Kumpulan Abstrak Tesis Semester Genap 2009/2010 Manajemen Pendidikan (MPD) 18 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Program Studi S2 MPD 19 Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, Studi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1 Sunaryo Sunaryo. 2010. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, Studi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1. Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd. Abstrak Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah terjadinya transfer otoritas atau wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan sekolah dari pemerintah pusat ke tingkat sekolah. Otoritas dan tanggung jawab meliputi aspek-aspek pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan pemeliharaan prasarana dan sarana sekolah, pengelolaan anggaran sekolah, dan pengelolaan monitoring & evaluasi sekolah. Penelitian ini ingin mengetahui otoritas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh pemerintah, sekolah dan komite madrasah dalam pengelolaan sekolah. Penelitian ini bertujuan mengetahui aspek-aspek pengelolaan sekolah yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1 dalam penenerapan MBS. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena dan konteks dalam pelaksanaann MBS. Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus karena fokus penelitian ini menjawab pertanyaan “bagaimana” penerapan MBS dan ingin meliput kondisi kontekstual yang relevan dengan fenomenanya. Penelitian ini dilaksanakan di MIN Malang 1 yang beralamatkan di Jalan Bandung 7C, Kecamatan Klojen, Malang 65133, Propinsi Jawa Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MIN Malang 1 adalah madrasah yang dikelola secara efektif. Prestasi akademik dan non-akademiknya lulusan madrasah ini cukup tinggi. MIN Malang 1 telah menerapkan MBS walaupun penerapannya tidak dinyatakan secara eksplisit. MBS belum menjadi kebijakan formal. Walaupun demikian dalam penyelenggaraan pendidikan, MIN Malang 1 telah menerapkan prinsip-prinsip MBS secara tidak implisit. Berdasarkan temuan penelitian, penerapan MBS di MIN Malang 1 memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas sekolah. Pengelolaan madrasah di MIN Malang 1 dilaksanakan dengan pembagian wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan peran masing-masing pemangku kepentingan. Wewenang yang cukup besar dalam pengelolaan SDM, proses belajar mengajar, anggaran, dan kinerja menjadikan manajemen madrasah dapat melaksakan fungsinya dengan efisien dan efektif. Kebutuhan dasar madrasah dapat dipenuhi oleh pemerintah dan ditunjang sangat memadahi oleh komite madrasah. Komite madrasah dapat menunaikan tanggung jawabnya dalam pemenuhan kebutuhan madrasah. Pembagian wewenang dan tanggung jawab inilah yang mendorong perubahan positif bagi peningkatan kualitas madrasah. Komite madrasah dengan tanggung jawab dan wewenangnya yang tepat dalam penerapan MBS dapat membantu sekolah mencapai kualitas yang diharapkan. Tanggung jawab dan otoritas yang dimiliki oleh sekolah dan komite mendorong tercapainya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan sekolah. Berdasarkan hasil penelitian ini diajukan saran kepada tenaga pendidik dan kependidikan agar dapat memahami dan menjalankan wewenang dan tanggungjawabnya sesuai dengan perannya untuk peningkatan kualitas sekolah. Bagi guru, agar dapat menggunakan wewenang dan tanggungjawabnya untuk selalu meningkatkan diri dengan menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Bagi anggota Komite Madrasah lain agar dapat menerapkan wewenang dan taggungjawabnya secara proporsional untuk menciptakan madrasah yang akuntabel dan transparan. Bagi staf Dinas Pendidikan dan kementerian Agama agar dapat memanfatkan temuan ini sebagai acuan model dalam pembinaan sekolah. Kata kunci: manajemen berbasis sekolah, wewenang dan tanggung jawab 20 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 The Implementation of School-Based Management, A case study at Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1 Sunaryo Sunaryo. 2010. The Implementation of School-Based Management, A case study at Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1. Thesis, Education Management Department Universitas Negeri Malang. Advisors: (1) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd. Abstract The basic concept of School-Based Management (SBM) is a transfer of authority and responsibility of school management from the central government to a school site. Authority and responsibility cover the aspects of human resources, the maintenance of school infrastructure, school budgeting, and monitoring & evaluation. The research purpose is to investigate the authority and responsibility of school management, school committee members, and government staff in school-based management context. The aim of the research weas to describe the school management at Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1 in implementing SBM. This descriptive research concerns how school management, members of school committee, and government education staff to implement SBM at MIN (Primary Islamic School) Malang 1. The approach of the study is a case study. The research focused to answer the question of “how” SBM is implemented, for this purpose the objective of the research is to investigate the contextual condition which is relevant to the phenomenon. This study is conducted at MIN Malang 1 which is located at Jalan Bandung 7C, Klojen Subdistrict, Malang 65133, East Java Province. The result of the study shows that MIN Malang 1 is managed effectively. The academic and nonacademic achievement is high. The school has implemented SBM. However, there is no formal policy issued by the school. Based on the findings, the implementation of SBM contributes in improving school quality. The madrasah management distributes authority and responsibility based on the roles of stakeholders. Great amount of authority possessed by school management such as teaching and learning process, school budgeting, and monitoring and evaluation made school management is able to do its role in their fullest capability. School basic needs is supplied by government and fully supported by the school committee. The school committee shows its high commitment to fulfill the school need. Proper distribution of authority and responsibility creates positive changes in the improvement of madrasah quality. Having had great authority and responsibility, the school committee creates accountability and transparency in the management of the school. Based on the findings, it is suggested that the teaching and non-teaching staff member understand and put into practice SBM model in order to boost school quality. For teachers, it is suggested that they should implement active, creative, effective and joyful learning in their teaching-learning process in order to improve academic students’ performance. For the members of the other school committee, it is suggested that they should exercise their authority and responsibility properly in supporting their schools in order to create atmosphere of accountability and transparency. For the Education Officer under Minister of National Education and and Ministry of Religious, it is suggested to utilize the model of MIN Malang 1 in implementating SBM for supporting and supervising schools under their responsibility. Key words: school-based management, authority and responsibility Program Studi S2 MPD 21 Manajemen Implementasi Kurikulum pada Madrasah Ibtidaiyah Berprestasi Nasional (Studi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Kota Blitar) Adib Nur Huda Huda, Adib Nur. 2010. Manajemen Implementasi Kurikulum pada Madrasah Ibtidaiyah Berprestasi Nasional (Studi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Kota Blitar). Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd., (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstrak Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Kota Blitar sebagai sebuah satuan pendidikan telah mengembangkan kurikulum yang menghasilkan model atau konstruksi kurikulum berkarakteristik. Program kurikulum/pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Kota Blitar secara garis besar dibagi menjadi dua program, yaitu program pendidikan inti dan program pendidikan ekstensi. Program inti menyangkut sistem pembelajaran reguler dan sistem pembelajaran kelas unggulan. Program ekstensi menawarkan berbagai macam program yang meliputi (1) kegiatan plus (mengaji, praktik ibadah, dan les plus); (2) kegiatan ekstrakurikuler yang beragam; dan (3) kegiatan remidial yang dilaksanakan dalam bentuk Lembaga Bimbingan Belajar. Program-program kurikulum di MI Perwanida, baik secara langsung maupun tidak langsung telah mendapatkan respon positif dari masyarakat. Indikatornya, berdasarkan data statistik perkembangan siswa, perkembangan jumlah pendaftar, dan perkembangan jumlah guru dan karyawan mengalami kenaikan yang cukup siginifikan. Dilihat dari beberapa indikator tersebut dan ditinjau dari pendekatan proses, pendekatan pencapaian tujuan, dan pendekatan respon lingkungan, MI Perwanida dapat digolongkan menjadi sekolah yang berprestasi, favorit, dan unggul. Secara legalitas formal, MI Perwanida pernah mendapatkan predikat sebagai Madrasah Ibtidaiyah Berprestasi Tingkat Nasional dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Hal inilah yang menjadi dasar MI Perwanida dijadikan subyek penelitian ini. Untuk mengetahui bagaimana program-program kurikulum yang sedemikian beragam dan kompleks di MI Perwanida diimplementasikan, maka penelitian ini memfokuskan masalah pada manajemen implementasi kurikulum di MI Perwanida. Fokus masalah tersebut diuraikan kedalam 6 subfokus, yakni (1) perencanaan dalam rangka implementasi kurikulum; (2) pengorganisasian dalam rangka implementasi kurikulum; (3) penggerakan dalam rangka implementasi kurikulum; (4) pengawasan/kontrol dalam rangka implementasi kurikulum; (5) faktor-faktor yang mendukung implementasi kurikulum; dan (6) faktor-faktor yang menghambat implementasi kurikulum di Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Kota Blitar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai key instrument, sedangkan untuk menentukan sumber data manusia menggunakan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara; (1) wawancara mendalam; (2) observasi berperanserta; dan (3) studi dokumentasi. Untuk analisis data menggunakan teknik deskriptif yang penerapannya dilakukan dalam tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk mengetahui kredibilitas data, dilakukan dengan berbagai teknik, yaitu (1) triangulasi; (2) pengecekan sejawat; dan (3) pengecekan anggota (member check). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, perencanaan dalam rangka implementasi kurikulum, MI Perwanida melakukan kegiatan-kegiatan (a) menyusun rencana strategis, yang meliputi perumusan visi, misi, tujuan, program-program strategis, strategi pelaksanaan, pembiayaan, monitoring dan evaluasi; (b) menyusun rencana operasional, yang meliputi action plan per bidang, kalender pendidikan, program kegiatan kependidikan, alokasi jam belajar inti dan ekstensi, jadwal pembelajaran inti dan ekstensi, jadwal dan pelaksana tugas program ekstensi, anggaran pendapatan dan belanja sekolah, rencana penggunaan anggaran per jenis anggaran, dan pengurus komite; (c) menyusun deskripsi tugas umum; (d) menyusun tata tertib siswa; dan (e) menyusun pedoman teknis pelaksanaan kegiatan. Kedua, pengorganisasian dalam rangka implementasi kurikulum, kegiatan-kegiatannya (a) menyusun struktur organisasi dan peta penanggungjawab program; (b) menyusun tugas dan jabatan masing-masing personil; (c) menyusun tugas dan penanggung jawab pelaksana program; (d) menyusun tugas dan kewajiban masing-masing jabatan; dan (5) menyusun struktur program. Ketiga, penggerakan dalam rangka implementasi kurikulum, kegiatan-kegiatannya meliputi (a) memotivasi; (b) koordinasi; (c) kepemimpinan; dan (d) menjaga hubungan baik dengan guru dan staf. Keempat pengontrolan dalam rangka implementasi kurikulum, kegiatan-kegiatannya (a) monitoring dan evaluasi, (b) supervisi, dan (c) penilaian. Kelima faktor-faktor yang menjadi daya dukung dalam implementasi kurikulum ditemukan ada 23 faktor, beberapa faktor yang dominan adalah (a) otonomi daerah 22 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 bidang pendidikan; (b) kewenangan pengembangan kurikulum; (c) input yang bagus; (d) staf pengajar yang memenuhi kualifikasi; (e) konsep madrasah sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas ke-Islaman; (f) sarana dan prasarana; (g) peran serta masyarakat; (h) ketersediaan finansial; (i) output yang memiliki outcome yang tinggi; (j) rencana program dan rencana operasional yang jelas terumuskan; (k) kegiatan pengembangan diri yang beragam; (l) letak sekolah yang strategis dan mudah diakses; (m) deskripsi pembagian tugas dan fungsi yang jelas. Keenam, faktor-faktor yang menjadi kendala dalam implementasi kurikulum ditemukan 11 faktor, faktor-faktor yang dominan diantaranya adalah (a) peran wali murid yang cenderung pada masalah finansial saja; (b) jam pembelajaran dan mata pelajaran yang overload; (c) supervisi dari pejabat berwenang kurang intensif; (d) koordinasi yang lemah antar pelaksana program; (e) monitoring dan evaluasi yang kurang komprehensif; (f) ekspektasi yang tinggi wali murid kepada madrasah dan anaknya. Dari hasil penelitian dapat disarankan (1) MI Perwanida hendaknya lebih intensif dalam mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dan memberdayakan faktor-faktor pendukung dalam implementasi kurikulum; (2) MI Perwanida perlu merumuskan program-program kemitraan yang jelas untuk meningkatkan partisipasi masyarakat; (3) Kementerian Agama Kota Blitar perlu mengintensifkan supervisi dengan program kerja yang jelas; (4) hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum satuan pendidikan, terutama pada Madrasah Ibtidaiyah; dan (5) perlunya dilakukan penelitian pengembangan tentang implikasi-implikasi dari penerapan sebuah model/konstruksi kurikulum tertentu, khususnya kurikulum di MI Perwanida. Kata kunci: manajemen, implementasi kurikulum, madrasah ibtidaiyah berprestasi The Management of the Curriculum Implementation on School with National Achievement (Case Study at Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Blitar) Adib Nur Huda Huda, Adib Nur. 2010. The Management of the Curriculum Implementation on School with National Achievement (Case Study at Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Blitar). A Thesis, Study Program of Education Management, Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd.; (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstract Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Blitar as a unit of education has developed such kind of curriculum which has certain characteristics. The curriculum implemented at MI Perwanida is basically divided into two principal programs, they are core program and extensive program. The core program covers regular class program and superior class program. The extensive program offers various programs, including (1) additional program (reading holy Qur’an, religious service practice, and private learning); (2) various extracurricular program; and (3) remedial program which are carried out in the form of study club. The program of curriculum at MI Perwanida has got positive response from the society both directly and indirectly. The indicators are based on the statistic data of the student development, the increasing number of registrants, the increasing number of teachers and staffs which has significant improvement. Based on the indicators above and seen from several approaches, MI Perwanida can be classified into prestigious, favorite, and superior school. In the formal legality, MI Perwanida has ever got a predicate as a school with national achievement from the Ministry of Religious Affairs (Kemenag) Indonesia. This is the basic reason why MI Perwanida Blitar was chosen as the subject of this research. To know how the curriculum program implemented at MI Perwanida, the research focuses on the problem of the management of the curriculum implementation at MI Perwanida. The focus of the research are (1) the planning of the curriculum implementation; (2) the organizing of the curriculum implementation; (3) the actuating of the curriculum implementation; (4) the controlling of the curriculum implementation; (5) the supporting factors of the curriculum implementation; and (6) the hampering factors of the curriculum implementation at MI Perwanida Blitar. The approach used in this research was qualitative approach and used case study as the design. Data collection was done by the researcher himself as a key instrument. While snowball sampling technique used to determine the sources of data. The data of the research were gathered through interview, participant observation, and documentation. Then, to analyze the data, the researcher used descriptive technique which had three phase, those are data reduction, data presentation, and conclusion or verification. To know the data Program Studi S2 MPD 23 validity, the research used the following techniques, they were data triangulation, discussion with colleague, and verification of the member. The finding of the research showed that first, in relation to the planning of the curriculum implementation, MI Perwanida did many programs, those are; (a) having a strategic plan which covers the formation of vision, mission, and goal, strategic program, strategy of implementation, finance, monitoring and evaluation; (b) arranging the operational plan which consists of action plan in every field, the educational calendar, education program, the time allocation for core and extensive program, the schedule of extensive program, the school income and budget, The planning of the budget, and the members of the school committee; (c) arranging the general job description; (d) arranging the students regulation; and (e) making technical manual for all the implementation. Second, the organizing in connection with the curriculum implementation, the activities are; (a) making structure of organization and job description; (b) making duty and function of each personal; (c) making duty and care-taker of the implementation; (d) making duty and obligation of each position; and (e) arranging the structure of the program. Third, the actuating of the curriculum implementation, the activities includes; (a) motivating; (b) coordinating; (c) leadership; and (d) keeping a good relationship between the teachers and the staffs. Forth, the activities carried out in order to control the curriculum implementation are; (a) monitoring and evaluation; (b) supervision; and (c) assessment. Fifth, it was found that there are about twenty three factors which really support the curriculum implementation. Some dominant factors are; (a) autonomy in education; (b) authority in curriculum development; (c) good input; (d) qualified teachers; (e) school concept as an educational institution which has Islamic characteristic; (f) school facility; (g) the role of the society; (h) finance availability; (i) good output and outcome; (j) clear formulated of the plan program and operational plan; (k) variety of self development; (l) strategic location of the school and accessible; and (m) well managed of job description. Sixth, There were eleven factors found that can hamper the curriculum implementation, those are; (a) the participation of the students parents which focus on the financial problem only; (b) the time and the subjects which are overload; (c) less intensive of the supervision from the official; (d) weak coordination among the implementers; (e) less comprehensive of the monitoring and evaluation; and (f) high expectation from the parents toward the school and the children. From the result of this research, the researcher can give the following suggestions, those are; (1) MI Perwanida is supposed to more intensively cope with any obstacles appeared and make use of the supporting factors in the curriculum implementation; (2) MI Perwanida needs to formulate a clear partnership program to increase the participation from the society; (3) The Ministry of Religious Affairs (Kemenag) needs to intensify the supervision with a better program; (4) the result of this research can be used as a reference in developing and implementing school based curriculum especially at Islamic Elementary School (Madrasah Ibtidaiyah); and (5) it is also suggested that future researcher will conduct the research on the implication of the particular model of the curriculum implementation, especially at MI Perwanida. Keywords : management, curriculum implementation, school with achievement Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama Pasca UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah di Kabupaten Pasuruan Moh. Syukron Aby Aby, Moh. Syukron. 2010. Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama Pasca UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah di Kabupaten Pasuruan. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Malang. Dosen Pembimbing : (I) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd., (II) Dr. H. Imron Arifin, M. Pd. Abstrak Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berdampak juga bagi otonomi pendidikan. Dengan demikian, konsekuensi logis bagi proses pembuatan kebijakan pendidikan oleh pemerintah Kabupaten/Kota adalah perlu dilakukan penyesuain diri dari paradigma lama manajemen pendidikan menuju paradigma baru manajemen pendidikan masa depan yang lebih bernuansa otonomi dan lebih demokratis. Otonomi di bidang pendidikan dipahami sebagai pemberian kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab secara profesional untuk mengambil prakarsa dan merumuskan perencanaan pendidikan secara partisipatif, koordinatif dengan memberdayakan segenap potensi sumber daya perencanaan yang dimiliki. Sejalan dengan hal tersebut, yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah 24 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Dengan potensi itu Pemerintah Kabupaten Pasuruan ahirnya mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun 2001 tentang organisasi tata kerja dinas Pendidikan, yang didalamnya mengakomodir tentang pendidikan keagamaan pada satu subdinas/bidang tersendiri yaitu Pergurag. Mengapa Kebijakan tersebut ada di Kabupaten Pasuruan, sementara di Kabupaten dan Kota lain di Propinsi Jawa Timur belum ada. Penelitian tentang Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama Pasca UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah di Kabupaten Pasuruan.. Kemudian dielaborasi ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1). Bagaimana interpretasi dan formulasi para pengambil kebijakan di lingkungan pemerintah Kabupaten Pasuruan terhadap Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah terkait dengan kebijakan pengembangan Pendidikan Agama ?, 2). Bagaimana implementasi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah terkait dengan pelaksanaan dan kebijakan pengembangan Pendidikan Agama di Kabupaten Pasuruan ?, 3). Apakah sinkronsasi Peraturan-peraturan daerah (Perbup Nomor 13 Tahun 2001 tentang Organisasi dan tata kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 terkait dengan kebijakan pengembangan Pendidikan Agama di Kabupaten Pasuruan ? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data utama adalah in depth interview kemudian dilengkapi dengan documentation study dan participant observation. Analisis data dilakukan secara terus menerus sejak pengumpulan data hingga penulisan, sebagai bagian dari proses trianggulasi. Dari penelitian ini, diperoleh temuan-temuan tentang : 1). Interpretasi dan formulasi para pengambil kebijakan di lingkungan pemerintah Kabupaten Pasuruan terhadap Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah terkait dengan kebijakan pengembangan Pendidikan Agama, Setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten Pasuruan dalam hal ini Dinas Pendidikan mendapatkan alokasi tambahan anggaran yang cukup signifikan dibandingkan dengan dinas-dinas lain yang ada di Kabupaten Pasuruan, Bahkan dalam menanggapi pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut, pemerintah Kabupaten Pasuruan telah mengeluarkan Perda atau keputusan khusus dalam mengoperasionalisasikan isi undang-undang tersebut, yaitu Peraturan Bupati Nomor 13 tahun 2001 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan yang salah satu didalamnya memuat tentang Subdin PERGURAG (Perguruan Agama Islam) yang membawahi pendidikan Agama yaitu : a). RA-BA-TA ( Roudlatul Atfal, Bustanul Atfal dan Tarbiyatul Atfal), b). MI-MTs (Madrasah Ibtidaiyah-Madrasah Tsanawiyah), c). MA (Madrasah Aliyah), MADIN-PONTREN (Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren) , 2). Implementasi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah terkait dengan pelaksanaan dan kebijakan pengembangan Pendidikan Agama di Kabupaten Pasuruan, yang dikelompokkan ke dalam 4 bidang yang ingin dicapai selama 5 tahun, yaitu (a) pemerataan dan perluasan pendidikan, dengan melalui, peningkatan persentase penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikan MI, MTs dalam program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (b) peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, serta daya saing lulusan, dengan melalui peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan dasar dan menengah (c) peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, dengan melalui peningkatan proporsi pendidik dan tenaga kependidikan RA, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah yang memiliki kualifikasi pendidikan minimum D-IV/S1 dan (d) peningkatan mutu manajemen layanan pendidikan, dengan melalui Peningkatan kualitas manajemen layanan pendidikan di lingkungan Dinas Pendidikan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel., 3). Ada singkronisasi antara Peraturan Bupati Nomor 13 tahun 2001 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan yang salah satu didalamnya memuat tentang Subdin PERGURAG (Perguruan Agama Islam) dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Beberapa saran dalam penelitian ini adalah : (1) pembuat keputusan kebijakan tingkat daerah. Pertama, meningkatkan komitmen terhadap pembangunan di bidang pendidikan khususnya pengembangan pendidikan agama diharapkan terus diperkuat dengan menempatkan pembangunan bidang pendidikan sebagai prioritas utama. Kesediaan Kepala Daerah baik Bupati maupun DPRD terjun langsung dalam proses formulasi, implementasi, serta evaluasi kebijakan publik dibidang pendidikan akan berdampak pada respon “Gayung Bersambut “ baik dari iternal dan eksternal daerah. Dengan demikian sangat mendukung terhadap pencapaian keberhasilan pembangunan pendidikan secara maksimal, Kedua, meningkatkan komitmennya terhadap pembangunan sektor pendidikan, mendukung kepada seluruh satuan kerja untuk terus membangun koordinasi yang solid, memberi dukungan terhadap pengalokasian anggaran pendidikan, meningkatkan fungsi kontrol terhadap imlementasi kebijakan, (2) Kepala Dinas Pendidikan, agar melakukan hal-hal : Untuk menformat bahwa dampak Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama di Kabupaten Pasuruan tidak hanya Program Studi S2 MPD 25 dunia pendidikan dalam arti sempit, akan tetapi diharapkan berdampak lebih luas yaitu dampak tidak langsung terhadap sentuhan kehidupan yang nyata yakni pada sentuhan kebutuhan tenaga kerja sebagai upaya untuk mengatasi problem pengangguran, diharapkan penataan jabatan structural dan fungsional lebih professional, terus meningkatkan kompetensi di bidang kebijakan pendidikan, terus memberdayakan peranan dan fungsi Dewan Pendidikan, meneliti dan mengembangkan implementasi Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama melalui tim Litbang, terus meningkatkan fungsi koordinasi dan singkronisasi dengan satuan kerja terkait di bidang pendidikan, terus mengadakan koordinasi, konsultasi bidang pendidikan dengan Pemerintah, terus melakukan penuntasan sosialisasi lanjutan, memberikan kewenangan yang lebih luas kepada sekolah dalam mengelola pembelajaran, (3) Kepala Sekolah agar melakukan hal-hal : terus meningkatkan kompetensi di bidang perencanaan jangka pendek, menengah dan pendek, terus memberdayakan segala potensi khususnya dengan Komite Sekolah, bersama Komite Sekolah berupaya meningkatkan kompetensi teknis, personal dan sosial para tenag guru, (4) peneliti lain, masih sangat berpeluang untuk mengembangkan dan meneliti lebih dalam tentang Kebijakan Publik Bidang Pendidikan khusunya pendidikan agama dalam konteks Otonomi Daerah di Pemerintah Kabupaten / Kota daerah lain di Indonesia. Kata kunci: kebijakan, pendidikan agama, UU nomor 32 tahun 2004, district regency The Development of Religious Education Policy After the Release of the the Law of Republic of Indonesia number 32, year 2004 on local Governance in Pasuruan Regency Moh. Syukron Aby Aby, Syukron Moh. 2010. The Development of Religious Education Policy After the Release of the the Law of Republic of Indonesia number 32, year 2004 on local Governance in Pasuruan Regency. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Malang. Dosen Pembimbing : (I) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd., (II) Dr. H. Imron Arifin, M. Pd. Abstract The implementation of the Law of the Republic of Indonesia number 32, year 2004 on Local Goverment effects on the autonomy of Education. In relation with this law, the District/city goverment should decide the education policy that is adjusted to the new paradigm of education management included the future education . The autonomy of education is meant as the given large and real authority on the education that must professionally guarantee in formulating the plan of education cooperatively by including all of the available potential. In this case, local autonomy is the aothority of the local goverment to regulate and manage the society needs based on the own local iniciative and the society aspiration. Based on the mentioned potencial above, Pasuruan Regency Goverment, finally, released the policy through Regent Regulation number 13, year 2001 on the work Arrangement Organization of Education service in which it accomodates the education of religion in PERGURAG. It is the only education policy in Pasuruan Regency that is not applied in other regencies in the area of East Java. This research on the policy of the development on the education of religion after the Law number 32 year 2004 on the Local Goverment in Pasuruan Regency formulated the reseach problems as follows : (1) How is the interpretation and the formulation of policy maker in Pasuruan Regency to the Law Number 32 year 2004 on the Local Goverment connected to the policy of the development of religious education. (2) How is the implementation of the Law number 32 year 2004 on the local goverment connected to the application of the policy on the religious education development in Pasuruan Regency. (3) Is there the synchronization of local regulations (Regent Regulation number 13 year 2001 on the work Arrangement Organization of Boars of Education to the Law number 32 year 2004 connected to the policy on the religious education development in Pasuruan Regency. This research is a case study that applied qualitative research approach. The main data was collected by doing the depth interview, then it was supported by doing the documentation study and the participation observation. Besides, the data analysis was countinously done from the activities of colllected data to the activities of writing reseach report, as part of triangulation process. The result of the research showed, (1) the interpretation and the formulation of the policy makers in Pasuruan Regency to the Law number 32 year 2004 on the local goverment ,connected with the policy of the religious education development - after implementing the Law number 32 year 2004 on local government the Education service Pasuruan got more additional budged (estimate calculation) than gotten budged of other 26 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 departements in the area of Pasuruan Regency. Even, in responding the implementation of the Law Number 32 year 2004, The local goverment of Pasuruan Regency released the local regulation (perda) or specific decision the Regent Regulation number 13 year 2001 on the work Arrangement Organization of Education service in which states about subdin PERGURAG that supervices religious education (RA BA TA, MI,MTs, MA, MADIN-PONTREN) to be used to implement the content of mentioned law. (2) The implementation of the Law number 32 year 2004 on the local goverment is effectively, effeciently and transparently done through the improvement of the quality of educational service management in the Education service Pasuruan (3) There is syncronization between the Regent Regulation number 13 year 2001 on the work Arrangement Organization of Education service and the Law of the Republic of Indonesia number 32, year 2004 on Local Goverment. Furthermore, some suggestions are offered by the researcher, they are (1) the decision makers in Pasuruan Regency , both the Regent and the house of people’s representatives, should improve the comitment of developing education in Pasuruan Regency especialy the development of religious education. Besides, the regent and the house of people’s representatives should directly participate in the process of formulating, implementing, and evaluating public policy in education field, through which the objective of the education in Pasuruan Regency will come true. (2) The head of the education service Pasuruan should (a) organize stuctural function and functional duty appropriately to minimize the jobless. (b) improve his competancy in the field educational policy. (c) maximize the function of dewan pendidikan , investigate the implementation of religious education policy though Litbang (d) maximize the coordination and the consultation on the field of education with local goverment (e) give fully authority to schools in impllementing the teaching and learning process. (3). The Head Masters are expected to improve their competency in constructing the short term, middle term, and long term school program. Besides, they are also expected to be able to maximize the function of school comittee in improving the teachers’ competency. (4) other researchers are able to investigate kind of this research in other settings. Keyword: Policy, Religion Education, Law of the Republic of Indonesia number 32, year 2004, on Local Autonomy Hubungan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah, dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMK Negeri di Kota Malang Rofiq Zainudin Zainudin, Rofiq. 2010. Hubungan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah, dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMK Negeri di Kota Malang. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang,. Pembimbing (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd., (II). Prof. Dr. Salladien. Abstrak Peningkatan kualitas pendidikan nasional merupakan kebutuhan untuk mensejajarkan Indonesia dengan negara lain. Kebutuhan ini akan terpenuhi bila proses pendidikan mampu menghasilkan sumberdaya manusia yang handal,. Fenomena dimaksud tentu menjadi tanggung jawab banyak pihak terutama dunia pendidikan dimana unjung tombaknya adalah guru. Guru adalah sebuah profesi intelektual yang menuntut berbagai kecakapan, kompetensi dan kemampuan komprehensif. Kondisi dewasa ini belum menunjukkan harapan yang maksimal sehingga masih diperlukan berbagai upaya dan strategi yang tepat guna meningkatkan kinerja guru dengan harapan akan berdampak pada peningkatan pembelajaran di kelas. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, motivasi kerja merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kinerja guru termasuk guru SMK Negeri di Kota Malang. Untuk mengkajinya, penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1) bagaimana perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan motivasi kerja guru SMK Negeri di Kota Malang, (2) Apakah ada hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang, (3) apakah ada hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malng, (4) apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang, (5) apakah ada hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang. Program Studi S2 MPD 27 Guna menjawab rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini dilaksanakan di dua belas SMK Negeri di Kota Malang dengan populasi sebesar 154 orang dan sampel 105 orang. Sampel diambil secara random proporsional. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner atau angket sebagai instrumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat perilaku kepemimpinan kepala sekolah SMK Negeri di Kota Malang termasuk kategori tinggi (efektif) yakni mencapai 44,8 %, (2) tingkat iklim sekolah SMK Negeri di Kota Malang termasuk kategori sedang 65,7%, (3) tingkat motivasi kerja SMK Negeri di Kota Malang termasuk kategori sangat tinggi 50,5%, (4) tingkat kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang termasuk kategori tinggi 94,3%, (5) terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan motivasi kerja dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang dengan sig t 0,000<0,05 berarti ada hubungan yang signifikan, (6) terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang dengan sig t 0,009<0,05 berarti ada hubungan yang signifikan, (7) terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang dengan sig t 0,002<0,05 berarti ada hubungan yang signifikan, dan (8) terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan motivasi kerja dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang sig F 0,000<0,05 berarti ada hubungan yang siginifikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) para guru mendapat bahan masukan untuk memperbaiki diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diembankan sehingga terjadi peningkatan profesionalisme diri sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (2) kepala sekolah menjadikannya sebagai informasi yang berguna dalam rangka perbaikan perilaku kepemimpinan dengan menciptakan iklim sekolah yang kondusif sehingga para guru tetap berupaya meningkatkan kinerja mereka, (3) diharapkan ada langkah yang disikapi oleh Dinas Pendidikan Kota Malang serta instansi terkait lain terhadap penilaian kinerja kepala sekolah dan peningkatan motivasi kerja sebagai upaya mempertahankan dan meningkatkan kinerja mereka, (4) perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui kinerja guru selain variable perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan motivasi kerja sehingga dapat memperoleh informasi lain tentang upaya peningkatan kinerja guru. Kata kunci: perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, motivasi kerja, dan kinerja guru Correlation Between Principal Leadership Behavior, School Climate, Work Motivation and Performance of teacher of State Vocational High School in Malang Municipal Rofiq Zainudin Zainudin, Rofiq. 2010. Correlation Between Principal Leadership Behavior, School Climate, Work Motivation and Performance of teacher of State Vocational High School in Malang Municipal. Thesis. Educational Management Program, Postgraduate Program Malang State University. Advisors : (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd., (2) Prof. Dr. Salladien. Abstract Quality improvement of national education is highly needed to lead Indonesia standing sid by sid with other countries. It will be achieved when educational process is able to produce qualified human resources. Many people wil be in charge to this phenomenon, notably educational world whose key player is teacher. Teacher is considered as an intellectual professional that requires the possession of several skills, competency and comprehensive ability. Recent condition of our education has not reached yet people optimum expectancy that it needs any appropriate effort and strategy in improving teacher performance wich in turn will improve teaching and learning process in classroom. Principal leadership behavior, school climate, and work motivation are seen as important factors influencing teacher performance, including teachers in state vocational high schools ini Malang Municipal. To examine those variables, this research in conducted base on the following problem formulation: (1) how is leadership behavior of principal of private vocational high schools in Malang Municipal, (2) How is school climate of state vocational high schools in Malang Municipal, (3) How is work motivation of state vocational high schools in Malang Municipal, (4) How is teachers performance of state vocational high schools in Malang Municipal, (5) is there any significant correlation between principal leadership behavior and teachers performances of state vocational high schools in Malang Municipal, (6) is there any significant correlation between school climate and teachers performances of state vocational high schools in Malang Municipal, (7) is there any significant correlation between work motivation and teachers performance of state 28 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 vocational high schools in Malang Municipal, (8) is there any significant correlation between principal leadership behavior, school climate, and work motivation and teachers performance of state vocational high schools in Malag Municipal. To answer the problems above, this research is conducted using descriptive correlational research design. This study is conducted to twelve state vocational high schools in Malang Municipal whose population and sample are 154 and 105 respectively. Sample is taken using random proportional technique. Instrument used to collect data is questionnaire. The result of research suggests that: (1) level of principal leadership behavior of state vocational high schools in Malang Municipal is relatively high, 44,8%, (2) level of schools climate of state vocational high schools n Malang Municipal is high, 65,7%, (3) level of work motivation of state vocational high schools in Malang Municipal is categorized is high, 50,5%, (4) level of teachers performance of state vocational high schools in Malang Municipal is relatively high, 94,3%, (5) there is significant correlation between principal leadership behavior and teachers performance of state vocational high schools in Malang Municipal in wich sig t is 0.000<0,05, meaning that there is a significant correlation, (6) there is a significant correlation between school climate and teachers performance of state vocational high schools in Malang Municipal with sig t 0,009<0.05, meaning there is a significant correlation, (7) there is a significant correlation between work motivation and teachers performances of state vocational high schools in Malang Municipal in wich sig t is 0,002<0.05, meaning that there is a significant correlation, and (8) there is a significant correlation between principal leadership behavior, school climate, work motivation and teachers performance of state vocational high schools in Malang Municipal with sig F 0,000<0.05, meaning there is asignificant correlation. Based on result, the following suggestions are made: (1) teachers gain input doing self-improvement to perform any duties and responsibilities that self-professionalism improves, and in turn it will improve quality of human resources, (2) principals have useful information in improving their leadership behavior by creating conducive school climate to lead teachers improving their performance, (3) several steps should be taken by Departement of Education Malang Municipal and other related institutions in evaluating principal performance and improving work motivation as an effort in maintaining and improving teachers performance, (4) it is necessary to conduct further research in finding out teacher performance beyond principal leadership behavior, school climate and work motivation variables that other information on teacher performance improvement is gathered. Key words: principal leadership behavior, school climate, work motivation, and teacher performance. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Prestasi Sekolah Unggulan (Studi Multi Kasus di TK Anak Saleh dan BA Restu I di Kota Malang) Misbakhul Arifin Arifin, Misbakhul. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Prestasi Sekolah Unggulan (Studi Multi Kasus di TK Anak Saleh dan BA Restu I di Kota Malang). Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing : (I) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H., M.A., Ph.D., (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstrak Kepemimpinan kepala sekolah adalah segala usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan seluruh staf sekolah dan masyarakat agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka merencanakan dan melaksanakan program-program sekolah untuk meningkatkan dan mencapai prestasi. Sehingga perlu dikaji dan diadakan penelitian (research), tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi sekolah unggulan khususnya di Taman KanakKanak. Penelitian ini bertujuan: Pertama, untuk mendeskripsikan dan menjelaskan (explanatory) prestasi yang telah diraih oleh sekolah unggulan, termasuk didalamnya mendeskripsikan sumber-sumber pendukung yang dimanfaatkan untuk mencapai prestasi. Kedua, mendeskripsikan dan menjelaskan kiat kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi sekolah unggulan di Taman Kanak-Kanak Anak Saleh Malang dan BA Restu I Malang. Metode penelitian ini menggunakan penelitian studi multi kasus dengan model microetnografi, karena penelitian ini mempunyai latar subjek pada suatu tempat kejadian. Penelitian ini dilakukan dalam tiga Program Studi S2 MPD 29 tahap : Pertama, orientasi; kedua, tahap pengumpulan data (lapangan) atau tahap eksplorasi; dan ketiga, tahap analisis dan penafsiran data. Obyek penelitian yaitu : TK Anak Saleh Malang dan BA Restu I Malang. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari segi kualitas prestasi yang diraih TK Anak Saleh Malang relatif lebih baik dibandingkan dengan BA Restu I Malang, khususnya dari segi skala kejuaraan. Tetapi, dari segi kuantitas, kejuaraan BA Restu I Malang relatif lebih baik dibandingkan dengan TK Anak Saleh Malang. Dalam meraih prestasi, kepala sekolah BA Restu I Malang menggunakan kiat kepemimpinan antara lain : bersikap adil, memberikan sugesti, mendukung tercapainya tujuan, katalisator, menciptakan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi dan bersikap menghargai. Sedangkan Kepala Sekolah TK Anak Saleh Malang menggunakan kiat kepemimpinan : bersikap adil, memberikan sugesti, mendukung tercapainya tujuan, katalisator, menciptakan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi, bersikap menghargai, rendah hati dan spiritual transendental. Kata kunci: kepemimpinan kepala sekolah, prestasi, sekolah unggulan. Leadership of school Principal to improve excellence school achievement (Multi cases in TK Anak Saleh and BA Restu I Malang City) Misbakhul Arifin Arifin, Misbakhul. 2010. Leadership of school Principal to improve excellence school achievement (Multi cases in TK Anak Saleh and BA Restu I Malang City). The Thesis, Management Of Education Program, Post Graduate State University. Counselor : (I) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H., M.A., Ph.D., (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstract The school principal leadership is the effort of school principal to influence, push, guide, direct and generate all the school staff and society to be able to work effectively. The works are planning doing school program to reach the achievement. Thus, it is necessary for us to learn and have a research about the leadership of school principal in developing excellence school achievement specially in nursery school. The research purposes are first, to describe and explain the achievement have been reach by excellence school including proponent resources utilized to reach the goal. Second, describe and explain the tricts of school principal to develop excellence school achievement in TK Anak Saleh and BA Restu I in Malang city. The method of the research is multi cases study and micro ethnography model, because of the research has got subject background in an event place. the research is held in three step. (1) orientation, (2) collecting data (field) or exploration, (3) analyzing and prediction of data. The object of research is that, TK Anak Saleh Malang and BA Restu I Malang. The result of this research shows that the achievement of TK Anak Saleh Malang and BA Restu I Malang is better than especially in championship in the field of quantity. However, the championship BA Restu I Malang is better than TK Anak Saleh Malang. In order to reach the achievement, School principal of BA Restu I Malang employed leadership trick such as fairness, suggesting, supplying objective, catalyzing, providing security, and praising. Meanwhile, school principal of TK Anak Saleh Malang employed trick such as fairness, suggesting, supplying objective, catalyzing, providing security, organization representativeness, inspiring, praising, humility and transcendent spirituality. Keyword: principal school leadership, achievement, excellence school. 30 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Hubungan Antara Pengendalian Manajemen, Budaya Organisasi, Proses Kerja Tim dan Kinerja di SMA Negeri Kota Malang Raden Bambang Sumarsono Sumarsono, Raden Bambang. 2010. Hubungan Antara Pengendalian Manajemen, Budaya Organisasi, Proses Kerja Tim dan Kinerja di SMA Negeri Kota Malang. Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Dr. Kusmintardjo, M.Pd Abstrak Program sekolah digerakan untuk pencapaian tujuan dan target sekolah yang konsisten dengan visi dan misi. Sekolah sebagai institusi pengelola layanan pendidikan diharapkan dapat memfungsikan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dalam pencapaian tujuan dan efisien dalam penggunaan sumber daya. Sebagai sistem sosial, sekolah harus dikelola dengan baik agar dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan sekolah. Karena itu manajemen sekolah harus dapat ditingkatkan sedemikian rupa dengan meningkatkan kemampuan yang lebih tinggi bagi seluruh personal dalam mengoptimalkan fungsinya untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi dan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatannya. Prinsip kehati-hatian guna meminimumkan risiko, harus diimbangi dengan suatu kebijakan yang merupakan acuan dan pedoman dalam melaksanakan kegiatannya. Untuk itu perlu adanya sistem pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen merupakan pengendalian kegiatan secara menyeluruh untuk mendapatkan keyakinan bahwa strategi usaha telah dijalankan secara efektif dan efisien. Penerapan pengendalian manajemen tersebut, ditujukan untuk mengetahui apakah kegiatan telah dilakukan mengarah pada tujuan yang ditentukan. Tren yang semakin bertumbuh dalam banyak organisasi dewasa ini adalah memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada tim untuk menjalankan roda organisasi. Ketangguhan sebuah tim kerja dicirikan oleh orang-orang terpilih yang menduduki posisi tertentu dan mampu menjalankan tugas sesuai dengan kompetensinya. Keberhasilan tim merupakan akumulasi dari proses dan kinerja setiap anggota. Katakanlah, semacam tugas dan hasil kolektif dalam suatu sistem kerja yang sinergis. Semakin tinggi kekuatan sinergitas diantara anggota dan ketua semakin tinggi kekuatan sebuah tim. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki budaya tertentu, yang berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Budaya organisasi (sekolah) umumnya didefinisikan sebagai orientasi bersama yang dianut oleh suatu unit dan memberinya identitas tertentu. Budaya organisasi yang kuat menjadikan anggota lebih puas, termotivasi dan memiliki komitmen yang besar terhadap organisasi, yang pada giliranya akan meningkatkan pula kinerja organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan tingkat pengendalian manajemen, budaya organisasi, proses kerja tim, dan kinerja sekolah di SMAN Kota Malang, (2) mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengendalian manajemen dengan proses kerja tim, (3) mengetahui ada tidaknya hubungan antara budaya organisasi dengan proses kerja tim, (4) mengetahui ada tidaknya hubungan antara proses kerja tim dengan kinerja sekolah, (5) mengetahui ada tidaknya hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung antara pengendalian manajemen dan kinerja sekolah melalui proses kerja tim, dan (6) ada tidaknya hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung antara budaya organisasi dengan kinerja sekolah melalui proses kerja tim. Rancangan penelitian ini adalah survai dengan causal explanation, akhir dari proses penelitian ini adalah mendeskripsikan empat variabel, serta menguji dan mengembangkan model hubungan. Penelitian dilaksanakan pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Malang. Sampel penelitian sebanyak 10 orang kepala SMAN, 226 orang guru, 103 orang staf TU, dan 367 orang siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik area proportional random sampling. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen angket model tertutup yang dikembangkan oleh peneliti dalam bentuk rating scale. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan program SPSS 15 for windows dan analisis Structural Equation Model (SEM) untuk uji hipotesis, dengan bantuan program Lisrel 8.50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat kinerja sekolah dalam kategori tinggi, pengendalian majamenen dan budaya sekolah dalam kategori cukup baik, dan proses kerja tim SMAN di Kota Malang kurang baik, (2) terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengendalian manajemen dan proses kerja tim, (3) ada hubungan secara signifikan antara antara budaya organisasi dan proses kerja tim, (4) ada hubungan secara langsung maupun tidak langsung antara pengendalian manajemen dan kinerja sekolah yang melalui proses kerja tim, (5) ada hubungan secara langsung maupun tidak langsung antara budaya organisasi dan kinerja sekolah yang melalui proses kerja tim. Program Studi S2 MPD 31 Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan kepada: (1) Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, hendaknya memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah khususnya SMA di Kota Malang baik negeri maupun swasta, (2) para Kepala SMAN di Kota Malang, hendaknya masih perlu memperhatikan serta meningkatkan lagi pengendalian manajemen, mempertahankan atau meningkatkan budaya yang berlaku disekolahnya, dan jika memungkinkan meningkatkan proses kerja tim dalam upaya meningkatkan tingkat kinerja sekolah, (3) para Stakeholder Sekolah diharapkan supaya membangun kesadaran kolektif untuk pro aktif dalam memajukan dan mengembangkan sekolah berbasis budaya lokal dengan mendarmabhaktikan dana, tenaga, dan pikiran kepada sekolah, khususnya demi masa depan anak bangsa, dan (4) peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian sejenis dengan menambahkan beberapa variabel, dikarenakan pendekatan Balanced Scorecard sebagai alat ukur kinerja sekolah atau lembaga pendidikan masih relatif baru dalam dunia pendidikan dan belum banyak yang mengkaji. Kata kunci: pengendalian manajemen, budaya organisasi, proses kerja tim, kinerja. Correlation between Controling management, Organizational Culture, Team Work Process and School Performance in Public High School in Malang Raden Bambang Sumarsono Sumarsono, Raden Bambang. 2010. Correlation between Controling management, Organizational Culture, Team Work Process and School Performance in Public High School in Malang. Thesis. Educational Management Department. Post Graduate Program. State University of Malang. Advisors. (1) Prof, Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Dr. Kusmintarjo, M.Pd Abstract School program is implemented to achieve the pre determined targets and goals of the school based on its statement of vision and mission. School as institution of education is expected to be able to function effectively to achieve those goals and make use of school resources efficiently. As a social system, school should be managed well in order to fulfill its needs and achieve that target. Thus, school management should be improved in such a away to optimize its function to handle problems and implement the principle of caution in running its activity. Principle of caution to minimize the risk should be balanced with a policy which become the reference and milestone in conducting school activity. Therefore, there should be a system of controlling management. Controlling management is thorough activity control to make sure that the strategy has been implemented effectively and efficiently. The increasing trend in organization is to deliver more crucial responsibility of running organization to a certain team. The strength of a working team is characterized by people selected for certain position and they are able to do their job based on their competence. The success of the team is an accumulation of process and performance of each member. It is a kind of duty and collective outcome in a synergic working system. The higher synergic strength among the member and its chairman, the stronger the team is. School as educational institution has certain culture which is different one another. Organizational culture (school) is defined as shared orientation followed by a unit and give certain identity. Strong organizational culture will give satisfaction to the members, give them more motivation and higher commitment toward organization which in turn will improve organization performance. This study aims at (1) describing the level of controlling management, organizational culture, and school performance in Public High School in Malang (2) finding out the correlation between controlling management with team work process. (3) finding out the correlation of organization culture with team work process, (4) finding out the correlation between team work process with school performance, (5) finding out the direct or indirect correlation between controlling management and school performance through team work process and (6) finding out whether there is direct or indirect correlation between organizational culture with school performance through team work process. The design employed in this study is survey with causal explanation. The final outcome of this study is to describe four variables, and to test and develop correlation model. This study is conducted in Public Senior High School in Malang. Samples of study are 10 senior high school principals, 226 teachers, 103 administration staffs, and 367 students. Samples are taken using area proportional random sampling. The data obtained using closed-ended questionnaire developed 32 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 using rating scale. Data analysis technique employed is descriptive analysis using SPSS 15 for windows and Structural Equation Model (SEM) for hypothesis testing using Lisrel 8.50. The findings of study shows that (1) level of school performance is high, controlling management and school culture is moderately good and team work process in Public Senior High School in Malang is not good (2) there is insignificant correlation between controlling management and team work process, (3) there is a significant correlation between organizational culture and team work process, (4) there is direct and indirect correlation between controlling management and school performance through team work process, (5) there is direct and indirect correlation between organizational culture and school performance through team work process. Based on the result of the study, the writer proposes the following suggestion (1) that the Head of Education office in Malang to use the finding of this study as a consideration to improve the school performance especially senior high school in Malang, 2) that the principals of senior high schools in Malang should pay more attention on controlling management, to maintain or to improve existing culture in their school and if it is possible, to improve team work process in order to improve school performance, 3) that the stakeholder should develop collective awareness in order to develop local culture-based school by giving donor, and ideas to the school for the sake of students, and (4) for the coming researcher, it is expected that this study can be used as reference in similar research by adding some other variables. It is because balanced score card approach as parameter of school performance or education institution is still a new concept in education and there are only few researches using this approach. Keywords: controlling management, organizational behavior, team work process, performance Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Pondok Pesantren Mu’adalah dan Ghoiru Mu’adalah: (Studi Multi Kasus di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan dan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan) Ninik Nur Muji Astutik Astutik, Ninik Nur Muji. 2009. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Pondok Pesantren Mu’adalah dan Ghoiru Mu’adalah: (Studi Multi Kasus di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan dan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan). Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M. Pd., (II) Prof. Dr. H. Salladien. Abstrak Pondok pesantren didirikan oleh masyarakat (ulama/kyai) dengan asas kemandirian dan keikhlasan. Pada era pra kemerdekaan pesantren telah berperan besar dalam melahirkan pejuang-pejuang yang tangguh dalam memperjuangkan kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, pondok pesantren terus berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Hingga kini lembaga ini tetap konsisten sebagai pusat pengajaran dan pendalaman ilmu-ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) yang berfungsi menyiapkan tenaga-tenaga yang menguasai ilmu-ilmu keislaman, sebagai kader ulama, muballigh, dan guru agama yang dibutuhkan oleh masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan pondok pesantren mengalami perubahan khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan, sebagian pondok pesantren kini telah menggunakan sistem klasikal/madrasah yang kurikulumnya disusun dan dikembangkan dengan mengkolaborasikan materi agama dan materi umum. SK Ditjen bimbagais No; DJ/II/PP-01.1/AZ/9/02 telah mempersiapkan lulusan pondok pesantren untuk dapat menempuh studi di perguruan tinggi yang dikehendaki melalui program pemberian status kesetaraan. Manajemen kurikulum dan pembelajaran menjadi salah satu item penilaian dalam pemberian status kesetaraan/mu’adalah tersebut. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan manajemen kurikulum dan pembelajaran pondok pesantren. Ada 4 hal yang dideskripsikan sehubungan dengan manajemen kurikulum dan pembelajaran pondok pesantren dalam memperoleh status kesetaraan/mu’adalah, yaitu (1) perencanaan kurikulum dan pembelajaran, (2) pengorganisasian kurikulum dan pembelajaran, (3) implementasi kurikulum dan pembelajaran, (4) evaluasi kurikulum dan pembelajaran. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multi kasus. Data penelitian yang banyak menggunakan kata-kata subyek, baik lisan maupun tulisan ini diperoleh dari dua macam sumber, yakni diri peneliti dan 8 orang informan dalam kasus Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah dan 3 orang informan dalam kasus Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Program Studi S2 MPD 33 Karomah Gunung Jati Pasuruan. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam, observasi berperan pasif dan metode dokumentasi. Dalam analisis data Peneliti menggunakan 3 komponen kegiatan, yaitu reduksi data (data reduction), display data (data display), dan pengambilan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing verification). Untuk memperoleh keabsahan temuan Peneliti melakukan 4 teknik keabsahan data, yaitu kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, perencanaan kurikulum dan pembelajaran merupakan kunci awal dalam pelaksanaan manajemen kurikulum dan pembelajaran. Perencanaan kurikulum dan pembelajaran madrasah aliyah pondok pesantren dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan dari madrasah aliyah dan pondok pesantren. Dalam penyusunan kurikulum dan pembelajaran Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah membentuk tim penyusun yang terdiri dari pengasuh, sesepuh dan guru senior. Sedangkan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah Gunung Jati membentuk tim penyusun yang terdiri dari kepala madrasah, dewan guru dan pengasuh. Kurikulum lokal yang digunakan oleh kedua pondok pesantren tersebut mengantarkan mereka pada kreatifitas pengembangan, Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah telah lebih dulu mendapatkan status kesetaraan dari Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah karena sudah dapat mengkolaborasikan materi agama dan materi umum dalam penyusunan kurikulum. Kedua, pengorganisasian kurikulum dan pembelajaran madrasah aliyah pondok pesantren dimulai dari pengorganisasian elemen pelaksananya yaitu guru dan elemen lainnya agar dapat melaksanakan fungsi berdasarkan tugas masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan pengorganisasian materi-materi umum dan agama agar dapat dikemas secara rapi dalam suatu pembelajaran dan kemudian disajikan dalam jenjangjenjang yang sudah disiapkan. Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah memiliki jenjang-jenjang Ula, Tsanawiyah, Wustho dan Aliyah. Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah yang sudah dilaksanakan memiliki kegiatan pendidikan non formal saja (diniyah) yang jenjangnya terdiri dari tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan Musyawirin. Ketiga, pelaksanaan Kurikulum dan pembelajaran diselenggarakan dalam bentuk klasikal/madrasah. Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan telah membuat serangkaian perangkat pembelajaran dengan beberapa metode pembelajaran, media dan strategi pembelajaran sebagai pendukung keefektivan dan efisiensi pelaksanaannya. Sedangkan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah hanya mengembangkan materi agama secara spesifik yang hanya menggunakan target hafal dan khatam dengan menggunakan 2 metode yaitu metode sorogan dan bandongan. Keempat, penilaian yang dilakukan oleh Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah diambil dari segi input, proses dan output. Keberhasilan output dibuktikan dengan pemberian ijazah mu’adalah yang dapat digunakan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sementara Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah hanya melakukan penilaian dari proses dan output saja. Khusus bagi santri yang ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi akan diikutkan ujian kejar paket C, sehingga ijazah yang akan diperoleh oleh lulusan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan ada 2 macam, yaitu ijazah lokal dan ijazah formal. Kata kunci: manajemen kurikulum dan pembelajaran, pondok pesantren, mu’adalah, ghoiru mu’adalah. 34 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Management Curriculum and Instructional Management of Mu’adalah and Ghoiru Mu’adalah Islamic Boarding School: (Multi Cases Studied in Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding School and Islamic Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School) Ninik Nur Muji Astutik Astutik, Ninik Nur Muji. 2009. Management Curriculum and Instructional Management of Mu’adalah and Ghoiru Mu’adalah Islamic Boarding School: (Multi Cases Studied in Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding School and Islamic Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School). Thesis Education Management Majors. Postgraduate Program State University of Malang. Leader (1) Prof Dr. H. Hendyat Soetopo, M. Pd., (II) Prof. Dr. H. Salladien Abstract Islamic Boarding School (or called pesantren in Indonesia) was established by society (canonist/religionist) based on independence and candidness. On the pre-independence's era, Islamic Boarding School have goten big role bearing firm patriotist which had been put up a good fight to acquire independence. After Independence, Islamic Boarding School keep have a role on smarten up nation life. Up till now, this institute keep consistent as the center of teaching and deepen Islamic knowledge (tafaqquh fiddin) which is have function to prepare peoples that gaining control of Islamic knowledge such as canonist's cadre, mubaligh, and Islamic teacher that needed by society. After time goes by, education on Islamic Boarding School have changed particularly on education arrangement. Now, some of Islamic Boarding School have utilized classical's system/Islamic school that its curriculum is arranged and developed by collaborated Islamic material and general material. At present, student which is graduated from Islamic Boarding School also been made ready to be able to sails through education at college based on their desirability through equalization status program. Management curriculum and instructional management are some of item estimation of equalization program. Objectives of this research are describing curriculum and instructional management of Islamic Boarding School. There are four points which have connection with management curriculum and instructional management of mu'adalah and ghoiru mu’adalah Islamic Boarding School, there are: (1) curriculum planning and instructional, (2) curriculum organizing and instructional, (3) curriculum implementation and instructional, (4) curriculum evaluation and instructional. The approachment that is utilized in this research is qualitative approaching with multi cases study. Research data that utilize a lot of subject words, well oral or written language are acquired from two kinds of source, there are reseacher, eight informant from Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding School case, and three informant from Islamic Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School case. Data collecting activity is done by use of visceral interview method, observation with active role, and documentation method. In data analysis, reseacher use three kinds of activity components, there are data reduction, data display, and conclusion drawing veri fication. To get invention authenticity, reseacher do four data authenticity technique, there are credibility, transferability, dependability, confirmability. Reseach result show that: first, curriculum planning and instructional are the initial key in the implementation of curriculum management and instructional management. Curriculum planning and instructional in Islamic Senior High School of Islamic Boarding School paying attention to vision, mission, and objectives of Islamic Senior High School and Islamic Boarding School. Curriculum organizing and instructioanl in Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding School forming compiler team that consist of care taker, elders, and senior teacher. In other hand, Islamic Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School forming compiler team that consist of head of Islam school, teacher council, and care taker. Local curriculum that utilized by both of that Islamic Boarding School deliver them to the developmental creativity. Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding School was earlier get equalization status than Islamic Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School since Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding School can collaborate Islamic material and general material in curriculum arrangement. Second, curriculum organizing and instructional in Islamic Senior High School of Islamic Boarding School begun from organizing implementer element for example teacher, and other element to run the function based on the their own task. Then drawned out by organize general material and Islamic material to be able to be packed neatly in the learning and then presented on the ladder mat already being made. Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding School have four ladder, there are: Ula, Tsanawiyah, Wustho, and Aliyah. But, Islamic Program Studi S2 MPD 35 Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School only have non formal education activity (diniyah) that its ladder consist of Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, and Musyawirin. Third, curriculum implementation and instructional performed in classis form. Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding School have made succession of learning with several learning method, media, and learning strategy as supporter of effectiveness and its performing efficiency. Islamic Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School only develope spesific Islamic material that just have target to memorize and khatam by using two methods, there are sorogan method and bandongan method. Fourth, curriculum evaluation and instructional done by Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding School taken from input aspect, process, and output aspect. Output's success is proven by giving diploma which can be applied to drawn out into superordinate ladder. In the mean time, Islamic Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School just do evaluation from process and output aspect. Specially for student who want to drawn out to the superordinate ladder will followed KEJAR PACKET C's test, so student who graduate from Islamic Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School have two kinds of diploma, there are local diploma and formal diploma. Keywords: management curriculum and instructional management, islamic boarding school, mu'adalah. Hubungan Kompensasi, Iklim Organisasi, dan Komitmen dengan Kinerja Pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Bima Rifaid Rifaid. 2010. Hubungan Kompensasi, Iklim Organisasi, dan Komitmen dengan Kinerja Pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Bima. Tesis. Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd, (II) Dr. Bambang Budi Wiyono, M. Pd Abstrak Seiring Indonesia memasuki era reformasi, dimana nuansa kebebasan di masyarakat semakin luas dan di dukung oleh perubahan faktual peran pemerintah daerah yang mulai terbuka dalam sebuah koridor UU. Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Pemerintah Daerah, dimana akan menuntut wacana lebih luas tentang peran pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah daerah khususnya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga (Dikpora) praktis dituntut untuk lebih meningkatkan kinerja pegawainya. Hal ini disebabkan agar dapat mengimbangi tuntutan masyarakat yang berubah begitu cepat. Untuk meningkatkan kualitas kinerja tersebut diperlukan adanya tingkat kesejahteraan yang memadai berupa kompensasi esensial yang benar dan komitmen yang didukung oleh loyalitas dan kemauan kerja yang tinggi serta iklim kerja organisasi yang kondusif. Dengan demikian kompensasi, iklim kerja organisasi dan komitmen bagi pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Bima menjadi persyaratan utama jika pegawai ingin meningkatkan performance atau kinerja. Kompensasi penting bagi pegawai Dinas Dikpora sebagai individu karena besarnya kompensasi memerlukan ukuran nilai karya mereka di antara pegawai itu sendiri, keluarga, dan masyarakat. Bila para pegawai memandang kompensasi mereka tidak memadai maka prestasi kerja, motivasi dan kinerja mereka bisa turun secara dramatis. Kinerja pegawai dalam melaksanakan tugasnya sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Di antara faktor eksternalnya adalah iklim kerja organisasi. Sebab kondisi kerja yang kondusif akan membantu meningkatkan semangat kerja pegawai yang akhirnya akan mempengaruhi hasil kinerja pegawai yang bersangkutan. Performance pegawai selain dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan dan iklim kerja organisasi yang kondusif, juga dipengaruhi oleh komitmen. Sebab komitmen dipandang sebagai suatu sikap, dimana individu melibatkan dirinya dalam organisasi tertentu sekaligus mendukung tujuan-tujuan organisasi tersebut. Kompensasi, iklim kerja organisas, dan komitmen merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Dinas Dikpora Kabupaten Bima. Untuk mengkajinya, penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel kompensasi dengan variabel kinerja? (2) Apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel iklim organisasi dengan variabel kinerja? (3) Apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel komitment dengan kinerja? dan (4) Apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel kompensasi, iklim organisasi 36 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 dan komitmen dengan variabel kinerja pegawai? (5) seberapa tinggi sumbangan efektif variabel kompensasi, iklim kerja organisasi, komitmen terhadap variabel kinerja pegawai. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini mengkaji pengaruh kompensasi (X 1), iklim kerja organisasi (X2), dan komitmen (X3) sebagai variabel bebas, kinerja pegawai (Y) sebagai variabel terikat. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Dikpora Kabupaten Bima dengan populasi 158 orang pegawai dan sampel 113 orang pegawai. Sampel diambil dengan teknik sampel acak proposional. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrumen koesioner, dengan menggunakan skala empat yang merujuk pada skala Likert. Instrumen yang telah disusun diuji coba tingkat validitasnya dengan teknik product moment dari Pearson. Sedangkan estimasi reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil uji coba instrumen dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16 for window. Teknik analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup analisa diskriptif, uji persyaratan analisa yang mencakup uji normalitas dengan teknik Kolmogorov Smirnov dan uji linearitas dengan teknik Scatter, uji hipotesis yang mencakup uji t untuk mengetahui korelasi antar variabel secara parsial, dan uji regresi ganda untuk mengetahui korelasi variabel secara bersama-sama. Analisa hasil peneltian dengan bantuan program SPSS versi 16 for window. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompensasi dengan kinerja pegawai Dinas Dikpora kabupaten Bima, dengan sig 2 tailed 0,002 < α 0,05, (2) terdapat hubungan positif yang signifikan antara iklim kerja organisasi dengan kinerja pegawai Dinas Dikpora kabupaten Bima, dengan sig 2 tailed 0,000 < α 0,05, (3) terdapat hubungan positif yang signifikan antara komitmen dengan kinerja pegawai Dinas Dikpora kabupaten Bima, dengan sig 2 tailed 0,000 < α 0,05, (4) terdapat hubungan yang signifikan antara kompensasi, iklim kerja organisasi, dan komitmen dengan kinerja pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Bima dengan sig 0,000 < α 0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) Dinas Dikpora Kabupaten Bima dalam meningkatkan kinerja pegawai perlu merancang kebijakan kompensasi baik finansial maupun non finansial. Kebijakan yang dimaksud dimulai dengan kegiatan pengukuran kinerja pegawai secara terukur dan obyektif. Dari hasil pengukuran kinerja ini dapat dijadikan dasar dalam penentuan pemberian kompensasi terhadap pegawai. Kebijakan tersebut harus dilaksanakan secara obyektif dan terbuka. Apabila kebijakan tersebut dilaksanakan secara simultan, konsisten dan didukung oleh partisipasi pegawai diharapkan kinerja pegawai akan meningkat,(2) Dinas Dikpora Kabupaten Bima dalam meningkatkan kinerja pegawai harus merancang kebijakan untuk meningkatkan iklim kerja organisasi baik dari dimensi ekologi, dimensi sosial maupun dimensi sistem budaya. Terutama sekali adalah dimensi sosial yang berkaitan dengan kepemimpinan Kepala dinas Dikpora Kabupaten Bima. Sebab gaya kepemimpinan adalah merupakan salah satu dimensi sosial yang dapat mempengaruhi iklim kerja organisasi. Keberhasilan pemimpin bukan disebabkan oleh prestasi pegawai, tetapi tanggungjawabnya untuk mengembangkan dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, obyektif dan terbuka,(3) Pihak Dinas Dikpora perlu menumbuhkan dan memupuk komitmen para pegawai dalam rangka meningkatkan performansi dengan memenuhi kebutuhan dan menyediakan sarana pelayanan yang diperlukan, serta menjaga dan mempunyai citra lembaga yang baik di masyarakat. Kata kunci: kompensasi, iklim organisasi, komitmen dan kinerja Relation between Compensation, Climate of work organization, and the Commitment toward Work Performance of the official Dikpora department in district Bima Rifaid Rifaid, 2010. Relation between Compensation, Climate of work organization, and the Commitment toward Work Performance of the official Dikpora department in district Bima. Thesis. Education Management, Post Graduate, State University of Malang, Counselor: ( I ) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd.; ( II ) Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd Abstract A long Indonesia enters reform era, people have a lots of freedom and it is supported by factual change in the local government role in which become more transparent in accordance with UU NO. 22 th 1999 about local government autonomy. With those constitutions pursue broader discourse of the quality of Program Studi S2 MPD 37 civil service. And because of that, local government especially Department of Youth and Sport Education should encourage his officials to work hard in order to balance people demand that always change rapidly. To increase the quality of the work performance needs an adequate welfare such as : right essential compensation and commitment ( is supported by loyalty and high wish of work) and a good climate of work organization. Compensation, climate of work organization and commitment are the main requirement for the official of Dikpora department in district Bima to increase their work performance. Compensation is important to the official of Dikpora department in district Bima as personal. Because the amount of compensation depends of his work compare with other official, family and surrounding people. Then if they think that their compensation is not adequate, their motivation and their work will dramatically low. Their works are influenced by internal and external factors. One of the external factors is a climate of work organization. Since a conducive work condition will help the official to increase their works. Compensation, climate of work organization and commitment is important factors that influence the official work in Dikpora department in district Bima. The hypothesis of this research goes as follows: (1) Is there a significance relation between compensation variable and the work performance variable?. (2) I Is there a significance relation between climate of work organization and the work performance variable?. (3) Is there a significance relation between commitment variable and the work performance?. (4) Is there a significance relation between compensation, climate of work organization, and commitment variables and the work performance of the official? (5) How far is the effectiveness of compensation, climate of work organization, and commitment variables toward the work performance of the official variables. To accommodate the hypothesis, this research uses quantitative approach with correlation descriptive research design. The research studies the influence of compensation (X1), climate of work organization (X2), and commitment (X3) as free variables and the work performance of the official (Y) as a close variable. This research is conducted in Dikpora Department in district Bima with population of 158 officials and samples of 113 officials. This samples are taken using proportional random sampling technique. Research data is collected using questioner instrument, with the use of scale four as in Likert scale. The structured instrument is then tried out its validity using product moment technique that is from Pearson. To estimate its reliability he uses alpha Cronbach formula. The result of the try out is supported by SPSS 16 versions for windows program. Data analysis use in this research involves descriptive analysis, he requirement of the test analysis; that involves normality and linearity test, hypothesis test involves test to find out correlation between the variables partially, double regression test to find out correlation between variables. SPSS version 16 for windows is used to help the research analysis. Research results show that: (1) there is a significance positive realtion between compensation and the work performance of Dikpora department official in district Bima, with sig 2 tailed 0,0002 < α 00,5. (2) there is a significance positive relation between climate of work organization and the work performance of Dikpora department official in district Bima, with sig 2 tailed 0,000 < α 0,05. (3) there is a significance positive relation between commitment and the work performance of Dikpora department official in district Bima, with sig 2 tailed 0,0002 < α 0,05 (4) there is a significance relation between compensation, climate of work organization, and commitment toward the work performance of Dikpora department official in district Bima, with sig 0,000 < α 0,05. Based on the research finding can derive suggestions as follows: (1) to increase the work performance of Dikpora department official in district Bima needs to design compensation policy both financial and non financial. The policy begins with the activity of measuring work performance of the official objectively. The measurement is used as a base of giving compensation. The policy should be made objectively and transparently. If the policy is done simultaneously, consistently, and supported by participation of the officials, the work performance will arise. (2) Dikpora department in district Bima should design a policy from which a work performance will arise even from ecology, social and culture dimensions. The leadership of chairman is one of the social dimension that influences climate of work organization. The succeed leader is not caused from the official achievement but from their responsibility to develop and to create work environment which is conducive, objective and transparent. (3) Dikpora department needs to grow commitment of the official in order to increase official performance. Commitment can be done effectively by sustaining needs, providing adequate facilities and also keeping and possessing a good institution in surrounding society. Key words: compensation, climate of organization, commitment and work performance 38 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Manajemen Hubungan Masyarakat pada Sekolah Inklusi. Studi Multi Kasus pada SMPN 18 dan SMPK Bhakti Luhur Malang Andreas Wato Wato, Andreas. 2010. Manajemen Hubungan Masyarakat pada Sekolah Inklusi. Studi Multi Kasus pada SMPN 18 dan SMPK Bhakti Luhur Malang. Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd., (II) Dr. H. Kusmintardjo, M. Pd Abstrak Kehidupan manusia senantiasa berubah. Agar dapat survive dalam era yang terus berubah ini, diperlukan SDM yang unggul. Upaya untuk menciptakan SDM yang unggul itu dilakukan melalui pendidikan. Telah menjadi jelas bahwa pendidikan diselenggarakan untuk semua. Upaya impelementasi adagium Education for All itu nampak dalam sekolah inklusi karena dalam sekolah inklusi kebutuhan siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus terakomodasi dengan baik. Agar implementasi pendidikan inklusi dapat terwujud, diperlukan kerjasama antara berbagai pihak karena pendidikan adalah tanggungjawab bersama. Namun, sejauh ini banyak masyarakat masih menolak kehadiran siswa berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusi. Penolakan masyarakat ini terjadi karena kurang adanya sosialisasi kepada masyarakat. Untuk itu, masyarakat perlu didekati dan diberikan berbagai informasi mengenai siswa berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusi agar mereka mengerti dengan baik siswa berkebutuhan khusus, menerima mereka serta mendukung pendidikan inklusi. Bertolak dari hal di atas, peneliti merasa perlu untuk meneliti manajemen hubungan masyarakat pada sekolah inklusi agar masyarakat dapat memahami dan menerima kehadiran siswa ABK dan sekolah inklusi dan juga agar sekolah-sekolah yang belum menyelenggarakan program inklusi bisa terinspirasi dan bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menyelenggarakan sekolah inklusi. Berdasarkan konteks tersebut, peneliti merumuskan fokus penelitian yang terdiri dari: (1) Perencanaan hubungan masyarakat pada sekolah inklusi di Malang. (2) Pelaksanaan hubungan masyarakat pada sekolah inklusi di Malang. (3) Evaluasi hubungan masyarakat pada sekolah inklusi di Malang. Untuk bisa mendeskripsikan dengan benar fokus tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis etnografi dengan rancangan penelitian studi multikasus pada dua sekolah yakni SMPN 18 dan SMPK Bhakti Luhur Malang. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interviewing), observasi partisipan (participant observation) dan studi dokumentasi (study of document). Dari hasil penelitian ditemukan bahwa (1) Perencanaan program humas pada sekolah inklusi dimulai dari identifikasi permasalahan baik melalui pengamatan pribadi para praktisi hubungan masyarakat terhadap fenomena sehari-hari maupun masukan pihak yang berkepentingan tentang harapan dan kebutuhan para orangtua. Selanjutnya, dirumuskan tujuan dari program humas tersebut. Tujuan humas pada sekolah inklusi adalah agar masyarakat bisa menerima kehadiran siswa ABK dan pendidikan inklusi. Setelah tujuan kegiatan hubungan masyarakat dirumuskan, sekolah mengadakan rapat untuk menentukan strategi yang tepat untuk menjawab permasalahan. Setelah itu disusunlah program kerja. (2) Pelaksanaan program hubungan masyarakat dalam sekolah inklusi dilakukan dengan menjalin komunikasi dua arah simetris yang baik dan rutin dengan pihak yang berkepentingan dengan mengedepankan sikap yang ramah dan menggunakan berbagai media, membentuk Pokja sekolah inklusi, melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah, memberikan dukungan dan motivasi kepada para praktisi hubungan masyarakat dengan pendekatan moral religius humanis, melakukan koordinasi melalui rapat triwulan. (3) Evaluasi program hubungan masyarakat dalam pendidikan inklusi meliputi aktivitas pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan manajer inklusi serta koordintor GPK, serta pengawasan non formal oleh orangtua dan semua personil sekolah. Evaluasi dilakukan secara individual nonformal dan formal dalam pleno atau rapat bersama pada tengah dan akhir semester serta akhir tahun ajaran. Salah satu pendekatan penting yang dilakukan dalam mekanisme evaluasi adalah dengan menggunakan pendekatan rohani. Berangkat dari temuan penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran berikut. (1). Mengingat sebagian besar masyarakat masih menolak dan belum mengenal dengan baik seluk beluk siswa berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusi, Dinas Pendidikan kota Malang perlu terlibat dan memberikan perhatian khusus pada pelaksanaan dan sosialisasi siswa berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusi khususnya pada sekolah-sekolah reguler atau konvensional yang sudah ada. Dan untuk menetapkan atau menyetujui apakah sebuah sekolah sudah layak membuka program inklusi, Dinas Pendidikan perlu memperhatikan segala Program Studi S2 MPD 39 bentuk persiapan penyelenggaraannya agar dapat sekolah inklusi melayani siswa dan masyarakat dengan baik. (2). Berkaitan dengan pelaksanaan program hubungan masyarakat, pihak SMPN 18 dan SMPK Bhakti Luhur perlu terus membuka diri dan memelihara komunikasi dua arah yang simetris dengan stakeholders, terutama pada sekolah–sekolah jenjang pendidikan menengah pertama dan menengah atas atau yang sederajat serta. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa terdorong menerima, mendukung dan bahkan menyelenggarakan program inklusi. Tentunya, dalam menjalankan tugas kehumasan ini, para praktisi perlu menggunakan pendekatan moral religius dan menunjukkan berbagai bukti melalui para alumni yang sudah berhasil untuk memotivasi pihak yang berkepentingan agar mau menerima kehadiran siswa ABK dan pendidikan inklusi. (3). Orangtua sebaiknya tidak merasa malu atau minder menyekolahkan anaknya melainkan secara terbuka perlu menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus serta mencari informasi mengenai bagaimana berhadapan dengan anak berkebutuhan khusus pada sekolah inklusi yang sudah ada karena justru di sanalah berbagai informasi tentang anak berkebutuhan khusus ditemukan dan anak-anak dapat belajar untuk hidup dalam masyarakat yang sesungguhnya bahwa di dalam masyarakan ada warga yang normal ada yang memiliki kebutuhan khusus. (4). Mengingat penelitian dalam kaitan dengan substansi manajemen pendidikan inklusi masih sebatas manajemen kurikulum dan humasnya, maka disarankan agar peneliti lain perlu melakukan penelitian secara lebih mendalam dalam kedua substansi manajemen tersebut atau dalam substansi manajemen lainnya yang belum diteliti sebagai sumber informasi bagi sekolah lain di kota Malang yang ingin membuka program inklusi pada satuan pendidikannya. Kata kunci: manajemen hubungan masyarakat, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, sekolah inklusi Public Relations Management in Inclusive School. Multicase Study on SMPN 18 and SMPK Bhakti Luhur – Malang Andreas Wato Wato, Andreas. 2010. Public Relations Management in Inclusive School. Multicase Study on SMPN 18 and SMPK Bhakti Luhur – Malang. Thesis, State University of Malang Graduate Program in Educational Management. Advisor: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd., (II) Dr. H. Kusmintardjo, M. Pd Abstract Life is always changes. In order to survive in this era, we really need the excellent human resources. The efforts to create excellent human resources have been done by education. It is clear that education was held for all. Education for All means that education has to accommodate the diversity of the students needs, either difable or nondifable. The adage of education for all was implemented in kind of inclusive school. In the inclusive school the needs of the students, either difable or nondifable, were accommodate well. But we know that there are many schools that not run an inclusive program and many people in the community refuse the presence of children with special needs. This rejection of children with special needs was happen because of the citizen not get more information about that things. That is why the citizen need to be approached and given more information about children with special needs and inclusion education so they can accept and give their support to the children. For this reason, researcher think that it good to do an observation about public relation management in inclusive school so the other schools that are not run an inclusive program were inspired to do the same thing, to run an inclusive program in their school. Grounded on those contexts, researcher made some point those are the focus of this observation. Those focuses are: (1) Public relations planning on inclusive school in Malang city. (2) Actuating of public relations program on inclusive school in Malang city. (3) Evaluating of public relations program on inclusive school in Malang city. In order to have a description about those focus, researcher use the ethnography phenomenological qualitative approach and the multi case study on SMPN 18 and SMPK Bhakti Luhur in Malang city. The determination of sample was done by purposive sampling technique. And then, the collecting data process in this observation was done by indepth interviewing, participant observation and study of document method. From the results of the observation, it was find that (1) Public relations planning on inclusive school in Malang city were begun by problem identification, goals determination, determination of the strategic of problem resolving and programming process. It all was done in a process of consultation and meeting, either formal or non formal. (2) Actuating of public relations program on inclusive school in Malang city was done by a good and routine two way symmetrical communication, in friendly way, between school and stakeholders with a variety of media, and built up inclusive schools work group (Pokja) or association of 40 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 disabilities children parents, encouraging stakeholders or community participation in inclusive school, giving motivation and support to the public relations personnel in humanity-religious and morality approach. (3) Evaluating of public relations program on inclusive school in Malang city was begun from controlling which done by principal, inclusion manajer or special Guide coordinator. Controlling was also run by personal assessment of public relations personnel about the result of public relations implementation. On the other hand, evaluating process was run in individual way between two teacher, between principal and teacher etc. Apart from those ways, process evaluating of public relation program in inclusive school, was done in a formal meeting on the end of semester of year also. The important thing must be noted here is, the evaluating process of public relations program in inclusive school was run in a spiritual approach. At the end of process of evaluation, is follow up of the result of evaluation. Follow up wan done by improving, reminding and rolling of personnel process. From those several result, researcher will give some suggestions follow. (1). Remember that a big part of citizen still reject and not know well what is children with special needs and inclusion education, Department of Education in Malang city need to take a part in spread the information about children with special need and inclusion education to the regular or conventional school. And in determinate a school to be an inclusion school, department of education need to asses all of thing that related to the inclusion program so a school can give the best service to the children and community. (2) Related to the actuating of public relations program, both part, either SMPN 18 or SMPK Bhakti Luhur need to be inclusive and to keep the two way symmetrical communication with stakeholders especially to lower secondary school and upper secondary school. The objective of this thing is to encourage them to make a preparation or to run an inclusive program in their school. Certainly, all these must be done in religious morality approach and by showing the community that children with special need can grow up well. (3) Parents should not be ashamed of have an children with special needs and ashamed to take then to inclusion education. They should seek more information on how to deal with their children from inclusion education. (4) Considering that research on the substances of education management in inclusive school are very rare, just about curriculum an public relation management, than researcher suggest that other researcher need to make some research on the other substances of education management on inclusive education so the result of that research can be use as a source of information for another school in Malang city that want to run an inclusive program in their school. Keywords: public relations management, planning, actuating, evaluating, inclusive school. Model Pendekatan Supervisi Pengajaran Kepala Sekolah Dalam Rangka Peningkatan Profesionalisme Guru (Studi Multi Situs pada SMA Negeri 1 Madapangga dan SMA Negeri 1 Bolo Kabupaten Bima) Ruslan Ruslan, 2010. Model Pendekatan Supervisi Pengajaran Kepala Sekolah Dalam Rangka Peningkatan Profesionalisme Guru (Studi Multi Situs pada SMA Negeri 1 Madapangga dan SMA Negeri 1 Bolo Kabupaten Bima). Tesis. Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd., (2) Prof. Dr. Hj. Nurul Ulfatin, M.Pd. Abstrak Keberhasilan suatu sekolah sangat ditentukan oleh proses belajar mengajar (PBM) dimana guru menjadi komponen yang paling menentukan. Guru sebagai pengelola sumber daya manusia dan non manusia sehingga mampu menghasilkan peningkatan kualitas pembelajaran. Sebagai faktor kunci dalam keberhasilan pendidikan, guru harus meningkatkan kemampuan profesionalismenya, antara lain dengan mengikuti kegiatan-kegiatan in-service education and training. Keikutsertaan guru dalam berbagai kegiatan tersebut harus diiringi dengan sistem pembinaan yang tepat oleh kepala sekolah sebagai penanggung jawab di sekolah. Bagaimanapun efektifnya kepala sekolah di dalam memimpin sekolahnya pasti masih ada kekurangan dan kelemahan terutama dalam melakukan fungsinya sebagai supervisor, banyak kendalakendala yang ditemukan oleh kepala sekolah dalam menggunakan model dan teknik pembinaan guru di sekolahnya. Berdasarkan temuan dan kenyataan dalam penelitian ini, dikemukakan bahwa penggunaan dan pelaksanaan model supervisi dan teknik-teknik pembinaan guru,di samping keberhasilan, berbagai kesulitanpun dihadapi oleh kepala sekolah di SMA Negeri di Kabupaten Bima tersebut, terutama dalam Program Studi S2 MPD 41 menggunakan model supervisi dan teknik-teknik supervisi dalam membina keberagaman guru, walaupun pada akhirnya segera dicarikan solusinya. Di samping itu dalam melaksanakan model dan teknik supervisi yang diberikan juga memiliki persamaan dan perbedaan. Adapun teknik pembinaan guru yang termaktub dalam model supervisi yang diberikan menjadi tanggung jawab kepala sekolah yaitu berupa teknik kunjungan kelas, rapat guru, MGMP .atau semiloka. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan kualitatif sehingga terungkap data deskriptif dan dapat menemukan makna dari fenomena yang terjadi pada penelitian secara alami. Rancangan yang digunakan adalah studi multi situs dengan seting penelitian dilakukan pada dua sekolah menengah atas di Kabupaten Bima yaitu SMA Negeri 1 Madapangga dan SMA Negeri 1 Bolo dengan informan kunci yaitu Kepala Sekolah. Kemudian informan lain adalah Pengawas Pendidikan pada Subdikmen Diknas Kabupaten Bima, seluruh wakil kepala sekolah yang berjumlah masing-masing empat orang, beberapa guru, kepala staf tata usaha, dan siswa. Berdasarkan hasil analisis paparan data dan temuan penelitian pada dua SMAN di Kabupaten Bima tersebut ditarik lima komponen inti dalam model pendekatan supervisi, yaitu: (1) beban mengajar; (2) keterbatasan waktu kepala sekolah maupun guru; (3) dana; (4) komitmen; dan (5) perasaan senioritas. Berdasarkan temuan penelitian, dapat disajikan kesimpulan sebagai berikut (1) pelaksanaan supervisi mengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan menggunakan model pendekatan supervisi baik secara langsung, kolaboratif, maupun tidak langsung melalui teknik-teknik supervisi; (2) kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan supervisi bisa segera diselesaikan dengan membicarakan bersama diknas, komite, maupun guru-guru; (3) tanggapan guru terhadap pelaksanaan supervisi beragama, yang pada intinya menyetujui dan mendukung, demi meningkatkan profesionalisme guru; (4) penentuan model pendekatan supervisi didasarkan pada pertimbangan: potensi yang dimiliki guru, keberagaman kompetensi, kepadatan waktu kepala seklah dan guru, dan kebutuhan profesionalisme guru; dan (5) peningkatan profesionalisme ditandai dengan: meningkatnya keahlian guru pada bidang studinya, peduli sejawat, peningkatan prestasi guru, dan meningkatnya prestasi siswa. Berdasarkan temuan penelitian, dapat disajikan kesimpulan bahwa model supervisi direktif, kolaboratif maupun non-direktif yang mencakup pelaksanaan teknik supervisi, sebagai berikut (1) teknik kunjungan kelas, hampir tidak menemukan kesulitan karena sudah ada petunjuk, format yang jelas dari Diknas, (2) inservice education and training, pelaksanaannya pada dua sekolah sama saja, (3) rapat guru/karyawan pada dua sekolah tersebut telah menyepakati dengan dewan gurunya melaksanakan 2 kali sebulan, (4) penempatan guru dalam team teaching dan pembentukan kelompok bidang studi, dalam tiga kelompok bidang studi yaitu IPA, IPS, BAHASA, dan (5) supervisi klinis, pada dua sekolah ditekankan pada guru baru dan guru yang memiliki kendala dalam mengajar dan perlu penangan yang serius. Didasarkan pada pembahasan dan kesimpulan penelitian, maka disarankan sebagai berikut: (1)guru diharapkan meningkat profesionalismenya melalui pembinaan supervisi pengajaran; (2) kepala sekolah diharapkan untuk lebih meningkatkan kualitas layanan melalui pembenahan program supervisi pengajaran; (3) pemanfaatan waktu seefisien mungkin, baik dengan cara mengurangi jam bagi guru yang terlalu banyak jam mengajarnya maupun waktu kepala sekolah untuk kegiatan-kegiatan di luar; (4) pembinaan lanjutan diharapkan bisa dilaksanakan di sekolah-sekolah lain oleh pengawas pendidikan; dan (5) kepala dinas sebagai penentu kebijakan di kabupaten memperhatikan program supervisi pengajaran. Kata kunci: model supervisi, profesionalisme guru, kepala sekolah 42 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 A Model of Teaching Supervision Approach of the Principal in Increasing Profesionalism of the Teacher (the multi sites study on State Senior High Schools of SMA Negeri 1 Madapangga and SMA Negeri 1 Bolo of Bima Regency) Ruslan Ruslan, 2010. A Model of Teaching Supervision Approach of the Principal in Increasing Profesionalism of the Teacher (the multi sites study on State Senior High Schools of SMA Negeri 1 Madapangga and SMA Negeri 1 Bolo of Bima Regency). Thesis, The Study Program in Management of Education, Graduite Program of State University of Malang. Advisors: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd.; (II) Prof. Dr. Hj. Nurul Ulfatin, M. Pd Abstract Success of a school is determined by teaching and learning process in which the teacher becomes the most determinant component. The teachers play their roles in managing both human and non-human resources in order to improve learning quality. As the key factor of the educational success, teachers should increase their professionalism by attending in-service education and training activities, etc. their participation in such activities should be accompanied by an appropriate management system that is done by the principals who responsible for the school. Even though the principals have led the schools more effectively, but there are some weaknesses in doing their functions as supervisors, more obstacle have been found by the the principals in using build-up technique and model within their schools. Based on thinking and facts in this research, it is suggested that the implementation of such model and techniques, success, and difficulty that must be overcome by the principal at the State Senior High School of SMA Negeri in Bima Regency in using the build-up technique to build up the diversity of teachers, even though the solution must be found, and it has both similiarity and diversity in applying the given teaching supervision technique and model. The build-up technique for teacher, which were applied by the principal included, visiting the class, hold a meeting session for the teachers, MGMP, or semiloka. This research was designed using qualitative approach in order to reveal descriptive data and to find out meaning of the phenomena that occurred in the research naturally. The designs used is multi site study in which the setting of the research were two Senior High Schools in Bima Regency, SMA Negeri 1 Madapangga and SMA Negeri 1 Bolo, in which the Principals have become the key informans. Whereas, other informants are the Supervisors of Educational at Subdikmen of the National Education Department in Bima Regency, the whole vice-principal, teacher , the chief of administrative staff, and the students. Based on result of the data description analysis and findings of the research from those two State Senior High School in Bima regency, there are five items that can be drawn from these: (1) teaching burden; (2) limited time of the principals and the teachers;(3) financial support; (4) commitment; and (5) feeling of the seniority. Based on finding of the research, some conclusions are drawn as follows (1) class visit, held by principals by using teaching supervision model such as directive, collaborative, and non-directive supervision approaches; (2) teaching burden found in the implementation supervision could be solve by discussing it with Diknas, Committee, and the teacher; (3) the teacher responses upon the the implementation of supervison, most of them are agree with it; (4) the implementation of supervision model based on the potencial of teacher, variety of teacher capability, limited tiem of the principals and teacher, and the need of professionalism. Based on finding of the research, some conclusions that supervision model used are directive, collaborative, and non-directive through some supervison techniques such as class visiting; in-service education and training; a meeting for teacher/staff; positioning the teacher in team-teaching and establishing group of specifict subject such as science, social science, and linguistic; and clinical supervision. Based on discussion and conclusion of the research, it is suggested that: (1) teacher should increase the professionalism through teaching supervision build-up; (2) the principals should increase their service quality by improving the program of teaching supervision; (3) managing time as efficient as possible by reducing over time teaching for the teacher and activities for the principals off the schools; (4) further buildup is expected to be performed at other shools by the education supervisor; and (5) the chief of national education department as the decision maker at the regency level should pay moreattention on teaching supervision program. Key words: a model of supervison approach, professionalism of the teacher, the principal Program Studi S2 MPD 43 Hubungan Ambiguitas Peran, Kelelahan Emosional, dan Iklim Sekolah dengan Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah Andrie J. Kumantouw Kumantouw, Andrie, J. 2010. Hubungan Ambiguitas Peran, Kelelahan Emosional, dan Iklim Sekolah dengan Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd Abstrak Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM). Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat penting dilakukan untuk menghadapi tantangan-tantangan era global di mana diperlukan kekuatan daya saing yang tangguh. Tuntutan perkembangan teknologi serta informasi yang membentuk sebuah jaringan dunia tanpa batas (bondaryless organizational networking), menuntut adanya pembenahan dan penyesuaian-penyesuaian di bidang pendidikan untuk menghadapi tingkat persaingan yang cukup tinggi. Guru yang berada di garda paling depan harus bisa memenuhi tantangan tersebut. Diperlukan guru yang profesional yang memiliki kecakapan akademik maupun kecakapan non akademik serta memiliki kinerja yang tinggi sehingga mampu bersaing di era kompetitif sekarang ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain, ambiguitas peran, kelelahan emosional, dan iklim sekolah. Berdasarkan faktor-faktor itulah rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah gambaran mengenai ambiguitas peran pada guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (2) bagaimana gambaran mengenai kelelahan emosional pada guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (3) bagaimana gambaran mengenai iklim sekolah yang berlangsung pada SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (4) bagaimana gambaran mengenai kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (5) apakah terdapat hubungan antara ambiguitas peran dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (6) apakah terdapat hubungan antara kelelahan emosional dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (7) apakah terdapat hubungan antara iklim sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (8) seberapa besar hubungan antara ambiguitas peran, kelelahan emosional, dan iklim sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah. Untuk menjawab rumusan masalah di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan mengungkap hubungan antara variabel ambiguitas peran, kelelahan emosional, dan iklim sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah. Populasi dalam penelitian ini 37 SMP Negeri dan jumlah guru 489 orang. Sampel yang diambil sebanyak 18 SMP Negeri dengan jumlah guru 202 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Proposional Random Sampling, sedangkan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah angket. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) tingkat ambiguitas peran guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah termasuk kategori tinggi dengan nilai mean sebesar 38,96 dan median yakni sebesar 39,00, (2) tingkat kelelahan emosional guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah termasuk ketegori tinggi dengan nilai mean sebesar 48,27 dan median yakni sebesar 49,00, (3) tingkat iklim sekolah SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah termasuk kategori tinggi dengan nilai mean sebesar 110,58 dan median yakni sebesar 111,00, (4) tingkat kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah termasuk kategori sangat tinggi dengan nilai mean sebesar 109,36 dan median yakni sebesar 109,00, (5) terdapat hubungan yang signifikan antara ambiguitas peran dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah dengan p = 0,001, (6) terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan emosional dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah dengan p = 0,000, (7) terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah dengan p = 0,001, dan (8) terdapat hubungan yang signifikan antara ambiguitas peran, kelelahan emosional, iklim sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah dengan F = 0,000. Artinya peningkatan variabel ambiguitas peran, kelelahan emosional akan menurunkan tingkat kinerja guru karena koefisien korelasi bernilai negatif, begitupun sebaliknya. Sedangkan iklim sekolah yang lebih baik maka akan meningkatkan kinerja guru karena koefisien korelasi bernilai positif, begitupun sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) kepada para peneliti lain agar temuan ini dapat dijadikan salah satu rujukan ilmiah dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah yang berkaitan dengan psikologi pendidikan dan perilaku organisasi, (2) kepada kepala sekolah SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah agar senantiasa melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir kondisi 44 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 psikologis guru yang telah berada pada kategori tinggi, (3) kepada guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, agar hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang: ambiguitas peran, kelelahan emosional, iklim organisasi serta kinerja pada SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, sehingga terjadi peningkatan profesionalisme diri sebagai upaya meningkatkan kualitas SDM, (4) kepada Pengawas Sekolah SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, agar dijadikan rujukan untuk melakukan strategi pembinaan psikologi guru serta perilaku organisasi di sekolah, agar kinerja sekolah dan keefektifan sekolah makin meningkat serta tujuan institusional dapat tercapai, (5) kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Maluku Tengah, agar dapat dijadikan dasar untuk pengambilan kebijakan berupa penempatan guru-guru di daerah terpencil secara merata, karena kondisi tersebut sangat mempengaruhi psikologis guru, (6) kepada Kepala BKD Kabupaten Maluku Tengah, agar dapat dijadikan masukan untuk pengambilan kebijakan dengan cara menerapkan prinsip-prinsip pendekatan kualifikasi dan kompetensi demi terwujudnya kinerja sekolah yang baik, (7) kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Maluku, agar temuan hasil penelitian ini dijadikan rujukan dalam pengambilan kebijakan untuk melakukan koordinasi dan upaya meningkatkan mutu pendidikan, dan (8) kepada Menteri Pendidikan Nasional, agar temuan ini dapat dijadikan rujukan yang tepat dalam merumuskan strategi dan model pembinaan terhadap sekolah-sekolah di Indonesia, khususnya di daerah yang terisolir atau daerah yang memiliki keterbatasan transportasi sehingga secara bertahap dapat meningkatkan mutu sumberdaya manusia yang berdaya saing tinggi. Kata kunci: ambiguitas peran, kelelahan emosional, iklim sekolah dan kinerja guru. The Correlations among the Ambiguity of Roles, Emotional Exhaustion, and School Climate with Teachers’ Performance at State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency Andrie J. Kumantouw Kumantouw, A. J. 2010. The Correlations among the Ambiguity of Roles, Emotional Exhaustion, and School Climate with Teachers’ Performance at State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency. Thesis, Study Program of Education Management, Graduate Program of State University of Malang. Advisors: (I) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd Abstract The superiority of a country does not depend on its abundance of natural resources only, but also the superiority of its human resources. The development of human resources is of a paramount importance in order to face the challenges in the global era which requires very strong effort to compete among nations. The rapid change in information and technology which builds the so-called the boundaryless organizational networking requires improvement and adjustment in educational area in order to face the competition. Teachers as the main actors in the educational area are forced to fulfill the challenge. Therefore nowadays the teachers should be professional in terms of possessing academic and non-academic capability, as well as having great effort to participate in the competition. The study aimed at identifying the correlations among the factors influencing the teachers’ performance such as the ambiguity of roles, emotional exhaustion, and school climate. Regarding those factors, the following is the formulation of research questions: (1) to what extent is the ambiguity of roles of the teachers at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? (2) to what extent is the emotional exhaustion of the teachers at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? (3) to what extent is the school climate of the teachers at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? (4) to what extent is the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? (5) is there a correlation between the ambiguity of roles and the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? (6) is there a correlation between the emotional exhaustion and the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? (7) is there a correlation between the school climate and the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? (8) how far is the correlations among the ambiguity of roles, emotional exhaustion, and school climate with the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? To answer those questions, this study was conducted through descriptive correlational design for the purpose of identifying the correlations among the ambiguity of roles, emotional exhaustion, and school climate with the teachers’ endeavor at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency. The research population consisted of 37 state junior high schools with 489 teachers, whereas the samples were taken from 18 Program Studi S2 MPD 45 state junior high schools with 202 teachers. The sampling technique was proportional random sampling, while the instrument used to obtain the data was questionnaire. The results of research showed the following points: (1) the level of the ambiguity of roles of the teachers at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency falls on high category with the mean of 38,96 and median of 39,00, (2) the level of the emotional exhaustion of the teachers at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency falls on high category with the mean of 48,27 and median of 49,00, (3) the level of the school climate at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency falls on high category with the mean of 110,58 and median of 111,00, (4) the level of the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency falls on very high category with the mean of 109,36 and median of 109,00, (5) there is a significant correlation between the ambiguity of roles of the teachers and the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency which is proven by p = 0,001, (6) there is a significant correlation between the emotional exhaustion of the teachers and the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency which is proven by p = 0,000, (7) there is a significant correlation between the school climate and the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency which is proven by p = 0,001, and (8) there is significant correlations among the ambiguity of roles, the emotional exhaustion, and the school climate with the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency which is proven by p = 0,000. By these numbers, it can be interpreted that the higher the role of ambiguity and the emotional exhaustion of the teachers is, the lower the level of teachers’ performance is because the correlation coefficient is negative and the reverse, whereas the better the school climate is, the higher the level of the teachers’ performance is because the correlation coefficient is positive and the reverse. On the basis of the results, some suggestions can be drawn as the following: (1) the future researchers should also use the results of this study as a scientific reference in the area of investigation related to problems on educational psychology and organizational behavior, (2) the headmasters at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency should be determined to minimize the psychology condition of the teachers which has been in high level, (3) the teachers at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency should use the results of this study to improve their knowledge about the ambiguity of roles, the emotional exhaustion, the school climate and the teachers’ performance in order to be more professional in increasing the quality of human resources, (4) the supervisors at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency should use the results of the study as a reference to employ appropriate strategy of supervision to the teachers especially their psychology condition and school climate in order to improve the effectiveness of the schools to achieve the institutional objectives, (5) the head of the Education Department of Maluku Tengah Regency should use the results of this study as the foundation for decision making especially related to the evenness of distribution of the teachers to the remote areas because such a condition can influence their psychology, (6) the head of BKD in Maluku Tengah Regency should use the results of this study as the inputs for improving the policy of the programs by applying some principals related to qualifications and competency approaches for the better school management, (7) the head of the Education Department of Maluku Province should use the results of this study as a reference to make decision for the coordination as well as the improvement of the quality of education in the province, and (8) the Ministry of National Education should use the results of the study as a reference for the formulation of new strategy and model of supervision towards all schools in Indonesia, especially the remote areas to improve the quality of education as well as that of human resources. Key words: ambiguity of roles, emotional exhaustion, school climate, and teachers’ performance. 46 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Kemitraan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri melalui Praktik Kerja Industri: Studi Multisitus di SMK Negeri 3 Malang dan SMK Cor Jesu Malang Sri Utami Sri, Utami. 