abstrak - Pascasarjana Universitas Negeri Malang

advertisement
Kumpulan Abstrak Tesis
Semester Genap 2009/2010
Manajemen Pendidikan (MPD)
18 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Program Studi S2 MPD 19
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, Studi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Malang 1
Sunaryo
Sunaryo. 2010. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, Studi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Malang 1. Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof.
Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd.
Abstrak
Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah terjadinya transfer otoritas atau
wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan sekolah dari pemerintah pusat ke tingkat sekolah. Otoritas
dan tanggung jawab meliputi aspek-aspek pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan pemeliharaan
prasarana dan sarana sekolah, pengelolaan anggaran sekolah, dan pengelolaan monitoring & evaluasi
sekolah. Penelitian ini ingin mengetahui otoritas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh pemerintah, sekolah
dan komite madrasah dalam pengelolaan sekolah. Penelitian ini bertujuan mengetahui aspek-aspek
pengelolaan sekolah yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1 dalam penenerapan MBS.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
fenomena dan konteks dalam pelaksanaann MBS. Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian
ini merupakan penelitian studi kasus karena fokus penelitian ini menjawab pertanyaan “bagaimana”
penerapan MBS dan ingin meliput kondisi kontekstual yang relevan dengan fenomenanya.
Penelitian ini dilaksanakan di MIN Malang 1 yang beralamatkan di Jalan Bandung 7C, Kecamatan
Klojen, Malang 65133, Propinsi Jawa Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MIN Malang 1 adalah
madrasah yang dikelola secara efektif. Prestasi akademik dan non-akademiknya lulusan madrasah ini cukup
tinggi. MIN Malang 1 telah menerapkan MBS walaupun penerapannya tidak dinyatakan secara eksplisit.
MBS belum menjadi kebijakan formal. Walaupun demikian dalam penyelenggaraan pendidikan, MIN
Malang 1 telah menerapkan prinsip-prinsip MBS secara tidak implisit. Berdasarkan temuan penelitian,
penerapan MBS di MIN Malang 1 memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas sekolah. Pengelolaan
madrasah di MIN Malang 1 dilaksanakan dengan pembagian wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan
peran masing-masing pemangku kepentingan. Wewenang yang cukup besar dalam pengelolaan SDM, proses
belajar mengajar, anggaran, dan kinerja menjadikan manajemen madrasah dapat melaksakan fungsinya
dengan efisien dan efektif. Kebutuhan dasar madrasah dapat dipenuhi oleh pemerintah dan ditunjang sangat
memadahi oleh komite madrasah. Komite madrasah dapat menunaikan tanggung jawabnya dalam
pemenuhan kebutuhan madrasah. Pembagian wewenang dan tanggung jawab inilah yang mendorong
perubahan positif bagi peningkatan kualitas madrasah. Komite madrasah dengan tanggung jawab dan
wewenangnya yang tepat dalam penerapan MBS dapat membantu sekolah mencapai kualitas yang
diharapkan. Tanggung jawab dan otoritas yang dimiliki oleh sekolah dan komite mendorong tercapainya
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian ini diajukan saran kepada tenaga pendidik dan kependidikan agar dapat
memahami dan menjalankan wewenang dan tanggungjawabnya sesuai dengan perannya untuk peningkatan
kualitas sekolah. Bagi guru, agar dapat menggunakan wewenang dan tanggungjawabnya untuk selalu
meningkatkan diri dengan menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Bagi anggota
Komite Madrasah lain agar dapat menerapkan wewenang dan taggungjawabnya secara proporsional untuk
menciptakan madrasah yang akuntabel dan transparan. Bagi staf Dinas Pendidikan dan kementerian Agama
agar dapat memanfatkan temuan ini sebagai acuan model dalam pembinaan sekolah.
Kata kunci: manajemen berbasis sekolah, wewenang dan tanggung jawab
20 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
The Implementation of School-Based Management, A case study at Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Malang 1
Sunaryo
Sunaryo. 2010. The Implementation of School-Based Management, A case study at Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Malang 1. Thesis, Education Management Department Universitas Negeri Malang. Advisors:
(1) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd.
Abstract
The basic concept of School-Based Management (SBM) is a transfer of authority and responsibility
of school management from the central government to a school site. Authority and responsibility cover the
aspects of human resources, the maintenance of school infrastructure, school budgeting, and monitoring &
evaluation. The research purpose is to investigate the authority and responsibility of school management,
school committee members, and government staff in school-based management context. The aim of the
research weas to describe the school management at Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1 in implementing
SBM.
This descriptive research concerns how school management, members of school committee, and
government education staff to implement SBM at MIN (Primary Islamic School) Malang 1. The approach of
the study is a case study. The research focused to answer the question of “how” SBM is implemented, for this
purpose the objective of the research is to investigate the contextual condition which is relevant to the
phenomenon.
This study is conducted at MIN Malang 1 which is located at Jalan Bandung 7C, Klojen Subdistrict, Malang 65133, East Java Province.
The result of the study shows that MIN Malang 1 is managed effectively. The academic and nonacademic achievement is high. The school has implemented SBM. However, there is no formal policy issued
by the school. Based on the findings, the implementation of SBM contributes in improving school quality.
The madrasah management distributes authority and responsibility based on the roles of stakeholders. Great
amount of authority possessed by school management such as teaching and learning process, school
budgeting, and monitoring and evaluation made school management is able to do its role in their fullest
capability. School basic needs is supplied by government and fully supported by the school committee. The
school committee shows its high commitment to fulfill the school need. Proper distribution of authority and
responsibility creates positive changes in the improvement of madrasah quality. Having had great authority
and responsibility, the school committee creates accountability and transparency in the management of the
school.
Based on the findings, it is suggested that the teaching and non-teaching staff member understand
and put into practice SBM model in order to boost school quality. For teachers, it is suggested that they
should implement active, creative, effective and joyful learning in their teaching-learning process in order to
improve academic students’ performance. For the members of the other school committee, it is suggested that
they should exercise their authority and responsibility properly in supporting their schools in order to create
atmosphere of accountability and transparency. For the Education Officer under Minister of National
Education and and Ministry of Religious, it is suggested to utilize the model of MIN Malang 1 in
implementating SBM for supporting and supervising schools under their responsibility.
Key words: school-based management, authority and responsibility
Program Studi S2 MPD 21
Manajemen Implementasi Kurikulum pada Madrasah Ibtidaiyah Berprestasi Nasional
(Studi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Kota Blitar)
Adib Nur Huda
Huda, Adib Nur. 2010. Manajemen Implementasi Kurikulum pada Madrasah Ibtidaiyah Berprestasi Nasional (Studi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Kota Blitar). Tesis, Program Studi Manajemen
Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Hendyat
Soetopo, M.Pd., (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd.
Abstrak
Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Kota Blitar sebagai sebuah satuan pendidikan telah
mengembangkan kurikulum yang menghasilkan model atau konstruksi kurikulum berkarakteristik. Program
kurikulum/pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Kota Blitar secara garis besar dibagi menjadi dua
program, yaitu program pendidikan inti dan program pendidikan ekstensi. Program inti menyangkut sistem
pembelajaran reguler dan sistem pembelajaran kelas unggulan. Program ekstensi menawarkan berbagai
macam program yang meliputi (1) kegiatan plus (mengaji, praktik ibadah, dan les plus); (2) kegiatan
ekstrakurikuler yang beragam; dan (3) kegiatan remidial yang dilaksanakan dalam bentuk Lembaga
Bimbingan Belajar.
Program-program kurikulum di MI Perwanida, baik secara langsung maupun tidak langsung telah
mendapatkan respon positif dari masyarakat. Indikatornya, berdasarkan data statistik perkembangan siswa,
perkembangan jumlah pendaftar, dan perkembangan jumlah guru dan karyawan mengalami kenaikan yang
cukup siginifikan. Dilihat dari beberapa indikator tersebut dan ditinjau dari pendekatan proses, pendekatan
pencapaian tujuan, dan pendekatan respon lingkungan, MI Perwanida dapat digolongkan menjadi sekolah
yang berprestasi, favorit, dan unggul. Secara legalitas formal, MI Perwanida pernah mendapatkan predikat
sebagai Madrasah Ibtidaiyah Berprestasi Tingkat Nasional dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Hal
inilah yang menjadi dasar MI Perwanida dijadikan subyek penelitian ini.
Untuk mengetahui bagaimana program-program kurikulum yang sedemikian beragam dan kompleks
di MI Perwanida diimplementasikan, maka penelitian ini memfokuskan masalah pada manajemen
implementasi kurikulum di MI Perwanida. Fokus masalah tersebut diuraikan kedalam 6 subfokus, yakni (1)
perencanaan dalam rangka implementasi kurikulum; (2) pengorganisasian dalam rangka implementasi
kurikulum; (3) penggerakan dalam rangka implementasi kurikulum; (4) pengawasan/kontrol dalam rangka
implementasi kurikulum; (5) faktor-faktor yang mendukung implementasi kurikulum; dan (6) faktor-faktor
yang menghambat implementasi kurikulum di Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Kota Blitar.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan desain studi
kasus. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai key instrument, sedangkan untuk
menentukan sumber data manusia menggunakan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara; (1) wawancara mendalam; (2) observasi berperanserta; dan (3) studi dokumentasi.
Untuk analisis data menggunakan teknik deskriptif yang penerapannya dilakukan dalam tiga alur kegiatan,
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk mengetahui kredibilitas
data, dilakukan dengan berbagai teknik, yaitu (1) triangulasi; (2) pengecekan sejawat; dan (3) pengecekan
anggota (member check).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, perencanaan dalam rangka implementasi kurikulum,
MI Perwanida melakukan kegiatan-kegiatan (a) menyusun rencana strategis, yang meliputi perumusan visi,
misi, tujuan, program-program strategis, strategi pelaksanaan, pembiayaan, monitoring dan evaluasi; (b)
menyusun rencana operasional, yang meliputi action plan per bidang, kalender pendidikan, program kegiatan
kependidikan, alokasi jam belajar inti dan ekstensi, jadwal pembelajaran inti dan ekstensi, jadwal dan
pelaksana tugas program ekstensi, anggaran pendapatan dan belanja sekolah, rencana penggunaan anggaran
per jenis anggaran, dan pengurus komite; (c) menyusun deskripsi tugas umum; (d) menyusun tata tertib
siswa; dan (e) menyusun pedoman teknis pelaksanaan kegiatan. Kedua, pengorganisasian dalam rangka
implementasi kurikulum, kegiatan-kegiatannya (a) menyusun struktur organisasi dan peta penanggungjawab
program; (b) menyusun tugas dan jabatan masing-masing personil; (c) menyusun tugas dan penanggung
jawab pelaksana program; (d) menyusun tugas dan kewajiban masing-masing jabatan; dan (5) menyusun
struktur program. Ketiga, penggerakan dalam rangka implementasi kurikulum, kegiatan-kegiatannya meliputi
(a) memotivasi; (b) koordinasi; (c) kepemimpinan; dan (d) menjaga hubungan baik dengan guru dan staf.
Keempat pengontrolan dalam rangka implementasi kurikulum, kegiatan-kegiatannya (a) monitoring dan
evaluasi, (b) supervisi, dan (c) penilaian. Kelima faktor-faktor yang menjadi daya dukung dalam
implementasi kurikulum ditemukan ada 23 faktor, beberapa faktor yang dominan adalah (a) otonomi daerah
22 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
bidang pendidikan; (b) kewenangan pengembangan kurikulum; (c) input yang bagus; (d) staf pengajar yang
memenuhi kualifikasi; (e) konsep madrasah sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas ke-Islaman; (f)
sarana dan prasarana; (g) peran serta masyarakat; (h) ketersediaan finansial; (i) output yang memiliki
outcome yang tinggi; (j) rencana program dan rencana operasional yang jelas terumuskan; (k) kegiatan
pengembangan diri yang beragam; (l) letak sekolah yang strategis dan mudah diakses; (m) deskripsi
pembagian tugas dan fungsi yang jelas. Keenam, faktor-faktor yang menjadi kendala dalam implementasi
kurikulum ditemukan 11 faktor, faktor-faktor yang dominan diantaranya adalah (a) peran wali murid yang
cenderung pada masalah finansial saja; (b) jam pembelajaran dan mata pelajaran yang overload; (c) supervisi
dari pejabat berwenang kurang intensif; (d) koordinasi yang lemah antar pelaksana program; (e) monitoring
dan evaluasi yang kurang komprehensif; (f) ekspektasi yang tinggi wali murid kepada madrasah dan
anaknya.
Dari hasil penelitian dapat disarankan (1) MI Perwanida hendaknya lebih intensif dalam mengatasi
hambatan-hambatan yang muncul dan memberdayakan faktor-faktor pendukung dalam implementasi
kurikulum; (2) MI Perwanida perlu merumuskan program-program kemitraan yang jelas untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat; (3) Kementerian Agama Kota Blitar perlu mengintensifkan supervisi dengan program
kerja yang jelas; (4) hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan kurikulum satuan pendidikan, terutama pada Madrasah Ibtidaiyah; dan (5) perlunya
dilakukan penelitian pengembangan tentang implikasi-implikasi dari penerapan sebuah model/konstruksi
kurikulum tertentu, khususnya kurikulum di MI Perwanida.
Kata kunci: manajemen, implementasi kurikulum, madrasah ibtidaiyah berprestasi
The Management of the Curriculum Implementation on School with National Achievement
(Case Study at Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Blitar)
Adib Nur Huda
Huda, Adib Nur. 2010. The Management of the Curriculum Implementation on School with National
Achievement (Case Study at Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Blitar). A Thesis, Study Program
of Education Management, Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Prof.
Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd.; (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd.
Abstract
Madrasah Ibtidaiyah Perwanida Blitar as a unit of education has developed such kind of curriculum
which has certain characteristics. The curriculum implemented at MI Perwanida is basically divided into two
principal programs, they are core program and extensive program. The core program covers regular class
program and superior class program. The extensive program offers various programs, including (1) additional
program (reading holy Qur’an, religious service practice, and private learning); (2) various extracurricular
program; and (3) remedial program which are carried out in the form of study club.
The program of curriculum at MI Perwanida has got positive response from the society both directly
and indirectly. The indicators are based on the statistic data of the student development, the increasing
number of registrants, the increasing number of teachers and staffs which has significant improvement. Based
on the indicators above and seen from several approaches, MI Perwanida can be classified into prestigious,
favorite, and superior school. In the formal legality, MI Perwanida has ever got a predicate as a school with
national achievement from the Ministry of Religious Affairs (Kemenag) Indonesia. This is the basic reason
why MI Perwanida Blitar was chosen as the subject of this research.
To know how the curriculum program implemented at MI Perwanida, the research focuses on the
problem of the management of the curriculum implementation at MI Perwanida. The focus of the research
are (1) the planning of the curriculum implementation; (2) the organizing of the curriculum implementation;
(3) the actuating of the curriculum implementation; (4) the controlling of the curriculum implementation; (5)
the supporting factors of the curriculum implementation; and (6) the hampering factors of the curriculum
implementation at MI Perwanida Blitar.
The approach used in this research was qualitative approach and used case study as the design. Data
collection was done by the researcher himself as a key instrument. While snowball sampling technique used
to determine the sources of data. The data of the research were gathered through interview, participant
observation, and documentation. Then, to analyze the data, the researcher used descriptive technique which
had three phase, those are data reduction, data presentation, and conclusion or verification. To know the data
Program Studi S2 MPD 23
validity, the research used the following techniques, they were data triangulation, discussion with colleague,
and verification of the member.
The finding of the research showed that first, in relation to the planning of the curriculum
implementation, MI Perwanida did many programs, those are; (a) having a strategic plan which covers the
formation of vision, mission, and goal, strategic program, strategy of implementation, finance, monitoring
and evaluation; (b) arranging the operational plan which consists of action plan in every field, the educational
calendar, education program, the time allocation for core and extensive program, the schedule of extensive
program, the school income and budget, The planning of the budget, and the members of the school
committee; (c) arranging the general job description; (d) arranging the students regulation; and (e) making
technical manual for all the implementation. Second, the organizing in connection with the curriculum
implementation, the activities are; (a) making structure of organization and job description; (b) making duty
and function of each personal; (c) making duty and care-taker of the implementation; (d) making duty and
obligation of each position; and (e) arranging the structure of the program. Third, the actuating of the
curriculum implementation, the activities includes; (a) motivating; (b) coordinating; (c) leadership; and (d)
keeping a good relationship between the teachers and the staffs. Forth, the activities carried out in order to
control the curriculum implementation are; (a) monitoring and evaluation; (b) supervision; and (c)
assessment. Fifth, it was found that there are about twenty three factors which really support the curriculum
implementation. Some dominant factors are; (a) autonomy in education; (b) authority in curriculum
development; (c) good input; (d) qualified teachers; (e) school concept as an educational institution which
has Islamic characteristic; (f) school facility; (g) the role of the society; (h) finance availability; (i) good
output and outcome; (j) clear formulated of the plan program and operational plan; (k) variety of self
development; (l) strategic location of the school and accessible; and (m) well managed of job description.
Sixth, There were eleven factors found that can hamper the curriculum implementation, those are; (a) the
participation of the students parents which focus on the financial problem only; (b) the time and the subjects
which are overload; (c) less intensive of the supervision from the official; (d) weak coordination among the
implementers; (e) less comprehensive of the monitoring and evaluation; and (f) high expectation from the
parents toward the school and the children.
From the result of this research, the researcher can give the following suggestions, those are; (1) MI
Perwanida is supposed to more intensively cope with any obstacles appeared and make use of the supporting
factors in the curriculum implementation; (2) MI Perwanida needs to formulate a clear partnership program
to increase the participation from the society; (3) The Ministry of Religious Affairs (Kemenag) needs to
intensify the supervision with a better program; (4) the result of this research can be used as a reference in
developing and implementing school based curriculum especially at Islamic Elementary School (Madrasah
Ibtidaiyah); and (5) it is also suggested that future researcher will conduct the research on the implication of
the particular model of the curriculum implementation, especially at MI Perwanida.
Keywords : management, curriculum implementation, school with achievement
Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama Pasca UU Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah di Kabupaten Pasuruan
Moh. Syukron Aby
Aby, Moh. Syukron. 2010. Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama Pasca UU Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah di Kabupaten Pasuruan. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan.
Program Pascasarjana. Universitas Negeri Malang. Dosen Pembimbing : (I) Prof. Dr. Hendyat
Soetopo, M. Pd., (II) Dr. H. Imron Arifin, M. Pd.
Abstrak
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berdampak
juga bagi otonomi pendidikan. Dengan demikian, konsekuensi logis bagi proses pembuatan kebijakan
pendidikan oleh pemerintah Kabupaten/Kota adalah perlu dilakukan penyesuain diri dari paradigma lama
manajemen pendidikan menuju paradigma baru manajemen pendidikan masa depan yang lebih bernuansa
otonomi dan lebih demokratis. Otonomi di bidang pendidikan dipahami sebagai pemberian kewenangan yang
luas, nyata dan bertanggung jawab secara profesional untuk mengambil prakarsa dan merumuskan
perencanaan pendidikan secara partisipatif, koordinatif dengan memberdayakan segenap potensi sumber daya
perencanaan yang dimiliki. Sejalan dengan hal tersebut, yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah
24 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.
Dengan potensi itu Pemerintah Kabupaten Pasuruan ahirnya mengeluarkan kebijakan melalui
Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun 2001 tentang organisasi tata kerja dinas Pendidikan, yang didalamnya
mengakomodir tentang pendidikan keagamaan pada satu subdinas/bidang tersendiri yaitu Pergurag. Mengapa
Kebijakan tersebut ada di Kabupaten Pasuruan, sementara di Kabupaten dan Kota lain di Propinsi Jawa
Timur belum ada.
Penelitian tentang Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama Pasca UU Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah di Kabupaten Pasuruan.. Kemudian dielaborasi ke dalam pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut : 1). Bagaimana interpretasi dan formulasi para pengambil kebijakan di lingkungan
pemerintah Kabupaten Pasuruan terhadap Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
terkait dengan kebijakan pengembangan Pendidikan Agama ?, 2). Bagaimana implementasi Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah terkait dengan pelaksanaan dan kebijakan pengembangan
Pendidikan Agama di Kabupaten Pasuruan ?, 3). Apakah sinkronsasi Peraturan-peraturan daerah (Perbup
Nomor 13 Tahun 2001 tentang Organisasi dan tata kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) dengan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 terkait dengan kebijakan pengembangan Pendidikan Agama di
Kabupaten Pasuruan ?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik
pengumpulan data utama adalah in depth interview kemudian dilengkapi dengan documentation study dan
participant observation. Analisis data dilakukan secara terus menerus sejak pengumpulan data hingga
penulisan, sebagai bagian dari proses trianggulasi.
