1 MAKALAH KOLOKIUM Nama Pemrasaran/NIM Departemen Pembahas Dosen Pembimbing/NIP Judul Rencana Penelitian Tanggal dan Waktu : : : : : Nafiah Kurniasih/I34110031 Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, MSc. Agr / 19630914 199003 1 002 Analisis Strategi dan Resiliensi Nafkah Rumahtangga Penenun di Lombok Tengah (Kasus Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut dan Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat) : - I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang luas, didominasi oleh laut dan pulau-pulau seluas 1.910.931,32 km2 yang tersebar dalam 17.504 pulau (BPS, 2012). Luas wilayah tersebut dibarengi dengan jumlah penduduk Indonesia yang tersebar diberbagai pulau sejumlah 237.641.326 jiwa (BPS, 2010), dan jumlah penduduk Indonesia semakin lama semakin bertambah sesuai dengan pergerakan jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia adalah 206.264.595 (BPS, 2010) dan meningkat sangat pesat dalam kurun waktu 10 tahun. Jumlah penduduk tersebut syarat dengan kebutuhan hidup manusia, baik dalam bentuk sandang, pangan, dan papan yang harus dipenuhi oleh setiap individu manusia yang tidak dapat dipenuhinya sendiri. Manusia yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri memerlukan sumberdaya sebagai pemasok kebutuhan hidupnya, baik dalam bentuk material maupun non-material. Sumberdaya tersebut dapat berupa financial capital, physical capital, natural capital, human capital, dan social capital (Ellis F dan Freeman H A, 2005), yang kesemuanya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari tatanan hidup manusia yang butuh hidup, butuh makan, dan butuh bersosialisasi karena manusia merupakan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan yang merupakan hasil dari kebiasaan hidup bermasyarakat. Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki banyak budaya, yang kesemuanya diatur oleh nilai-nilai dan norma yang berbeda-beda Hasil kebudayaan yang menjadi icon negara Indonesia salah satunya adalah tenun. Beberapa daerah di Indonesia memiliki kerajinan tenun sebagai bentuk kebudayaan mereka. Tradisi menenun sendiri sudah sangat lama ada di Indonesia, diberbagai daerahpun kedatangan dan keberadaannya berbeda-beda, begitu pula dengan bentuk dan karakteristik tenun yang dihasilkan, karena dipengaruhi oleh letak geografis dan budaya yang berbeda. Tradisi menenun biasanya dilakukan oleh rumahtangga, yang kebanyakan dilakukan oleh wanita. Menenun dapat juga diklasifikasikan sebagai simpanan barang berharga, aset bagi rumahtangga penenun yang merupakan strategi yang digunakan rumahtangga penenun untuk bertahan hidup. Penenun merupakan bagian dari rumahtangga pedesaan yang sumber nafkah utamanya dari pertanian. Ellis (2000) menggolngkan sumber nafkah tersebut kedalam onfarm, off-farm, dan non-farm. Kegiatan on-farm berkaitan dengan sumber nafkah yang diperoleh dari kegiatan pertanian pada lahan sendiri. Kegiatan off-farm berkaitan dengan sumber nafkah yang diperoleh dari kegiatan pertanian dari lahan milik orang lain atau sewa. Sedangkan kegiatan non-faram berkaitan dengan sumber nafkah di luar kegiatan pertanian. Kesemuanya merupakan struktur nafkah yang biasanya dimiliki oleh rumahtangga pedesaan, dalam proposal ini lebih dikerucutkan menjadi rumahtangga penenun. Telah menjadi fakta bahwa rumahtangga pedesaan tidak hanya mengandalkan sumber nafkah tunggal pertanian saja. Dengan menyempitnya penguasaan tanah pertanian, maka terjadi transformasi struktur penghidupan rumahtangga pedesaan. Sumber-sumber nafkah sektor non-pertanian menggantikan sektor pertanian, termasuk industri kecil. Industri kecil (tenun) menentukan tingkat kesejahteraan sosial-ekonomi rumahtangga pedesaan melalui berbagai cara. Menenun merupakan salah satu strategi yang dilakukan rumahtangga pedesaan untuk bertahan pada masa krisi, yaitu pada saat tidak ada pekerjaan disawah, 2 namun ketika musim panen datang, pekerjaan menenun ditinggalkan dan para penenun lebih memilih ikut dalam proses panen tersebut. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syukur (2013) mengenai sistem ekonomi lokal masyarakat penenun Wajo, kegiatan tenun merupakan bentuk diversifikasi mata pencaharian yang bisa berfungsi sebagai katub pengaman dalam ekonomi keluarga. Bagi kalangan penenun gedogan, menenun merupakan kegiatan sampingan untuk mengisi waktu luang yang hasilnya dapat membantu ekonomi keluarga. Kegiatan menenun ditinggalkan pada saat panen padi di sawah dan para penenun lebih memilih bekerja di sawah. Demikian pula pada saat ada tetangga atau kerabat yang melaksanakan hajatan, maka penenun gedogan lebih memilih meninggalkan kegiatan tenunnya dan bergabung membantu tetangga atau kerabat yang melaksanakan hajatan tersebut. hasil penjualan kain tenun tersebut terserap untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga sehingga kegiatan menenun lebih mencerminkan kegiatan ekonomi yang bersifat subsistem. Adapun Syukur (2013) memaparkan sumberdaya kaitanya dengan rumahtangga penenun gedogan yaitu, modal alam berupa tanah, kayu untuk membuat alat. Modal fisik adalah rumah, peralatan tenun gedogan dan benang. Modal finansial adalah berupa uang hasil penjualan kain tenun hasil buatan sendiri yang dibelikan benang dan bahan menenun lainnya. Modal manusia adalah sumber daya manusia yang memiliki keterampilan menenun dan serta tenaga kerja keluarga (istri atau anak perempuan). Modal sosial adalah jaringan penjualan kain tenun, dan penjual benang, seperti pendistribusian kain kepada butik-butik tertentu, dll. Penggunaan lima sumber nafkah yang telah disebutkan di atas akan berpengaruh terhadap tingkat resiliensi rumahtangga penenun. Konsep resiliensi sosial diperkenalkan oleh Jansen (2007) dalam Cote (2012) sebagai kemampuan kelompok atau masyarakat untuk mengatasi tekanan eksternal dan gangguan sebagai akibat dari perubahan sosial, politik, dan lingkungan. Resiliensi dapat dipahami sebagai kemampuan adaptasi seseorang dalam menghadapi guncangan atau perubahan lingkungan sosial-ekologi. 