2010. Kemitraan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri melalui Praktik Kerja Industri: Studi Multisitus di SMK Negeri 3 Malang dan SMK Cor Jesu Malang. Tesis, Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd, dan (2) Prof. Dr. H. Salladien. Abstrak Kemitraan dimaknai sebagai bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan, saling membutuhkan dan menguntungkan kedua belah pihak dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Kebutuhan membangun dan meningkatkan kemitraan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) dirasakan sebagai suatu kebutuhan mutlak bagi sekolah kejuruan dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian atau kejuruan, yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program belajar melalui kegiatan bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan, terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu. Praktik Kerja Industri yang disingkat dengan “Prakerin” merupakan bagian dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik di dunia kerja. Prakerin merupakan salah satu bentuk kemitraan SMK dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri. Prakerin yang baik memerlukan persiapan yang mantap dengan mempersiapkan siswa dan seluruh personil serta instansi yang terkait dengam program Prakerin siswa serta peningkatan mutu kemitraan sesuai dengan kebutuhan tengan kerja profesional yang berasal dari lulusan SMK. Penelitian ini difokuskan pada pendeskripsian upaya meningkatkan kerjasama atau kemitraan SMK Pariwisata dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri dalam Praktik Kerja Industri. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif studi situs, karena peneliti bertujuan mendeskripsikan pengelolaan Prakerin pada dua situs yaitu di SMK Negeri 3 Malang dan SMK Cor Jesu Malang. Oleh karena sifat penelitian ini studi situs, maka tindakan penelitian bersikap praktis dalam memilih topik dan sumber data berdasarkan fokus penelitian yang menyangkut pelaksanaan Prakerin. Secara berturut-turut akan diuraikan kemitraan sekolah atau ke dua situs dengan DUDI dalam Praktik Kerja Industri (Prakerin), yaitu: (1) tahapan kemitraan, (2) manajemen Prakerin, dan (3) upaya peningkatan kemitraan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan secara umum bahwa Kemitraan (kerjasama) sekolah (SMK) dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri dalam pelaksanaan program Praktik Kerja Industri (Prakerin) sangat mendukung peningkatan mutu lulusan SMK kelompok pariwisata sesuai dengan kompetensi keahlian yang dipilih siswa guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Dunia Usaha dan Industri. Manajemen kemitraan (kerjasama) dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri dalam Praktik Kerja Industri (Prakerin) sesuai dengan prosedur yang berlaku guna membekali siswa dengan kompetensi keahlian sesuai dengan tuntutan standar kerja nasional. Sekolah (SMK) telah mengupayakan peningkatan kemitraan (kerjasama) sekolah dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri dengan melibatkan seluruh komponen yang terkait dengan proses pembelajaran baik intern sekolah maupun instansi diluar sekolah yang terkait dan menyalurkan serta menempatkan tenaga kerja sesuai dengan bidangnya. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa pengolahan Prakerin sudah berjalan dengan baik, namun belum maksimal dalam memberdayakan Komite Sekolah, Organisasi Profesi, dan DUDI sesuai dengan MOU yang telah disepakati oleh sekolah dan DUDI. Berdasarkan pada kesimpulan tersebut, maka dapat dirumuskan saran-saran sebagai berikut; SMK melalui Tim Kerja Prakerin hendaknya memberdayakan stake holders dalam penyusunan program, perencana-an, dan penilaian Prakerin. Sekolah perlu meningkatkan kemampuan profesional tenaga kependidikan dengan penataran, studi lanjutan, magang di DUDI, dan mendatangkan tenaga ahli dari DUDI untuk membina dan melatih siswa, serta melaksanakan workshop terpadu antara SMK dengan DUDI yang difasilitasi oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK) bekerjasama dengan departemen yang terkait. Selain itu SMK perlu meningkatkan upaya pemasaran dengan memanfaatkan Komite Sekolah, Bursa Kerja sekolah, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pariwisata Kota maupun Provinsi agar terjadi keselarasan antara kebutuhan tenaga kerja dengan lulusan yang dihasilkan oleh SMK. Kata kunci: kemitraan, SMK, DUDI, praktik kerja industri. Program Studi S2 MPD 47 Vocational High School Partnership with Business and Industry Through Industry Employment Practices: Multisite Study of SMK Negeri 3 Malang and SMK Cor Jesu Malang Sri Utami Sri Utami. 2010. Vocational High School Partnership with Business and Industry Through Industry Employment Practices: Multisite Study of SMK Negeri 3 Malang and SMK Cor Jesu Malang. Thesis, Master of Educational Management, Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd, and (2) Prof. Dr. H. Salladien. Abstract Partnership is interpreted as a form of relationship between two or more parties that form a bond of cooperation on the basis of consensus, mutual need and benefit of both parties in order to increase the capacity and capability in a particular business field in order to obtain better results. The need to build and enhance partnerships with the World of Business and Industry (DUDI) perceived as an absolute necessity for vocational schools in the implementation of the Dual System Education (PSG). Dual System Education (PSG) is a form of education or vocational skills, which combines a systematic and synchronous between educational programs in schools and learning programs through direct work activities in the relevant field of work, targeted to achieve mastery of certain skills capability. Industry Employment Practices abbreviated as "Prakerin" is part of the Dual System Education (PSG) to be implemented by every student in the world of work. Prakerin is one form of vocational partnership with the World Business and Industry. Good Prakerin requires solid preparation to prepare students, all personnel, and agencies related to Prakerin program in order to improve the quality of the partnership in accordance with the needs of medial professionals working from vocational school graduates. This study focuses on the description of efforts to increase cooperation or partnership between the Tourism Vocational School and Tourism Industry in the real business environment. This study uses a qualitative approach to the study site, because the researcher aims to describe Prakerin management at two sites at SMK Negeri 3 Malang and SMK Cor Jesu Malang. Because the nature of this research is a study site, the research is then being practical in choosing research topics and data sources based on the focus of research concerning the implementation of Prakerin. Orderly, the Consecutive schools partnerships with DUDI in Industry Employment Practices (Prakerin), will be described as follows: (a) stages of building partnerships, (2) management of partnerships, and (3) efforts to increase partnerships. The result showed a general conclusion that Partnership (partnership) school (SMK) and the World of Business and Industry in implementing the Industrial Employment Practices (Prakerin) strongly supports the improvement of the quality of vocational school graduates in accordance with the selected students' skill competencies to meet the needs of the tourism industry. The partnership management (cooperation) with the related tourism industry in the Industrial Employment Practices (Prakerin) is in accordance with the applicable procedures in order to equip students with skills competencies required by the national employment standards. School (SMK) has made efforts in enhancing partnerships (cooperation) schools with the World Business and Industry by involving all the components associated with the school learning process, both internally and outside of school-related agencies and channels as well as placing workers according to their roles. The results of this study suggest that the Prakerin process has been running well. But it is not optimal in empowering the School Committee, Professional Organizations, and DUDI accordance with the MOU that has been agreed by the school and DUDI. Based on these conclusions, there are some suggestions that can be formulated as follows: SMK through Prakerin Task Team should empower the stake holders in preparing the program, planning and assessing the Prakerin. Schools need to improve the educational staff with professional skills upgrading courses, advanced studies, internships in DUDI, and bring experts from DUDI to train students and conduct integrated workshops between SMK with DUDI, facilitated by the Directorate of Vocational High School (PSMK) in collaboration with related departments. In addition, SMK needs to increase marketing efforts by utilizing the School Committee, School Job Fair, Labor Department, City and Provincial Tourism Office in order to create harmony between the tourism industry’s need with graduates from the SMK. Keywords: vocational school partnership, DUDI, employment practices industry. 48 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Dalam Meningkatkan Mutu Manajemen Sekolah: Studi Multikasus di SMAK Santo Albertus Malang dan SMP Negeri 1 Malang Myriam Juniati Juniati, M. 2010. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Dalam Meningkatkan Mutu Manajemen Sekolah: Studi Multikasus di SMAK Santo Albertus Malang dan SMP Negeri 1 Malang. Tesis, Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, dan (2) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd. Abstrak Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 merupakan penataan manajemen sekolah untuk menciptakan suatu sistem organisasi dan budaya sekolah yang kondusif untuk membangun komitmen tumbuhnya mutu manajemen sekolah sebagai penjamin mutu. Untuk itu lembaga pendidikan perlu menyiapkan kerangka sistem mutu lembaganya ke arah yang diinginkan sesuai dengan sasaran atau tujuan akhir yang mampu mencapai kesesuaian dengan keinginan yang diharapkan dari pelanggan atau mitra kerja sekolah tersebut. Munculnya pendidikan asing di kota-kota besar Indonesia sangat pandai mengemas pendidikan persekolahnya dengan kualitas, kompetensi, keunggulan, kompetitif dan profesionalitas. Lembaga-lembaga pendidikan mengupayakan memiliki mutu bertaraf nasional bahkan internasional agar mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan asing yang mulai berkembang pesat. Salah satu upaya yang secepatnya ditangani oleh para penyelenggara pendidikan persekolahan adalah perlu adanya transformasi dan inovasi sistem manajemen kelembagaan persekolahan dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Fokus penelitian ini adalah implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dalam meningkatkan mutu manajemen sekolah dengan rincian fokus: (1) proses implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dan (2) proses mempertahankan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Lokasi penelitian ini di SMAK Santo Albertus Malang dan SMP Negeri 1 Malang yang merupakan sekolah memiliki sejarah panjang didirikan sebelum kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki karakteristik budaya sekolah yang berandil besar dalam membentuk pribadi peserta didik, aneka prestasi di bidang akademik dan non akademik diraih, dan bersertifikat ISO 9001:2000. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan multikasus, karena dua kasus penelitian dengan latar yang berbeda. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan tiga cara, yakni: (1) wawancara mendalam, (2) observasi berperan serta pasif, (3) studi dokumentasi. Pemilihan informan penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan alur (a) reduksi data, (b) penyajian data, (c) penarikan kesimpulan, (d) analisis data kasus individu, (e) analisis data lintas kasus. Agar memperoleh keabsahan data dilakukan dengan empat kriteria: (1) kredibilitas, (2) transferbilitas, (3) dependabilitas, dan (4) konfirmabilitas. Dari hasil paparan data penelitian di lapangan ditemukan sebagai berikut: Kasus SMAK Santo Albertus Malang dan SMP Negeri 1 Malang merupakan sekolah mengimplementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dengan urutan fokus: Pertama, proses implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, yaitu: (1) latar belakang implementasi sistem manajemen mutu mutu ISO 9001:2000; (2) persiapan implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000; (3) proses implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000; (4) tindak lanjut implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Kedua, proses mempertahankan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, yaitu: (1) manfaat implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000; (2) proses mempertahankan sistem manajem mutu ISO 9001:2000. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan secara umum Implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 di sekolah merupakan penataan manajemen sekolah untuk menciptakan suatu sistem organisasi dan budaya sekolah yang kondusif untuk membangun komitmen tumbuhnya mutu manajemen sekolah sebagai penjamin mutu. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 bila dilaksanakan dengan konsisten akan memperoleh manfaat-manfaat bagi sekolah antara lain seperti : (1) menentukan secara jelas tanggung jawab dan wewenang dari personel kunci; (2) mendokumentasikan prosedur secara baik; (3) menerapkan sistem dokumentasi yang efektif; (4) meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan; (5) meningkatkan citra dan daya saing organisasi; (6) memberikan kepada seluruh warga metode pelatihan yang sistematis melalui prosedur mutu dan instruksi kerja; (7) sebagai alat bagi pimpinan puncak menilai kinerja sumber daya manusia; (8) biaya yang efektif dan efisien; (9) sebagai sarana bekerja dengan benar dan terkendali di setiap waktu; (10) sistem manajemen dengan kinerja optimal karena adanya sistem PDCA (Plan, Do, Check, Program Studi S2 MPD 49 Act) yang mengendalikan mutu pelayanan secara sistematis. Manfaat implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 akan terlihat dengan data dan informasi yang terekam dan selalu terpantau serta diinformasikan kepada seluruh warga terhadap perkembangan kinerja organisasi baik yang telah mencapai sasaran mutu maupun yang belum. Sehingga dengan mengimplementasikan sistem manajeman mutu ISO 9001:2000 mampu meningkatkan mutu manajemen sekolah. Berdasar pada kesimpulan tersebut, maka dapat dirumuskan saran-saran sebagai berikut: perlunya komitmen dari pimpinan puncak/ Top Management dalam implementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 untuk meningkatkan mutu manajemen sekolah, sehingga mendatangkan kepuasan pelanggan bagi stakeholders dan melibatkan semua warga mengikuti sosialisasi manajemen mutu ISO secara terus-menerus, terlibat aktif dalam implementasi ISO sesuai klausul ISO yang tercantum dalam dokumen ISO. Kata kunci: implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, meningkatkan, mutu manajemen sekolah The Implementation of the ISO 9001:2000 Quality Management System to Improve School Management Quality. Case Study Held in SMAK Santo Albertus Malang and SMPN 1 Malang Myriam Juniati Juniati, M. 2010. The Implementation of the ISO 9001:2000 Quality Management System to Improve School Management Quality. Case Study Held in SMAK Santo Albertus Malang and SMPN 1 Malang. Thesis, Management and Education Post Graduate Program , State University of Malang. Advisors: (1) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, and (2) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd. Abstract The implementation of ISO 9001: 2000 quality management system is a school management that is used to create an organizational system and a conducive school culture to build the growing commitment of school management as a guarantor of quality assurance. Therefore, educational institutions need to prepare the skeleton of their quality system to the desired direction in accordance with the final goal that can achieve conformance with the expected desire of a customer or school partners. The occurance of international based education in big cities in Indonesia that repacking the education with quality, competence, excellence, competitiveness, and professionalism. Educational institutions try hard to have national even internationalstandard quality in order to compete with foreign educational institutions which begin to grow rapidly. One of the efforts which is handled by the organizers of the school is the need of transformation and innovation management system of institutional schooling by implementing ISO 9001:2000 quality management system. The focus of this research is the implementation of ISO 9001:2000 quality management system in increasing the quality of the school management system with the details as follows (1) the process of implementing ISO 9001: 2000 quality management system and (2) the process of maintaining ISO 9001: 2000 quality management system. The research is done in SMAK Santo Albertus and SMPN 1 Malang which have long history that were built before the Indonesian independence, have cultural characteristics that affect the learners, have many achievements in academic and non-academic, and ISO 9001: 2000 sertified . This is qualitatif research with multi-case design, because there are two different background cases. The data collection technique done in three ways: (1) interview, (2) passive observation, (3) documentation study. Snowball sampling technique is used in choosing the research informants. The collected data is analyzed descriptively with (a) data reduction, (b) data presentation, (c) drawing conclusion, (d) individual case data analysis, and (e) cross-case data analysis. There are four criteria that were done to check the validity of the data: (1) credibility, (2) transferbility, (3) dependabity and (4) confirmability. The result of this research showed that SMAK Santo Albertus and SMPN 1 Malang are schools that implement ISO 9001: 2000 quality management system with these details: Firstly, the implementation process of ISO 9001: 2000 quality management system as follows: (1) the background, (2) the preparation, (3) the process, and (4) the follow up of the implementation of ISO 9001: 2000 quality management system. Secondly, the process of maintaining ISO 9001: 2000 quality management system as follows: (1) the use of the implementation of ISO 9001: 2000 quality system and (2) the process of maintaining ISO 9001:2000 quality management system. Based on the result of the research, we can draw a general conclusion that the implementation of ISO 9001: 2000 quality management system at schools is arranging school management to create an 50 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 organizational system and a conducive school culture to build the growing commitment of school management as a guarantor of quality assurance. If ISO 9001: 2000 quality management system is done appropriately, schools will get these benefits: (1) deciding the responsibility clearly and the authority of key person, (2) documenting the procedures well, (3) applying an effective documentation system, (4) increasing the customers' trust and satisfaction, (5) increasing the organization competitiveness, (6) giving a systematically training method through quality procedures and instructions, (7) as a tool for supervisors to assess human resources, (8) effective and efficient cost, (9) as a tool for working properly and controlled , (10) management system with optimum performance because of the PDCA (Plan, Do, Check, Act) systematically controlling the quality of service. The benefits of the implementation of ISO 9001: 2000 quality management system will be seen from the recorded data and information and always been observed and informed to the whole society on the development of good organizational performance that have reached and have not reached the quality objectives. So that, implementing ISO 9001: 2000 is able to increase the school management system. In accordance with the conclusion, so it can be drawn these suggestions: the importance of commitment of top management in implementing ISO 9001: 2000 quality management system to increase the schools management quality, so the satisfaction of the customers can be achieved for the stakeholders and involving all people following the ISO quality management socialization continuously, actively involve in implementing ISO based on ISO points that stated in ISO document. Key words: the implementation of ISO 9001:2000 quality management system, increasing, management school quality. Manajemen Pendidikan Nilai (Studi Multikasus SMAK Yos Sudarso dan SMK Cor Jesu Malang) Lusia Suwartini Suwartini, Lusia. 2010. Manajemen Pendidikan Nilai (Studi Multikasus SMAK Yos Sudarso dan SMK Cor Jesu Malang). Tesis (Tidak dipublikasikan). Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, pembimbing: (I) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd, dan (II) Prof. Dr. Salladien. Abstrak Penelitian ini berawal dari fenomena-fenomena yang nampak pada obyek menyangkut pendidikan nilai pada SMAK Yos Sudarso dan SMK Cor Jesu. Pendidikan di sekolah merupakan upaya yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat, bangsa, dan negara dengan tujuan menyiapkan generasi muda agar menjadi warga negara yang berkualitas dan meneruskan cita-cita bangsa. Namun untuk mewujudkannya banyak menemui kendala. Situasi umum pendidikan kita banyak menyemai perilaku tidak adil dan kekerasan, baik karena intervensi dari pihak luar maupun dari kalangan insan pendidikan sendiri.Sekolah yang semestinya memberikan harapan yang optismis malah menjadikan peserta didik kita trauma dan putus harapan, bahkan sampai bunuh diri, ini akibat bullying. Seorang peserta didik SD yang bunuh diri, karena merasa malu belum melunasi pembayaran buku pelajaran. Pembinaan pendidikan di sekolah perlu melibatkan berbagai komponen yang saling mendukung dan menunjang mencapai tujuan pendidikan. Setiap individu dituntut memiliki keuletan, memiliki kedisplinan, memiliki etos kerja yang tinggi, pandai menangkap peluang, serta memiliki semangat untuk terus belajar. Sering ada keluhan bahwa baik orang muda atau orang tua tidak memiliki suatu kerangka kerja, suatu pedoman untuk memilih dan berpegang pada nilai-nilai yang bertahan lama. Nilai-nilai yang bertahan lama, adalah nilai spiritual; nilai inilah yang dijadikan aspek Pendidikan Nilai: iman, kasih, peduli, toleran, dan disiplin. Untuk penanaman, pelatihan, dan pembiasaan nilai-nilai tersebut perlu didukung dengan strategi perencanaan kurikulum Pendidikan Nilai, agar pengimplementasiannya tepat guna dan effektif, dan pentingnya melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai tersebut. Pendidikan nilai adalah hakikat dan tujuan pendidikan itu sendiri, yakni penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang dan sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya, dan nilai nurani yang ada dalam diri menjadikan perilaku serta cara, memperlakukan diri sendiri dan sesama. Permasalahan peneliti ini mengkaji tentang manajemen pendidikan nilai dengan fokus penelitian (1) Nilai-nilai yang dijadikan aspek dalam Pendidikan Nilai, (2) strategi perencanaan kurikulum Pendidikan Nilai, (3) implementasi kurikulum pendidikan nilai , dan (4) pengawasan pendidikan nilai di SMAK YS dan Program Studi S2 MPD 51 SMK CJ. Tujuan penelitian ini, mendeskrisikan tentang: (1) aspek-aspek Pendidikan Nilai di SMAK YS dan SMK CJ, (2) strategi perencanaan, (3) Implementasi, (4) Pengawasan . Penelitian ini menggunakan metode metode induksi analitis termodifikasi (modified analytic induction) sebagai suatu cara untuk mengembangkan teori dan mengujinya. Peneliti, mutlak diperlukan, berperan sebagai instrumen penelitian, informannya ditetapkan mereka yang mengetahui atau terlibat langsung dengan fokus penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dengan bantuan tape recorder, kamera perekam dan foto. Penelitian ini menggunakan rancangan multikasus, yaitu kasus pertama SMAK Yos Sudarso Kepanjen dan kasus kedua, SMK Cor Jesu Malang. Prosedur analisis data dengan cara: (1) kasus pertama dianalisis untuk memperoleh temuan semen-tara dalam bentuk proposisi, begitu pula kasus kedua. (2) Temuan sementara kasus satu dianalisis dengan temuan kasus dua, sehingga diperoleh temuan akhir analisis multikasus yang menghasilkan teori baru dalam bentuk model manajemen pendidikan nilai. Temuan hasil penelitian Aspek-aspek Nilai dalam Manajemen Pendidikan Nilai: Nilai keimanan,banyak membantu perilaku peserta didik dalam kehidupan keagamaan yang semakin teguh. Nilai kasih, sangat membantu peserta didik untuk mengembangkan perilaku yang mengarah pada penghayatan hidup rohani yang lebih manusiawi. Nilai peduli, banyak membantu peserta didik dalam hal kepeka-an sosial. Nilai toleransi, amat membantu peserta didik bersikap toleran. Nilai disiplin untuk membantu peserta didik kearah kualitas hati atau berkembang men-jadi pribadi yang utuh. (2) Strategis Perencanaan Program Pendidikan Nilai, da-lam hal ini, penetapan kebijakan sekolah masih didominasi kepala sekolah, se-hingga misi yang diemban belum terinternalisasi ke dalam hati warga sekolah, dengan demikian, tujuan pendidikan nilai masih memerlukan penanganan yang lebih baik lagi; agar sasaran semakin mudah dicapai pada akhir manajemen pendidikan nilai menjadi sistem yang semakin fleksibel. (3) Pendidikan nilai telah diimplementasikan, namun belum efektif, di mana sistem kerja yang mengguna-kan manajemen partisipatif belum optimal, karena upaya motivasi kepada sekolah terhadap para pendidik masih rendah. Dengan demikian jalinan kerja sama belum efektif walaupun penyatuan perintah sudah semakin terarah, namun keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab belum nampak sehingga kinerja yang diharapkan belum terlaksana sepenuhnya. (4) Kepengawasan yang dilakukan dengan memantau, mengamati, mensupervisi, mengkomunikasi, dan melalui laporan serta evaluasi belum maksimal, sehingga sikap dan perilaku peserta didik belum semuanya mencerminkan nilai-nilai spiritual secara utuh. Penelitian ini merekomendasikan (1) pada orang tua peserta didik supaya tetap menanamkan dan membiasakan sejak dini nilai-nilai kerohanian, sosial dan kemanusiaan, agar terbentuk kepribadian utuh dan seimbang, sehingga manusiawi dalam bertindak(2) pada lembaga sekolah agar menata manajemen pendidikan nilai, supaya informasi mengenai lembaga lebih transparan, (3) pada kepala sekolah melakukan pelatihan –pelatihan yang berhubungan dengan strategi manajemen pendidikan nilai yang melibatkan seluruh pendidik , (4) hasil ini dapat dipakai untuk penentu kebijakan oleh diknas, yayasan, kepala sekolah untuk menjadi pertimbangan, (5) perlu ada penelitian yang lebih mendalam sehingga dapat menjadi bahan pembanding karya ilmiah ini. Kata kunci: aspek nilai, implementasi, pendidikan nilai, Education Value Management (Multi-cases Study SMAK Yos Sudarso Kepanjen and SMK Cor Jesu, Malang) Lusia Suwartini Suwartini, Lusia. 