Dari penelitian ini, diperoleh temuan-temuan tentang : 1). Interpretasi dan formulasi para pengambil
kebijakan di lingkungan pemerintah Kabupaten Pasuruan terhadap Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah terkait dengan kebijakan pengembangan Pendidikan Agama, Setelah
diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten
Pasuruan dalam hal ini Dinas Pendidikan mendapatkan alokasi tambahan anggaran yang cukup signifikan
dibandingkan dengan dinas-dinas lain yang ada di Kabupaten Pasuruan, Bahkan dalam menanggapi
pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut, pemerintah Kabupaten Pasuruan telah
mengeluarkan Perda atau keputusan khusus dalam mengoperasionalisasikan isi undang-undang tersebut,
yaitu Peraturan Bupati Nomor 13 tahun 2001 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Pasuruan yang salah satu didalamnya memuat tentang Subdin PERGURAG
(Perguruan Agama Islam) yang membawahi pendidikan Agama yaitu : a). RA-BA-TA ( Roudlatul Atfal,
Bustanul Atfal dan Tarbiyatul Atfal), b). MI-MTs (Madrasah Ibtidaiyah-Madrasah Tsanawiyah), c). MA
(Madrasah Aliyah), MADIN-PONTREN (Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren) , 2). Implementasi
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah terkait dengan pelaksanaan dan kebijakan
pengembangan Pendidikan Agama di Kabupaten Pasuruan, yang dikelompokkan ke dalam 4 bidang yang
ingin dicapai selama 5 tahun, yaitu (a) pemerataan dan perluasan pendidikan, dengan melalui, peningkatan
persentase penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikan MI, MTs dalam program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (b) peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, serta daya saing lulusan,
dengan melalui peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan dasar dan menengah (c) peningkatan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan, dengan melalui peningkatan proporsi pendidik dan tenaga kependidikan
RA, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah yang memiliki kualifikasi pendidikan minimum D-IV/S1
dan (d) peningkatan mutu manajemen layanan pendidikan, dengan melalui Peningkatan kualitas manajemen
layanan pendidikan di lingkungan Dinas Pendidikan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel., 3).
Ada singkronisasi antara Peraturan Bupati Nomor 13 tahun 2001 tentang organisasi dan tata kerja Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan yang salah satu didalamnya memuat tentang Subdin
PERGURAG (Perguruan Agama Islam) dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah
Beberapa saran dalam penelitian ini adalah : (1) pembuat keputusan kebijakan tingkat daerah.
Pertama, meningkatkan komitmen terhadap pembangunan di bidang pendidikan khususnya pengembangan
pendidikan agama diharapkan terus diperkuat dengan menempatkan pembangunan bidang pendidikan
sebagai prioritas utama. Kesediaan Kepala Daerah baik Bupati maupun DPRD terjun langsung dalam proses
formulasi, implementasi, serta evaluasi kebijakan publik dibidang pendidikan akan berdampak pada respon
“Gayung Bersambut “ baik dari iternal dan eksternal daerah. Dengan demikian sangat mendukung terhadap
pencapaian keberhasilan pembangunan pendidikan secara maksimal, Kedua, meningkatkan komitmennya
terhadap pembangunan sektor pendidikan, mendukung kepada seluruh satuan kerja untuk terus membangun
koordinasi yang solid, memberi dukungan terhadap pengalokasian anggaran pendidikan, meningkatkan
fungsi kontrol terhadap imlementasi kebijakan, (2) Kepala Dinas Pendidikan, agar melakukan hal-hal : Untuk
menformat bahwa dampak Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama di Kabupaten Pasuruan tidak hanya
Program Studi S2 MPD 25
dunia pendidikan dalam arti sempit, akan tetapi diharapkan berdampak lebih luas yaitu dampak tidak
langsung terhadap sentuhan kehidupan yang nyata yakni pada sentuhan kebutuhan tenaga kerja sebagai
upaya untuk mengatasi problem pengangguran, diharapkan penataan jabatan structural dan fungsional lebih
professional, terus meningkatkan kompetensi di bidang kebijakan pendidikan, terus memberdayakan peranan
dan fungsi Dewan Pendidikan, meneliti dan mengembangkan implementasi Kebijakan Pengembangan
Pendidikan Agama melalui tim Litbang, terus meningkatkan fungsi koordinasi dan singkronisasi dengan
satuan kerja terkait di bidang pendidikan, terus mengadakan koordinasi, konsultasi bidang pendidikan dengan
Pemerintah, terus melakukan penuntasan sosialisasi lanjutan, memberikan kewenangan yang lebih luas
kepada sekolah dalam mengelola pembelajaran, (3) Kepala Sekolah agar melakukan hal-hal : terus
meningkatkan kompetensi di bidang perencanaan jangka pendek, menengah dan pendek, terus
memberdayakan segala potensi khususnya dengan Komite Sekolah, bersama Komite Sekolah berupaya
meningkatkan kompetensi teknis, personal dan sosial para tenag guru, (4) peneliti lain, masih sangat
berpeluang untuk mengembangkan dan meneliti lebih dalam tentang Kebijakan Publik Bidang Pendidikan
khusunya pendidikan agama dalam konteks Otonomi Daerah di Pemerintah Kabupaten / Kota daerah lain di
Indonesia.
Kata kunci: kebijakan, pendidikan agama, UU nomor 32 tahun 2004, district regency
The Development of Religious Education Policy After the Release of the the Law of Republic
of Indonesia number 32, year 2004 on local Governance in Pasuruan Regency
Moh. Syukron Aby
Aby, Syukron Moh. 2010. The Development of Religious Education Policy After the Release of the the Law
of Republic of Indonesia number 32, year 2004 on local Governance in Pasuruan Regency. Tesis,
Program Studi Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Malang. Dosen
Pembimbing : (I) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd., (II) Dr. H. Imron Arifin, M. Pd.
Abstract
The implementation of the Law of the Republic of Indonesia number 32, year 2004 on Local
Goverment effects on the autonomy of Education. In relation with this law, the District/city goverment
should decide the education policy that is adjusted to the new paradigm of education management included
the future education . The autonomy of education is meant as the given large and real authority on the
education that must professionally guarantee in formulating the plan of education cooperatively by including
all of the available potential. In this case, local autonomy is the aothority of the local goverment to regulate
and manage the society needs based on the own local iniciative and the society aspiration.
Based on the mentioned potencial above, Pasuruan Regency Goverment, finally, released the policy
through Regent Regulation number 13, year 2001 on the work Arrangement Organization of Education
service in which it accomodates the education of religion in PERGURAG. It is the only education policy in
Pasuruan Regency that is not applied in other regencies in the area of East Java.
This research on the policy of the development on the education of religion after the Law number 32
year 2004 on the Local Goverment in Pasuruan Regency formulated the reseach problems as follows : (1)
How is the interpretation and the formulation of policy maker in Pasuruan Regency to the Law Number 32
year 2004 on the Local Goverment connected to the policy of the development of religious education. (2)
How is the implementation of the Law number 32 year 2004 on the local goverment connected to the
application of the policy on the religious education development in Pasuruan Regency. (3) Is there the
synchronization of local regulations (Regent Regulation number 13 year 2001 on the work Arrangement
Organization of Boars of Education to the Law number 32 year 2004 connected to the policy on the religious
education development in Pasuruan Regency.
This research is a case study that applied qualitative research approach. The main data was collected
by doing the depth interview, then it was supported by doing the documentation study and the participation
observation. Besides, the data analysis was countinously done from the activities of colllected data to the
activities of writing reseach report, as part of triangulation process.
The result of the research showed, (1) the interpretation and the formulation of the policy makers in
Pasuruan Regency to the Law number 32 year 2004 on the local goverment ,connected with the policy of the
religious education development - after implementing the Law number 32 year 2004 on local government the
Education service Pasuruan got more additional budged (estimate calculation) than gotten budged of other
26 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
departements in the area of Pasuruan Regency. Even, in responding the implementation of the Law Number
32 year 2004, The local goverment of Pasuruan Regency released the local regulation (perda) or specific
decision the Regent Regulation number 13 year 2001 on the work Arrangement Organization of Education
service in which states about subdin PERGURAG that supervices religious education (RA BA TA, MI,MTs,
MA, MADIN-PONTREN) to be used to implement the content of mentioned law. (2) The implementation of
the Law number 32 year 2004 on the local goverment is effectively, effeciently and transparently done
through the improvement of the quality of educational service management in the Education service Pasuruan
(3) There is syncronization between the Regent Regulation number 13 year 2001 on the work Arrangement
Organization of Education service and the Law of the Republic of Indonesia number 32, year 2004 on Local
Goverment.
Furthermore, some suggestions are offered by the researcher, they are (1) the decision makers in
Pasuruan Regency , both the Regent and the house of people’s representatives, should improve the
comitment of developing education in Pasuruan Regency especialy the development of religious education.
Besides, the regent and the house of people’s representatives should directly participate in the process of
formulating, implementing, and evaluating public policy in education field, through which the objective of
the education in Pasuruan Regency will come true. (2) The head of the education service Pasuruan should (a)
organize stuctural function and functional duty appropriately to minimize the jobless. (b) improve his
competancy in the field educational policy. (c) maximize the function of dewan pendidikan , investigate the
implementation of religious education policy though Litbang (d) maximize the coordination and the
consultation on the field of education with local goverment (e) give fully authority to schools in
impllementing the teaching and learning process. (3). The Head Masters are expected to improve their
competency in constructing the short term, middle term, and long term school program. Besides, they are also
expected to be able to maximize the function of school comittee in improving the teachers’ competency. (4)
other researchers are able to investigate kind of this research in other settings.
Keyword:
Policy, Religion Education, Law of the Republic of Indonesia number 32, year 2004, on Local
Autonomy
Hubungan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah, dan Motivasi Kerja
Guru dengan Kinerja Guru SMK Negeri di Kota Malang
Rofiq Zainudin
Zainudin, Rofiq. 2010. Hubungan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah, dan Motivasi
Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMK Negeri di Kota Malang. Tesis, Program Studi Manajemen
Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang,. Pembimbing (I) Prof. Dr. Willem
Mantja, M.Pd., (II). Prof. Dr. Salladien.
Abstrak
Peningkatan kualitas pendidikan nasional merupakan kebutuhan untuk mensejajarkan Indonesia
dengan negara lain. Kebutuhan ini akan terpenuhi bila proses pendidikan mampu menghasilkan sumberdaya
manusia yang handal,. Fenomena dimaksud tentu menjadi tanggung jawab banyak pihak terutama dunia
pendidikan dimana unjung tombaknya adalah guru. Guru adalah sebuah profesi intelektual yang menuntut
berbagai kecakapan, kompetensi dan kemampuan komprehensif. Kondisi dewasa ini belum menunjukkan
harapan yang maksimal sehingga masih diperlukan berbagai upaya dan strategi yang tepat guna
meningkatkan kinerja guru dengan harapan akan berdampak pada peningkatan pembelajaran di kelas.
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, motivasi kerja merupakan faktor penting yang
berpengaruh terhadap kinerja guru termasuk guru SMK Negeri di Kota Malang.
Untuk mengkajinya, penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1)
bagaimana perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan motivasi kerja guru SMK Negeri di
Kota Malang, (2) Apakah ada hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah
dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang, (3) apakah ada hubungan yang signifikan antara iklim
sekolah dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malng, (4) apakah ada hubungan yang signifikan antara
motivasi kerja dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang, (5) apakah ada hubungan yang signifikan
antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan motivasi kerja secara bersama-sama
dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang.
Program Studi S2 MPD 27
Guna menjawab rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian
deskriptif korelasional. Penelitian ini dilaksanakan di dua belas SMK Negeri di Kota Malang dengan
populasi sebesar 154 orang dan sampel 105 orang. Sampel diambil secara random proporsional.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner atau angket sebagai instrumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat perilaku kepemimpinan kepala sekolah SMK
Negeri di Kota Malang termasuk kategori tinggi (efektif) yakni mencapai 44,8 %, (2) tingkat iklim sekolah
SMK Negeri di Kota Malang termasuk kategori sedang 65,7%, (3) tingkat motivasi kerja SMK Negeri di
Kota Malang termasuk kategori sangat tinggi 50,5%, (4) tingkat kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang
termasuk kategori tinggi 94,3%, (5) terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala
sekolah, iklim sekolah, dan motivasi kerja dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang dengan sig t
0,000<0,05 berarti ada hubungan yang signifikan, (6) terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah
dengan kinerja guru SMK Negeri di Kota Malang dengan sig t 0,009<0,05 berarti ada hubungan yang
signifikan, (7) terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru SMK Negeri di
Kota Malang dengan sig t 0,002<0,05 berarti ada hubungan yang signifikan, dan (8) terdapat hubungan yang
signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan motivasi kerja dengan kinerja
guru SMK Negeri di Kota Malang sig F 0,000<0,05 berarti ada hubungan yang siginifikan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) para guru
mendapat bahan masukan untuk memperbaiki diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang
diembankan sehingga terjadi peningkatan profesionalisme diri sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, (2) kepala sekolah menjadikannya sebagai informasi yang berguna dalam rangka perbaikan
perilaku kepemimpinan dengan menciptakan iklim sekolah yang kondusif sehingga para guru tetap berupaya
meningkatkan kinerja mereka, (3) diharapkan ada langkah yang disikapi oleh Dinas Pendidikan Kota Malang
serta instansi terkait lain terhadap penilaian kinerja kepala sekolah dan peningkatan motivasi kerja sebagai
upaya mempertahankan dan meningkatkan kinerja mereka, (4) perlu dilakukan penelitian lanjut untuk
mengetahui kinerja guru selain variable perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan motivasi
kerja sehingga dapat memperoleh informasi lain tentang upaya peningkatan kinerja guru.
Kata kunci: perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, motivasi kerja, dan kinerja guru
Correlation Between Principal Leadership Behavior, School Climate, Work Motivation and
Performance of teacher of State Vocational High School in Malang Municipal
Rofiq Zainudin
Zainudin, Rofiq. 2010. Correlation Between Principal Leadership Behavior, School Climate, Work Motivation and Performance of teacher of State Vocational High School in Malang Municipal. Thesis.
Educational Management Program, Postgraduate Program Malang State University. Advisors : (1)
Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd., (2) Prof. Dr. Salladien.
Abstract
Quality improvement of national education is highly needed to lead Indonesia standing sid by sid
with other countries. It will be achieved when educational process is able to produce qualified human
resources. Many people wil be in charge to this phenomenon, notably educational world whose key player is
teacher. Teacher is considered as an intellectual professional that requires the possession of several skills,
competency and comprehensive ability. Recent condition of our education has not reached yet people
optimum expectancy that it needs any appropriate effort and strategy in improving teacher performance wich
in turn will improve teaching and learning process in classroom. Principal leadership behavior, school
climate, and work motivation are seen as important factors influencing teacher performance, including
teachers in state vocational high schools ini Malang Municipal.
To examine those variables, this research in conducted base on the following problem formulation:
(1) how is leadership behavior of principal of private vocational high schools in Malang Municipal, (2) How
is school climate of state vocational high schools in Malang Municipal, (3) How is work motivation of state
vocational high schools in Malang Municipal, (4) How is teachers performance of state vocational high
schools in Malang Municipal, (5) is there any significant correlation between principal leadership behavior
and teachers performances of state vocational high schools in Malang Municipal, (6) is there any significant
correlation between school climate and teachers performances of state vocational high schools in Malang
Municipal, (7) is there any significant correlation between work motivation and teachers performance of state
28 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
vocational high schools in Malang Municipal, (8) is there any significant correlation between principal
leadership behavior, school climate, and work motivation and teachers performance of state vocational high
schools in Malag Municipal.
To answer the problems above, this research is conducted using descriptive correlational research
design. This study is conducted to twelve state vocational high schools in Malang Municipal whose
population and sample are 154 and 105 respectively. Sample is taken using random proportional technique.
Instrument used to collect data is questionnaire.
The result of research suggests that: (1) level of principal leadership behavior of state vocational
high schools in Malang Municipal is relatively high, 44,8%, (2) level of schools climate of state vocational
high schools n Malang Municipal is high, 65,7%, (3) level of work motivation of state vocational high
schools in Malang Municipal is categorized is high, 50,5%, (4) level of teachers performance of state
vocational high schools in Malang Municipal is relatively high, 94,3%, (5) there is significant correlation
between principal leadership behavior and teachers performance of state vocational high schools in Malang
Municipal in wich sig t is 0.000<0,05, meaning that there is a significant correlation, (6) there is a significant
correlation between school climate and teachers performance of state vocational high schools in Malang
Municipal with sig t 0,009<0.05, meaning there is a significant correlation, (7) there is a significant
correlation between work motivation and teachers performances of state vocational high schools in Malang
Municipal in wich sig t is 0,002<0.05, meaning that there is a significant correlation, and (8) there is a
significant correlation between principal leadership behavior, school climate, work motivation and teachers
performance of state vocational high schools in Malang Municipal with sig F 0,000<0.05, meaning there is
asignificant correlation.
Based on result, the following suggestions are made: (1) teachers gain input doing self-improvement
to perform any duties and responsibilities that self-professionalism improves, and in turn it will improve
quality of human resources, (2) principals have useful information in improving their leadership behavior by
creating conducive school climate to lead teachers improving their performance, (3) several steps should be
taken by Departement of Education Malang Municipal and other related institutions in evaluating principal
performance and improving work motivation as an effort in maintaining and improving teachers
performance, (4) it is necessary to conduct further research in finding out teacher performance beyond
principal leadership behavior, school climate and work motivation variables that other information on teacher
performance improvement is gathered.
Key words: principal leadership behavior, school climate, work motivation, and teacher performance.
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Prestasi Sekolah Unggulan (Studi
Multi Kasus di TK Anak Saleh dan BA Restu I di Kota Malang)
Misbakhul Arifin
Arifin, Misbakhul. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Prestasi Sekolah Unggulan
(Studi Multi Kasus di TK Anak Saleh dan BA Restu I di Kota Malang). Tesis, Jurusan Manajemen
Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing : (I) Prof. H. Ahmad
Sonhadji K.H., M.A., Ph.D., (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd.
Abstrak
Kepemimpinan kepala sekolah adalah segala usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi,
mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan seluruh staf sekolah dan masyarakat agar dapat
bekerja secara efektif dalam rangka merencanakan dan melaksanakan program-program sekolah untuk
meningkatkan dan mencapai prestasi. Sehingga perlu dikaji dan diadakan penelitian (research), tentang
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi sekolah unggulan khususnya di Taman KanakKanak.
Penelitian ini bertujuan: Pertama, untuk mendeskripsikan dan menjelaskan (explanatory) prestasi
yang telah diraih oleh sekolah unggulan, termasuk didalamnya mendeskripsikan sumber-sumber pendukung
yang dimanfaatkan untuk mencapai prestasi. Kedua, mendeskripsikan dan menjelaskan kiat kepala sekolah
dalam meningkatkan prestasi sekolah unggulan di Taman Kanak-Kanak Anak Saleh Malang dan BA Restu I
Malang.
Metode penelitian ini menggunakan penelitian studi multi kasus dengan model microetnografi,
karena penelitian ini mempunyai latar subjek pada suatu tempat kejadian. Penelitian ini dilakukan dalam tiga
Program Studi S2 MPD 29
tahap : Pertama, orientasi; kedua, tahap pengumpulan data (lapangan) atau tahap eksplorasi; dan ketiga, tahap
analisis dan penafsiran data. Obyek penelitian yaitu : TK Anak Saleh Malang dan BA Restu I Malang.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari segi kualitas prestasi yang diraih TK Anak Saleh Malang
relatif lebih baik dibandingkan dengan BA Restu I Malang, khususnya dari segi skala kejuaraan. Tetapi, dari
segi kuantitas, kejuaraan BA Restu I Malang relatif lebih baik dibandingkan dengan TK Anak Saleh Malang.
Dalam meraih prestasi, kepala sekolah BA Restu I Malang menggunakan kiat kepemimpinan antara
lain : bersikap adil, memberikan sugesti, mendukung tercapainya tujuan, katalisator, menciptakan rasa aman,
sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi dan bersikap menghargai. Sedangkan Kepala Sekolah TK Anak
Saleh Malang menggunakan kiat kepemimpinan : bersikap adil, memberikan sugesti, mendukung tercapainya
tujuan, katalisator, menciptakan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi, bersikap menghargai,
rendah hati dan spiritual transendental.
Kata kunci: kepemimpinan kepala sekolah, prestasi, sekolah unggulan.
Leadership of school Principal to improve excellence school achievement (Multi cases in TK
Anak Saleh and BA Restu I Malang City)
Misbakhul Arifin
Arifin, Misbakhul. 2010. Leadership of school Principal to improve excellence school achievement (Multi
cases in TK Anak Saleh and BA Restu I Malang City). The Thesis, Management Of Education
Program, Post Graduate State University. Counselor : (I) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H., M.A., Ph.D.,
(II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd.
Abstract
The school principal leadership is the effort of school principal to influence, push, guide, direct and
generate all the school staff and society to be able to work effectively. The works are planning doing school
program to reach the achievement. Thus, it is necessary for us to learn and have a research about the
leadership of school principal in developing excellence school achievement specially in nursery school. The
research purposes are first, to describe and explain the achievement have been reach by excellence school
including proponent resources utilized to reach the goal. Second, describe and explain the tricts of school
principal to develop excellence school achievement in TK Anak Saleh and BA Restu I in Malang city.
The method of the research is multi cases study and micro ethnography model, because of the
research has got subject background in an event place. the research is held in three step. (1) orientation, (2)
collecting data (field) or exploration, (3) analyzing and prediction of data. The object of research is that, TK
Anak Saleh Malang and BA Restu I Malang.
The result of this research shows that the achievement of TK Anak Saleh Malang and BA Restu I
Malang is better than especially in championship in the field of quantity. However, the championship BA
Restu I Malang is better than TK Anak Saleh Malang.
In order to reach the achievement, School principal of BA Restu I Malang employed leadership trick
such as fairness, suggesting, supplying objective, catalyzing, providing security, and praising. Meanwhile,
school principal of TK Anak Saleh Malang employed trick such as fairness, suggesting, supplying objective,
catalyzing, providing security, organization representativeness, inspiring, praising, humility and transcendent
spirituality.
Keyword: principal school leadership, achievement, excellence school.
30 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Hubungan Antara Pengendalian Manajemen, Budaya Organisasi, Proses Kerja Tim dan
Kinerja di SMA Negeri Kota Malang
Raden Bambang Sumarsono
Sumarsono, Raden Bambang. 2010. Hubungan Antara Pengendalian Manajemen, Budaya Organisasi,
Proses Kerja Tim dan Kinerja di SMA Negeri Kota Malang. Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan,
Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo,
M.Pd, (II) Dr. Kusmintardjo, M.Pd
Abstrak
Program sekolah digerakan untuk pencapaian tujuan dan target sekolah yang konsisten dengan visi
dan misi. Sekolah sebagai institusi pengelola layanan pendidikan diharapkan dapat memfungsikan seluruh
sumber daya yang ada secara efektif dalam pencapaian tujuan dan efisien dalam penggunaan sumber daya.