1.2. PERUMUSAN MASALAH Kemiskinan masih menjadi salah satu permasalahan yang mengancam bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2013 sebesar 28,55 juta jiwa yang berarti sebanyak 11,47 persen penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan, dan dari total jumlah penduduk miskin tersebut, sebesar 17,92 juta jiwa adalah penduduk miskin yang berada dipedesaan (BPS, 2013). BAPPENAS (2007) mendefinisikan kemiskinan sebagai masalah yang multidimensi, karena berkaitan dengan ketidakmampuan akses secara ekonomi, sosial, budaya, politik dan partisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan juga memiliki arti yang lebih luas dari sekadar kurangnya pendapatan atau konsumsi seseorang dibandingkan dengan standar kemiskinan yang telah ditentukan. Tetapi kemiskinan memiliki arti yang lebih dalam karena berkaitan dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek diluar pendapatan (non-income factors) yaitu akses kebutuhan minimum seperti kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi. Mengacu pada Dharmawan (2001) bahwa sumber nafkah rumahtangga sangat beragam (multiple sourece of livelihood) karena rumahtangga tidak tergantung hanya pada satu unit pekerjaan tertentu dalam jangka waktu tertentu dan tidak ada satu sumber nafkah yang dapat memenuhi semua kebutuhan rumahtangga. Sumberdaya mengacu kepada semua hal yang dapat dimanfaatkan atau tidak oleh rumah tangga, aset juga mengacu kepada semua hal yang dapat dimanfaatkan oleh rumahtangga. Rumahtangga pedesaan di Indonesia kebanyakan masih memegang teguh budayanya, begitu pula dengan rumahtangga penenun di Dusun Sade, Desa Rembitan, Kec. Pujut dan Desa Sukarara, Kec. Jonggat, Kab. Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kedua desa tersebut masih memegang teguh budaya menenun yang awal mula keberadaannya tidak dapat dipastikan. Budaya menenun sendiri merupakan bentuk diversifikasi mata pencaharian yang bisa berfungsi sebagai katub pengaman dalam ekonomi keluarga. Terutama pada rumahtangga pedesaan yang menjadikan pertanian sebagai sumber pendapatan utama. Kondisi pertanian yang tidak selalu menguntungkan dan keberhasilannya diterntukan oleh banyak faktor, yang salah satunya adalah faktor cuaca menjadikan pendapatan dari sektor ini tidak selalu baik. Oleh karena itu dibutuhkan sumber dan strategi nafkah lain yang dapat menunjang ketidakpastian hasil dari sektor pertanian. 3 Merujuk pada perumusan masalah tersebut, maka bentuk-bentuk alternatif yang biasa dilakukan oleh rumahtangga penenun dalam menghadapi kondisi rentan, menarik untuk dibahas. Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk struktur dan strategi nafkah rumahtangga penenun? 2. Bagaimana tingkat resiliensi nafkah rumahtangga penenun? 3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tingkat resiliensi nafkah rumahtangga penenun? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Menganalisis bentuk struktur dan strategi nafkah rumahtangga penenun 2. Menganalisis tingkat resiliensi nafkah rumahtangga penenun 3. Menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat resiliensi nafkah rumahtangga penenun 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi proses pembelajaran dalam memahami fenomena sosial di lapangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan literatur mengenai topik yang terkait. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi rumahtangga penenun, serta memaparkan berbagai sumber nafkah dan pemanfaatannya oleh rumahtangga penenun dalam bertahan hidup, sehingga menjadi referensi bagi rumahtangga lainnya untuk mengetahui seberapa besar kontribusi masing-masing modal nafkah. 3. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan menjadi suatu saran dalam memberikan informasi dan data untuk pembuatan kebijakan yang terkait dengan pertambangan khususnya di Kabupaten Lombok Tengah II. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Strategi Nafkah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi jika manusia hidup sendiri, dan untuk memenuhinya manusia membutuhkan strategi. Strategi nafkah merupakan aspek yang sangat dekat dengan kehidupan bermasyarakat. Kajian terkait strategi nafkah telah banyak dikemukakan oleh para ahli sejak tahun 1980an, dan banyak dipublikasikan sejak tahun 1990an. Adapun chamber dan conway (1991) menerangkan strategi nafkah yang didefinisikan sebagai: Livelihoods compromises the capabilities, assets (stores, resources, claim dan acces) and activities required for a means of living (Chamber and Conway, 1991) Unsur-unsur dalam strategi nafkah menutur Chamber dan Conway (1991) adalah kapabilitas, aset dan aktivitas. Chamber dan Conway (1991) menggambarkan keterhubungan antara kapabilitas, aset, dan aktivitas dalam sebuah siklus yang menjelaskan bahwa Kapabilitas menunjukkan kemampuan individu untuk menunjukkan potensi dirinya sebagai manusia dalam artian menjadi dan menjalankan. Kapabilitas menunjukkan serangkaian alternatif untuk melakukan yang bisa dilakukan dengan karakteristik ekonomi, sosial dan personal manusia. Aktifitas merujuk pada kegiatan yang menghasilkan pendapatan. Strategi nafkah tergantung dari seberapa besar aset yang dimiliki, kapabilitas individu dan aktivitas yang nyata dilakukan untuk memeuhi kebutuhan hidup. Chamber dan Conway (1991) menjelaskan bahwa tangible asset yang berbentuk simpanan dapat berupa makanan, atau sesuatu yang berharga berupa emas, perhiasan dan kain tenun, simpanan uang dibang untuk menghemat dan rencana pinjaman. Sumberdaya termasuk tanah, air, pohon, dan ternak, serta alat dan perlengkapan rumahtangga. Selain tangible asset terdapat pula dua intangible asset , yaitu klaim dan akses. Klaim merupakan permintaan dan permohonan (seruan) yang dapat dibuat untuk materi, moral atau kegiatan pendukung atau akses. Dan sertingkali terjadi ketika stres dan shock atau ketika kontingensi 4 muncul, yang dapat dilakukan oleh individu atau suatu agensi yang biasanya berlatarbelakang kombinasi hukum, teladan, konvensi sosial, kewajiban moral dan kekuasaan. Akses adalah peluang dalam kegiatan untuk menggunakan suberdaya, simpanan atau pelayanan atau mendapatkan informasi, materi, teknologi, pekerjaan, makanan atau