesis. Study Program in Vocational Education, Postgraduate Program, State University
of Malang.S upervisors: (1) Prof. Dr. A. Mukhadis, (II) Drs. Andoko, M.T.
Abstract
Teachers play a very significant role in improving the quality of education. Therefore, as an agent of
teaching, they are required to be able to manage all learning processes well to support the national
development. The teachers have strategic roles in education; even good education resources are often
meaningless unless equipped with highly qualified teachers. In other words, they are the frontier in increasing
the quality of service and the outcome of education. In some cases, the quality of an education system as a
whole is related to the teacher quality. Therefore, the upgrading of the quality of education some efforts
should go along with to improve the teacher’s quality. Unfortunately, some teachers still have minimum qualification standard. Based on the Human Development Index, the number of less qualified teachers reaches
up to 60% in elementary, 40% in junior high school, 43% in senior high school, 34% in vocational school,
and 17% in other levels of education.
The Law of the Republic of Indonesia (UU No 14 2005 about Teacher and Lecturers on the fifth
part section 5 paragraph 2, states that the training and upgrading of profession should include four
192 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
competencies: a) pedagogy, b) personality, c) social, and d) professional. Therefore, a study needs to be
conducted to examine whether the certified teachers really have the competencies as stated in Permendiknas
(Minister of National Education Regulation) No 16 2007. It is expected that the certified teachers can do selfassessment to know whether they have had the qualification based on the standard competencies or not,
especially for the vocational teachers who are mainly distinguished by their skills.
This research is a descriptive study to investigate and describe the condition in the field concerning
with the teaching performance of the certified teachers at SMK (vocational schools) especially in Industrial
Engineering in Malang Municipality. The formulated research question is “How is the certified teacher’s performance seen from the four competencies, as stated in the Law of Teachers and Lecturers, which are
Pedagogic, personality, social, and professional competencies?”
This descriptive study is conducted to 25 certified teachers obtaining certification in 2007 and 2008
periods at SMKN 4, SMKN 5, SMKN 6, in Malang Municipality. The instrument of this research is
observation conducted to 4353 respondents consisting of the students taught by the certified teachers, the researcher himself, the teacher’s colleagues, and the school authorities. The variable of this research is the
teaching performance of the certified teachers. There are four sub-variables which are: 1) personality
competency, 2) pedagogic competency, 3) social competency, and 4) professional competency as stated in
the Law of Teachers and Lecturers which is elaborated in Permendiknas No. 16, 2007.
The study finds that the majority (77.77%) of the teaching competencies of the certified teachers
seen from pedagogic competency is categorized as good. There are a few of the certified teachers at learning
actifity unaprotiate with student competencies. This is concern with teacher competencies that still lower.
There are teacher have a difficulty to teach at the given subjectmatter. The majority (78.38%) of the certified
teacher’s teaching competency seen from the personal competency can be categorized as good. There are a
few of the certified teachers to obey religious duties. This case because there are a few teacher in vocational
school at the pactice actifity, cann’t leave from the class for to pray on time. They are think about control and
safety from student. In addition, the majority (77.42%) of the certified teacher’s teaching competency based
on social competency can be categorized as good. There are a few of the certified teachers have attitude a few
objektif to student, collega, and society. This is because the certified teachers choose the rich student,
dilligent, that related with value. For society, there are the certified teachers that choose collega who can
work in a team. Finally, the majority (78.36%) of the certified teachers’ teaching competency can be
categorized as good based on professional competency. There are a few of the certified teachers to jointless
the parents and society to develope the teaching facilities.
It can be concluded that the certified teachers at pedagogic competency in aspect fulfil learning that
inmatch, with methode to follow training in training center that match with vocational competency will be
find, example in PPPPTK. Difficulty in learning can be discuss for to look for solution in MGMP, so there
are sharing of knowledge in each teaher. At personality competency in aspect fulfil to obey religious duties, it
better to make schedule in a team teaching, so be able to change for to activity in a good priying. At social
competetncy in aspect of the attitude objektif to student, collega, and society, it better to make a estimation
base on criteria of estimation in the subject matter, so the teacher didn’t make a subjectivity. The teacher can
more active in society, forexample; sport club, art, research, so we can make the better society between
teachers and student. At pfofessional competency in aspect to jointless the parents and society to develope
the teaching facilities, it better to make the school comitte, that we choose from the parents that consist and
competen of school improvement. Forexample, the parents are have ajob in contractor be able to joint in
facility, the teacher in curiculum board. The school comitte that active, so the teacher duty for to take up it,
can be change into concentrate for student learning process. Always have taken some aspects of the
pedagogical, personality, social, and professional competencies based on Permendiknas No 16 2007 into
account to increase their competencies and really deserve the professional teachers, especially as vocational
teachers with their distinguished skills. The methode is to be accurate all of aspect at four competencies and
always good do it.
Keywords: Teaching performance, teacher certificate, competency standards, professional teacher.
Program Studi S2 PKJ 193
Kompetensi Siswa Bidang Pemesinan Bubut Ditinjau dari Hasil Uji Kompetensi oleh Penguji
Internal dan Lembaga Sertifikasi Profesi pada SMK Kota Malang
Sulisetiyoningrum
Sulisetiyoningrum. 2009. Kompetensi Siswa Bidang Pemesinan Bubut Ditinjau dari Hasil Uji Kompetensi
oleh Penguji Internal dan Lembaga Sertifikasi Profesi pada SMK Kota Malang. Tesis, Program
Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Malang. Pembibing: (I)
Prof. Dr. H. A. Sonhadji K.H.,M.A, Ph.D.,(II) Drs. Andoko, M.T.
Abstrak
Bagi siswa SMK jurusan Pemesinan harus mempunyai kompetensi produktif yang sesuai dengan
bidang pemesinan, salah satunya harus kompeten dipermesinan bubut. Kompetensi bubut sangat di perlukan
siswa untuk bekerja nantinya, oleh karena itu sekolah dalam melaksanakan program pembelajaran dan peningkatan kompetensi siswa agar dapat diterima oleh DU/DI, bekerja sama dengan DU/DI untuk mengetahui
tingkat kompetensi siswa. Karena siswa setelah lulus akan bekerja kedunia industri, maka pada uji
kompetensi diperlukan pihak industri untuk melalukan penilaian terhadap hasil kerja siswa sesuai standar
industri. Dengan kompetensi siswa yang baik, maka suatu sekolah dapat berhasil meningkatkan prestasi
belajar siswa, dan dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam memperoleh pekerjaan sesuai dengan
bidang keahliannya setelah tamat.
Untuk mengungkapkan hasil uji kompetensi siswa bidang pemesinan bubut yang meliputi pekerjaan
facing, bubut rata (Ø), bubut rata (L), bubut bertingkat, bubut alur (Ø), bubut alur (L), tampilan N7
pembubutan, tampilan N7 alur, tampilan semua pekerjaan, dan nilai akhir kompetensi penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah hasil uji kompetensi siswa bidang pemesinan bubut
menurut penguji internal pada SMK Kota Malang? (2) Bagaimanakah hasil uji kompetensi siswa bidang
pemesinan bubut menurut penguji eksternal pada SMK Kota Malang? dan (3) Apakah terdapat perbedaan
antara hasil uji kompetensi siswa bidang pemesinan bubut menurut penguji internal dan penguji eksternal
pada SMK Kota Malang? Untuk menjawab pertanyaan di atas penelitian ini dirancang dengan rancangan
diskriptif serta populasi penelitian adalah semua siswa kelas 3 pada SMK Kota Malang jurusan Teknik
Pemesinan yang melakukan uji kompetensi bubut dasar tahun pelajaran 2007/2008. Penelitian ini
menggunakan data dokumen dan benda kerja siswa hasil uji kompetensi bidang pemesinan bubut sebagai
instrument dalam pengumpulan data.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) Menurut penguji internal menunjukkan bahwa hasil
uji kompetensi siswa bidang pemesinan bubut pada SMK Kota Malang yang meliputi pekerjaan facing, bubut
rata (Ø), bubut rata (L), bubut bertingkat, bubut alur (Ø), bubut alur (L), tampilan N7 pembubutan, tampilan
N7 alur, tampilan semua pekerjaan, dan nilai akhir kompetensi pada umumnya siswa memiliki kompetensi
amat baik, (2) Menurut penguji eksternal menunjukkan bahwa hasil uji kompetensi siswa bidang pemesinan
bubut pada SMK Kota Malang yang meliputi pekerjaan facing, bubut rata (Ø), bubut rata (L), bubut
bertingkat, bubut alur (Ø), bubut alur (L), tampilan N7 pembubutan, tampilan N7 alur, tampilan semua
pekerjaan, dan nilai akhir kompetensi sebagian besar siswa memiliki kompetensi cukup, dan (3) ada
perbedaan penilaian hasil uji kompetensi siswa antara penguji internal dan penguji eksternal pada pekerjaan
facing, bubut rata (Ø), bubut rata (L), bubut bertingkat, bubut alur (Ø), bubut alur (L), dan nilai akhir
kompetensi.
Bertitik tolak dari temuan penelitian ini, beberapa saran yang diperkirakan dapat meningkatkan
kualitas uji kompetensi bidang pemesinan bubut adalah: (1) Senantiasa memperhatikan proses penyetingan
awal yang dilakukan oleh siswa sebelum proses pengerjaan benda kerja, karena untuk mendapatkan
ketepatan ukuran benda kerja, (2) Senantiasa dalam proses belajar praktik pemesinan untuk memberikan jenis
pekerjaan bervariasi, dan selalu mengutamakan pada ketepatan ukuran benda kerja dari pada kecepatan dan
bentuk benda kerja, (3) Senantiasa melaksanakan evaluasi terhadap hasil uji kompetensi yang telah dilakukan
oleh siswa sehingga dapat mmengetahui tingkat kompetensi yang dimilki oleh siswa, (4) Senantiasa berupaya
untuk meningkatkan kompetensi siswa dengan mengikuti perkembangan teknologi dunia industri, bekerja
sama dengan DU/DI dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan
peralatan yang dibutuhkan di bengkel praktik sekolah sesuai standar industri serta dapat meningkatkan
kompetensi siswa, dan dapat memenuhi kebutuhan pasar industri
Kata kunci: SMK, uji kompetensi, pemesinan bubut, penguji internal, penguji eksternal.
194 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Students’ Competence in Lathe Based on Competence Test Result by Internal Examiner and
Proffesional Certification Institution in Vocational High Schools in Malang City
Sulisetiyoningrum
Sulisetiyoningrum, 2009. Students’ Competence in Lathe Based on Competence Test Result by Internal
Examiner and Proffesional Certification Institution in Vocational High Schools in Malang City.
Thesis, Study Program of Vocational Education, Postgraduate Program, State University of Malang.
Advisors: (I) Prof. Dr. H. A. Sonhadji K.H.,M.A, Ph.D., (II) Drs. Andoko, M.T.
Abstract
Student of Vocational High School Majoring in Machine must have productive competences which
are appropriate to machine field, one of them is lathe. Lathe competence is very needed by students when
they work in the future; therefore, in conducting learning programs and improving students’ competence so
that students can be accepted in business world/industry world, schools cooperate with business
world/industry world in order to find out students’ competence. Since after graduating from schools students
will work in industry world, during the competence test the industry representative is needed to give
assessments for the students’ work based on the industry standard. With good competences, schools will be
successful in improving students’ achievement and improve students’ successes in getting jobs based on their
expertises after graduating from schools.
In order to find out the result of students’ competence in lathe which involves facing work, flat lathe
( Ø ), flat lathe (L), multilevel lathe, slot lathe ( Ø ), slot lathe (L), display of N7 lathe, display of N7 slot,
display of all works, and the final score of competence, the problems in this research are (1) How the result
of the competence test of lathe based on the internal examiner in Vocational High School in Malang City? (2)
How the result of the competence test of lathe based on the external examiner in Vocational High School in
Malang City? (3) Are there any differences of the students’ result of the competence tests in lathe based on
internal and external examiners? In order to answer the abovementioned research problems, this research is
designed by a descriptive design and the population is all tweleft grade students of Vocational High School in
Malang City majoring in Machine Engineering who did the test of fundamental lathe competence in the
bathch of 2007/2008. It employs document data and students’ work in the competence test of lathe as the
instrument of data collection.
Based on these findings, it is found that (1) Based on the internal examiner, the result of students’
competence test majoring in lathe in Vocational High School in Malang City which involves facing work,
flat lathe ( Ø ), flat lathe (L), multilevel lathe, slot lathe ( Ø ), slot lathe (L), display of N7 lathe, display of
N7 slot, display of all works, and the final score of competence, and the students’ final competence, in
general, is very good; (2) Based on the external examiner, the result of students’ competence test majoring in
lathe in Vocational High School in Malang City which involves facing work, flat lathe ( Ø ), flat lathe (L),
multilevel lathe, slot lathe ( Ø ), slot lathe (L), display of N7 lathe, display of N7 slot, display of all works,
and the final score of competence, and the students’ final competence, in general, is adequate; and (3) There
is a difference in the students’ result of the competence tests in lathe based on internal and external examiners
which involves facing work, flat lathe ( Ø ), flat lathe (L), multilevel lathe, slot lathe ( Ø ), slot lathe (L),
display of N7 lathe, display of N7 slot, display of all works, and the final score of competence.
Based on these findings, there are several suggestions to improve the quality of the students’ result
of the competence tests in lathe, which are (1) The initial setting process which is done by students before the
process of making working objects should be observed in order to get the precision of working objects; (2)
the learning process of the machine practice should give the various works and in prioritizing the precision of
the working objects size in terms of speed and its form; (3) the evaluation of the competence test result which
has been done by students should be done in order to find out the students’ level of competence; (4) schools
should improve students’ competence by keeping up the development of industry world, cooperate with
business world/industry world in the learning process so they can improve and develop tools needed in the
practice workshop at schools based on the industry standard and be able to improve the students’ competence
and be able to fulfill the need of industry market.
