Hambatan Komunikasi Antar Budaya

advertisement
i
LaporanStudiPustaka (KPM 403)
DAMPAK PERBEDAAN BUDAYA TERHADAP HAMBATAN
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
MARYA ULFA
DepartemenSainsKomunikasidanPengembanganMasyarakat
FakultasEkologiManusia
Institute PertanianBogor
2014
ii
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa laporanstudi pustaka yang berjudul “Dampak
Perbedaan Budaya Terhadap Hambatan Komunikasi Antarbudaya” benar-benar
hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada
perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
laporan studi pustaka. Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya
dan Saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor, Januari 2015
Marya Ulfa
NIM. I34110077
iii
ABSTRAK
MARYA ULFA. Dampak perbedaan budaya terhadap hambatan komunikasi
antarbudaya. Di bawah bimbingan Dr. Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Indonesia merupakan negara yang memiliki beranekaragam budaya. Perbedaan
budaya dapat mempengaruhi adanya hambatan-hambatan komunikasi
antarbudaya. Hambatan komunikasi dapat memicu adanya konflik antarbudaya,
maka pentingnya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan
komunikasi.Studi pustaka ini bertujuan untuk mengkaji dan mengidentifikasikan
hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi pada komunikasi antarbudaya.
Kajian ini dilakukan karena hambatan komunikasi yang terjadi akibat adanya
faktor sosial kultural, budaya, lingkungan, psikologi budaya, dan karakteristik
individu. Penulis menggunakan metode literature review dengan meringkas dan
mengkritisi, kemudian menganalisis dan menyintesis setiap temuan yang
didapatkan dari sepuluh jurnal penelitian terkait komunikasi antarbudaya.
Kata kunci : Budaya, hambatan komunikasi, komunikasi antarbudaya.
ABSTRACT
MARYA ULFA. Impact of cultural differences of intercultural communication
barriers. Under the guidance of Dr.Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Indonesia
is
acountry
withdiversecultures.
Cultural
differencescanaffecttheircommunication barriers intercultural. Communication
barrierscanlead toa conflictbetween cultures, it isimportantto analyzethe factors
that
influencefactorbarriers
communication.StudiThislibraryaimstoassessandidentify
thebarriers
tocommunicationthatoccurs ininterculturalcommunication. The study was
conductedbecause ofcommunication barriersthatare the result ofsocioculturalfactors, culture, environment, cultural psychology, andindividual
characteristics.
The
author
uses
themethod
ofliterature
reviewtosummarizeandcriticize,
thenanalyzeandsynthesizeany
findingsobtainedfromtenjournalsrelatedstudyof intercultural communication.
Keywords:
Cultural,
communication
culturalbarriers
tocommunication,
intercultural
iv
DAMPAK PERBEDAAN BUDAYA TERHADAP HAMBATAN
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Oleh
MARYA ULFA
I34110077
Laporan Studi Pustaka
sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
v
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini menyatakan bahwa laporan studi pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa
: Marya Ulfa
NIM
: I34110077
Judul
: Dampak perbedaan budaya terhadap hambatan komunikasi
antarbudaya
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403)
pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Disetujui oleh
Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir.Siti Amanah, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal pengesahan: _______________________
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan studi pustaka yang berjudul “Hambatan Komunikasi Terhadap Efektivitas
Komunikasi” ini dengan baik. Laporan studi pustaka ini ditujukan untuk
memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Sarwititi
Sarwoprasodjo, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, masukan dan waktu selama proses penulisan hingga
penyelesaian laporan studi pustaka ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih
kepada Ibu Dr. Ir. Ekawati S. Wahyuni, MS selaku dosen Koordinator Mata
Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) yang telah memberikan arahan serta bimbingan
terkait teknik penulisan laporan studi pustaka. Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada kedua orangtua tercinta, Ibu Siti Mastah dan Bapak Bambang
Sudiarba atas semangat dan doa yang tiada henti-hentinya mengalir untuk
kelancaran penulisan laporan studi pustaka ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman SKPM angkatan 48 yang telah berkenan
menjadi rekan bertukar pikiran dalam menyelesaikan laporan studi pustaka
ini.Semoga laporan studi pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2015
Marya Ulfa
NIM. I34110077
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
Metode Penulisan ................................................................................................ 2
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ......................................................... 3
1. Komunikasi antarbudaya pada mahasiswa Fisip UNSRAT (Kezia Sekeon
2013) ................................................................................................................ 3
