MODUL PERKULIAHAN PENGANTAR KOMUNIKASI ILMU Pokok Bahasan : Komunikasi AntarBudaya Fakultas Fakultas Komunikasi Program Studi Ilmu Broadcasting Tatap Muka 09 Kode MK Disusun Oleh 85001 Drs. Riswandi, M.Si Abstract Kompetensi Materi yang dibahas adalah tentang komunikasi antarbudaya yang mencakup pengertian, tujuan, hakikat, prinsip, fungsi dan hambatannya, hubungan komunikasi dan budaya secara konseptual teoritis. Mahasiswa mampu memahami pengertian, tujuan, hakikat, prinsip dan fungsi KAB, serta kaitan komunikasi dan kebudayaan secara konseptual teoritis. Pembahasan I. Pengertian Di bawah ini adalah beberapa definisi tentang komunikasi antarbudaya 1. Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya 2. Komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya 3. Komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaika secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakuka oleh dua orang yang berbeda latar balakang budayanya. 4. Komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seseorang yang berkebudayaan tertentu kepada seseorang yang berkebudayaan lain. 5. Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan oleh orang yang berbeda latar belakang budayanya. 6. Komunikasi atarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepad orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan mengahasilkan efek tertentu. 7. Komunikasi antarbudaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau penampilan pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan. II. Tujuan Komunikasi 1.Memahami perbedaan 2.Mengkomunikasi Antar budaya antar Budaya adalah : yang mempengaruhi praktik komunikasi. orang yang berbeda budaya. 3.Mengidentifikasikan kesulitan – kesulitan yang muncul dalam komunikasi . 4. Membantu mengatasi masalah komunikasiyang disebabkan oleh 5.Meningkatan ketrampilan verbal dan non verbal perbedaan budaya. dalam komunikasi. 6.Menjadikan kita mampu berkomunikasi secara efektif. III. Hakikat Komunikasi AntarBudaya 1. Enkulturasi Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga ke- 2012 2 Drs. Riswandi, M.Si Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id agamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. 2. Akulturasi Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran emudian berdiam di AS (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. IV. Prinsip-prinsip KAB 1. Relativitas Biasa Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia. 2. Bahasa sebagai cermin budaya Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing). 3. Mengurangi ketidakpastian Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena letidak-pastian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna. 4. Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya 2012 3 Drs. Riswandi, M.Si Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri. 5. Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun selalu terdapat kemungkinan salah persepsi dansalah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya. 6. Memaksimalkan hasil interaksi Dalam komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil yang positif, maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila memperoleh hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku nonverbal yang ditunjukkan, dan sebagainya. Pelaku komunikasi kemudian melakukan apa yang menurutnya akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakukan apa yang menurutnya akan memberikan hasil negatif. IV. Fungsi-fungsi KAB 1. Fungsi pribadi Fungsi pribadi komunikasi antar budaya adalah fungsi-fungsi komunikasi antar budaya yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu. a. Menyatakan Identitas Sosial Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang. b. Menyatakan intergrasi sosial 2012 4 Drs. Riswandi, M.Si Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. c. Menambah pengetahuan Seringkali komunikasi antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing. 2. Fungsi Sosial a. Pengawasan Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda. b. Menjembatani Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh berbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa. c. Sosialisasi Nilai Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain. d. Menghibur Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian dari kebudayaan lain. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya. V. Hambatan KAB Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Antar budaya terjadi karena alasan yang bermacammacam karena komunikasi mencakup pihak-pihak yang berperan sebagai pengirim dan penerima secara berganti-ganti, maka hambatan tersebut dapat terjadi dari semua pihak antara lain : 2012 5 Drs. Riswandi, M.Si Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Keanekaragaman dari tujuan-tujuan komunikasi. Masalah komunikasi sering terjadi karena alasan dan motivasi untuk berkomunikasi yang berbeda-beda, dalam situasi antarbudaya perbedaan ini dapat menimbulkan masalah. 2. Etnosentrisme banyak orang yang menganggap caranya melakukan persepsi terhadap hal-hal disekelilingnya adalah satu-satunya yang paling tepat dan benar, padahal harus disadari bahwa setiap orang memiliki sejarah masa lalunya sendiri sehingga apa yang dianggapnya baik belum tentu sesuai dengan persepsi orang lain. Etnosentrisme cenderung menganggap rendah orang-orang yang dianggap asing dan memandang budaya-budaya asing dengan budayanya sendiri karena etnosentrisme biasanya dipelajari pada tingkat ketidaksadaran dan diwujudkan pada tingkat kesadaran, sehingga sulit untuk melacak asal usulnya. 3. Tidak adanya kepercayaan karena sifatnya yang khusus, komunikasi antarbudaya merupakan peristiwa pertukaran informasi yang peka terhadap kemungkinan terdapatnya ketidak percayaan antara pihak-pihak yang terlibat. 4. Penarikan diri komunikasi tidak mungkin terjadi bila salah satu pihak secara psikologis menarik diri dari pertemuan yang seharusnya terjadi. Ada dugaan bahwa macam-macam perkembangan saat ini antara lain meningkatnya urbanisasi, perasaan-perasaan orang untuk menarik diri dan apatis semakin banyak pula. 5. Tidak adanya empati. Beberapa hal yang menghambat empati antara lain: Fokus terhadap diri sendiri secara terus menerus, sulit untuk memusatkan perhatian pada orang lain kalau kita berpikir tentang diri kita secara terus menerus dan bagaimana orang menyukai kita. Pandangan-pandangan stereotype mengenai ras dan kebudayaan. Kurangnya pengetahuan terhadap kelompok, kelas atau orang tertentu. Tingkah laku yang menjauhkan orang mengungkapakan informasi. Tindakan atau ucapan yang seolah-olah menilai orang lain. Sikap tidak tertarik yang dapat mengakibatkan orang tidak mau mengungkapkan diri. Sikap superior. Sikap yang menunjukkan kepastian jika seseorang bersikap sok tahu atau bersikap seolaholah serba tahu maka kemungkinan orang akan bersikap defensif terhadapnya. Kekuasaan-kekuasaan digunakan untuk mengontrol atau menentukan tindakan orang lain. Hambatan derajat kesamaan atau ketidaksamaan (homofily atau heterofily), hambatan komunikasi antarbudaya dapat ditimbulkan oleh masalah prinsip-prinsip komunikasi yang ditetapkan pada konteks kebudayaan yaitu tidak memahami, menyadari atau memanfaatkan derajat kesamaan atau perbedaan kepercayaan, nilai-nilai, sikap, pendidikan, status sosial anatara komunikator dan komunikan. 2012 6 Drs. Riswandi, M.Si Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hambatan pembentukan dan pemrograman budaya, hambatan ini terjadi dalam suatu proses akulturasi yang berlangsung antara imigran dengan masyarakat pribumi. Masalah umum yang sering timbul adalah hambatan stereotype dan prasangka yang biasanya berkembang sejak semula pada saat kita melalui komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi massa. VI. Pengertian Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata buddhi, yang berarti budi atau akal. Jadi akta kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal. Kata lain dalam bahasa Inggris yang juga berarti kebudayaan adalah culture, berasal dari kata Latin colere yang artinya “mengolah atau mengerjakan”, atau dapat diartikan ‘segala daya dan upaya manusia untuk mengolah alam”. Jadi secara umum kebudayaan dapat diartikan seluruh cara hidup suatu masyarakat. Menurut Prof. Kuntjaraningrat, ada 3 wujud kebudayaan, yaitu : 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, normanorma, peraturan-peraturan, dan sebagainya, Sifatnya abstra, tidak dapat diamati kasat mata. Wujud kebudayaan ini mempunyai 3 lapisan, yaitu : a. Lapisan pertama, yang paling abstrak, yaitu nilai budaya, adalah fungsi budaya yang memberikan penilaian baik dan buruk terhadap perilaku. Misalnya dalam masyarakat Indonesia, perilaku yang dinilai tinggi adalah kerja sama dan musyawarah dalam pengambilan keputusan, sedangkan pada masyarakat Barat yang di nilai tinggi adalah individualsitis dan perilaku yang menekankan pada usaha sendiri. b. Lapisan kedua, yaitu norma-norma, yaitu aturan-aturan masyarakat yang memiliki sanksi sosial bagi yang melanggarnya. Setiap budaya mempunyai norma yang mengatur mana perbuatan yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh. c. lapisan ketiga, yang lebih konkret, adalah system hokum, baik system hokum adat maupun system hukum tertulis. Hukum itu mempunyai sanksi, baik pidana, perdata, mapun denda. Sifatnya formal dan mempunyai lembaga hukum yang jelas, serta dapat dilihat jelas mekanisme kerjanya. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakatnya. Wujud ini sering disebut sebagai system social. 2012 7 Drs. Riswandi, M.Si Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam sistem sosial tersebut terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, serta saling mempengaruhi dari waktu ke waktu selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat istiadat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia atau kebudayaan fisik. Sifatnya paling konkret, dapat dilihat, dirasakan, dan diamati. Kebudayaan fisik merupakan semua hasil karya manusia mulai dari yang paling sederhana sampai ke yang paling rumit/kompleks, mulai dari korek api kayu sampai teknologi komputer. VII. Fungsi kebudayaan. Sebagaimana telah disebutkan bahwa, salah satu wujud kebudayaan adalah kebudayaan ideel yang berfungsi mengatur, mengendalikan, dan mengarahkan tingkah laku masyarakatnya. Jadi fungsi kebudayaan adalah memberikan tuntunan dan tuntutan kepada masyarakat. Budaya menuntun masyarakat untuk bertingkahj laku sesuai dengan adat istiadat, dan menuntutnya jika ia bertentangan ataumenyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku. Jika tingkah laku seseorang sesuai dengan norma masyarakat, maka orang itu akan mendapat penghargaan dari masyarakat, misalnya mendapat pujian. Bila tingkah lakunya menyimpang, maka masyarakatnya akan memberi sanksi, misalnya mendapat peringatan. VIII. Pengaruh kebudayaan terhadap komunikasi Keberhasilan komunikasi banyak ditentukan oleh kemampuan komunikan memberi makna terhadap pesan yang diterimanya. Semakin besar kemampuan komunikan memberi makna pada pesan yang diterimanya, semakin besar pula kemungkinan komunikan memahami pesan tersebut. Sebaliknya, mungkin saja seorang komunikan banyk menerima pesan, tetapi ia tidak memahami makna pesan tersebut karena kurangnya kemampuan menafsirkan pesan tersebut. Pada dasarnya komunikasi memang merupakan proses pemberian dan penafsiran pesan. Sebelum mengirim pesan, komunikator mengolah dan mengkoding pesannya sedemikian rupa, sehingga pesan tersebut memenuhi tujuan komunikasi. Begitu juga komunikan, ia akan mencoba menafsirkan pesan-pesan yang diterimanya dan memahami maknanya. Jika makna yang dimaksud komunikator melalui pesan yang disampaikannya sama persis dengan apa yang dimaknai oleh komunikan terhadap pesan tersebut, maka komunikasi dikatakan berhasil atau efektif, dalam arti telah tercapai persamaan makna pesan. Untuk mencapai keberhasilan komunikasi, dibutuhkan sejumlah persyaratan, yang secara garis besar dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu : 1. Kerangka acuan/term of reference 2. latar belakang pengalaman/field of experience. 2012 8 Drs. Riswandi, M.Si Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1) Kerangka acuan adalah obyek-obyek yang dirujuk sewaktu orang berkomunikasi. Misalnya, ketika Si A mengatakan “pesawat” kepada Si B, maka yang dimaksudnya adalahn ‘mesin terbang”. Apabila Si B juga memberi makna pada kata pesawat itu sama persis dengan yang dimaksudkan Si A, maka tercapailah tujuan komunikasi. Kerangka acuan tersebut berkaitan erat dengan latar belakang pengalaman. Latar belakang pengalaman inilah yang justru menyebabkan timbulnya makna terhadap suatu obyek/pesan yang dijadikan acuan. Artinya pengalaman seseorang mengenai pesawat terbang menyebabkan orang itu menyebut pesawat kepada setiap benda yang bisa terbang dengan mesin. 2) Latar belakang pengalaman ini dapat berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Pengalaman yang dimaksudkan bisa jadi sebagai pengalaman pribadi saja. Misalnya, bagi Rina kata cinta itu indah, karena ia mempunyai pengalaman yang menyenangkan, akan tetapi sebaliknya bagi Susi kata cinta justru jelek, karena ia selalu kecewa dalam membina cinta. IX. Pengaruh kebudayaan terhadap Penafsiran Selain pengaruh pengalaman pribadi, kehadiran nilai-nilai, adat sitiadat, kebiasaan atau kepercayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan, dapat mempengaruhi perbedaan pengalamanseseorang. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa, unsure-unsur kebudayaan ideel berfungsi mengatur, mengendalikan, dan mengarahkan masyarakatnya dalam betingkah laku, termasuk tingkah laku/perilaku komunikasi. Terhadap isi dan bentuk komunikasi, hal ini tampak pada waktu kita melakukan persepsi dan pembentukan sikap. Secara sederhana, persepsi dapat diartikan sebagai penafsiran atau pemberian makna terhadap suatu obyek. Nah di sinilah nilai-nilai budaya mempengaruhi persepsi/penafsiran suatu obyek. Oleh karena nilai-nilai budaya itu berbeda-beda dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya, maka persepsi mengenai suatu obyek belum tentu sama antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Misalnya, dalam suatu masyarakat persepsi terhadap suatu obyek adalah positif, akan tetapi persepsi masyarakat lain adalah negatif. Contoh : a) perilaku memakai kopiah atau peci hitam. Bagi Bangsa Indonesia Memakai kopiah atau peci hitam adalah identitas nasional atau untuk menunjukkan nasionalisme (positif). Tetapi bagi bangsa lain, mungkin diartikan sekedar penutup kepala penahan panas matahari (netral). 2012 9 Drs. Riswandi, M.Si Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id b) Sikap atau perilaku adu argumentasi antara anak dan orang tua akan dipersepsikan budaya Timur sebagai perbuatan buruk (negatif), tetapi persepsi orang Barat terhadap hal tersebut adalah baik (positif), atau paling tidak adalah sesuatu yang bersifat netral. Wujud kebudayaan ideel juga akan mempengaruhi sikap para anggota kebudayaan bersangkutan mengenai suatu objek. Nilai dan norma sosial dapat mempengaruhi sikap seseorang mengenai suatu objek. Misalnya sikap terhadap waktu; kebudayaan Bangsa Jepang sangat menghargai waktu. Di sana orang yang datang tepat waktu sangat dihargai tinggi (sikap positif), sedangkan yang datang terlambat akan ditertawakan bahkan dilecehkan. Di Indonesia, pada umumnya masyarakat masih memandang waktu secara sepele, sehingga setiap ada acara anggota masyarakat masih banyak yang datang tidak tepat waktu, bahkan bila perlu, pejabat yang akan menjadi pembicara kunci malah datang paling belakangan dari peserta. X. Kebudayaan Mengajarkan Tata Cara Komunikasi Hasil persepsi dan pembentukan sikap itulah yang kemudian menjadi patokan dalam berkomunikasi. Jika persepsi suatu kebudayaan terhadap suatu objek adalah positif, maka objek itu akan ditransmisikan secara positif. Demikian pula apabila suatu kebudayaan mempunyai sikap negatif terhadap suatu objek, maka objek itu akan dikomunikasikan pula secara negatif. Dengan kata lain, kebudayaan ideel berfungsi juga untuk mengajarkan tata cara berkomunikasi, baik komunikasi verbal maupun nonverbal. Dilihat dari sudut ini, komunikasi tampak sebagai hal yang diajarkan atau diwariskan oleh kebudayaan, dari satu geneasi ke generasi berikutnya. Misalnya, generasi penerus pemangku kebudayaan India akan menganggukkan kepala (komunikasi nonverbal) untuk menyatakan ketidaksetujuannya pada suatu hal, karena tata cara demikian memang mereka peroleh dari para orang tua dan nenek moyang mereka. Masing-masing kebudayaan mengajarkan tata cara komunikasi yang berbeda satu sama lain. Misalnya di Indonesia, untuk menyatakan ketidaksetujuan kita pada suatu hal maka kita akan menggelengkan kepala, karena komunikasi nonverbal seperti telah diwariskan oleh para orang tua dan nenek moyang Bangsa Indonesia. Contoh lain, dalam masyarakat Batak, berbicara dengan volume suara keras (parabahasa) merupakan tata cara komunikasi yang telah diwariskan oleh para orang tua mereka, dan tentu saja hal ini akan bebeda jika dibandingkan dengan orang Jawa yang jika berkomunikasi akan trdengar pelan atau lembut. XI. Komunikasi dan Nilai Budaya Komunikasi selain merupakan perilaku yang diajarkan, ia juga berfungsi sebagai alat untuk mensosialisasikan nilai-nilai budaya kepada mayarakat. Melalui komunikasi-lah, baik secara lisan, tulisan, verbal, maupun nonverbal masyarakat mentransmisikan warisan sosial berupa nilai-nilai budaya, norma-norma sosial, adata istiadat, dan kepercayaan dari generasi ke generasi berikutnya. Secara teknis, misalnya, para orang tua memberikan petuah dan nasihat melalui cerita dan hikayat. 