Kumpulan Abstrak Tesis Semester Gasal 2009/2010 Pendidikan Kejuruan (PKJ) 186 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Program Studi S2 PKJ 187 Penerapan Pembelajaran Model Problem-Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Ilmu Statika dan Tegangan di SMKN 1 Singosari Sumarji Sumarji. 2009. Penerapan Pembelajaran Model Problem-Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Ilmu Statika dan Tegangan di SMKN I Singosari. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang: Pembimbing (I) Dr. Dwi Agus Sudjimat, ST. M.Pd., (II) Drs. Bambang Widarta, M.T Abstrak Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran inovatif yang berorientasi konstruktivistik, salah satunya adalah penerapan pembelajaran model PBL. Model PBL ini merupakan pembelajaran dalam kelas di mana siswa terlebih dahulu mengamati suatu fenomena, mencatat kasus yang muncul, dan guru merangsang siswa agar berpikir kritis. Ide kritis itu kemudian diterapkan dalam pemecahan masalah Ilmu Statika dan Tegangan yang dihadapi. Permasalahan yang mendasar di kelas X TKB1 yaitu motivasi dan kemampuan siswa saat ini masih rendah, model pembelajarannya menggunakan metode ceramah, pembelajaran kurang menarik, dan guru dianggap sebagai segala sumber ilmu. Sebagian siswa salah konsep, kurang mampu memecahkan masalah Ilmu Statika dan Tegangan. Persentase siswa yang mencapai standar ketuntasan minimal (SKM) hanya 30% dengan nilai rata-rata 48,75, maka perlu dilakukan tindakan. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan pemecahan masalah Ilmu Statika dan Tegangan di kelas X TKB 1 SMKN 1 Singosari melalui pembelajaran model PBL. PTK dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus tiga kali pertemuan dan setiap pertemuan 4 x 45 menit sesuai jadwal di sekolah. Setiap siklus ada empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi siklus I sebagai dasar untuk menyusun perencanaan siklus II. PTK berlangsung mulai 02 Desember 2008 s.d 17 Pebruari 2009. Sebagai subjeknya adalah Mata Pelajaran Ilmu Setatika dan Tegangan serta siswa kelas X TKB1 SMKN 1 Singosari pada Tahun Ajaran 2008/2009. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan kemampuan pemecahan masalah Mata pelajaran Ilmu Statika dan Tegangan mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II. Penerapan model PBL ini terbukti efektif dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah Ilmu Statika dan Tegangan di kelas X TKB1 SMKN 1 Singosari. Penulis menyarankan bahwa hasil penelitian ini dapat dimanfaat oleh guru maupun masyarakat pendidik sebagai salah satu alternatif model pembelajaran inovatif yang konstruktivistik. Model PBL ini efektif diterapkan pada Mata Pelajaran Dasar Kejuruan dan Mata Pelajaran Produktif. Kata kunci: PBL, motivasi, kemampuan pemecahan masalah, Statika dan Tegangan Implementation of Problem-Based Learning (PBL) model to increase motivation and problem solving ability for Statics and voltage in SMKN I Singosari Sumarji Sumarji. 2009. Implementation of Problem-Based Learning (PBL) model to increase motivation and problem solving ability for Statics and voltage in SMKN I Singosari. Thesis, vocational education study program, postgraduate program of state University of Malang: advisors (I) Dr. Dwi Agus Sudjimat, ST. M.Pd., (II) Drs. Bambang Widarta, M.T Abstract Education is conscious and planned-action to realize the learning environment in order that students can actively improve their potential so that they got personality, intelligence, and ability. Therefore, it is needed that PBL learning model should be applied in this circumstances. This PBL model is learning in class where the students previously observe a phenomenon, make a note to a case that appear, and in the same time 187 188 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 the teacher stimulate the students to think critically. This critical idea is then applied in solving the problems of Statistics and Voltage faced. The basic problems in Class of X TKB1 is the low motivation and learning ability of students, the learning model is still using lecture method, lack of interesting in learning process, and the teachers are considered as the only source of knowledge. Some of the students are misunderstood, so that not capable of solving the Statistics and Voltage. Students percentage who gain minimal standard of completeness is just 30% with average value 48,75%. The further follow up is needed. This Classroom Action Research (CAR) has objective to increase motivation and ability to solve the problem in Statics and Voltage in Class X TKB 1, SMKN 1 Singosari through PBL learning model. CAR is held in 2 cycles, each cycle in three meetings and every meeting is about 4 x 45 minutes based on school schedule. Every cycle has four ways that are planning, action, observation and reflection. The result of cycle I is taken as the basic in ordering the plan of cycle II. CAR is held start from 2 December 2008 until 17 February 2009. the objects is Statics and Voltage and also students of Class X TKB 1, SMKN 1 Singosari period 2008/2009. The conclusion of this research shows that motivation and ability in solving Statics and Voltage problems increase significantly from cycle I to cycle II. The application of this PBL is proved as an effective way in increasing motivation and ability of the students to fix the problems especially in Statics and Voltage at the students of Class X TKB1, SMKN 1 Singosari. The writer suggests that this research result can be used by the teacher or the society as one of alternative learning model which is innovative yet constructive. This PBL model is effective applied on the vocational and productive lesson study. Keywords: PBL, motivation, problem solving ability, Statics and Voltage Hubungan Bakat Mekanik, Motivasi Belajar, Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Service Engine Siswa SMKN 1 Sedan Rembang Program Keahlian Mekanik Otomotif Sigit Wahyudi Wibowo Wibowo, Sigit, Wahyudi. 2009. Hubungan Bakat Mekanik, Motivasi Belajar, Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Service Engine Siswa SMKN 1 Sedan Rembang Program Keahlian Mekanik Otomotif. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd (II) Drs. Wahyu Sakti Gunawan Irianto, M.Kom. Abstrak Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah yang timbul dari dalam diri siswa seperti kecerdasan, bakat, minat, perhatian motivasi, strategi belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri siswa, terdiri dari: lingkungan, sekolah, profesionalisme guru, dan keluarga. Dalam penelitian ini dikaji hal yang mempengarui prestasi belajar ialah bakat mekanik, motivasi belajar dan persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru. Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian korelasi, dimana variabel independen dikorelasikan dengan variabel dependen. Populasi penelitian adalah siswa SMKN 1 Sedan Rembang kelas XI Program Keahlian Mekanik Otomotif tahun pelajaran 2008/2009 dengan sampel sebanyak 89 siswa. Instrumen yang digunakan penelitian adalah tes bakat mekanik, kuesioner untuk pengambilan data motivasi belajar dan persepsi siswa, dokumen hal ini rapor untuk pengambilan data prestasi belajar service engine. Data dianalisa dengan menggunakan teknik analisis korelasi sederhana, korelasi ganda, dan regresi ganda. Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa bakat mekanik, motivasi belajar, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan prestasi belajar service engine dengan taraf signifikan 0,05. Ry1 = 0,560, Ry2 = 0,489, Ry3 = 0,466 dan Ry123 0,743. Besarnya sumbangan efektif bakat mekanik dengan prestasi belajar service engine = 34,60, motivasi belajar = 6,91 dan persepsi siswa = 4,45. Saran dalam penelitian ini : 1) sekolah hendaknya mengadakan tes bakat mekanik bagi siswa baru karena bakat mekanik mampu memberikan kontribusi tinggi, 2) tes bakat mekanik dapat dimanfaatkan dalam membantu siswa menyelesaikan masalah psikologi dan sebagai pertimbangan merencanakan karier maupun Program Studi S2 PKJ 189 studi lanjutan, 3) siswa diharapkan dapat mengembangkan bakat mekanik yang telah dimiliki dengan selalu berfikir kreatif dan inovatif, 4) siswa diharapkan selalu menggali motivasi internal dan merespon motivasi eksternal dari orang lain, agar dapat meningkatkan prestasi belajar, 5) guru sebagai pendidik harus selalu memberikan motivasi belajar kepada siswa agar prestasinya meningkat, 6) guru menerapkan keterampilan mengajar saat kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga siswa memperoleh prestasi tinggi, 7) peningkatkan keterampilan mengajar guru dapat dilakukan dengan jalur pendidikan, studi banding, dan diklat, 8) peneliti berikutnya untuk variabel bakat mekanik, motivasi belajar, dan persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru diharapkan dapat dikembangkan dan diuji pada lembaga uji yang terkait, dan 9) hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk dikembangkan lebih lanjut dengan variabel bervariasi, jumlah variabel banyak, dan dimungkinkan pada jenis kompetensi yang berbeda. Kata kunci: bakat mekanik, motivasi belajar, persepsi keterampilan mengajar guru, prestasi belajar. The Correlation Between Mechanical Aptitude, Learning Motivation, Students Perception about Teachers’ Teaching Skill and Students Engine Service Learning Achievement among Students of Automotive Mechanical Skill Program in SMKN I Sedan, Rembang Sigit Wahyudi Wibowo Wibowo, Sigit, Wahyudi 2009. The Correlation Between Mechanical Aptitude, Learning Motivation, Students Perception about Teachers’ Teaching Skill and Students Engine Service Learning Achievement among Students of Automotive Mechanical Skill Program in SMKN I Sedan, Rembang. Thesis of Education program of Post Graduate Program of Malang State University. The Supervisors are (I) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd, (II) Drs. Wahyu Sakti Gunawan irianto, M.Kom. Abstract Basically, there are two factors that influence the learning achievement; external and internal factors. Internal factor comes from internal state of any students such as intelligence, aptitude, interest, attention, motivation, learning strategy. While external factor is factor whose source is from outside, such as: environment, school, teacher professionalism, and family. This research analyses aspects that affect the learning achievement including mechanical aptitude, learning motivation and students perception about teacher’s teaching skill. This research is categorized into correlative research in which the independents variables are correlated with dependent variables. The population of the research covers the 11 st grade students of automotive mechanical Skill Program in SMKN I Sedan Rembang in course year of 2008/2009. The sample taken comprises of 89 students. The instrument used in this research are mechanical aptitude test, questionnaire(for getting the data of learning motivation and students’ perception) and documents (students’ rapport) to collect the data of service engine learning achievement. Data is analyzed by using simple correlation analyses technique, multiple correlations, and multiple regressions. From the hypotheses testing, the result shows that the mechanical aptitude, learning motivation, students’ perception about teacher’ teaching skill either in each category or as a whole, have positive and significant correlation with service engine llearning achievement with significance rate of 0,05. The result shows this finding: Ry1 = 0.560, Ry2 = 0.489, Ry3 = 0.466 and Ry123 = 0.743. The amount of correlation between effective mechanical aptitudes with the service engine learning achievement is 34.60, with learning motivation is 6.91 and with students’ perception is 4.45. The suggestion derived from the research is that 1) schools should hold the test for mechanical aptitude for new students because mechanical aptitude is able to provide high contribution, 2) mechanical aptitude test can be used in aiding the students to complete the psychological problems and can function as way to plan the career and advanced study, 3) students are expected to be able to develop mechanical aptitude they acquire by engaging themselves in creative and innovative ways of thinking, 4) students are expected to explore the internal motivation and able to respond external motivation from others in improving their learning achievement, 5) teachers as educators must give learning motivation to students in order to improve students’ achievement, 6) teachers must implement teaching skills during teaching and learning activities as an effort to improve students’ achievement, 7) the improvement of teachers’ teaching skills can be developed through academic way, comparative study and training program, 8) the further research for variables of mechanical aptitude, learning motivation, and students’ perception about teachers’ teaching skill is expected to meet condition to be developed and tested in appropriate testing institution and 9) hopefully 190 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 the result of this research can be used as basic research that is subject to any development with varied and more variables and is lead to different competency. Keywords: mechanical aptitude, learning motivation, teacher’s teaching skill, learning achievement. Kinerja Guru Kejuruan Bersertifikat Pendidik Ditinjau dari Standar Kompetensi Guru Profesional sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Arif Firdausi Ananda Ananda, Arif Firdausi. 2009. Kinerja Guru Kejuruan Bersertifikat Pendidik Ditinjau dari Standar Kompetensi Guru Profesional sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. A. Mukhadis, (II) Drs. Andoko, M.T. Abstrak Peranan guru memang sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya dalam kerangka pembangunan nasional. Guru memiliki peran strategis dalam bidang pendidikan, bahkan sumber daya pendidikan lain yang memadai sering kali kurang berarti apabila tidak disertai kualitas guru yang memadai. Dengan kata lain, guru merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan. Dalam berbagai kasus, kualitas sistem pendidikan secara keseluruhan berkaitan dengan kualitas guru. Untuk itu, peningkatan kualitas pendidikan harus dibarengi dengan upaya peningkatan kualitas guru. Padahal masih banyak guru yang berada pada kualifikasi standar minimal. Menurut data dari Human Development Index tentang persentase guru yang belum layak mengajar di SD 60%, SMP 40%, SMU 43%, SMK 34%, dan bidang lainnya 17,2%. Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen tepatnya pada bagian kelima Pasal 32 ayat 2, menyatakan pembinaan dan pengembangan profesi meliputi empat kompetensi: a) pedagogik, b) kepribadian, c) sosial, dan d) profesional. Untuk itu perlu diteliti apakah guru yang telah dinyatakan lulus sertifikasi (bersertifikat pendidik), benar-benar sudah memiliki kompetensi sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. Sehingga para guru yang lulus dari uji sertifikasi dapat mengukur dirinya apakah mereka sudah layak sebagai guru yang mempunyai empat kompetensi standar atau belum, terutama pada guru kejuruan yang mempunyai ciri utama pada keterampilannya. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan keadaan di lapangan tentang kinerja guru yang bersertifikat pendidik di SMK bidang teknologi industri seKodya Malang. Pokok masalah yaitu bagaimana kinerja dari guru yang sudah bersertifikat pendidik ditinjau dari empat kompetensi sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen yaitu; kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, profesional. Penelitian deskriptif ini dilakukan kepada para guru bersertifikat pendidik Tahun 2007 dan 2008 sebanyak 25 guru di SMKN 4, SMKN 5, SMKN 6 di Kodya Malang. Instrumen penelitian ini menggunakan observasi yang dilakukan oleh 4353 responden, yang terdiri dari siswa yang diajar oleh guru bersertifikat pendidik, peneliti sendiri, kolega rekan se-jurusan, dan pimpinan. Variabel penelitian ini adalah kinerja mengajar guru bersertifikat pendidik. Untuk sub variabel ada empat, yaitu; 1) kompetensi kepribadian, 2) kompetensi pedagogik, 3) kompetensi sosial, 4) kompetensi profesional, hal ini sesuai dengan UndangUndang Guru dan Dosen yang dijabarkan lagi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007. Hasil penelitian diperoleh bahwa, sebagian besar (77,77%) kinerja guru bersertifikat pendidik ditinjau dari standar kompetensi guru pada kompetensi pedagogik adalah dalam kategori baik. Ada sebagian kecil guru bersertifikat pendidik pada pelaksanaan pembelajaran yang kurang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai siswa. Hal ini berkenaan dengan kompetensi guru itu sendiri yang memang masih rendah. Ada juga guru yang masih kesulitan dalam memberikan penjelasan pada pelajaran tertentu. Sebagian besar (78,38%) kinerja guru bersertifikat pendidik ditinjau dari standar kompetensi guru pada kompetensi kepribadian adalah dalam kategori baik. Ada sebagian kecil guru bersertifikat pendidik yang kurang taat dalam menjalankan agama yang dianut. Hal ini dikarenakan ada beberapa guru SMK yang di saat pelajaran/kegiatan praktik, tidak dapat meninggalkan kelas untuk beribadah tepat waktu, hal ini berkenaan dengan aspek kontrol pada keselamatan kerja para peserta didiknya. Sebagian besar (77,42%) kinerja guru bersertifikat pendidik ditinjau dari standar kompetensi guru pada kompetensi sosial adalah dalam kategori baik. Ada sebagian kecil Program Studi S2 PKJ 191 guru bersertifikat pendidik yang bersikap kurang objektif terhadap peserta didik, teman, dan lingkungan sekitar. Hal ini karena memang ada beberapa guru bersertifikat yang masih pilih-pilih terhadap peserta didik yang rajin, kaya, yang mau disuruh, hubungannya dalam hal penilaian. Untuk berteman ada juga guru yang memilih kolega, karena memang cocok dalam bekerja, tanpa bersosialisasi atau menjalin keakraban dengan rekan yang lain. Bahkan ada juga yang sampai terjadi kelompok-kelompokan dari para guru itu. Sebagian besar (78,36%) kinerja guru bersertifikat pendidik ditinjau dari standar kompetensi guru pada kompetensi profesional adalah dalam kategori baik. Ada sebagian kecil guru bersertifikat pendidik yang kurang dapat mengikutsertakan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan sarana pembelajaran. Hal ini disebabkan karena orang tua yang memang berperan serta, tapi kebanyakan hanya masalah sumbangan keuangan saja. Hal lain yang terjadi adalah memang jarang sekali orang tua yang menangani pengembangan sarana di sekolah, apalagi sampai masuk pada kualitas proses pembelajaran. Dari kesimpulan yang ada dapat disarankan bagi guru pada kompetensi pedagogik tentang aspek pelaksanaan pembelajaran yang kurang sesuai dengan cara mengikuti pelatihan di lembaga pelatihan yang sesuai dengan kompetensi kejuruan yang akan diraih, contohnya di PPPPTK. Kesulitan pembelajaran didiskusikan untuk dicari solusinya pada pertemuan MGMP, sehingga ada sharing pengetahuan diantara guru. Pada kompetensi kepribadian tentang aspek kekurangtaatan dalam menjalankan agama yang dianut, sebaiknya guru membuat jadwal dalam tim (team teaching), sehingga dapat bergantian dalam menjalankan ibadah dengan baik. Pada kompetensi sosial tentang aspek sikap yang kurang objektif terhadap peserta didik, teman, dan lingkungan sekitar, sebaiknya guru dalam melakukan penilaian berdasarkan dengan kriteria penilaian pada materi yang ada, sehingga tidak terjadi lagi subjektivitas dari guru. Para guru juga dapat lebih aktif lagi dalam bergaul, misalnya di kelompok kegiatan olahraga, seni, kelompok ilmiah, sehingga akan terjadi hubungan yang erat antar guru dan siswa. Pada kompetensi profesional tentang aspek keikutsertaan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan sarana pembelajaran, sebaiknya dibentuk komite sekolah, yang dipilih dari para orang tua yang konsisten dan kompeten dalam pengembangan sekolah. Misalnya yang orang tuanya bekerja di bagian kontraktor dilibatkan dalam sarana, yang guru dilibatkan dalam pengembangan kurikulum, pejabat dilibatkan untuk Humas. Dengan dibentuknya komite sekolah yang aktif, maka tugas guru untuk menangani hal-hal tersebut bisa dialihkan pada konsentrasinya untuk pembelajaran kepada peserta didik. Senantiasa memperhatikan semua aspek pada kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sesuai Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, sehingga selalu dapat memperbaiki kinerjanya sebagai guru yang profesional, dengan cara mencermati aspek-aspek pada empat kompetensi ini dan selalu melaksanakan dengan baik. Kata kunci: Kinerja guru, sertifikat pendidik, standar kompetensi, guru profesional The Performance of Certified Vocational School Teachers Measured from Professional Teacher Competency Standards as Stated in UU No. 14/2005 about Teachers and Lecturers Arif Firdausi Ananda Ananda, Arif Firdausi, 2009. The Performance of Certified Vocational School Teachers Measured from Professional Teacher Competency Standards as Stated in UU No. 14/2005 about Teachers and Lecturers. Thesis. Study Program in Vocational Education, Postgraduate Program, State University of Malang.S upervisors: (1) Prof. Dr. A. Mukhadis, (II) Drs. Andoko, M.T. Abstract Teachers play a very significant role in improving the quality of education. Therefore, as an agent of teaching, they are required to be able to manage all learning processes well to support the national development. The teachers have strategic roles in education; even good education resources are often meaningless unless equipped with highly qualified teachers. In other words, they are the frontier in increasing the quality of service and the outcome of education. In some cases, the quality of an education system as a whole is related to the teacher quality. Therefore, the upgrading of the quality of education some efforts should go along with to improve the teacher’s quality. Unfortunately, some teachers still have minimum qualification standard. Based on the Human Development Index, the number of less qualified teachers reaches up to 60% in elementary, 40% in junior high school, 43% in senior high school, 34% in vocational school, and 17% in other levels of education. The Law of the Republic of Indonesia (UU No 14 2005 about Teacher and Lecturers on the fifth part section 5 paragraph 2, states that the training and upgrading of profession should include four 192 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 competencies: a) pedagogy, b) personality, c) social, and d) professional. Therefore, a study needs to be conducted to examine whether the certified teachers really have the competencies as stated in Permendiknas (Minister of National Education Regulation) No 16 2007. It is expected that the certified teachers can do selfassessment to know whether they have had the qualification based on the standard competencies or not, especially for the vocational teachers who are mainly distinguished by their skills. This research is a descriptive study to investigate and describe the condition in the field concerning with the teaching performance of the certified teachers at SMK (vocational schools) especially in Industrial Engineering in Malang Municipality. The formulated research question is “How is the certified teacher’s performance seen from the four competencies, as stated in the Law of Teachers and Lecturers, which are Pedagogic, personality, social, and professional competencies?” This descriptive study is conducted to 25 certified teachers obtaining certification in 2007 and 2008 periods at SMKN 4, SMKN 5, SMKN 6, in Malang Municipality. The instrument of this research is observation conducted to 4353 respondents consisting of the students taught by the certified teachers, the researcher himself, the teacher’s colleagues, and the school authorities. The variable of this research is the teaching performance of the certified teachers. There are four sub-variables which are: 1) personality competency, 2) pedagogic competency, 3) social competency, and 4) professional competency as stated in the Law of Teachers and Lecturers which is elaborated in Permendiknas No. 16, 2007. The study finds that the majority (77.77%) of the teaching competencies of the certified teachers seen from pedagogic competency is categorized as good. There are a few of the certified teachers at learning actifity unaprotiate with student competencies. This is concern with teacher competencies that still lower. There are teacher have a difficulty to teach at the given subjectmatter. The majority (78.38%) of the certified teacher’s teaching competency seen from the personal competency can be categorized as good. There are a few of the certified teachers to obey religious duties. This case because there are a few teacher in vocational school at the pactice actifity, cann’t leave from the class for to pray on time. They are think about control and safety from student. In addition, the majority (77.42%) of the certified teacher’s teaching competency based on social competency can be categorized as good. There are a few of the certified teachers have attitude a few objektif to student, collega, and society. This is because the certified teachers choose the rich student, dilligent, that related with value. For society, there are the certified teachers that choose collega who can work in a team. Finally, the majority (78.36%) of the certified teachers’ teaching competency can be categorized as good based on professional competency. There are a few of the certified teachers to jointless the parents and society to develope the teaching facilities. It can be concluded that the certified teachers at pedagogic competency in aspect fulfil learning that inmatch, with methode to follow training in training center that match with vocational competency will be find, example in PPPPTK. Difficulty in learning can be discuss for to look for solution in MGMP, so there are sharing of knowledge in each teaher. At personality competency in aspect fulfil to obey religious duties, it better to make schedule in a team teaching, so be able to change for to activity in a good priying. At social competetncy in aspect of the attitude objektif to student, collega, and society, it better to make a estimation base on criteria of estimation in the subject matter, so the teacher didn’t make a subjectivity. The teacher can more active in society, forexample; sport club, art, research, so we can make the better society between teachers and student. At pfofessional competency in aspect to jointless the parents and society to develope the teaching facilities, it better to make the school comitte, that we choose from the parents that consist and competen of school improvement. Forexample, the parents are have ajob in contractor be able to joint in facility, the teacher in curiculum board. The school comitte that active, so the teacher duty for to take up it, can be change into concentrate for student learning process. Always have taken some aspects of the pedagogical, personality, social, and professional competencies based on Permendiknas No 16 2007 into account to increase their competencies and really deserve the professional teachers, especially as vocational teachers with their distinguished skills. The methode is to be accurate all of aspect at four competencies and always good do it. Keywords: Teaching performance, teacher certificate, competency standards, professional teacher. Program Studi S2 PKJ 193 Kompetensi Siswa Bidang Pemesinan Bubut Ditinjau dari Hasil Uji Kompetensi oleh Penguji Internal dan Lembaga Sertifikasi Profesi pada SMK Kota Malang Sulisetiyoningrum Sulisetiyoningrum. 2009. Kompetensi Siswa Bidang Pemesinan Bubut Ditinjau dari Hasil Uji Kompetensi oleh Penguji Internal dan Lembaga Sertifikasi Profesi pada SMK Kota Malang. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Malang. Pembibing: (I) Prof. Dr. H. A. Sonhadji K.H.,M.A, Ph.D.,(II) Drs. Andoko, M.T. Abstrak Bagi siswa SMK jurusan Pemesinan harus mempunyai kompetensi produktif yang sesuai dengan bidang pemesinan, salah satunya harus kompeten dipermesinan bubut. Kompetensi bubut sangat di perlukan siswa untuk bekerja nantinya, oleh karena itu sekolah dalam melaksanakan program pembelajaran dan peningkatan kompetensi siswa agar dapat diterima oleh DU/DI, bekerja sama dengan DU/DI untuk mengetahui tingkat kompetensi siswa. Karena siswa setelah lulus akan bekerja kedunia industri, maka pada uji kompetensi diperlukan pihak industri untuk melalukan penilaian terhadap hasil kerja siswa sesuai standar industri. Dengan kompetensi siswa yang baik, maka suatu sekolah dapat berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa, dan dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya setelah tamat. Untuk mengungkapkan hasil uji kompetensi siswa bidang pemesinan bubut yang meliputi pekerjaan facing, bubut rata (Ø), bubut rata (L), bubut bertingkat, bubut alur (Ø), bubut alur (L), tampilan N7 pembubutan, tampilan N7 alur, tampilan semua pekerjaan, dan nilai akhir kompetensi penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah hasil uji kompetensi siswa bidang pemesinan bubut menurut penguji internal pada SMK Kota Malang? (2) Bagaimanakah hasil uji kompetensi siswa bidang pemesinan bubut menurut penguji eksternal pada SMK Kota Malang? dan (3) Apakah terdapat perbedaan antara hasil uji kompetensi siswa bidang pemesinan bubut menurut penguji internal dan penguji eksternal pada SMK Kota Malang? Untuk menjawab pertanyaan di atas penelitian ini dirancang dengan rancangan diskriptif serta populasi penelitian adalah semua siswa kelas 3 pada SMK Kota Malang jurusan Teknik Pemesinan yang melakukan uji kompetensi bubut dasar tahun pelajaran 2007/2008. Penelitian ini menggunakan data dokumen dan benda kerja siswa hasil uji kompetensi bidang pemesinan bubut sebagai instrument dalam pengumpulan data. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) Menurut penguji internal menunjukkan bahwa hasil uji kompetensi siswa bidang pemesinan bubut pada SMK Kota Malang yang meliputi pekerjaan facing, bubut rata (Ø), bubut rata (L), bubut bertingkat, bubut alur (Ø), bubut alur (L), tampilan N7 pembubutan, tampilan N7 alur, tampilan semua pekerjaan, dan nilai akhir kompetensi pada umumnya siswa memiliki kompetensi amat baik, (2) Menurut penguji eksternal menunjukkan bahwa hasil uji kompetensi siswa bidang pemesinan bubut pada SMK Kota Malang yang meliputi pekerjaan facing, bubut rata (Ø), bubut rata (L), bubut bertingkat, bubut alur (Ø), bubut alur (L), tampilan N7 pembubutan, tampilan N7 alur, tampilan semua pekerjaan, dan nilai akhir kompetensi sebagian besar siswa memiliki kompetensi cukup, dan (3) ada perbedaan penilaian hasil uji kompetensi siswa antara penguji internal dan penguji eksternal pada pekerjaan facing, bubut rata (Ø), bubut rata (L), bubut bertingkat, bubut alur (Ø), bubut alur (L), dan nilai akhir kompetensi. Bertitik tolak dari temuan penelitian ini, beberapa saran yang diperkirakan dapat meningkatkan kualitas uji kompetensi bidang pemesinan bubut adalah: (1) Senantiasa memperhatikan proses penyetingan awal yang dilakukan oleh siswa sebelum proses pengerjaan benda kerja, karena untuk mendapatkan ketepatan ukuran benda kerja, (2) Senantiasa dalam proses belajar praktik pemesinan untuk memberikan jenis pekerjaan bervariasi, dan selalu mengutamakan pada ketepatan ukuran benda kerja dari pada kecepatan dan bentuk benda kerja, (3) Senantiasa melaksanakan evaluasi terhadap hasil uji kompetensi yang telah dilakukan oleh siswa sehingga dapat mmengetahui tingkat kompetensi yang dimilki oleh siswa, (4) Senantiasa berupaya untuk meningkatkan kompetensi siswa dengan mengikuti perkembangan teknologi dunia industri, bekerja sama dengan DU/DI dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan peralatan yang dibutuhkan di bengkel praktik sekolah sesuai standar industri serta dapat meningkatkan kompetensi siswa, dan dapat memenuhi kebutuhan pasar industri Kata kunci: SMK, uji kompetensi, pemesinan bubut, penguji internal, penguji eksternal. 194 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Students’ Competence in Lathe Based on Competence Test Result by Internal Examiner and Proffesional Certification Institution in Vocational High Schools in Malang City Sulisetiyoningrum Sulisetiyoningrum, 2009. Students’ Competence in Lathe Based on Competence Test Result by Internal Examiner and Proffesional Certification Institution in Vocational High Schools in Malang City. Thesis, Study Program of Vocational Education, Postgraduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Prof. Dr. H. A. Sonhadji K.H.,M.A, Ph.D., (II) Drs. Andoko, M.T. Abstract Student of Vocational High School Majoring in Machine must have productive competences which are appropriate to machine field, one of them is lathe. Lathe competence is very needed by students when they work in the future; therefore, in conducting learning programs and improving students’ competence so that students can be accepted in business world/industry world, schools cooperate with business world/industry world in order to find out students’ competence. Since after graduating from schools students will work in industry world, during the competence test the industry representative is needed to give assessments for the students’ work based on the industry standard. With good competences, schools will be successful in improving students’ achievement and improve students’ successes in getting jobs based on their expertises after graduating from schools. In order to find out the result of students’ competence in lathe which involves facing work, flat lathe ( Ø ), flat lathe (L), multilevel lathe, slot lathe ( Ø ), slot lathe (L), display of N7 lathe, display of N7 slot, display of all works, and the final score of competence, the problems in this research are (1) How the result of the competence test of lathe based on the internal examiner in Vocational High School in Malang City? (2) How the result of the competence test of lathe based on the external examiner in Vocational High School in Malang City? (3) Are there any differences of the students’ result of the competence tests in lathe based on internal and external examiners? In order to answer the abovementioned research problems, this research is designed by a descriptive design and the population is all tweleft grade students of Vocational High School in Malang City majoring in Machine Engineering who did the test of fundamental lathe competence in the bathch of 2007/2008. It employs document data and students’ work in the competence test of lathe as the instrument of data collection. Based on these findings, it is found that (1) Based on the internal examiner, the result of students’ competence test majoring in lathe in Vocational High School in Malang City which involves facing work, flat lathe ( Ø ), flat lathe (L), multilevel lathe, slot lathe ( Ø ), slot lathe (L), display of N7 lathe, display of N7 slot, display of all works, and the final score of competence, and the students’ final competence, in general, is very good; (2) Based on the external examiner, the result of students’ competence test majoring in lathe in Vocational High School in Malang City which involves facing work, flat lathe ( Ø ), flat lathe (L), multilevel lathe, slot lathe ( Ø ), slot lathe (L), display of N7 lathe, display of N7 slot, display of all works, and the final score of competence, and the students’ final competence, in general, is adequate; and (3) There is a difference in the students’ result of the competence tests in lathe based on internal and external examiners which involves facing work, flat lathe ( Ø ), flat lathe (L), multilevel lathe, slot lathe ( Ø ), slot lathe (L), display of N7 lathe, display of N7 slot, display of all works, and the final score of competence. Based on these findings, there are several suggestions to improve the quality of the students’ result of the competence tests in lathe, which are (1) The initial setting process which is done by students before the process of making working objects should be observed in order to get the precision of working objects; (2) the learning process of the machine practice should give the various works and in prioritizing the precision of the working objects size in terms of speed and its form; (3) the evaluation of the competence test result which has been done by students should be done in order to find out the students’ level of competence; (4) schools should improve students’ competence by keeping up the development of industry world, cooperate with business world/industry world in the learning process so they can improve and develop tools needed in the practice workshop at schools based on the industry standard and be able to improve the students’ competence and be able to fulfill the need of industry market. Keywords: Vocational High School, competence test, lathe, internal examiner, external examiner. Program Studi S2 PKJ 195 Hubungan Pemanfaatan Internet, Kondisi Komputer, dan Rasio Komputer dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran Produktif Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN Kota Kediri Tahun 2009 Eko Wahyu Listiono Listiono, Eko Wahyu, 2010. Hubungan Pemanfaatan Internet, Kondisi Komputer, dan Rasio Komputer dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran Produktif Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN Kota Kediri Tahun 2009. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. H.A. Sonhadji K.H, M.A, Ph.D., (II) Drs. Wahyu Sakti Gunawan Irianto, M.Kom. Abstrak Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi IQ, bakat, minat dan karakteristik kepribadian siswa. Sedangkan faktor eksternal meliputi, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Salah satu sarana pendukung pembelajaran di sekolah adalah laboratorium internet. Penelitian ini dilaksanakan untuk memahami lebih dalam tentang; (1) bagaimanakah siswa memanfaatkan internetdi sekolah, (2) bagaimanakah hubungan pemanfaatan internet dengan prestasi belajar siswa, (3) bagaimanakah hubungan kondisi komputer dengan prestasi belajar siswa (4) bagaimanakah hubungan rasio komputer dengan prestasi belajar siswa. Jenis pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional. Unit analisisnya terdiri dari tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Populasi penelitian sebanyak 135 orang, dengan rincian 30 orang sebagai subjek uji coba instrumen dan 105 orang sebagai subjek penelitian. Data yang dikumpulkan melalui angket dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial korelasi product moment dan dihitung menggunakan bantuan program SPSS For Windows release 10. Berdasarkan hasil uji statistik hasil penelitian menunjukkan (1) sebagian besar (63,23%) siswa telah memanfaatkan laboratorium internet sekolah dengan baik, (2) sebagian besar (65,67%) kondisi komputer yang terhubung dengan jaringan internet berkategori baik, (3) sebagian besar (71,786%) rasio jumlah komputer yang terhubung jaringan internet dengan jumlah siswa berkategori baik, (4) prestasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif semester ganjil tahun ajaran 2008/2009 pada umumnya (78,023%) berkategori lulus cukup, (5) terdapat hubungan yang signifikan antara pemanfaatan internet dengan prestasi belajar siswa, (6) terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi komputer dengan prestasi belajar siswa, (7) terdapat ubungan yang signifikan antara rasio komputer dengan prestasi belajar siswa. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan internet, kondisi komputer, dan rasio komputer dengan prestasi belajar siswa kelas III pada mata pelajaran produktif program keahlian teknik komputer dan jaringan di SMKN Kota Kediri. Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan pada (1) siswa untuk meningkatkan mengakses internet di luar jam sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar minimal 6 kali seminggu, dan selalu berkonsultasi dengan guru melalui internet, (2) guru agar senantiasa memberi motivasi pada siswanya tentang pentingnya belajar untuk meraih prestasi serta memberi tugas –tugas tambahan yang harus diambil dan dikirim melalui internet, (3) Orang tua siswa hendaknya memfasilitasi anaknya dalam mengakses internet dengan menyediakan uang tambahan atau berlangganan internet di rumah serta mengontrol dan mengawasi anaknya dalam hal penggunaan internet, (4) kepala sekolah hendaknya segera mengambil kebijakan untuk menambah jumlah jam dan frekuensi/intensitas pemanfaatan internet oleh siswa di luar jam pelajaran praktek melalui kegiatan ekstra kurikuler, menambah bandwidth internet di sekolahnya, dan menambah jumlah komputer yang terhubung dengan internet sehingga rasionya menjadi satu siswa satu komputer (5) Dinas Pendidikan Kota Kediri diharapkan memprioritaskan usulan dari sekolah tentang penambahan jumlah sarana dan fasilitas praktek di laboratorium internet SMKN yang masih kurang, agar siswa dapat meningkatkan intensitasnya mengakses internet di sekolah, (6) peneliti selanjutnya untuk penelitian lanjutan tentang pengaruh pemanfaatan internet sebagai sarana pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa dengan variabel yang lebih kompleks dan populasi yang lebih besar. Kata Kunci: internet, komputer, prestasi belajar 196 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 The Relationship Of Internet Usage, The Condition Of Computer, and the Computer Rasio with the Student Learning Achievement of 3rd class in Productive Subject, for Computer Technique and Network Skill Program of Student in SMKN Kediri at 2009 Eko Wahyu Listiono Listiono, Eko Wahyu, 2010. The Relationship Of Internet Usage, The Condition Of Computer, and the Computer Rasio with the Student Learning Achievement of 3rd class in Productive Subject, for Computer Technique and Network Skill Program of Student in SMKN Kediri at 2009. Thesis, Study Program of Vocational Education of Postgraduate Program of State University of Malang. Advisors: (I) Prof. H. A. Sonhadji KH, M.A, Ph.D., (II) Drs. Wahyu Sakti Gunawan Irianto, M.Kom. Abstract The achievement of Student learning influenced by many factors, either having the character of internal and also external. Internal factor consist of IQ, talent, enthusiasm and student personality characteristic. While external factor consisted of, family environment, public environment, and school environment. One of the supporting facilitiy for learning process in the school is internet laboratory. This research conducted for understanding deeper about; (1) how the student use the internet in the school, (2) how the relationship between the internet usage and the achievement of student learning, (3) how the relationship between the condition of computer and the achievement of student learning (4) how the relationship of the computer ratio with achievement of student learning. Approach type which applied is quantitative research by using descriptive correlation. The analysis unit consisted of three independent variables and one dependent variable. The population of research are 135 people, it consists of 30 as instrument testing subject and 105 people as research subject. The files which are collected through questionnaires were analyzed using inferential statistics product moment correlation and it was calculated using SPSS For Windows release 10. Based on statistic test result result of the research shows (1) most of student (63,23%) have used the school internet laboratory well, (2) most of the computers that connected in internet (65,67%) have good condition category, (3) the ratio of computers that connected in internet network and number of students mostly have good category (71,786%) , (4) the achievement of student learning in productive subject at 2008/2009 odd semester period generaly (78,023%) has satisfying graduate , (5) there is a significant relationship between the usage of internet and the achievement of student learning, (6) there is a significant relationship between the condition of computers and the achievement of student learning, (7) there is a significant relationship between computer ratio and the achievement of student learning. From the result of research is obtained conclusion that there is a significant relationship of the internet usage, the condition of computer, and the computer ratio with the student learning achievement of 3 rd class in productive subject, for computer technique and network skill program in SMKN Kediri. Based on above conclusion suggested to (1) student to increase the use of internet outside school time, in order to increase the achievement of learning, minimally 6 times a week, and always counsels to the teacher through internet, (2) teacher always gives motivation to the student about the importance of learning in order to reach for achievement and gives addition duties which must be taken and sent by internet, (3) parents should facilitate the student in accessing internet by providing additional money or subscribe the internet in their house and also controls and observes the chlidren in the case of internet usage, (4) headmaster shall take policy soon add number of time and intensity of internet usage by student outside the practice time, through extra curricular activity, adds the internet bandwidth in the school, and adds number of computers that connected in internet so that the ratio becomes one student one computer, (5) department of Education Kediri is expected to give priority the proposal from the school about the addition number of supporting facilities for practical work in internet laboratory of SMKN which is still less, in order that student can increase the intensity of accessing internet in the school, (6) the next researcher continue the research about influence of internet usage as the supporting facility for studying toward the achievement of student learning by using more complex variables and larger populations. Keyword: internet, computer, achievement of learning Program Studi S2 PKJ 197 Pengaruh Penggunaan Tiga Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Mata Diklat Pemrograman Web PHP Pada Siswa Laki-Laki Dan Perempuan Berprestasi Tinggi di SMK Negeri 8 Malang Rini Agustina Agustina, Rini. 2009. Pengaruh Penggunaan Tiga Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Mata Diklat Pemrograman Web PHP Pada Siswa Laki-Laki Dan Perempuan Berprestasi Tinggi Di SMK Negeri 8 Malang. Tesis, Jurusan Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Drs. Achmad Tutjik Moechid, M.Sc, Ph.D, (II) Dr. Muladi, S.T, M.T. Abstrak Model pembelajaran yang tepat bagi siswa merupakan salah satu bentuk dukungan dari guru sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti diketahui guru adalah faktor penting dalam lingkungan belajar dan kehidupan siswa. Guru tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan, akan tetapi juga sebagai rekan belajar, model, pembimbing, dan fasilitator. Pada saat ini guru tidak bisa mengajar tanpa menetapkan suatu model pembelajaran dalam kelasnya, oleh karena pemberian model pembelajaran di kelas diyakini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun kompetensi mata diklat produktif yang diangkat dalam penelitian ini merupakan salah satu materi komputer sains di Jurusan Teknik Komputer Jaringan yang saat ini sangat dibutuhkan oleh dunia usaha/dunia industri (DU/DI) dan masyarakat. Mata diklat ini diprediksi akan menjadi kecenderungan karena teknologi tersebut berbasis teknologi internet, yaitu Pemrograman Web PHP (Personal Home Page). Penelitian ini menerapkan tiga model pembelajaran yaitu Independent Learning, Cooperative Learning type Jigsaw, dan Contextual Teaching and Learning pada siswa berprestasi tinggi yang dikategorikan siswa laki-laki dan siswa perempuan. Pemisahan kategori tersebut diduga menjadi salah satu faktor penentu untuk meningkatkan hasil belajar siswa selain model pembelajarannya. Karena secara psikologis siswa laki-laki dan siswa perempuan memiliki karakteristik dan cara penanganan yang berbeda, sehingga dimungkinkan jika diberikan suatu sistem pembelajaran baru akan dapat memperbaiki dan mengakomodasi pola pikir serta pola belajar mereka, sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian model pembelajaran berpengaruh terhadap hasil pencapaian kompetensi Pemrograman Web PHP. Tercatat nilai rerata tertinggi kompetensi pada masingmasing model pembelajaran, yaitu sebesar 8,98 untuk model pembelajaran Independent Learning, 8,91 untuk model pembelajaran Cooperative Learning dan 9,44 pada model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning. Siswa berprestasi tinggi (laki-laki dan perempuan) sangat berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi Pemrograman Web PHP. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai Fhitung sebesar 22,39 yang lebih besar dari Ftabel dengan tingkat kesalahan 5% yaitu sebesar 3,92 dan pada tingkat kesalahan 1% sebesar 6,85. Dan terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan Prestasi belajar tinggi (laki-laki dan perempuan) terhadap pencapaian kompetensi Pemrograman Web PHP. Dari uji scheffe ditemukan bahwa taraf signifikansi tertinggi sebesar 29,4 dari limabelas kombinasi yang ada. Dari temuan penelitian ini disarankan agar guru perlu melakukan pemilihan model pembelajaran yang tepat bagi siswa. Perlu kiranya diperhatikan juga bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh/kontribusi yang sangat tinggi terhadap tingkat keberhasilan belajar siswa. Untuk penelitian lanjutan disarankan agar dilakukan penelitian sejenis dengan populasi yang lebih besar dan menggunakan model pembelajaran lain seperti Quantum Learning, Project Base Learning, Cooperative Learning dengan tipe STAD, dan lain sebagainya. Penambahan variabel lain seperti gaya belajar, intelegensi dan sikap, bakat dan minat, serta cara belajar siswa juga erat hubungannya dengan kemampuan siswa dan diduga ikut mempengaruhi hasil belajarnya. Penelitian lanjutan juga disarankan agar dilakukan pada kompetensi dan mata diklat yang berbeda, baik mata diklat normatif, adaptif maupun produktif yang lain pada semua jurusan di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kata kunci: model pembelajaran, pemrograman web PHP. 198 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 The Effect of Implementation of Three Learning Models to the Result of PHP Web Programming Training among male and Female Students with High Achievement in the Public Vocational High School 8 Malang Rini Agustina Agustina, Rini. 2009. The Effect of Implementation of Three Learning Models to the Result of PHP Web Programming Training among male and Female Students with High Achievement in the Public Vocational High School 8 Malang. Thesis, Vocational Education Department, Post Graduate Program, State University of Malang. The advisors (I) Prof. Drs. Achmad Tutjik Moechid, M.Sc, Ph.D, (II) Dr. Muladi, S.T, M.T. Abstract The appropriate learning model for students is a support from teacher to improve students grades. Furthermore, teacher has an important role building atmosphere and students’ attitude. Teacher’s role not only provides the knowledge but also learning partner, model, supervisor and facilitator. Nowadays, teacher can not teach successfully without determining and using any learning model in their class. It is believed that applying learning models in class can improve students learning grades. The competency of productive training lesson for this research is one of science computer materials in Network Computer Engineering Class. As we know, this field gains it’s reputation today among industrial business world (DU/DI) and in many communities. Training lesson is predicted to become trend because this technology is Internet technology based, called as Web Programming PHP (Personal Home Page). This research uses three learning models, Independent Learning, Cooperative Learning (Jigsaw) and Contextual teaching and Learning applied to the students with high achievement categorized both into male and female students. The separation of category is predicted to be determining factor in improving students learning output beside its learning models. Psychologically male and female students have different characteristics and treatment. As a result, the implementation of new learning system can improve and accommodate thinking pattern and learning pattern of the students and further can improve learning output optimally. The result shows that the implementation of learning model affects the achievement of PHP Web Programming competency. It is known from the result that the highest average score of competency for each learning model is as follows; 8.91 for Independent Learning Model, 8.91 for Cooperative Learning Model and 9.44 for Contextual Teaching and Learning Model. Students with high achievement (male and female) give significant influence to the achievement of competency of PHP Web Programming. It can be shown from the score of Fcalculation = 22.39 that is higher than score of Ftable = 3.92 with error level of 5% and 6.85 with error level of 1%. There is interaction between the implementation of learning model and high achievement (male and female) to PHP Web Programming competency. It can be seen from the result of “scheffe test” with