pendapatan. Rumahtangga tidak selalu berisi ikatan darah. Rumahtangga bisa juga berarti sekelompok orang yang berbagi rumah atau tempat tinggal dan berbagi pendapatan atau seseorang yang tinggal sendiri, keluarga inti, keluarga batih, atau sekelompok orang yang tidak berhubungan (Marshal, 1994, dalam Dharmawan, 2001). Jadi rumahtangga bisa berarti ikatan darah ataupun hubungan tanpa dasar ikatan darah. Strategi nafkah dilakukan berdasarkan sumber-sumber nafkah yang dimiliki individu atau dan faktor-faktor di luar rumahtangga yang menentukan kemampuan rumahtangga dalam melakukan strategi nafkah. Merujuk pada pendapat Ellis (2000) tindakan yang dilakukan berkaitan dengan sumberdaya yang dimiliki atau tidak dapat dimiliki tetapi dapat diakses manfaatnya. Akses sumberdaya ditentukan oleh kemampuan rumahtangga dalam memperoleh dan memanfaatkan sumberdaya. Ellis (1998) yang membedakan strategi nafkah menjadi 3(tiga) yaitu pertama: berasal dari on-farm; merupakan strategi nafkah yang didasarkan dari sumber hasil pertanian dalam arti luas (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dll). Kedua: berasal dari off-farm, yaitu dapat berupa upah tenaga kerja pertanian, sistem bagi hasil (harvest share system), kontrak upah tenaga kerja non upah dan lain-lain. Ketiga: berasal dari non-farm, yaitu sumber pendapatan yang berasal dari luar kegiatan pertanian yang dibagi menjadi 5 yaitu: (1) upah tenaga kerja pedesaan bukan dari pertanian; (2) usaha sendiri di luar kegiatan pertanian, (3) pendapatan dari hak milik (misalnya: sewa), (4) kiriman dari buruh migran yang pergi ke kota; dan (5) kiriman dari buruh migran yang pergi ke luar negeri. Namun, pada kenyataanya klasifikasi tersebut hanya dibagi menjadi dua yaitu dari sector pertanian (on-farm dan off-farm) dan sector non pertanian (non-farm). Pilihan strategi nafkah sangat ditentukan oleh kesediaan akan sumberdaya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah rumahtangga yang sangat beragam (multipe source of livelihood), karena jika rumahtangga tergantung hanya pada satu pekerjaan dan satu sumber nafkah, tidak dapat memenuhi semua kebutuhan rumahtangga. Adapun sumber nafkah menurut Scoones (1998) yang dapat dilihat pada Gambar 2 memiliki beberapa kategori, yaitu: 1. Modal alam - persediaan sumber daya alam (tanah, air, udara, sumber daya genetik dll) dan jasa lingkungan (siklus hidrologi, dll) dimana mengalir sumber daya dan layanan yang bermanfaat bagi kehidupan didapat. 2. Modal Ekonomi – berupa modal awal (tunai, credit/debt, saving, dan aset ekonmi lain, termasuk infrastruktur dan alat produksi dan teknologi) yang penting dalam melakukan strategi nafkah. 3. Modal manusia - keterampilan, pengetahuan, kemampuan kerja dan kesehatan yang baik dan kemampuan fisik yang penting untuk mengejar keberhasilan strategi penghidupan yang berbeda. 4. Modal sosial - sumber daya sosial (jaringan, klaim sosial, hubungan sosial, afiliasi, asosiasi) di mana orang-orang menarik ketika mengejar strategi penghidupan yang berbeda memerlukan tindakan terkoordinasi Tidak jauh berbeda dengan Scoones, Ellis (2000) dalam pendekatan sumber nafkah, mengkategorikan sumber daya yang disebut sebagai 'aset' atau 'modal' kedalam lima modal, yaitu: 1. Modal Alam (Natural Capital). Modal alam meliputi tanah/lahan, air dan sumberdaya biologis yang dimanfaatkan oleh orang untuk melangsungkan kehidupan. Modal alam akan berambah atau meningkat bila dikendalikan manusia sama seperti pada zaman pertanian menetap (Scoones, 1998). 2. Modal Fisik (Physical Capital). Modal fisik terdiri dari modal yang dibuat dari proses produksi ekonomi terdiri dari gedung, saluran irigasi, jalan, peralatan/alat bantu (tools), mesin, dan sebagainya. Modal fisik juga dapat disubtitusi oleh modal alam seperti keseluruhan proses teknologi yang berpasangan dengan industralisasi dan urbanisasi. 5 Aset fisik mampu memfasilitasi diversifikasi nafkah berupa infrastruktur seperti jalan, saluran listrik, persediaan air. 3. Modal Manusia (Human Capital). Modal ini merupakan aset utama yang dimiliki golongan miskin yaitu tenaga kerja mereka sendiri. Modal manusia berarti tenaga kerja yang tersedia dalam rumah tangga seperti pendidikan, keterampilan, dan kesehatan (Carney , 1998 dalam Ellis, 2000). Perubahan komposisi modal manusia disebabkan oleh demografi (kelahiran, kematian, perkawinan, anak yang semakin tua) dan restukturisasi karena kejadian yang tak terduga (perceraian) atau tekanan dari luar (Moser, 1998 dalam Ellis, 2000). Badan pusat statistik mengatakan pendidikan terakhir adalah pendidikan tamatan terakhir seseorang. 4. Modal Finansial dan subtitusi (Financial Capital and Substitutes). Modal finansial artinya persediaan uang rumah tangga yang memiliki akses. Modal finansial ini terutama tabungan dan akses kredit pinjaman. Modal finansial dapat juga berupa hutang untuk dialihkan ke modal lain dan langsung dikonsumsi. 5. Modal Sosial (Social Capital). Modal sosial merupakan gabungan komunitas yang memberi keuntungan pada individual atau rumah tangga (Ellis, 2000). Swift (1998) dalam Ellis (2000) mengatakan modal sosial dibangun dari jaringan askriptif dan elektif antar individu, mungkin wewenang hubungan vertikal atau horizontal sebagai organisasi sukarela berlandaskan kepercayaan (trust) dan harapan yang bergerak dalam jaringan. Contoh hubungan vertikal yaitu patron, pemimpin, politikus yang bertemu saat terjadi krisis. Hubungan horizotal seperti kelompok sosial asosiasi, club, agensi sukarela yang bersama-sama mengejar kepentingan bersama. Kelima modal ini perlu untuk dikelola secara berkelanjutan, agar faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan, interaksi antara faktor, serta keberlanjutan untuk menyambung hidup. Rumahtangga petani tidak bertanah (miskin) umunnya menerapkan strategi bertahan hidup (survival strategi). Bentuk Strategi Nafkah Sesuai dengan analisis kerangka kerja nafkah berkelanjutan oleh Scoones (1998). Terdapat tiga Bentuk Strategi Nafkah, yaitu: 1. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi); 2. Pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara pekerjaan lain selain pertanian untuk meningkatkan pendapatan atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja, selain pertanian, dan memperoleh pendapatan; dan 3. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan tambahan. Konsep Resiliensi Konsep resiliensi sosial diperkenalkan oleh Jansen (2007) dalam Cote (2012) sebagai kemampuan kelompok atau masyarakat untuk mengatasi tekanan eksternal dan gangguan sebagai akibat dari perubahan sosial, politik, dan lingkungan. Menurut Cote (2012) Permasalahan dalam mendefinisikan konsep resiliensi dalam sistem sosial-lingkungan adalah keterbatasan menganalisis trade-off dan keputusan manajemen aspek tata kelola dalam bingkai sempit model prioritas sosial dan lingkungan. Berdasarkan pendapat Cote dan Nightingale (2012) yang menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada lingkungan memberikan konsekuensi dalam sistem sosial-lingkungan. Salah satu konsep yang cukup populer yang digunakan dalam menggambarkan ketahanan manusia dalam menghadapi perubahan dalam lingkungannya yaitu konsep resiliensi. Pembahasan mengenai konsep bertahan belum menjelaskan konteks sosio-kultural yang mendasari heterogenitas pada dinamika sosiol-kultural yang berbeda. Konsep resiliensi sosial diperkenalkan oleh Jansen (2007) sebagai kemampuan kelompok atau masyarakat untuk mengatasi tekanan eksternal dan gangguan sebagai akibat dari perubahan sosial, politik, dan lingkungan. Selain itu, Palmer (1997) dalam Praptiwi (2009) mendeskrispsikan empat tipe resiliensi, yaitu: 6 1. Anomic survival; orang atau keluarga yang dapat bertahan dari gangguan 2. Regenerative resilience; dapat melengkapi usaha untuk mengembangkan kompetensi dari mekanisme coping 3. Adaptive resilience; periode yang relatif berlanjut dari pelaksanaan dan strategi coping 4. Flourishing resilience; penerapan yang luas dari perilaku dan strategi coping Michalski & Watson dalam Praptiwi (2009) memaparkan berbagai karakteristik rumahtangga yang memiliki resiliensi, yakni: 1. Kompeten dalam menyelesaikan masalah dan kemampuan dalam mengambil keputusan 2. Adanya pembagian tugas dalam rumahtangga 3. Fleksibilitas dan kemampuan adaptasi untuk mencapai tujuan 4. Kemampuan komunikasi yang baik 5. Mempunyai hubungan yang konsisten dengan sesama. 2.2. KERANGKA PEMIKIRAN Rumahtangga penenun memiliki beragam strategi nafkah yaitu on-farm, off-farm, dan khususnya non-farm. Menenun merupakan salah satu bentuk strategi nafkah, terutama strategi nafkah berupa diversifikasi mata pencaharian. Dalam melakukan strategi nafkah rumahtangga memiliki lima modal yaitu modal alam, modal fisik, modal manusia, modal sosial, dan mosal finansial. Bentuk strategi nafkah dan kelima modal tersebut akan mempengaruhi tingkat resiliensi atau ketahanan rumahtangga dalam menghadapi guncangan atau perubahan sosial-ekologi. Gambar 4. Kerangka Pemikiran Sumber Nafkah (X) menurut Ellis dan Freeman (2005): Rumahtangga Penenun Modal Alam (X1): - Luas kepemilikan lahan (X1.1) Struktur Nafkah menurut Ellis (1998): - Strategi on-farm - Strategi off-farm - Strategi non-farm Bentuk Strategi Nafkah menurut Scoones (1998): - Rekayasa sumber nafkah pertanian - Pola nafkah ganda (diversifikasi) - Rekayasa spasial (migrasi) Tingkat Resiliensi (Y): 1. Kecepatan Pulih dari Shock (Y1) 2. Banyaknya pilihan sumber nafkah (Y2) Modal Finansial (X2): - Tingkat Pendapatan dari sektor farm (X2.1) - Tingkat Pendapatan dari sektor off-farm (X2.2) - Tingkat Pendapatan dari sektor non-farm (X2.3) - Jumlah tabungan (X2.4) - Jumlah Pinjaman (X2.5) Modal Fisik (X3) : - Tingkat investasi barang (X3.1) - Tingkat akses terhadap sarana dan prasarana yang mendukung (X3.2) Modal Sosial (X4): - Tingkat partisipasi terhadap lembaga sosial (X4.1) - Jaringan sosial rumahtangga penenun (X4.2) Modal Manusia (X5): - Tingkat alokasi tenaga kerja (X5.1) - Tingkat lama waktu bersekolah (X5.2) - Penguasaan Keterampilan di Luar Pertanian (x5.3) Keterangan: : Melingkupi : Mempengaruhi : Bentuk strategi nafkah 2.3. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka tingkat resiliensi rumah tangga penenun dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = ΣY1 + Y2 Y = f (ΣXn) atau Y = f (X1 +X2 + X3 + X3 + X4 + X5) Sumber Nafkah (X): X1 = (X1.1) X2 = (X2.1) + (X2.2) + (X2.3) + (X2.4) + (X2.5) 7 X3 X4 X5 = = = (X3.1) + (X3.2) (X4.1) + (X4.2) (X5.1) + (X5.2) + (X5.3) Sehingga Y1 + Y2 = f (((X1.1)) + ((X2.1) + (X2.2) + (X2.3) + (X2.4) + (X2.5)) + ((X3.1) + (X3.2)) + ((X4.1) + (X4.2)) + ((X5.1) + (X5.2) + (X5.3))) Keterangan : Y : Variabel terpengaruh X : Variabel pengaruh Hipotesis penelitian ini yaitu: Diduga terdapat hubungan antara tingkat pemanfaatan sumber nafkah yang terdiri dari modal manusia, alam, fisik, finansial dan sosial yang dilakukan rumahtangga terhadap tingkat resiliensi rumahtangga penenun Y = f (Xn) dengan rincian sebagai berikut: 1. Diduga terdapat hubungan antara tingkat pemanfaatan modal alam terhadap tingkat resiliensi rumahtangga penenun, Yn = f (X1.1) 2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat pemanfaatan modal sosial terhadap tingkat resiliensi rumahtangga penenun Yn = f (X2.1, X2.2, X2.3, X2.4, X2.5) 3. Diduga terdapat hubungan antara tingkat pemanfaatan modal manusia terhadap tingkat resiliensi rumahtangga penenun Yn = f (X3.1, X3.2) 4. Diduga terdapat hubungan antara tingkat pemanfaatan modal fisik terhadap tingkat resiliensi rumahtangga penenun Yn = f (X4.1, X4.2) 5. Diduga terdapat hubungan antara tingkat pemanfaatan modal finansial terhadap tingkat resiliensi rumahtangga penenun Yn = f (X5.1, X5.2, X5.3) 2.4. DEFINISI OPERASIONAL No Nama Variabel (1) (2) Variabel Terpengaruh Definisi Operasional (3) Lamanya waktu yang dibutuhkan rumahtangga penenun untuk pulih ke keadaan stabil setelah menghadapi perubahan dalam lingkungannya. Tingkat 1 Resiliensi Jenis dan jumlah berbagai (Y) alternatif cara yang dilakukan Banyaknya rumahtangga penenun dalam pilihan sumber menyesuaikan diri ketika nafkah (Y2) menghadapi perubahan dalam lingkungannya. Variabel Pengaruh Skala / Kategori (4) Ket. (5) Penggolongan kategori akan disesuaikan dengan data di