Sebagai sistem sosial, sekolah harus dikelola dengan baik agar dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan sekolah. Karena itu manajemen sekolah harus dapat ditingkatkan sedemikian rupa dengan
meningkatkan kemampuan yang lebih tinggi bagi seluruh personal dalam mengoptimalkan fungsinya untuk
menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi dan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan
kegiatannya.
Prinsip kehati-hatian guna meminimumkan risiko, harus diimbangi dengan suatu kebijakan yang
merupakan acuan dan pedoman dalam melaksanakan kegiatannya. Untuk itu perlu adanya sistem
pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen merupakan pengendalian kegiatan secara menyeluruh
untuk mendapatkan keyakinan bahwa strategi usaha telah dijalankan secara efektif dan efisien. Penerapan
pengendalian manajemen tersebut, ditujukan untuk mengetahui apakah kegiatan telah dilakukan mengarah
pada tujuan yang ditentukan.
Tren yang semakin bertumbuh dalam banyak organisasi dewasa ini adalah memberikan tanggung
jawab yang lebih besar kepada tim untuk menjalankan roda organisasi. Ketangguhan sebuah tim kerja
dicirikan oleh orang-orang terpilih yang menduduki posisi tertentu dan mampu menjalankan tugas sesuai
dengan kompetensinya. Keberhasilan tim merupakan akumulasi dari proses dan kinerja setiap anggota.
Katakanlah, semacam tugas dan hasil kolektif dalam suatu sistem kerja yang sinergis. Semakin tinggi
kekuatan sinergitas diantara anggota dan ketua semakin tinggi kekuatan sebuah tim.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki budaya tertentu, yang berbeda antara satu sekolah
dengan sekolah lainnya. Budaya organisasi (sekolah) umumnya didefinisikan sebagai orientasi bersama yang
dianut oleh suatu unit dan memberinya identitas tertentu. Budaya organisasi yang kuat menjadikan anggota
lebih puas, termotivasi dan memiliki komitmen yang besar terhadap organisasi, yang pada giliranya akan
meningkatkan pula kinerja organisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan tingkat pengendalian manajemen, budaya
organisasi, proses kerja tim, dan kinerja sekolah di SMAN Kota Malang, (2) mengetahui ada tidaknya
hubungan antara pengendalian manajemen dengan proses kerja tim, (3) mengetahui ada tidaknya hubungan
antara budaya organisasi dengan proses kerja tim, (4) mengetahui ada tidaknya hubungan antara proses kerja
tim dengan kinerja sekolah, (5) mengetahui ada tidaknya hubungan baik secara langsung maupun tidak
langsung antara pengendalian manajemen dan kinerja sekolah melalui proses kerja tim, dan (6) ada tidaknya
hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung antara budaya organisasi dengan kinerja sekolah
melalui proses kerja tim. Rancangan penelitian ini adalah survai dengan causal explanation, akhir dari proses
penelitian ini adalah mendeskripsikan empat variabel, serta menguji dan mengembangkan model hubungan.
Penelitian dilaksanakan pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Malang. Sampel penelitian
sebanyak 10 orang kepala SMAN, 226 orang guru, 103 orang staf TU, dan 367 orang siswa. Pengambilan
sampel menggunakan teknik area proportional random sampling. Data penelitian diperoleh dengan
menggunakan instrumen angket model tertutup yang dikembangkan oleh peneliti dalam bentuk rating scale.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan program SPSS 15 for windows dan
analisis Structural Equation Model (SEM) untuk uji hipotesis, dengan bantuan program Lisrel 8.50.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat kinerja sekolah dalam kategori tinggi,
pengendalian majamenen dan budaya sekolah dalam kategori cukup baik, dan proses kerja tim SMAN di
Kota Malang kurang baik, (2) terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengendalian manajemen dan
proses kerja tim, (3) ada hubungan secara signifikan antara antara budaya organisasi dan proses kerja tim, (4)
ada hubungan secara langsung maupun tidak langsung antara pengendalian manajemen dan kinerja sekolah
yang melalui proses kerja tim, (5) ada hubungan secara langsung maupun tidak langsung antara budaya
organisasi dan kinerja sekolah yang melalui proses kerja tim.
Program Studi S2 MPD 31
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan kepada: (1) Kepala Dinas Pendidikan Kota
Malang, hendaknya memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
meningkatkan kinerja sekolah khususnya SMA di Kota Malang baik negeri maupun swasta, (2) para Kepala
SMAN di Kota Malang, hendaknya masih perlu memperhatikan serta meningkatkan lagi pengendalian
manajemen, mempertahankan atau meningkatkan budaya yang berlaku disekolahnya, dan jika
memungkinkan meningkatkan proses kerja tim dalam upaya meningkatkan tingkat kinerja sekolah, (3) para
Stakeholder Sekolah diharapkan supaya membangun kesadaran kolektif untuk pro aktif dalam memajukan
dan mengembangkan sekolah berbasis budaya lokal dengan mendarmabhaktikan dana, tenaga, dan pikiran
kepada sekolah, khususnya demi masa depan anak bangsa, dan (4) peneliti lain, diharapkan hasil penelitian
ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian sejenis dengan menambahkan beberapa variabel,
dikarenakan pendekatan Balanced Scorecard sebagai alat ukur kinerja sekolah atau lembaga pendidikan
masih relatif baru dalam dunia pendidikan dan belum banyak yang mengkaji.
Kata kunci: pengendalian manajemen, budaya organisasi, proses kerja tim, kinerja.
Correlation between Controling management, Organizational Culture, Team Work Process
and School Performance in Public High School in Malang
Raden Bambang Sumarsono
Sumarsono, Raden Bambang. 2010. Correlation between Controling management, Organizational Culture,
Team Work Process and School Performance in Public High School in Malang. Thesis. Educational
Management Department. Post Graduate Program. State University of Malang. Advisors. (1) Prof, Dr.
H. Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Dr. Kusmintarjo, M.Pd
Abstract
School program is implemented to achieve the pre determined targets and goals of the school based
on its statement of vision and mission. School as institution of education is expected to be able to function
effectively to achieve those goals and make use of school resources efficiently. As a social system, school
should be managed well in order to fulfill its needs and achieve that target. Thus, school management should
be improved in such a away to optimize its function to handle problems and implement the principle of
caution in running its activity.
Principle of caution to minimize the risk should be balanced with a policy which become the
reference and milestone in conducting school activity. Therefore, there should be a system of controlling
management. Controlling management is thorough activity control to make sure that the strategy has been
implemented effectively and efficiently.
The increasing trend in organization is to deliver more crucial responsibility of running organization
to a certain team. The strength of a working team is characterized by people selected for certain position and
they are able to do their job based on their competence. The success of the team is an accumulation of
process and performance of each member. It is a kind of duty and collective outcome in a synergic working
system. The higher synergic strength among the member and its chairman, the stronger the team is.
School as educational institution has certain culture which is different one another. Organizational
culture (school) is defined as shared orientation followed by a unit and give certain identity. Strong
organizational culture will give satisfaction to the members, give them more motivation and higher
commitment toward organization which in turn will improve organization performance.
This study aims at (1) describing the level of controlling management, organizational culture, and
school performance in Public High School in Malang (2) finding out the correlation between controlling
management with team work process. (3) finding out the correlation of organization culture with team work
process, (4) finding out the correlation between team work process with school performance, (5) finding out
the direct or indirect correlation between controlling management and school performance through team
work process and (6) finding out whether there is direct or indirect correlation between organizational culture
with school performance through team work process. The design employed in this study is survey with
causal explanation. The final outcome of this study is to describe four variables, and to test and develop
correlation model. This study is conducted in Public Senior High School in Malang. Samples of study are 10
senior high school principals, 226 teachers, 103 administration staffs, and 367 students. Samples are taken
using area proportional random sampling. The data obtained using closed-ended questionnaire developed
32 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
using rating scale. Data analysis technique employed is descriptive analysis using SPSS 15 for windows and
Structural Equation Model (SEM) for hypothesis testing using Lisrel 8.50.
The findings of study shows that (1) level of school performance is high, controlling management
and school culture is moderately good and team work process in Public Senior High School in Malang is not
good (2) there is insignificant correlation between controlling management and team work process, (3) there
is a significant correlation between organizational culture and team work process, (4) there is direct and
indirect correlation between controlling management and school performance through team work process, (5)
there is direct and indirect correlation between organizational culture and school performance through team
work process.
Based on the result of the study, the writer proposes the following suggestion (1) that the Head of
Education office in Malang to use the finding of this study as a consideration to improve the school
performance especially senior high school in Malang, 2) that the principals of senior high schools in Malang
should pay more attention on controlling management, to maintain or to improve existing culture in their
school and if it is possible, to improve team work process in order to improve school performance, 3) that the
stakeholder should develop collective awareness in order to develop local culture-based school by giving
donor, and ideas to the school for the sake of students, and (4) for the coming researcher, it is expected that
this study can be used as reference in similar research by adding some other variables. It is because balanced
score card approach as parameter of school performance or education institution is still a new concept in
education and there are only few researches using this approach.
Keywords: controlling management, organizational behavior, team work process, performance
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Pondok Pesantren Mu’adalah dan Ghoiru
Mu’adalah: (Studi Multi Kasus di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan
dan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan)
Ninik Nur Muji Astutik
Astutik, Ninik Nur Muji. 2009. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Pondok Pesantren Mu’adalah dan
Ghoiru Mu’adalah: (Studi Multi Kasus di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan
dan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan). Tesis, Jurusan
Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr.
H. Hendyat Soetopo, M. Pd., (II) Prof. Dr. H. Salladien.
Abstrak
Pondok pesantren didirikan oleh masyarakat (ulama/kyai) dengan asas kemandirian dan keikhlasan.
Pada era pra kemerdekaan pesantren telah berperan besar dalam melahirkan pejuang-pejuang yang tangguh
dalam memperjuangkan kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, pondok pesantren terus berperan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hingga kini lembaga ini tetap konsisten sebagai pusat pengajaran dan
pendalaman ilmu-ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) yang berfungsi menyiapkan tenaga-tenaga yang
menguasai ilmu-ilmu keislaman, sebagai kader ulama, muballigh, dan guru agama yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan pondok pesantren mengalami perubahan
khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan, sebagian pondok pesantren kini telah menggunakan sistem
klasikal/madrasah yang kurikulumnya disusun dan dikembangkan dengan mengkolaborasikan materi agama
dan materi umum. SK Ditjen bimbagais No; DJ/II/PP-01.1/AZ/9/02 telah mempersiapkan lulusan pondok
pesantren untuk dapat menempuh studi di perguruan tinggi yang dikehendaki melalui program pemberian
status kesetaraan. Manajemen kurikulum dan pembelajaran menjadi salah satu item penilaian dalam
pemberian status kesetaraan/mu’adalah tersebut.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan manajemen kurikulum dan pembelajaran pondok
pesantren. Ada 4 hal yang dideskripsikan sehubungan dengan manajemen kurikulum dan pembelajaran
pondok pesantren dalam memperoleh status kesetaraan/mu’adalah, yaitu (1) perencanaan kurikulum dan
pembelajaran, (2) pengorganisasian kurikulum dan pembelajaran, (3) implementasi kurikulum dan
pembelajaran, (4) evaluasi kurikulum dan pembelajaran.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan rancangan
studi multi kasus. Data penelitian yang banyak menggunakan kata-kata subyek, baik lisan maupun tulisan ini
diperoleh dari dua macam sumber, yakni diri peneliti dan 8 orang informan dalam kasus Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Salafiyah dan 3 orang informan dalam kasus Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul
Program Studi S2 MPD 33
Karomah Gunung Jati Pasuruan. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara mendalam, observasi berperan pasif dan metode dokumentasi. Dalam analisis data Peneliti
menggunakan 3 komponen kegiatan, yaitu reduksi data (data reduction), display data (data display), dan
pengambilan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing verification). Untuk memperoleh keabsahan
temuan Peneliti melakukan 4 teknik keabsahan data, yaitu kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan
konfirmabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, perencanaan kurikulum dan pembelajaran
merupakan kunci awal dalam pelaksanaan manajemen kurikulum dan pembelajaran. Perencanaan kurikulum
dan pembelajaran madrasah aliyah pondok pesantren dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan dari
madrasah aliyah dan pondok pesantren. Dalam penyusunan kurikulum dan pembelajaran Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Salafiyah membentuk tim penyusun yang terdiri dari pengasuh, sesepuh dan guru senior.
Sedangkan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah Gunung Jati membentuk tim penyusun yang
terdiri dari kepala madrasah, dewan guru dan pengasuh. Kurikulum lokal yang digunakan oleh kedua pondok
pesantren tersebut mengantarkan mereka pada kreatifitas pengembangan, Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Salafiyah telah lebih dulu mendapatkan status kesetaraan dari Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul
Karomah karena sudah dapat mengkolaborasikan materi agama dan materi umum dalam penyusunan
kurikulum. Kedua, pengorganisasian kurikulum dan pembelajaran madrasah aliyah pondok pesantren dimulai
dari pengorganisasian elemen pelaksananya yaitu guru dan elemen lainnya agar dapat melaksanakan fungsi
berdasarkan tugas masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan pengorganisasian materi-materi umum dan
agama agar dapat dikemas secara rapi dalam suatu pembelajaran dan kemudian disajikan dalam jenjangjenjang yang sudah disiapkan. Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah memiliki jenjang-jenjang Ula,
Tsanawiyah, Wustho dan Aliyah. Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah yang sudah
dilaksanakan memiliki kegiatan pendidikan non formal saja (diniyah) yang jenjangnya terdiri dari tingkat
Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan Musyawirin. Ketiga, pelaksanaan Kurikulum dan pembelajaran
diselenggarakan dalam bentuk klasikal/madrasah. Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan
telah membuat serangkaian perangkat pembelajaran dengan beberapa metode pembelajaran, media dan
strategi pembelajaran sebagai pendukung keefektivan dan efisiensi pelaksanaannya. Sedangkan Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah hanya mengembangkan materi agama secara spesifik yang hanya
menggunakan target hafal dan khatam dengan menggunakan 2 metode yaitu metode sorogan dan bandongan.
Keempat, penilaian yang dilakukan oleh Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah diambil dari segi
input, proses dan output. Keberhasilan output dibuktikan dengan pemberian ijazah mu’adalah yang dapat
digunakan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sementara Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Darul Karomah hanya melakukan penilaian dari proses dan output saja. Khusus bagi santri yang
ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi akan diikutkan ujian kejar paket C, sehingga ijazah yang akan
diperoleh oleh lulusan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan ada 2
macam, yaitu ijazah lokal dan ijazah formal.
Kata kunci: manajemen kurikulum dan pembelajaran, pondok pesantren, mu’adalah, ghoiru mu’adalah.
34 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Management Curriculum and Instructional Management of Mu’adalah and Ghoiru
Mu’adalah Islamic Boarding School: (Multi Cases Studied in Islamic Senior High School of
Salafiyah Islamic Boarding School and Islamic Senior High School of Darul Karomah
Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School)
Ninik Nur Muji Astutik
Astutik, Ninik Nur Muji. 2009. Management Curriculum and Instructional Management of Mu’adalah and
Ghoiru Mu’adalah Islamic Boarding School: (Multi Cases Studied in Islamic Senior High School of
Salafiyah Islamic Boarding School and Islamic Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati
Pasuruan Islamic Boarding School). Thesis Education Management Majors. Postgraduate Program
State University of Malang. Leader (1) Prof Dr. H. Hendyat Soetopo, M. Pd., (II) Prof. Dr. H.
Salladien
Abstract
Islamic Boarding School (or called pesantren in Indonesia) was established by society
(canonist/religionist) based on independence and candidness. On the pre-independence's era, Islamic
Boarding School have goten big role bearing firm patriotist which had been put up a good fight to acquire
independence. After Independence, Islamic Boarding School keep have a role on smarten up nation life. Up
till now, this institute keep consistent as the center of teaching and deepen Islamic knowledge (tafaqquh
fiddin) which is have function to prepare peoples that gaining control of Islamic knowledge such as canonist's
cadre, mubaligh, and Islamic teacher that needed by society. After time goes by, education on Islamic
Boarding School have changed particularly on education arrangement. Now, some of Islamic Boarding
School have utilized classical's system/Islamic school that its curriculum is arranged and developed by
collaborated Islamic material and general material. At present, student which is graduated from Islamic
Boarding School also been made ready to be able to sails through education at college based on their
desirability through equalization status program. Management curriculum and instructional management are
some of item estimation of equalization program.
Objectives of this research are describing curriculum and instructional management of Islamic
Boarding School. There are four points which have connection with management curriculum and
instructional management of mu'adalah and ghoiru mu’adalah Islamic Boarding School, there are: (1)
curriculum planning and instructional, (2) curriculum organizing and instructional, (3) curriculum
implementation and instructional, (4) curriculum evaluation and instructional.
The approachment that is utilized in this research is qualitative approaching with multi cases study.
Research data that utilize a lot of subject words, well oral or written language are acquired from two kinds of
source, there are reseacher, eight informant from Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding
School case, and three informant from Islamic Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan
Islamic Boarding School case. Data collecting activity is done by use of visceral interview method,
observation with active role, and documentation method. In data analysis, reseacher use three kinds of
activity components, there are data reduction, data display, and conclusion drawing veri fication. To get
invention authenticity, reseacher do four data authenticity technique, there are credibility, transferability,
dependability, confirmability.
Reseach result show that: first, curriculum planning and instructional are the initial key in the
implementation of curriculum management and instructional management. Curriculum planning and
instructional in Islamic Senior High School of Islamic Boarding School paying attention to vision, mission,
and objectives of Islamic Senior High School and Islamic Boarding School. Curriculum organizing and
instructioanl in Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding School forming compiler team that
consist of care taker, elders, and senior teacher. In other hand, Islamic Senior High School of Darul Karomah
Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School forming compiler team that consist of head of Islam school,
teacher council, and care taker. Local curriculum that utilized by both of that Islamic Boarding School deliver
them to the developmental creativity. Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding School was
earlier get equalization status than Islamic Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan
Islamic Boarding School since Islamic Senior High School of Salafiyah Islamic Boarding School can
collaborate Islamic material and general material in curriculum arrangement. Second, curriculum organizing
and instructional in Islamic Senior High School of Islamic Boarding School begun from organizing
implementer element for example teacher, and other element to run the function based on the their own task.
Then drawned out by organize general material and Islamic material to be able to be packed neatly in the
learning and then presented on the ladder mat already being made. Islamic Senior High School of Salafiyah
Islamic Boarding School have four ladder, there are: Ula, Tsanawiyah, Wustho, and Aliyah. But, Islamic
Program Studi S2 MPD 35
Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School only have non formal
education activity (diniyah) that its ladder consist of Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, and Musyawirin. Third,
curriculum implementation and instructional performed in classis form. Islamic Senior High School of
Salafiyah Islamic Boarding School have made succession of learning with several learning method, media,
and learning strategy as supporter of effectiveness and its performing efficiency. Islamic Senior High School
of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School only develope spesific Islamic material
that just have target to memorize and khatam by using two methods, there are sorogan method and
bandongan method. Fourth, curriculum evaluation and instructional done by Islamic Senior High School of
Salafiyah Islamic Boarding School taken from input aspect, process, and output aspect. Output's success is
proven by giving diploma which can be applied to drawn out into superordinate ladder. In the mean time,
Islamic Senior High School of Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School just do
evaluation from process and output aspect. Specially for student who want to drawn out to the superordinate
ladder will followed KEJAR PACKET C's test, so student who graduate from Islamic Senior High School of
Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan Islamic Boarding School have two kinds of diploma, there are local
diploma and formal diploma.
Keywords: management curriculum and instructional management, islamic boarding school, mu'adalah.
Hubungan Kompensasi, Iklim Organisasi, dan Komitmen dengan Kinerja Pegawai Dinas
Dikpora Kabupaten Bima
Rifaid
Rifaid. 2010. Hubungan Kompensasi, Iklim Organisasi, dan Komitmen dengan Kinerja Pegawai Dinas
Dikpora Kabupaten Bima. Tesis. Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd, (II) Dr. Bambang Budi
Wiyono, M. Pd
Abstrak
Seiring Indonesia memasuki era reformasi, dimana nuansa kebebasan di masyarakat semakin luas
dan di dukung oleh perubahan faktual peran pemerintah daerah yang mulai terbuka dalam sebuah koridor
UU. Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Pemerintah Daerah, dimana akan menuntut wacana lebih luas
tentang peran pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah daerah khususnya
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga (Dikpora) praktis dituntut untuk lebih meningkatkan kinerja
pegawainya. Hal ini disebabkan agar dapat mengimbangi tuntutan masyarakat yang berubah begitu cepat.
Untuk meningkatkan kualitas kinerja tersebut diperlukan adanya tingkat kesejahteraan yang
memadai berupa kompensasi esensial yang benar dan komitmen yang didukung oleh loyalitas dan kemauan
kerja yang tinggi serta iklim kerja organisasi yang kondusif. Dengan demikian kompensasi, iklim kerja
organisasi dan komitmen bagi pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Bima menjadi persyaratan utama jika
pegawai ingin meningkatkan performance atau kinerja.
Kompensasi penting bagi pegawai Dinas Dikpora sebagai individu karena besarnya kompensasi
memerlukan ukuran nilai karya mereka di antara pegawai itu sendiri, keluarga, dan masyarakat. Bila para
pegawai memandang kompensasi mereka tidak memadai maka prestasi kerja, motivasi dan kinerja mereka
bisa turun secara dramatis.
