BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya (State of the Art) Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No 1. Judul/Peneliti Lembaga Pengaruh Program Inbox Di Sctv Terhadap Minat Menonton (Studi Kasus Mahasiswa Broadcasting Semester 6 Kelas 06PIO dan 06PHO Di Binus University) Oleh : Aditya Antakusuma 2. Pengaruh Sinetron "Diam-Diam Suka" Di SCTV Terhadap Minat Remaja Menonton (Studi Kasus : Likers Facebook Fanpage Diam-Diam Suka) Teori Metodologi - Uses and Gratification - Kuantitatif - Metode : Survei - Populasi dan Sampel Populasi menggunakan mahasiswa Broadcasting kelas 06PIO dan 06PHO di BINUS University, sampel sebanyak 80 mahasiswa - Uses and - Kuantitatif Gratification - Metode : Survei - Populasi dan Sampel Pengaruh Program "ilook" Di Net Tv Terhadap Minat Penonton Untuk Merubah Gaya Berpakaian (Studi Pada Followers Twitter @ilook_Net) Tidak ada pengaruh yang signifikan antara program INBOX di SCTV terhadap minat menonton Mahasiswa BINUS Universitas sebesar 0.019 Terdapatnya hubungan antara variabel program sinetron “DiamDiam Suka” di SCTV (X) dan Jumlah populasi variabel Minat 24.305 likers Menonton remaja facebook. (Y) sebesar 0,703 Sampel diambil yang menunjukan sebanyak 100 bawah hubungan orang. antara dua variabel tersebut kuat - Kuantitatif Pengaruh program - Metode : “iLook” terhadap Survei minat penonton - Populasi dan untuk merubah Sampel gaya berpakaian Populasi 47.300 cukup signifikan, followers, dengan yaitu sebesar jumlah sampel 75,5%. 100 orang Oleh : Gamalia Evira 3. Hasil - Uses and effect Oleh: Tri Asih Ayu Lestari. 7 8 No 4. Judul/Peneliti Teori Lembaga Religiosity, - Cultivation Repression, and theory Cultivation: Different Patterns of TV Viewing Effects on Crime Prevalence Estimates and Personal Victimization Likelihood Assessment Metodologi - Quantitative research Risk of robbery for religious person was 13.6% and 22.3% for non religius. Personal risk for criminality property without violence was 19.3% for religious and 28.6% for non religious. Robbery with violence aproximately happenned was 16.3% for religious and 24.2% for non religius. If without violence was 21.8% for religious and 30.5% for non religious - Quantitative research - Method : Survey Soap opera involvement was dependent on how intentionally respondent approached the viewing situation and how much attention they pait to the programs. It also is likely that participant involment affects subsequent viewing motives, attitudes, and activity. By Amir Hetsroni & Hila Lowenstein, Ariel University Center, Israel 5. Audience activity and soap opera involvement. - Uses and effect By Alan M. Rubin from Kent State University and Elizabeth M. Perse from University of Delaware. 2.2 Hasil Landasan Teori 2.2.1 Teori Komunikasi Massa Komunikasi terbagi atas beberapa level, mulai dari komunikasi interpesonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Komunikasi massa berhubungan dengan komunikasi publik, biasanya melalu perantara (mediasi). 9 Banyak aspek dari komunikasi komunikasi interpersonal, kelompok, dan organisasi terlibat dalam proses komunikasi massa. (Morissan, 2014:16) Sementara itu menurut Jay Black dan Prederick C.Whitney (1988) disebutkan, “Mass communication is a process whereby mass-produced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers (Komunikasi massa adalah sebuah proses di mana pesan–pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen)”. (Nurudin, 2014:12) Beberapa definisi komunikasi massa dari para ahli komunikasi lainnya yaitu : 1. Menurut Susanto (1974) : mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu mass media (media massa) kependekan dari media of mass communication . 2. Menurut Berlo (1960) yakni : Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih dari sekadar “orang banyak”, seperti orang-orang yang sedang mengerumuni penjual obat atau yang sedang bersama-sama berhenti menanti dibukanya pintu lintasan kereta api. Massa di sini bukan sekadar orang banyak di suatu lokasi yang sama. Massa kita artikan sebagai “meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orangorang pada ujung lain dari saluran”. 