Keywords: Vocational High School, competence test, lathe, internal examiner, external examiner.
Program Studi S2 PKJ 195
Hubungan Pemanfaatan Internet, Kondisi Komputer, dan Rasio Komputer dengan Prestasi
Belajar Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran Produktif Program Keahlian Teknik Komputer
dan Jaringan di SMKN Kota Kediri Tahun 2009
Eko Wahyu Listiono
Listiono, Eko Wahyu, 2010. Hubungan Pemanfaatan Internet, Kondisi Komputer, dan Rasio Komputer
dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran Produktif Program Keahlian Teknik
Komputer dan Jaringan di SMKN Kota Kediri Tahun 2009. Tesis, Program Studi Pendidikan
Kejuruan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. H.A. Sonhadji
K.H, M.A, Ph.D., (II) Drs. Wahyu Sakti Gunawan Irianto, M.Kom.
Abstrak
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik bersifat internal maupun eksternal.
Faktor internal meliputi IQ, bakat, minat dan karakteristik kepribadian siswa. Sedangkan faktor eksternal
meliputi, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Salah satu sarana pendukung
pembelajaran di sekolah adalah laboratorium internet.
Penelitian ini dilaksanakan untuk memahami lebih dalam tentang; (1) bagaimanakah siswa
memanfaatkan internetdi sekolah, (2) bagaimanakah hubungan pemanfaatan internet dengan prestasi belajar
siswa, (3) bagaimanakah hubungan kondisi komputer dengan prestasi belajar siswa (4) bagaimanakah
hubungan rasio komputer dengan prestasi belajar siswa.
Jenis pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif
korelasional. Unit analisisnya terdiri dari tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Populasi penelitian
sebanyak 135 orang, dengan rincian 30 orang sebagai subjek uji coba instrumen dan 105 orang sebagai
subjek penelitian. Data yang dikumpulkan melalui angket dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial
korelasi product moment dan dihitung menggunakan bantuan program SPSS For Windows release 10.
Berdasarkan hasil uji statistik hasil penelitian menunjukkan (1) sebagian besar (63,23%) siswa telah
memanfaatkan laboratorium internet sekolah dengan baik, (2) sebagian besar (65,67%) kondisi komputer
yang terhubung dengan jaringan internet berkategori baik, (3) sebagian besar (71,786%) rasio jumlah
komputer yang terhubung jaringan internet dengan jumlah siswa berkategori baik, (4) prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran produktif semester ganjil tahun ajaran 2008/2009 pada umumnya (78,023%) berkategori
lulus cukup, (5) terdapat hubungan yang signifikan antara pemanfaatan internet dengan prestasi belajar siswa,
(6) terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi komputer dengan prestasi belajar siswa, (7) terdapat
ubungan yang signifikan antara rasio komputer dengan prestasi belajar siswa.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan
internet, kondisi komputer, dan rasio komputer dengan prestasi belajar siswa kelas III pada mata pelajaran
produktif program keahlian teknik komputer dan jaringan di SMKN Kota Kediri.
Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan pada (1) siswa untuk meningkatkan mengakses internet
di luar jam sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar minimal 6 kali seminggu, dan selalu berkonsultasi
dengan guru melalui internet, (2) guru agar senantiasa memberi motivasi pada siswanya tentang pentingnya
belajar untuk meraih prestasi serta memberi tugas –tugas tambahan yang harus diambil dan dikirim melalui
internet, (3) Orang tua siswa hendaknya memfasilitasi anaknya dalam mengakses internet dengan
menyediakan uang tambahan atau berlangganan internet di rumah serta mengontrol dan mengawasi
anaknya dalam hal penggunaan internet, (4) kepala sekolah hendaknya segera mengambil kebijakan
untuk menambah jumlah jam dan frekuensi/intensitas pemanfaatan internet oleh siswa di luar jam pelajaran
praktek melalui kegiatan ekstra kurikuler, menambah bandwidth internet di sekolahnya, dan menambah
jumlah komputer yang terhubung dengan internet sehingga rasionya menjadi satu siswa satu komputer (5)
Dinas Pendidikan Kota Kediri diharapkan memprioritaskan usulan dari sekolah tentang penambahan jumlah
sarana dan fasilitas praktek di laboratorium internet SMKN yang masih kurang, agar siswa dapat
meningkatkan intensitasnya mengakses internet di sekolah, (6) peneliti selanjutnya untuk penelitian lanjutan
tentang pengaruh pemanfaatan internet sebagai sarana pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa dengan
variabel yang lebih kompleks dan populasi yang lebih besar.
Kata Kunci: internet, komputer, prestasi belajar
196 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
The Relationship Of Internet Usage, The Condition Of Computer, and the Computer Rasio
with the Student Learning Achievement of 3rd class in Productive Subject, for Computer
Technique and Network Skill Program of Student in SMKN Kediri at 2009
Eko Wahyu Listiono
Listiono, Eko Wahyu, 2010. The Relationship Of Internet Usage, The Condition Of Computer, and the
Computer Rasio with the Student Learning Achievement of 3rd class in Productive Subject, for
Computer Technique and Network Skill Program of Student in SMKN Kediri at 2009. Thesis, Study
Program of Vocational Education of Postgraduate Program of State University of Malang. Advisors:
(I) Prof. H. A. Sonhadji KH, M.A, Ph.D., (II) Drs. Wahyu Sakti Gunawan Irianto, M.Kom.
Abstract
The achievement of Student learning influenced by many factors, either having the character of
internal and also external. Internal factor consist of IQ, talent, enthusiasm and student personality
characteristic. While external factor consisted of, family environment, public environment, and school
environment. One of the supporting facilitiy for learning process in the school is internet laboratory.
This research conducted for understanding deeper about; (1) how the student use the internet in the
school, (2) how the relationship between the internet usage and the achievement of student learning, (3) how
the relationship between the condition of computer and the achievement of student learning (4) how the
relationship of the computer ratio with achievement of student learning.
Approach type which applied is quantitative research by using descriptive correlation. The analysis
unit consisted of three independent variables and one dependent variable. The population of research are 135
people, it consists of 30 as instrument testing subject and 105 people as research subject. The files which are
collected through questionnaires were analyzed using inferential statistics product moment correlation and it
was calculated using SPSS For Windows release 10.
Based on statistic test result result of the research shows (1) most of student (63,23%) have used the
school internet laboratory well, (2) most of the computers that connected in internet (65,67%) have good
condition category, (3) the ratio of computers that connected in internet network and number of students
mostly have good category (71,786%) , (4) the achievement of student learning in productive subject at
2008/2009 odd semester period generaly (78,023%) has satisfying graduate , (5) there is a significant
relationship between the usage of internet and the achievement of student learning, (6) there is a significant
relationship between the condition of computers and the achievement of student learning, (7) there is a
significant relationship between computer ratio and the achievement of student learning.
From the result of research is obtained conclusion that there is a significant relationship of the
internet usage, the condition of computer, and the computer ratio with the student learning achievement of 3 rd
class in productive subject, for computer technique and network skill program in SMKN Kediri.
Based on above conclusion suggested to (1) student to increase the use of internet outside school
time, in order to increase the achievement of learning, minimally 6 times a week, and always counsels to the
teacher through internet, (2) teacher always gives motivation to the student about the importance of learning
in order to reach for achievement and gives addition duties which must be taken and sent by internet, (3)
parents should facilitate the student in accessing internet by providing additional money or subscribe the
internet in their house and also controls and observes the chlidren in the case of internet usage, (4)
headmaster shall take policy soon add number of time and intensity of internet usage by student outside the
practice time, through extra curricular activity, adds the internet bandwidth in the school, and adds number of
computers that connected in internet so that the ratio becomes one student one computer, (5) department of
Education Kediri is expected to give priority the proposal from the school about the addition number of
supporting facilities for practical work in internet laboratory of SMKN which is still less, in order that student
can increase the intensity of accessing internet in the school, (6) the next researcher continue the research
about influence of internet usage as the supporting facility for studying toward the achievement of student
learning by using more complex variables and larger populations.
Keyword: internet, computer, achievement of learning
Program Studi S2 PKJ 197
Pengaruh Penggunaan Tiga Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Mata Diklat
Pemrograman Web PHP Pada Siswa Laki-Laki Dan Perempuan Berprestasi Tinggi di SMK
Negeri 8 Malang
Rini Agustina
Agustina, Rini. 2009. Pengaruh Penggunaan Tiga Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Mata Diklat
Pemrograman Web PHP Pada Siswa Laki-Laki Dan Perempuan Berprestasi Tinggi Di SMK Negeri
8 Malang. Tesis, Jurusan Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (I) Prof. Drs. Achmad Tutjik Moechid, M.Sc, Ph.D, (II) Dr. Muladi, S.T, M.T.
Abstrak
Model pembelajaran yang tepat bagi siswa merupakan salah satu bentuk dukungan dari guru sebagai
usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti diketahui guru adalah faktor penting dalam lingkungan
belajar dan kehidupan siswa. Guru tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan, akan tetapi juga
sebagai rekan belajar, model, pembimbing, dan fasilitator. Pada saat ini guru tidak bisa mengajar tanpa
menetapkan suatu model pembelajaran dalam kelasnya, oleh karena pemberian model pembelajaran di kelas
diyakini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Adapun kompetensi mata diklat produktif yang diangkat dalam penelitian ini merupakan salah satu
materi komputer sains di Jurusan Teknik Komputer Jaringan yang saat ini sangat dibutuhkan oleh dunia
usaha/dunia industri (DU/DI) dan masyarakat. Mata diklat ini diprediksi akan menjadi kecenderungan karena
teknologi tersebut berbasis teknologi internet, yaitu Pemrograman Web PHP (Personal Home Page).
Penelitian ini menerapkan tiga model pembelajaran yaitu Independent Learning, Cooperative
Learning type Jigsaw, dan Contextual Teaching and Learning pada siswa berprestasi tinggi yang
dikategorikan siswa laki-laki dan siswa perempuan. Pemisahan kategori tersebut diduga menjadi salah satu
faktor penentu untuk meningkatkan hasil belajar siswa selain model pembelajarannya. Karena secara
psikologis siswa laki-laki dan siswa perempuan memiliki karakteristik dan cara penanganan yang berbeda,
sehingga dimungkinkan jika diberikan suatu sistem pembelajaran baru akan dapat memperbaiki dan
mengakomodasi pola pikir serta pola belajar mereka, sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian model pembelajaran berpengaruh terhadap hasil
pencapaian kompetensi Pemrograman Web PHP. Tercatat nilai rerata tertinggi kompetensi pada masingmasing model pembelajaran, yaitu sebesar 8,98 untuk model pembelajaran Independent Learning, 8,91 untuk
model pembelajaran Cooperative Learning dan 9,44 pada model pembelajaran Contekstual Teaching and
Learning. Siswa berprestasi tinggi (laki-laki dan perempuan) sangat berpengaruh terhadap pencapaian
kompetensi Pemrograman Web PHP. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai Fhitung sebesar 22,39 yang lebih
besar dari Ftabel dengan tingkat kesalahan 5% yaitu sebesar 3,92 dan pada tingkat kesalahan 1% sebesar 6,85.
Dan terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan Prestasi belajar tinggi (laki-laki dan
perempuan) terhadap pencapaian kompetensi Pemrograman Web PHP. Dari uji scheffe ditemukan bahwa
taraf signifikansi tertinggi sebesar 29,4 dari limabelas kombinasi yang ada.
Dari temuan penelitian ini disarankan agar guru perlu melakukan pemilihan model pembelajaran
yang tepat bagi siswa. Perlu kiranya diperhatikan juga bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh/kontribusi
yang sangat tinggi terhadap tingkat keberhasilan belajar siswa.
Untuk penelitian lanjutan disarankan agar dilakukan penelitian sejenis dengan populasi yang lebih
besar dan menggunakan model pembelajaran lain seperti Quantum Learning, Project Base Learning,
Cooperative Learning dengan tipe STAD, dan lain sebagainya. Penambahan variabel lain seperti gaya
belajar, intelegensi dan sikap, bakat dan minat, serta cara belajar siswa juga erat hubungannya dengan
kemampuan siswa dan diduga ikut mempengaruhi hasil belajarnya. Penelitian lanjutan juga disarankan agar
dilakukan pada kompetensi dan mata diklat yang berbeda, baik mata diklat normatif, adaptif maupun
produktif yang lain pada semua jurusan di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Kata kunci: model pembelajaran, pemrograman web PHP.
198 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
The Effect of Implementation of Three Learning Models to the Result of PHP Web
Programming Training among male and Female Students with High Achievement in the
Public Vocational High School 8 Malang
Rini Agustina
Agustina, Rini. 2009. The Effect of Implementation of Three Learning Models to the Result of PHP Web
Programming Training among male and Female Students with High Achievement in the Public
Vocational High School 8 Malang. Thesis, Vocational Education Department, Post Graduate
Program, State University of Malang. The advisors (I) Prof. Drs. Achmad Tutjik Moechid, M.Sc,
Ph.D, (II) Dr. Muladi, S.T, M.T.
Abstract
The appropriate learning model for students is a support from teacher to improve students grades.
Furthermore, teacher has an important role building atmosphere and students’ attitude. Teacher’s role not
only provides the knowledge but also learning partner, model, supervisor and facilitator. Nowadays, teacher
can not teach successfully without determining and using any learning model in their class. It is believed that
applying learning models in class can improve students learning grades.
The competency of productive training lesson for this research is one of science computer materials
in Network Computer Engineering Class. As we know, this field gains it’s reputation today among industrial
business world (DU/DI) and in many communities. Training lesson is predicted to become trend because this
technology is Internet technology based, called as Web Programming PHP (Personal Home Page).