Kinerja pegawai dalam melaksanakan tugasnya sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal. Di antara faktor eksternalnya adalah iklim kerja organisasi. Sebab kondisi kerja yang kondusif akan
membantu meningkatkan semangat kerja pegawai yang akhirnya akan mempengaruhi hasil kinerja pegawai
yang bersangkutan.
Performance pegawai selain dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan dan iklim kerja organisasi yang
kondusif, juga dipengaruhi oleh komitmen. Sebab komitmen dipandang sebagai suatu sikap, dimana individu
melibatkan dirinya dalam organisasi tertentu sekaligus mendukung tujuan-tujuan organisasi tersebut.
Kompensasi, iklim kerja organisas, dan komitmen merupakan faktor penting yang berpengaruh
terhadap kinerja pegawai di Dinas Dikpora Kabupaten Bima. Untuk mengkajinya, penelitian ini dilakukan
dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel
kompensasi dengan variabel kinerja? (2) Apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel iklim
organisasi dengan variabel kinerja? (3) Apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel komitment
dengan kinerja? dan (4) Apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel kompensasi, iklim organisasi
36 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
dan komitmen dengan variabel kinerja pegawai? (5) seberapa tinggi sumbangan efektif variabel kompensasi,
iklim kerja organisasi, komitmen terhadap variabel kinerja pegawai.
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
rancangan penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini mengkaji pengaruh kompensasi (X 1), iklim kerja
organisasi (X2), dan komitmen (X3) sebagai variabel bebas, kinerja pegawai (Y) sebagai variabel terikat.
Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Dikpora Kabupaten Bima dengan populasi 158 orang pegawai dan
sampel 113 orang pegawai. Sampel diambil dengan teknik sampel acak proposional.
Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrumen koesioner, dengan menggunakan
skala empat yang merujuk pada skala Likert. Instrumen yang telah disusun diuji coba tingkat validitasnya
dengan teknik product moment dari Pearson. Sedangkan estimasi reliabilitas instrumen dengan menggunakan
rumus Alpha Cronbach. Hasil uji coba instrumen dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16 for
window.
Teknik analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup analisa diskriptif, uji persyaratan
analisa yang mencakup uji normalitas dengan teknik Kolmogorov Smirnov dan uji linearitas dengan teknik
Scatter, uji hipotesis yang mencakup uji t untuk mengetahui korelasi antar variabel secara parsial, dan uji
regresi ganda untuk mengetahui korelasi variabel secara bersama-sama. Analisa hasil peneltian dengan
bantuan program SPSS versi 16 for window.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat hubungan positif yang signifikan antara
kompensasi dengan kinerja pegawai Dinas Dikpora kabupaten Bima, dengan sig 2 tailed 0,002 < α 0,05, (2)
terdapat hubungan positif yang signifikan antara iklim kerja organisasi dengan kinerja pegawai Dinas
Dikpora kabupaten Bima, dengan sig 2 tailed 0,000 < α 0,05, (3) terdapat hubungan positif yang signifikan
antara komitmen dengan kinerja pegawai Dinas Dikpora kabupaten Bima, dengan sig 2 tailed 0,000 < α 0,05,
(4) terdapat hubungan yang signifikan antara kompensasi, iklim kerja organisasi, dan komitmen dengan
kinerja pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Bima dengan sig 0,000 < α 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) Dinas Dikpora
Kabupaten Bima dalam meningkatkan kinerja pegawai perlu merancang kebijakan kompensasi baik finansial
maupun non finansial. Kebijakan yang dimaksud dimulai dengan kegiatan pengukuran kinerja pegawai
secara terukur dan obyektif. Dari hasil pengukuran kinerja ini dapat dijadikan dasar dalam penentuan
pemberian kompensasi terhadap pegawai. Kebijakan tersebut harus dilaksanakan secara obyektif dan terbuka.
Apabila kebijakan tersebut dilaksanakan secara simultan, konsisten dan didukung oleh partisipasi pegawai
diharapkan kinerja pegawai akan meningkat,(2) Dinas Dikpora Kabupaten Bima dalam meningkatkan kinerja
pegawai harus merancang kebijakan untuk meningkatkan iklim kerja organisasi baik dari dimensi ekologi,
dimensi sosial maupun dimensi sistem budaya. Terutama sekali adalah dimensi sosial yang berkaitan dengan
kepemimpinan Kepala dinas Dikpora Kabupaten Bima. Sebab gaya kepemimpinan adalah merupakan salah
satu dimensi sosial yang dapat mempengaruhi iklim kerja organisasi. Keberhasilan pemimpin bukan
disebabkan oleh prestasi pegawai, tetapi tanggungjawabnya untuk mengembangkan dan menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif, obyektif dan terbuka,(3) Pihak Dinas Dikpora perlu menumbuhkan dan
memupuk komitmen para pegawai dalam rangka meningkatkan performansi dengan memenuhi kebutuhan
dan menyediakan sarana pelayanan yang diperlukan, serta menjaga dan mempunyai citra lembaga yang baik
di masyarakat.
Kata kunci: kompensasi, iklim organisasi, komitmen dan kinerja
Relation between Compensation, Climate of work organization, and the Commitment toward
Work Performance of the official Dikpora department in district Bima
Rifaid
Rifaid, 2010. Relation between Compensation, Climate of work organization, and the Commitment toward
Work Performance of the official Dikpora department in district Bima. Thesis. Education Management, Post Graduate, State University of Malang, Counselor: ( I ) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd.; (
II ) Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd
Abstract
A long Indonesia enters reform era, people have a lots of freedom and it is supported by factual
change in the local government role in which become more transparent in accordance with UU NO. 22 th
1999 about local government autonomy. With those constitutions pursue broader discourse of the quality of
Program Studi S2 MPD 37
civil service. And because of that, local government especially Department of Youth and Sport Education
should encourage his officials to work hard in order to balance people demand that always change rapidly.
To increase the quality of the work performance needs an adequate welfare such as : right essential
compensation and commitment ( is supported by loyalty and high wish of work) and a good climate of work
organization. Compensation, climate of work organization and commitment are the main requirement for the
official of Dikpora department in district Bima to increase their work performance.
Compensation is important to the official of Dikpora department in district Bima as personal.
Because the amount of compensation depends of his work compare with other official, family and
surrounding people. Then if they think that their compensation is not adequate, their motivation and their
work will dramatically low.
Their works are influenced by internal and external factors. One of the external factors is a climate
of work organization. Since a conducive work condition will help the official to increase their works.
Compensation, climate of work organization and commitment is important factors that influence the
official work in Dikpora department in district Bima. The hypothesis of this research goes as follows: (1) Is
there a significance relation between compensation variable and the work performance variable?. (2) I Is
there a significance relation between climate of work organization and the work performance variable?. (3) Is
there a significance relation between commitment variable and the work performance?. (4) Is there a
significance relation between compensation, climate of work organization, and commitment variables and the
work performance of the official? (5) How far is the effectiveness of compensation, climate of work
organization, and commitment variables toward the work performance of the official variables.
To accommodate the hypothesis, this research uses quantitative approach with correlation
descriptive research design. The research studies the influence of compensation (X1), climate of work
organization (X2), and commitment (X3) as free variables and the work performance of the official (Y) as a
close variable. This research is conducted in Dikpora Department in district Bima with population of 158
officials and samples of 113 officials. This samples are taken using proportional random sampling technique.
Research data is collected using questioner instrument, with the use of scale four as in Likert scale.
The structured instrument is then tried out its validity using product moment technique that is from Pearson.
To estimate its reliability he uses alpha Cronbach formula. The result of the try out is supported by SPSS 16
versions for windows program.
Data analysis use in this research involves descriptive analysis, he requirement of the test analysis;
that involves normality and linearity test, hypothesis test involves test to find out correlation between the
variables partially, double regression test to find out correlation between variables. SPSS version 16 for
windows is used to help the research analysis.
Research results show that: (1) there is a significance positive realtion between compensation and
the work performance of Dikpora department official in district Bima, with sig 2 tailed 0,0002 < α 00,5. (2)
there is a significance positive relation between climate of work organization and the work performance of
Dikpora department official in district Bima, with sig 2 tailed 0,000 < α 0,05. (3) there is a significance
positive relation between commitment and the work performance of Dikpora department official in district
Bima, with sig 2 tailed 0,0002 < α 0,05 (4) there is a significance relation between compensation, climate of
work organization, and commitment toward the work performance of Dikpora department official in district
Bima, with sig 0,000 < α 0,05.
Based on the research finding can derive suggestions as follows: (1) to increase the work
performance of Dikpora department official in district Bima needs to design compensation policy both
financial and non financial. The policy begins with the activity of measuring work performance of the official
objectively. The measurement is used as a base of giving compensation. The policy should be made
objectively and transparently. If the policy is done simultaneously, consistently, and supported by
participation of the officials, the work performance will arise. (2) Dikpora department in district Bima should
design a policy from which a work performance will arise even from ecology, social and culture dimensions.
The leadership of chairman is one of the social dimension that influences climate of work organization. The
succeed leader is not caused from the official achievement but from their responsibility to develop and to
create work environment which is conducive, objective and transparent. (3) Dikpora department needs to
grow commitment of the official in order to increase official performance. Commitment can be done
effectively by sustaining needs, providing adequate facilities and also keeping and possessing a good
institution in surrounding society.
Key words: compensation, climate of organization, commitment and work performance
38 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Manajemen Hubungan Masyarakat pada Sekolah Inklusi. Studi Multi Kasus pada SMPN 18
dan SMPK Bhakti Luhur Malang
Andreas Wato
Wato, Andreas. 2010. Manajemen Hubungan Masyarakat pada Sekolah Inklusi. Studi Multi Kasus pada
SMPN 18 dan SMPK Bhakti Luhur Malang. Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd., (II) Dr. H.
Kusmintardjo, M. Pd
Abstrak
Kehidupan manusia senantiasa berubah. Agar dapat survive dalam era yang terus berubah ini,
diperlukan SDM yang unggul. Upaya untuk menciptakan SDM yang unggul itu dilakukan melalui
pendidikan. Telah menjadi jelas bahwa pendidikan diselenggarakan untuk semua. Upaya impelementasi
adagium Education for All itu nampak dalam sekolah inklusi karena dalam sekolah inklusi kebutuhan siswa
reguler dan siswa berkebutuhan khusus terakomodasi dengan baik. Agar implementasi pendidikan inklusi
dapat terwujud, diperlukan kerjasama antara berbagai pihak karena pendidikan adalah tanggungjawab
bersama. Namun, sejauh ini banyak masyarakat masih menolak kehadiran siswa berkebutuhan khusus dan
pendidikan inklusi. Penolakan masyarakat ini terjadi karena kurang adanya sosialisasi kepada masyarakat.
Untuk itu, masyarakat perlu didekati dan diberikan berbagai informasi mengenai siswa berkebutuhan khusus
dan pendidikan inklusi agar mereka mengerti dengan baik siswa berkebutuhan khusus, menerima mereka
serta mendukung pendidikan inklusi.
Bertolak dari hal di atas, peneliti merasa perlu untuk meneliti manajemen hubungan masyarakat
pada sekolah inklusi agar masyarakat dapat memahami dan menerima kehadiran siswa ABK dan sekolah
inklusi dan juga agar sekolah-sekolah yang belum menyelenggarakan program inklusi bisa terinspirasi dan
bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menyelenggarakan sekolah inklusi.
Berdasarkan konteks tersebut, peneliti merumuskan fokus penelitian yang terdiri dari: (1)
Perencanaan hubungan masyarakat pada sekolah inklusi di Malang. (2) Pelaksanaan hubungan masyarakat
pada sekolah inklusi di Malang. (3) Evaluasi hubungan masyarakat pada sekolah inklusi di Malang. Untuk
bisa mendeskripsikan dengan benar fokus tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
fenomenologis etnografi dengan rancangan penelitian studi multikasus pada dua sekolah yakni SMPN 18 dan
SMPK Bhakti Luhur Malang. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam
(indepth interviewing), observasi partisipan (participant observation) dan studi dokumentasi (study of
document).
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa (1) Perencanaan program humas pada sekolah inklusi
dimulai dari identifikasi permasalahan baik melalui pengamatan pribadi para praktisi hubungan masyarakat
terhadap fenomena sehari-hari maupun masukan pihak yang berkepentingan tentang harapan dan kebutuhan
para orangtua. Selanjutnya, dirumuskan tujuan dari program humas tersebut. Tujuan humas pada sekolah
inklusi adalah agar masyarakat bisa menerima kehadiran siswa ABK dan pendidikan inklusi. Setelah tujuan
kegiatan hubungan masyarakat dirumuskan, sekolah mengadakan rapat untuk menentukan strategi yang tepat
untuk menjawab permasalahan. Setelah itu disusunlah program kerja. (2) Pelaksanaan program hubungan
masyarakat dalam sekolah inklusi dilakukan dengan menjalin komunikasi dua arah simetris yang baik dan
rutin dengan pihak yang berkepentingan dengan mengedepankan sikap yang ramah dan menggunakan
berbagai media, membentuk Pokja sekolah inklusi, melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah,
memberikan dukungan dan motivasi kepada para praktisi hubungan masyarakat dengan pendekatan moral
religius humanis, melakukan koordinasi melalui rapat triwulan. (3) Evaluasi program hubungan masyarakat
dalam pendidikan inklusi meliputi aktivitas pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan manajer
inklusi serta koordintor GPK, serta pengawasan non formal oleh orangtua dan semua personil sekolah.
Evaluasi dilakukan secara individual nonformal dan formal dalam pleno atau rapat bersama pada tengah dan
akhir semester serta akhir tahun ajaran. Salah satu pendekatan penting yang dilakukan dalam mekanisme
evaluasi adalah dengan menggunakan pendekatan rohani.
Berangkat dari temuan penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran berikut. (1). Mengingat
sebagian besar masyarakat masih menolak dan belum mengenal dengan baik seluk beluk siswa berkebutuhan
khusus dan pendidikan inklusi, Dinas Pendidikan kota Malang perlu terlibat dan memberikan perhatian
khusus pada pelaksanaan dan sosialisasi siswa berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusi khususnya pada
sekolah-sekolah reguler atau konvensional yang sudah ada. Dan untuk menetapkan atau menyetujui apakah
sebuah sekolah sudah layak membuka program inklusi, Dinas Pendidikan perlu memperhatikan segala
Program Studi S2 MPD 39
bentuk persiapan penyelenggaraannya agar dapat sekolah inklusi melayani siswa dan masyarakat dengan
baik. (2). Berkaitan dengan pelaksanaan program hubungan masyarakat, pihak SMPN 18 dan SMPK Bhakti
Luhur perlu terus membuka diri dan memelihara komunikasi dua arah yang simetris dengan stakeholders,
terutama pada sekolah–sekolah jenjang pendidikan menengah pertama dan menengah atas atau yang
sederajat serta. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa terdorong menerima, mendukung dan bahkan
menyelenggarakan program inklusi. Tentunya, dalam menjalankan tugas kehumasan ini, para praktisi perlu
menggunakan pendekatan moral religius dan menunjukkan berbagai bukti melalui para alumni yang sudah
berhasil untuk memotivasi pihak yang berkepentingan agar mau menerima kehadiran siswa ABK dan
pendidikan inklusi. (3). Orangtua sebaiknya tidak merasa malu atau minder menyekolahkan anaknya
melainkan secara terbuka perlu menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus serta mencari informasi
mengenai bagaimana berhadapan dengan anak berkebutuhan khusus pada sekolah inklusi yang sudah ada
karena justru di sanalah berbagai informasi tentang anak berkebutuhan khusus ditemukan dan anak-anak
dapat belajar untuk hidup dalam masyarakat yang sesungguhnya bahwa di dalam masyarakan ada warga yang
normal ada yang memiliki kebutuhan khusus. (4). Mengingat penelitian dalam kaitan dengan substansi
manajemen pendidikan inklusi masih sebatas manajemen kurikulum dan humasnya, maka disarankan agar
peneliti lain perlu melakukan penelitian secara lebih mendalam dalam kedua substansi manajemen tersebut
atau dalam substansi manajemen lainnya yang belum diteliti sebagai sumber informasi bagi sekolah lain di
kota Malang yang ingin membuka program inklusi pada satuan pendidikannya.
Kata kunci: manajemen hubungan masyarakat, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, sekolah inklusi
Public Relations Management in Inclusive School. Multicase Study on SMPN 18 and SMPK
Bhakti Luhur – Malang
Andreas Wato
Wato, Andreas. 2010. Public Relations Management in Inclusive School. Multicase Study on SMPN 18 and
SMPK Bhakti Luhur – Malang. Thesis, State University of Malang Graduate Program in Educational
Management. Advisor: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd., (II) Dr. H. Kusmintardjo, M. Pd
Abstract
Life is always changes. In order to survive in this era, we really need the excellent human resources.
The efforts to create excellent human resources have been done by education. It is clear that education was
held for all. Education for All means that education has to accommodate the diversity of the students needs,
either difable or nondifable. The adage of education for all was implemented in kind of inclusive school. In
the inclusive school the needs of the students, either difable or nondifable, were accommodate well. But we
know that there are many schools that not run an inclusive program and many people in the community
refuse the presence of children with special needs. This rejection of children with special needs was happen
because of the citizen not get more information about that things. That is why the citizen need to be
approached and given more information about children with special needs and inclusion education so they
can accept and give their support to the children. For this reason, researcher think that it good to do an
observation about public relation management in inclusive school so the other schools that are not run an
inclusive program were inspired to do the same thing, to run an inclusive program in their school.
Grounded on those contexts, researcher made some point those are the focus of this observation.
Those focuses are: (1) Public relations planning on inclusive school in Malang city. (2) Actuating of public
relations program on inclusive school in Malang city. (3) Evaluating of public relations program on inclusive
school in Malang city. In order to have a description about those focus, researcher use the ethnography
phenomenological qualitative approach and the multi case study on SMPN 18 and SMPK Bhakti Luhur in
Malang city. The determination of sample was done by purposive sampling technique. And then, the
collecting data process in this observation was done by indepth interviewing, participant observation and
study of document method.
From the results of the observation, it was find that (1) Public relations planning on inclusive school
in Malang city were begun by problem identification, goals determination, determination of the strategic of
problem resolving and programming process. It all was done in a process of consultation and meeting, either
formal or non formal. (2) Actuating of public relations program on inclusive school in Malang city was done
by a good and routine two way symmetrical communication, in friendly way, between school and
stakeholders with a variety of media, and built up inclusive schools work group (Pokja) or association of
40 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
disabilities children parents, encouraging stakeholders or community participation in inclusive school, giving
motivation and support to the public relations personnel in humanity-religious and morality approach. (3)
Evaluating of public relations program on inclusive school in Malang city was begun from controlling which
done by principal, inclusion manajer or special Guide coordinator. Controlling was also run by personal
assessment of public relations personnel about the result of public relations implementation. On the other
hand, evaluating process was run in individual way between two teacher, between principal and teacher etc.
Apart from those ways, process evaluating of public relation program in inclusive school, was done in a
formal meeting on the end of semester of year also. The important thing must be noted here is, the evaluating
process of public relations program in inclusive school was run in a spiritual approach. At the end of process
of evaluation, is follow up of the result of evaluation. Follow up wan done by improving, reminding and
rolling of personnel process.
From those several result, researcher will give some suggestions follow. (1). Remember that a big
part of citizen still reject and not know well what is children with special needs and inclusion education,
Department of Education in Malang city need to take a part in spread the information about children with
special need and inclusion education to the regular or conventional school. And in determinate a school to be
an inclusion school, department of education need to asses all of thing that related to the inclusion program
so a school can give the best service to the children and community. (2) Related to the actuating of public
relations program, both part, either SMPN 18 or SMPK Bhakti Luhur need to be inclusive and to keep the
two way symmetrical communication with stakeholders especially to lower secondary school and upper
secondary school. The objective of this thing is to encourage them to make a preparation or to run an
inclusive program in their school. Certainly, all these must be done in religious morality approach and by
showing the community that children with special need can grow up well. (3) Parents should not be ashamed
of have an children with special needs and ashamed to take then to inclusion education. They should seek
more information on how to deal with their children from inclusion education. (4) Considering that research
on the substances of education management in inclusive school are very rare, just about curriculum an public
relation management, than researcher suggest that other researcher need to make some research on the other
substances of education management on inclusive education so the result of that research can be use as a
source of information for another school in Malang city that want to run an inclusive program in their school.
Keywords: public relations management, planning, actuating, evaluating, inclusive school.
Model Pendekatan Supervisi Pengajaran Kepala Sekolah Dalam Rangka Peningkatan
Profesionalisme Guru (Studi Multi Situs pada SMA Negeri 1 Madapangga dan SMA Negeri 1
Bolo Kabupaten Bima)
Ruslan
Ruslan, 2010. Model Pendekatan Supervisi Pengajaran Kepala Sekolah Dalam Rangka Peningkatan Profesionalisme Guru (Studi Multi Situs pada SMA Negeri 1 Madapangga dan SMA Negeri 1 Bolo
Kabupaten Bima). Tesis. Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas
Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd., (2) Prof. Dr. Hj. Nurul Ulfatin,
M.Pd.
Abstrak
Keberhasilan suatu sekolah sangat ditentukan oleh proses belajar mengajar (PBM) dimana guru
menjadi komponen yang paling menentukan. Guru sebagai pengelola sumber daya manusia dan non manusia
sehingga mampu menghasilkan peningkatan kualitas pembelajaran. Sebagai faktor kunci dalam keberhasilan
pendidikan, guru harus meningkatkan kemampuan profesionalismenya, antara lain dengan mengikuti
kegiatan-kegiatan in-service education and training. Keikutsertaan guru dalam berbagai kegiatan tersebut
harus diiringi dengan sistem pembinaan yang tepat oleh kepala sekolah sebagai penanggung jawab di
sekolah.