3. Pool (1973) mendefinisikan komunikasi massa sebagai “Komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film, atau televisi. Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat kita simpulkan adanya suatu kesamaan yaitu komunikasi massa adalah penyampaian pesan dalam skala besar kepada khalayak, dengan menggunakan media massa baik cetak maupun elektronik. Dalam hal ini kita juga perlu membedakan massa dalam arti ”umum” dengan massa dalam arti komunikasi massa. Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunujuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. (Nurudin, 2014:4) 10 Kemudian kita akan melihat model komunikasi. Berikut beberapa model komunikasi (West and Turner, 2010:11) 1. Model Komunikasi Linear Menurut Shanon dan Weaver, dalam buku Introducing Communication Theory (West and Turner, 2010). “recipient of the message. The receiver is the person who makes sense out of the message. All of this communication takes place in a channel, which is the pathway to communication.” Konsep ini berasumsi bahwa hanya ada satu pesan saja dalam proses komunikasi. Komunikasi ini sangat sederhana, dimana ada satu sumber pesan saja. 2. Model Komunikasi Interaksional Sekarang kita melihat model komunikasi interaksional. “The interactional model of communication, which emphasizes the two-way communication process between communicators. In other words, communication goes in two directions: from sender to receiver and from receiver to sender. This circular process suggests that communication is ongoing.”(West and Turner, 2010:12) Dengan penjelasan diatas, maka model komunikasi interaksional berbeda dengan linear, dimana dalam model komunikasi linear hanya terdapat satu sumber pesan dan satu penerima pesan. Sedangkan dalam model komunikasi interaksional yang berasumsi bahwa komunikasi terjadi dua arah antara komunikator dengan komunikator. (nanti akan dibahas apa itu komunikator dalam elemen komunikasi). Inti dari model ini adalah adanya umpan balik, pengirim pesan dan penerima pesan bisa saling bertukar posisi. Ketika yang satu berbicara yang lain menjadi pendengar, ketika si pendengar menjawab makan yang tadinya berbicara berganti posisi menjadi pendengar. Dan proses ini berlangsung secara berkesinambungan. 3. Model Komunikasi Transaksional Model komunikasi yang ketiga ialah transaksional, “The transactional model of communication (Barnlund, 1970; Frymier, 2005; Wilmot, 1987) underscores the simultaneous sending and receiving of messages in a communication episode. To say that communication is transactional means that the process is cooperative; the sender and the receiver are mutually 11 responsible for the effect and the effectiveness of communication. In the linear model of communication, meaning is sent from one person to another. In the interactional model, meaning is achieved through the feedback of a sender and a receiver. In the transactional model, people build shared meaning. Furthermore, what people say during a transaction is greatly influenced by their past experience.”(West and Turner, 2010:14) Model transaksional melanjutkan apa yang djelaskan oleh model interaksional. Ketika proses komunikasi terus berlangsung, diperlukan adanya sebuah kerja sama. Sehingga terdapat istilah “people build shared meaning” yang berarti semua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi saling bekerja sama dan secara sadar maupun tidak sadar bertukar informasi. Pertukaran informasi ini akan memberikan sebuah pemahaman akan hal-hal yang dibicarakan, yang kemudian memberikan perubahan pada tiap pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Dan dalam model komunikasi ini, baik verbal maupun non-verbal dianggap sama penting. Dari ketiga model komunikasi, maka program UEFA Champions League di SCTV termasuk dalam model komunikasi linear (satu arah). Hal ini dikarenakan komunikasi yang terjadi dari media kepada penonton terjadi secara satu arah. Penonton tidak memiliki kesempatan untuk memberikan respon dalam bentuk apapun. 