2010. Education Value Management (Multi-cases Study SMAK Yos Sudarso Kepanjen and SMK Cor Jesu, Malang). Tesis (unpublished). Education Managent Program of Study, Post Graduate Program, State University of Malang, Advisor: (1) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd and (2) Prof. Dr. Salladien. Abstract This research begin from the phenomenom in the object about education values in SMAK Yos Sudarso and SMK Cor Jesu. Education in school is a conscious activity that doing by peoples, nation and state to prepare youth to be quality citizens. But to realize this found many problems. The general situation of our education seedling so much unjustice behavior and violence, both because from out side intervention and from educator itself. People required every school to give optimistis hope to the students. But in reality we 52 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 found many students feel trauma and lose hope, on top of that commit suicide. Because of shame not yet settled lesson books, an Elementary School student commit suicide itself. Education in school need many components that support one another to reach out education goals. Every individu in education institution required to tough, discipline, have work ethic, know how to use opportunity, and always have spirit to learn more and more. Sometimes many complaints both youth and old, not have an orientation to choose and handled in values that can hold out for long time. That value is spiritual value. This value become education value aspect: faith, love, care, tolerance, and discipline in school institution. To planting, exercise, and customary this values need a strategic planning of education value curriculum. In order to implementate this exactly and effective, need supervision to every activity that relate to this values. Education value is an essence and goal of education. Its means education will planting and growing the values in the self of student and help the students to aware and face values in theirself, placed its in all their lives and become guidance to handle theirself and their neighbor.This research investigate the problems about the management education values with attention to (1) Values that become education value aspect, (2) the strategy of education values curriculum planning, (3) implementation of education values curriculum, and (4) the supervision of education values in SMAK Yos Sudarso and SMK Cor Jesu. The aim of this research are to describe about: (1) The aspects of Education Value in SMAK Yos Sudarso and SMK Cor Jesu, (2) Strategy of planning, (3) implementation, (4) supervision. This research use modified analytic induction methode as a way to expand and examine theory. Researcher as the instrument of researching, and the informants are those who know and are directly involve the researching. The collection of data done through observation, interview, camera and photo or picture. This research use multi-cases planning are first case SMAK Yos Sudarso Kepanjen and second case SMK Cor Jesu Malang. The steps of analysis data are as follow: (1) First case is analysed to get temporary findings as preposition, and so second case. (2) Temporary findings of first case is analysed with the temporary finding of second case, to get final finding of analysed as a new theory in form of model of education value management. Result of this research are (1) value aspects in Eduacation Values Management: Faith value, help students in their spiritual life. Love value, help students to grow up their good behavior in order to manifest their faith or religious life. Care Value, help student to consider to their neighbor in their social life. Tolerance Value, help student to live in tolerance situation. Discipline value, help student to live and grow up in good personality. (2) Strategy of Education Value Program Planing. Decision of school policy still dominated by Headmaster, so mission of education not be internalized to the all of school citizen, and so the goal of education can not be reach out. (3) Education Values is implementated but not yet effective. Because partisipatif management in work system done not optimal and motivation from headmaster was so less. And so there are no effective cooperate in work. (4) Supervision has done through monitor, observe, communication, report and evaluation but not yet maximal, so didn’t explained the whole behavior and spirituality life of students. This study recomends: (1) Parents of the students need to planting and customary the values like spirituality, social and humanity as early as possible so the students can grow up as intact personality. (2) Education management need be to organized more transparent. (2) Headmaster need to make program or planning to training all teacher about education values management. (3) Result of this study can be used to determine policy by Department of Education, Fondation, and Headmaster. (4) Need a further study about this problem as a compare study. Key word: values aspect, implementation, and education values. Program Studi S2 MPD 53 Manajemen Pendidikan Multilkultural (Studi Multikasus di SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang) Prihartanti Agatha Agatha, Prihartanti. 2010. Manajemen Pendidikan Multilkultural (Studi Multikasus di SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang). Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H., M.A., Ph.D., dan (II) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan asesmen kebutuhan pendidikan multikultural di SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang; (2) mendeskripsikan kebijakan Pendidikan Multikultural di SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang; (3) mendeskripsikan manajemen pengembangan kurikulum dan pembelajaran di SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang; dan (4) mendeskripsikan iklim kegiatan belajar mengajar yang diterapkan di SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis rancangan studi multikasus (multicase studies). Fokus penelitian ini adalah bagaimana manajemen pendidikan sekolah berlatar Multikultural di SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang. Informan penelitian ini adalah Kepala Sekolah, guru, orang tua siswa, tata usaha, pendamping guru, dan masyarakat sekitar. Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan adalah: (1) wawancara mendalam (indepth interviewing), (2) observasi partisipan (participant observation), dan (3) studi dokumentasi (study of documents). Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah pengumpulan data sampai terselesaikannya laporan penelitian. Analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Temuan penelitian: (A) SDKE Mangunan: (1) asesmen kebutuhan mencakup: (a) PSB tidak ada seleksi dan diprioritaskan dari keluarga tidak mampu yang berasal dari lingkungan sekitar Mangunan, (b) siswa yang mempunyai kebutuhan khusus (autis) diterima di sekolah dengan membawa guru pendamping, (c) calon siswa dari berbagai latar belakang sosial ekonomi, (d) siswa yang berbeda keyakinan/agama dilaksanakan pendidikan religiositas/komunikasi iman, (e) setiap Jumat ada pertemuan membahas program dan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi guru dan siswa, (f) tidak ada konflik antara sekolah dengan masyarakat, masyarakat beranggapan sekolah adalah bagian dari masyarakat, (g) masyarakat lingkungan sekitar sekolah mendukung sekaligus mengkritisi keberadaan sekolah, (h) dalam acara-acara besar, sekolah melibatkan masyarakat, (i) output siswa dapat bersaing dengan output dari sekolah lain, (j) siswa bebas memakai pakaian untuk ke sekolah, (k) ruang kelas menggunakan rumah-rumah penduduk, (l) lokasi sekolah menyatu dengan kehidupan masyarakat dan tidak ada pembatas; (2) Kebijakan meliputi: (a) warga sekolah dilibatkan dalam penyusunan program sekolah, (b) ada pengarahan, pelaksanaan dan evaluasi pencapaian program-program sekolah secara periodik, (c) terhadap siswa yang heterogen sekolah memahami keunikannya, (d) dalam proses KBM, tidak ada perbedaan perlakuan terhadap siswa yang heterogen, (e) mata pelajaran Agama diganti dengan mata pelajaran Komunikasi Iman, (f) guru memberikan pendampingan dan menerapkan metode pembelajaran yang efektif, dan (g) siswa bebas memakai baju untuk sekolah sesuai dengan kemauan siswa; (3) manajemen pengembangan kurikulum dan pembelajaran: (a) bahan ajar dikemas dalam bentuk permainan “kotak pertanyaan”, (b) penerapan kurikulum nasional disesuaikan dengan kompetensi dasar dan sumber belajar lokal yang menarik, sehingga pembelajaran menyenangkan dan kontekstual, (c) ada pendampingan dari Lab. Dinamika Edukasi Dasar (DED) untuk para guru, (d) kurikulum alternatif adalah kurikulum yang bisa dirujuk dan dipilih untuk konteks sekolah, (e) pengembangan kurikulum berpedoman pada: perangkat pembelajaran, spesifikasi produk, mekanisme penyusunan, proses eksperimen di kelas, validasi akhir dan pra produksi, (f) evaluasi pengembangan kurikulum dan pembelajaran dilaksanakan pada Forum Jumatan, dan (g) evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui respon dan karya siswa dalam kegiatan belajar mengajar ; (4) iklim kegiatan belajar mengajar yang diterapkan: (a) menggunakan metode yang bervariasi, (b) situasi belajar mengajar yang harmonis, (c) RPP dengan pembelajaran yang menyenangkan, (d) belajar hal-hal yang kongkrit, (e) siswa yang berbeda sosial ekonomi digunakan pendekatan saling berbagi, (e) saling menghargai dan toleran kepada umat yang beragama lain dengan mengajarkan komunikasi iman, (f) kegiatan belajar mengajar dengan prinsip ajrih-asih, dan (g) memanfaatkan sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekitar sekolah; (B) SDK Indriyasana Malang: (1) asesmen kebutuhan: (a) siswa heterogen, PSB tidak ada seleksi, (b) penerapan konsep pelayanan terhadap siswa agar dapat berkembang secara seimbang, (c) menggunakan metode yang bervariasi, (d) ada dukungan 54 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 sekolah-sekolah sekitar, (e) guru diikutkan diklat dan studi banding di sekolah yang unggul, (f) hambatan yang dirasakan adalah terbatasnya dana, dan (g) siswa yang miskin diberi bantuan beasiswa dari donator baik dari institusi maupun perorangan; (2) kebijakan sekolah: (a) PSB memperhatikan heterogenitas, (b) metode yang digunakan bervariasi sesuai dengan kebutuhan, (c) sumber dana untuk operasional sekolah diperoleh dari uang sekolah, sebagian kecil dari BOS dan donator dari perorangan maupun institusi, (d) mengajar tidak membeda-bedakan profil siswa yang beragam serta berpedoman pada visi dan misi sekolah yaitu “kasih sayang”, (e) menanamkan sikap mengenai situasi keragaman melalui lagu, bermain peran, gambar dan cerita, (f) untuk mengatasi hambatan-hambatan dilakukan evaluasi diri, evaluasi program, angket, diskusi dengan dewan guru, paguyuban kelas, diskusi dengan yayasan maupun dengan wali murid, (g) guru rajin mencari informasi tentang latar belakang siswa serta mengikuti pelatihan-pelatihan, dan (h) strategi pengembangan sekolah, dalam bidang SDM dengan studi banding, diklat serta ke DED Yogyakarta; (3) manajemen pengembangan kurikulum dan pembelajaran: (a) disesuaikan dengan program pemerintah, (b) Penentuan SKM, (c) bahan ajar dikembangkan guru sesuai dengan mata pelajaran dan perkembangan IPTEK, (d) sumber belajar: nara sumber, buku penunjang, kurikulum, media cetak dan elektronik, lingkungan dan pengalaman siswa secara langsung, dan (e) hambatan yang dihadapi guru dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran adalah waktu, materi dan input; (4) iklim kegiatan belajar mengajar yang diterapkan: (a) menanamkan sikap terhadap situasi keberagaman, (b) menanamkan berbagai budaya yang ada dan menghargai keragaman budaya siswa, (c) mengembangkan toleransi beragama, (d) pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning), (e) penggunaan alat peraga bervariasi, dan (f) pembelajaran agar siswa dapat belajar secara kongkrit dari keseharian mereka. Berdasarkan temuan penelitian di atas, dapat disimpulkan (1) asesmen sekolah yang belatar multikultural berbeda dengan sekolah regular, (2) kebijakan sekolah ditekankan pada karakteristik peserta didik yang beragam, (3) pengembangan kurikulum dan pembelajaran di-sesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang heterogen, (4) iklim belajar diciptakan secara kondusif agar lebih mendorong kreativitas, diskusi, eksplorasi, toleransi dan menyenangkan. Implikasi bagi sekolah yang berlatar multikultural adalah bahwa pengelolaan ditekan-kan pada pemahaman keunikan peserta didik yang beragam dengan pendekatan kebersamaan untuk menumbuhkan sikap toleransi dan harga-menghargai didalam perbedaan yang ada. Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, disarankan untuk sekolah yang berlatar multikultural sebaiknya memperhatikan karakteristik peserta didik yang beragam, meningkat-kan kebersamaan, toleransi, harga-menghargai dan meminimalkan konflik antar peserta didik. Kata kunci: manajemen pendidikan, pendidikan multikultural, pendidikan dasar, sekolah katolik. The Multicultural Education Management at SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta and SDK Indriyasana Malang Prihartanti Agatha Agatha, Prihartanti, 2010. The Multicultural Education Management at SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta and SDK Indriyasana Malang. Thesis, The Study Program of Education Management. Post Graduate Program of Malang State University. Advisors: (I) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H., M.A., Ph.D., and (II) Prof. Dr.H. Ibrahim Bafadal, M.Pd. Abstract The goals of this research are: (1) to describe the need of Multicultural Education assessment at SDK Eksperimen Mangunan Yogjakarta and SDK Indriyasana Malang; (2) to describe Multicultural Education Policy at SDK Eksperimen Mangunan Yogjakarta and SDK Indriyasana Malang; (3) to describe The Curriculum and Learning Development Management at SDK Eksperimen Mangunan Yogjakarta and SDK Indriyasana Malang; (4) to describe The Teaching-Learning Process which are implemented SDK Eksperimen Mangunan Yogjakarta and SDK Indriyasana Malang. This research uses qualitative approach by using multi-case study. This research is focused on how the multicultural education management at SDK Eksperimen Mangunan Yogjakarta and SDK Indriyasana Malang. The informants for this research are principals, teachers, parents, school staffs, teacher aid, and people who concerns with this research. Research data collection which are used: (1) indepth interviewing, (2) participant observation, and (3) study of documents. Data analysis for this research was analyzed during and after collecting data until this researched is accomplished. Data analysis consist of: data reduction, data presentation and conclusion. Program Studi S2 MPD 55 The research findings: (A) SDKE Mangunan: (1) the need of assessment consists of: (a) there is no specific selection term for new students recruitment and the top priority is for poor families who live in Mangunan and nearby, (b) students with special need like autist can enroll in school and being accompanied by teacher aid, (c) all prospective students come from diversity of social economic background, (d) students with different religion background will be guided to have trans religion communication, (e) there is special program to discuss about student-teacher problems every Friday, (f) there is no crucial conflict between school and people, since people are aware that school is part of community, (g) people who live around the school support and watch the school program, (h) to celebrate special occasion, school invite people to be involved, (i) students output are really competitive, (j) no uniforms in school, (k) students use the people’s houses for class, (l) there is strong bond for both school and the people around there; (2) policies: (a) school elements are invited to be involved in school programs, (b) There are guiding, implementation, and evaluation to achieve school programs periodically, (c) school completely comprehends the uniqueness of students’ heterogeneity, (d) in KBM (Independent Learning Group) process, there is no difference way of treating students, (e) Religion lesson is replaced by faith communication lesson, (f) teacher coaches and implements the effective teaching methodology, (g) no uniforms in school; (3) learning and Curriculum Development: (a) The toolkit teaching is formulated in “box of question” games, (b) national curriculum is implemented together with competence based and using local source learning consequently it becomes contextual and fun learning, (c) there is coaching from Lab. Dinamika Edukasi Dasar Dynamic Basic Education Lab. (DED) for teachers, (d) alternative curriculum is curriculum that can be chosen and applied for school context, (e) curriculum development based on: learning devices, product specification, construct mechanism, class experiment processes, final and pre production validity, (f) curriculum and learning development evaluation is held on Friday forum, (g) the evaluation is held for knowing the respond towards student works and teaching-learning process, and (h) evaluation can be applied by examining student works and student responds in teaching-learning process; (4) teaching-learning process atmosphere: (a) using diversity of teaching methodology, (b) harmonious teaching-learning atmosphere, (c) using lesson plan which promote fun activities, (d) learning concrete things, (e) students with different background are taught to share, (f) respect and more tolerant among students who has diversity religion backgrounds by teaching faith communication, (g) teaching-learning process by using the principle of respect-love, and (h) using source of learning which is available around the school environment; (B) SDK Indriyasana Malang: (1) the need assessment: (a) heterogeneous students, there is no specific selection term for new students recruitment, (b) using student service approach concept in order students are able to improve well, (c) using diversity teaching-learning methodology, (d) support from other schools, (e) teachers are sent to the best schools for seminars or cross study, (f) the major obstacle is lack of fund, and (g) for poor students are provided scholarship program from both personal or institution; (2) school policy: (a) new students recruitment based on heterogeneity, (b) the teaching methodology is flexible, (c) school operation management is taken from school fee, a little from school operational fund and some from benefactors from both personal or institutions, (d) teaching by using school vision and mission that is “love” and teachers are demanded to treat the students fairly, (e) teach the students about diversity by using songs, role play, pictures and stories, (f) to lessen the obstacles, there are self evaluation, program evaluation, polling, discussion with school board, school foundation, or parents, (g) teachers are expected to give information about the student background regularly and join in workshops as well, and (h) to promote school development strategy, in human resource by joining cross study, workshops and take a part actively in DED program Yogyakarta; (3) Curriculum and Learning Development Management: (a) determined by using government program, (b) School benchmark consideration, (c) information technology is considered to be used as teaching toolkits and methodology, (d) sources for teaching: authors, educators, books, curriculum, printed and electronic media, environment and students experiences, and (e) some obstacles in class in developing curriculum and learning are time, materials and input; (4) the implementation of teaching-learning activities atmosphere: (a) to teach good attitude in heterogeneity, (b) to teach the diversity of culture and appreciate the diversity of students’ culture, (c) promote student understanding about the diversity of religion background, (d) joyful learning, (e) using various kind of teaching toolkits and materials, and (f) concrete learning based on their own daily life activities. Based on the research findings above; (1) multiculture school assessment is different from regular school, (2) school policy is to promote the characteristics of students’ uniqueness in heterogeneous atmosphere, (3) curriculum development based on student needs who study in heterogeneity, (4) to promote teaching-learning approach so students will be more creative, using discussion, explore, tolerant and fun. The implication of multiculture school are the school management is stressed on understanding of student’s uniqueness and diversity by using togetherness, respect and empathy approach. 56 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Based on the implications above, is suggested for multiculture schools to focus on the characteristics of students diversity, to promote togetherness, tolerant or empathy, respects and minimize the conflicts among students. Key words: education management, multicultural education, elementary education, Catholic school. Implementasi Manajemen Sarana Prasarana Pada Sekolah Menengah Atas (Studi Multisitus di SMAK Kolese St. Yusup dan SMAK St. Albertus Malang) Maria Kristina More Maria Kristina More. 2010. Implementasi Manajemen Sarana Prasarana Pada Sekolah Menengah Atas (Studi Multisitus di SMAK Kolese St. Yusup dan SMAK St. Albertus Malang). Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd, (II) Dr. H. Imron Arifin,M.Pd. Abstrak Secara umum sarana dan prasarana pendidikan berperan penting dalam kegiatan belajar atau proses belajar mengajar sekaligus berperan sebagai penjunjang dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu sarana dan prasarana pendidikan juga merupakan fasilitas yang berfungsi untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan seperti gedung dan laboratorium beserta perlengkapannya. Untuk itu keberadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tersebut hendaknya diusahakan dengan sungguhsungguh agar senantiasa selalu siap pakai (ready for use) dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar semakin efektif dan efisien guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan perencanaan sarana dan prasarana di SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan di SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (2) mendeskripsikan pengadaan sarana dan prasarana di SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan di SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (3) mendeskripsikan inventarisasi/pendokumentasian sarana dan prasarana di SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan di SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (4) mendeskripsikan optimalisasi penggunaan/pemanfaatan sarana dan prasarana di SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan di SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (5) mendeskripsikan perawatan sarana dan prasarana di SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan di SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (6) mendeskripsikan penghapusan sarana dan prasarana di SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan di SMAK St. Albertus (Dempo) Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi multisitus dengan jenis penelitian kualitaitf. Teknik pengumpulan data: (1) wawancara mendalam, (2) pengamatan peran serta dan (3) dokumentasi data yang diperoleh melalui metode tersebut, diorganisasikan, ditafsirkan, dan dianalisis untuk mendapatkan konsep dan abstraksi temuan penelitian. Pengecekan keabsahan data melalui:(1) perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, (2) observasi yang diperdalam, (3) triangulasi, (4) pembahasan sejawat, (5) pengecekan anggota, (6) transferabilitas, (7) ketergantungaan, dan (8) konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukkan: (1) perencanaan sarana dan prasarana dilakukan oleh setiap sekolah dengan dikoordinir oleh wakil kepala sarana dan prasarana serta program perencanaan dimasukkan dalam Rencana Anggaran Pendapat dan Belanja Sekolah (RAPBS), (2) dalam melakukan pengadaan sarana dan prasarana didasarkan atas kebutuhan yang sebelumnya telah disusun dengan waktu yang telah ditetapkan, (3) Wakil sarana dan prasarana memberikan barang-barang yang dibelanjakan kepada penanggungjawab untuk diinventarisasikan kemudian diberikan kepada guru yang membutuhkannya, (4) semua sarana dan prasarana dapat digunakan oleh guru dan siswa sesuai dengan jadwal yang ada, (5) kondisi sarana dan prasarana selalu dalam keadaan siap pakai karena pemeliharaan langsung dikoordinir oleh wakil kepala sarana dan prasarana, (6) adanya pertimbangan pelaksanaan penghapusan barang-barang yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Kesimpulan yang didapat merupakan hasil temuan yang pendiskripsiannya adalah: (1) Jika sekolah melakukan perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah secara matang dan hati-hati maka KBM semakin baik dan berhasil, efektif, efisien, (2) dalam pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran sudah maksimal dan dapat dikatakan telah menyediakan semua jenis sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan sehingga sangat mendukung kegiatan pembelajaran yang semakin baik, berhasil, efektif, dan efisien, (3) SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan SMAK St. Albertus (Dempo) Malang telah melakukan inventarisasi setiap sarana dan prasarana pendidikan dengan baik, (4) SMAK Program Studi S2 MPD 57 Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan SMAK St. Albertus (Dempo) Malang dalam hal optimalisasi penggunaan/pemanfaatan sarana dan prasarana sudah dilakukan secara efektif bahwa selama KBM para guru telah menggunakannya, (5) SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan SMAK St. Albertus (Dempo) Malang dalam hal perawatan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah sudah dilakukan karena semua ruang yang nampak sedap dipandang mata, penataan meja dan kursi di kelas dan kantor sudah nampak rapi, sesuai dengan kondisi yang ada, (6) SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan SMAK St. Albertus (Dempo) Malang dalam hal penghapusan sarana dan prasarana pendidikan telah melakukan penghapusan sesuai syarat-syarat penghapusan. Prosedur yang berlaku di dua sekolah ini untuk pengadaan dan penghapusan melalui proses mengajukan ke Yayasan yang disetujui oleh Kepala Sekolah. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi guru yang mengajar agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga tercapainya tujuan dan visi sekolah yang telah ditetapkan, (2) Bagi Wakil Kepala Sekolah yang bertugas dalam bidang sarana dan prasarana temuan penelitian ini merupakan masukan bagaimana perencanaan sarana dan prasarana dan pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah dan fungsinya dalam PBM (3) Dengan diketahuinya hasil penelitian ini, maka kepala sekolah dapat mengoptimalkan dalam mengelola sarana dan prasararana secara efektif dan efisien, (4) Bagi Pengawas Sekolah yang bertugas untuk memberikan pembinaan kepada sekolah yang tergolong kriteria ”baik” dalam memberi pembinaan perlu memberikan masukan-masukan sehingga dapat meningkatkan penggunaannya selama KBM, (5) Bagi Kepala Dinas Kota Malang, agar memperhatikan dan membantu SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) Malang dan SMAK St. Albertus (Dempo) Malang dalam upaya penambahan sarana dan prasarana pendidikan, (6) Bagi Dinas Pendidikan & Kebudayaan Propinsi untuk memberikan pembinaan terhadap semua Sekolah Menengah Atas (SMA) baik negeri maupun swasta tentang pengelolaan sarana dan prasarana, (7) Bagi peneliti-peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti lebih jauh dalam bidang manajemen pendidikan sebaiknya melakukan penelitian mengenai implementasi manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tingkat SMA swasta lainnya. Kata kunci: implementasi, manajemen sarana prasarana. The Implementation of School Supplies Management at Senior High School (Study of multy sites at SMAK Kolese St Yusup SMAK St. Albertus Malang) Maria Kristina More Maria Kristina More. 2010. The Implementation of School Supplies Management at Senior High School (Study of multy sites at SMAK Kolese St Yusup SMAK St. Albertus Malang). Thesis, The Education Management Program, Master Program of State Malang University. Advisor: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd, (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd. Abstract Generally, school supplies for education has significant role in teaching-learning process which can support the development of education quality. Besides, instrument or school supplies also can become the purposeful facility such as buildings, laboratory and its equipments. Because of those reasons, the school supplies and instrument must be well-prepared. Consequently, the teaching and learning process are able to be implemented well and ready to use. So teaching-learning process can run well and get the beneficial impact. The goals of these researches are: (1) To describe the management of school supply and instrument at SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (2) to describe the school supplies or instrument at SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (3) To describe the inventory and documentation system at SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (4) To describe the ultimate usage/ the beneficial aspect of the usage of the school supplies or instrument at SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (5) To describe the school supplies or instrument maintenance at SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (6) To describe the abolishment of school supplies or instruments at SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang. This research use multisites study approach by using qualitative research. The way of collecting data: (1) The depth interview, (2) observation and (3) collecting data and be organized, predicted and analyzed to get the appropriate concept and the findings of the research, (2) The depth observation (3) triangulation, (4) colleague discussion, (5) checking the member, (6) transferability, (7) dependence, and (8) confirmable. 58 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 The result shows: (1) The instruments, filing can be done by every school which is coordinate by vice chairman of instrument, supplies and filing department and the programs can be inserted by the committee of the school budgeting, (2) The school needs relate to the supplying are arranged in certain time based on the previous consideration, (3) the vice chairman of supplying gives all stuffs to the person who has authority to manage them and then distribute them to the teachers who need those things, (4) All supplies can be used by both teachers and students based on the schedule, (5) All supplies are ready to be used because all those things are supervised by the vice of the chairman of supplying, (6) there is consideration to omit or reject several supplies which promote teaching-learning process. The summary of the findings will be described as follows: (1) when school plans to manage the supplying well, teaching-learning process will run effectively and efficient as well, (2) Good supplying management which promotes teaching-learning process will make all activities in school become more efficient, effective and well, (3) SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang have implemented the supplying inventory well, (4) SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo Malang have already used the supplies optimally so the teaching-learning process can run well, efficient and effective, (5) SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang can implement how to manage and maintain the school supplies in teaching-learning process, so everything looks beautiful, the furniture is arranged nicely and neatly and all those stuffs are still in good condition, (6) SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang have made wise decision to reject and request some supplies by sending approval letters to the school foundation which is approved by the principal. Based on the result above, there are some suggestions which can be examined as follow: (1) For teachers are expected to use the school facilities and supplies optimally through teaching-learning process, consequently the school goal and vision which have been determined can be accomplished, (2) For vice principal who is charge in school supplies and instrument can use these findings as beneficial input to manage the school supplies and instrument hence all those things can be used for teaching-learning process, (3) By knowing the result of this research, the school principal is expected able to administer and manage the school supplies and instruments effectively and efficiently, (4) For school supervisor is expected to give training for schools which are categorized into “good” school by giving advantageous inputs consequently the school can promote the usage of supplies and instrument or facilities during teaching-learning process, (5) For the leader of Department of Education Program in Malang is expected to pay attention and give support SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang to add the school supplies and instrument for education, (6) For Department of Education and Culture in Malang is expected to give training for both state and private senior high schools in Malang about managing school supplies and instrument, (7) For other researchers who are interested in having research deeply about school management is expected to have research about the implementation of school supplies and instrument management at other private senior high schools profusely. Key word: implementation, school supplies management. Manajemen Program Akselerasi di Sekolah Unggulan Terpadu (Studi Multisitus di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang) Jovita Dwi Satyarini Satyarini, Jovita Dwi. 2010. Manajemen Program Akselerasi di Sekolah Unggulan Terpadu (Studi Multisitus di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang). Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H., M.A., Ph.D., (II) Prof.Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd. Abstrak Layanan pendidikan di Indonesia pada beberapa masa lebih banyak bersifat klasikal-massal yang berorientasi pada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Di sisi lain, ditinjau dari aspek kemampuan dan kecerdasan, siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu di bawah rata-rata, ratarata, dan di atas rata-rata. Untuk siswa yang di bawah rata-rata pemerintah sudah mensosialisasikan pelayanan pengajaran remidi yang membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan materi kurikulum. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata belum mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai. Kebutuhan akan layanan pendidikan yang khusus ini kemudian Program Studi S2 MPD 59 memperoleh dasar yuridis dalam pasal 5 ayat 4 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: “Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.” Pendidikan khusus yang dipilih oleh Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah adalah program akselerasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) perencanaan penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang, (2) mekanisme penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang, (3) strategi penentuan input program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang, (4) kurikulum dan pembelajaran program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang, (5) strategi penentuan output program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang, (6) mekanisme pembinaan program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang, dan (7) mekanisme monitoring dan evaluasi program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan jenis rancangan studi multisitus. Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) wawancara mendalam, (2) observasi partisipan, dan studi dokumentasi. Analisis data penelitian ini dilakukan selama, setelah pengumpulan data dan sampai selesainya penulisan laporannya. Analisis data meliputi tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Temuan penelitian di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang adalah: (1) perencanaan penyelenggaraan meliputi kegiatan : (a) sosialisasi pada seluruh dewan guru, (b) membentuk panitia khusus, (c) melakukan studi banding, (d) sosialisasi pada orang tua siswa, (e) seleksi guru, dan (f) menyusun proposal permohonan; (2) mekanisme penyelenggaraan meliputi: (a) mengirimkan proposal permohonan ke Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dirjen Dikdasmen cq. Ditjen PLB di Jakarta, (b) Dinas Pendidikan Kabupaten melakukan observasi dan supervisi, (c) Dinas Pendidikan Kabupaten mengirimkan rekomendasi ke Dinas Pendidikan Provinsi, (d) Dinas Pendidikan Provinsi melakukan observasi, dan (e) Dinas Provinsi menerbitkan SK Penetapan; (3) strategi penentuan input melalui tahapan: (a) Penerimaan Peserta Didik Baru, (b) sosialisasi pada orang tua siswa baru, (c) menunjuk lembaga pelaksana tes psikologi, (d) menetapkan akseleran berdasarkan hasil tes psikologi, (e) membuat persetujuan dengan orang tua dan siswa, dan (f) siswa wajib memperoleh surat keterangan sehat dari dokter; (4) kurikulum dan pembelajarannya berupa: (a) menggunakan kurikulum nasional dan muatan lokal, (b) menyusun kurikulum yang berdiferensiasi dalam hal isi, strategi belajar mengajar, penggunaan fasilitas, dan hasil belajar, dan (c) menyusun kalender akademik; (5) strategi penentuan output meliputi: (a) penilaian hasil belajar, (b) menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal, (c) mengikuti program remedial jika belum mencapai ketuntasan, (d) dikembalikan ke program reguler jika tidak memenuhi syarat, dan (e) dinyatakan lulus dari sekolah jika memenuhi syarat kelulusan; (6) mekanisme pembinaan meliputi: (a) dilakukan oleh pembina tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten, (b) jadwal tiap pembina tidaklah sama; (7) mekanisme monitoring meliputi: (a) Pelaksananya adalah Dirjen Dikdasmen cq. Ditjen PLB, Dinas Pendidikan Provinsi (Subdinas PLB), dan Dinas Pendidikan Kabupaten, (b) waktu pelaksanaan adalah dua kali dalam setahun, (c) instrumen monitoring berupa portofolio, (d) mengirimkan laporan pelaksanaan setiap tahunnya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Pendidikan Provinsi (Subdin PLB), dan Dirjen Dikdasmen (Ditjen PLB). Berdasarkan temuan penelitian diperoleh kesimpulan: (1) perencanaan penyelenggaraan program akselerasi melibatkan seluruh warga sekolah, (2) mekanisme penyelenggaraan program akselerasi meliputi kegiatan meyusun dan mengirimkan proposal kepada Dinas Pendidikan Kabupaten yang akan merekomendasikannya kepada Dinas Pendidikan Provinsi untuk dilakukan penelitian dan evaluasi terhadap proposal tersebut. Apabila dianggap memenuhi kriteria, Dinas Pendidikan Provinsi akan menerbitkan Surat Keputusan Penetapan, (3) strategi penentuan input program akselerasi mengikuti konsep “Three-Ring Conception” dari Renzulli. Pelaksana tes adalah lembaga psikologi yang bersertifikasi dan direkomendasikan oleh Dirjen Dikdasmen, (4) kurikulum dan pembelajaran pada program akselerasi adalah kurikulum nasional dan muatan lokal. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berdiferensiasi Kalender akademik program akselerasi memuat empat bulan hari efektif setiap semesternya, (5) strategi penentuan output menggunakan berbagai jenis ulangan. Program remidial juga harus diikuti akseleran jika tidak mampu mencapai KKM dan harus kembali ke program reguler jika dinilai tidak mampu mengikuti pembelajaran di program akselerasi. Akseleran dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dengan mengikuti kriteria kelulusan sekolah, (6) mekanisme pembinaan meliputi pembina pusat, provinsi, dan kabupaten. (7) monitoring dilakukan secara berjenjang, dilaksanakan oleh Ditjen Dikdasmen cq. Dit PLB, Dinas Pendidikan Provinsi (Subdin PLB), dan Dinas Pendidikan Kabupaten; dan (8) melakukan evaluasi program setiap tahun. Katakunci: manajemen, program akselerasi, Sekolah Unggulan Terpadu. 60 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010 Acceleration Program Management at Integrated Excellent School (Multisite Study at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang) Jovita Dwi Satyarini Satyarini, Jovita Dwi. 2010. Acceleration Program Management at Integrated Excellent School (Multisite Study at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang). Thesis. Departement of Educational Management, Post-Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H., M.A., Ph.D., (II) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd. Abstract Education service in Indonesia tends to be mass classical oriented to quantity in order to serve student as many as possible in same periode. In the other hand based on ability and intelligence aspect, students are classified into three groups, under average, average, and above average. For student under average, goverment has socialized remedial teaching service which needs longer time to finish the curriculum subjects. While for students who have of ability and intelligence above average have not got appropriate education. The need for special education service is based on the juridical basic on describing paragraph 5 article 4 Law no 20/2003 on the National Education System: “The citizen who has potency of special intelligence and skill has the right to obtain special education.” The special education determined by Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah is acceleration program. The aims of this study are describing: (1) preparation of the acceleration program implementation at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; (2) mechanism of acceleration program implementation at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; (3) the strategy of determining input of acceleration program at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; (4) the curriculum and learning of the acceleration program at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; (5) the strategy of determining acceleration program output at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; (6) the mechanism of development acceleration program at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; (7) monitoring mechanism of acceleration program at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; and (8) acceleration program evaluation at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang. Qualitative approach with multisite study design is applied in this research. The study is emphasized on how acceleration program management at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang is. The data collection tehniques used are: (1) deep-interview, (2) paticipant observation, and (3) documentation study. Futher, the data analysis of the reserach is conducted during and after the data collecting and until the completion of the report. The data analysis consists of three simultaneous activity stages i.e data reduction, data presentation, and conclusion. The finding of the research at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang covers: (1) the implementation preparation consists of: (a) socialiszation to all teachers, (b) setting up the special commitee, (c) conducting comparative study, (d) socialiszation to students’ parents, (e) selecting the teachers, and (f) arranging the implementation proposal; (2) the implementation mechanism that covers: (a) sending application proposal to Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Pendidikan Provinsi, and Dirjen Dikdasmen c.q. Ditjen PLB Jakarta, (b) Dinas Pendidikan Kabupaten conduct observation and supervision, (c) Dinas Pendidikan Kabupaten sends recommendation to Dinas Pendidikan Provinsi, (d) observation by Dinas Pendidikan Provinsi, and (e) Dinas Provinsi issues the Letter of Decree; (3) the strategy of input determination through the following stages: (a) arranging the admission announcement of new students, (c) promoting the program to students’ parents, (d) appointing psychology institution to conduct the psychological test, (e) determining the students accelerated based on the psychological test, (f) arranging agreement with parents and students, and (g) students get certificate of students’ health from the physicians or doctors; (4) the curriculum and learning covers: (a) implementing national curriculum and local-based subjects, (b) arranging the curriculum which has differentiation in content, learning and teaching strategy, facility use, and learning result, and (c) arranging the academic calendar; (5) the strategy of output determination that covers: (a) the assesment of learning, (b) determining the Minimum Mastery Criteria, (c) following the remedial program when the requirements are not achieved, (d) sending back to reguler program when the requirements are not achieved, (e) the academic report is given two months ahead of the regular program, (g) passing the examination when the graduation requirements are fulfilled; (6) the development mechanism that comprises: (a) the development is guided by the nationally, provincially, and regently-leveled advisors, (b) the schedule of each advisors are not same; (7) monitoring mechanism includes: (a) guided by Dirjen Dikdasmen c.q. Ditjen PLB, Dinas Pendidikan Provinsi (subdinas PLB), and Dinas Pendidikan Kabupaten, (b) it is conducted twice a year, (c) the monitoring instrument is in the form of portofolio (d) sending the report of Program Studi S2 MPD 61 implementation to Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Pendidikan Provinsi, and Dirjen Dikdasmen (Ditjen PLB) every year. Based on the finding, it can be concluded that: (1) implementation preparation of the acceleration program is one of the activities which involves the whole school individuals, (2) the mechanism of the acceleration program implementation covers the activities of formulating and sending the request proposal to Dinas Pendidikan Kabupaten which then recommended to Dinas Pendidikan Provinsi followed by the research and evaluation to the proposal. If the proposal fulfills the criterion stated, Dinas Pendidikan will issue the Letter of Decree, (3) input determination strategy of the acceleration program follows the “Three Ring Conception” by Renzulli. Test implementation is done by certified psychology institution and recommended by Dirjen Dikdasmen, (4) curriculum and learning applied on acceleration program is national curriculum and locally-based subject. Curriculum used is differentiated one. The academic calendar of the acceleration program consists of four months effective day on each semester, (5) the output determination strategy is done through various tests. Remidial program must be attended by students if they can’t achieve MMC and must be sent back to regular program if they can not follow learning activity in acceleration program. The students are graduated from the education program if they meet the criterion of the school graduation, (6) the mechanism of development covers central, provincial, and regency advisor; (7) monitoring is conducted gradually by Dirjen Dikdasmen c.q. Ditjen PLB, Dinas Pendidikan Provinsi (subdin PLB), and Dinas Pendidikan Kabupaten; (8) implementing evaluation program every year Keywords: management, acceleration program, Integrated Excellent School.