GURU DAN PENDIDIKAN NASIONAL

advertisement
GURU DAN PENDIDIKAN NASIONAL
Oleh
Irwan safari,S. Pd
( Guru SMP N 10 Bengkalis)
Masa depan bangsa Indonesia sepenuhnya ada pada kreativitas dan kecakapan guru
dalam menghadapi berbagai probelamatika pendidikan (Editorial Tabloid Klub Guru
Indonesia, Edisi 3 Desember 2009). Saat ini bangsa ini dihadapkan pada situasi pendidikan
yang cendrung tidak menghasilkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dapat
diandalkan, yang diakibatkan oleh banyak faktor yang kompleks; sistem pendidikan,
kurikulum, fasilitas, psiko-sosial anak didik, terlebih lagi kompetensi guru. Sebagaimana
Fuad hasan dalam Ahmad Rizal, dkk (2009) mengatakan bahwa jangan terlalu meributkan
masalah kurikulum, sarana, dana, serta sistem sebab itu semua belum berarti apa-apa tanpa
terlebih dahulu memperhatikan pelaku-pelaku pendidikan (guru).
Sehingga jika kita berbicara tentang pendidikan, rasanya belum sempurna kalau kita
belum berbicara tentang guru. Sebab dalam kondisi bagaimanapun guru tetap memegang
peran penting dalam perkembangan pendidikan. Demikian halnya dalam kemajuan IPTEK
dan perkembangan global, eksistensi guru sangat penting kiprahnya karena peran guru tidak
seluruhnya dapat digantikan oleh teknologi. Canggihnya teknologi komputer saat ini masih
belum mampu menggantikan keberadaan guru, sebab komputer tidak dapat diteladani bahkan
bisa menyesatkan jika penggunaanya dilakukan tanpa kontrol. Fungsi kontrol ini pulalah yang
memposisikan figur guru sebagai sosok yang penting dalam kemajuan pendidikan.
Oleh sebab itu kita mesti memberikan kriteria tentang figur guru, sebab dalam
kenyataan yang kita lihat bahwa tidak semua sosok guru itu penting. Masih banyak guru yang
menyesatkan perkembangan dan masa depan generasi bangsa ini. Melalui berbagai media kita
masih menyaksikan ada guru yang mencabuli anak didiknya, mempersulit atau bahkan
menghambat perkembangan peserta didik, pilih kasih, dendam terhadap muridnya, dan masih
banyak lagi kasus lain baik yang sudah terekspos ataupun yang belum. Penting atau tidaknya
seorang guru tergantung kepada guru itu sendiri, tidak saja berkenaan dengan pembelajaran di
kelas tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Sedikitnya ada tiga kata yang menjadi sifat
dan karakteristik guru; yakni kreatif, profesional, dan menyenangkan ( Mulyasa, 2008).
Seorang guru harus kreatif dalam memilih dan memilah, serta mengembangkan materi
pembelajaran sehingga dapat menyentuh kebutuhan peserta didik. Sebagaimana kita ketahui
bahwa saat ini guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber informasi bagi peserta didik, akan
tetapi guru hanyalah salah satu sumber saja. Hal inilah yang mesti dicermati oleh seorang
guru dengan mengasah kreativitasnya sehingga dapat memposisikan diri dalam membantu
perkembangan peserta didiknya.
Kemudian dalam menjalani profesinya sebagai guru (UU RI No. 20 Tahun 2003),
dituntut untuk bekerja dan berbuat secara profesional. Kompetensi sebagai guru menjadi
harga mati, tanggung jawab, sense of belonging terhadap profesinya dapat menjadi tolak ukur
terhadap perannya dalam mempersiapkan generasi bangsa ini. Disamping itu seorang guru
juga harus menyenangkan, tidak hanya bagi peserta didik namun juga menyenangkan bagi
dirinya sendiri. Artinya bahwa belajar dan pembelajaran harus mendarah daging pada sosok
dan kepribadian guru, mampu menerobos karakteristik dan gaya belajar peserta didiknya
merupakan sesuatu yang akan membentuk sosok guru yang menyenangkan agar dapat
membangun dan merangsang kecintaan peserta didik terhadap belajar. Tiga hal ini sejalan
dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya mendongkrak
kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) dengan memposisikan dirinya sebagai; (1) orang tua yang penuh kasih sayang, (2)
teman tempat mengadu, fasilitator, pemberi sumbangan pikiran, pembangun kreativitas, dan
menjadi pembantu ketika diperlukan.