2.2.1.1 Elemen Komunikasi Massa Menurut Joseph Dominick (2002) setiap peristiwa komunikasi akan melibatkan delapan elemen komunikasi yang meliputi: sumber, enkoding, pesan, saluran, dekoding, penerima, umpan balik, dan gangguan. Pada dasarnya gagasan mengenai elemen komunikasi ini adalah juga teori yang melihat komunikasi berdasarkan unsur-unsur atau elemen yang membentuknya. Berikut penjelasan elemen komunikasi tersebut (Morissan, 2014:17) 1. Sumber (Komunikator) Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (source) atau pengirim pesan yaitu di mana gagasan, ide atau pikiran berasal yang kemudian akan disampaikan kepada pihak lainnya yaitu penerima pesan. Sumber atau pengirim 12 pesan sering pula disebut dengan “komunikator”. Jadi komunikator adalah orang maupun pihak yang menjadi sumber dari pesan. 2. Enkoding Enkoding dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan sumber untuk menerjemahkan pikiran dan ide-idenya ke dalamn suatu bentuk yang dapat diterima oleh indra pihak penerima. Dlama proses komunikasi enkoding dapat berlangsung satu kali atau dapat juga terjadi berkali-kali. Jika dalam media massa seperti televisi, maka enkoding pertama terjadi ketika pembawa acara melakukan enkoding dalam pikirannya, kemudian perkataannya akan di enkoding oleh kamera, lalu pemancar/satelit akan melakukan enkoding pesan tersebut yang kemudian akan disebarkan melalui gelombang UHF. 3. Pesan Ketika kitaberbicara maka kata-kata yang kita ucapkan adalah pesan (messages). Ketika anda menulis surat maka apa yang anda tuliskan di atas kertas adalah pesan. Jika anda tengah menonton televisi maka program yang tengah anda saksikan atau dengar adalah pesan. Pesan memiliki wujud yang bisa diterima oleh indra. Pesan adalah hasil dari proses enkoding yang dilakukan oleh komunikator. 4. Saluran Saluran atau channel adalah jalan yang dilalui pesan untuk sampai kepada penerima. Gelombang radio membawa kata-kata yang diucapkan penyiar di studio atau memuat pesan visual yang ditampilkan di layar kaca televisi. Saluran yang jauh dan kompleks seperti komunikasi massa tidaklah menurunkan kekuatan penyampaian pesan. 5. Dekoding Kegiatan penerimaan pesan diawali dengan proses dekoding yang merupakan kegiatan yang berlawanan dengan proses enkoding. Dekoding adalah kegiatan yang menerjemahkan atau menginterpretasikan pesan-pesan fisik ke dalam suatu bentuk yang memiliki arti bagi penerima. Dekoding terjadi dalam otak penerima 13 pesan, dimana penerima pesan mencoba untuk menafsirkan makna dari pesan yang ia terima. 6. Penerima (Komunikan) Penerima atau receiver atau disebut juga audiensi adalah sasaran atau target dari pesan. Penerima sering pula disebut dengan “komunikan”. Penerima dapat berupa satu individu, satu kelompok, lembaga atau bahkan suatu kumpulan besar manusia yang tidak saling mengenal. Namun penerima tidak hanya sekedar menerima, memang pada awal studi komunikasi massa terdapat pandangan bahwa khalayak atau audiensi adalah pihak yang lemah. Pihak yang dipengaruhi oleh media massa, namun itu tidaklah selalu benar. Sebab audiensi tidak selalu memiliki respons yang sama terhadap setia pesan 7. Umpan Balik Umpan balik atau feedback adalah tanggapan atau respons dari penerima pesan yang membentuk dan mengubah pesan berikut yang akan disampaikan sumber. Umpan balik menjadi tempat perputaran arah dari arus komunikasi. Artinya ada pertukaran posisi antara sumber dan penerima pesan. Namun respon dari penonton itulah yang menjadi umpan balik dari pesan yang disampaikan oleh media massa. Meski disampaikan melalui jejarin sosial, ataupun hanya respon kekecewaan yang disampaikan secara tertulis maupun lisan. Jadi proses umpan balik tidaklah seketika itu terjadi, bisa ada waktu jeda. 8. Gangguan Elemen terakhir dalam komunikasi adalah gangguan atau noise. Gangguan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengintervensi proses pengiriman pesan. Terdapat tiga jenis gangguan, yaitu gangguan semantik, mekanik, dan gangguan lingkungan. Gangguan semantik adakah gangguan yang terjadi bilamana orang memiliki arti yang berbeda terhadap satu kata yang sama. Sedangkan gangguan mekanik terjadi bila ada maslaah pada alat bantu atau saluran komunikasinya. Kemudian yang ketiga dinamakan gangguan lingkungan, yaitu gangguan yang datang dari luar proses komunikasi itu sendiri. Misal adanya suara keras yang mengganggu komunikasi. 