This research uses three learning models, Independent Learning, Cooperative Learning (Jigsaw) and
Contextual teaching and Learning applied to the students with high achievement categorized both into male
and female students. The separation of category is predicted to be determining factor in improving students
learning output beside its learning models. Psychologically male and female students have different
characteristics and treatment. As a result, the implementation of new learning system can improve and
accommodate thinking pattern and learning pattern of the students and further can improve learning output
optimally.
The result shows that the implementation of learning model affects the achievement of PHP Web
Programming competency. It is known from the result that the highest average score of competency for each
learning model is as follows; 8.91 for Independent Learning Model, 8.91 for Cooperative Learning Model
and 9.44 for Contextual Teaching and Learning Model. Students with high achievement (male and female)
give significant influence to the achievement of competency of PHP Web Programming. It can be shown
from the score of Fcalculation = 22.39 that is higher than score of Ftable = 3.92 with error level of 5% and 6.85
with error level of 1%. There is interaction between the implementation of learning model and high
achievement (male and female) to PHP Web Programming competency. It can be seen from the result of
“scheffe test” with significant level of 29.4 from fifteen combinations presented.
Based on the research, it is suggested that learning should produce better competency and it is
important to choose the right learning model for students. It is important to consider that gender gives
significant influence/ contribution for the success rate among the students that can be seen from learning
output.
For further research it is suggested that others should do the same research with bigger population
and use other learning models like Quantum learning, Project Base Learning, Cooperative learning with
STAD type and etc. The addition of other variables like learning style, intelligence and attitude, interest and
way of learning have close relation to students competency and it is predicted that they affect the learning
output as much. The further research should focus on different competency and training lesson whether it is
normative, adaptive or productive in all majors in vocational high school (SMK).
Keywords: learning model, PHP web programming
Program Studi S2 PKJ 199
Profil Guru Produktif Jurusan Teknik Mesin di Kota Palu Sulawesi Tengah
Soni Taslim
Soni Taslim, 2009. Profil Guru Produktif Jurusan Teknik Mesin di Kota Palu Sulawesi Tengah. Tesis,
Jurusan Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I)
Dr. Waras Kamdi, M.Pd, (II) Drs. Isnandar.MT
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mendesripsikan profil guru produktif jurusan teknik mesin di
SMK berdasarkan kualifikasi akademik pendidikan minimum, (2) untuk mendeskripsikan profil guru
produktif jurusan teknik mesin di SMK berdasarkan kesesuaian latar belakang program pendidikan tinggi
dengan mata pelajaran yang diampu, (3) untuk mendeskripsikan profil guru produktif jurusan teknik mesin di
SMK berdasarkan kepemilikan sertifikat pendidik, (4) untuk mendeskripsikan kompetensi pedagogik guru
produktif jurusan teknik mesin di SMK berdasarkan kompetensi pedagogik dalam standart kualifikasi
akademik dan kompetensi guru, (5) untuk mendeskripsikan kompetensi profesional guru produktif jurusan
teknik mesin di SMK berdasarkan kompetensi profesional dalam standart kualifikasi akademik dan
kompetensi guru.
Metode penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif eksploratif, yang dilaksanakan
dengan menggunakan rancangan survey secara langsung pada masing-masing sekolah yang diteliti. Hasil
survey dideskripsikan dan di presentasikan sebagai laporan ilmiah.
Hasil penelitian (1) profil guru produktif jurusan teknik mesin berdasarkan kualifikasi akademik
pendidikan minimum adalah sebagian besar guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu adalah lulusan
S1 65,91%, atau 29 orang, sedangkan yang berijaza D3 30,2 %, atau 13 Orang dan D4 2 orang atau 4,55%,
(2) profil guru produktif jurusan teknik mesin berdasarkan kesesuaian latar belakang program pendidikan
tinggi dengan mata pelajaran yang diampu adalah, dari 44 Guru produktif jurusan teknik mesin yang
mengajar mata pelajaran sesuai dengan program pendidikan tinggi masih cukup besar, yaitu 27 Orang
61,36%, sedangkan guru produktif yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang program pendidikan
tingginya adalah 17 Orang 38,64%, (3) profil guru produktif jurusan teknik mesin berdasarkan kepemilikan
sertifikat pendidik. Sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, bahwa seorang pendidik harus memiliki sertifikat sebagai pendidik, dari 44 orang Guru teknik
mesin di kota Palu sebagian besar masih belum memiliki sertifikat sebagai pendidik yaitu 24 orang guru, (4)
Dari hasil penelitian kompetensi pedagogik guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu yang datanya
dikumpul lewat angket/kuesioner penelitian adalah, di temukan skor terendah 54, dan skor tertinggi 93.
Dengan skor rata-rata 80,2558, dan peluang minimum 54.00 dan maksimum 94.00 dengan simpangan baku
9,342. Dari distribusi kompetensi pedagogik guru secara keseluruhan menunjukan bahwa frekfensi (f) pada
interfal 80-100 yaitu terdiri dari 25 Orang 56,82. Dan hanya sebagian kecil atau interval 60–80 sebanyak 18
Org 40,91% tergolong dalam kategori sedang. Sedangkan kategori rendah hanya sebagian kecil 1 Org 2,27%
dengan interval 40-60, (5) Dari hasil penelitian kompetensi profesional guru produktif jurusan teknik mesin
dikota Palu terkategori terendah, 3 Orang dengan skor, 30-40, atau 6,82%, dan terkategori sedang, 7 Org
dengan skor, 40–50, atau sekitar 15,91%, sedangkan yang tertinggi, 34 Org dengan skor 50–70 atau sekitar
77,27% dengan demikian di lihat secara rata–rata 54.9767 dengan peluang minimum 35.00 dan peluang
maksimum sebesar 69.00, dan simpangan baku 8,609.
Kesimpulan dan saran (1) profil guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu berdasarkan
kualifikasi akademik pendidikan minimum. Sebagian kecil masih berijasah D3, Jadi ada beberapa guru
produktif jurusan teknik mesin di kota Palu belum sesuai dengan standart minimal Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Hal
ini pemda kota Palu harus menyiapkan dana untuk melanjutkan studi ke S1 atau D4 yang sesuai dengan
kompetesinya atau mata diklat yang di ajarkan ketiga masih D3, (2) profil guru produktif jurusan teknik
mesin di kota Palu berdasarkan kesesuaian latar belakang program pendidikan tinggi dengan mata pelajaran
yang diampu. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi Guru. Hal ini terlihat masih ada guru yang mengajar tidak sesuai
dengan latar belakang program pendidikan tingginya, mengsikapi hal itu maka Dinas Pendidikan dan
Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah pada umumnya dapat menyiapkan dana untuk pelaksanaan training
alifungsi kepada 17 Orang Guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang tugas, (3) profil guru produktif
jurusan teknik mesin di kota Palu berdasarkan kepemilikan sertifikat pendidik; masih sebagian kecil Guru
yang telah memiliki sertifikat pendidik, (4) profil guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu
berdasarkan kompetensi pedagogik dalam standart kualifikasi akademik dan kompetensi guru, berdasarkan
200 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nsional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi Guru. Secara
umum guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu menunjukan sebagian besar memiliki kompetensi
Pedagogik yang tinggi, (5) profil guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu berdasarkan kompetensi
profesional dalam standart kualifikasi akademik dan kompetensi guru, berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nsional
Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Secara umum guru
produktif jurusan teknik mesin di kota Palu sudah sebagian besar memiliki kompetensi profesional yang
tinggi, (6) penelitian ini masih terbatas pada kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru saja,
sedangkan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian guru belum dilakukan, untuk itu peneliti
mempersilakan siapa saja yang ingin menjutkan penelitian ini sehubungan dengan kompetensi guru.
Kata kunci: profil guru produktif
Profile of Vocational School Teachers Mechanical Engineering Department of Central
Sulawesi in Palu
Soni Taslim
Soni Taslim, 2009. Profil Guru SMK Jurusan Teknik Mesin di Kota Palu Sulawesi Tengah. Tesis, Jurusan
Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr.
Waras Kamdi, M.Pd, (II) Drs. Isnandar. MT
Abstract
Less than forty four years the government have the change to organize the national education for the
entire citizens of Indonesia, and it has not been realized yet, even when the indication of nationalism
disintegration is appear.
The other issue was the educational process that held with less sense, and weak on personal
developing and student’s character that result in the decreasing of morals and awareness of a real life. Along
with that, the national education must confront with four main crises that are connected with the quantity,
relevance, elitism, and management.
The teacher’s quality has become the main problem in every educational section, whether in
Indonesia, Japan, Finland and even the United States. In this world, the education quality is determined by
the teacher qualities, and not by the amount of the education fund, the good quality of its curriculum and not
by the great facilities they have. If the teacher have a good quality, then also the education.
Finland has been seriously taking care of the teacher’s quality. We can say that the Finland’s
teachers are the best quality teachers with the best training. The teacher’s profession in that country has been
highly appreciated, although the salary is not fantastic at all. The best high school graduated usually enrolls
the education collage, and just one accepted from seven applicants. Entering the education faculty is more
challenging than both the faculty of law and medicines. Please take a comparison with Indonesia, which the
teacher is students graduated with a lack of skills who educated from the University with less of quality. Both
good qualities of university student and education makes Finland produce the good quality of teachers too.
This research counted on the descriptive explorative research type. The research result (1)
Vocational school’s teacher profile based on the minimum education academic qualification, predominantly
the vocational school’s teacher on technical engineering majors in Palu City is Master (S1), which is about
65,91% or 29 people counts, Diploma 3 (D3) is about 30,2% or about 13 people counts and Diploma 4 (D4)
is just 2 people counts or about 4,55% but yet the S2. (2) The conformity between the university’s program
background and the subject that is teachable. For the productive teacher on technical engineering majors who
teach the appropriate subject teaching with the high education is still big enough. From up to 44 respondents,
there are still 27 people counts and 61,63% of teacher who teach appropriately with their high educational
background. In other word, we can say that 17 people or about 38,64% of respondents teach not compatible
with their competencies. (3) The profile of vocational school’s teacher on technical engineering majors based
on the right of educator certificate. According to the Government rule number 19 Year 2005 about the
National Education Standard, that an educator must have the educator certificate. Vocational school’s teacher
on technical engineering majors in Palu City mostly don’t have the educator certificate yet. From the
evidence gathering and the data analysis which have been done on 44 respondents, at the rate of 24
respondents/ productive teachers on technical engineering majors have not been had the educator certificate
Program Studi S2 PKJ 201
yet. (4) The profile of vocational school’s teacher based on pedagogic on the standard of academic
qualification and teacher’s competence. On the research data for pedagogic competence variables which
gained by use of research questionnaire/inquiry, or by the observation result, in order to provide educational
process in each of class and schools on vocational school Palu City on technical engineering majors was
found the minimum score is 54 and the highes is 93.
Pedagogic competence of vocational school’s teacher on technical engineering majors in Palu City
is 80.2558 on score average, and the minimum opportunity is 54.00 meanwhile the maximum is 94.00 with
9,342 of standard deviation. The distribution of teacher’s pedagogic competence shows that the frequency (f)
at 80-100 interval consist of 25 people that is 56.82% including in this category, it means that most of
vocational school’s teacher on technical engineering majors in Palu City have a high pedagogic competence.
And there is just a little or at the interval of 60-80 and 18 people or 40.91% including in medium category.
Whereas the low category is just 1 people or 2.27% with interval of 40-60. This symptom show that
pedagogic competence of vocational school’s teacher in Palu City is based on the Minister of National
Education Regulation number 16 year 2007 about the Academic Qualification Standard and the teacher’s
competence is included on a high category.
(5) The profile of vocational school’s teacher based on the professional competence of academic
qualification standard and teacher’s competence. Professional competence of vocational school’s teacher on
technical engineering majors in Palu City at lower category is 3 people with score 30-40 or about 6.82%, at
medium category is 7 people with score 40-50 or about 15.91%, whereas the highest is 34 people with score
50-70 or about 77.27% that seen from 54.9767 average with minimum opportunity at 35.00 and maximum
opportunity at 69.00, and standard of deviation at 8.609. Therefore, according with data analysis of
professional competence level, vocational school’s teacher on technical engineering majors in Palu city are
included on high category.
Teachers are the spear tip of education success, so it is very required to do the fix effort both on
internal and external sections. Therefore the thing that always must be done by the teacher is understanding
and being expert on the basic competence which is qualified. The education process is supported by teachers
ability to pay attention on everything that connected to educational approach. The educational facilities that
have not been yet appropriate with the standard on the law book must be noticed by the City Government and
the Department of Education, if they really want to advance the education on Palu city. Because it is easier to
build a luxurious mall/supermarket and bridge than to invest in education world which have to wait until 15
or 20 years later.
Keywords: vocational school (SMK) teacher’s profile
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Studi Kasus di SMK Negeri 3 Palu)
Arham
Arham. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Studi Kasus di SMK Negeri 3 Palu).
Tesis. Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang,
Pembimbing: (I) Dr. Dwi Agus Sudjimat, M.Pd, (II) Drs. Andoko, S.T, M.T.
Abstrak
Ada dua komponen penting dan sangat menentukan agar proses pendidikan di sekolah dapat
terlaksana dengan baik dan berkualitas, pertama komponen kurikulum, merupakan rumusan ideal, sebagai
landasan perencanaan proses pendidikan, dan kedua komponen guru yang merupakan pelaksana atau
operasional dari kurikulum tersebut. Kedua komponen ini berkaitan erat dalam satu sistem proses pendidikan
di sekolah yang senantiasa berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Digulirkannya era reformasi dengan otonominya, maka sistem pendidikan nasionalpun berubah
ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Kehadiran KTSP sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan diharapkan mempu menjawab perubahan dan mengatasi berbagai permasalahan pendidikan di tanah air. Secara khusus apakah KTSP dapat menjawab dan merubah sekolah beserta
guru yang selama ini terbiasa mengunakan kurikulum sentralistik menjadi kurikulum desentralistik, dan
bagaimana KTSP mengakomodir kepentingan daerah dan nasional dalam proses pembelajaran di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan sehingga peneliti memperoleh
gambaran jelas tentang implementasi KTSP di SMK Negeri 3. Ada dua fokus penelitian ini yaitu, (1)
202 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
bagaimana upaya SMK Negeri 3 Palu mengimplementasikan KTSP dalam proses pembelajaran?, dan (2)
bagaimana upaya guru mengimplementasikan KTSP dalam proses pembelajaran?