significant level of 29.4 from fifteen combinations presented. Based on the research, it is suggested that learning should produce better competency and it is important to choose the right learning model for students. It is important to consider that gender gives significant influence/ contribution for the success rate among the students that can be seen from learning output. For further research it is suggested that others should do the same research with bigger population and use other learning models like Quantum learning, Project Base Learning, Cooperative learning with STAD type and etc. The addition of other variables like learning style, intelligence and attitude, interest and way of learning have close relation to students competency and it is predicted that they affect the learning output as much. The further research should focus on different competency and training lesson whether it is normative, adaptive or productive in all majors in vocational high school (SMK). Keywords: learning model, PHP web programming Program Studi S2 PKJ 199 Profil Guru Produktif Jurusan Teknik Mesin di Kota Palu Sulawesi Tengah Soni Taslim Soni Taslim, 2009. Profil Guru Produktif Jurusan Teknik Mesin di Kota Palu Sulawesi Tengah. Tesis, Jurusan Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Waras Kamdi, M.Pd, (II) Drs. Isnandar.MT Abstrak Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mendesripsikan profil guru produktif jurusan teknik mesin di SMK berdasarkan kualifikasi akademik pendidikan minimum, (2) untuk mendeskripsikan profil guru produktif jurusan teknik mesin di SMK berdasarkan kesesuaian latar belakang program pendidikan tinggi dengan mata pelajaran yang diampu, (3) untuk mendeskripsikan profil guru produktif jurusan teknik mesin di SMK berdasarkan kepemilikan sertifikat pendidik, (4) untuk mendeskripsikan kompetensi pedagogik guru produktif jurusan teknik mesin di SMK berdasarkan kompetensi pedagogik dalam standart kualifikasi akademik dan kompetensi guru, (5) untuk mendeskripsikan kompetensi profesional guru produktif jurusan teknik mesin di SMK berdasarkan kompetensi profesional dalam standart kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Metode penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif eksploratif, yang dilaksanakan dengan menggunakan rancangan survey secara langsung pada masing-masing sekolah yang diteliti. Hasil survey dideskripsikan dan di presentasikan sebagai laporan ilmiah. Hasil penelitian (1) profil guru produktif jurusan teknik mesin berdasarkan kualifikasi akademik pendidikan minimum adalah sebagian besar guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu adalah lulusan S1 65,91%, atau 29 orang, sedangkan yang berijaza D3 30,2 %, atau 13 Orang dan D4 2 orang atau 4,55%, (2) profil guru produktif jurusan teknik mesin berdasarkan kesesuaian latar belakang program pendidikan tinggi dengan mata pelajaran yang diampu adalah, dari 44 Guru produktif jurusan teknik mesin yang mengajar mata pelajaran sesuai dengan program pendidikan tinggi masih cukup besar, yaitu 27 Orang 61,36%, sedangkan guru produktif yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang program pendidikan tingginya adalah 17 Orang 38,64%, (3) profil guru produktif jurusan teknik mesin berdasarkan kepemilikan sertifikat pendidik. Sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa seorang pendidik harus memiliki sertifikat sebagai pendidik, dari 44 orang Guru teknik mesin di kota Palu sebagian besar masih belum memiliki sertifikat sebagai pendidik yaitu 24 orang guru, (4) Dari hasil penelitian kompetensi pedagogik guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu yang datanya dikumpul lewat angket/kuesioner penelitian adalah, di temukan skor terendah 54, dan skor tertinggi 93. Dengan skor rata-rata 80,2558, dan peluang minimum 54.00 dan maksimum 94.00 dengan simpangan baku 9,342. Dari distribusi kompetensi pedagogik guru secara keseluruhan menunjukan bahwa frekfensi (f) pada interfal 80-100 yaitu terdiri dari 25 Orang 56,82. Dan hanya sebagian kecil atau interval 60–80 sebanyak 18 Org 40,91% tergolong dalam kategori sedang. Sedangkan kategori rendah hanya sebagian kecil 1 Org 2,27% dengan interval 40-60, (5) Dari hasil penelitian kompetensi profesional guru produktif jurusan teknik mesin dikota Palu terkategori terendah, 3 Orang dengan skor, 30-40, atau 6,82%, dan terkategori sedang, 7 Org dengan skor, 40–50, atau sekitar 15,91%, sedangkan yang tertinggi, 34 Org dengan skor 50–70 atau sekitar 77,27% dengan demikian di lihat secara rata–rata 54.9767 dengan peluang minimum 35.00 dan peluang maksimum sebesar 69.00, dan simpangan baku 8,609. Kesimpulan dan saran (1) profil guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu berdasarkan kualifikasi akademik pendidikan minimum. Sebagian kecil masih berijasah D3, Jadi ada beberapa guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu belum sesuai dengan standart minimal Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Hal ini pemda kota Palu harus menyiapkan dana untuk melanjutkan studi ke S1 atau D4 yang sesuai dengan kompetesinya atau mata diklat yang di ajarkan ketiga masih D3, (2) profil guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu berdasarkan kesesuaian latar belakang program pendidikan tinggi dengan mata pelajaran yang diampu. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi Guru. Hal ini terlihat masih ada guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang program pendidikan tingginya, mengsikapi hal itu maka Dinas Pendidikan dan Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah pada umumnya dapat menyiapkan dana untuk pelaksanaan training alifungsi kepada 17 Orang Guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang tugas, (3) profil guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu berdasarkan kepemilikan sertifikat pendidik; masih sebagian kecil Guru yang telah memiliki sertifikat pendidik, (4) profil guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu berdasarkan kompetensi pedagogik dalam standart kualifikasi akademik dan kompetensi guru, berdasarkan 200 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nsional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi Guru. Secara umum guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu menunjukan sebagian besar memiliki kompetensi Pedagogik yang tinggi, (5) profil guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu berdasarkan kompetensi profesional dalam standart kualifikasi akademik dan kompetensi guru, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nsional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Secara umum guru produktif jurusan teknik mesin di kota Palu sudah sebagian besar memiliki kompetensi profesional yang tinggi, (6) penelitian ini masih terbatas pada kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru saja, sedangkan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian guru belum dilakukan, untuk itu peneliti mempersilakan siapa saja yang ingin menjutkan penelitian ini sehubungan dengan kompetensi guru. Kata kunci: profil guru produktif Profile of Vocational School Teachers Mechanical Engineering Department of Central Sulawesi in Palu Soni Taslim Soni Taslim, 2009. Profil Guru SMK Jurusan Teknik Mesin di Kota Palu Sulawesi Tengah. Tesis, Jurusan Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Waras Kamdi, M.Pd, (II) Drs. Isnandar. MT Abstract Less than forty four years the government have the change to organize the national education for the entire citizens of Indonesia, and it has not been realized yet, even when the indication of nationalism disintegration is appear. The other issue was the educational process that held with less sense, and weak on personal developing and student’s character that result in the decreasing of morals and awareness of a real life. Along with that, the national education must confront with four main crises that are connected with the quantity, relevance, elitism, and management. The teacher’s quality has become the main problem in every educational section, whether in Indonesia, Japan, Finland and even the United States. In this world, the education quality is determined by the teacher qualities, and not by the amount of the education fund, the good quality of its curriculum and not by the great facilities they have. If the teacher have a good quality, then also the education. Finland has been seriously taking care of the teacher’s quality. We can say that the Finland’s teachers are the best quality teachers with the best training. The teacher’s profession in that country has been highly appreciated, although the salary is not fantastic at all. The best high school graduated usually enrolls the education collage, and just one accepted from seven applicants. Entering the education faculty is more challenging than both the faculty of law and medicines. Please take a comparison with Indonesia, which the teacher is students graduated with a lack of skills who educated from the University with less of quality. Both good qualities of university student and education makes Finland produce the good quality of teachers too. This research counted on the descriptive explorative research type. The research result (1) Vocational school’s teacher profile based on the minimum education academic qualification, predominantly the vocational school’s teacher on technical engineering majors in Palu City is Master (S1), which is about 65,91% or 29 people counts, Diploma 3 (D3) is about 30,2% or about 13 people counts and Diploma 4 (D4) is just 2 people counts or about 4,55% but yet the S2. (2) The conformity between the university’s program background and the subject that is teachable. For the productive teacher on technical engineering majors who teach the appropriate subject teaching with the high education is still big enough. From up to 44 respondents, there are still 27 people counts and 61,63% of teacher who teach appropriately with their high educational background. In other word, we can say that 17 people or about 38,64% of respondents teach not compatible with their competencies. (3) The profile of vocational school’s teacher on technical engineering majors based on the right of educator certificate. According to the Government rule number 19 Year 2005 about the National Education Standard, that an educator must have the educator certificate. Vocational school’s teacher on technical engineering majors in Palu City mostly don’t have the educator certificate yet. From the evidence gathering and the data analysis which have been done on 44 respondents, at the rate of 24 respondents/ productive teachers on technical engineering majors have not been had the educator certificate Program Studi S2 PKJ 201 yet. (4) The profile of vocational school’s teacher based on pedagogic on the standard of academic qualification and teacher’s competence. On the research data for pedagogic competence variables which gained by use of research questionnaire/inquiry, or by the observation result, in order to provide educational process in each of class and schools on vocational school Palu City on technical engineering majors was found the minimum score is 54 and the highes is 93. Pedagogic competence of vocational school’s teacher on technical engineering majors in Palu City is 80.2558 on score average, and the minimum opportunity is 54.00 meanwhile the maximum is 94.00 with 9,342 of standard deviation. The distribution of teacher’s pedagogic competence shows that the frequency (f) at 80-100 interval consist of 25 people that is 56.82% including in this category, it means that most of vocational school’s teacher on technical engineering majors in Palu City have a high pedagogic competence. And there is just a little or at the interval of 60-80 and 18 people or 40.91% including in medium category. Whereas the low category is just 1 people or 2.27% with interval of 40-60. This symptom show that pedagogic competence of vocational school’s teacher in Palu City is based on the Minister of National Education Regulation number 16 year 2007 about the Academic Qualification Standard and the teacher’s competence is included on a high category. (5) The profile of vocational school’s teacher based on the professional competence of academic qualification standard and teacher’s competence. Professional competence of vocational school’s teacher on technical engineering majors in Palu City at lower category is 3 people with score 30-40 or about 6.82%, at medium category is 7 people with score 40-50 or about 15.91%, whereas the highest is 34 people with score 50-70 or about 77.27% that seen from 54.9767 average with minimum opportunity at 35.00 and maximum opportunity at 69.00, and standard of deviation at 8.609. Therefore, according with data analysis of professional competence level, vocational school’s teacher on technical engineering majors in Palu city are included on high category. Teachers are the spear tip of education success, so it is very required to do the fix effort both on internal and external sections. Therefore the thing that always must be done by the teacher is understanding and being expert on the basic competence which is qualified. The education process is supported by teachers ability to pay attention on everything that connected to educational approach. The educational facilities that have not been yet appropriate with the standard on the law book must be noticed by the City Government and the Department of Education, if they really want to advance the education on Palu city. Because it is easier to build a luxurious mall/supermarket and bridge than to invest in education world which have to wait until 15 or 20 years later. Keywords: vocational school (SMK) teacher’s profile Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Studi Kasus di SMK Negeri 3 Palu) Arham Arham. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Studi Kasus di SMK Negeri 3 Palu). Tesis. Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Pembimbing: (I) Dr. Dwi Agus Sudjimat, M.Pd, (II) Drs. Andoko, S.T, M.T. Abstrak Ada dua komponen penting dan sangat menentukan agar proses pendidikan di sekolah dapat terlaksana dengan baik dan berkualitas, pertama komponen kurikulum, merupakan rumusan ideal, sebagai landasan perencanaan proses pendidikan, dan kedua komponen guru yang merupakan pelaksana atau operasional dari kurikulum tersebut. Kedua komponen ini berkaitan erat dalam satu sistem proses pendidikan di sekolah yang senantiasa berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Digulirkannya era reformasi dengan otonominya, maka sistem pendidikan nasionalpun berubah ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kehadiran KTSP sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan diharapkan mempu menjawab perubahan dan mengatasi berbagai permasalahan pendidikan di tanah air. Secara khusus apakah KTSP dapat menjawab dan merubah sekolah beserta guru yang selama ini terbiasa mengunakan kurikulum sentralistik menjadi kurikulum desentralistik, dan bagaimana KTSP mengakomodir kepentingan daerah dan nasional dalam proses pembelajaran di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan sehingga peneliti memperoleh gambaran jelas tentang implementasi KTSP di SMK Negeri 3. Ada dua fokus penelitian ini yaitu, (1) 202 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 bagaimana upaya SMK Negeri 3 Palu mengimplementasikan KTSP dalam proses pembelajaran?, dan (2) bagaimana upaya guru mengimplementasikan KTSP dalam proses pembelajaran? Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus, dengan dasar pertimbangan adalah (1) penelitian ini dilakukan pada latar alamiah, (2) penelitian ini menggunakan manusia sebagai instrumen utama, (3) penelitian ini lebih memperhatikan proses daripada hasil. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui (1) wawancaran mendalam, (2) studi dokumentasi, dan (3) observasi partisipatif. Selanjutnya data yang terkumpul dilakukan uji kredibilitas, digunakan tiga teknik pengecekan keabsahan pengumpulan data yaitu, (1) triangulasi baik sumber data maupun alat pengumpulan data, (2) pengecekan anggota/member cek, dan (3) diskusi rekan sejawat. Dari penelitian ini diperoleh temuan-temuan. Pertama, upaya SMKN 3 Palu mengimplementasi KTSP dalam proses pembelajaran mencakup, (1) pengembangan dan pelaksanaan KTSP di sekolah, memberdaya porsonil sekolah dan keterlibatan stakeholders, (2) KTSP dikembangkan dan dilaksanakan sesuai kondisi sekolah dan daerah tetapi KTSP tetap mengacu pada standar pendidikan nasional, (3) implemen-tasi KTSP menuntut ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai, (4) implementasi KTSP menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, (5) implemen-tasi KTSP sekolah menyelenggarakan peningkatkan kualitas dan sumber daya guru, (6) implementasi KTSP SMKN 3 Palu menjalin kerja sama dengan DUDI. Kedua, upaya guru mengimplementasikan KTSP dalam proses pembelajaran adalah, (1) guru melakukan persiapan pembelajaran yaitu dalam bentuk RPP, (2) guru melakukan proses pembukaan atau langkah awal dalam proses pembelajaran, (3) guru melakukan proses pembentukan kompetensi siswa atau kegiatan inti dalam proses pembelajaran, dan (4) pada ahir proses pembelajaran guru melakukan kegiatan menutupan pelajaran. Berdasarkan temuan di atas, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut, (1) implementasi KTSP membutuhkan keterlibatan semua pihak oleh karena itu perkembangan paradigma ini harus dipahami oleh segenap stakeholdes, bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah tetapi adalah tanggung jawab bersama, untuk bersama-sama proaktif mengambil posisi masing-masing demi mempersiapkan generasi bangsa yang lebih baik di masa depan, (2) implementasi KTSP membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup memadai, oleh karena itu patut menjadi perhatian bersama baik dari pihak sekolah, pemerintah, maupun masyarakat, sehingga proses implementasi KTSP benar-benar terlaksana dan berkualitas, (3) implementasi KTSP bersifat pemberdayaan dan membutuhkan SDM yang baik, sehingga peningkatkan SDM seluruh personil sekolah khususnya guru perlu menjadi perhatian guru itu sendiri, pemerintah dan sekolah, dan (4) implement-tasi KTSP adalah masalah yang cukup luas dan mendalam. Oleh karena itu masalah ini masih perlu diadakan kajian ilmiah dan penelitian lebih lanjut. Kata kunci: implementasi, kurikulum tingkat satuan pendidikan The Implementation of Curriculum on Educational Unit Level [Case Study at SMK Negeri 3 Palu (Public Vacation School 3)] Arham Arham. 