14 Itulah kedelapan elemen komunikasi komunikasi massa, yang juga terkandung di dalam program UEFA Champions League. Dengan penjelasan tersebut dapat dimengerti bahwa proses komunikasi massa dari media kepada penonton meliputi sebuah proses. Dimula dari media sebagai sumber (komunikator) yang menyusun pesan, menyampaikan pesan melalui media televisi, sampai kepada penonton di rumah, dimana terjadi proses dekoding dari penonton untuk memahami pesan. Lalu penonton bisa memberikan umpan balik, baik melalui respon verbal maupun non-verbal. Dan juga ada gangguan selama proses komunikasi berlangsung. Akan tetapi seperti dijelaskan dalam model komunikasi linear, maka disini penonton tidak bisa memberi umpan balik kepada media. 2.2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki fungsi yang agak berbeda dengan komunikasi antar pribadi. Menurut Harold D. Laswell fungsi komunikasi massa ada tiga (ditambahkan oleh Charles R. Wright menjadi empat) yaitu : (Nurudin, 2014:64) 1. Surveillance of the enviroment Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan. Mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan. 2. Correlation of the parts of society in responding to the environment Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan.Menjaga berlangsungnya interaksi serta membantu anggota-anggota masyarajat menikmati kehidupan. 3. Transmission of the social heritage from one generation to the next Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Adanya penyampaian kebudayaan kepada anggota-anggota masyarakat. 4. Entertainment Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu. 15 Fungsi-fungsi di atas sebenernya tidak jauh berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Dimana satu informasi tidak hanya berfungsi informatif, melainkan dapat merangsang timbulnya diskusi, penerusan nilai, penghiburan. Dimana dalam menghibur juga disisipkan fungsi-fungsi surveillance. 2.2.2 Media Massa Kita telah melihat apa itu komunikasi massa, model komunikasi, elemen komunikasi, dan juga fungsi dari komunikasi massa. Sekarang kita akan melihat media massa. Media massa dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang bersifat massa. Komunikasi yang dilakukan dalam skalah besar yang meliputi penggunaan media cetak, elektronik, maupun internet. Tapi media massa tidak dimulai dari media cetak, sebab sudah ada media massa pendahulu yang tidak menggunakan teknologi modern. Semua bentuk/saluran penyebaran pesan dari satu sumber kepada banyak khalayak bisa disebut sebagai media massa. Seperti tertulis dalam buku Teori Komunikasi Massa karangan McQuail edisi ke 6 (2011), bahwa terkadang sebuah teknologi komunikasi diterapkan karena kebutuhan atau penggunaan yang sudah terlebih dulu ada. Seperti teknologi cetak menggantikan salin tangan atau telegraf menggantikan perpindahan fisik dari pesan penting. Namun terkadang teknologi seperti film atau siaran radio yang muncul mendahului adanya kebutuhan yang jelas. Kombinasi elemen-elemen di atas yang sesungguhnya terjadi biasanya tergantung baik pada faktor bahan maupun ciri dari iklim sosial budaya yang sulit dijelaskan. Meskipun demikian sangat mungkin bahwa pada derajat tertentu dari kebebasan beripikir, berekspresi, dan bertindak merupakan kondisi utama yang paling penting bagi perkembangan media cetak dan media lainnya, walaupun tidak demikian pada saat penemuan awal. Teknik percetakan dan penggunaan huruf dapat digeser-geser telah diketahui dan diterapkan di China dan Korea jauh sebelum Gutenberg yang dianggap sebagai penemu mesin cetak (dari Eropa) pada pertengahan abad ke-15 (Gunaratne,2011). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa media massa tidak lahir berdasarkan pada kemajuan teknologi era modern. Sebab kebutuhan berkomunikasi massa sudah ada sejak dulu dan manusia berusaha untuk terus mengembangkan komunikasi dengan bantuan inovasi teknologi. (McQuail, 2011:27) 16 Kita beralih pada media massa dan pengertian maupun sifatnya. Istilah “media massa” memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala, mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja dalam masyarakat dalam skala yang luas. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu tetap digunakan sehingga saat ini seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, dan internet. (Morissan, 2014:479) Sedangkan menurut Denis McQuail (2000), media massa meiliki sifat atau karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar dan luas (universality of reach), bersifat publik dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa. Dari perspektif budaya, media massa telah menjadi acuan utama untuk menentukan definisi-definisi terhadap suatu perkara dan media massa memberikan gambaran atas realita sosial. (Morissan, 2014:480) Sebuah pemikiran terkenal dari McLuhan tentang media ialah bahwa media adalah pesan. (the medium is the message). Melalui ungkapan itu, McLuhan ingin menyatakan bahwa pesan yang disampaikan media tidaklah lebih penting dari media atau saluran komunikasi yang digunakan pesan untuk sampai kepada penerimanya. (Morissan, 2014:493) Media massa terus berkembang, namun tidak membuat media massa yang sebelumnya hilang. Media massa yang sampai sekarang ada diantaranya adalah media cetak, media elektronik dan internet. Namun pada penelitian ini, media yang digunakan adalah media elektronik yaitu televisi. 2.2.3 Televisi Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Berikut karakteristik televisi (Riswandi, 2009:5) : 1. Audiovisual, dapat didengar dan dilihat. Karena sifat audio visual ini, selain kata-kata televisi juga menampilkan informasi-informasi yang disertai gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita, yakni rekaman 17 peristiwa. 2. Berpikir dalam gambar: ada 2 tahap yang dilakukan dalam proses ini, pertama; visualisasi, yaitu menterjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar-gambar. Kedua; penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoprasian/cara kerja yang kompleks: Dibandingkan dengan media radio, pengoperasian televisi lebih kompleks karena lebih banyak melibatkan orang. Setelah mengetahui tentang apa itu televisi dan bagaimana karakteristiknya, sekarang kita akan melihat apa fungsi televisi. 2.2.3.1 Fungsi Televisi Televisi memiliki beberapa fungsi, berikut dijelaskan beberapa fungsi televisi sebagai sebuah media massa (Ardianto, 2012:137) 1. Mendidik Perkembangan Perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dan signifikan merubah pola pikir, dari yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Kehebatan media mampu mengambil alih peran guru dalam dunia pendidikan di segala bidang. Untuk itu media harus mampu menyediakan tayangan yang mendidik, karena berpengaruh pada kecerdasan pendidikan anak bangsa. 2. Kontrol Sosial Televisi mempunyai fungsi sebagai kontrol sosial, dalam arti televisi berperan sebagai pengontrol negara. Melalui televisi, seseorang dapat mengetahui bagaimana sebuah sistem kehidupan sosial itu diciptakan. Karena mudahnya mengakses sebuah tayangan di televisi maka sangat memungkinkan adanya pertukaran informasi antar masyarakat, etnis, ataupun segala macam kebudayaan. Sehingga secara sosial, masyarakat dapat memperhatikan satu sama lain demi terciptanya stabilitas sosial dalam sebuah negara. 18 3. Hiburan Penggunaan televisi sekarang sudah bukan lagi menjadi kebutuhan mewah, hal ini terbukti bahwa dulunya teleivsi hanya bisa dinikmati kaum elite, namun sekarang rakyat jelata pun juga memiliki televisi. Televisi merupakan media hiburan yang sudah merakyat dan digandrungi berbagai kalangan masyarakat. 4. Sumber informasi Kehadiran televisi menjadi sangat penting sebagai sarana hubungan interaksi satu dengan yang lain dalam hal menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang terjadi di belahan dunia ini. Sebagai alat informasi, segi keefektifitasan televisi tergolong media lainnya. Ada beberapa hal keunikan televisi bila dibandingkan dengan media lainnya yaitu televisi tidak membutuhkan kemampuan membaca seperti media cetak, tidak seperti film televisi adalah gratis, tidak seperti radio tetapi televisi mengkombinasikan gambar dan suara. Fungsi televisi tersebut telah dipenuhi oleh program UEFA Champions League sebagai program yang memberikian