Konsepsi tuntutan tersebut berhubungan langsung dengan etos kerja dan etos belajar
guru. Pembentukan kepribadian dan perbaikan kulitas peserta didik tidak akan mungkin
terjadi apabila gurunya tidak memiliki etos kerja yang baik serta menyadari akan perlunya
belajar sepanjang hayat. Berkaitan dengan hal tersebut sesuai dengan kajian Pullias dan
Young (1988), Manan (1990), serta Yelon dan Weinstein (1997) dalam E. Mulyasa (2008)
dapat diidentifikasi sedikitnya ada 19 peran guru; a). Guru Sebagai Pendidik, sebagai seorang
pendidik guru harus memiliki standar kualitas pribadi yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri, dan disiplin. b). Guru Sebagai pengajar, saat ini guru harus menyadari
bahwa perkembangan teknologi mengubah perannya sebagai pengajar yang menyampaikan
materi pelajaran menjadi fasilitator yang memberi kemudahan dalam belajar. c). Guru sebagai
pembimbing, berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya guru harus mampu membimbing
dan bertanggung jawab atas perjalanan dan perkembangan peserta didik.
d). Guru sebagai pelatih, guru harus mampu menjadi pelatih sebab pendidikan dan
pembelajaran memerlukan latihan dan keterampilan baik intelektual maupun motorik. e).
Guru sebagai penasehat, dalam upaya ini guru dituntut untuk menguasai konsep dan
memahami tentang perkembangan psikologi dan perkembangan mental peserta didik. f). Guru
sebagai pembaharu, gurulah yang berperan dalam menerjemahkan pengalaman masa lalu
menjadi sesuatu yang berharga dalam kehidupan peserta didik. g). Guru sebagai model dan
teladan, peran ini menuntut guru memiliki pribadi yang mengandung sikap dasar yang baik,
bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, penampilan, hubungan kemanusiaan, pola pikir,
kesehatan, serta gaya hidup secara umum yang dapat menumbuhkan kepercayaan peserta
didik.
h). Guru sebagai pribadi, guru harus menjadi pribadi yang memiliki emosi yang stabil
dan mampu berbaur ditengah masyarakat. i). Guru sebagai peneliti, sebagai seorang guru
perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungannya dengan tidak pernah
berhenti menemukan kebenaran melalui penelitian. j). Guru sebagai pendorong kreativitas,
guru harus mampu menjadi pemancing kreativitas siswa dengan mendemonstrasikan proses
kreativitas itu sendiri. k). Guru sebagai pembangkit pandangan, guru harus mampu
menanamkan pandangan yang positif kepada peserta didik terhadap martabat manusia. l).
Guru sebagai pekerja rutin, guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu yang
merupakan bagian dari proses pembentukan, diperlukan keuletan dan kesabaran. m). Guru
sebagai pemindah kemah, guru harus mampu membawa peserta didik kepada suatu keadaan
yang baru dengan belajar tentang hal-hal yang terbaru. n). Guru sebagai pembawa cerita,
guru harus mampu menggunakan pengalaman dan gagasan peserta didik dengan
menginterpretasikan kejadian sekarang dan akan datang melalui ceritanya. o). Guru sebagai
aktor, untuk menyampaikan pesan yang bermakna kepada peserta didik, guru harus mampu
menjadi aktor yang handal dalam proses pembelajaran. p). Guru sebagai emansipator, guru
mesti menyadari bahwa pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman peserta didik akan
membebaskan mereka dari “self image” yang tidak menyenangkan. q). Guru sebagai
evaluator, keterampilan, pengetahuan serta sikap yang memadai perlu dimilki oleh guru
dalam melakukan penilaian yang kompleks.
r). Guru sebagai pengawet, peran ini perlu dilakukan guru sebab salah satu tugas
utama pendidikan adalah mewariskan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi
berikutnya. s). Guru sebagai kulminator, guru adalah orang yang harus mampu mangarahkan
proses belajar dari tahap awal sampai pada tahap akhir (kulminasi). Semua peran ini dapat
dikerjakan oleh guru dengan menyadari akan peran pentingnya dalam kemajuan bangsa ini
dimasa yang akan datang melalui pendidikan.
(catatan; E. Mulyasa, 2008. Menjadi guru profesional. Bandung. Rosda karya. Tabloid Klub Guru Indonseia,
2009. Edisi 03 Tahun 2009. www. KlubguruIndonesia.com)
Irwan safari, S. Pd (Guru bahasa Inggris SMP N 10 Bengkalis)
Jl. Wonosari Tengah Bengkalis, Riau.
Download