lapang (emik). Jenis data ordinal Kecepatan Pulih dari Shock (Y1) 1 Modal Alam (X1) 2 3 4 Modal Finansial (X2) - Ordinal 1. Luas lahan rendah jika ≤ x – ½ sd - Emik Besaran luas tanah produktif yang 2. Luas lahan sedang jika x – ½ sd < - Skala dimiliki rumahtangga penenun x < + ½ sd dalam 3. Luas lahan tinggi jika ≥ x + ½ sd m2 Tingkat 1. Pendapatan rendah jika ≤ x - ½ sd - Ordinal Jumlah uang yang diterima Pendapatan 2. Pendapatan sedang jika x – ½ sd - Emik rumahtangga penenun dari sektor dari sektor on< x < + ½ sd - Skala pertanian dalam arti luas. farm (X2.1) 3. Pendapatan tinggi jika ≥ x + ½ sd rupiah Jumlah uang yang diterima Tingkat rumahtangga penenun dari upah 1. Pendapatan rendah jika ≤ x - ½ sd - Ordinal Pendapatan tenaga kerja pertanian, sistem 2. Pendapatan sedang jika x – ½ sd - Emik dari sektor off- bagi hasil (harvest share system), < x < + ½ sd - Skala farm (X2.2) kontrak upah tenaga kerja non 3. Pendapatan tinggi jika ≥ x + ½ sd rupiah upah dll. Tingkat Jumlah uang yang diterima 1. Pendapatan rendah jika ≤ x - ½ sd - Ordinal Pendapatan rumahtangga penenun dari luar 2. Pendapatan sedang jika x – ½ sd - Emik dari sektor kegiatan pertanian < x < + ½ sd - Skala Luas kepemilikan lahan (X1.1) 8 6 7 Modal Fisik (X3) 8 9 Modal Sosial (X4) 10 11 Modal Manusia (X5) 13 3. Pendapatan tinggi jika ≥ x + ½ sd rupiah Jumlah uang yang dikumpulkan, untuk pemulihan dan pembangunan kembali mata pencaharian Jumlah uang yang dipinjam oleh Jumlah anggota rumahtangga pada Pinjaman lembaga maupun kerabat, untuk (X2.5) menjaga kestabilan kehiduopan Jumlah dan nilai barang yang dimiliki rumahtangga penenun, Tingkat yang dapat ditukarkan dengan investasi uang, seperti alat transportasi, barang (X3.1) alat tenun, rumah, tanah, ternak, dll Tingkat akses Kemampuan rumahtangga terhadap penenun untuk mendapatkan sarana dan fasilitas diversifikasi nafkah prasarana berupa infrastruktur seperti yang gedung, saluran irigasi, jalan, peralatan/alat bantu (tools), mendukung (X3.2) mesin, dan sebagainya. 1. Tabungan rendah jika ≤ x - ½ sd 2. Tabungan sedang jika x – ½ sd < x < + ½ sd 3. Tabungan tinggi jika ≥ x + ½ sd 1. Pinjaman tinggi jika ≥ x + ½ sd 2. Pinjaman sedang jika x – ½ sd < x < + ½ sd 3. Pinjaman rendah jika ≤ x - ½ sd 1. Nilai investasi rendah jika ≤ x - ½ sd 2. Nilai investasi sedang jika x – ½ sd < x < + ½ sd 3. Nilai investasi tinggi jika ≥ x + ½ sd - Ordinal - Emik - Skala rupiah - Ordinal - Emik - Skala rupiah Tabungan (X2.4) 5 12 non-farm (X2.3) - Ordinal - Emik - Skala rupiah 1. Tingkat akses rendah jika total skor ≤ x - ½ sd - Ordina 2. Tingkat akses sedang jika total l skor x – ½ sd < x < + ½ sd - Emik 3. Tingkat akses tinggi jika total skor ≥ x + ½ sd 1. Rendah, jika tidak dapat berpartisipasi dan tidak mendapatkan manfaat dari Tingkat kemampuan dan kesempatan lembaga sosial partisipasi anggota rumahtangga penenun 2. Sedang, jika tidak berpartisipasi terhadap untuk berpartisipasi dan namun mendapat manfaat dari lembaga memeroleh manfaat dalam lembaga sosial sosial (X4.1) sebuah ikatan lembaga sosial 3. Tinggi, jika dapat berpartisipasi dan memeroleh manfaat dari lembaga sosial 1. Rendah, jika tidak dapat berpartisipasi dan tidak Hubungan-hubungan yang terjalin mendapatkan manfaat dari Kekuatan antara sesama masyarakat. jaringan sosial jaringan sosial Dilihat dari aspek hubungan 2. Sedang, jika tidak berpartisipasi rumahtangga pertetanggaan, pertemanan, namun mendapat manfaat dari penenun (X4.2) kerja, maupun hubungan dengan jaringan sosial pemangku desa. 3. Tinggi, jika dapat berpartisipasi dan memeroleh manfaat dari jaringan sosial 1. Rendah, jika hanya satu anggota keluarga dengan usia kerja bekerja Tingkat Jumlah anggota rumahtangga 2. Sedang, jika setengah dari jumlah alokasi tenaga penenun yang mencari nafkah anggota keluarga dengan usia kerja (X5.1) (bekerja) kerja bekerja 3. Tinggi, jika seluruh anggota keluarga dengan usia kerja bekerja 1. Lama sekolah rendah, jika ≤ x - ½ Tingkat lama Jumlah tahun yang dihabiskan sd waktu oleh anggota keluarga untuk 2. Lama sekolah sedang, jika x – ½ bersekolah mendapatkan pendidikan di sd < x < + ½ sd (X5.2) sekolah formal 3. Lama sekolah tinggi, jika ≥ x + ½ sd Penguasaan Jenis keterampilan diluar 1. Rendah, jika tidak ada satupun Keterampilan keterampilan sektor pertanian keterampilan yang dimiliki di Luar yang dikuasai oleh anggota 2. Sedang, jika memiliki satu atau - ordinal - Ordinal - Usia kerja 15-64 tahun - Ordinal - Emik - skala tahun - Ordinal - Emik 9 Pertanian (x5.3) rumahtangga, untuk menunjang sumber nafkahnya. lebih keterampilan namun tidak memberikan manfaat (tidak menambah penghasilan) 3. Tinggi, jika memiliki keterampilan lebih dari satu dan memberikan manfaat III. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. LOKASI DAN WAKTU Penelitian ini dilakukan di dua desa, yaitu, Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Penelitian ini dilakukan di dua desa, yaitu, Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Dan Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (Singarimbun, 2006) dengan mempertimbangkan kondisi kerajinan tenun yang masih berjalan dan berkembang didaerah tersebut. Selain itu, Dusun Sade, Desa Rembitan dan Desa Sukarara merupakan daerah destinasi wisata tenun, dan masyarakatnya masih melestarikan kerajinan tersebut Penelitian dilaksanakan dalam waktu enam bulan (Tabel 2). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Tabel 2. Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2014-2015 Bln 1 Bln 2 Bln 3 Bln 4 Bln 5 Bln 6 Kegiatan 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Pengambilan Data Lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi 3.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Metode penelitian yang digunakan untuk menggali fakta, data, dan informasi dalam Metode penelitian yang digunakan untuk menggali fakta, data, dan informasi dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui survei yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat penggumpul data. Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam. Metode lain yang digunakan adalah melalui observasi lapang di lokasi penelitian guna melihat fenomena aktual yang terjadi dan juga mengkaji dokumen yang ada seperti data monografi desa. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh rumahtangga penenun di Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut dan Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada pendekatan kuantitatif responden dipilih untuk menjadi target survey. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumahtangga. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik pengambilan sampel random sederhana (Simple Random Sampling). Jumlah sampel yang akan dijadikan responden di setiap daerah berjumlah tiga puluh rumahtangga. Jumlah ini dirasa cukup untuk memenuhi reliabilitas dan validitas data yang dihasilkan. Lebih lanjut tentang pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Metode Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan Kuesioner Karakteristik responden Strategi nafkah rumahtangga penenun Taraf hidup rumahtangga penenun Sumber nafkah rumahtangga 10 Wawancara Mendalam Observasi Lapang Analisis Dokumen Tingkat resiliensi rumahtangga penenun Penggunaan sumber nafkah Bentuk resiliensi rumahtangga penenun Aktivitas yang dilakukan rumahtangga penenun Gambaran umum desa melaui data monografi 3.3. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Unit analisis penelitian ini adalah rumahtangga. Teknik pengolahan dan analisis data. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul dilakukan reduksi data, yakni pemilihan, pemusatan perhatian, serta penyederhanaan terhadap data sehingga menjawab tujuan penelitian. Data yang diperoleh melalui kuesioner diolah dengan menggunakan microsoft excel 2010 sebelum dimasukan ke perangkat lunak spss for windows versi 20 untuk mempermudah pengolahan data. Uji statistik yang digunakan yakni uji regresi untuk melihat hubungan antara variabel yang akan diuji. Data kualitatif dari wawancara mendalam dan observasi disajikan secara deskriptif untuk mendukung dan memperkuat analisis kuantitatif. Gabungan dari data kuantitatif dan kualitatif diolah dan dianalisis untuk disajikan dalam bentuk tabulasi silang, teks naratif, matriks, bagan dan gambar. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian DAFTAR PUSTAKA BAPPENAS. 2007. Pemantauan dan Evaluasi Program-Program Penanggulangan Kemiskinan. [internet]. [dikutip pada 26/12/2014]. Dapat diunduh dari: http://www.bappenas.go.id/files/1113/5184/9209/mon ev-experience__2009 0217143243__1850__7.pdf BPS. 2010. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010. [internet]. [dikutip pada 18/11/2014]. Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php ?kat=1&tabel= 1&daftar=1&idsu byek=12&notab=1 BPS. 2012. Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Provinsi, 2002-2012. [internet]. [dikutip pada 18/11/2014]. Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&i d_subyek=153&no tab=1 BPS. 2013. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan, 19702013.[internet]. [dikutip pada 26/11/2014]. Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.ph p?kat=1&tabel=1&da ftar=1&id_su byek=23&notab=7 Chamber R, Conway. GR. 1991. Sustainable Rural Livelihoods: Practical Concepts for the 21st Century. [Discussion Paper]. IDS Agricultural and rural problems; food security; environment. 296. Institute of Development Studies; Paper; 296; Desember 1991. [internet]. Dapat diunduh dari: https://www.ids. ac.uk/fi les/Dp296.pdf Cote M, Nightingale AJ. 2012. Resilience thinking meets social theory: Situating social change in socioecological systems (SES) research. Progress in Human Gheography. 36(4): 475-489. [Internet]. [dikutip 24 April 2014]. Dapat diunduh dari: sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav Dharmawan AH. 2001. Farm Household Livelihood Strategies and Socio Economic Changes in Rural Indonesia. Wissenschaftsverlag Vauk Kiel KG. Kiel. [internet]. http://repository.ipb.ac.i d/handle/12345 6789/27926 Ellis F, Freeman HA. 2005. Rural Livelihoods and Poverty Reduction Policies. [Jurnal]. Routledge Studies in Development Economics. London dan New York. [Internet]. Dapat diunduh dari: http://www.amazon.com/ Livelihoods-Reduction-Routledge-Development-Economics/dp/0415341191 Ellis F. 1998. Household Strategies and Rural Livelihood Diversification. The Journal of Development Studies; Vol 35/1, pp. 1-38. Ellis F. 2000. Rural Livelihood and Diversity in Development Countries. New York (US): Oxford University Press. Pemkab Lombok Tengah. 2011. Pola Ruang Kabupaten Lombok Tengah. [internet]. [dikutip 28/12/2014]. Dapat diunduh dari: http://www.pen ataanruangntb.net/wp-content/uploads/2014/09/05.-Loteng-PolaRuang .jpg. Praptiwi N. 2009. Hubungan antar kelentingan keluarga, dukungan sosial, dan kesejahteraan keluarga di daerah rawan bencana. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Scoones I. 1998. Sustainable Rural Livelihoods (A Framework for Analysis). [Paper]. IDS Work Paper 72. [internet]. Dapat diunduh dari: https://www.staff.ncl.ac.uk/david.harvey/AEF80 6/Sconnes1998.pdf Singarimbun M. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta. Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia. Syukur M. 2013. Sistem Ekonomi Lokal Masyarakat Wajo: (Studi Kasus Pada Penenun Di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan). [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [Internet]. [Dikutip 18/11/2014]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/668 21/2013msy.p df?sequence=1 11 LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lombok Tengah PETA POLA RUANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH (Sumber; Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, NTB) 12 Lampiran 2. Kuesiner Nomor Responden Hari, Tanggal Survei Tanggal Entri Data KUESIONER ANALISIS STRATEGI DAN RESILIENSI NAFKAH RUMAHTANGGA PENENUN DI LOMBOK TENGAH (Kasus Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut dan Desa Sukarara, Kecamatan Jonggot, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat) Peneliti bernama Nafiah Kurniasih, merupakan mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan studi. Peneliti berharap Anda menjawab kuesioner ini dengan lengkap dan jujur. Identitas dan jawaban dijamin kerahasiaannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi. Terima kasih atas bantuan dan partisipasi Anda untuk menjawab kuesioner ini. I. Karakteristik Individu 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Alamat RT: RW: Dusun: 1. Kontrak 5. Status tinggal Pekerjaan Sampingan Penghasilan bulan tempat 2. Bangunan Sendiri 3. Menumpang 4. Lainnya : ......... 