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus, dengan
dasar pertimbangan adalah (1) penelitian ini dilakukan pada latar alamiah, (2) penelitian ini menggunakan
manusia sebagai instrumen utama, (3) penelitian ini lebih memperhatikan proses daripada hasil. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui (1) wawancaran mendalam, (2) studi dokumentasi, dan (3) observasi
partisipatif. Selanjutnya data yang terkumpul dilakukan uji kredibilitas, digunakan tiga teknik pengecekan
keabsahan pengumpulan data yaitu, (1) triangulasi baik sumber data maupun alat pengumpulan data, (2)
pengecekan anggota/member cek, dan (3) diskusi rekan sejawat.
Dari penelitian ini diperoleh temuan-temuan. Pertama, upaya SMKN 3 Palu mengimplementasi
KTSP dalam proses pembelajaran mencakup, (1) pengembangan dan pelaksanaan KTSP di sekolah,
memberdaya porsonil sekolah dan keterlibatan stakeholders, (2) KTSP dikembangkan dan dilaksanakan
sesuai kondisi sekolah dan daerah tetapi KTSP tetap mengacu pada standar pendidikan nasional, (3)
implemen-tasi KTSP menuntut ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai, (4) implementasi
KTSP menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, (5) implemen-tasi KTSP sekolah menyelenggarakan
peningkatkan kualitas dan sumber daya guru, (6) implementasi KTSP SMKN 3 Palu menjalin kerja sama
dengan DUDI. Kedua, upaya guru mengimplementasikan KTSP dalam proses pembelajaran adalah, (1) guru
melakukan persiapan pembelajaran yaitu dalam bentuk RPP, (2) guru melakukan proses pembukaan atau
langkah awal dalam proses pembelajaran, (3) guru melakukan proses pembentukan kompetensi siswa atau
kegiatan inti dalam proses pembelajaran, dan (4) pada ahir proses pembelajaran guru melakukan kegiatan
menutupan pelajaran.
Berdasarkan temuan di atas, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut, (1) implementasi
KTSP membutuhkan keterlibatan semua pihak oleh karena itu perkembangan paradigma ini harus dipahami
oleh segenap stakeholdes, bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah tetapi adalah tanggung
jawab bersama, untuk bersama-sama proaktif mengambil posisi masing-masing demi mempersiapkan
generasi bangsa yang lebih baik di masa depan, (2) implementasi KTSP membutuhkan sarana dan prasarana
yang cukup memadai, oleh karena itu patut menjadi perhatian bersama baik dari pihak sekolah, pemerintah,
maupun masyarakat, sehingga proses implementasi KTSP benar-benar terlaksana dan berkualitas, (3)
implementasi KTSP bersifat pemberdayaan dan membutuhkan SDM yang baik, sehingga peningkatkan SDM
seluruh personil sekolah khususnya guru perlu menjadi perhatian guru itu sendiri, pemerintah dan sekolah,
dan (4) implement-tasi KTSP adalah masalah yang cukup luas dan mendalam. Oleh karena itu masalah ini
masih perlu diadakan kajian ilmiah dan penelitian lebih lanjut.
Kata kunci: implementasi, kurikulum tingkat satuan pendidikan
The Implementation of Curriculum on Educational Unit Level [Case Study at SMK Negeri 3
Palu (Public Vacation School 3)]
Arham
Arham. 2009. The Implementation of Curriculum on Educational Unit Level [Case Study at SMK Negeri 3
Palu (Public Vacation School 3)]. Thesis. Vocational Education Study Program. The Undergraduate
Study Program of the State University of Malang. Adviser I: Dr. Dwi Agus Sudjimat, M.Pd, Adviser
II: Drs. Andoko, S.T., M.T
Abstract
There are two important components determining the educational process at a school: Firstly, the
curriculum component as an ideal formulation is the base of education process planning, and secondly,
teacher component is the actor of curriculum operation. Both of these components interconnected one with
the others in one system of the educational process at a school which changes and develops in reference of
development of science and technology.
The raising of reform era with autonomy, then the National Education System changed by appearing
the Indonesia Law no 20, 2003 about system of National Education. The existence of the KTSP as the
operational curriculum constructed and conducted at each education unit is expected to be able to answer the
changing, and to solve the various problems of education in Indonesia. The KTSP can hopefully answer and
change the school and its teachers which have been usually using the centralistic curriculum to be decentralistic one, and how the KTSP accommodates the regency and national’s needs in the learning process
in the school.
Program Studi S2 PKJ 203
This study aims at exposing and describing the implementation of Curriculum on Educational Unit
Level at SMK Negeri 3 Palu. The two main focuses scrutinized in this study are: (1) How does SMK Negeri
3 Palu have been implementing the KTSP in the learning process? (2) How the teachers’ attempt have been
carrying out the implementation of KTSP at SMK Negeri 3 Palu?
This study exerts the qualitative approach through the case study plan in the basis of the
considerations: (1) the study was conducted naturally, (2) the study uses humans as the key instruments, (3)
the study concentrates on more process than the output. The data collection technique was done through: (1)
deep interviews, (2) documentation study, and (3) participated observation. Further, the credibility of
collected data was examined by three checking techniques of the data collection validity, namely: (a)
triangulation in either data source or data collection, (b) member checking, and (c) colleague discussions.
The findings of the study are concerned with: Firstly, How SMK Negeri 3 Palu have been
implementing the KTSP in the learning process. (1) the development and implementation of KTSP at the
school, empowering the school staffs and the involvement of the stakeholders, (2) The KTSP was developed
and carried out according to the conditions of the school and regency in which the KTSP always refers to the
national education standard, (3) The implementation of the KTSP demands the adequate availabilities of the
equipments and infrastructures, (4) The implementation of the KTSP in creating school environment
conductively, (5) The implementation of the KTSP in conducting improvement of teachers’ quality and
resource, (6) The implementation of the KTSP in SMKN 3 Palu as the vocational school collaborates with
the trade and industry (Dunia Usaha dan Dunia Industri = DUDI). Secondly, the teachers’ attempts in
implementing the KTSP for the teaching process including (1) they conducted the planning process in the
form of RPP, (2) they do the opening process of the initial step in the teaching, (3) they built process of the
student competition as the core in the teaching, and (4) carried out the teaching close at the end of the
teaching.
Based on the above findings, some suggestions are proposed: (1) the implementation of the KTSP
needs the involvement of all related stakeholders, therefore, the paradigm development should be understood
by all stakeholders that education is not only the school’s responsibility but our own responsibility as well to
be proactive to take part in preparing better the nation generation for the future, (2) the implementation of the
KTSP requires the adequate enough equipment and infrastructures which are respectable to be paid much
attention by either schools, government, and society in order that the process of the implementation of the
KTSP is running well and qualifiedly, (3) the implementation of the KTSP in empowering good human
resource so that improvement of the human resource of all school’s staffs can get pay of attention from their
self, government and the school, and (4) the implementation of the KTSP is a large and deep enough case.
Therefore, this case still need to be investigated scientifically and needed by furthermore researches.
Keywords: implementation, curriculum on educational unit level, KTSP
Hubungan Pemberdayaan Guru dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru Profesional SMK
Negeri di Kota Malang
Djoni Bangun
Bangun, Djoni. 2009. Hubungan Pemberdayaan Guru dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru Profesional
SMK Negeri di Kota Malang. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Djoko Kustono, M.Pd., (II) Dr. Syarif
Suhartadi, M.Pd
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk melihat guru SMK Negeri di Kota Malang yang lulus sertifikasi,
apakah juga ditunjukkan dengan adanya peningkatan kinerja sejalan dengan kegiatan pemberdayaan dan
motivasi kerja guru yang telah dilakukan sekolah, sehingga mutu pendidikan akan juga meningkat.
Pemberdayaan dan motivasi kerja yang dilakukan guru maupun pimpinan sekolah guna meningkatkan kinerja
guru SMK Negeri di Kota Malang belum diketahui, sehingga penelitian ini perlu dilakukan.
Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah pemberdayaan guru, motivasi kerja, dan
kinerja guru profesional SMKN di Kota Malang?, Apakah ada hubungan pemberdayaan guru dengan kinerja,
motivasi kerja dengan kinerja dan pemberdayaan guru dan motivasi kerja dengan kinerja guru profesional
SMKN di Kota Malang?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan
204 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
teknik survey. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberdayaan guru,
motivasi kerja, dan kinerja guru profesional SMKN di Kota Malang.
Hasil dari riset ini menunjukkan bahwa: (1) Pada umumnya guru professional SMKN di kota
Malang merasakan bahwa pemberdayaan guru yang dialami sekarang ini masih dalam kategori sedang,
sehingga masih perlu peningkatan. Peran kepala sekolah sangat menentukan dalam pemberdayaan guru,
disamping memberdayakan juga harus selalu memberi pembinaan secara profesional. Pemberdayaan guru
meliputi peningkatan kemampuan guru dan pemberian kewenangan. Sebagai individu yang sudah
menyandang predikat sebagai guru professional, mempunyai konsekuensi yang harus pula dijalani; (2)
Motivasi kerja guru profesional SMK Negeri di Kota Malang pada umumnya tergolong berkategori sedang.
Seperti halnya pemberdayaan motivasi kerja guru professional ini masih perlu ditingkatkan. Ada tiga faktor
yang mempengaruhi motivasi kerja guru yaitu motif, harapan, dan insentif; (3) Kinerja guru professional
SMKN di Kota Malang pada umumnya berkategori baik. Kinerja guru professional dipengaruhi oleh
beberapa aspek kompetensi, yaitu (a) penguasaan substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya, (b)
penguasaan struktur dan materi kurikulum bidang studi, (c) menguasai dan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi (ICT) dalam pembelajaran, (d) pengorganisasian materi kurikulum bidang studi,
dan (e) peningkatan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas: (4) Hubungan pemberdayaan
dengan kinerja guru profesional SMK Negeri di Kota Malang adalah signifikan dengan r = 0,732. Besar
kecilnya kontribusi variable X1 terhadap Y dinyatakan dengan koefisien determinan = r 2 x 100% atau 53,58
% Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi seorang guru melakukan pemberdayaan terhadap profesi guru,
maka semakin meningkatkan kinerjanya. Pemberdayaan yang ada pada guru di antaranya dilakukan melalui
peningkatan kemampuan guru dan pemberian kewenangan dalam mengembangkan diri dalam mendukung
profesi gurunya; (5) Hubungan motivasi kerja dengan kinerja guru professional SMK Negeri di Kota Malang
adalah signifikan dengan r = 0,797. Besarnya kontribusi variable motivasi kerja terhadap kinerja guru sebesar
63,52%, sisanya 36,48% ditentukan oleh variabel lain. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi seorang
guru memiliki motivasi terhadap profesi guru, maka semakin meningkat kinerjanya. Motivasi yang ada pada
guru dipengaruhi oleh motif, harapan, dan insentif yang didapatkan guru; (6) Hubungan secara simultan
pemberdayaan dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru professional SMK Negeri di Kota Malang
berpengaruh secara signifikan. Besar kecilnya kontribusi secara bersama-sama (simultan) sebesar 83,3% dan
sisanya 16,7% ditentukan oleh faktor-faktor lain. Faktor lain misalnya: kepemimpinan, iklim organisasi, etos
kerja, budaya organisasi, kompetensi, kepuasan, loyalitas, pelayanan, negosiasi, mutu, produktifitas, bauran
di pasaran, dan lainnya.
Dinas Pendidikan Kota Malang dan Kepala Sekolah SMK Negeri di Kota Malang, agar mendukung
dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para guru untuk melakukan peningkatan pemberdayaan
terkait dengan fungsi dan tugas profesi guru. Bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut
dengan mengkaji kinerja guru pada jurusan yang lebih spesifik sehingga menambah cakrawala dan wawasan
lebih luas.
Kata kunci: pemberdayaan, motivasi kerja, dan kinerja guru
Relationship Between Teacher Empowerment and Working Motivation with Performance of
the Professional Teacher at State Vocational Schools in Malang
Djoni Bangun
Bangun, Djoni. 2009. Relationship Between Teacher Empowerment and Working Motivation with
Performance of the Professional Teacher at State Vocational Schools in Malang. Thesis, A Study
Program of Vocational Education, Postgraduate Program of State University of Malang. Supervisor:
(I) Prof. Dr. H. Djoko Kustono, M.Pd., (II) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd.
Abstract
This research performed in order to find out whether teachers of State Vocational School in Malang,
who have graduated from certification program, have showed improved performance along with
empowerment activity and working motivation of the teacher, therefore, quality of education will be
improved as well. Empowerment and working motivation of the teachers as well as the school management
to improve teacher’s performance at the State Vocational School in Malang have not been known, therefore,
this research should be done.
Program Studi S2 PKJ 205
Problem formulations of this research are, How is the empowerment of teacher, working motivation,
and performance of the professional teacher at State Vocational Schools in Malang? Is there any relationship
between teacher empowerment and performance, working motivation and performance, as well as teacher
empowerment and working motivation with performance of the professional teacher at State Vocational
School in Malang? Method of this research is correlation and survey technique. Objective of this research is
to find out relationship between teacher empowerment, working motivation and performance of the
professional teacher at State Vocational School in Malang.