hiburan. Selanjutnya penulis juga melihat jenis program siaran. Termasuk jenis program apakah UEFA Champions League di SCTV akan kita lihat pada penjelasan berikut ini. 2.2.3.2 Jenis Program Siaran Klasifikasi jenis program hanya dua kelompok besar, yaitu program acara karya artistik dan karya jurnalistik. Kedua jenis program itu dapat disebutkan sifat proses produksi dan jenisnya sebagai berikut (Hidajanto dan Andi, 2013:153) : a. Program karya artistik Sumber : Ide gagasan dari perorangan maupun tim kreatif. Proses produksi : Mengutamakan keindahan dan kesempurnaan sesuai Perencanaan. Jenis : Drama/sinetron, musik, lawak/akrobat, quiz, informasi iptek, informasi pendidikan, informasi pembangunan, informasi kebudayaan, informasi, hasil produksi (iklan dan public service), informasi 19 flora dan fauna, informasi sejarah/dokumenter, dan informasi apa saja yang bersifat nonpolitis. b. Program karya jurnalistik Sumber : Masalah hangat (peristiwa dan pendapat). Proses Produksi : Mengutamakan kecepatan dan kebenaran. Jenis : Berita aktual (siaran berita), berita non-aktual seperti Feature dan majalah udara, penjelasan tentang masalah hangat yaitu dialog, monolog, panel diskusi, current affairs. Tetapi, klasifikasi jenis program di atas bukanlah sesuatu yang baku, sehingga masih dapat diperinci lagi tergantung pada pilihan dalam programming, yaitu pertimbangan aspek penekanan atau fokus pada satu atau beberapa topik tertentu. Dalam program UEFA Champion League SCTV, siaran langsung sepak bola sebenarnya bisa termasuk dalam news atau karya jurnalistik. Dikarenakan ada unsur pemberitaan informasi yang aktual, dan ada diskusi di dalamnya. Namun program UEFA Champions League di SCTV mengemas live sport sebagai hiburan. Dimana diskusi yang ada lebih berupa talk show, dan pertandingan sepak bola bersifat menghibur penonton. 2.2.4 Frekuensi, Durasi, dan Intensitas Untuk mengukur pengaruh program UEFA Champion League SCTV terhadap minat mengenakan kostum klub sepak bola, maka peneliti mengunakan indikator frekuensi , durasi dan intensitas. (Adriyanto dan Erdinaya 2009:15) Ketiga pola ini sering digunakan untuk mengukur terpaan media, pengukuran frekuensi program mingguan (berapa kali dalam sebulan). Sedangkan pengukuran variabel durasi penggunaan media dihitung berapa lama khalayak tergantung pada suatu media (berapa menit khalayak mengikuti program). Kemudian hubungan khalayak dan program berkaitan dengan perhatian atau atensi. Frekuensi ialah data tentang seberapa sering penonton menonton program UEFA Champions League SCTV. Durasi merupakan data berapa lama menonton seseorang menonton program UEFA Champions League SCTV serta intensitas yaitu seberapa besar perhatian yang diberikan penonton pada prgogram UEFA Champions League SCTV. 20 Teori ini pada umumnya digunakan pada terpaan media, tetapi pada penelitian ini penulis melakukan sebuah improvisasi. Frekuensi, durasi, dan intensitas biasa diberlakukan pada sudut pandang penonton sebagai subjek. Akan tetapi dalam penelitian ini dipakai sudut pandang media sebagai subjek, sehingga ini akan merubah kerangka pemikiran penelitian. Dimana variabel penggunaan media menggunakan teori ini. 2.2.5 Teori Uses and Effect Dalam buku Introducing Communication Theory Analysis Application edisi keempat, West dan Turner menuliskan tentang teori uses and effect yang dituliskan sebagai berikut. Sven Windahl (1981) calls for the combination of the Uses and Gratifications Theory and the effects traditions into what he labels the “uses and effects” model. Similarly, Philip Palmgreen, Lawrence Wenner, and Karl Rosengren (1985) write that “a variety of audience gratifications [both sought and obtained] are related to a wide spectrum of media effects, including knowledge, dependency, attitudes, perceptions of social reality, agenda-setting, discussion, and various political effects variables” How might propositions about media effects be generated from . . .gratifications? (West and Turner, 2010:401) Teori ini memang diawali dari teori pendahulunya, yaitu uses and gratification. Namun pada teori tersebut penggunaan media pada dasarnya ditentukan oleh kebutuhan dasar