2009. The Implementation of Curriculum on Educational Unit Level [Case Study at SMK Negeri 3 Palu (Public Vacation School 3)]. Thesis. Vocational Education Study Program. The Undergraduate Study Program of the State University of Malang. Adviser I: Dr. Dwi Agus Sudjimat, M.Pd, Adviser II: Drs. Andoko, S.T., M.T Abstract There are two important components determining the educational process at a school: Firstly, the curriculum component as an ideal formulation is the base of education process planning, and secondly, teacher component is the actor of curriculum operation. Both of these components interconnected one with the others in one system of the educational process at a school which changes and develops in reference of development of science and technology. The raising of reform era with autonomy, then the National Education System changed by appearing the Indonesia Law no 20, 2003 about system of National Education. The existence of the KTSP as the operational curriculum constructed and conducted at each education unit is expected to be able to answer the changing, and to solve the various problems of education in Indonesia. The KTSP can hopefully answer and change the school and its teachers which have been usually using the centralistic curriculum to be decentralistic one, and how the KTSP accommodates the regency and national’s needs in the learning process in the school. Program Studi S2 PKJ 203 This study aims at exposing and describing the implementation of Curriculum on Educational Unit Level at SMK Negeri 3 Palu. The two main focuses scrutinized in this study are: (1) How does SMK Negeri 3 Palu have been implementing the KTSP in the learning process? (2) How the teachers’ attempt have been carrying out the implementation of KTSP at SMK Negeri 3 Palu? This study exerts the qualitative approach through the case study plan in the basis of the considerations: (1) the study was conducted naturally, (2) the study uses humans as the key instruments, (3) the study concentrates on more process than the output. The data collection technique was done through: (1) deep interviews, (2) documentation study, and (3) participated observation. Further, the credibility of collected data was examined by three checking techniques of the data collection validity, namely: (a) triangulation in either data source or data collection, (b) member checking, and (c) colleague discussions. The findings of the study are concerned with: Firstly, How SMK Negeri 3 Palu have been implementing the KTSP in the learning process. (1) the development and implementation of KTSP at the school, empowering the school staffs and the involvement of the stakeholders, (2) The KTSP was developed and carried out according to the conditions of the school and regency in which the KTSP always refers to the national education standard, (3) The implementation of the KTSP demands the adequate availabilities of the equipments and infrastructures, (4) The implementation of the KTSP in creating school environment conductively, (5) The implementation of the KTSP in conducting improvement of teachers’ quality and resource, (6) The implementation of the KTSP in SMKN 3 Palu as the vocational school collaborates with the trade and industry (Dunia Usaha dan Dunia Industri = DUDI). Secondly, the teachers’ attempts in implementing the KTSP for the teaching process including (1) they conducted the planning process in the form of RPP, (2) they do the opening process of the initial step in the teaching, (3) they built process of the student competition as the core in the teaching, and (4) carried out the teaching close at the end of the teaching. Based on the above findings, some suggestions are proposed: (1) the implementation of the KTSP needs the involvement of all related stakeholders, therefore, the paradigm development should be understood by all stakeholders that education is not only the school’s responsibility but our own responsibility as well to be proactive to take part in preparing better the nation generation for the future, (2) the implementation of the KTSP requires the adequate enough equipment and infrastructures which are respectable to be paid much attention by either schools, government, and society in order that the process of the implementation of the KTSP is running well and qualifiedly, (3) the implementation of the KTSP in empowering good human resource so that improvement of the human resource of all school’s staffs can get pay of attention from their self, government and the school, and (4) the implementation of the KTSP is a large and deep enough case. Therefore, this case still need to be investigated scientifically and needed by furthermore researches. Keywords: implementation, curriculum on educational unit level, KTSP Hubungan Pemberdayaan Guru dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru Profesional SMK Negeri di Kota Malang Djoni Bangun Bangun, Djoni. 2009. Hubungan Pemberdayaan Guru dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru Profesional SMK Negeri di Kota Malang. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Djoko Kustono, M.Pd., (II) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk melihat guru SMK Negeri di Kota Malang yang lulus sertifikasi, apakah juga ditunjukkan dengan adanya peningkatan kinerja sejalan dengan kegiatan pemberdayaan dan motivasi kerja guru yang telah dilakukan sekolah, sehingga mutu pendidikan akan juga meningkat. Pemberdayaan dan motivasi kerja yang dilakukan guru maupun pimpinan sekolah guna meningkatkan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang belum diketahui, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah pemberdayaan guru, motivasi kerja, dan kinerja guru profesional SMKN di Kota Malang?, Apakah ada hubungan pemberdayaan guru dengan kinerja, motivasi kerja dengan kinerja dan pemberdayaan guru dan motivasi kerja dengan kinerja guru profesional SMKN di Kota Malang?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan 204 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 teknik survey. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberdayaan guru, motivasi kerja, dan kinerja guru profesional SMKN di Kota Malang. Hasil dari riset ini menunjukkan bahwa: (1) Pada umumnya guru professional SMKN di kota Malang merasakan bahwa pemberdayaan guru yang dialami sekarang ini masih dalam kategori sedang, sehingga masih perlu peningkatan. Peran kepala sekolah sangat menentukan dalam pemberdayaan guru, disamping memberdayakan juga harus selalu memberi pembinaan secara profesional. Pemberdayaan guru meliputi peningkatan kemampuan guru dan pemberian kewenangan. Sebagai individu yang sudah menyandang predikat sebagai guru professional, mempunyai konsekuensi yang harus pula dijalani; (2) Motivasi kerja guru profesional SMK Negeri di Kota Malang pada umumnya tergolong berkategori sedang. Seperti halnya pemberdayaan motivasi kerja guru professional ini masih perlu ditingkatkan. Ada tiga faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru yaitu motif, harapan, dan insentif; (3) Kinerja guru professional SMKN di Kota Malang pada umumnya berkategori baik. Kinerja guru professional dipengaruhi oleh beberapa aspek kompetensi, yaitu (a) penguasaan substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya, (b) penguasaan struktur dan materi kurikulum bidang studi, (c) menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dalam pembelajaran, (d) pengorganisasian materi kurikulum bidang studi, dan (e) peningkatan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas: (4) Hubungan pemberdayaan dengan kinerja guru profesional SMK Negeri di Kota Malang adalah signifikan dengan r = 0,732. Besar kecilnya kontribusi variable X1 terhadap Y dinyatakan dengan koefisien determinan = r 2 x 100% atau 53,58 % Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi seorang guru melakukan pemberdayaan terhadap profesi guru, maka semakin meningkatkan kinerjanya. Pemberdayaan yang ada pada guru di antaranya dilakukan melalui peningkatan kemampuan guru dan pemberian kewenangan dalam mengembangkan diri dalam mendukung profesi gurunya; (5) Hubungan motivasi kerja dengan kinerja guru professional SMK Negeri di Kota Malang adalah signifikan dengan r = 0,797. Besarnya kontribusi variable motivasi kerja terhadap kinerja guru sebesar 63,52%, sisanya 36,48% ditentukan oleh variabel lain. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi seorang guru memiliki motivasi terhadap profesi guru, maka semakin meningkat kinerjanya. Motivasi yang ada pada guru dipengaruhi oleh motif, harapan, dan insentif yang didapatkan guru; (6) Hubungan secara simultan pemberdayaan dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru professional SMK Negeri di Kota Malang berpengaruh secara signifikan. Besar kecilnya kontribusi secara bersama-sama (simultan) sebesar 83,3% dan sisanya 16,7% ditentukan oleh faktor-faktor lain. Faktor lain misalnya: kepemimpinan, iklim organisasi, etos kerja, budaya organisasi, kompetensi, kepuasan, loyalitas, pelayanan, negosiasi, mutu, produktifitas, bauran di pasaran, dan lainnya. Dinas Pendidikan Kota Malang dan Kepala Sekolah SMK Negeri di Kota Malang, agar mendukung dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para guru untuk melakukan peningkatan pemberdayaan terkait dengan fungsi dan tugas profesi guru. Bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengkaji kinerja guru pada jurusan yang lebih spesifik sehingga menambah cakrawala dan wawasan lebih luas. Kata kunci: pemberdayaan, motivasi kerja, dan kinerja guru Relationship Between Teacher Empowerment and Working Motivation with Performance of the Professional Teacher at State Vocational Schools in Malang Djoni Bangun Bangun, Djoni. 2009. Relationship Between Teacher Empowerment and Working Motivation with Performance of the Professional Teacher at State Vocational Schools in Malang. Thesis, A Study Program of Vocational Education, Postgraduate Program of State University of Malang. Supervisor: (I) Prof. Dr. H. Djoko Kustono, M.Pd., (II) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd. Abstract This research performed in order to find out whether teachers of State Vocational School in Malang, who have graduated from certification program, have showed improved performance along with empowerment activity and working motivation of the teacher, therefore, quality of education will be improved as well. Empowerment and working motivation of the teachers as well as the school management to improve teacher’s performance at the State Vocational School in Malang have not been known, therefore, this research should be done. Program Studi S2 PKJ 205 Problem formulations of this research are, How is the empowerment of teacher, working motivation, and performance of the professional teacher at State Vocational Schools in Malang? Is there any relationship between teacher empowerment and performance, working motivation and performance, as well as teacher empowerment and working motivation with performance of the professional teacher at State Vocational School in Malang? Method of this research is correlation and survey technique. Objective of this research is to find out relationship between teacher empowerment, working motivation and performance of the professional teacher at State Vocational School in Malang. Results of the research show that: (1) In general, the professional teachers at State Vocational School in Malang feel that at present, teacher empowerment is still on the medium category, therefore, it needs to be improved. The principals play determinant roles in teacher empowerment, besides that, they should give guidance professionally. Teacher empowerment comprises of improving teacher’s capability and delivering authority to the teacher. As individual who is considered as professional teacher, there are some consequences that should be faced; (2) Working motivation of the professional teachers at State Vocational Schools in Malang is on the medium category. However, working motivation of the professional teachers is still to be improved. Three factors, which influence working motivation of the teachers, are motif, expectation, and incentive; (3) Performance of the professional teachers at State Vocational Schools in Malang is categorized well. Performance of the professional teachers is influenced by some aspects of competency, such as (a) mastering both material and methodology of the knowledge, (b) mastering both structure and material of the subject curriculum, (c) mastering and utilizing information and communication technology (ICT) in learning, (d) organizing material of the subjects curriculum, and (e) improving quality of learning through a research on taking action at class; (4) Relationship between empowerment and performance of the professional teachers at State Vocational Schools in Malang is significant, r = 0.732. Both higher and lower contributions of X1 variable over Y is expressed by determinant coefficient = r 2 x 100% or 53.58%. It shows that the higher empowerment of the teachers toward profession, the better performance will be improved. Teacher empowerment includes improving the teacher’s capability and delivering authority for self-development in supporting the profession as a teacher; (5) Relationship between working motivation and performance of the professional teachers at State Vocational Schools in Malang is significant, in which r = 0.797. Higher contribution of working motivation variable toward teacher performance is about 63.52% and the rest, 36.48%, is determined by other variable. It shows that the higher motivation of the teachers toward their profession, the better performance will be improved. Motivation of the teacher will be influenced by motif, expectation, and incentive; (6) Simultaneous relationship between empowerment and working motivation with performance of the professional teachers at State Vocational School in Malang has significant influence. Both higher and lower contributions have simultaneously, 83.3% and the rest, 16.7%, are determined by other factors, such as: leadership, organizational climate, working ethos, organization culture, competence, satisfaction, loyalty, service, negotiation, quality, productivity, mixed market, and so on. The Department of Education in Malang as well as the Principals of State Vocational Schools in Malang are expected to support and provide more extended opportunities for teachers to improve their empowerment, which related to function and profession task as teachers. For the next researchers, it is expected that they should perform further research by reviewing performance of the teachers on more specific subdivision in order to improve firmament and more extended insight. Keywords: empowerment, working motivation, performance of the teacher 206 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Situasi Bengkel dan Kondisi Peralatan Praktik Pemesinan SMK Swasta di Wilayah Gerbangkertosusila Tukiman Tukiman. 2009. Situasi Bengkel dan Kondisi Peralatan Praktik Pemesinan SMK Swasta di Wilayah Gerbangkertosusila. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (1) Prof. Drs. Achmad Tutjik Moechid, M.Sc., Ph.D., dan (2) Drs. Imam Muda Nauri, ST., MT. Abstrak Situasi bengkel dan kondisi peralatan praktik pemesinan merupakan faktor penting yang mempengaruhi proses pembelajaran di SMK, dan sekaligus menjadi tolok ukur dari kualitas lulusannya. SMK diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dengan cara memperbanyak pengalaman kerja praktik. Oleh karena itu waktu belajar di sekolah dialokasikan sebesar 70% untuk pembelajaran praktik, dan sebesar 30% digunakan untuk pembelajaran teori. Namun keterbatasan fasilitas praktik di SMK menjadi hambatan yang serius dalam mewujudkan harapan tersebut, sehingga lulusan SMK dinilai oleh banyak pihak masih kurang kompeten. Variabel penelitian ini adalah situasi bengkel, jumlah dan kondisi peralatan praktik pemesinan. Maka rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Berapakah rerata persentase situasi bengkel praktik pemesinan?; dan (2) Berapakah rerata persentase kondisi peralatan praktik pemesinan? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah jawaban dari rumusan masalah tersebut yaitu untuk mengetahui rerata persentase untuk situasi bengkel, jumlah dan kondisi peralatan praktik pemesinan SMK swasta di wilayah Gerbangkertosusila. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pejabat yang terkait di pemerintahan daerah, pemerintahan provinsi, maupun pemerintah pusat sebagai bahan rujukan pada penyusunan program penambahan fasilitas praktik pemesinan untuk SMK. Penelitian ini menggunakan rancangan survei dengan populasi penelitian sebanyak 62 SMK swasta di wilayah Gerbangkertosusila. Pengumpulan data di-lakukan dengan cara datang ke setiap bengkel praktik pemesinan yang di survei. Sedangkan instrumen penelitian berbentuk checklist tertutup diisi dengan seksama dan didampingi oleh guru pengajar praktik pemesinan sekolah setempat. Selanjut-nya semua data hasil temuan survei dipilah-pilah dan kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Kesimpulannya diketahui bahwa komponen penelitian yang terdiri dari situasi bengkel praktik, jumlah dan kondisi peralatan praktik pemesinan, masing-masing menunjukkan kurang standar. Secara berurutan nilai rerata persentasenya hanya sebesar 48,2%, 50,4%, dan 43,9%. Oleh karena itu disarankan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Direktorat Pembinaan SMK di Jakarta, agar secara bertahap dapat membantu menambah peralatan praktik pemesinan SMK swasta di wilayah populasi tersebut. Selain itu perlu diadakan penelitian lanjutan yang sejenis dengan variabel, populasi dan area yang berbeda. Kata kunci: situasi bengkel, kondisi peralatan praktik pemesinan Workshop Situation and Machinery Equipment Condition at Private Vocational High School in Gerbangkertosusila Tukiman Tukiman. 2009. Workshop Situation and Machinery Equipment Condition at Private Vocational High School in Gerbangkertosusila. Thesis. Vocational Education Study Program, Post graduate Program of Malang University. Supervisor (1) Prof. Drs. Achmad Tutjik Moechid, M.Sc., Ph.D., and (2) Drs. Imam Muda Nauri, ST.,MT., Abstract Workshop situation and machinery equipment condition is an important factor that influences teaching and learning process in Vocational High School and it also becomes the graduate of the alumni quality. Vocational High School is expected to produce qualified alumni by adding more practical works. Therefore, the time allocation at school is 70% for practical works and 30 % for theoretical subjects. The Program Studi S2 PKJ 207 limitation of facilities at Vocational High School has become one of the obstacles in the effort of achieving the goal. That is the reason why the Vocational High School graduates are always considered less competent. The variables of the study is workshop situation, amount of equipment and the condition of machinery equipment. The statement of problems are (1) How many percents are the mean percentage of workshop situation?; (2) How many percents are the mean percentage of machinery equipment condition? While the purpose of this study is the answer of the statement of problems which is to know the mean percentage of workshop situation, amount of practice equipment and the condition of the equipment at Private Vocational High School in Gerbang-kertosusila. It is highly expected that this study can be used by local, province and regional governments as the reference in improving the facility of equipment in Vocational High School. This study is conducted using survey design. As the population, there are 62 Private Vocational High School in Gerbangkertosusila. Data collection is done by visiting the machinery workshop that is going to be surveyed. The instruments of research used is prepared in the form of closed check list. The reasearcher fills out the checklist thoroughly with the machinery workshop teacher in the school. All the data resulted from the survey is seperated, and analyzed using descriptive statistics. In conclusion, the result shows that the components of research that consists of workshop situation, amount of machinery equipment and machinery equipment condition are not yet standard. In successive, the mean of percentage are 48.2%, 50.4%, and 43.9%. Therefore, it is suggested to the Education Division in City or Sub District, Education Division in Province and Directorate of Vocational Education in Jakarta to have a periodical assistance in adding more machinery equipment in Private Vocational High School in the population area. Beside, it is also necessary to conduct a research that has the same kind of variables, population and different area. Keyword: workshop situation, machinery equipment condition Pengaruh Metode Demonstrasi DanBakat Mekanik Terhadap Pencapaian Kompetensi Mengelas Siswa kelas X di SMK Negeri 1 Singosari Malang Suwandi Suwandi, 2009. Pengaruh Metode Demonstrasi DanBakat Mekanik Terhadap Pencapaian Kompetensi Mengelas Siswa kelas X di SMK Negeri 1 Singosari Malang. Tesis Jurusan Pendidikan Kejuruan, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Dr. H.Dwi Agus Sujimat, M.Pd., (2) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd. Abstrak Hasil belajar adalah hal yang selalu menjadi orientasi dari setiap pelaksanaan proses pembelajaran. Inti dari proses pembelajaran adalah penyampaian informasi melalui pemberian pengalaman oleh pendidik kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Fakta dilapangan menunjukkan kurang optimalnya pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran terkait dengan penggunaan metode pembelajaran dan pemahaman bakat atau potensi peserta didik sebagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Peranan pendidikan sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu untuk bersaing baik dalam perebutan lapangan kerja, maupun dalam kompetisi bisnis pada eraglobalisasi dan pasar bebas. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pendidikan hendaknya dikelola sedemikian rupa sehingga pada akhirnya, akan terjadi peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas luarannya. Indikasi tercapainya tujuan tersebut, akan tercermin dari kemampuan siswa menyelesaikan studi tepat waktu dengan hasil belajar maksimal. Hasil belajar adalah hal yang selalu menjadi orientasi dari setiap pelaksanaan proses pembelajaran. Inti dari proses pembelajaran adalah penyampaian informasi melalui pemberian pengalaman oleh pendidik kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa menunjukkan tingkat penguasaan materi terhadap tujuan pembelajaran yang dicapai. Salah satu hasil belajar di SMK adalah kompetensi mengelas sambungan sudut. Pencapaian kompetensi mengelas sambungan sudut dipengaruhi oleh dua hal yakni metode pembelajaran dan bakat siswa. Permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1) apakah ada perbedaan pencapaian kompetensi mengelas antara kelompok siswa yang diajar dengan metode demonstrasi dan kelompok siswa 208 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 yang diajar dengan menggunakan CD pembelajaran?, 2) apakah ada perbedaan pencapaian kompetensi mengelas sambungan sudut antara kelompok siswa yang memiliki bakat mekanik tinggi, bakat mekanik sedang, dan kelompok siswa yang memiliki bakat mekanik rendah?, dan 3)apakah ada interaksi antara metode demonstrasi dan bakat mekanik siswa terhadap pencapaian kompetensi mengelas? Untuk menjawab permasalahan di atas, penelitian ini dijalankan dengan rancangan eksperimental, dimana kelompok eksperimental diajar dengan CD pembelajaran dan kelompok kontrol diajar dengan metode demonstrasi. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X jurusan mekanik industri SMKN I Singosari Malang. Dimana kelompok eksperimen terdiri dari 32 siswa dan kelompok kontrol terdiri dari 30 siswa. Analisis data dilakukan dengan analisis ANOVA dua jalur. Hasil uji hipotesis diperoleh nilai observasi (Fhitung = 5,570 > Ftabel = 3,16 untuk taraf signifikansi p < 0,05). Artinya terdapat perbedaan hasil belajar pencapaian kompetensi mengelas yang signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi dan siswa yang diajar dengan menggunakan CD pembelajaran. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa: (Fhitung = 8,316 > Ftabel = 3,16 untuk taraf signifikansi p < 0,05). Artinya terdapat perbedaan hasil belajar pencapaian kompetensi mengelas antara siswa yang memiliki bakat mekanik tinggi dengan siswa yang memiliki bakat mekanik sedang dan siswa yang memiliki bakat mekanik rendah, dan hasil analisis hipotesis 3 menunjukkan bahwa (Fhitung = 1, 498 < F tabel = 3,16 untuk taraf signifikansi p < 0,05) dengan tingkat signifikansi 0,232. Berdasarkan temuan penelitian ini, disarankan agar (1) pengajar mata diklat produktif menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan media (CD) dalam kegiatan pembelajaran, karena dapat memberikan kemudahan belajar bagi siswa, (2) sebelum melakukan suatu kegiatan pembelajaran, sebaiknya diadakan tes bakat terlebih dahulu untuk mempermudah siswa dalam belajar sesuai dengan bakat yang dimiliki pada proses pembelajaran, dan (3) pengembangan metode pembelajaran yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan bakat yang dimiliki siswa. Hal ini dapat membantu siswa dan memberikan peluang besar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Kata kunci: metode pembelajaran, bakat mekanik, dan pencapaian kompetensi mengelas, SMK The Influence of Demonstration and Mechanical Talent to Achievement of Competency at Sircuit Manual Arc Welding at the State Vocational High School 1 Singosari Malang in X Class Suwandi Suwandi, 2009. The Influence of Demonstration and Mechanical Talent to Achievement of Competency at Sircuit Manual Arc Welding at the State Vocational High School 1 Singosari Malang in X Class. Thesis of Vocational Department of Graduate Program of State University of Malang. Advisors: (1) Dr. H. Dwi Agus Sudjimat, S.T., M.Pd, (2) Dr. Syarief Suhartadi, M.Pd. Abstract Achievement always becomes the orientation for each learning process conduction. The essence of learning process is delivering information through experience provision by a teacher to learners in order to obtain learning objectives effectively. The facts in the field show that teachers lack their optimality in conducting learning process related of learning method and understanding related to learners talent that influencing achievement. Achievement is the orientation from every execution learning process. One of achievement at vocational education is sircuit manual arc welding . The Sircuit manual arc welding competency is influenced by learning method and mechanical. This research aims at finding out influence of demonstration method and CD learning and mechanical talent toward achievement in sircuit manual arc welding competency at State Vocational 1 Singosari Malang. There are three items which are experimented, namely (1) the significant difference of sircuit manual arc welding achievement between learners making use of demonstration method and those making use of CD learning; (2) the significant difference of sircuit manual arc welding achievement among learners who have low, medium, and high levels of mechanical talent; and (3) interaction between demonstration method and mechanical talent influencing achievement in sircuit manual arc welding competency. To answer that problem above, this research is done by experimental planning, where experimental team is taught by demonstration method and Control group is taught by CD learning. This research subject is Program Studi S2 PKJ 209 all students at ten grade industry mechanic deparment vocational education at Singosari Malang. That experiment group is consisting of 32 students and control group is consisted of 30 students. Data is analyzed by two path ANOVA analysis. The hipothesis test result is gained observation value (Fcount=5,570>Ftable=3,16 for signification p<0,05). Its mean there is the differencess between study result achievement sircuit manual arc welding is significance between student is taught by demonstration method and student taught by CD learning. Varian analysis result it show that: (Fcount=8,316>Ftable=3,16 to significance p<0,05). Its mean there is the differences study result achievement learners among who have high, medium, and low levels of mechanical talent, and hypothesis analyze result 3 show that (Fcount=1,498<Ftable=3,16 for signification p<0,05) with signification level 0,232. Based on research finding, suggested that (1) teacher productive using demonstration method within CD in learning activity, because it can give easy learning to students, (2) before to do some learning activity, it supposed there is talent test at the first to make easier student in study according to talent who have in learning process, and (3) learning development method to make easy student in learning according to their talent. Its mean, this can help student and give opportunity to gain better study result. Keyword: learning method, mechanical talent, and competency, vocational education Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Sub Kompetensi Merakit Komponen Elektronika Melalui Penerapan Prosedur Pekerjaan Perakitan di SMK Negeri 1 Losarang Kabupaten Indramayu Oo Sugiarto Sugiarto, O. 2009. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Sub Kompetensi Merakit Komponen Elektronika Melalui Penerapan Prosedur Pekerjaan Perakitan di SMK Negeri 1 Losarang Kabupaten Indramayu. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Mardi Wiyono, S.T., M.Pd. (II) Drs. Slamet Wibawanto, M.T. Abstrak Dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran teori dan praktek, para guru umumnya sangat mengharapkan semua siswanya memiliki prestasi belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran yang dibinanya. Namun realita yang ada, hasil pekerjaan pada proses pembelajaran praktek siswa khususnya untuk kompetensi perakitan komponen elektronika kurang menunjukan hasil yang maksimum. Berdasarkan studi awal yang dilakukan di SMK Negeri 1 Losarang Indramayu, penyebab rendahnya kwalitas pekerjaan setelah pembelajaran praktek perakitan komponen elektronika adalah kurang optimalnya dalam penerapan prosedur pekerjaan perakitan. Penelitian ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa pada sub kom-petensi merakit komponen elektronika melalui penerapan prosedur pekerjaan perakitan di SMK Negeri 1 Losarang Indramayu. Kegiatan penelitian ini menggunakan rancangan penelitan tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus dengan materi uji komponen, merakit komponen, dan pengujian hasil rakitan. Pada masing masing siklus dilakukan beberapa tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian menggunakan siswa kelas X-1 SMK Negeri 1 Losarang Indramayu (36 orang siswa). Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan berikut ini: 1) penerapan prosedur pekerjaan perakitan dapat meningkatkan prestasi belajar dengan pencapaian yang lebih baik dalam pencapaian ketuntasan belajar siswa. 2) penerapan prosedur pekerjaan perakitan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang pada akhirnya akan menunjang peningkatan pencapaian prestasi belajar. Peneliti menyarankan: 1) dalam meningkatan prestasi belajar siswa hendaknya selain dengan penerapan prosedur pekerjaan perakitan yang benar dilengkapi dengan peningkatan sarana praktek yang memadai: 2) kepada kepala program jurusan teknik elektro untuk menyediakan dukungan dan fasilitas hingga dapat menyusun dan melaksanakan pembelajaran dalam peningkatan prestasi belajar siswa pada sub kompetensi merakit komponen elektronika: 3) kepada guru atau peneliti untuk dapat melakukan penelitian ulang, baik pada sub kompetensi yang sama atau berbeda untuk lebih meningkatkan prestasi belajar siswa. Kata kunci: prestasi belajar, kompetensi, prosedur pekerjaan 210 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Increasing the Student Achievement in Electronics Components Sub Competency Through Assembling Tasks Procedure Implementation at SMK Negeri 1 Losarang Indramayu Oo Sugiarto Sugiarto, O. 2009. Increasing the Student Achievement in Electronics Components Sub Competency Through Assembling Tasks Procedure Implementation at SMK Negeri 1 Losarang Indramayu. Thesis, Department of Vocational Education, Postgraduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Dr. Mardi Wiyono, S.T.,M.Pd., (II) Drs. Slamet Wibawanto, M.T. Abstract Implementing theory and practice of learning process, teachers generally do hope all of the students have high achievement of learning for the lesson they manage. But in the reality, the result of the students work in the process of practicing and learning especially in assembling electronics components are still not show maximally. Based on pre elementary study carried out in SMK N 1 Losarang Indramayu, the cause of the quality of working is low after learning practice for assembling electronic component that isn’t optimum on the assembling working procedure application. This research is aimed for increasing the students learning achievement to electronic component sub competency assembling through procedure application of assembling working in SMK N 1 Losarang Indramayu. The research activity uses the research design of classroom action research consisting of three cycles by the material component test, assembling component and testing of the result assembling. In each cycle there are steps namely, planning, implementation action, observation and reflection. The subject of research are the students of class X-1 SMK N 1 Losarang Indramayu (36 students). Based on the data analyzed that has been done, the researcher concludes as follows: 1) application procedure of assembling working could improve better achievement of study by getting achievement of students learning. 2) procedure application of assembling working could improve the students’ involvement in learning activity that will support the increasing of studying achievement. The researcher suggests: 1) in increasing student study achievement, school should implicate procedure of working assembling as well as completed by sufficient practicing instruments improvement: 2) The head of electronics program department should provide support and facilities so he can manage learning process activity for increasing student study achievement upon electronic component sub competency: 3) the teachers or the researcher should be able to repeat research either at the same sub competence or different competence to improve the increasing student learning achievement. Keywords: learning achievement, competency, working procedures Identifikasi Kompetensi Mata Pelajaran Produktif yang Diajarkan di SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Kota Mojokerto Menurut Kurikulum Toyota Supa’i Supa’i. 2009. Identifikasi Kompetensi Mata Pelajaran Produktif yang Diajarkan di SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Kota Mojokerto Menurut Kurikulum Toyota. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Dr. Waras Khamdi, M.Pd., (2) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd. Abstrak Kurikulum merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan kompetensi lulusan agar mereka dapat mengisi peluang kerja yang ada di dunia usaha/dunia industri. Kurikulum yang diharapkan harus memiliki kesesuaian atau relevansi dengan kebutuhan yang dipersyaratkan oleh DU/DI. Oleh karena itu, keterlibatan DU/DI dalam penyusunan kurikulum dan keikutsertaan untuk mem-bantu proses belajar mengajar di SMK perlu ditingkatkan dalam suatu bentuk kemitraan antara SMK dengan DU/DI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian standar kom-petensi dan kompetensi dasar mata pelajaran produktif yang diajarkan di SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Kota Program Studi S2 PKJ 211 Mojokerto menurut kurikulum Toyota. Mata pelajaran produktif tersebut meliputi: (1) Gambar Teknik, (2) Pe-ngetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM), (3) Automotive General Knowledge & Frequency Service Job, (4) Chasis, Drive Train & Frequency Service Job, (5) Engine & Frequency Service Job, dan (6) Electrical & Frequency Service Job. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis dokumen. Populasi penelitian adalah seluruh guru mata pelajaran produk-tif SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif bidang keahlian General Repair di Kota Mojokerto. Teknik analisis data tiap-tiap butir instrumen menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Gambar teknik yang diajarkan di SMK Kota Mojokerto sebagian besar sudah sesuai dengan kurikulum Toyota (58,25% dan 69,86%), (2) kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PDTM yang diajarkan di SMK Kota Mojokerto sebagian besar sudah sesuai dengan kurikulum Toyota (61,07% dan 67,86%), (3) kesesuaian standar kompe-tensi dan kompetensi dasar kelompok mata pelajaran Automotive General Know-ledge & Frequency Service Job yang diajarkan di SMK Kota Mojokerto hanya sebagian kecil yang sesuai dengan kurikulum Toyota (38,10% dan 44,36%), (4) kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Chasis, Drive Train & Frequency Service Job yang diajarkan di SMK Kota Mojokerto hanya sebagian kecil yang sesuai dengan kurikulum Toyota (39,48% dan 45,14%), (5) kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar kelompok mata pelajaran Engine & Frequency Service Job yang diajarkan di SMK Kota Mojo-kerto hanya sebagian kecil yang sesuai dengan kurikulum Toyota (44,23% dan 46,50%), dan (6) kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar kelompok mata pelajaran Electrical & Frequency Service Job yang diajarkan di SMK hanya sebagian kecil yang sesuai dengan kurikulum Toyota (48,19% dan 48,15%) Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada sekolah untuk men-jalin kerjasama (kemitraan) dengan DU/DI. Kerjasama ini bertujuan untuk meng-identifikasi dan menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang seharusnya diberikan kepada peserta didik dengan mengacu kepada kebutuhan kompetensi dunia kerja, khususnya mata pelajaran: (1) Automotive General Knowledge & Frequency Service Job, (2) Chasis, Drive Train & Frequency Service Job, (3) Engine & Frequence Service Job, dan (4) Electrical & Frequency Service Job. Kata kunci: kompetensi mata pelajaran produktif, program keahlian teknik mekanik otomotif, kurikulum toyota Identification Competence of Productive Subjects which Taught at the Vocational School the Program of Mechanics Automotive in Mojokerto based on the Toyota’s Curriculum Supa’i Supa’i. 2009. Identification Competence of Productive Subjects which Taught at the Vocational School the program of Mechanics Automotive in Mojokerto based on the Toyota’s curriculum. Tesis. Postgraduate Program, State University of Malang. Advisors: (1) Dr. Waras Khamdi, M.Pd., (2) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd. Abstract Curriculum is very important factor for increasing the level of competency graduate to fill the job opportunities in the world of business/industrial (world of work). Curriculum have to suitability or relevance to fulfill the needs which are required by world of business/industrial. Therefore, the involvement of them to assist in curriculum and participation in teaching-learning process at vocational school needs to be improved in the form of a partnership. This research aims to find out relevance of the standard competence and basic competence of productive subjects which taught at vocational schools the program of Mechanics Automotive in Mojokerto based on the Toyota’s curri-culum. The productive subjects are: (1) Technical Drawing, (2) Basic Knowledge of Machine Technics, (3) Automotive General Knowledge & Frequency Service Job, (4) Chasis, Drive Train & Frequency Service Job, (5) Engine & Frequency Service Job, and (6) Electrical & Frequency Service Job. This research is a descriptive using document analysis approach. The Population is all of the productive subject teachers at the vocational school the program of Mechanics Automotive in Mojokerto. Data analysis technique is using the percentage formula. 212 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Results of the research shows that: (1) the relevance of the standard competence and basic competence of Technical Drawing subject which were taught at vocational schools in Mojokerto mostly has been relevan to the Toyota’s curriculum (58,25% and 69,98%), (2) the relevance of the standard competence and basic competence of Basic Knowledge of Machine Technics subject which were taught at vocational schools in Mojokerto mostly has been relevan to the Toyota’s curriculum (61,07% and 67,86%), (3) the relevance of the standard competence and basic competence of Automotive General Knowledge & Frequency Service Job subject which were taught at vocational schools in Mojokerto only a few has been in line with the Toyota’s curriculum (38,10% and 44,36%), (4) the relevance of the standard competence and basic competence of Chasis, Drive Train & Frequency Service Job subject which were taught at vocational schools in Mojokerto only a few has been in line with the Toyota’s curriculum (39,48% and 45,14%), (5) the relevance of the standard competence and basic competence of Engine & Frequency Service Job subject which were taught at vocational schools in Mojokerto only a few has been in line with the Toyota’s curriculum (44,23% and 46,50%), and (6) the relevance of the standard competence and basic competence of Engine & Frequency Service Job subject which were taught at vocational schools in Mojokerto only a few has been in line with the Toyota’s curriculum (48,19% and 48,15%). Based on this research results, suggested to vocational school to establish cooperation (partnership) with world of business/industrial. The purpose of cooperate is identify and analyze the standard competency and basic competency of subject that should given to student refer to competence of the work of world, particularly the subjects of: (1) Automotive General Knowledge & Frequency Service Job, (2) Chasis, Drive Train & Frequency Service Job, (3) Engine & Frequency Service Job, and (4) Electrical & Frequency Service Job. Keywords: productive competence subject, mechanics automotive program, toyota’s curriculum Identifikasi Sarana Prasarana Dan Kondisi Peralatan Praktik Mekanik Otomotif SMK Swasta di Daerah Polwil Bojonegoro dan Madiun Sopan Slamet Slamet, Sopan. 2009. Identifikasi Sarana Prasarana Dan Kondisi Peralatan Praktik Mekanik Otomotif SMK Swasta Di Daerah Polwil Bojonegoro Dan Madiun. Tesis, Jurusan Pendidikan Kejuruan (PKJ), Program Paska Sarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Achmad Tutjik Moechid, Drs. M.Sc. Ph.D., (II) Dr. Waras Kamdi M.Pd. Abstrak Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan di masyarakat yang semakin berkembang menuntut dunia pendidikan nasional melakukan upaya pembaharuan menuju pendidikan yang kompetitif dan inovatif. Sarana, prasarana, dan kondisi peralatan praktik mekanik otomotif merupakan komponen penting dalam menghantarkan anak didik menuju dunia kerja yang diinginkan, sesuai dengan bidang keahliannya. Tuntutan terhadap dunia pendidikan untuk mengambil peran dan memberikan andil yang signifikan bagi berbagai upaya reformasi di berbagai kehidupan masyarakat diawali dengan melakukan telaah terhadap dunia pendidikan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan oleh dunia kerja, untuk itu penelitian ini difokuskan pada sarana prasarana dan kondisi peralatan praktik mekanik otomotif SMK Swasta di Daerah Polisi Wilayah Bojonegoro dan Madiun yang belum pernah diteliti. Penelitian ini untuk mengidentifikasi sarana prasarana dan kondisi peralatan praktik mekanik otomotif SMK swasta di Daerah Polisi Wilayah Bojonegoro dan Madiun. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diskriptif, yang akan menggambarkan sarana prasarana serta kondisi peralatan bengkel praktik mekanik otomotif. Pengumpulan data dengan menggunakan cheklist dan metode observasi. Analisis data dengan statistik deskriptif dan pelaksanaanya dibantu dengan menggunakan bantuan SPSS.12 for windows. Penemuan penelitian mengindikasikan bahwa secara umum sarana prasarana bengkel praktik mekanik otomotif SMK swasta di Daerah Polisi Wilayah Bojonegoro dan Madiun masih belum memenuhi syarat seperti yang direkomendasikan oleh Prakken Publications dan pedoman analisis kebutuhan sarana prasarana pendidikan SMK Program Mekanik Otomotif Departemen Pendidikan Nasional. Program Studi S2 PKJ 213 Sarana bengkel praktik mekanik otomotif belum memenuhi syarat seperti yang diharapkan, keadaan ini bisa kita lihat dari rerata keadaan ruang bengkel yang memenuhi syarat hanya 47,5%. Jumlah mesin dan peralatan yang digunakan kurang atau tidak memenuhi syarat karena dari rerata yang memenuhi syarat hanya sebesar 11,7%. Gambaran keadaan prasarana ini tidak memadai dengan jumlah siswa yang memakainya untuk praktik, sehingga dengan keadaan ini siswa tidak dapat belajar dengan maksimal. Mesin yang digunakan masih banyak menggunakan produksi lama sehingga pengalaman siswa di sekolah sangat jauh berbeda dengan keadaan di luar. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar (1) bagi penyelenggara pendidikan diharapkan untuk menambah sarana untuk kegiatan praktik, agar siswa dapat belajar maksimal sesuai dengan keadaan kerja pada dunia industri, (2) penyediaan ruang praktik yang memadai kegiatan belajar di bengkel agar tercipta suasana belajar yang nyaman dan keselamatan kerja dapat tercipta, dan (3) pemeliharaan peralatan yang ada pada ruang kerja praktik semestinya diperhatikan dengan cara memberikan tugas pada seseorang dalam menjaga atau merawat peralatan tersebut, sehingga dalam kegiatan praktik peralatan yang dipakai memang merupakan peralatan yang digunakan oleh standard pada dunia kerja. Kata kunci: identifikasi, sarana prasarana, kondisi peralatan Identification of Tools, Infrastructure and Condition of Automotive Mechanical Practice Tools of Private Vocational High School in The Area of Polwil Bojonegoro and Madiun Sopan Slamet Slamet, Sopan. 2009. Identification of Tools, Infrastructure and Condition of Automotive Mechanical Practice Tools of Private Vocational High School in The Area of Polwil Bojonegoro and Madiun. Thesis, Department of Vocational Education (PKJ), Postgraduate Program of State University of Malang. Advisor: (I) Prof. Achmad Tutjik Moechid, Drs. M.Sc. Ph.D., (II) Dr. Waras Kamdi, M.Pd. Abstract The progress of science and technology to fulfill the society needed make the national education has renewal efforts to be competitive and innovative education. The tools, infrastructure, and the condition of practice device at mechanical automotive are important component in delivers pupil aims desirable work world, as according to the skill area. Education takes the most important role in increasing the quality of human resources which expected to take part both in getting any job and in business competition in globalization and the free-trade era. Vocational education is one of the institution to prepares the labors in industries demand, for that purpose this research is focusing in infrastructure tool and the condition of practice device in mechanical automotive private schools of vocational education at Bojonegoro and Madiun police area which never canvassed yet. This research aims is identify the infrastructure, tools and the condition of practice device in mechanical automotive private schools of vocational education at Bojonegoro and Madiun police area. This research done by descriptive design, what is describing infrastructure, tools and the condition of practice device in mechanical automotive. Data is collected by using checklist and observation method. Data is analyzed with descriptive statistics and the execution helped by using SPSS12 software for windows. Research finding that is the general repair shop of infrastructure, tools, and the condition of practice device in mechanical automotive private schools of vocational education at Bojonegoro and Madiun police area is not standard yet which recommended by Prakken Publications and vocational education department guide of automotive mechanical program. This research finding that: (1) there is 47.5% of infrastructure and 11.7% average of tools at automotive mechanical practice devices are provided for the practical learning in mechanical automotive private schools of vocational education at Bojonegoro and Madiun police area, (2) there is 41.3% of infrastructure and 74.6% average of tools at automotive mechanical practice devices are insufficient for the practical learning in mechanical automotive private schools of vocational education at Bojonegoro and Madiun police area, and (3) there is 11.7% of infrastructure and 13.7% average of tools at automotive mechanical practice devices are not provided for the practical learning in mechanical automotive private schools of vocational education at Bojonegoro and Madiun police area. According this research finding, suggested (1) the education administrator at private vocational education of Bojonegoro and Madiun police area suggested adding the practical tool, to increasing the 214 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 achievement of learner , (2) the education administrator should provide the practical infrastructure at vocational education to keep the great conditions of learning and keep the safety of learner in the practical learn at the school, (3) the education administrator should be keep the practical tool and infrastructure at vocational education by adding the tool man to keep and care that, which the learning of practical education needed the real tool to be the real conditions at the factory, so the learner can survive and get the success in the job. Keywords: Identification, tools and infrastructure, tools condition Peningkatan Kemampuan Keterampilan Motorik Siswa pada Kompetensi Merakit Kusen Kayu Melalui Siklus Pembelajaran Latihan Sambungan Kayu di SMK Negeri 3 Boyolangu Tulungagung, SMK Negeri 1 Kediri, dan SMK Negeri 1 Blitar Dwi Kukuh Wahonoadi Wahonoadi, Dwi Kukuh. 2009. Peningkatan Kemampuan Keterampilan Motorik Siswa pada Kompetensi Merakit Kusen Kayu Melalui Siklus Pembelajaran Latihan Sambungan Kayu di SMK Negeri 3 Boyolangu Tulungagung, SMK Negeri 1 Kediri, dan SMK Negeri 1 Blitar. Tesis. Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Drs. Achmad Tutjik Moechid, M.Sc., Ph.D., (2) Drs. H. Bambang Widarto, M.T. Abstrak Berdasarkan data hasil belajar siswa kelas II semester gasal tahun pelajar-an 2006/2007 kompetensi merakit kusen kayu di SMK N 3 Boyolangu Tulung-agung, SMK N 1 Kediri, dan SMK N 1 Blitar masih rendah. Masalah pembela-jaran tersebut dapat diamati melalui skor masing-masing siswa. Skor rerata yang didapat siswa di SMK N 3 Boyolangu Tulungagung sebesar 6.90, terdiri dari 18 siswa (56.25 %) dengan rerata 7.28 ≥ 7.00, dan 14 siswa (43.75 %) dengan rerata 6.40 ≤ 7,00. Sedangkan skor rerata siswa di SMK N 1 Kediri sebesar 6.76, terdiri dari 16 siswa (51.61 %) dengan rerata 7.25 ≥ 7.00 dan 15 siswa (48.39 %) dengan rerata 6,24 ≤ 7,00. Adapun skor rerata siswa di SMK N 1 Blitar sebesar 6.99 terdiri dari 19 siswa (54.29 %) dengan rerata 7.22 ≥ 7.00, dan 16 siswa (45.61 %) memiliki rerata 6.73 ≤ 7,00. Skor rerata yang diperoleh siswa tersebut menunjuk-kan bahwa secara umum keterampilan yang dimiliki siswa masih dibawah skor standar kelulusan 7.00. Dilain pihak guru menyadari adanya kelemahan pada diri siswa ketika menyeleseikan pekerjaan merakit kusen kayu yaitu keterampilan sis-wa dalam membuat sambungan. Berdasarkan refleksi dan hasil diskusi antara guru dengan peneliti, penyebab rendahnya kemampuan keterampilan motorik siswa kompetensi merakit kusen kayu adalah masih rendahnya kemampuan keterampil-an siswa dalam membuat sambungan kayu. Oleh karena itu dirasa perlu diadakan tindakan pembelajaran latihan membuat sambungan kayu secara maksimal agar keterampilan motorik siswa kompetensi merakit kusen kayu dapat meningkat. Se-cara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik siswa kelas II pada tiga sekolah tersebut melalui latihan membuat sambungan ka-yu yang dilaksanakan oleh enam orang guru dengan peneliti secara kolaborasi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindak-an kelas. Prosedur tindakan dikemas dalam bentuk siklus 1 pembelajaran latihan membuat sambungan sudut, siklus 2 pembelajaran latihan membuat sambungan silang, siklus 3 pembelajaran latihan membuat sambungan ekor burung, dan siklus 4 pembelajaran merakit kusen kayu. Subyek penelitian ini meliputi: (a) siswa kelas II program keahlian teknik konstruksi kayu SMKN 3 Boyolangu Tulung-agung berjumlah 32 siswa; (b) siswa kelas II program keahlian teknik konstruksi kayu SMK N 1 Kediri berjumlah 31 siswa; dan (c) siswa kelas II program keahli-an teknik konstruksi kayu SMK N 1 Blitar berjumlah 35 siswa. Perencanaan tin-dakan dilaksanakan pada periode 2 September 2007 sampai 20 Oktober 2007, sedangkan pelaksanaan tindakan dilakukan pada periode 7 Januari 2008 sampai 31 Januari 2008. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (a) pada akhir siklus 1, didapatkan di SMK N 3 Boyolangu Tulungagung reratanya 7.24 terdiri dari 24 siswa (75 %) te-lah kompeten dan delapan siswa (25 %) belum kompeten, sedangkan di SMK N 1 Kediri reratanya 7.25 terdiri dari 20 siswa (64,5 %) telah kompeten dan 11 siswa (35,5 %) belum kompeten, dilain pihak di SMK N 1 Blitar reratanya 7.19 terdiri dari 25 siswa (71,4 %) telah kompeten dan 10 siswa (28,4 %) belum kompeten. Selanjutnya dilaksanakan pembelajaran remidial latihan membuat pen sambungan sudut, sehingga seluruh siswa kompeten membuat sambungan sudut; (b) pada akhir siklus 2, didapatkan di SMK N 3 Boyolangu Tulungagung reratanya 7.36 terdiri dari 27 siswa Program Studi S2 PKJ 215 (84,4 %) telah kompeten dan lima siswa (15,6 %) belum kompeten, sedangkan di SMK N 1 Kediri reratanya 7.32 terdiri dari 23 siswa (74,2 %) telah kompeten dan delapan siswa (25,8 %) belum kompeten, dilain pi-hak di SMK N 1 Blitar reratanya 7.35 terdiri dari 27 siswa (77,1 %) telah kompe-ten dan 10 siswa (22,9 %) belum kompeten. Selanjutnya dilaksanakan pembela-jaran remedial latihan membuat coakan sambungan silang, sehingga seluruh siswa kompeten membuat sambungan silang; (c) pada akhir siklus 3, ditemukan di SMK N 3 Boyolangu Tulungagung reratanya 7.49 terdiri dari 30 siswa (91,8 %) telah kompeten dan dua siswa (8,2%) belum kompeten, sedangkan di SMK N 1 Kediri reratanya 7.38 terdiri dari 28 siswa (90,3 %) telah kompeten dan tiga siswa (9,7 %) belum kompeten, dilain pihak di SMK N 1 Blitar reratanya 7.41 terdiri dari 32 siswa (91,4 %) telah kompeten dan tiga siswa (8,6 %) belum kompeten. Selanjut-nya dilaksanakan pembelajaran remidial latihan membuat coakan sambungan ekor burung, sehingga seluruh siswa kompeten membuat sambungan ekor burung; dan (d) pada akhir siklus 4, ditemukan di SMK N 3 Boyolangu Tulungagung reratanya 7.85, SMK N 1 Kediri reratanya 7.89, dan SMK N 1 Blitar reratanya 7.76 serta setiap siswa telah memperoleh nilai ≥ 7.00 (100 %) dan telah kompeten. Kata kunci: peningkatan, keterampilan motorik siswa, latihan membuat sambungan kayu, merakit kusen kayu The upgrade of Students’ Motoric Skills Com-petence at Timber Frame Assembly Through Learning Cycle of Wood Joints Drill at SMK Negeri 3 Boyolangu Tulungagung, SMK Negeri 1 Kediri, and SMK Negeri 1 Blitar Dwi Kukuh Wahonoadi Wahonoadi, Dwi Kukuh. 2009. The upgrade of Students’ Motoric Skills Com-petence at Timber Frame Assembly Through Learning Cycle of Wood Joints Drill at SMK Negeri 3 Boyolangu Tulungagung, SMK Negeri 1 Kediri, and SMK Negeri 1 Blitar. Thesis. Vocational Education Studies Program, Postgraduate Program State University of Malang. Mentors: (1) Prof. Drs. Achmad Tutjik Moechid, M.Sc., Ph.D., (2) Drs. H. Bambang Wi-darto, M.T. Abstract Based on the students' achievement data of class II at first semester in 2006/2007 the timber frame assemble competence at SMK N 3 Boyolangu Tu-lungagung, SMK N 1 Kediri, and SMK N 1 Blitar are low. Learning problem can be observed through the student’s marks and it’s average. Students obtained scores at SMK N 3 Boyolangu Tulungagung gained the average of 6.90, consisting of 18 students (56.25%) in seven point twenty eight is more than or equals seven (≥ 7.00) and 14 students (43.75%) in six point forty is less than seven (< 7.00). While students score of SMK N 1 Kediri gained the average of six point seventy six (6.76), consisting of 16 students (51.61%) obtained the average score of seven point twenty five is greater than or equals seven (≥ 7.00) and 15 students (48.39%) had rates of six point twenty four is less than seven (< 7.00). The students’ scores in SMK N 1 Blitar had the average of 6.99 consists of 19 students (54.29%) gained the average of seven point twenty two is over than or equals seven (≥ 7.00), and 16 students (45.61%) had rates of six point seventy three is less than seven (< 7.00). The obtained scores showed that students generally have in below score of the passing grade standard of seven (7.00). On the other hand, teachers realized the students’ weakness when finishing the wood frame assembling, especially students’ skills in making the wood joints. Based on reflection and discussion between teachers and researcher, the competence of students' motor skills was low relating to assemble wood joints. It is necessary to give intensive exercises as maximum as possible to increase their ability. Generally, this research aims to improve students' motoric skills of class II in three schools to make joints by practicing of timber that carried out by six teachers in collaborating with the researcher. The research design used is classroom action research. Action procedures are formed in four cycles: (a) cycle 1 learning how to make the joint pen; (b) cycle 2 learning of making the joint cross drill; (c) cycle 3 learning the exercise of birds’ tail joint; and (d) cycle 4 learning how to assemble a wood frame. The subjects of research were as followed: (a) the member of second-grade students of wood construction engineering programs in SMK N 3 Boyolangu Tulungagung were 32 students; (b) the member of second-grade students of wood construction engineering programs in SMK N 1 Kediri were 31 students; and (c) the member of second-grade students of wood construction engineering in SMK N 1 Blitar were 35 students. Preparation of the research was conducted in the period of September 2 to October 20, 2007, while the implementation of the action was executed in the period of January 7, 2008 to January 31, 2008. 216 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 The results showed that: (a) at the end of cycle 1, it was found that SMK N 3 Boyolangu Tulungagung obtained the average of seven point twenty four (7.24) there were 24 students (75%) had been competent and eight students (25%) had not been competent, while the SMK N 1 Kediri had the average of seven point twenty five (7.25) there were 20 students (64.5 %) had been competent and 11 students (35.5%) had not been competent. On the other hand, SMK N 1 Blitar had the average of seven point nineteen (7.19) there were 25 students (71.4%) had been competent and 10 students (28.4%) had not been competent. Further more, the remedial teaching how to make a joint pen was conducted, so that all students were competent; (b) at the end of cycle 2, SMK N 3 Boyolangu Tulungagung obtained the average of seven point thirty six (7.36) there were 27 students (84.4%) had been competent and five students (15.6 %) had not been competent, while the SMK N 1 Kediri gained the average of seven point thirty two (7.32) there were 23 students (74.2%) had been competent and eight students (25.8%) had not been competent. On the other hand, SMK N 1 Blitar obtained the average of seven point thirty five (7.35) there were 27 students (77.1%) had been competent and 10 students (22.9%) had not been competent. Next, the remedial teaching how to make notch cross joint was conducted, so that all students were competent; (c) at the end of cycle 3, SMK N 3 Boyolangu Tulungagung achieved the average of seven point forty nine (7.49) there were 30 students (91.8%) had been competent and two students (8.2 %) had not been competent. While the SMK N 1 Kediri had average of seven point thirty eight (7.38) there were 28 students (90.3%) had been competent and three students (9.7%) had not been competent. On the other hand the SMK N 1 Blitar obtained the average of seven point forty one (7.41) there were 32 students (91.4%) had been competent and three students (8.6%) had not been competent. Further, the remedial teaching of how to make the notch bird tail joint was conducted, so that all students were competent to make this joint; and (d) at the end of cycle 4, it was found that the SMK N 3 Boyolangu Tulungagung achieved the average of seven point eighty five (7.85), SMK N 1 Kediri obtained the average of seven point eighty nine (7.89), and SMK N 1 Blitar gained the average of seven point seventy six (7.76). It showed that each student received grades is over than or equals seven (≥ 7.00) (100%) and it means that all students were competent or were successful in learning. This exercise shows that learning to make the most of wood joint can enhance students' skills competence in assembling wood frame in SMK N 3 Boyolangu Tulungagung, SMK N 1 Kediri, and SMK N 1 Blitar. Keyword: the upgrade, students’ motoric skills, wood joints drill, wood frame assembling Hubungan antara Pengalaman Penataran dan Pengetahauan tentang Keselamatan Kerja dengan Kompetensi Guru Teknik dalam Mengelola Bengkel Praktik Saleh Rifadi Rifadi, Saleh. 2009. Hubungan antara Pengalaman Penataran dan Pengetahauan tentang Keselamatan Kerja dengan Kompetensi Guru Teknik dalam Mengelola Bengkel Praktik. Tesis, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Haris Anwar Syafrudie, M.Pd, (II) Drs. Ir. I Wayan Jirna, M.T. Abstrak Sekolah Menengah kejuruan (SMK) bertujuan untuk menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang produktif, adaptif, dan kreatif. Tenaga kerja tersebut merupakan produk dari Lembaga Pendidikan Teknik, Sekolah Menengah Kejuruan dan sejenisnya. SMK banyak menekankan pada pelajaran praktik, sehingga keberadaan fasilitas yang berupa bengkel praktik sangat penting. Pengelolaan bengkel praktik dilakukan untuk memperlancar proses pembelajaran bagi siswa, sehingga guru produktif diharapkan memiliki kompetensi yang memadai dalam pengelolaan bengkel praktik. Keberadaan bengkel praktik bagi SMK adalah sebagai sarana melatih dan meningkatkan kompetensi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan lama penataran yang pernah diikuti oleh guru, tingkat pengetahuan guru tentang keselamatan kerja, dan kompetensi guru teknik dalam mengelola bengkel praktik di SMK Wilayah Madura. Mengetahui hubungan antara pengalaman penataran dengan kompetensi guru dalam mengelola bengkel praktik, hubungan antara pengetahuan tentang keselamatan kerja dengan kompetensi guru dalam mengelola bengkel praktik, serta hubungan antara pengalaman penataran dan pengetahuan tentang keselamatan kerja dengan kompetensi guru teknik dalam mengelola bengkel praktik. Penelitian dilakukan pada SMK Negeri dan SMK Swasta di Wilayah Madura dengan melibatkan 52 guru Teknik Mesin dan Bangunan. Pengambilan data dilaksanakan dengan menggunakan angket. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, korelasi parsial dan regresi ganda. Program Studi S2 PKJ 217 Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat pengalaman penataran guru SMK di Wilayah Madura dari segi jumlah penataran pada umumnya cenderung kurang, jenis penataran sebagian besar cenderung pada bidang praktik, sedangkan pada bidang pengelolaan bengkel praktik masih sangat kurang, ini berarti perlu adanya peningkatan jenis penataran yaitu bidang pengelolaan bengkel praktik, (2) guru SMK di Wilayah Madura pada umumnya cenderung sangat setuju untuk menciptakan keselamatan kerja, melakukan pencegahan dan penanganan terhadap keselamatan kerja, serta memiliki pemahaman tentang keselamatan kerja, (3) Kompetensi guru SMK di Wilayah Madura dalam mengelola bengkel pada umumnya cenderung selalu melaksanakan pengelolaan bengkel sesuai dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki, (4) terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara pengalaman penataran dengan kompetensi guru teknik dalam mengelola bengkel praktik sebesar -0,378 tetapi rendah atau lemah tapi pasti, (5) terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengetahuan tentang keselamatan kerja dengan kompetensi guru teknik dalam mengelola bengkel praktik sebesar 0,102 tetapi sangat rendah atau lemah sekali, (6) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengalaman penataran dan pengetahuan tentang keselamatan kerja dengan kompetensi guru teknik dalam mengelola bengkel praktik dengan t hitung 3,00 lebih besar dari t tabel 2,011. Saran yang diajukan dari penelitian adalah: (1) dalam hal pengembangan kompetensi guru teknik, pihak sekolah hendaknya memperhatikan jenis penataran apa yang akan diikuti oleh guru, serta kompetensi apa yang akan didapat, (2) perlu adanya peningkatan kerja sama dengan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Teknologi dalam upaya peningkatan kompetensi guru teknik khususnya dalam pengelolaan bengkel praktik, (3) agar guru teknik selalu meningkatkan kompetensinya sesuai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, baik melalui penataran dan/atau kajian pustaka, maupun studi lanjut, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja guru, dan hasil belajar siswa, (4) agar diadakan tindak lanjut penelitian sejenis untuk pengembangan khasanah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kata kunci: pengalaman penataran, Keselamatan kerja, kompetensi mengelola bengkel. Relationship between Training Experiences and Knowledge in Job Safety with the Competency of Engineering Teachers in Managing a Practical Workshop at Vocational School Saleh Rifadi Rifadi, Saleh. 2009. Relationship between Training Experiences and Knowledge in Job Safety with the Competency of Engineering Teachers in Managing a Practical Workshop at Vocational School. Thesis, Study Program of Vocational Education, Post Graduated Program of State University of Malang. Lecturer: (1) Prof. Dr. H. Haris Anwar Syafrudie, M.Pd., (2) Drs. Ir. I Wayan Jirna, M.T. Absract Vocational High School has a purpose to prepare the students to be productive, adaptive, and creative employers. This employers graduated from Engineering Educational Institute, Vocational School, and the similar school as these. The Vocational Schools give more focuses on practical lesson, so the availability of the facilities such as work shop is very important. A management of workshop is done to make learning and teaching activity better. Based on that, a productive teacher is hoped to have enough competency in managing of practical workshop. Besides, that existence of that workshop for the Vocational School itself is a media to train and to increase the students’ competencies. The aim of this research is to know kinds of training and duration of training that are ever joined by the teachers, the rate of teachers’ knowledge about job safety, and competency of engineering teacher in managing practical workshop at Vocational School in Madura area. It is also used to know the relation between training experience with teachers’ competency in managing practical workshop, relation between knowledge of job safety with engineering teachers’ competency in managing practical workshop. This research is done to State and Private Vocational School in Madura area by involving 52 Construction and Engineering teachers. The samples of the data are taken by using questionnaire. The data analysis is this research uses Descriptive Statistic, partial correlation, and double defoliated. This result shows that : (1) the grade of teachers’ training axperience of Vocational School at Madura is not enough for them, the kinds of trainee that mostly focus on the practical side, while in the managing of practical workshop it is still less, it means that it needs to increasing the kind of the trainee of managing practical workshop, (2) The teachers of vocational School in Madura mostly agree to create a job 218 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 safety, do a prevention and handling to the job safety, and have an understanding of job safety, (3) the competency of Vocational School teachers in Madura are at managing workshop, in generally the workshop management based on their knowledge, skill, and attitude that they have, (4) there is a significant and negative relation between trainee experience with engineering teachers competency in managing practical workshop as -0,378 but low or weak, (5) there is a not significant relation between knowledge of job safety with engineering teacher’s competency in managing practical workshop as 0,102 but very low or very weak, (6) there is a positif and significant relation between trainee experience and knowledge about job safety with engineering teacher’s competency in managing practical workshop by t account 3,00 bigger than t table 2,011. The suggestion of this research : (1) in developing engineering teacher’s competency, The school must pay attention to what kinds of training that will be followed by the teacher’s, and what competency they will be got, (2) there is a necessary in cooperation with Technology Training and Education Institute in order to increase engineering teacher’s competency especially in managing practical work shop, (3) in order to make the engineering teacher’s always increase their competency based on the progress of Science and Technology, both from training and/or field of study, or continuing study, that at last will be able to increase teacher’s effort of working, and student’s result of study, (4) there should be a continuing similar research activity to develop Science and Technology field Keywords: trainee experience, job safety, competency in managing workshop