Results of the research show that: (1) In general, the professional teachers at State Vocational
School in Malang feel that at present, teacher empowerment is still on the medium category, therefore, it
needs to be improved. The principals play determinant roles in teacher empowerment, besides that, they
should give guidance professionally. Teacher empowerment comprises of improving teacher’s capability and
delivering authority to the teacher. As individual who is considered as professional teacher, there are some
consequences that should be faced; (2) Working motivation of the professional teachers at State Vocational
Schools in Malang is on the medium category. However, working motivation of the professional teachers is
still to be improved. Three factors, which influence working motivation of the teachers, are motif,
expectation, and incentive; (3) Performance of the professional teachers at State Vocational Schools in
Malang is categorized well. Performance of the professional teachers is influenced by some aspects of
competency, such as (a) mastering both material and methodology of the knowledge, (b) mastering both
structure and material of the subject curriculum, (c) mastering and utilizing information and communication
technology (ICT) in learning, (d) organizing material of the subjects curriculum, and (e) improving quality of
learning through a research on taking action at class; (4) Relationship between empowerment and
performance of the professional teachers at State Vocational Schools in Malang is significant, r = 0.732. Both
higher and lower contributions of X1 variable over Y is expressed by determinant coefficient = r 2 x 100% or
53.58%. It shows that the higher empowerment of the teachers toward profession, the better performance will
be improved. Teacher empowerment includes improving the teacher’s capability and delivering authority for
self-development in supporting the profession as a teacher; (5) Relationship between working motivation and
performance of the professional teachers at State Vocational Schools in Malang is significant, in which r =
0.797. Higher contribution of working motivation variable toward teacher performance is about 63.52% and
the rest, 36.48%, is determined by other variable. It shows that the higher motivation of the teachers toward
their profession, the better performance will be improved. Motivation of the teacher will be influenced by
motif, expectation, and incentive; (6) Simultaneous relationship between empowerment and working
motivation with performance of the professional teachers at State Vocational School in Malang has
significant influence. Both higher and lower contributions have simultaneously, 83.3% and the rest, 16.7%,
are determined by other factors, such as: leadership, organizational climate, working ethos, organization
culture, competence, satisfaction, loyalty, service, negotiation, quality, productivity, mixed market, and so
on.
The Department of Education in Malang as well as the Principals of State Vocational Schools in
Malang are expected to support and provide more extended opportunities for teachers to improve their
empowerment, which related to function and profession task as teachers. For the next researchers, it is
expected that they should perform further research by reviewing performance of the teachers on more
specific subdivision in order to improve firmament and more extended insight.
Keywords: empowerment, working motivation, performance of the teacher
206 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Situasi Bengkel dan Kondisi Peralatan Praktik Pemesinan SMK Swasta di Wilayah
Gerbangkertosusila
Tukiman
Tukiman. 2009. Situasi Bengkel dan Kondisi Peralatan Praktik Pemesinan SMK Swasta di Wilayah
Gerbangkertosusila. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas
Negeri Malang. Pembimbing (1) Prof. Drs. Achmad Tutjik Moechid, M.Sc., Ph.D., dan (2) Drs.
Imam Muda Nauri, ST., MT.
Abstrak
Situasi bengkel dan kondisi peralatan praktik pemesinan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi proses pembelajaran di SMK, dan sekaligus menjadi tolok ukur dari kualitas lulusannya.
SMK diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dengan cara memperbanyak pengalaman kerja
praktik. Oleh karena itu waktu belajar di sekolah dialokasikan sebesar 70% untuk pembelajaran praktik, dan
sebesar 30% digunakan untuk pembelajaran teori. Namun keterbatasan fasilitas praktik di SMK menjadi
hambatan yang serius dalam mewujudkan harapan tersebut, sehingga lulusan SMK dinilai oleh banyak pihak
masih kurang kompeten.
Variabel penelitian ini adalah situasi bengkel, jumlah dan kondisi peralatan praktik pemesinan. Maka
rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Berapakah rerata persentase situasi bengkel praktik pemesinan?; dan
(2) Berapakah rerata persentase kondisi peralatan praktik pemesinan? Sedangkan tujuan dari penelitian ini
adalah jawaban dari rumusan masalah tersebut yaitu untuk mengetahui rerata persentase untuk situasi
bengkel, jumlah dan kondisi peralatan praktik pemesinan SMK swasta di wilayah Gerbangkertosusila.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pejabat yang terkait di pemerintahan daerah,
pemerintahan provinsi, maupun pemerintah pusat sebagai bahan rujukan pada penyusunan program
penambahan fasilitas praktik pemesinan untuk SMK.
Penelitian ini menggunakan rancangan survei dengan populasi penelitian sebanyak 62 SMK swasta
di wilayah Gerbangkertosusila. Pengumpulan data di-lakukan dengan cara datang ke setiap bengkel praktik
pemesinan yang di survei. Sedangkan instrumen penelitian berbentuk checklist tertutup diisi dengan seksama
dan didampingi oleh guru pengajar praktik pemesinan sekolah setempat. Selanjut-nya semua data hasil
temuan survei dipilah-pilah dan kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif.
Kesimpulannya diketahui bahwa komponen penelitian yang terdiri dari situasi bengkel praktik,
jumlah dan kondisi peralatan praktik pemesinan, masing-masing menunjukkan kurang standar. Secara
berurutan nilai rerata persentasenya hanya sebesar 48,2%, 50,4%, dan 43,9%. Oleh karena itu disarankan
kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Direktorat Pembinaan SMK di
Jakarta, agar secara bertahap dapat membantu menambah peralatan praktik pemesinan SMK swasta di wilayah
populasi tersebut. Selain itu perlu diadakan penelitian lanjutan yang sejenis dengan variabel, populasi dan
area yang berbeda.
Kata kunci: situasi bengkel, kondisi peralatan praktik pemesinan
Workshop Situation and Machinery Equipment Condition at Private Vocational High School
in Gerbangkertosusila
Tukiman
Tukiman. 2009. Workshop Situation and Machinery Equipment Condition at Private Vocational High School
in Gerbangkertosusila. Thesis. Vocational Education Study Program, Post graduate Program of
Malang University. Supervisor (1) Prof. Drs. Achmad Tutjik Moechid, M.Sc., Ph.D., and (2)
Drs. Imam Muda Nauri, ST.,MT.,
Abstract
Workshop situation and machinery equipment condition is an important factor that influences
teaching and learning process in Vocational High School and it also becomes the graduate of the alumni
quality. Vocational High School is expected to produce qualified alumni by adding more practical works.
Therefore, the time allocation at school is 70% for practical works and 30 % for theoretical subjects. The
Program Studi S2 PKJ 207
limitation of facilities at Vocational High School has become one of the obstacles in the effort of achieving
the goal. That is the reason why the Vocational High School graduates are always considered less
competent.
The variables of the study is workshop situation, amount of equipment and the condition of machinery
equipment. The statement of problems are (1) How many percents are the mean percentage of workshop
situation?; (2) How many percents are the mean percentage of machinery equipment condition? While the
purpose of this study is the answer of the statement of problems which is to know the mean percentage of
workshop situation, amount of practice equipment and the condition of the equipment at Private Vocational
High School in Gerbang-kertosusila. It is highly expected that this study can be used by local, province and
regional governments as the reference in improving the facility of equipment in Vocational High School.
This study is conducted using survey design. As the population, there are 62 Private Vocational
High School in Gerbangkertosusila. Data collection is done by visiting the machinery workshop that is going
to be surveyed. The instruments of research used is prepared in the form of closed check list. The reasearcher
fills out the checklist thoroughly with the machinery workshop teacher in the school. All the data resulted
from the survey is seperated, and analyzed using descriptive statistics.
In conclusion, the result shows that the components of research that consists of workshop situation,
amount of machinery equipment and machinery equipment condition are not yet standard. In successive, the
mean of percentage are 48.2%, 50.4%, and 43.9%. Therefore, it is suggested to the Education Division in
City or Sub District, Education Division in Province and Directorate of Vocational Education in Jakarta to have a
periodical assistance in adding more machinery equipment in Private Vocational High School in the
population area. Beside, it is also necessary to conduct a research that has the same kind of variables,
population and different area.
Keyword: workshop situation, machinery equipment condition
Pengaruh Metode Demonstrasi DanBakat Mekanik Terhadap Pencapaian Kompetensi
Mengelas Siswa kelas X di SMK Negeri 1 Singosari Malang
Suwandi
Suwandi, 2009. Pengaruh Metode Demonstrasi DanBakat Mekanik Terhadap Pencapaian Kompetensi
Mengelas Siswa kelas X di SMK Negeri 1 Singosari Malang. Tesis Jurusan Pendidikan Kejuruan,
Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Dr. H.Dwi Agus Sujimat,
M.Pd., (2) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd.
Abstrak
Hasil belajar adalah hal yang selalu menjadi orientasi dari setiap pelaksanaan proses pembelajaran.
Inti dari proses pembelajaran adalah penyampaian informasi melalui pemberian pengalaman oleh pendidik
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Fakta dilapangan menunjukkan
kurang optimalnya pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran terkait dengan penggunaan metode
pembelajaran dan pemahaman bakat atau potensi peserta didik sebagai faktor yang mempengaruhi hasil
belajar.
Peranan pendidikan sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
mampu untuk bersaing baik dalam perebutan lapangan kerja, maupun dalam kompetisi bisnis pada eraglobalisasi dan pasar bebas. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pendidikan hendaknya dikelola
sedemikian rupa sehingga pada akhirnya, akan terjadi peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas
luarannya. Indikasi tercapainya tujuan tersebut, akan tercermin dari kemampuan siswa menyelesaikan studi
tepat waktu dengan hasil belajar maksimal.
Hasil belajar adalah hal yang selalu menjadi orientasi dari setiap pelaksanaan proses pembelajaran.
Inti dari proses pembelajaran adalah penyampaian informasi melalui pemberian pengalaman oleh pendidik
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Hasil belajar yang dicapai oleh
siswa menunjukkan tingkat penguasaan materi terhadap tujuan pembelajaran yang dicapai. Salah satu hasil
belajar di SMK adalah kompetensi mengelas sambungan sudut. Pencapaian kompetensi mengelas sambungan
sudut dipengaruhi oleh dua hal yakni metode pembelajaran dan bakat siswa.
Permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1) apakah ada perbedaan pencapaian
kompetensi mengelas antara kelompok siswa yang diajar dengan metode demonstrasi dan kelompok siswa
208 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
yang diajar dengan menggunakan CD pembelajaran?, 2) apakah ada perbedaan pencapaian kompetensi
mengelas sambungan sudut antara kelompok siswa yang memiliki bakat mekanik tinggi, bakat mekanik
sedang, dan kelompok siswa yang memiliki bakat mekanik rendah?, dan 3)apakah ada interaksi antara
metode demonstrasi dan bakat mekanik siswa terhadap pencapaian kompetensi mengelas?
Untuk menjawab permasalahan di atas, penelitian ini dijalankan dengan rancangan eksperimental,
dimana kelompok eksperimental diajar dengan CD pembelajaran dan kelompok kontrol diajar dengan metode
demonstrasi. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X jurusan mekanik industri SMKN I Singosari
Malang. Dimana kelompok eksperimen terdiri dari 32 siswa dan kelompok kontrol terdiri dari 30 siswa.
Analisis data dilakukan dengan analisis ANOVA dua jalur.
Hasil uji hipotesis diperoleh nilai observasi (Fhitung = 5,570 > Ftabel = 3,16 untuk taraf signifikansi p <
0,05). Artinya terdapat perbedaan hasil belajar pencapaian kompetensi mengelas yang signifikan antara siswa
yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi dan siswa yang diajar dengan menggunakan CD
pembelajaran. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa: (Fhitung = 8,316 > Ftabel = 3,16 untuk taraf
signifikansi p < 0,05). Artinya terdapat perbedaan hasil belajar pencapaian kompetensi mengelas antara siswa
yang memiliki bakat mekanik tinggi dengan siswa yang memiliki bakat mekanik sedang dan siswa yang
memiliki bakat mekanik rendah, dan hasil analisis hipotesis 3 menunjukkan bahwa (Fhitung = 1, 498 < F
tabel = 3,16 untuk taraf signifikansi p < 0,05) dengan tingkat signifikansi 0,232.
Berdasarkan temuan penelitian ini, disarankan agar (1) pengajar mata diklat produktif menggunakan
metode demonstrasi dengan menggunakan media (CD) dalam kegiatan pembelajaran, karena dapat
memberikan kemudahan belajar bagi siswa, (2) sebelum melakukan suatu kegiatan pembelajaran, sebaiknya
diadakan tes bakat terlebih dahulu untuk mempermudah siswa dalam belajar sesuai dengan bakat yang
dimiliki pada proses pembelajaran, dan (3) pengembangan metode pembelajaran yang digunakan hendaknya
disesuaikan dengan bakat yang dimiliki siswa. Hal ini dapat membantu siswa dan memberikan peluang besar
untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Kata kunci: metode pembelajaran, bakat mekanik, dan pencapaian kompetensi mengelas, SMK
The Influence of Demonstration and Mechanical Talent to Achievement of Competency at
Sircuit Manual Arc Welding at the State Vocational High School 1 Singosari Malang in X
Class
Suwandi
Suwandi, 2009. The Influence of Demonstration and Mechanical Talent to Achievement of Competency at
Sircuit Manual Arc Welding at the State Vocational High School 1 Singosari Malang in X Class.
Thesis of Vocational Department of Graduate Program of State University of Malang. Advisors: (1)
Dr. H. Dwi Agus Sudjimat, S.T., M.Pd, (2) Dr. Syarief Suhartadi, M.Pd.
Abstract
Achievement always becomes the orientation for each learning process conduction. The essence of
learning process is delivering information through experience provision by a teacher to learners in order to
obtain learning objectives effectively. The facts in the field show that teachers lack their optimality in
conducting learning process related of learning method and understanding related to learners talent that
influencing achievement.