2012 10 Drs. Riswandi, M.Si Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Secara tertulis melalui surat kabar, buku, film, dan televisi para generasi sekarang mewariskan nilainilai dan norma-norma ke generasi berikutnya. XII. Arti Penting Memahami Komunikasi AntarBudaya Sebagian besar aktivitas hidup manusia modern dewasa ini berkaitan dengan komunikasi. Perkembangan yang pesat di bidang teknologi komunikasi menyebabkan aktivitas komunikasi tersebut semakin luas ruang lingkupnya. Orang-orang sekarang ini tidak hanya berkomunikasi dengan orang-orang sekampung, atau senegaranya yang notabene masih satu kebudayaannya dengannya, akan tetapi sudah berinteraksi dengan orang-orang darinegara lain yang berbeda kebudayaannya. Pada saat mereka beinteraksi, mungkinsaja timbul kesalahpahaman dan salah pengertian di antara mereka, bahkan mungkin saja timbul konflik dengan menggunakan senjata. Dalam konteks ini, perlu dipahami hal-hal sebagai berikut : 1. Kesadaran Pribadi 2. Kesadaran Nasional 3. Kesadaran Internasional 1) Kesadaran Pribadi Setiap individu atau pribadi pada hakikatnya mempunyai karakter atau sifat yang khas dirinya (unik). Manusia sebagai pribadi atau individu berarti bahwa manusia itu mempunyai pola pikir, sikap, dan pola perilaku yang khas yang tdak ada duanya. Dalam satu keluargapun, bahkan anak kembar sekalipun, pasti ada nuansa kepribadian yang tipikal dirinya atau spesifik. Sikap dan perilaku terhdap suatu objek pun akan berbeda-beda pada diri inividu atau pribadi. Misalnya ada yang senang olah raga, senang ilmu pengetahuan, ada yang senang bahasa, atau ada yang senang matematika. Dengan semakin tingginya mobilitas fisik/wilayah orang sekarang ini mengakibatkan orangorang yang berbeda kebudayaan akan bertemu dan berkomunikasi. Dalam hal ini, terasa pentingnya kesadaran pribadi mengenai komunikasi antarbudaya. Proses negosiasi bisnis yang melintasi sekat-sekat budaya memerlukan pemahaman komunikasi antarbudaya, begitu juga para politisi butuh dukungan untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya. 2) Kesadaran Nasional Semakin besar kemungkinan atau peluang orang untuk berinteraksi dengan orang lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda, maka kesadaran akan terjadinya konflik di dalam negeri juga akan semakin besar. Dalam konteks Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat majemuk, yaitu dalam hal etnis, agama, budaya, dan juga golongan, pemahaman komunikasi antarbudaya ini sangat penting dalam rangka menajga kesatuan dan presatuan bangsa. 2012 11 Drs. Riswandi, M.Si Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Begitu juga di negara-negara lain yang masyarakatnya dikenal plural/majemuk seperti Malaysia, Amerika Serikat, dan India, maka pemahaman arti penting komunikasi antarbudaya juga semakin diperlukan. Di samping itu, sekarang ini hampir di semua negara terjadi perubahan-perubahan kebudayaan, yang ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok sub-budaya yang berbeda dengan budaya dominan. Misalnya munculnya kelompok-kelompok pencinta alam, lingkungan hidup, kesetaraan jender, gang motor, penggemar kuliner, dan sebagainya. Masing-msing kelompok ini mempunyai nilai-nilai dan kebiasaan yang berbeda=beda. Jika kehadiran sub-sub kelompok ini tidak dipahami dan diperhatikan, maka akan timbul konfik setiap hari. 3) Kesadaran Internasional Penemuan teknologi transportasi dan komunikasi yang canggih mengakibatkan dunia semakin sempit, sehingga dunia menjadi ”global village”. Dunia sekarang ini sudah seperti desa. Interaksi antarmanusia ayng berbeda budaya, berbeda wilayah hampir terjadi setiap hari, baik di bidang politik, ekonomi, maupun perdagangan. Oleh sebab itu, mau tidak mau, suka atau tidak suka, setiap bangsa harus memahami budaya dan tradisi bangsa-bangsa lain guna kepentingan bersama. Sekarang ini hubungan yang berlangsung adalah saling ketergantungan/interdependensi antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Dalam konteks ini, pemahaman komunikasi antarbudaya pada tingkat internasional juga semakin dibutuhkan. Hal ini sudah terlihat dalam kenyataan seperti adanya kedutaan negara-negara di negara-negara lainnya, bahkan secara spesifik adanya Pusat-pusat Kebudayaan Negara di negara-negara lain semakin memperkuat indikasi arti penting kesadaran internasional ini. 2012 12 Drs. Riswandi, M.Si Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Cangara, Hafied, , 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grafindo Persada, Jakarta. Effendi, Onong Uchjana, 2004, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Bandung Rosda Karya, Littlejohn, Stephen W, Theories of Human Communication, 2007, Fifth edition, Wadsworth Publishing Company, Washington. McQuail, Denis, 1994, Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedua, Erlangga,Jakarta. Mulyana, Dedy, 2007, Komunikasi Suatu Pengantar, Rosda Karya, Bandung. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 2001, Pengantar Komunikasi, Universitas Indonesia, Jakarta 2012 13 Drs. Riswandi, M.Si Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id