Bagaimanapun efektifnya kepala sekolah di dalam memimpin sekolahnya pasti masih ada
kekurangan dan kelemahan terutama dalam melakukan fungsinya sebagai supervisor, banyak kendalakendala yang ditemukan oleh kepala sekolah dalam menggunakan model dan teknik pembinaan guru di
sekolahnya. Berdasarkan temuan dan kenyataan dalam penelitian ini, dikemukakan bahwa penggunaan dan
pelaksanaan model supervisi dan teknik-teknik pembinaan guru,di samping keberhasilan, berbagai
kesulitanpun dihadapi oleh kepala sekolah di SMA Negeri di Kabupaten Bima tersebut, terutama dalam
Program Studi S2 MPD 41
menggunakan model supervisi dan teknik-teknik supervisi dalam membina keberagaman guru, walaupun
pada akhirnya segera dicarikan solusinya. Di samping itu dalam melaksanakan model dan teknik supervisi
yang diberikan juga memiliki persamaan dan perbedaan. Adapun teknik pembinaan guru yang termaktub
dalam model supervisi yang diberikan menjadi tanggung jawab kepala sekolah yaitu berupa teknik
kunjungan kelas, rapat guru, MGMP .atau semiloka.
Penelitian ini dirancang dengan pendekatan kualitatif sehingga terungkap data deskriptif dan dapat
menemukan makna dari fenomena yang terjadi pada penelitian secara alami. Rancangan yang digunakan
adalah studi multi situs dengan seting penelitian dilakukan pada dua sekolah menengah atas di Kabupaten
Bima yaitu SMA Negeri 1 Madapangga dan SMA Negeri 1 Bolo dengan informan kunci yaitu Kepala
Sekolah. Kemudian informan lain adalah Pengawas Pendidikan pada Subdikmen Diknas Kabupaten Bima,
seluruh wakil kepala sekolah yang berjumlah masing-masing empat orang, beberapa guru, kepala staf tata
usaha, dan siswa. Berdasarkan hasil analisis paparan data dan temuan penelitian pada dua SMAN di
Kabupaten Bima tersebut ditarik lima komponen inti dalam model pendekatan supervisi, yaitu: (1) beban
mengajar; (2) keterbatasan waktu kepala sekolah maupun guru; (3) dana; (4) komitmen; dan (5) perasaan
senioritas.
Berdasarkan temuan penelitian, dapat disajikan kesimpulan sebagai berikut (1) pelaksanaan
supervisi mengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan menggunakan model pendekatan supervisi
baik secara langsung, kolaboratif, maupun tidak langsung melalui teknik-teknik supervisi; (2) kendala yang
ditemukan dalam pelaksanaan supervisi bisa segera diselesaikan dengan membicarakan bersama diknas,
komite, maupun guru-guru; (3) tanggapan guru terhadap pelaksanaan supervisi beragama, yang pada intinya
menyetujui dan mendukung, demi meningkatkan profesionalisme guru; (4) penentuan model pendekatan
supervisi didasarkan pada pertimbangan: potensi yang dimiliki guru, keberagaman kompetensi, kepadatan
waktu kepala seklah dan guru, dan kebutuhan profesionalisme guru; dan (5) peningkatan profesionalisme
ditandai dengan: meningkatnya keahlian guru pada bidang studinya, peduli sejawat, peningkatan prestasi
guru, dan meningkatnya prestasi siswa.
Berdasarkan temuan penelitian, dapat disajikan kesimpulan bahwa model supervisi direktif,
kolaboratif maupun non-direktif yang mencakup pelaksanaan teknik supervisi, sebagai berikut (1) teknik
kunjungan kelas, hampir tidak menemukan kesulitan karena sudah ada petunjuk, format yang jelas dari
Diknas, (2) inservice education and training, pelaksanaannya pada dua sekolah sama saja, (3) rapat
guru/karyawan pada dua sekolah tersebut telah menyepakati dengan dewan gurunya melaksanakan 2 kali
sebulan, (4) penempatan guru dalam team teaching dan pembentukan kelompok bidang studi, dalam tiga
kelompok bidang studi yaitu IPA, IPS, BAHASA, dan (5) supervisi klinis, pada dua sekolah ditekankan pada
guru baru dan guru yang memiliki kendala dalam mengajar dan perlu penangan yang serius.
Didasarkan pada pembahasan dan kesimpulan penelitian, maka disarankan sebagai berikut: (1)guru
diharapkan meningkat profesionalismenya melalui pembinaan supervisi pengajaran; (2) kepala sekolah
diharapkan untuk lebih meningkatkan kualitas layanan melalui pembenahan program supervisi pengajaran;
(3) pemanfaatan waktu seefisien mungkin, baik dengan cara mengurangi jam bagi guru yang terlalu banyak
jam mengajarnya maupun waktu kepala sekolah untuk kegiatan-kegiatan di luar; (4) pembinaan lanjutan
diharapkan bisa dilaksanakan di sekolah-sekolah lain oleh pengawas pendidikan; dan (5) kepala dinas
sebagai penentu kebijakan di kabupaten memperhatikan program supervisi pengajaran.
Kata kunci: model supervisi, profesionalisme guru, kepala sekolah
42 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
A Model of Teaching Supervision Approach of the Principal in Increasing Profesionalism of
the Teacher (the multi sites study on State Senior High Schools of SMA Negeri 1
Madapangga and SMA Negeri 1 Bolo of Bima Regency)
Ruslan
Ruslan, 2010. A Model of Teaching Supervision Approach of the Principal in Increasing Profesionalism of
the Teacher (the multi sites study on State Senior High Schools of SMA Negeri 1 Madapangga and
SMA Negeri 1 Bolo of Bima Regency). Thesis, The Study Program in Management of Education,
Graduite Program of State University of Malang. Advisors: (I) Prof. Dr. Willem Mantja, M. Pd.; (II)
Prof. Dr. Hj. Nurul Ulfatin, M. Pd
Abstract
Success of a school is determined by teaching and learning process in which the teacher becomes
the most determinant component. The teachers play their roles in managing both human and non-human
resources in order to improve learning quality. As the key factor of the educational success, teachers should
increase their professionalism by attending in-service education and training activities, etc. their participation
in such activities should be accompanied by an appropriate management system that is done by the principals
who responsible for the school. Even though the principals have led the schools more effectively, but there
are some weaknesses in doing their functions as supervisors, more obstacle have been found by the the
principals in using build-up technique and model within their schools.
Based on thinking and facts in this research, it is suggested that the implementation of such model
and techniques, success, and difficulty that must be overcome by the principal at the State Senior High
School of SMA Negeri in Bima Regency in using the build-up technique to build up the diversity of teachers,
even though the solution must be found, and it has both similiarity and diversity in applying the given
teaching supervision technique and model. The build-up technique for teacher, which were applied by the
principal included, visiting the class, hold a meeting session for the teachers, MGMP, or semiloka.
This research was designed using qualitative approach in order to reveal descriptive data and to find
out meaning of the phenomena that occurred in the research naturally. The designs used is multi site study in
which the setting of the research were two Senior High Schools in Bima Regency, SMA Negeri 1
Madapangga and SMA Negeri 1 Bolo, in which the Principals have become the key informans. Whereas,
other informants are the Supervisors of Educational at Subdikmen of the National Education Department in
Bima Regency, the whole vice-principal, teacher , the chief of administrative staff, and the students.
Based on result of the data description analysis and findings of the research from those two State
Senior High School in Bima regency, there are five items that can be drawn from these: (1) teaching burden;
(2) limited time of the principals and the teachers;(3) financial support; (4) commitment; and (5) feeling of
the seniority. Based on finding of the research, some conclusions are drawn as follows (1) class visit, held by
principals by using teaching supervision model such as directive, collaborative, and non-directive supervision
approaches; (2) teaching burden found in the implementation supervision could be solve by discussing it with
Diknas, Committee, and the teacher; (3) the teacher responses upon the the implementation of supervison,
most of them are agree with it; (4) the implementation of supervision model based on the potencial of
teacher, variety of teacher capability, limited tiem of the principals and teacher, and the need of
professionalism.
Based on finding of the research, some conclusions that supervision model used are directive,
collaborative, and non-directive through some supervison techniques such as class visiting; in-service
education and training; a meeting for teacher/staff; positioning the teacher in team-teaching and establishing
group of specifict subject such as science, social science, and linguistic; and clinical supervision.
Based on discussion and conclusion of the research, it is suggested that: (1) teacher should increase
the professionalism through teaching supervision build-up; (2) the principals should increase their service
quality by improving the program of teaching supervision; (3) managing time as efficient as possible by
reducing over time teaching for the teacher and activities for the principals off the schools; (4) further buildup is expected to be performed at other shools by the education supervisor; and (5) the chief of national
education department as the decision maker at the regency level should pay moreattention on teaching
supervision program.
Key words: a model of supervison approach, professionalism of the teacher, the principal
Program Studi S2 MPD 43
Hubungan Ambiguitas Peran, Kelelahan Emosional, dan Iklim Sekolah dengan Kinerja
Guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah
Andrie J. Kumantouw
Kumantouw, Andrie, J. 2010. Hubungan Ambiguitas Peran, Kelelahan Emosional, dan Iklim Sekolah dengan
Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah. Tesis, Program Studi Manajemen
Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Hendyat
Soetopo, M.Pd, (II) Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd
Abstrak
Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan
sumber daya manusia (SDM). Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat penting dilakukan untuk
menghadapi tantangan-tantangan era global di mana diperlukan kekuatan daya saing yang tangguh. Tuntutan
perkembangan teknologi serta informasi yang membentuk sebuah jaringan dunia tanpa batas (bondaryless
organizational networking), menuntut adanya pembenahan dan penyesuaian-penyesuaian di bidang
pendidikan untuk menghadapi tingkat persaingan yang cukup tinggi. Guru yang berada di garda paling depan
harus bisa memenuhi tantangan tersebut. Diperlukan guru yang profesional yang memiliki kecakapan
akademik maupun kecakapan non akademik serta memiliki kinerja yang tinggi sehingga mampu bersaing di
era kompetitif sekarang ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja antara lain, ambiguitas peran, kelelahan emosional, dan iklim sekolah. Berdasarkan faktor-faktor
itulah rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah gambaran mengenai ambiguitas peran
pada guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (2) bagaimana gambaran mengenai kelelahan
emosional pada guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (3) bagaimana gambaran mengenai iklim
sekolah yang berlangsung pada SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (4) bagaimana gambaran
mengenai kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (5) apakah terdapat hubungan antara
ambiguitas peran dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (6) apakah terdapat
hubungan antara kelelahan emosional dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, (7)
apakah terdapat hubungan antara iklim sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku
Tengah, (8) seberapa besar hubungan antara ambiguitas peran, kelelahan emosional, dan iklim sekolah
dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah.
Untuk menjawab rumusan masalah di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan penelitian
deskriptif korelasional yang bertujuan mengungkap hubungan antara variabel ambiguitas peran, kelelahan
emosional, dan iklim sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah. Populasi
dalam penelitian ini 37 SMP Negeri dan jumlah guru 489 orang. Sampel yang diambil sebanyak 18 SMP
Negeri dengan jumlah guru 202 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Proposional Random
Sampling, sedangkan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah angket.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) tingkat ambiguitas peran guru SMP Negeri di Kabupaten
Maluku Tengah termasuk kategori tinggi dengan nilai mean sebesar 38,96 dan median yakni sebesar 39,00, (2)
tingkat kelelahan emosional guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah termasuk ketegori tinggi dengan
nilai mean sebesar 48,27 dan median yakni sebesar 49,00, (3) tingkat iklim sekolah SMP Negeri di Kabupaten
Maluku Tengah termasuk kategori tinggi dengan nilai mean sebesar 110,58 dan median yakni sebesar 111,00,
(4) tingkat kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah termasuk kategori sangat tinggi dengan nilai
mean sebesar 109,36 dan median yakni sebesar 109,00, (5) terdapat hubungan yang signifikan antara ambiguitas
peran dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah dengan p = 0,001, (6) terdapat hubungan
yang signifikan antara kelelahan emosional dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah
dengan p = 0,000, (7) terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri
di Kabupaten Maluku Tengah dengan p = 0,001, dan (8) terdapat hubungan yang signifikan antara ambiguitas
peran, kelelahan emosional, iklim sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah
dengan F = 0,000. Artinya peningkatan variabel ambiguitas peran, kelelahan emosional akan menurunkan
tingkat kinerja guru karena koefisien korelasi bernilai negatif, begitupun sebaliknya. Sedangkan iklim sekolah
yang lebih baik maka akan meningkatkan kinerja guru karena koefisien korelasi bernilai positif, begitupun
sebaliknya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) kepada para peneliti
lain agar temuan ini dapat dijadikan salah satu rujukan ilmiah dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang
masalah yang berkaitan dengan psikologi pendidikan dan perilaku organisasi, (2) kepada kepala sekolah SMP
Negeri di Kabupaten Maluku Tengah agar senantiasa melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir kondisi
44 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
psikologis guru yang telah berada pada kategori tinggi, (3) kepada guru SMP Negeri di Kabupaten Maluku
Tengah, agar hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang: ambiguitas peran, kelelahan emosional,
iklim organisasi serta kinerja pada SMP Negeri di Kabupaten Maluku Tengah, sehingga terjadi peningkatan
profesionalisme diri sebagai upaya meningkatkan kualitas SDM, (4) kepada Pengawas Sekolah SMP Negeri di
Kabupaten Maluku Tengah, agar dijadikan rujukan untuk melakukan strategi pembinaan psikologi guru serta
perilaku organisasi di sekolah, agar kinerja sekolah dan keefektifan sekolah makin meningkat serta tujuan
institusional dapat tercapai, (5) kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Maluku Tengah, agar dapat
dijadikan dasar untuk pengambilan kebijakan berupa penempatan guru-guru di daerah terpencil secara merata,
karena kondisi tersebut sangat mempengaruhi psikologis guru, (6) kepada Kepala BKD Kabupaten Maluku
Tengah, agar dapat dijadikan masukan untuk pengambilan kebijakan dengan cara menerapkan prinsip-prinsip
pendekatan kualifikasi dan kompetensi demi terwujudnya kinerja sekolah yang baik, (7) kepada Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Maluku, agar temuan hasil penelitian ini dijadikan rujukan dalam pengambilan kebijakan
untuk melakukan koordinasi dan upaya meningkatkan mutu pendidikan, dan (8) kepada Menteri Pendidikan
Nasional, agar temuan ini dapat dijadikan rujukan yang tepat dalam merumuskan strategi dan model pembinaan
terhadap sekolah-sekolah di Indonesia, khususnya di daerah yang terisolir atau daerah yang memiliki
keterbatasan transportasi sehingga secara bertahap dapat meningkatkan mutu sumberdaya manusia yang
berdaya saing tinggi.
Kata kunci: ambiguitas peran, kelelahan emosional, iklim sekolah dan kinerja guru.
The Correlations among the Ambiguity of Roles, Emotional Exhaustion, and School Climate
with Teachers’ Performance at State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency
Andrie J. Kumantouw
Kumantouw, A. J. 2010. The Correlations among the Ambiguity of Roles, Emotional Exhaustion, and School
Climate with Teachers’ Performance at State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency. Thesis,
Study Program of Education Management, Graduate Program of State University of Malang.
Advisors: (I) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, (II) Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd
Abstract
The superiority of a country does not depend on its abundance of natural resources only, but also the
superiority of its human resources. The development of human resources is of a paramount importance in
order to face the challenges in the global era which requires very strong effort to compete among nations.
The rapid change in information and technology which builds the so-called the boundaryless organizational
networking requires improvement and adjustment in educational area in order to face the competition.
Teachers as the main actors in the educational area are forced to fulfill the challenge. Therefore nowadays the
teachers should be professional in terms of possessing academic and non-academic capability, as well as
having great effort to participate in the competition.
The study aimed at identifying the correlations among the factors influencing the teachers’
performance such as the ambiguity of roles, emotional exhaustion, and school climate. Regarding those
factors, the following is the formulation of research questions: (1) to what extent is the ambiguity of roles of
the teachers at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? (2) to what extent is the emotional
exhaustion of the teachers at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? (3) to what extent is
the school climate of the teachers at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? (4) to what
extent is the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? (5) is there
a correlation between the ambiguity of roles and the teachers’ performance at the State Junior High Schools
in Maluku Tengah Regency? (6) is there a correlation between the emotional exhaustion and the teachers’
performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency? (7) is there a correlation between
the school climate and the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah
Regency? (8) how far is the correlations among the ambiguity of roles, emotional exhaustion, and school
climate with the teachers’ performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency?
To answer those questions, this study was conducted through descriptive correlational design for the
purpose of identifying the correlations among the ambiguity of roles, emotional exhaustion, and school climate
with the teachers’ endeavor at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency. The research
population consisted of 37 state junior high schools with 489 teachers, whereas the samples were taken from 18
Program Studi S2 MPD 45
state junior high schools with 202 teachers. The sampling technique was proportional random sampling, while
the instrument used to obtain the data was questionnaire.
The results of research showed the following points: (1) the level of the ambiguity of roles of the
teachers at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency falls on high category with the mean of
38,96 and median of 39,00, (2) the level of the emotional exhaustion of the teachers at the State Junior High
Schools in Maluku Tengah Regency falls on high category with the mean of 48,27 and median of 49,00, (3) the
level of the school climate at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency falls on high category
with the mean of 110,58 and median of 111,00, (4) the level of the teachers’ performance at the State Junior
High Schools in Maluku Tengah Regency falls on very high category with the mean of 109,36 and median of
109,00, (5) there is a significant correlation between the ambiguity of roles of the teachers and the teachers’
performance at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency which is proven by p = 0,001, (6)
there is a significant correlation between the emotional exhaustion of the teachers and the teachers’ performance
at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency which is proven by p = 0,000, (7) there is a
significant correlation between the school climate and the teachers’ performance at the State Junior High
Schools in Maluku Tengah Regency which is proven by p = 0,001, and (8) there is significant correlations
among the ambiguity of roles, the emotional exhaustion, and the school climate with the teachers’ performance
at the State Junior High Schools in Maluku Tengah Regency which is proven by p = 0,000. By these numbers, it
can be interpreted that the higher the role of ambiguity and the emotional exhaustion of the teachers is, the
lower the level of teachers’ performance is because the correlation coefficient is negative and the reverse,
whereas the better the school climate is, the higher the level of the teachers’ performance is because the
correlation coefficient is positive and the reverse.
On the basis of the results, some suggestions can be drawn as the following: (1) the future
researchers should also use the results of this study as a scientific reference in the area of investigation related
to problems on educational psychology and organizational behavior, (2) the headmasters at the State Junior
High Schools in Maluku Tengah Regency should be determined to minimize the psychology condition of the
teachers which has been in high level, (3) the teachers at the State Junior High Schools in Maluku Tengah
Regency should use the results of this study to improve their knowledge about the ambiguity of roles, the
emotional exhaustion, the school climate and the teachers’ performance in order to be more professional in
increasing the quality of human resources, (4) the supervisors at the State Junior High Schools in Maluku
Tengah Regency should use the results of the study as a reference to employ appropriate strategy of
supervision to the teachers especially their psychology condition and school climate in order to improve the
effectiveness of the schools to achieve the institutional objectives, (5) the head of the Education Department
of Maluku Tengah Regency should use the results of this study as the foundation for decision making
especially related to the evenness of distribution of the teachers to the remote areas because such a condition
can influence their psychology, (6) the head of BKD in Maluku Tengah Regency should use the results of
this study as the inputs for improving the policy of the programs by applying some principals related to
qualifications and competency approaches for the better school management, (7) the head of the Education
Department of Maluku Province should use the results of this study as a reference to make decision for the
coordination as well as the improvement of the quality of education in the province, and (8) the Ministry of
National Education should use the results of the study as a reference for the formulation of new strategy and
model of supervision towards all schools in Indonesia, especially the remote areas to improve the quality of
education as well as that of human resources.
Key words: ambiguity of roles, emotional exhaustion, school climate, and teachers’ performance.
46 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Kemitraan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri melalui
Praktik Kerja Industri: Studi Multisitus di SMK Negeri 3 Malang dan SMK Cor Jesu
Malang
Sri Utami
Sri, Utami. 2010. Kemitraan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri melalui
Praktik Kerja Industri: Studi Multisitus di SMK Negeri 3 Malang dan SMK Cor Jesu Malang. Tesis,
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (1) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd, dan (2) Prof. Dr. H. Salladien.
Abstrak
Kemitraan dimaknai sebagai bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu
ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan, saling membutuhkan dan menguntungkan kedua belah pihak dalam
rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu sehingga dapat memperoleh
hasil yang lebih baik. Kebutuhan membangun dan meningkatkan kemitraan dengan Dunia Usaha dan Dunia
Industri (DUDI) dirasakan sebagai suatu kebutuhan mutlak bagi sekolah kejuruan dalam pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu bentuk penyelenggaraan
pendidikan keahlian atau kejuruan, yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program
pendidikan di sekolah dan program belajar melalui kegiatan bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang
relevan, terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu.