Achievement is the orientation from every execution learning process. One of achievement at
vocational education is sircuit manual arc welding . The Sircuit manual arc welding competency is influenced
by learning method and mechanical.
This research aims at finding out influence of demonstration method and CD learning and
mechanical talent toward achievement in sircuit manual arc welding competency at State Vocational 1
Singosari Malang. There are three items which are experimented, namely (1) the significant difference of
sircuit manual arc welding achievement between learners making use of demonstration method and those
making use of CD learning; (2) the significant difference of sircuit manual arc welding achievement among
learners who have low, medium, and high levels of mechanical talent; and (3) interaction between
demonstration method and mechanical talent influencing achievement in sircuit manual arc welding
competency.
To answer that problem above, this research is done by experimental planning, where experimental
team is taught by demonstration method and Control group is taught by CD learning. This research subject is
Program Studi S2 PKJ 209
all students at ten grade industry mechanic deparment vocational education at Singosari Malang. That
experiment group is consisting of 32 students and control group is consisted of 30 students. Data is analyzed
by two path ANOVA analysis.
The hipothesis test result is gained observation value (Fcount=5,570>Ftable=3,16 for signification
p<0,05). Its mean there is the differencess between study result achievement sircuit manual arc welding is
significance between student is taught by demonstration method and student taught by CD learning. Varian
analysis result it show that: (Fcount=8,316>Ftable=3,16 to significance p<0,05). Its mean there is the differences
study result achievement learners among who have high, medium, and low levels of mechanical talent, and
hypothesis analyze result 3 show that (Fcount=1,498<Ftable=3,16 for signification p<0,05) with signification
level 0,232.
Based on research finding, suggested that (1) teacher productive using demonstration method within
CD in learning activity, because it can give easy learning to students, (2) before to do some learning activity,
it supposed there is talent test at the first to make easier student in study according to talent who have in
learning process, and (3) learning development method to make easy student in learning according to their
talent. Its mean, this can help student and give opportunity to gain better study result.
Keyword: learning method, mechanical talent, and competency, vocational education
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Sub Kompetensi Merakit Komponen Elektronika
Melalui Penerapan Prosedur Pekerjaan Perakitan di SMK Negeri 1 Losarang Kabupaten
Indramayu
Oo Sugiarto
Sugiarto, O. 2009. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Sub Kompetensi Merakit Komponen Elektronika
Melalui Penerapan Prosedur Pekerjaan Perakitan di SMK Negeri 1 Losarang Kabupaten
Indramayu. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri
Malang. Pembimbing: (I) Dr. Mardi Wiyono, S.T., M.Pd. (II) Drs. Slamet Wibawanto, M.T.
Abstrak
Dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran teori dan praktek, para guru umumnya sangat
mengharapkan semua siswanya memiliki prestasi belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran yang
dibinanya. Namun realita yang ada, hasil pekerjaan pada proses pembelajaran praktek siswa khususnya untuk
kompetensi perakitan komponen elektronika kurang menunjukan hasil yang maksimum.
Berdasarkan studi awal yang dilakukan di SMK Negeri 1 Losarang Indramayu, penyebab rendahnya
kwalitas pekerjaan setelah pembelajaran praktek perakitan komponen elektronika adalah kurang optimalnya
dalam penerapan prosedur pekerjaan perakitan.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa pada sub kom-petensi merakit
komponen elektronika melalui penerapan prosedur pekerjaan perakitan di SMK Negeri 1 Losarang
Indramayu.
Kegiatan penelitian ini menggunakan rancangan penelitan tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus
dengan materi uji komponen, merakit komponen, dan pengujian hasil rakitan. Pada masing masing siklus
dilakukan beberapa tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian
menggunakan siswa kelas X-1 SMK Negeri 1 Losarang Indramayu (36 orang siswa).
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan berikut ini: 1) penerapan
prosedur pekerjaan perakitan dapat meningkatkan prestasi belajar dengan pencapaian yang lebih baik dalam
pencapaian ketuntasan belajar siswa. 2) penerapan prosedur pekerjaan perakitan dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang pada akhirnya akan menunjang peningkatan pencapaian
prestasi belajar.
Peneliti menyarankan: 1) dalam meningkatan prestasi belajar siswa hendaknya selain dengan
penerapan prosedur pekerjaan perakitan yang benar dilengkapi dengan peningkatan sarana praktek yang
memadai: 2) kepada kepala program jurusan teknik elektro untuk menyediakan dukungan dan fasilitas hingga
dapat menyusun dan melaksanakan pembelajaran dalam peningkatan prestasi belajar siswa pada sub
kompetensi merakit komponen elektronika: 3) kepada guru atau peneliti untuk dapat melakukan penelitian
ulang, baik pada sub kompetensi yang sama atau berbeda untuk lebih meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kata kunci: prestasi belajar, kompetensi, prosedur pekerjaan
210 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Increasing the Student Achievement in Electronics Components Sub Competency Through
Assembling Tasks Procedure Implementation at SMK Negeri 1 Losarang Indramayu
Oo Sugiarto
Sugiarto, O. 2009. Increasing the Student Achievement in Electronics Components Sub Competency Through
Assembling Tasks Procedure Implementation at SMK Negeri 1 Losarang Indramayu. Thesis,
Department of Vocational Education, Postgraduate Program, State University of Malang. Advisors:
(I) Dr. Mardi Wiyono, S.T.,M.Pd., (II) Drs. Slamet Wibawanto, M.T.
Abstract
Implementing theory and practice of learning process, teachers generally do hope all of the students
have high achievement of learning for the lesson they manage. But in the reality, the result of the students
work in the process of practicing and learning especially in assembling electronics components are still not
show maximally.
Based on pre elementary study carried out in SMK N 1 Losarang Indramayu, the cause of the
quality of working is low after learning practice for assembling electronic component that isn’t optimum on
the assembling working procedure application.
This research is aimed for increasing the students learning achievement to electronic component sub
competency assembling through procedure application of assembling working in SMK N 1 Losarang
Indramayu.
The research activity uses the research design of classroom action research consisting of three cycles
by the material component test, assembling component and testing of the result assembling. In each cycle
there are steps namely, planning, implementation action, observation and reflection. The subject of research
are the students of class X-1 SMK N 1 Losarang Indramayu (36 students).
Based on the data analyzed that has been done, the researcher concludes as follows: 1) application
procedure of assembling working could improve better achievement of study by getting achievement of
students learning. 2) procedure application of assembling working could improve the students’ involvement
in learning activity that will support the increasing of studying achievement.
The researcher suggests: 1) in increasing student study achievement, school should implicate
procedure of working assembling as well as completed by sufficient practicing instruments improvement: 2)
The head of electronics program department should provide support and facilities so he can manage learning
process activity for increasing student study achievement upon electronic component sub competency: 3) the
teachers or the researcher should be able to repeat research either at the same sub competence or different
competence to improve the increasing student learning achievement.
Keywords: learning achievement, competency, working procedures
Identifikasi Kompetensi Mata Pelajaran Produktif yang Diajarkan di SMK Program
Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Kota Mojokerto Menurut Kurikulum Toyota
Supa’i
Supa’i. 2009. Identifikasi Kompetensi Mata Pelajaran Produktif yang Diajarkan di SMK Program Keahlian
Teknik Mekanik Otomotif Kota Mojokerto Menurut Kurikulum Toyota. Tesis, Program Studi
Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Dr.
Waras Khamdi, M.Pd., (2) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd.
Abstrak
Kurikulum merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan kompetensi lulusan agar
mereka dapat mengisi peluang kerja yang ada di dunia usaha/dunia industri. Kurikulum yang diharapkan
harus memiliki kesesuaian atau relevansi dengan kebutuhan yang dipersyaratkan oleh DU/DI. Oleh karena
itu, keterlibatan DU/DI dalam penyusunan kurikulum dan keikutsertaan untuk mem-bantu proses belajar
mengajar di SMK perlu ditingkatkan dalam suatu bentuk kemitraan antara SMK dengan DU/DI.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian standar kom-petensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran produktif yang diajarkan di SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Kota
Program Studi S2 PKJ 211
Mojokerto menurut kurikulum Toyota. Mata pelajaran produktif tersebut meliputi: (1) Gambar Teknik, (2)
Pe-ngetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM), (3) Automotive General Knowledge & Frequency Service Job,
(4) Chasis, Drive Train & Frequency Service Job, (5) Engine & Frequency Service Job, dan (6) Electrical &
Frequency Service Job.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis dokumen. Populasi
penelitian adalah seluruh guru mata pelajaran produk-tif SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif
bidang keahlian General Repair di Kota Mojokerto. Teknik analisis data tiap-tiap butir instrumen menggunakan rumus persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran Gambar teknik yang diajarkan di SMK Kota Mojokerto sebagian besar sudah sesuai dengan
kurikulum Toyota (58,25% dan 69,86%), (2) kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran PDTM yang diajarkan di SMK Kota Mojokerto sebagian besar sudah sesuai dengan kurikulum
Toyota (61,07% dan 67,86%), (3) kesesuaian standar kompe-tensi dan kompetensi dasar kelompok mata
pelajaran Automotive General Know-ledge & Frequency Service Job yang diajarkan di SMK Kota Mojokerto
hanya sebagian kecil yang sesuai dengan kurikulum Toyota (38,10% dan 44,36%), (4) kesesuaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Chasis, Drive Train & Frequency Service Job yang
diajarkan di SMK Kota Mojokerto hanya sebagian kecil yang sesuai dengan kurikulum Toyota (39,48% dan
45,14%), (5) kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar kelompok mata pelajaran Engine &
Frequency Service Job yang diajarkan di SMK Kota Mojo-kerto hanya sebagian kecil yang sesuai dengan
kurikulum Toyota (44,23% dan 46,50%), dan (6) kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar
kelompok mata pelajaran Electrical & Frequency Service Job yang diajarkan di SMK hanya sebagian kecil
yang sesuai dengan kurikulum Toyota (48,19% dan 48,15%)
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada sekolah untuk men-jalin kerjasama (kemitraan)
dengan DU/DI. Kerjasama ini bertujuan untuk meng-identifikasi dan menganalisis standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang seharusnya diberikan kepada peserta didik dengan mengacu kepada
kebutuhan kompetensi dunia kerja, khususnya mata pelajaran: (1) Automotive General Knowledge &
Frequency Service Job, (2) Chasis, Drive Train & Frequency Service Job, (3) Engine & Frequence Service
Job, dan (4) Electrical & Frequency Service Job.
Kata kunci: kompetensi mata pelajaran produktif, program keahlian teknik mekanik otomotif, kurikulum
toyota
Identification Competence of Productive Subjects which Taught at the Vocational School the
Program of Mechanics Automotive in Mojokerto based on the Toyota’s Curriculum
Supa’i
Supa’i. 2009. Identification Competence of Productive Subjects which Taught at the Vocational School the
program of Mechanics Automotive in Mojokerto based on the Toyota’s curriculum. Tesis.
Postgraduate Program, State University of Malang. Advisors: (1) Dr. Waras Khamdi, M.Pd., (2) Dr.
Syarif Suhartadi, M.Pd.
Abstract
Curriculum is very important factor for increasing the level of competency graduate to fill the job
opportunities in the world of business/industrial (world of work). Curriculum have to suitability or relevance
to fulfill the needs which are required by world of business/industrial. Therefore, the involvement of them to
assist in curriculum and participation in teaching-learning process at vocational school needs to be improved
in the form of a partnership.
This research aims to find out relevance of the standard competence and basic competence of
productive subjects which taught at vocational schools the program of Mechanics Automotive in Mojokerto
based on the Toyota’s curri-culum. The productive subjects are: (1) Technical Drawing, (2) Basic Knowledge
of Machine Technics, (3) Automotive General Knowledge & Frequency Service Job, (4) Chasis, Drive Train
& Frequency Service Job, (5) Engine & Frequency Service Job, and (6) Electrical & Frequency Service Job.
This research is a descriptive using document analysis approach. The Population is all of the
productive subject teachers at the vocational school the program of Mechanics Automotive in Mojokerto.
Data analysis technique is using the percentage formula.
212 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Results of the research shows that: (1) the relevance of the standard competence and basic
competence of Technical Drawing subject which were taught at vocational schools in Mojokerto mostly has
been relevan to the Toyota’s curriculum (58,25% and 69,98%), (2) the relevance of the standard competence
and basic competence of Basic Knowledge of Machine Technics subject which were taught at vocational
schools in Mojokerto mostly has been relevan to the Toyota’s curriculum (61,07% and 67,86%), (3) the
relevance of the standard competence and basic competence of Automotive General Knowledge &
Frequency Service Job subject which were taught at vocational schools in Mojokerto only a few has been in
line with the Toyota’s curriculum (38,10% and 44,36%), (4) the relevance of the standard competence and
basic competence of Chasis, Drive Train & Frequency Service Job subject which were taught at vocational
schools in Mojokerto only a few has been in line with the Toyota’s curriculum (39,48% and 45,14%), (5) the
relevance of the standard competence and basic competence of Engine & Frequency Service Job subject
which were taught at vocational schools in Mojokerto only a few has been in line with the Toyota’s
curriculum (44,23% and 46,50%), and (6) the relevance of the standard competence and basic competence of
Engine & Frequency Service Job subject which were taught at vocational schools in Mojokerto only a few
has been in line with the Toyota’s curriculum (48,19% and 48,15%).
Based on this research results, suggested to vocational school to establish cooperation (partnership)
with world of business/industrial. The purpose of cooperate is identify and analyze the standard competency
and basic competency of subject that should given to student refer to competence of the work of world,
particularly the subjects of: (1) Automotive General Knowledge & Frequency Service Job, (2) Chasis, Drive
Train & Frequency Service Job, (3) Engine & Frequency Service Job, and (4) Electrical & Frequency
Service Job.