1. Membuka warung 2. Menjual Pulsa dan 3. Membuat kerajinan tangan per 4. Buruh bangunan 6. No 1 2 3 4 5 Anggota Rumahtangga Rp. Rp. Rp. Rp. 5. Buruh tani Rp. 6. Ojek Rp. 7. Buruh Angkut Rp. 8. Lainnya.... Rp. 9. Lainnya.... Rp. 10. Lainnya Rp. 1 2 II. Strategi Nafkah Bentuk strategi nafkah 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 13 6 7 8 9 10 Keterangan: Urutkan dari yang dianggap paling utama sampai paling akhir dengan menuliskan angka (1,2,3, dst.) pada kolom. Keterangan angka: 1 Bersawah 5 Pengerajin tenun 9 Buruh tani 13 Bantuan sosial 2 Berkebun 6 Berdagang 10 Berburu 14 PNS 3 Memancing 7 Supir 11 Menambang 15 Buruh migran 4 Berternak 8 Kuli bangunan 12 BLM 16 Lainnya.............. III. Taraf Hidup Knsumsi No Jenis Pengeluaran Biaya/hari Biaya/bulan Biaya/tahun 1 Beras 2 Ikan 3 Daging 4 Telur dan susu 5 Sayur-sayuran 6 Buah-buahan 7 Minyak dan lemak 8 Bumbu-bumbuan 9 Tembakau dan sirih 10 Makanan dan minuman jadi 11 Konsumsi lainnya : ………. Jumlah Non Knsumsi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Perumahan dan fasilitas rumah tangga Jasa Pendidikan Biaya kesehatan Pakaian, alas kaki, tutup kepala Barang tahan lama Pajak/asuransi Keperluan pesta upacara atau kegiatan sosial transportasi lainnya (rekreasi, urusan desa):…… Jumlah IV. Sumber Nafkah Modal Alam (X1) Luas kepemilikan lahan (X1.1) No 1 2 3 N o Bentuk Lahan Pekarangan Kebun Lahan produksi pertanian Sumber Penda patan Luas Lahan dalam m2 Modal Finansial (X2): Tingkat Pendapatan dari sektor on-farm (X2.1) (x Rp.1000) Waktu Panen Per Harga Penerimaan Pendapatan Tahun untuk satuan (waktu x Biaya Pengeluaran (Rp) (Rp) Musim (kg/kw/ton) (Rp/kg/ harga) bersih 14 I II III A B C kw/ton) (Rp) D E TK* F Biaya Produksi G Total H 1 2 3 4 5 6 7 8 Padi Palawija Sayuran Buah-buahan Peternakan Perikanan Kebun Ternak unggas Ternak ruminansia 9 kecil Ternak ruminansia 10 besar 11 tegalan Lainnya..... 12 Tingkat Pendapatan dari sektor off-farm (X2.2) N o 1 2 N o 1 Pertanyaan Jumlah Nilai dalam Rupiah Berapa nilai sewa yang anda terima dari menyewakan sawah? Berapa nilai perbandingan bagi hasil sawah yang anda terima baik sebagai buruh atau pemilik sawah? Tingkat Pendapatan dari sektor non-farm (X2.3) Pertanyaan Jumlah Nilai dalam Rupiah Berapa rata-rata jumlah tenun yang anda jual dalam sebulan? Berapa rata-rata penghasilan yang anda dapatkan dari berdagang 2 setiap bulan? Berapa penghasilan yang anda dapatkan dari sektor non-farm jasa 3 perbulan?** Berapa rata-rata jumlah hasil tambang yang anda dapatkan 4 perbulan? 5 Berapa rata-rata jumlah buruan yang anda dapat setiap bulan? Berapa rata-rata jumlah uang yang ditermi dari kiriman anggota 6 keluarga yang melakukan migrasi? Berapa nilai bantuan yang anda terima dari pemerintah setiap ada 7 bantuan turun dalam satu tahun?** Jumlah tabungan (X2.4) No Pertanyaan Ya = 2 Tidak = 1 Jumlah Nilai dalam Rupiah Apakah keluarga memiliki tabungan di 1 Bank/koperasi/lembaga setara? (jika ya lanjut ke no.2) Apakah jumlah tabungan di Bank lebih besar dari 2 pendapatan perbulan? Apakah keluarga memiliki tabungan di rumah? (jika ya 3 lanjut ke no.4) Apakah jumlah tabungan di rumah lebih besar dari 4 pendapatan perbulan? Apakah keluarga rutin menyisihkan uang untuk 5 tabungan? Jumlah Pinjaman (X2.5) No Pertanyaan Ya = 2 Tidak = 1 Jumlah Nilai dalam Rupiah Apakah keluarga memiliki pinjaman di 1 Bank/koperasi/lembaga setara? (jika ya lanjut ke no.2) 15 2 3 Apakah jumlah pinjaman di Bank/koperasi/lembaga setara lebih besar dari pendapatan perbulan? Ketika membutuhkan modal atau sedang memerlukan uang maka Anda akan meminjam uang kepada: a Saudara b Bank keliling c Bank d Lainnya…………………….. Alasan melakukan hal tersebut: Ketetangan: * Tenaga kerja yang diupah (Selain tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar) **Sektr non-farm jasa: 1 PNS 3 Supir 5 Kuli Bangunan 2 TNI 4 Ojeg 6 Buruh harian lepas 7 8 Modal Fisik (X3) : Tingkat Investasi Barang (X3.1) Jumlah Status* Keadaan** Polisi Lainnya............ No Jenis barang Nilai dalam Rupiah 1 Tanah 2 Bangunan 3 Alat elektronik: a. Televisi b. DVD c. Rice Cooker d. Kulkas e. Handphone f. Lainnya..... 4 Perhiasan (gram) 5 Kendaraan bermotor roda dua 6 Kendaraan bermotor roda empat 7 Mesin Tenun 8 Ternak unggas 9 Ternak ruminansia kecil 10 Ternak ruminansia besar 11 Lainnya........... Tingkat Akses Terhadap Sarana dan Prasarana yang Mendukung (X3.2) Sarana dan prasaran pendukung manakah yang paling mudah diakses? (pilih 5 dan urutkan sesuai dengan prioritas, Prioritas No Pertanyaa Alasan 1 2 3 4 5 1 Jalan Raya/Jalan utama/ jalan besar 2 Gedung untuk produksi 3 Saluran Irigasi 4 Alat tenun 5 Bahan baku tenun 6 Peralatan bertani 7 Informasi terkait tenun 8 Informasi terkait pertanian dalam arti luas*** 9 Listrik 10 Lainnya:....... Keterangan: *Status 1. Milik sendiri 2. Sewa 3. Pinjam 4. Gadai 5. Lainnya....... **Keadaan 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang ***Peranian dalam arti luas mecakup pertanian padi sawah, peternakan, perikanan, perkebunan, 16 produksi dari hutan, dll. Modal Sosial (X4): Tingkat Partisipasi Terhadap Lembaga Sosial (X4.1) No Pertanyaan Ya = 2 Tidak = 1 Alasan 1 Apakah Anda rutin mengikuti rapat di kantor desa? 2 Apakah Anda rutin mengikuti kegiatan yang diadakan aparat desa? 3 Apakah Anda rutin menghadiri acara yang diadakan oleh salah satu organisasi yang ada di desa? 4 Apakah Anda rutin menghadiri rapat pada kelompokkelompok di masyarakat? 