Praktik Kerja Industri yang disingkat dengan “Prakerin” merupakan bagian dari Pendidikan Sistem
Ganda (PSG) yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik di dunia kerja. Prakerin merupakan salah satu
bentuk kemitraan SMK dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri. Prakerin yang baik memerlukan persiapan
yang mantap dengan mempersiapkan siswa dan seluruh personil serta instansi yang terkait dengam program
Prakerin siswa serta peningkatan mutu kemitraan sesuai dengan kebutuhan tengan kerja profesional yang
berasal dari lulusan SMK. Penelitian ini difokuskan pada pendeskripsian upaya meningkatkan kerjasama atau
kemitraan SMK Pariwisata dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri dalam Praktik Kerja Industri. Dalam
penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif studi situs, karena peneliti bertujuan mendeskripsikan
pengelolaan Prakerin pada dua situs yaitu di SMK Negeri 3 Malang dan SMK Cor Jesu Malang. Oleh karena
sifat penelitian ini studi situs, maka tindakan penelitian bersikap praktis dalam memilih topik dan sumber
data berdasarkan fokus penelitian yang menyangkut pelaksanaan Prakerin. Secara berturut-turut akan
diuraikan kemitraan sekolah atau ke dua situs dengan DUDI dalam Praktik Kerja Industri (Prakerin), yaitu:
(1) tahapan kemitraan, (2) manajemen Prakerin, dan (3) upaya peningkatan kemitraan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan secara umum bahwa Kemitraan (kerjasama)
sekolah (SMK) dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri dalam pelaksanaan program Praktik Kerja Industri
(Prakerin) sangat mendukung peningkatan mutu lulusan SMK kelompok pariwisata sesuai dengan
kompetensi keahlian yang dipilih siswa guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Dunia Usaha dan Industri.
Manajemen kemitraan (kerjasama) dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri dalam Praktik Kerja Industri
(Prakerin) sesuai dengan prosedur yang berlaku guna membekali siswa dengan kompetensi keahlian sesuai
dengan tuntutan standar kerja nasional. Sekolah (SMK) telah mengupayakan peningkatan kemitraan
(kerjasama) sekolah dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri dengan melibatkan seluruh komponen yang
terkait dengan proses pembelajaran baik intern sekolah maupun instansi diluar sekolah yang terkait dan
menyalurkan serta menempatkan tenaga kerja sesuai dengan bidangnya.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa pengolahan Prakerin sudah berjalan dengan baik,
namun belum maksimal dalam memberdayakan Komite Sekolah, Organisasi Profesi, dan DUDI sesuai
dengan MOU yang telah disepakati oleh sekolah dan DUDI. Berdasarkan pada kesimpulan tersebut, maka
dapat dirumuskan saran-saran sebagai berikut; SMK melalui Tim Kerja Prakerin hendaknya memberdayakan
stake holders dalam penyusunan program, perencana-an, dan penilaian Prakerin. Sekolah perlu meningkatkan
kemampuan profesional tenaga kependidikan dengan penataran, studi lanjutan, magang di DUDI, dan
mendatangkan tenaga ahli dari DUDI untuk membina dan melatih siswa, serta melaksanakan workshop
terpadu antara SMK dengan DUDI yang difasilitasi oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(PSMK) bekerjasama dengan departemen yang terkait. Selain itu SMK perlu meningkatkan upaya pemasaran
dengan memanfaatkan Komite Sekolah, Bursa Kerja sekolah, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pariwisata Kota
maupun Provinsi agar terjadi keselarasan antara kebutuhan tenaga kerja dengan lulusan yang dihasilkan oleh
SMK.
Kata kunci: kemitraan, SMK, DUDI, praktik kerja industri.
Program Studi S2 MPD 47
Vocational High School Partnership with Business and Industry Through Industry
Employment Practices: Multisite Study of SMK Negeri 3 Malang and SMK Cor Jesu Malang
Sri Utami
Sri Utami. 2010. Vocational High School Partnership with Business and Industry Through Industry Employment Practices: Multisite Study of SMK Negeri 3 Malang and SMK Cor Jesu Malang. Thesis, Master
of Educational Management, Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (1) Prof. Dr.
Willem Mantja, M. Pd, and (2) Prof. Dr. H. Salladien.
Abstract
Partnership is interpreted as a form of relationship between two or more parties that form a bond of
cooperation on the basis of consensus, mutual need and benefit of both parties in order to increase the
capacity and capability in a particular business field in order to obtain better results. The need to build and
enhance partnerships with the World of Business and Industry (DUDI) perceived as an absolute necessity for
vocational schools in the implementation of the Dual System Education (PSG). Dual System Education
(PSG) is a form of education or vocational skills, which combines a systematic and synchronous between
educational programs in schools and learning programs through direct work activities in the relevant field of
work, targeted to achieve mastery of certain skills capability.
Industry Employment Practices abbreviated as "Prakerin" is part of the Dual System Education
(PSG) to be implemented by every student in the world of work. Prakerin is one form of vocational
partnership with the World Business and Industry. Good Prakerin requires solid preparation to prepare
students, all personnel, and agencies related to Prakerin program in order to improve the quality of the
partnership in accordance with the needs of medial professionals working from vocational school graduates.
This study focuses on the description of efforts to increase cooperation or partnership between the
Tourism Vocational School and Tourism Industry in the real business environment. This study uses a
qualitative approach to the study site, because the researcher aims to describe Prakerin management at two
sites at SMK Negeri 3 Malang and SMK Cor Jesu Malang. Because the nature of this research is a study site,
the research is then being practical in choosing research topics and data sources based on the focus of
research concerning the implementation of Prakerin. Orderly, the Consecutive schools partnerships with
DUDI in Industry Employment Practices (Prakerin), will be described as follows: (a) stages of building
partnerships, (2) management of partnerships, and (3) efforts to increase partnerships.
The result showed a general conclusion that Partnership (partnership) school (SMK) and the World
of Business and Industry in implementing the Industrial Employment Practices (Prakerin) strongly supports
the improvement of the quality of vocational school graduates in accordance with the selected students' skill
competencies to meet the needs of the tourism industry. The partnership management (cooperation) with the
related tourism industry in the Industrial Employment Practices (Prakerin) is in accordance with the
applicable procedures in order to equip students with skills competencies required by the national
employment standards. School (SMK) has made efforts in enhancing partnerships (cooperation) schools with
the World Business and Industry by involving all the components associated with the school learning
process, both internally and outside of school-related agencies and channels as well as placing workers
according to their roles.
The results of this study suggest that the Prakerin process has been running well. But it is not
optimal in empowering the School Committee, Professional Organizations, and DUDI accordance with the
MOU that has been agreed by the school and DUDI. Based on these conclusions, there are some suggestions
that can be formulated as follows: SMK through Prakerin Task Team should empower the stake holders in
preparing the program, planning and assessing the Prakerin. Schools need to improve the educational staff
with professional skills upgrading courses, advanced studies, internships in DUDI, and bring experts from
DUDI to train students and conduct integrated workshops between SMK with DUDI, facilitated by the
Directorate of Vocational High School (PSMK) in collaboration with related departments. In addition, SMK
needs to increase marketing efforts by utilizing the School Committee, School Job Fair, Labor Department,
City and Provincial Tourism Office in order to create harmony between the tourism industry’s need with
graduates from the SMK.
Keywords: vocational school partnership, DUDI, employment practices industry.
48 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Dalam Meningkatkan Mutu
Manajemen Sekolah: Studi Multikasus di SMAK Santo Albertus Malang dan SMP Negeri 1
Malang
Myriam Juniati
Juniati, M. 2010. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Dalam Meningkatkan Mutu Manajemen Sekolah: Studi Multikasus di SMAK Santo Albertus Malang dan SMP Negeri 1 Malang. Tesis,
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (1) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, dan (2) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd.
Abstrak
Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 merupakan penataan manajemen sekolah
untuk menciptakan suatu sistem organisasi dan budaya sekolah yang kondusif untuk membangun komitmen
tumbuhnya mutu manajemen sekolah sebagai penjamin mutu. Untuk itu lembaga pendidikan perlu
menyiapkan kerangka sistem mutu lembaganya ke arah yang diinginkan sesuai dengan sasaran atau tujuan
akhir yang mampu mencapai kesesuaian dengan keinginan yang diharapkan dari pelanggan atau mitra kerja
sekolah tersebut. Munculnya pendidikan asing di kota-kota besar Indonesia sangat pandai mengemas
pendidikan persekolahnya dengan kualitas, kompetensi, keunggulan, kompetitif dan profesionalitas.
Lembaga-lembaga pendidikan mengupayakan memiliki mutu bertaraf nasional bahkan internasional agar
mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan asing yang mulai berkembang pesat. Salah satu upaya
yang secepatnya ditangani oleh para penyelenggara pendidikan persekolahan adalah perlu adanya
transformasi dan inovasi sistem manajemen kelembagaan persekolahan dengan menerapkan sistem
manajemen mutu ISO 9001:2000.
Fokus penelitian ini adalah implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dalam
meningkatkan mutu manajemen sekolah dengan rincian fokus:
(1) proses implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dan (2) proses mempertahankan
sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.
Lokasi penelitian ini di SMAK Santo Albertus Malang dan SMP Negeri 1 Malang yang merupakan
sekolah memiliki sejarah panjang didirikan sebelum kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
memiliki karakteristik budaya sekolah yang berandil besar dalam membentuk pribadi peserta didik, aneka
prestasi di bidang akademik dan non akademik diraih, dan bersertifikat ISO 9001:2000. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan multikasus, karena dua kasus penelitian dengan latar
yang berbeda. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan tiga cara, yakni: (1) wawancara mendalam,
(2) observasi berperan serta pasif, (3) studi dokumentasi. Pemilihan informan penelitian ini menggunakan
teknik snowball sampling. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan alur (a) reduksi data, (b)
penyajian data, (c) penarikan kesimpulan, (d) analisis data kasus individu, (e) analisis data lintas kasus. Agar
memperoleh keabsahan data dilakukan dengan empat kriteria: (1) kredibilitas, (2) transferbilitas, (3)
dependabilitas, dan (4) konfirmabilitas.
Dari hasil paparan data penelitian di lapangan ditemukan sebagai berikut: Kasus SMAK Santo
Albertus Malang dan SMP Negeri 1 Malang merupakan sekolah mengimplementasikan sistem manajemen
mutu ISO 9001:2000 dengan urutan fokus: Pertama, proses implementasi sistem manajemen mutu ISO
9001:2000, yaitu: (1) latar belakang implementasi sistem manajemen mutu mutu ISO 9001:2000; (2)
persiapan implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000; (3) proses implementasi sistem manajemen
mutu ISO 9001:2000; (4) tindak lanjut implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Kedua, proses
mempertahankan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, yaitu: (1) manfaat implementasi sistem
manajemen mutu ISO 9001:2000; (2) proses mempertahankan sistem manajem mutu ISO 9001:2000.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan secara umum Implementasi sistem manajemen
mutu ISO 9001:2000 di sekolah merupakan penataan manajemen sekolah untuk menciptakan suatu sistem
organisasi dan budaya sekolah yang kondusif untuk membangun komitmen tumbuhnya mutu manajemen
sekolah sebagai penjamin mutu. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 bila dilaksanakan dengan konsisten
akan memperoleh manfaat-manfaat bagi sekolah antara lain seperti : (1) menentukan secara jelas tanggung
jawab dan wewenang dari personel kunci; (2) mendokumentasikan prosedur secara baik; (3) menerapkan
sistem dokumentasi yang efektif; (4) meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan; (5) meningkatkan
citra dan daya saing organisasi; (6) memberikan kepada seluruh warga metode pelatihan yang sistematis
melalui prosedur mutu dan instruksi kerja; (7) sebagai alat bagi pimpinan puncak menilai kinerja sumber
daya manusia; (8) biaya yang efektif dan efisien; (9) sebagai sarana bekerja dengan benar dan terkendali di
setiap waktu; (10) sistem manajemen dengan kinerja optimal karena adanya sistem PDCA (Plan, Do, Check,
Program Studi S2 MPD 49
Act) yang mengendalikan mutu pelayanan secara sistematis. Manfaat implementasi sistem manajemen mutu
ISO 9001:2000 akan terlihat dengan data dan informasi yang terekam dan selalu terpantau serta
diinformasikan kepada seluruh warga terhadap perkembangan kinerja organisasi baik yang telah mencapai
sasaran mutu maupun yang belum. Sehingga dengan mengimplementasikan sistem manajeman mutu ISO
9001:2000 mampu meningkatkan mutu manajemen sekolah. Berdasar pada kesimpulan tersebut, maka dapat
dirumuskan saran-saran sebagai berikut: perlunya komitmen dari pimpinan puncak/ Top Management dalam
implementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 untuk meningkatkan mutu manajemen sekolah,
sehingga mendatangkan kepuasan pelanggan bagi stakeholders dan melibatkan semua warga mengikuti
sosialisasi manajemen mutu ISO secara terus-menerus, terlibat aktif dalam implementasi ISO sesuai klausul
ISO yang tercantum dalam dokumen ISO.
Kata kunci: implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, meningkatkan, mutu manajemen sekolah
The Implementation of the ISO 9001:2000 Quality Management System to Improve School
Management Quality. Case Study Held in SMAK Santo Albertus Malang and SMPN 1
Malang
Myriam Juniati
Juniati, M. 2010. The Implementation of the ISO 9001:2000 Quality Management System to Improve School
Management Quality. Case Study Held in SMAK Santo Albertus Malang and SMPN 1 Malang. Thesis,
Management and Education Post Graduate Program , State University of Malang. Advisors: (1) Prof.
Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, and (2) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd.
Abstract
The implementation of ISO 9001: 2000 quality management system is a school management that is
used to create an organizational system and a conducive school culture to build the growing commitment of
school management as a guarantor of quality assurance. Therefore, educational institutions need to prepare
the skeleton of their quality system to the desired direction in accordance with the final goal that can achieve
conformance with the expected desire of a customer or school partners. The occurance of international based
education in big cities in Indonesia that repacking the education with quality, competence, excellence,
competitiveness, and professionalism. Educational institutions try hard to have national even internationalstandard quality in order to compete with foreign educational institutions which begin to grow rapidly. One
of the efforts which is handled by the organizers of the school is the need of transformation and innovation
management system of institutional schooling by implementing ISO 9001:2000 quality management system.
The focus of this research is the implementation of ISO 9001:2000 quality management system in
increasing the quality of the school management system with the details as follows (1) the process of
implementing ISO 9001: 2000 quality management system and (2) the process of maintaining ISO 9001:
2000 quality management system.
The research is done in SMAK Santo Albertus and SMPN 1 Malang which have long history that
were built before the Indonesian independence, have cultural characteristics that affect the learners, have
many achievements in academic and non-academic, and ISO 9001: 2000 sertified . This is qualitatif research
with multi-case design, because there are two different background cases. The data collection technique done
in three ways: (1) interview, (2) passive observation, (3) documentation study. Snowball sampling technique
is used in choosing the research informants. The collected data is analyzed descriptively with (a) data
reduction, (b) data presentation, (c) drawing conclusion, (d) individual case data analysis, and (e) cross-case
data analysis. There are four criteria that were done to check the validity of the data: (1) credibility, (2)
transferbility, (3) dependabity and (4) confirmability.
The result of this research showed that SMAK Santo Albertus and SMPN 1 Malang are schools that
implement ISO 9001: 2000 quality management system with these details: Firstly, the implementation
process of ISO 9001: 2000 quality management system as follows: (1) the background, (2) the preparation,
(3) the process, and (4) the follow up of the implementation of ISO 9001: 2000 quality management system.
Secondly, the process of maintaining ISO 9001: 2000 quality management system as follows: (1) the use of
the implementation of ISO 9001: 2000 quality system and (2) the process of maintaining ISO 9001:2000
quality management system.
Based on the result of the research, we can draw a general conclusion that the implementation of
ISO 9001: 2000 quality management system at schools is arranging school management to create an
50 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
organizational system and a conducive school culture to build the growing commitment of school
management as a guarantor of quality assurance. If ISO 9001: 2000 quality management system is done
appropriately, schools will get these benefits: (1) deciding the responsibility clearly and the authority of key
person, (2) documenting the procedures well, (3) applying an effective documentation system, (4) increasing
the customers' trust and satisfaction, (5) increasing the organization competitiveness, (6) giving a
systematically training method through quality procedures and instructions, (7) as a tool for supervisors to
assess human resources, (8) effective and efficient cost, (9) as a tool for working properly and controlled ,
(10) management system with optimum performance because of the PDCA (Plan, Do, Check, Act)
systematically controlling the quality of service. The benefits of the implementation of ISO 9001: 2000
quality management system will be seen from the recorded data and information and always been observed
and informed to the whole society on the development of good organizational performance that have reached
and have not reached the quality objectives. So that, implementing ISO 9001: 2000 is able to increase the
school management system. In accordance with the conclusion, so it can be drawn these suggestions: the
importance of commitment of top management in implementing ISO 9001: 2000 quality management system
to increase the schools management quality, so the satisfaction of the customers can be achieved for the
stakeholders and involving all people following the ISO quality management socialization continuously,
actively involve in implementing ISO based on ISO points that stated in ISO document.
Key words: the implementation of ISO 9001:2000 quality management system, increasing, management
school quality.
Manajemen Pendidikan Nilai (Studi Multikasus SMAK Yos Sudarso dan SMK Cor Jesu
Malang)
Lusia Suwartini
Suwartini, Lusia. 2010. Manajemen Pendidikan Nilai (Studi Multikasus SMAK Yos Sudarso dan SMK Cor
Jesu Malang). Tesis (Tidak dipublikasikan). Program Studi Manajemen Pendidikan, Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, pembimbing: (I) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd, dan (II)
Prof. Dr. Salladien.
Abstrak
Penelitian ini berawal dari fenomena-fenomena yang nampak pada obyek menyangkut pendidikan
nilai pada SMAK Yos Sudarso dan SMK Cor Jesu. Pendidikan di sekolah merupakan upaya yang dilakukan
secara sadar oleh masyarakat, bangsa, dan negara dengan tujuan menyiapkan generasi muda agar menjadi
warga negara yang berkualitas dan meneruskan cita-cita bangsa. Namun untuk mewujudkannya banyak
menemui kendala. Situasi umum pendidikan kita banyak menyemai perilaku tidak adil dan kekerasan, baik
karena intervensi dari pihak luar maupun dari kalangan insan pendidikan sendiri.Sekolah yang semestinya
memberikan harapan yang optismis malah menjadikan peserta didik kita trauma dan putus harapan, bahkan
sampai bunuh diri, ini akibat bullying. Seorang peserta didik SD yang bunuh diri, karena merasa malu belum
melunasi pembayaran buku pelajaran.
Pembinaan pendidikan di sekolah perlu melibatkan berbagai komponen yang saling mendukung dan
menunjang mencapai tujuan pendidikan. Setiap individu dituntut memiliki keuletan, memiliki kedisplinan,
memiliki etos kerja yang tinggi, pandai menangkap peluang, serta memiliki semangat untuk terus belajar.
Sering ada keluhan bahwa baik orang muda atau orang tua tidak memiliki suatu kerangka kerja, suatu
pedoman untuk memilih dan berpegang pada nilai-nilai yang bertahan lama. Nilai-nilai yang bertahan lama,
adalah nilai spiritual; nilai inilah yang dijadikan aspek Pendidikan Nilai: iman, kasih, peduli, toleran, dan
disiplin. Untuk penanaman, pelatihan, dan pembiasaan nilai-nilai tersebut perlu didukung dengan strategi
perencanaan kurikulum Pendidikan Nilai, agar pengimplementasiannya tepat guna dan effektif, dan
pentingnya melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan nilai adalah hakikat dan tujuan pendidikan itu sendiri, yakni penanaman dan
pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang dan sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan
mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya, dan nilai nurani
yang ada dalam diri menjadikan perilaku serta cara, memperlakukan diri sendiri dan sesama.
Permasalahan peneliti ini mengkaji tentang manajemen pendidikan nilai dengan fokus penelitian (1)
Nilai-nilai yang dijadikan aspek dalam Pendidikan Nilai, (2) strategi perencanaan kurikulum Pendidikan
Nilai, (3) implementasi kurikulum pendidikan nilai , dan (4) pengawasan pendidikan nilai di SMAK YS dan
Program Studi S2 MPD 51
SMK CJ. Tujuan penelitian ini, mendeskrisikan tentang: (1) aspek-aspek Pendidikan Nilai di SMAK YS dan
SMK CJ, (2) strategi perencanaan, (3) Implementasi, (4) Pengawasan .
Penelitian ini menggunakan metode metode induksi analitis termodifikasi (modified analytic
induction) sebagai suatu cara untuk mengembangkan teori dan mengujinya. Peneliti, mutlak diperlukan,
berperan sebagai instrumen penelitian, informannya ditetapkan mereka yang mengetahui atau terlibat
langsung dengan fokus penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi dengan bantuan tape recorder, kamera perekam dan foto. Penelitian ini menggunakan rancangan
multikasus, yaitu kasus pertama SMAK Yos Sudarso Kepanjen dan kasus kedua, SMK Cor Jesu Malang.
Prosedur analisis data dengan cara: (1) kasus pertama dianalisis untuk memperoleh temuan semen-tara dalam
bentuk proposisi, begitu pula kasus kedua. (2) Temuan sementara kasus satu dianalisis dengan temuan kasus
dua, sehingga diperoleh temuan akhir analisis multikasus yang menghasilkan teori baru dalam bentuk model
manajemen pendidikan nilai.
Temuan hasil penelitian Aspek-aspek Nilai dalam Manajemen Pendidikan Nilai: Nilai
keimanan,banyak membantu perilaku peserta didik dalam kehidupan keagamaan yang semakin teguh. Nilai
kasih, sangat membantu peserta didik untuk mengembangkan perilaku yang mengarah pada penghayatan
hidup rohani yang lebih manusiawi. Nilai peduli, banyak membantu peserta didik dalam hal kepeka-an sosial.