Keywords: productive competence subject, mechanics automotive program, toyota’s curriculum
Identifikasi Sarana Prasarana Dan Kondisi Peralatan Praktik Mekanik Otomotif SMK
Swasta di Daerah Polwil Bojonegoro dan Madiun
Sopan Slamet
Slamet, Sopan. 2009. Identifikasi Sarana Prasarana Dan Kondisi Peralatan Praktik Mekanik Otomotif SMK
Swasta Di Daerah Polwil Bojonegoro Dan Madiun. Tesis, Jurusan Pendidikan Kejuruan (PKJ),
Program Paska Sarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Achmad Tutjik Moechid,
Drs. M.Sc. Ph.D., (II) Dr. Waras Kamdi M.Pd.
Abstrak
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan di masyarakat yang semakin
berkembang menuntut dunia pendidikan nasional melakukan upaya pembaharuan menuju pendidikan yang
kompetitif dan inovatif. Sarana, prasarana, dan kondisi peralatan praktik mekanik otomotif merupakan
komponen penting dalam menghantarkan anak didik menuju dunia kerja yang diinginkan, sesuai dengan
bidang keahliannya.
Tuntutan terhadap dunia pendidikan untuk mengambil peran dan memberikan andil yang signifikan
bagi berbagai upaya reformasi di berbagai kehidupan masyarakat diawali dengan melakukan telaah terhadap
dunia pendidikan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga
kerja dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan oleh dunia kerja, untuk itu
penelitian ini difokuskan pada sarana prasarana dan kondisi peralatan praktik mekanik otomotif SMK Swasta
di Daerah Polisi Wilayah Bojonegoro dan Madiun yang belum pernah diteliti.
Penelitian ini untuk mengidentifikasi sarana prasarana dan kondisi peralatan praktik mekanik
otomotif SMK swasta di Daerah Polisi Wilayah Bojonegoro dan Madiun. Rancangan penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian diskriptif, yang akan menggambarkan sarana prasarana serta kondisi
peralatan bengkel praktik mekanik otomotif. Pengumpulan data dengan menggunakan cheklist dan metode
observasi. Analisis data dengan statistik deskriptif dan pelaksanaanya dibantu dengan menggunakan bantuan
SPSS.12 for windows.
Penemuan penelitian mengindikasikan bahwa secara umum sarana prasarana bengkel praktik
mekanik otomotif SMK swasta di Daerah Polisi Wilayah Bojonegoro dan Madiun masih belum memenuhi
syarat seperti yang direkomendasikan oleh Prakken Publications dan pedoman analisis kebutuhan sarana
prasarana pendidikan SMK Program Mekanik Otomotif Departemen Pendidikan Nasional.
Program Studi S2 PKJ 213
Sarana bengkel praktik mekanik otomotif belum memenuhi syarat seperti yang diharapkan, keadaan
ini bisa kita lihat dari rerata keadaan ruang bengkel yang memenuhi syarat hanya 47,5%. Jumlah mesin dan
peralatan yang digunakan kurang atau tidak memenuhi syarat karena dari rerata yang memenuhi syarat hanya
sebesar 11,7%. Gambaran keadaan prasarana ini tidak memadai dengan jumlah siswa yang memakainya
untuk praktik, sehingga dengan keadaan ini siswa tidak dapat belajar dengan maksimal. Mesin yang
digunakan masih banyak menggunakan produksi lama sehingga pengalaman siswa di sekolah sangat jauh
berbeda dengan keadaan di luar.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar (1) bagi penyelenggara pendidikan diharapkan
untuk menambah sarana untuk kegiatan praktik, agar siswa dapat belajar maksimal sesuai dengan keadaan
kerja pada dunia industri, (2) penyediaan ruang praktik yang memadai kegiatan belajar di bengkel agar
tercipta suasana belajar yang nyaman dan keselamatan kerja dapat tercipta, dan (3) pemeliharaan peralatan
yang ada pada ruang kerja praktik semestinya diperhatikan dengan cara memberikan tugas pada seseorang
dalam menjaga atau merawat peralatan tersebut, sehingga dalam kegiatan praktik peralatan yang dipakai
memang merupakan peralatan yang digunakan oleh standard pada dunia kerja.
Kata kunci: identifikasi, sarana prasarana, kondisi peralatan
Identification of Tools, Infrastructure and Condition of Automotive Mechanical Practice
Tools of Private Vocational High School in The Area of Polwil Bojonegoro and Madiun
Sopan Slamet
Slamet, Sopan. 2009. Identification of Tools, Infrastructure and Condition of Automotive Mechanical
Practice Tools of Private Vocational High School in The Area of Polwil Bojonegoro and Madiun.
Thesis, Department of Vocational Education (PKJ), Postgraduate Program of State University of
Malang. Advisor: (I) Prof. Achmad Tutjik Moechid, Drs. M.Sc. Ph.D., (II) Dr. Waras Kamdi, M.Pd.
Abstract
The progress of science and technology to fulfill the society needed make the national education has
renewal efforts to be competitive and innovative education. The tools, infrastructure, and the condition of
practice device at mechanical automotive are important component in delivers pupil aims desirable work
world, as according to the skill area.
Education takes the most important role in increasing the quality of human resources which
expected to take part both in getting any job and in business competition in globalization and the free-trade
era. Vocational education is one of the institution to prepares the labors in industries demand, for that
purpose this research is focusing in infrastructure tool and the condition of practice device in mechanical
automotive private schools of vocational education at Bojonegoro and Madiun police area which never
canvassed yet.
This research aims is identify the infrastructure, tools and the condition of practice device in
mechanical automotive private schools of vocational education at Bojonegoro and Madiun police area. This
research done by descriptive design, what is describing infrastructure, tools and the condition of practice
device in mechanical automotive. Data is collected by using checklist and observation method. Data is
analyzed with descriptive statistics and the execution helped by using SPSS12 software for windows.
Research finding that is the general repair shop of infrastructure, tools, and the condition of practice
device in mechanical automotive private schools of vocational education at Bojonegoro and Madiun police
area is not standard yet which recommended by Prakken Publications and vocational education department
guide of automotive mechanical program.
This research finding that: (1) there is 47.5% of infrastructure and 11.7% average of tools at
automotive mechanical practice devices are provided for the practical learning in mechanical automotive
private schools of vocational education at Bojonegoro and Madiun police area, (2) there is 41.3% of
infrastructure and 74.6% average of tools at automotive mechanical practice devices are insufficient for the
practical learning in mechanical automotive private schools of vocational education at Bojonegoro and
Madiun police area, and (3) there is 11.7% of infrastructure and 13.7% average of tools at automotive
mechanical practice devices are not provided for the practical learning in mechanical automotive private
schools of vocational education at Bojonegoro and Madiun police area.
According this research finding, suggested (1) the education administrator at private vocational
education of Bojonegoro and Madiun police area suggested adding the practical tool, to increasing the
214 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
achievement of learner , (2) the education administrator should provide the practical infrastructure at
vocational education to keep the great conditions of learning and keep the safety of learner in the practical
learn at the school, (3) the education administrator should be keep the practical tool and infrastructure at
vocational education by adding the tool man to keep and care that, which the learning of practical education
needed the real tool to be the real conditions at the factory, so the learner can survive and get the success in
the job.
Keywords: Identification, tools and infrastructure, tools condition
Peningkatan Kemampuan Keterampilan Motorik Siswa pada Kompetensi Merakit Kusen
Kayu Melalui Siklus Pembelajaran Latihan Sambungan Kayu di SMK Negeri 3 Boyolangu
Tulungagung, SMK Negeri 1 Kediri, dan SMK Negeri 1 Blitar
Dwi Kukuh Wahonoadi
Wahonoadi, Dwi Kukuh. 2009. Peningkatan Kemampuan Keterampilan Motorik Siswa pada Kompetensi
Merakit Kusen Kayu Melalui Siklus Pembelajaran Latihan Sambungan Kayu di SMK Negeri 3
Boyolangu Tulungagung, SMK Negeri 1 Kediri, dan SMK Negeri 1 Blitar. Tesis. Program Studi
Pendidikan Kejuruan, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof.
Drs. Achmad Tutjik Moechid, M.Sc., Ph.D., (2) Drs. H. Bambang Widarto, M.T.
Abstrak
Berdasarkan data hasil belajar siswa kelas II semester gasal tahun pelajar-an 2006/2007 kompetensi
merakit kusen kayu di SMK N 3 Boyolangu Tulung-agung, SMK N 1 Kediri, dan SMK N 1 Blitar masih
rendah. Masalah pembela-jaran tersebut dapat diamati melalui skor masing-masing siswa. Skor rerata yang
didapat siswa di SMK N 3 Boyolangu Tulungagung sebesar 6.90, terdiri dari 18 siswa (56.25 %) dengan
rerata 7.28 ≥ 7.00, dan 14 siswa (43.75 %) dengan rerata 6.40 ≤ 7,00. Sedangkan skor rerata siswa di SMK N
1 Kediri sebesar 6.76, terdiri dari 16 siswa (51.61 %) dengan rerata 7.25 ≥ 7.00 dan 15 siswa (48.39 %)
dengan rerata 6,24 ≤ 7,00. Adapun skor rerata siswa di SMK N 1 Blitar sebesar 6.99 terdiri dari 19 siswa
(54.29 %) dengan rerata 7.22 ≥ 7.00, dan 16 siswa (45.61 %) memiliki rerata 6.73 ≤ 7,00. Skor rerata yang
diperoleh siswa tersebut menunjuk-kan bahwa secara umum keterampilan yang dimiliki siswa masih dibawah
skor standar kelulusan 7.00. Dilain pihak guru menyadari adanya kelemahan pada diri siswa ketika
menyeleseikan pekerjaan merakit kusen kayu yaitu keterampilan sis-wa dalam membuat sambungan.
Berdasarkan refleksi dan hasil diskusi antara guru dengan peneliti, penyebab rendahnya kemampuan
keterampilan motorik siswa kompetensi merakit kusen kayu adalah masih rendahnya kemampuan
keterampil-an siswa dalam membuat sambungan kayu. Oleh karena itu dirasa perlu diadakan tindakan
pembelajaran latihan membuat sambungan kayu secara maksimal agar keterampilan motorik siswa
kompetensi merakit kusen kayu dapat meningkat. Se-cara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan motorik siswa kelas II pada tiga sekolah tersebut melalui latihan membuat sambungan ka-yu
yang dilaksanakan oleh enam orang guru dengan peneliti secara kolaborasi.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindak-an kelas. Prosedur
tindakan dikemas dalam bentuk siklus 1 pembelajaran latihan membuat sambungan sudut, siklus 2
pembelajaran latihan membuat sambungan silang, siklus 3 pembelajaran latihan membuat sambungan ekor
burung, dan siklus 4 pembelajaran merakit kusen kayu. Subyek penelitian ini meliputi: (a) siswa kelas II
program keahlian teknik konstruksi kayu SMKN 3 Boyolangu Tulung-agung berjumlah 32 siswa; (b) siswa
kelas II program keahlian teknik konstruksi kayu SMK N 1 Kediri berjumlah 31 siswa; dan (c) siswa kelas II
program keahli-an teknik konstruksi kayu SMK N 1 Blitar berjumlah 35 siswa. Perencanaan tin-dakan
dilaksanakan pada periode 2 September 2007 sampai 20 Oktober 2007, sedangkan pelaksanaan tindakan
dilakukan pada periode 7 Januari 2008 sampai 31 Januari 2008.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (a) pada akhir siklus 1, didapatkan di SMK N 3 Boyolangu
Tulungagung reratanya 7.24 terdiri dari 24 siswa (75 %) te-lah kompeten dan delapan siswa (25 %) belum
kompeten, sedangkan di SMK N 1 Kediri reratanya 7.25 terdiri dari 20 siswa (64,5 %) telah kompeten dan 11
siswa (35,5 %) belum kompeten, dilain pihak di SMK N 1 Blitar reratanya 7.19 terdiri dari 25 siswa (71,4 %)
telah kompeten dan 10 siswa (28,4 %) belum kompeten. Selanjutnya dilaksanakan pembelajaran remidial
latihan membuat pen sambungan sudut, sehingga seluruh siswa kompeten membuat sambungan sudut; (b)
pada akhir siklus 2, didapatkan di SMK N 3 Boyolangu Tulungagung reratanya 7.36 terdiri dari 27 siswa
Program Studi S2 PKJ 215
(84,4 %) telah kompeten dan lima siswa (15,6 %) belum kompeten, sedangkan di SMK N 1 Kediri reratanya
7.32 terdiri dari 23 siswa (74,2 %) telah kompeten dan delapan siswa (25,8 %) belum kompeten, dilain pi-hak
di SMK N 1 Blitar reratanya 7.35 terdiri dari 27 siswa (77,1 %) telah kompe-ten dan 10 siswa (22,9 %)
belum kompeten. Selanjutnya dilaksanakan pembela-jaran remedial latihan membuat coakan sambungan
silang, sehingga seluruh siswa kompeten membuat sambungan silang; (c) pada akhir siklus 3, ditemukan di
SMK N 3 Boyolangu Tulungagung reratanya 7.49 terdiri dari 30 siswa (91,8 %) telah kompeten dan dua
siswa (8,2%) belum kompeten, sedangkan di SMK N 1 Kediri reratanya 7.38 terdiri dari 28 siswa (90,3 %)
telah kompeten dan tiga siswa (9,7 %) belum kompeten, dilain pihak di SMK N 1 Blitar reratanya 7.41 terdiri
dari 32 siswa (91,4 %) telah kompeten dan tiga siswa (8,6 %) belum kompeten. Selanjut-nya dilaksanakan
pembelajaran remidial latihan membuat coakan sambungan ekor burung, sehingga seluruh siswa kompeten
membuat sambungan ekor burung; dan (d) pada akhir siklus 4, ditemukan di SMK N 3 Boyolangu
Tulungagung reratanya 7.85, SMK N 1 Kediri reratanya 7.89, dan SMK N 1 Blitar reratanya 7.76 serta setiap siswa telah memperoleh nilai ≥ 7.00 (100 %) dan telah kompeten.