5 Apakah Bapak/ Ibu rutin mengikuti kegiatan yang diadakan kelompok-kelompok di masyarakat? Jaringan Sosial Rumahtangga Penenun (X4.2) No Pertanyaan Ya = 2 Tidak = 1 Ket. 1 Apakah saat ini rumahtangga mengikuti organisasi* di desa? (jika ya, lanjut ke pertanyaan no. 2) 2 Apakah organisasi tersebut membantu rumahtangga ketika menghadapi krisis? 3 Apakah saat ini rumahtangga mengkuti organisasi* di luar desa? (jika ya, lanjut ke pertayaan no. 4) 4 Apakah organisasi tersebut membantu rumahtangga ketika menghadapi krisis? 5 Apakah Anda tergabung dalam sebuah hubungan patron klien dengan pemuka agama/ pemuka adat/ orang lain yang tingkatan ekonominya lebih tinggi? 6 Apakah hubungan patron klien itu memberikan manfaat bagi sistem nafkah rumahtangga? 7 Apakah hubungan patron klien memberikan bantuan ketika keluarga berada dalam masa krisis? Keterangan: Bentuk organisasi 1 = Kelompok tani 6 = Kelompok kredit 11 = Kel. Budaya 16 = Kel. Kesehatan 2 = Koperasi 7 = Kelompok masyarakat 12 = Partai politik 17 = Kel. Olahraga 3 = Kelompok keagamaan 8 = Kelompok warga 13 = Kel. Pemuda 18 = Lainnya........... 4 = Kelompok profesi 9 = LSM 14 = Kel. Perempuan 5 = Sindikat 10 = Kel. Komersial 15 = Kel. Belajar Modal Manusia (X5): Tingkat Alokasi Tenaga Kerja (X5.1) Jumlah anggta rumahtangga berusia 15-64 tahun Jumlah anggta rumahtangga usia 15-64 yang bekerja ..............orang No 1 2 3 4 5 Anggota Rumahtangga ..............orang Tingkat Lama Waktu Bersekolah (X5.2) Tingkat Pendidikan Formal dan Lama Bersekolah (dilihat dari kelas/semerter terakhir yang diikuti) Taman Sekolah Seklah Menengah Seklah KanakDasar (SD)/ Pertama (SMP)/ Menengah Atas Perguruan Tinggi, kanak (TK) setara setara (SMA)/ setara 17 6 7 8 9 10 Penguasaan Keterampilan di Luar Pertanian (x5.3) No Anggota Rumahtangga Keahlian yang dimiliki (contoh: pertukangan, masak-memasak, nyopir, perbengkelan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 V. Tingkat Resiliensi Kecepatan Pulih dari Shock (Y1) No Pertanyaan 1. Rata-rata waktu yang dibutuhkan rumahtangga untuk mengembalikan pinjaman Rata-rata waktu yang dibutuhkan anggota rumahtangga ketika kehilangan pekerjaan untuk mendapat pekerjaan baru Rata-rata waktu yang dibutuhkan anggota rumahtangga ketika sakit untuk kembali sehat Rata-rata waktu yang dibutuhkan rumahtangga ketika terjadi bencana alam untuk kembali ke kondisi stabil 2. 3. 4. 5. Lama waktu (dalam bulan) Rata-rata waktu yang dibutuhkan rumahtangga untuk mendapat pinjaman kerika butuh uang Banyaknya Pilihan Sumber Nafkah (Y2) Jika rumahtangga membutuhkan dana yang cukup besar (untuk apa)......................................, darimana anda memperolehnya? (pilih 5 dan urutkan berdasarkan prioritasnya) Prioritas ke No Cara 1 2 3 4 5 1 Menggunakan tabungan 2 Penjualan barang berharga 3 Penjualan kayu 4 Penjualan hewan ternak 5 Penjualan tanah 6 Menjadi buruh di desa 7 Berdagang di desa 8 Mengembangkan usaha pengolahan 9 Bekerja di kota (migrasi) 10 Pinjam saudara/tetangga 11 Pinjam ke bank 12 Pasrah Lainnya..................... 13 1. Apakah ada anggota rumah tangga yang bekerja sebagai buruh migran ke luar desa [ ] Ya, sebutkan wilayah tujuan migrasi.... (Jika ya, lanjut ke pertanyaan no.2) [ ] Tidak, 2. Apa saja pekerjaan yang mereka lakukan sebagai buruh migran? 18 [ ] Buruh pabrik [ ] Buruh bangunan [ ] Pembantu rumah tangga [ ] Pekerjaan lain, sebutkan. 3. Berapa besar jumlah kiriman yang diterima dari anggota rumah tangga yang sebagai buruh migran tersebut? Rp. ....................... 4. Bagaimana pola/bentuk migrasi yang dilakukan? [ ] Sirkuler (pulang-pergi) [ ] Permanen (menetap) 5. Waktu-waktu kapan saja mereka pergi dan mereka pulang? Lampiran 3. Pedoman Wawancara Mendalam PENDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS STRATEGI DAN RESILIENSI NAFKAH RUMAHTANGGA PENENUN DI LOMBOK TENGAH (Kasus Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut dan Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Sejak kapan Anda bekerja sebagai penun? Mengapa Anda memilih bekerja sebagai penenun? Apakah bekerja di sektor ini menguntungkan? Mengapa? Apakah penghasilan sebagai penenun mencukupi kebutuhan Anda dan keluarga? Jika tidak, mengapa? Apakah ada mata pencaharian lain yang dilakukan untuk meningkatkan penghasilan keluarga? Mengapa memilih mata pencaharian itu? Bagaimana Anda memanfaatkan hubungan-hubungan sosial di masyarakat untuk membantu anda menperoleh pekerjaan? Kepada siapa Anda sering meminta bantuan pinjaman dana, memperoleh pekerjaan maupun bantuan lain? Mengapa? Siapa saja orang-orang yang sering meminta bantuan kepada anda? Mengapa anda memilih ternak (sesuaikan ternak yang responden miliki, jika tidak punya lewati pertanyaan ini) jenis tersebut? Jika krisis tiba, apa yang biasa Anda lakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga? Apakah keluarga menabung dalam bentuk barang eletronik? Apakah barang-barang tersebut akan dijual ketika krisis? Berapa lama Anda mampu bertahan ketika mengalami kesulitan? Penghasilan yang Anda peroleh lebih sering digunakan untuk apa? 19 Lampiran 4 Rancangan Skripsi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Masalah Penelitian 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Kegunaan Penelitian II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.2. Kerangka Pemikiran 2.3. Hipotesis 2.4. Definisi Operasional III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Teknik Pengumpulan data 3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis 4.2. Kondisi Ekonomi 4.3. Kondisi Sosial V. STRUKTUR NAFKAH 5.1. Modal Manusia 5.2. Modal Alam 5.3. Modal Fisik 5.4. Modal Finansial 5.5. Modal Sosial VI. STRATEGI NAFKAH 6.1. Bentuk Strategi Nafkah 6.2. Tingkat Strategi Nafkah VII. ANALISISI RESILIENSI 7.1. Tingkat resiliensi dari pemanfaatan modal alam 7.2. Tingkat resiliensi dari pemanfaatan modal manusia 7.3. Tingkat resiliensi dari pemanfaatan modal sosial 7.4. Tingkat resiliensi dari pemanfaatan modal finansial 7.5. Tingkat resiliensi dari pemanfaatan modal fisik VIII. PENUTUP 8.1. Kesimpulan 8.2. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Desa Pasirtalaga, Kecamatan Telagasari Lampiran 2. Kuesioner Lampiran 3. Panduan Wawancara Mendalam Lampiran 4. Daftar Kerangka Sampling dan Responden Lampiran 5. Dokumentasi Lapang