Nilai toleransi, amat membantu peserta didik bersikap toleran. Nilai disiplin untuk membantu peserta didik
kearah kualitas hati atau berkembang men-jadi pribadi yang utuh. (2) Strategis Perencanaan Program
Pendidikan Nilai, da-lam hal ini, penetapan kebijakan sekolah masih didominasi kepala sekolah, se-hingga
misi yang diemban belum terinternalisasi ke dalam hati warga sekolah, dengan demikian, tujuan pendidikan
nilai masih memerlukan penanganan yang lebih baik lagi; agar sasaran semakin mudah dicapai pada akhir
manajemen pendidikan nilai menjadi sistem yang semakin fleksibel. (3) Pendidikan nilai telah
diimplementasikan, namun belum efektif, di mana sistem kerja yang mengguna-kan manajemen partisipatif
belum optimal, karena upaya motivasi kepada sekolah terhadap para pendidik masih rendah. Dengan
demikian jalinan kerja sama belum efektif walaupun penyatuan perintah sudah semakin terarah, namun
keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab belum nampak sehingga kinerja yang diharapkan belum
terlaksana sepenuhnya. (4) Kepengawasan yang dilakukan dengan memantau, mengamati, mensupervisi,
mengkomunikasi, dan melalui laporan serta evaluasi belum maksimal, sehingga sikap dan perilaku peserta
didik belum semuanya mencerminkan nilai-nilai spiritual secara utuh.
Penelitian ini merekomendasikan (1) pada orang tua peserta didik supaya tetap menanamkan dan
membiasakan sejak dini nilai-nilai kerohanian, sosial dan kemanusiaan, agar terbentuk kepribadian utuh dan
seimbang, sehingga manusiawi dalam bertindak(2) pada lembaga sekolah agar menata manajemen
pendidikan nilai, supaya informasi mengenai lembaga lebih transparan, (3) pada kepala sekolah melakukan
pelatihan –pelatihan yang berhubungan dengan strategi manajemen pendidikan nilai yang melibatkan seluruh
pendidik , (4) hasil ini dapat dipakai untuk penentu kebijakan oleh diknas, yayasan, kepala sekolah untuk
menjadi pertimbangan, (5) perlu ada penelitian yang lebih mendalam sehingga dapat menjadi bahan
pembanding karya ilmiah ini.
Kata kunci: aspek nilai, implementasi, pendidikan nilai,
Education Value Management (Multi-cases Study SMAK Yos Sudarso Kepanjen and SMK
Cor Jesu, Malang)
Lusia Suwartini
Suwartini, Lusia. 2010. Education Value Management (Multi-cases Study SMAK Yos Sudarso Kepanjen and
SMK Cor Jesu, Malang). Tesis (unpublished). Education Managent Program of Study, Post Graduate
Program, State University of Malang, Advisor: (1) Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd and (2) Prof. Dr.
Salladien.
Abstract
This research begin from the phenomenom in the object about education values in SMAK Yos
Sudarso and SMK Cor Jesu. Education in school is a conscious activity that doing by peoples, nation and
state to prepare youth to be quality citizens. But to realize this found many problems. The general situation of
our education seedling so much unjustice behavior and violence, both because from out side intervention and
from educator itself. People required every school to give optimistis hope to the students. But in reality we
52 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
found many students feel trauma and lose hope, on top of that commit suicide. Because of shame not yet
settled lesson books, an Elementary School student commit suicide itself.
Education in school need many components that support one another to reach out education goals.
Every individu in education institution required to tough, discipline, have work ethic, know how to use
opportunity, and always have spirit to learn more and more. Sometimes many complaints both youth and old,
not have an orientation to choose and handled in values that can hold out for long time. That value is spiritual
value. This value become education value aspect: faith, love, care, tolerance, and discipline in school
institution. To planting, exercise, and customary this values need a strategic planning of education value
curriculum. In order to implementate this exactly and effective, need supervision to every activity that relate
to this values.
Education value is an essence and goal of education. Its means education will planting and growing
the values in the self of student and help the students to aware and face values in theirself, placed its in all
their lives and become guidance to handle theirself and their neighbor.This research investigate the problems
about the management education values with attention to (1) Values that become education value aspect, (2)
the strategy of education values curriculum planning, (3) implementation of education values curriculum, and
(4) the supervision of education values in SMAK Yos Sudarso and SMK Cor Jesu. The aim of this research
are to describe about: (1) The aspects of Education Value in SMAK Yos Sudarso and SMK Cor Jesu, (2)
Strategy of planning, (3) implementation, (4) supervision.
This research use modified analytic induction methode as a way to expand and examine theory.
Researcher as the instrument of researching, and the informants are those who know and are directly involve
the researching. The collection of data done through observation, interview, camera and photo or picture.
This research use multi-cases planning are first case SMAK Yos Sudarso Kepanjen and second case SMK
Cor Jesu Malang. The steps of analysis data are as follow: (1) First case is analysed to get temporary findings
as preposition, and so second case. (2) Temporary findings of first case is analysed with the temporary
finding of second case, to get final finding of analysed as a new theory in form of model of education value
management.
Result of this research are (1) value aspects in Eduacation Values Management: Faith value, help
students in their spiritual life. Love value, help students to grow up their good behavior in order to manifest
their faith or religious life. Care Value, help student to consider to their neighbor in their social life.
Tolerance Value, help student to live in tolerance situation. Discipline value, help student to live and grow up
in good personality. (2) Strategy of Education Value Program Planing. Decision of school policy still
dominated by Headmaster, so mission of education not be internalized to the all of school citizen, and so the
goal of education can not be reach out. (3) Education Values is implementated but not yet effective. Because
partisipatif management in work system done not optimal and motivation from headmaster was so less. And
so there are no effective cooperate in work. (4) Supervision has done through monitor, observe,
communication, report and evaluation but not yet maximal, so didn’t explained the whole behavior and
spirituality life of students.
This study recomends: (1) Parents of the students need to planting and customary the values like
spirituality, social and humanity as early as possible so the students can grow up as intact personality. (2)
Education management need be to organized more transparent. (2) Headmaster need to make program or
planning to training all teacher about education values management. (3) Result of this study can be used to
determine policy by Department of Education, Fondation, and Headmaster. (4) Need a further study about
this problem as a compare study.
Key word: values aspect, implementation, and education values.
Program Studi S2 MPD 53
Manajemen Pendidikan Multilkultural (Studi Multikasus di SDK Eksperimen Mangunan
Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang)
Prihartanti Agatha
Agatha, Prihartanti. 2010. Manajemen Pendidikan Multilkultural (Studi Multikasus di SDK Eksperimen
Mangunan Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang). Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan,
Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H.,
M.A., Ph.D., dan (II) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan asesmen kebutuhan pendidikan multikultural di
SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang; (2) mendeskripsikan kebijakan
Pendidikan Multikultural di SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang; (3)
mendeskripsikan manajemen pengembangan kurikulum dan pembelajaran di SDK Eksperimen Mangunan
Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang; dan (4) mendeskripsikan iklim kegiatan belajar mengajar yang
diterapkan di SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis rancangan studi multikasus (multicase studies). Fokus penelitian ini adalah bagaimana manajemen pendidikan sekolah berlatar Multikultural di
SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta dan SDK Indriyasana Malang. Informan penelitian ini adalah
Kepala Sekolah, guru, orang tua siswa, tata usaha, pendamping guru, dan masyarakat sekitar. Teknik
pengumpulan data yang dapat digunakan adalah: (1) wawancara mendalam (indepth interviewing), (2)
observasi partisipan (participant observation), dan (3) studi dokumentasi (study of documents). Analisis data
dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah pengumpulan data sampai terselesaikannya laporan
penelitian. Analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Temuan penelitian: (A) SDKE Mangunan: (1) asesmen kebutuhan mencakup: (a) PSB tidak ada
seleksi dan diprioritaskan dari keluarga tidak mampu yang berasal dari lingkungan sekitar Mangunan, (b)
siswa yang mempunyai kebutuhan khusus (autis) diterima di sekolah dengan membawa guru pendamping, (c)
calon siswa dari berbagai latar belakang sosial ekonomi, (d) siswa yang berbeda keyakinan/agama
dilaksanakan pendidikan religiositas/komunikasi iman, (e) setiap Jumat ada pertemuan membahas program
dan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi guru dan siswa, (f) tidak ada konflik antara sekolah dengan
masyarakat, masyarakat beranggapan sekolah adalah bagian dari masyarakat, (g) masyarakat lingkungan
sekitar sekolah mendukung sekaligus mengkritisi keberadaan sekolah, (h) dalam acara-acara besar, sekolah
melibatkan masyarakat, (i) output siswa dapat bersaing dengan output dari sekolah lain, (j) siswa bebas
memakai pakaian untuk ke sekolah, (k) ruang kelas menggunakan rumah-rumah penduduk, (l) lokasi sekolah
menyatu dengan kehidupan masyarakat dan tidak ada pembatas; (2) Kebijakan meliputi: (a) warga sekolah
dilibatkan dalam penyusunan program sekolah, (b) ada pengarahan, pelaksanaan dan evaluasi pencapaian
program-program sekolah secara periodik, (c) terhadap siswa yang heterogen sekolah memahami
keunikannya, (d) dalam proses KBM, tidak ada perbedaan perlakuan terhadap siswa yang heterogen, (e) mata
pelajaran Agama diganti dengan mata pelajaran Komunikasi Iman, (f) guru memberikan pendampingan dan
menerapkan metode pembelajaran yang efektif, dan (g) siswa bebas memakai baju untuk sekolah sesuai
dengan kemauan siswa; (3) manajemen pengembangan kurikulum dan pembelajaran: (a) bahan ajar dikemas
dalam bentuk permainan “kotak pertanyaan”, (b) penerapan kurikulum nasional disesuaikan dengan
kompetensi dasar dan sumber belajar lokal yang menarik, sehingga pembelajaran menyenangkan dan
kontekstual, (c) ada pendampingan dari Lab. Dinamika Edukasi Dasar (DED) untuk para guru, (d) kurikulum
alternatif adalah kurikulum yang bisa dirujuk dan dipilih untuk konteks sekolah, (e) pengembangan
kurikulum berpedoman pada: perangkat pembelajaran, spesifikasi produk, mekanisme penyusunan, proses
eksperimen di kelas, validasi akhir dan pra produksi, (f) evaluasi pengembangan kurikulum dan pembelajaran
dilaksanakan pada Forum Jumatan, dan (g) evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui respon dan karya siswa
dalam kegiatan belajar mengajar ; (4) iklim kegiatan belajar mengajar yang diterapkan: (a) menggunakan
metode yang bervariasi, (b) situasi belajar mengajar yang harmonis, (c) RPP dengan pembelajaran yang
menyenangkan, (d) belajar hal-hal yang kongkrit, (e) siswa yang berbeda sosial ekonomi digunakan
pendekatan saling berbagi, (e) saling menghargai dan toleran kepada umat yang beragama lain dengan
mengajarkan komunikasi iman, (f) kegiatan belajar mengajar dengan prinsip ajrih-asih, dan (g)
memanfaatkan sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekitar sekolah; (B) SDK Indriyasana Malang:
(1) asesmen kebutuhan: (a) siswa heterogen, PSB tidak ada seleksi, (b) penerapan konsep pelayanan terhadap
siswa agar dapat berkembang secara seimbang, (c) menggunakan metode yang bervariasi, (d) ada dukungan
54 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
sekolah-sekolah sekitar, (e) guru diikutkan diklat dan studi banding di sekolah yang unggul, (f) hambatan
yang dirasakan adalah terbatasnya dana, dan (g) siswa yang miskin diberi bantuan beasiswa dari donator baik
dari institusi maupun perorangan; (2) kebijakan sekolah: (a) PSB memperhatikan heterogenitas, (b) metode
yang digunakan bervariasi sesuai dengan kebutuhan, (c) sumber dana untuk operasional sekolah diperoleh
dari uang sekolah, sebagian kecil dari BOS dan donator dari perorangan maupun institusi, (d) mengajar tidak
membeda-bedakan profil siswa yang beragam serta berpedoman pada visi dan misi sekolah yaitu “kasih
sayang”, (e) menanamkan sikap mengenai situasi keragaman melalui lagu, bermain peran, gambar dan cerita,
(f) untuk mengatasi hambatan-hambatan dilakukan evaluasi diri, evaluasi program, angket, diskusi dengan
dewan guru, paguyuban kelas, diskusi dengan yayasan maupun dengan wali murid, (g) guru rajin mencari
informasi tentang latar belakang siswa serta mengikuti pelatihan-pelatihan, dan (h) strategi pengembangan
sekolah, dalam bidang SDM dengan studi banding, diklat serta ke DED Yogyakarta; (3) manajemen
pengembangan kurikulum dan pembelajaran: (a) disesuaikan dengan program pemerintah, (b) Penentuan
SKM, (c) bahan ajar dikembangkan guru sesuai dengan mata pelajaran dan perkembangan IPTEK, (d)
sumber belajar: nara sumber, buku penunjang, kurikulum, media cetak dan elektronik, lingkungan dan
pengalaman siswa secara langsung, dan (e) hambatan yang dihadapi guru dalam mengembangkan kurikulum
dan pembelajaran adalah waktu, materi dan input; (4) iklim kegiatan belajar mengajar yang diterapkan: (a)
menanamkan sikap terhadap situasi keberagaman, (b) menanamkan berbagai budaya yang ada dan
menghargai keragaman budaya siswa, (c) mengembangkan toleransi beragama, (d) pembelajaran yang
menyenangkan (joyful learning), (e) penggunaan alat peraga bervariasi, dan (f) pembelajaran agar siswa
dapat belajar secara kongkrit dari keseharian mereka.
Berdasarkan temuan penelitian di atas, dapat disimpulkan (1) asesmen sekolah yang belatar
multikultural berbeda dengan sekolah regular, (2) kebijakan sekolah ditekankan pada karakteristik peserta
didik yang beragam, (3) pengembangan kurikulum dan pembelajaran di-sesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik yang heterogen, (4) iklim belajar diciptakan secara kondusif agar lebih mendorong kreativitas, diskusi,
eksplorasi, toleransi dan menyenangkan.
Implikasi bagi sekolah yang berlatar multikultural adalah bahwa pengelolaan ditekan-kan pada
pemahaman keunikan peserta didik yang beragam dengan pendekatan kebersamaan untuk menumbuhkan
sikap toleransi dan harga-menghargai didalam perbedaan yang ada.
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, disarankan untuk sekolah yang berlatar multikultural
sebaiknya memperhatikan karakteristik peserta didik yang beragam, meningkat-kan kebersamaan, toleransi,
harga-menghargai dan meminimalkan konflik antar peserta didik.
Kata kunci: manajemen pendidikan, pendidikan multikultural, pendidikan dasar, sekolah katolik.
The Multicultural Education Management at SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta and
SDK Indriyasana Malang
Prihartanti Agatha
Agatha, Prihartanti, 2010. The Multicultural Education Management at SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta and SDK Indriyasana Malang. Thesis, The Study Program of Education Management. Post
Graduate Program of Malang State University. Advisors: (I) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H., M.A.,
Ph.D., and (II) Prof. Dr.H. Ibrahim Bafadal, M.Pd.
Abstract
The goals of this research are: (1) to describe the need of Multicultural Education assessment at
SDK Eksperimen Mangunan Yogjakarta and SDK Indriyasana Malang; (2) to describe Multicultural
Education Policy at SDK Eksperimen Mangunan Yogjakarta and SDK Indriyasana Malang; (3) to describe
The Curriculum and Learning Development Management at SDK Eksperimen Mangunan Yogjakarta and
SDK Indriyasana Malang; (4) to describe The Teaching-Learning Process which are implemented SDK
Eksperimen Mangunan Yogjakarta and SDK Indriyasana Malang. This research uses qualitative approach by
using multi-case study. This research is focused on how the multicultural education management at SDK
Eksperimen Mangunan Yogjakarta and SDK Indriyasana Malang. The informants for this research are
principals, teachers, parents, school staffs, teacher aid, and people who concerns with this research. Research
data collection which are used: (1) indepth interviewing, (2) participant observation, and (3) study of
documents. Data analysis for this research was analyzed during and after collecting data until this researched
is accomplished. Data analysis consist of: data reduction, data presentation and conclusion.
Program Studi S2 MPD 55
The research findings: (A) SDKE Mangunan: (1) the need of assessment consists of: (a) there is no
specific selection term for new students recruitment and the top priority is for poor families who live in
Mangunan and nearby, (b) students with special need like autist can enroll in school and being accompanied
by teacher aid, (c) all prospective students come from diversity of social economic background, (d) students
with different religion background will be guided to have trans religion communication, (e) there is special
program to discuss about student-teacher problems every Friday, (f) there is no crucial conflict between
school and people, since people are aware that school is part of community, (g) people who live around the
school support and watch the school program, (h) to celebrate special occasion, school invite people to be
involved, (i) students output are really competitive, (j) no uniforms in school, (k) students use the people’s
houses for class, (l) there is strong bond for both school and the people around there; (2) policies: (a) school
elements are invited to be involved in school programs, (b) There are guiding, implementation, and
evaluation to achieve school programs periodically, (c) school completely comprehends the uniqueness of
students’ heterogeneity, (d) in KBM (Independent Learning Group) process, there is no difference way of
treating students, (e) Religion lesson is replaced by faith communication lesson, (f) teacher coaches and
implements the effective teaching methodology, (g) no uniforms in school; (3) learning and Curriculum
Development: (a) The toolkit teaching is formulated in “box of question” games, (b) national curriculum is
implemented together with competence based and using local source learning consequently it becomes
contextual and fun learning, (c) there is coaching from Lab. Dinamika Edukasi Dasar
Dynamic Basic Education Lab. (DED) for teachers, (d) alternative curriculum is curriculum that can
be chosen and applied for school context, (e) curriculum development based on: learning devices, product
specification, construct mechanism, class experiment processes, final and pre production validity, (f)
curriculum and learning development evaluation is held on Friday forum, (g) the evaluation is held for
knowing the respond towards student works and teaching-learning process, and (h) evaluation can be applied
by examining student works and student responds in teaching-learning process; (4) teaching-learning process
atmosphere: (a) using diversity of teaching methodology, (b) harmonious teaching-learning atmosphere, (c)
using lesson plan which promote fun activities, (d) learning concrete things, (e) students with different
background are taught to share, (f) respect and more tolerant among students who has diversity religion
backgrounds by teaching faith communication, (g) teaching-learning process by using the principle of
respect-love, and (h) using source of learning which is available around the school environment; (B) SDK
Indriyasana Malang: (1) the need assessment: (a) heterogeneous students, there is no specific selection term
for new students recruitment, (b) using student service approach concept in order students are able to
improve well, (c) using diversity teaching-learning methodology, (d) support from other schools, (e) teachers
are sent to the best schools for seminars or cross study, (f) the major obstacle is lack of fund, and (g) for poor
students are provided scholarship program from both personal or institution; (2) school policy: (a) new
students recruitment based on heterogeneity, (b) the teaching methodology is flexible, (c) school operation
management is taken from school fee, a little from school operational fund and some from benefactors from
both personal or institutions, (d) teaching by using school vision and mission that is “love” and teachers are
demanded to treat the students fairly, (e) teach the students about diversity by using songs, role play, pictures
and stories, (f) to lessen the obstacles, there are self evaluation, program evaluation, polling, discussion with
school board, school foundation, or parents, (g) teachers are expected to give information about the student
background regularly and join in workshops as well, and (h) to promote school development strategy, in
human resource by joining cross study, workshops and take a part actively in DED program Yogyakarta; (3)
Curriculum and Learning Development Management: (a) determined by using government program, (b)
School benchmark consideration, (c) information technology is considered to be used as teaching toolkits and
methodology, (d) sources for teaching: authors, educators, books, curriculum, printed and electronic media,
environment and students experiences, and (e) some obstacles in class in developing curriculum and learning
are time, materials and input; (4) the implementation of teaching-learning activities atmosphere: (a) to teach
good attitude in heterogeneity, (b) to teach the diversity of culture and appreciate the diversity of students’
culture, (c) promote student understanding about the diversity of religion background, (d) joyful learning, (e)
using various kind of teaching toolkits and materials, and (f) concrete learning based on their own daily life
activities.
Based on the research findings above; (1) multiculture school assessment is different from regular
school, (2) school policy is to promote the characteristics of students’ uniqueness in heterogeneous
atmosphere, (3) curriculum development based on student needs who study in heterogeneity, (4) to promote
teaching-learning approach so students will be more creative, using discussion, explore, tolerant and fun.
The implication of multiculture school are the school management is stressed on understanding of
student’s uniqueness and diversity by using togetherness, respect and empathy approach.
56 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Based on the implications above, is suggested for multiculture schools to focus on the characteristics
of students diversity, to promote togetherness, tolerant or empathy, respects and minimize the conflicts
among students.
Key words: education management, multicultural education, elementary education, Catholic school.
Implementasi Manajemen Sarana Prasarana Pada Sekolah Menengah Atas (Studi Multisitus
di SMAK Kolese St. Yusup dan SMAK St. Albertus Malang)
Maria Kristina More
Maria Kristina More. 2010. Implementasi Manajemen Sarana Prasarana Pada Sekolah Menengah Atas
(Studi Multisitus di SMAK Kolese St. Yusup dan SMAK St. Albertus Malang). Tesis, Program Studi
Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr.
Willem Mantja, M.Pd, (II) Dr. H. Imron Arifin,M.Pd.
Abstrak
Secara umum sarana dan prasarana pendidikan berperan penting dalam kegiatan belajar atau proses
belajar mengajar sekaligus berperan sebagai penjunjang dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan.