Kata kunci: peningkatan, keterampilan motorik siswa, latihan membuat sambungan kayu, merakit kusen
kayu
The upgrade of Students’ Motoric Skills Com-petence at Timber Frame Assembly Through
Learning Cycle of Wood Joints Drill at SMK Negeri 3 Boyolangu Tulungagung, SMK Negeri
1 Kediri, and SMK Negeri 1 Blitar
Dwi Kukuh Wahonoadi
Wahonoadi, Dwi Kukuh. 2009. The upgrade of Students’ Motoric Skills Com-petence at Timber Frame
Assembly Through Learning Cycle of Wood Joints Drill at SMK Negeri 3 Boyolangu Tulungagung,
SMK Negeri 1 Kediri, and SMK Negeri 1 Blitar. Thesis. Vocational Education Studies Program,
Postgraduate Program State University of Malang. Mentors: (1) Prof. Drs. Achmad Tutjik Moechid,
M.Sc., Ph.D., (2) Drs. H. Bambang Wi-darto, M.T.
Abstract
Based on the students' achievement data of class II at first semester in 2006/2007 the timber frame
assemble competence at SMK N 3 Boyolangu Tu-lungagung, SMK N 1 Kediri, and SMK N 1 Blitar are low.
Learning problem can be observed through the student’s marks and it’s average. Students obtained scores at
SMK N 3 Boyolangu Tulungagung gained the average of 6.90, consisting of 18 students (56.25%) in seven
point twenty eight is more than or equals seven (≥ 7.00) and 14 students (43.75%) in six point forty is less
than seven (< 7.00). While students score of SMK N 1 Kediri gained the average of six point seventy six
(6.76), consisting of 16 students (51.61%) obtained the average score of seven point twenty five is greater
than or equals seven (≥ 7.00) and 15 students (48.39%) had rates of six point twenty four is less than seven (<
7.00). The students’ scores in SMK N 1 Blitar had the average of 6.99 consists of 19 students (54.29%)
gained the average of seven point twenty two is over than or equals seven (≥ 7.00), and 16 students (45.61%)
had rates of six point seventy three is less than seven (< 7.00). The obtained scores showed that students
generally have in below score of the passing grade standard of seven (7.00). On the other hand, teachers
realized the students’ weakness when finishing the wood frame assembling, especially students’ skills in
making the wood joints. Based on reflection and discussion between teachers and researcher, the competence
of students' motor skills was low relating to assemble wood joints. It is necessary to give intensive exercises
as maximum as possible to increase their ability. Generally, this research aims to improve students' motoric
skills of class II in three schools to make joints by practicing of timber that carried out by six teachers in
collaborating with the researcher.
The research design used is classroom action research. Action procedures are formed in four cycles:
(a) cycle 1 learning how to make the joint pen; (b) cycle 2 learning of making the joint cross drill; (c) cycle 3
learning the exercise of birds’ tail joint; and (d) cycle 4 learning how to assemble a wood frame. The subjects
of research were as followed: (a) the member of second-grade students of wood construction engineering
programs in SMK N 3 Boyolangu Tulungagung were 32 students; (b) the member of second-grade students
of wood construction engineering programs in SMK N 1 Kediri were 31 students; and (c) the member of
second-grade students of wood construction engineering in SMK N 1 Blitar were 35 students. Preparation of
the research was conducted in the period of September 2 to October 20, 2007, while the implementation of
the action was executed in the period of January 7, 2008 to January 31, 2008.
216 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
The results showed that: (a) at the end of cycle 1, it was found that SMK N 3 Boyolangu
Tulungagung obtained the average of seven point twenty four (7.24) there were 24 students (75%) had been
competent and eight students (25%) had not been competent, while the SMK N 1 Kediri had the average of
seven point twenty five (7.25) there were 20 students (64.5 %) had been competent and 11 students (35.5%)
had not been competent. On the other hand, SMK N 1 Blitar had the average of seven point nineteen (7.19)
there were 25 students (71.4%) had been competent and 10 students (28.4%) had not been competent. Further
more, the remedial teaching how to make a joint pen was conducted, so that all students were competent; (b)
at the end of cycle 2, SMK N 3 Boyolangu Tulungagung obtained the average of seven point thirty six (7.36)
there were 27 students (84.4%) had been competent and five students (15.6 %) had not been competent,
while the SMK N 1 Kediri gained the average of seven point thirty two (7.32) there were 23 students (74.2%)
had been competent and eight students (25.8%) had not been competent. On the other hand, SMK N 1 Blitar
obtained the average of seven point thirty five (7.35) there were 27 students (77.1%) had been competent and
10 students (22.9%) had not been competent. Next, the remedial teaching how to make notch cross joint was
conducted, so that all students were competent; (c) at the end of cycle 3, SMK N 3 Boyolangu Tulungagung
achieved the average of seven point forty nine (7.49) there were 30 students (91.8%) had been competent and
two students (8.2 %) had not been competent. While the SMK N 1 Kediri had average of seven point thirty
eight (7.38) there were 28 students (90.3%) had been competent and three students (9.7%) had not been
competent. On the other hand the SMK N 1 Blitar obtained the average of seven point forty one (7.41) there
were 32 students (91.4%) had been competent and three students (8.6%) had not been competent. Further, the
remedial teaching of how to make the notch bird tail joint was conducted, so that all students were competent
to make this joint; and (d) at the end of cycle 4, it was found that the SMK N 3 Boyolangu Tulungagung
achieved the average of seven point eighty five (7.85), SMK N 1 Kediri obtained the average of seven point
eighty nine (7.89), and SMK N 1 Blitar gained the average of seven point seventy six (7.76). It showed that
each student received grades is over than or equals seven (≥ 7.00) (100%) and it means that all students were
competent or were successful in learning. This exercise shows that learning to make the most of wood joint
can enhance students' skills competence in assembling wood frame in SMK N 3 Boyolangu Tulungagung,
SMK N 1 Kediri, and SMK N 1 Blitar.
Keyword: the upgrade, students’ motoric skills, wood joints drill, wood frame assembling
Hubungan antara Pengalaman Penataran dan Pengetahauan tentang Keselamatan Kerja
dengan Kompetensi Guru Teknik dalam Mengelola Bengkel Praktik
Saleh Rifadi
Rifadi, Saleh. 2009. Hubungan antara Pengalaman Penataran dan Pengetahauan tentang Keselamatan
Kerja dengan Kompetensi Guru Teknik dalam Mengelola Bengkel Praktik. Tesis, Program Studi
Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr.
H. Haris Anwar Syafrudie, M.Pd, (II) Drs. Ir. I Wayan Jirna, M.T.
Abstrak
Sekolah Menengah kejuruan (SMK) bertujuan untuk menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja tingkat
menengah yang produktif, adaptif, dan kreatif. Tenaga kerja tersebut merupakan produk dari Lembaga
Pendidikan Teknik, Sekolah Menengah Kejuruan dan sejenisnya. SMK banyak menekankan pada pelajaran
praktik, sehingga keberadaan fasilitas yang berupa bengkel praktik sangat penting. Pengelolaan bengkel
praktik dilakukan untuk memperlancar proses pembelajaran bagi siswa, sehingga guru produktif diharapkan
memiliki kompetensi yang memadai dalam pengelolaan bengkel praktik. Keberadaan bengkel praktik bagi
SMK adalah sebagai sarana melatih dan meningkatkan kompetensi siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan lama penataran yang pernah diikuti oleh guru,
tingkat pengetahuan guru tentang keselamatan kerja, dan kompetensi guru teknik dalam mengelola bengkel
praktik di SMK Wilayah Madura. Mengetahui hubungan antara pengalaman penataran dengan kompetensi
guru dalam mengelola bengkel praktik, hubungan antara pengetahuan tentang keselamatan kerja dengan
kompetensi guru dalam mengelola bengkel praktik, serta hubungan antara pengalaman penataran dan
pengetahuan tentang keselamatan kerja dengan kompetensi guru teknik dalam mengelola bengkel praktik.
Penelitian dilakukan pada SMK Negeri dan SMK Swasta di Wilayah Madura dengan melibatkan 52 guru
Teknik Mesin dan Bangunan. Pengambilan data dilaksanakan dengan menggunakan angket. Analisis data
dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, korelasi parsial dan regresi ganda.
Program Studi S2 PKJ 217
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat pengalaman penataran guru SMK di Wilayah
Madura dari segi jumlah penataran pada umumnya cenderung kurang, jenis penataran sebagian besar
cenderung pada bidang praktik, sedangkan pada bidang pengelolaan bengkel praktik masih sangat kurang, ini
berarti perlu adanya peningkatan jenis penataran yaitu bidang pengelolaan bengkel praktik, (2) guru SMK di
Wilayah Madura pada umumnya cenderung sangat setuju untuk menciptakan keselamatan kerja, melakukan
pencegahan dan penanganan terhadap keselamatan kerja, serta memiliki pemahaman tentang keselamatan
kerja, (3) Kompetensi guru SMK di Wilayah Madura dalam mengelola bengkel pada umumnya cenderung
selalu melaksanakan pengelolaan bengkel sesuai dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki,
(4) terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara pengalaman penataran dengan kompetensi guru
teknik dalam mengelola bengkel praktik sebesar -0,378 tetapi rendah atau lemah tapi pasti, (5) terdapat
hubungan yang tidak signifikan antara pengetahuan tentang keselamatan kerja dengan kompetensi guru
teknik dalam mengelola bengkel praktik sebesar 0,102 tetapi sangat rendah atau lemah sekali, (6) terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara pengalaman penataran dan pengetahuan tentang keselamatan
kerja dengan kompetensi guru teknik dalam mengelola bengkel praktik dengan t hitung 3,00 lebih besar dari t
tabel 2,011.
Saran yang diajukan dari penelitian adalah: (1) dalam hal pengembangan kompetensi guru teknik,
pihak sekolah hendaknya memperhatikan jenis penataran apa yang akan diikuti oleh guru, serta kompetensi
apa yang akan didapat, (2) perlu adanya peningkatan kerja sama dengan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
Teknologi dalam upaya peningkatan kompetensi guru teknik khususnya dalam pengelolaan bengkel praktik,
(3) agar guru teknik selalu meningkatkan kompetensinya sesuai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, baik melalui penataran dan/atau kajian pustaka, maupun studi lanjut, yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan kinerja guru, dan hasil belajar siswa, (4) agar diadakan tindak lanjut penelitian sejenis
untuk pengembangan khasanah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Kata kunci: pengalaman penataran, Keselamatan kerja, kompetensi mengelola bengkel.
Relationship between Training Experiences and Knowledge in Job Safety with the
Competency of Engineering Teachers in Managing a Practical Workshop at Vocational
School
Saleh Rifadi
Rifadi, Saleh. 2009. Relationship between Training Experiences and Knowledge in Job Safety with the
Competency of Engineering Teachers in Managing a Practical Workshop at Vocational School.
Thesis, Study Program of Vocational Education, Post Graduated Program of State University of
Malang. Lecturer: (1) Prof. Dr. H. Haris Anwar Syafrudie, M.Pd., (2) Drs. Ir. I Wayan Jirna, M.T.
Absract
Vocational High School has a purpose to prepare the students to be productive, adaptive, and
creative employers. This employers graduated from Engineering Educational Institute, Vocational School,
and the similar school as these. The Vocational Schools give more focuses on practical lesson, so the
availability of the facilities such as work shop is very important. A management of workshop is done to make
learning and teaching activity better. Based on that, a productive teacher is hoped to have enough
competency in managing of practical workshop. Besides, that existence of that workshop for the Vocational
School itself is a media to train and to increase the students’ competencies.
The aim of this research is to know kinds of training and duration of training that are ever joined by
the teachers, the rate of teachers’ knowledge about job safety, and competency of engineering teacher in
managing practical workshop at Vocational School in Madura area. It is also used to know the relation
between training experience with teachers’ competency in managing practical workshop, relation between
knowledge of job safety with engineering teachers’ competency in managing practical workshop. This
research is done to State and Private Vocational School in Madura area by involving 52 Construction and
Engineering teachers. The samples of the data are taken by using questionnaire. The data analysis is this
research uses Descriptive Statistic, partial correlation, and double defoliated.
This result shows that : (1) the grade of teachers’ training axperience of Vocational School at
Madura is not enough for them, the kinds of trainee that mostly focus on the practical side, while in the
managing of practical workshop it is still less, it means that it needs to increasing the kind of the trainee of
managing practical workshop, (2) The teachers of vocational School in Madura mostly agree to create a job
218 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
safety, do a prevention and handling to the job safety, and have an understanding of job safety, (3) the
competency of Vocational School teachers in Madura are at managing workshop, in generally the workshop
management based on their knowledge, skill, and attitude that they have, (4) there is a significant and
negative relation between trainee experience with engineering teachers competency in managing practical
workshop as -0,378 but low or weak, (5) there is a not significant relation between knowledge of job safety
with engineering teacher’s competency in managing practical workshop as 0,102 but very low or very weak,
(6) there is a positif and significant relation between trainee experience and knowledge about job safety with
engineering teacher’s competency in managing practical workshop by t account 3,00 bigger than t table
2,011.
The suggestion of this research : (1) in developing engineering teacher’s competency, The school
must pay attention to what kinds of training that will be followed by the teacher’s, and what competency they
will be got, (2) there is a necessary in cooperation with Technology Training and Education Institute in order
to increase engineering teacher’s competency especially in managing practical work shop, (3) in order to
make the engineering teacher’s always increase their competency based on the progress of Science and
Technology, both from training and/or field of study, or continuing study, that at last will be able to increase
teacher’s effort of working, and student’s result of study, (4) there should be a continuing similar research
activity to develop Science and Technology field
Keywords: trainee experience, job safety, competency in managing workshop
Download