individu. Sementara pada uses and effect, kebutuhan hanya salah satu dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media. Karakteristik individu, harapan dan persepsi terhadap media, dan tingkat akses terhadap media, akan membawa individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan isi media massa (Senjaya, 2007: 544). Berdasarkan teori ini maka peneliti dapat melihat pengaruh yang dihasilkan oleh program UEFA Champions League. Pengaruh ini dapat dilihat dari isi media dan penggunaan media. Sehingga penggunaan media untuk melihat keputusan individu menggunakan atau tidak isi program UEFA Champions League di SCTV. Jadi efek dari tayangan ini akan dapat dilihat berdasarkan isi dan penggunaan media. Hubungan antara pengguna dan hasil dari proses komunikasi massa, dengan memperhitungkan pula isi media, memiliki berbagai bentuk yang berbeda, yaitu : 21 1. Pada kebanyakan teori efek tradisional, karakteristik isi media menentukan sebagian besar dari hasil. Dalam hal ini, penggunaan media hanya dianggap sebagai faktor perantara, dan hasil dari proses tersebut dinamakan efek. Dalam pengertian ini pula, uses and gratification hanya akan dianggap berperan sebagai perantara, yang memperkuat atau melemah efek dari isi media. 2. Dalam berbagai proses, hasil lebih merupakan akibat penggunaan dari karakteristik isi media. Penggunaan media dapat mengecualikan, mencegah atau mengurangi aktifitas lainnya, disamping dapat pula memiliki konsekuensi psikologis seperti ketergantungan pada media tertentu. Jika penggunaan merupakan penyebab utama dari hasil, maka ia disebut konsekuensi. 3. Ada anggapan bahwa hasil ditentukan oleh isi media (melalui perantara penggunaannya) dan juga oleh pengguna media itu sendiri. Oleh karena itu ada dua proses yang bekerja serempak, yang bersama – sama menyebabkan terjadinya suatu hasil yang disebut “conseffect” (gabungan antara konsekuensi dan efek). Ilustrasi mengenai hubungan – hubungan diatas dapat dilihat dengan gambar seperti dibawah ini. Gambar 2.1 Ilustrasi uses and effect Isi Media Penggunaan Media Efek Isi Media Penggunaan Media Konsekuensi Isi Media Penggunaan Media Conseffect 2.2.6 Konsep Minat Minat merupakan sebuah gejala jiwa manusia, jika dikelompokkan maka minat tergolong dalam gejala kombinasi. Yaitu gabungan dari gejala pengenalan 22 (kognitif), gejala perasaan (afektif) dan gejala kehendak (konatif). Sehingga untuk mengenali apa itu minat, peneliti mencoba mendapatkan pengertian dari masingmasing gejala tersebut. Berikut penjelasan singkatnya (Sumanto, 2014:134) 1. Gejala pengenalan (kognitif) merupakan gejala yang meliputi perhatian, pengamatan, tanggapan, imajinasi, ingatan, pikiran dan intuisi. Indra manusia menerima stimulus, yang kemudian akan diterima otak dan terjadi proses berpikir. Disitulah gejala kognitif terjadi, manusia menggunakan kecerdasannya ketika menghadapi sesuatu. 2. Gejala perasaan dan emosi (afektif) adalah gejala psikis yang bersifat subjektif, berhubungan dengan mengenal, dialami dalam kualitas senang atau tidak senanf dalam berbagai saraf. Perasaan dan emosi ini meliputi oerasaan jasmaniah, perasaan rohaniah, suasana hati, simpati dan empati. Semua bentuk gejala jiwa manusia yang berkaitan dengan perasaan dan emosi termasuk dalam gejala afketif. 3. Gejala kemauan (konatif) disebut juga motif atau alasan pendorong atau dorongan. Kemauan adalah aktivitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan tujuan yang menjadi titik akhir dari gerakan yang menuju pada sesuatu arah. Dalam istilah sehari-hari kemauan dapat disamakan dengan kehendak atau hasrat yang merupakan fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. (Sumanto, 2014:153) 4. Gejala Kombinasi merupakan campuran dari ketiga gejala yang telah dijelaskan sebelumnya. Dan salah satu macam dari gejala kombinasi adalah minat. Sehingga untuk meneliti minat, peneliti melihat dari tiga gejala di atas (kognitif, afektif, dan konatif). Dari penjelasan di atas, terkadang ada gejala jiwa yang merupakan gabungan dari ketiga gejala tersebut. Yang disebut dengan gejala kombinasi, dan minat termasuk dalam gejala kombinasi tersebut. Menurut Hurlock (1999), Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan apabila mereka bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa 23 sesuatu akan memberi manfaat baginya maka barang tersebut akan medatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubahubah. (Sumanto, 2014:161) Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya. Minat memiliki ciri umum, diantaranya adalah lingkungan, nurtural, orientasi pada hobi/kesukaan semata, mudah berubah sesuai dengan tren. 2.3 Kerangka Pemikiran Isi Media -Profil Program -Isi Program Minat mengenakan kostum klub sepak bola -Talk Show (X1) -Kognitif -Afektif -Konatif Penggunaan Media (Y) -Frekuensi, durasi, dan intensitas -Hubungan Dengan Media (X2) Gambar 2.2 Variabel Bebas (X1 dan X2) memberi pengaruh pada Variabel Terikat (Y) 24 2.3.1 Operasionalisasi Konsep Konsep operasional yang melandasi pembuatan pertanyaan untuk kuisioner yang diberikan kepada sampel yang dipilih oleh peneliti. Dimana setiap variabel akan diberikan indikator berdasarkan pada dimensi tertentu. Dimensi ini disesuaikan dengan landasan teori yang sudah dijelaskan di atas. Dimana Variabel X merupakan program UEFA Champions League itu sendiri, yang terbagi menjadi isi media dan penggunaan media. Sedangkan untuk Variabel Y, disesuaikan dengan konsep minat yang merupakan gabungan dari kognitif, afektif, dan konatif. Berikut konsep operasional dengan tabel : Tabel 2.2 Operasional Konsep Variabel X Variabel X Isi Media X (1) Dimensi 1. Profil Program 2. Isi Program Indikator 1. Program UEFA Champions League menyiarkan siaran langsung sepak bola 2. Program UEFA Champions League bersifat menghibur 3. Pertandingan sepak bola yang disiarkan memiliki kualiatas gambar yang baik 4. Program UEFA Champions League memberikan informasi tentang klub sepak bola 3. Talk Show 5. Program yang disiarkan memperlihatkan kostum klub sepak bola 6. Sesi analisis pertandingan merupakan segmen yang menarik perhatian 7. Perbincangan dari komentator memberikan pemahaman kepada penonton soal klub sepak bola Skala Skala Likert 25 Penggunaan Media X (2) yang 4. Frekuensi, 8. Pertandingan ditayangkan program durasi, UEFA Champions League dan menarik untuk disaksikan intensitas 9. Program UEFA Champions League menayangkan pertandingan yang seru setiap minggunya 10. Program UEFA Champions League membuat penonton selalu ingin menonton acara tersebut 11. Dengan durasi sekitar 150 menit program UEFA Champions League sudah menyampaikan konten acara dengan baik 12. Dengan durasi sekita 150 menit program UEFA Champions League tidak membosankan 5. Hubungan Media 13. Muncul ketertarikan untuk menonton program UEFA Champions League ketika melihat promosi program ini 14. Aktifitas program UEFA Champions League dapat selalu diikuti melalui akun facebook UEFA Champions League (SCTV) 15. Perkembangan program UEFA Champions League selalu diinformasikan oleh akun facebook UEFA Champions League (SCTV) 26 Tabel 2.3 Operasionalisasi Konsep Variabel Y Variabel Y Minat mengenakan kostum klub sepak bola likers fan page facebook UEFA Champions League Dimensi 1. Kognitif 2. Afektif 3. Konatif Indikator 1. Penonton mendapat pengenalan akan kostum klub sepak bola setelah menonton UEFA Champions League 2. Penonton memberi tanggapan/dukungan dengan mengenakan kostum klub sepak bola 3. Penonton mengingat kostum klub sepak bola yang dikenakan pemain dari UEFA Champions League 4. Penonton berfantasi menjadi bagian dari klub sepak bola dengan mengenakan kostum klub sepak bola 5. Penonton berpikir untuk mengenakan kostum klub sepak bola setelah menonton UEFA Champions League 6. Penonton merasa bangga pada saat mengenakan kostum klub sepak bola 7. Penonton merasa senang bilamana mengenakan kostum klub sepak bola 8. Penonton jadi percaya diri bila mengenakan kostum klub sepak bola 9. Penonton berempati pada klub sepak bola dengan mengenakan kostum klub sepak bola 10. Penonton mempertimbangkan untuk mengenakan kostum klub sepak bola setelah menonton UEFA Champions League 11. Penonton terbiasa untuk mengenakan kostum klub sepak bola 12. Penonton berkeputusan untuk menggunakan kostum klub sepak bola sebagai gaya berpakaian Skala Skala Likert