Selain itu sarana dan prasarana pendidikan juga merupakan fasilitas yang berfungsi untuk tempat
terselenggaranya proses pendidikan seperti gedung dan laboratorium beserta perlengkapannya. Untuk itu
keberadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tersebut hendaknya diusahakan dengan sungguhsungguh agar senantiasa selalu siap pakai (ready for use) dalam proses belajar mengajar sehingga proses
belajar mengajar semakin efektif dan efisien guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan perencanaan sarana dan prasarana di SMAK
Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan di SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (2) mendeskripsikan pengadaan
sarana dan prasarana di SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan di SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (3)
mendeskripsikan inventarisasi/pendokumentasian sarana dan prasarana di SMAK Kolese St. Yusup (Hua
Ind) dan di SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (4) mendeskripsikan optimalisasi penggunaan/pemanfaatan sarana dan prasarana di SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan di SMAK St. Albertus (Dempo)
Malang, (5) mendeskripsikan perawatan sarana dan prasarana di SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan di
SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (6) mendeskripsikan penghapusan sarana dan prasarana di SMAK
Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan di SMAK St. Albertus (Dempo) Malang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi multisitus dengan jenis penelitian kualitaitf. Teknik
pengumpulan data: (1) wawancara mendalam, (2) pengamatan peran serta dan (3) dokumentasi data yang
diperoleh melalui metode tersebut, diorganisasikan, ditafsirkan, dan dianalisis untuk mendapatkan konsep
dan abstraksi temuan penelitian. Pengecekan keabsahan data melalui:(1) perpanjangan kehadiran peneliti di
lapangan, (2) observasi yang diperdalam, (3) triangulasi, (4) pembahasan sejawat, (5) pengecekan anggota,
(6) transferabilitas, (7) ketergantungaan, dan (8) konfirmabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) perencanaan sarana dan prasarana dilakukan oleh setiap sekolah
dengan dikoordinir oleh wakil kepala sarana dan prasarana serta program perencanaan dimasukkan dalam
Rencana Anggaran Pendapat dan Belanja Sekolah (RAPBS), (2) dalam melakukan pengadaan sarana dan
prasarana didasarkan atas kebutuhan yang sebelumnya telah disusun dengan waktu yang telah ditetapkan, (3)
Wakil sarana dan prasarana memberikan barang-barang yang dibelanjakan kepada penanggungjawab untuk
diinventarisasikan kemudian diberikan kepada guru yang membutuhkannya, (4) semua sarana dan prasarana
dapat digunakan oleh guru dan siswa sesuai dengan jadwal yang ada, (5) kondisi sarana dan prasarana selalu
dalam keadaan siap pakai karena pemeliharaan langsung dikoordinir oleh wakil kepala sarana dan prasarana,
(6) adanya pertimbangan pelaksanaan penghapusan barang-barang yang menunjang kegiatan belajar
mengajar.
Kesimpulan yang didapat merupakan hasil temuan yang pendiskripsiannya adalah: (1) Jika sekolah
melakukan perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah secara matang dan hati-hati
maka KBM semakin baik dan berhasil, efektif, efisien, (2) dalam pengadaan sarana dan prasarana
pembelajaran sudah maksimal dan dapat dikatakan telah menyediakan semua jenis sarana dan prasarana
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan sehingga sangat mendukung kegiatan pembelajaran yang semakin
baik, berhasil, efektif, dan efisien, (3) SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan SMAK St. Albertus (Dempo)
Malang telah melakukan inventarisasi setiap sarana dan prasarana pendidikan dengan baik, (4) SMAK
Program Studi S2 MPD 57
Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan SMAK St. Albertus (Dempo) Malang dalam hal optimalisasi
penggunaan/pemanfaatan sarana dan prasarana sudah dilakukan secara efektif bahwa selama KBM para guru
telah menggunakannya, (5) SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan SMAK St. Albertus (Dempo) Malang
dalam hal perawatan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah sudah dilakukan karena semua ruang yang
nampak sedap dipandang mata, penataan meja dan kursi di kelas dan kantor sudah nampak rapi, sesuai
dengan kondisi yang ada, (6) SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) dan SMAK St. Albertus (Dempo) Malang
dalam hal penghapusan sarana dan prasarana pendidikan telah melakukan penghapusan sesuai syarat-syarat
penghapusan. Prosedur yang berlaku di dua sekolah ini untuk pengadaan dan penghapusan melalui proses
mengajukan ke Yayasan yang disetujui oleh Kepala Sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi guru
yang mengajar agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana dalam proses kegiatan belajar
mengajar di kelas, sehingga tercapainya tujuan dan visi sekolah yang telah ditetapkan, (2) Bagi Wakil Kepala
Sekolah yang bertugas dalam bidang sarana dan prasarana temuan penelitian ini merupakan masukan
bagaimana perencanaan sarana dan prasarana dan pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah dan fungsinya
dalam PBM (3) Dengan diketahuinya hasil penelitian ini, maka kepala sekolah dapat mengoptimalkan dalam
mengelola sarana dan prasararana secara efektif dan efisien, (4) Bagi Pengawas Sekolah yang bertugas untuk
memberikan pembinaan kepada sekolah yang tergolong kriteria ”baik” dalam memberi pembinaan perlu
memberikan masukan-masukan sehingga dapat meningkatkan penggunaannya selama KBM, (5) Bagi Kepala
Dinas Kota Malang, agar memperhatikan dan membantu SMAK Kolese St. Yusup (Hua Ind) Malang dan
SMAK St. Albertus (Dempo) Malang dalam upaya penambahan sarana dan prasarana pendidikan, (6) Bagi
Dinas Pendidikan & Kebudayaan Propinsi untuk memberikan pembinaan terhadap semua Sekolah Menengah
Atas (SMA) baik negeri maupun swasta tentang pengelolaan sarana dan prasarana, (7) Bagi peneliti-peneliti
lainnya yang tertarik untuk meneliti lebih jauh dalam bidang manajemen pendidikan sebaiknya melakukan
penelitian mengenai implementasi manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tingkat SMA
swasta lainnya.
Kata kunci: implementasi, manajemen sarana prasarana.
The Implementation of School Supplies Management at Senior High School (Study of multy
sites at SMAK Kolese St Yusup SMAK St. Albertus Malang)
Maria Kristina More
Maria Kristina More. 2010. The Implementation of School Supplies Management at Senior High School
(Study of multy sites at SMAK Kolese St Yusup SMAK St. Albertus Malang). Thesis, The Education
Management Program, Master Program of State Malang University. Advisor: (1) Prof. Dr. Willem
Mantja, M.Pd, (II) Dr. H. Imron Arifin, M.Pd.
Abstract
Generally, school supplies for education has significant role in teaching-learning process which can
support the development of education quality. Besides, instrument or school supplies also can become the
purposeful facility such as buildings, laboratory and its equipments. Because of those reasons, the school
supplies and instrument must be well-prepared. Consequently, the teaching and learning process are able to
be implemented well and ready to use. So teaching-learning process can run well and get the beneficial
impact. The goals of these researches are: (1) To describe the management of school supply and instrument at
SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (2) to describe the school
supplies or instrument at SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (3)
To describe the inventory and documentation system at SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St.
Albertus (Dempo) Malang, (4) To describe the ultimate usage/ the beneficial aspect of the usage of the school
supplies or instrument at SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang, (5)
To describe the school supplies or instrument maintenance at SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK
St. Albertus (Dempo) Malang, (6) To describe the abolishment of school supplies or instruments at SMAK
Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang. This research use multisites study
approach by using qualitative research. The way of collecting data: (1) The depth interview, (2) observation
and (3) collecting data and be organized, predicted and analyzed to get the appropriate concept and the
findings of the research, (2) The depth observation (3) triangulation, (4) colleague discussion, (5) checking
the member, (6) transferability, (7) dependence, and (8) confirmable.
58 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
The result shows: (1) The instruments, filing can be done by every school which is coordinate by
vice chairman of instrument, supplies and filing department and the programs can be inserted by the
committee of the school budgeting, (2) The school needs relate to the supplying are arranged in certain time
based on the previous consideration, (3) the vice chairman of supplying gives all stuffs to the person who has
authority to manage them and then distribute them to the teachers who need those things, (4) All supplies can
be used by both teachers and students based on the schedule, (5) All supplies are ready to be used because all
those things are supervised by the vice of the chairman of supplying, (6) there is consideration to omit or
reject several supplies which promote teaching-learning process.
The summary of the findings will be described as follows: (1) when school plans to manage the
supplying well, teaching-learning process will run effectively and efficient as well, (2) Good supplying
management which promotes teaching-learning process will make all activities in school become more
efficient, effective and well, (3) SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo)
Malang have implemented the supplying inventory well, (4) SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK
St. Albertus (Dempo Malang have already used the supplies optimally so the teaching-learning process can
run well, efficient and effective, (5) SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo)
Malang can implement how to manage and maintain the school supplies in teaching-learning process, so
everything looks beautiful, the furniture is arranged nicely and neatly and all those stuffs are still in good
condition, (6) SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang have made wise
decision to reject and request some supplies by sending approval letters to the school foundation which is
approved by the principal.
Based on the result above, there are some suggestions which can be examined as follow: (1) For
teachers are expected to use the school facilities and supplies optimally through teaching-learning process,
consequently the school goal and vision which have been determined can be accomplished, (2) For vice
principal who is charge in school supplies and instrument can use these findings as beneficial input to
manage the school supplies and instrument hence all those things can be used for teaching-learning process,
(3) By knowing the result of this research, the school principal is expected able to administer and manage the
school supplies and instruments effectively and efficiently, (4) For school supervisor is expected to give
training for schools which are categorized into “good” school by giving advantageous inputs consequently
the school can promote the usage of supplies and instrument or facilities during teaching-learning process, (5)
For the leader of Department of Education Program in Malang is expected to pay attention and give support
SMAK Kolese St Yusup (Hua Ind) and SMAK St. Albertus (Dempo) Malang to add the school supplies and
instrument for education, (6) For Department of Education and Culture in Malang is expected to give training
for both state and private senior high schools in Malang about managing school supplies and instrument, (7)
For other researchers who are interested in having research deeply about school management is expected to
have research about the implementation of school supplies and instrument management at other private
senior high schools profusely.
Key word: implementation, school supplies management.
Manajemen Program Akselerasi di Sekolah Unggulan Terpadu (Studi Multisitus di SMP
Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang)
Jovita Dwi Satyarini
Satyarini, Jovita Dwi. 2010. Manajemen Program Akselerasi di Sekolah Unggulan Terpadu (Studi Multisitus
di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang). Tesis, Jurusan Manajemen Pendidikan, Program
Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H., M.A.,
Ph.D., (II) Prof.Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd.
Abstrak
Layanan pendidikan di Indonesia pada beberapa masa lebih banyak bersifat klasikal-massal yang
berorientasi pada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Di sisi lain, ditinjau dari
aspek kemampuan dan kecerdasan, siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu di bawah rata-rata, ratarata, dan di atas rata-rata. Untuk siswa yang di bawah rata-rata pemerintah sudah mensosialisasikan
pelayanan pengajaran remidi yang membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan materi kurikulum.
Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata belum mendapatkan
pelayanan pendidikan yang sesuai. Kebutuhan akan layanan pendidikan yang khusus ini kemudian
Program Studi S2 MPD 59
memperoleh dasar yuridis dalam pasal 5 ayat 4 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional: “Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.” Pendidikan khusus yang dipilih oleh Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah adalah program akselerasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) perencanaan
penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang, (2) mekanisme
penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang, (3) strategi penentuan
input program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang, (4) kurikulum dan pembelajaran
program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang, (5) strategi penentuan output program
akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang, (6) mekanisme pembinaan program akselerasi di
SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang, dan (7) mekanisme monitoring dan evaluasi program akselerasi
di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang.
Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan jenis rancangan studi multisitus. Fokus
dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen program akselerasi di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2
Lumajang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) wawancara mendalam, (2) observasi partisipan, dan studi dokumentasi. Analisis data penelitian ini dilakukan selama, setelah pengumpulan data dan
sampai selesainya penulisan laporannya. Analisis data meliputi tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Temuan penelitian di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Lumajang adalah: (1) perencanaan
penyelenggaraan meliputi kegiatan : (a) sosialisasi pada seluruh dewan guru, (b) membentuk panitia khusus,
(c) melakukan studi banding, (d) sosialisasi pada orang tua siswa, (e) seleksi guru, dan (f) menyusun proposal
permohonan; (2) mekanisme penyelenggaraan meliputi: (a) mengirimkan proposal permohonan ke Dinas
Pendidikan Kabupaten, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dirjen Dikdasmen cq. Ditjen PLB di Jakarta, (b)
Dinas Pendidikan Kabupaten melakukan observasi dan supervisi, (c) Dinas Pendidikan Kabupaten mengirimkan rekomendasi ke Dinas Pendidikan Provinsi, (d) Dinas Pendidikan Provinsi melakukan observasi, dan
(e) Dinas Provinsi menerbitkan SK Penetapan; (3) strategi penentuan input melalui tahapan: (a) Penerimaan
Peserta Didik Baru, (b) sosialisasi pada orang tua siswa baru, (c) menunjuk lembaga pelaksana tes psikologi,
(d) menetapkan akseleran berdasarkan hasil tes psikologi, (e) membuat persetujuan dengan orang tua dan
siswa, dan (f) siswa wajib memperoleh surat keterangan sehat dari dokter; (4) kurikulum dan pembelajarannya berupa: (a) menggunakan kurikulum nasional dan muatan lokal, (b) menyusun kurikulum yang
berdiferensiasi dalam hal isi, strategi belajar mengajar, penggunaan fasilitas, dan hasil belajar, dan (c)
menyusun kalender akademik; (5) strategi penentuan output meliputi: (a) penilaian hasil belajar, (b) menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal, (c) mengikuti program remedial jika belum mencapai ketuntasan, (d)
dikembalikan ke program reguler jika tidak memenuhi syarat, dan (e) dinyatakan lulus dari sekolah jika memenuhi syarat kelulusan; (6) mekanisme pembinaan meliputi: (a) dilakukan oleh pembina tingkat nasional,
provinsi, dan kabupaten, (b) jadwal tiap pembina tidaklah sama; (7) mekanisme monitoring meliputi: (a)
Pelaksananya adalah Dirjen Dikdasmen cq. Ditjen PLB, Dinas Pendidikan Provinsi (Subdinas PLB), dan
Dinas Pendidikan Kabupaten, (b) waktu pelaksanaan adalah dua kali dalam setahun, (c) instrumen monitoring berupa portofolio, (d) mengirimkan laporan pelaksanaan setiap tahunnya kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten, Dinas Pendidikan Provinsi (Subdin PLB), dan Dirjen Dikdasmen (Ditjen PLB).
Berdasarkan temuan penelitian diperoleh kesimpulan: (1) perencanaan penyelenggaraan program
akselerasi melibatkan seluruh warga sekolah, (2) mekanisme penyelenggaraan program akselerasi meliputi
kegiatan meyusun dan mengirimkan proposal kepada Dinas Pendidikan Kabupaten yang akan merekomendasikannya kepada Dinas Pendidikan Provinsi untuk dilakukan penelitian dan evaluasi terhadap proposal tersebut. Apabila dianggap memenuhi kriteria, Dinas Pendidikan Provinsi akan menerbitkan Surat Keputusan
Penetapan, (3) strategi penentuan input program akselerasi mengikuti konsep “Three-Ring Conception” dari
Renzulli. Pelaksana tes adalah lembaga psikologi yang bersertifikasi dan direkomendasikan oleh Dirjen
Dikdasmen, (4) kurikulum dan pembelajaran pada program akselerasi adalah kurikulum nasional dan muatan
lokal. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berdiferensiasi Kalender akademik program akselerasi
memuat empat bulan hari efektif setiap semesternya, (5) strategi penentuan output menggunakan berbagai
jenis ulangan. Program remidial juga harus diikuti akseleran jika tidak mampu mencapai KKM dan harus
kembali ke program reguler jika dinilai tidak mampu mengikuti pembelajaran di program akselerasi. Akseleran dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dengan mengikuti kriteria kelulusan sekolah, (6) mekanisme
pembinaan meliputi pembina pusat, provinsi, dan kabupaten. (7) monitoring dilakukan secara berjenjang,
dilaksanakan oleh Ditjen Dikdasmen cq. Dit PLB, Dinas Pendidikan Provinsi (Subdin PLB), dan Dinas
Pendidikan Kabupaten; dan (8) melakukan evaluasi program setiap tahun.
Katakunci: manajemen, program akselerasi, Sekolah Unggulan Terpadu.
60 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010
Acceleration Program Management at Integrated Excellent School (Multisite Study at SMP
Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang)
Jovita Dwi Satyarini
Satyarini, Jovita Dwi. 2010. Acceleration Program Management at Integrated Excellent School (Multisite
Study at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang). Thesis. Departement of Educational
Management, Post-Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Prof. H. Ahmad
Sonhadji K.H., M.A., Ph.D., (II) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd.
Abstract
Education service in Indonesia tends to be mass classical oriented to quantity in order to serve
student as many as possible in same periode. In the other hand based on ability and intelligence aspect,
students are classified into three groups, under average, average, and above average. For student under
average, goverment has socialized remedial teaching service which needs longer time to finish the curriculum
subjects. While for students who have of ability and intelligence above average have not got appropriate
education. The need for special education service is based on the juridical basic on describing paragraph 5
article 4 Law no 20/2003 on the National Education System: “The citizen who has potency of special
intelligence and skill has the right to obtain special education.” The special education determined by
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah is acceleration program.
The aims of this study are describing: (1) preparation of the acceleration program implementation at
SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; (2) mechanism of acceleration program implementation at SMP
Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; (3) the strategy of determining input of acceleration program at SMP
Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; (4) the curriculum and learning of the acceleration program at SMP
Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; (5) the strategy of determining acceleration program output at SMP
Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; (6) the mechanism of development acceleration program at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang; (7) monitoring mechanism of acceleration program at SMP Negeri 1
and SMA Negeri 2 Lumajang; and (8) acceleration program evaluation at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2
Lumajang. Qualitative approach with multisite study design is applied in this research. The study is
emphasized on how acceleration program management at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang is.
The data collection tehniques used are: (1) deep-interview, (2) paticipant observation, and (3) documentation
study. Futher, the data analysis of the reserach is conducted during and after the data collecting and until the
completion of the report. The data analysis consists of three simultaneous activity stages i.e data reduction,
data presentation, and conclusion.
The finding of the research at SMP Negeri 1 and SMA Negeri 2 Lumajang covers: (1) the
implementation preparation consists of: (a) socialiszation to all teachers, (b) setting up the special commitee,
(c) conducting comparative study, (d) socialiszation to students’ parents, (e) selecting the teachers, and (f)
arranging the implementation proposal; (2) the implementation mechanism that covers: (a) sending
application proposal to Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Pendidikan Provinsi, and Dirjen Dikdasmen c.q.
Ditjen PLB Jakarta, (b) Dinas Pendidikan Kabupaten conduct observation and supervision, (c) Dinas
Pendidikan Kabupaten sends recommendation to Dinas Pendidikan Provinsi, (d) observation by Dinas
Pendidikan Provinsi, and (e) Dinas Provinsi issues the Letter of Decree; (3) the strategy of input
determination through the following stages: (a) arranging the admission announcement of new students, (c)
promoting the program to students’ parents, (d) appointing psychology institution to conduct the psychological test, (e) determining the students accelerated based on the psychological test, (f) arranging agreement
with parents and students, and (g) students get certificate of students’ health from the physicians or doctors;
(4) the curriculum and learning covers: (a) implementing national curriculum and local-based subjects, (b)
arranging the curriculum which has differentiation in content, learning and teaching strategy, facility use, and
learning result, and (c) arranging the academic calendar; (5) the strategy of output determination that covers:
(a) the assesment of learning, (b) determining the Minimum Mastery Criteria, (c) following the remedial
program when the requirements are not achieved, (d) sending back to reguler program when the requirements
are not achieved, (e) the academic report is given two months ahead of the regular program, (g) passing the
examination when the graduation requirements are fulfilled; (6) the development mechanism that comprises:
(a) the development is guided by the nationally, provincially, and regently-leveled advisors, (b) the schedule
of each advisors are not same; (7) monitoring mechanism includes: (a) guided by Dirjen Dikdasmen c.q.
Ditjen PLB, Dinas Pendidikan Provinsi (subdinas PLB), and Dinas Pendidikan Kabupaten, (b) it is conducted
twice a year, (c) the monitoring instrument is in the form of portofolio (d) sending the report of
Program Studi S2 MPD 61
implementation to Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Pendidikan Provinsi, and Dirjen Dikdasmen (Ditjen
PLB) every year.
Based on the finding, it can be concluded that: (1) implementation preparation of the acceleration
program is one of the activities which involves the whole school individuals, (2) the mechanism of the
acceleration program implementation covers the activities of formulating and sending the request proposal to
Dinas Pendidikan Kabupaten which then recommended to Dinas Pendidikan Provinsi followed by the
research and evaluation to the proposal. If the proposal fulfills the criterion stated, Dinas Pendidikan will
issue the Letter of Decree, (3) input determination strategy of the acceleration program follows the “Three
Ring Conception” by Renzulli. Test implementation is done by certified psychology institution and recommended by Dirjen Dikdasmen, (4) curriculum and learning applied on acceleration program is national
curriculum and locally-based subject. Curriculum used is differentiated one. The academic calendar of the
acceleration program consists of four months effective day on each semester, (5) the output determination
strategy is done through various tests. Remidial program must be attended by students if they can’t achieve
MMC and must be sent back to regular program if they can not follow learning activity in acceleration
program. The students are graduated from the education program if they meet the criterion of the school
graduation, (6) the mechanism of development covers central, provincial, and regency advisor; (7)
monitoring is conducted gradually by Dirjen Dikdasmen c.q. Ditjen PLB, Dinas Pendidikan Provinsi (subdin
PLB), and Dinas Pendidikan Kabupaten; (8) implementing evaluation program every year
Keywords: management, acceleration program, Integrated Excellent School.
Download