2. Dampak migrasi terhadap efektivitas komunikasi lintas budaya.(W.E.
Tinambunan 2012) ........................................................................................... 5
3. Perubahan identitas budaya etnis Tionghoa di desa Pupuan Kecamatan
Pupuan Kabupaten Tabanan(I Putu Kusuma Yudha 2014). ............................ 6
4. Culture shock an obstacle for EFL leaners(Renan saylag 2013) .................... 8
5. Hambatan-hambatan komunikasi kepemimpinan regional di
pemerintahan(Evawani Elysa Lubis P 2012). ................................................ 10
6. Pengaruh hambatan komunikasi terhadap kinerja karyawan hotel(Jessica gani
2014). ............................................................................................................. 11
7. Hambatan komunikasi antarbudaya antara dosen native asal China dengan
mahasiswa Indonesia(Malista Pauline Christy 2013). ................................... 12
8. Hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak dalam pembinaan
budidaya sapi potong di Kabupaten Ogal Ilir(E. Rosana, A. Saleh, dan
Hadiyanto 2010). ............................................................................................ 13
9. Komunikasi antarbudaya etnik jawa dan etnik keturunan Cina(Eka
ErmitaAksan 2009) ........................................................................................ 15
10.Komunikasi antaretnik pada masyarakat multietnik di kawasan Sunan Ampel
Surabaya dalam kehidupan bertetangga(Angga Mahendra 2010). ................ 16
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 18
Komunikasi Antarbudaya .................................................................................. 18
Perubahan Identitas Budaya .............................................................................. 19
Hambatan Komunikasi Antar Budaya ............................................................... 21
SIMPULAN .......................................................................................................... 23
Hasil Rangkuman dan Pembahasan .................................................................. 23
viii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25
LAMPIRAN .......................................................................................................... 26
Mind Mapping ................................................................................................... 26
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 32
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perbandingan definisi komunikasi antarbudaya berdasarkan
jurnal tahun 1995-2001 .......................................................................... 18
Tabel 2 Perbandingan definisi identitas budaya berdasarkan jurnal tahun
1988-2014 .............................................................................................. 20
Tabel 3 Perbandingan definisi hambatan komunikasi antar budaya
berdasarkan jurnal tahun 2001-2013 ..................................................... 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Usulan Kerangka Analisis .................................................................. 25
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Mind mappingJurnal“Komunikasi Antar Budaya pada Mahasiswa
Fisip(Kezia Sekeon 2013) ....................................................................................27
2. Mind mapping Jurnal “Dampak Migrasi Terhadap Efektifitas Komunikasi
Lintas Budaya” (W.E. Tinambunan 2012)...........................................................28
3. Mind mapping Jurnal “Perubahan Identitas Budaya Etnis Tionghoa
Di Desa Pupuan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan” (I Putu
Kusuma Yudha 2014)............................................ ....................................... ......28
4. Mind mappingJurnal “Culture Shock an Obstacle for EFL Leaners”
(Renan Saylag 2013)....................................... .............................................. ......29
5. Mind mappingJurnal “Hambatan-Hambatan Komunikasi Kepemimpinan
Regional Di Pemerintahan” (Evawani Elysa LubisP 2012).................................29
6. Mind mappingJurnal “Pengaruh Hambatan Komunikasi Terhadap
Kinerja Karyawan Hotel” (Jessica Gani 2014) .............................................. ......30
7. Mind mapping Jurnal “Hambatan Komunikasi Antarabudaya Antara Dosen
Native Asal China Dengan Mahasiswa Indonesia” (Malista Pauline Christy
2013)............................................................................................................... .....30
8. Mind mapping Jurnal “Hambatan-Hambatan Komunikasi yang Dirasakan
Peternak dalam Pembinaan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten Ogal Ilir”
(E.Rosana, A.Saleh, dan Hadiyanto 2010)...........................................................31
9. Mind mapping Jurnal “Komunikasi Antarbudaya Etnik Jawa dan Etnik
Keturunan Cina” (Eka Ermita Aksan 2009)................................................... .....31
10. Mind mapping Jurnal “Komunikasi Antaretnik Pada Masyarakat Multietnik di
Kawasan Sunan Ampel Surabaya Dalam Kehidupan Bertetangga” (Angga
Mahendra)....................................................................................................... .....32
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa yang sangat luas, hampir
seluruh negara di dunia memiliki keanekaragaman suku, agama, dan etnis.
Keanekaragaman tersebut tentunya ditandai dengan keberagaman kebudayaan
antara budaya satu dengan budaya yang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari
perbedaan tatanan bahasa, pengetahuan, agama, nilai, perilaku, dan sikap.
Kebudayaan yang dimiliki oleh suku, etnis, dan agama turut mempengaruhi
hambatan komunikasi antarbudaya. Sehingga perbedaan budaya dapat menjadi
sebuah rintangan dalam berinteraksi satu sama lain. Sebagaimana dikemukakan
Cangara (2008) bahwa terdapat rintangan budaya yang menjadi gangguan dalam
berkomunikasi dimana rintangan budaya yang di maksud adalah rintangan yang
terjadi disebabkan adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut
oleh pihak-pihak yang terlibat dalam berkomunikasi.
Keanekaragaman masyarakat majemuk adalah hal yang dihargai pada
masyarakat Indonesia karena masyarakat Indonesia sendiri terdiri dari berbagai
macam suku, etnis, dan agama. Wilodati (2012) secara rinci menggambarkan
kemajemukan masyrakat Indonesia dari sisi: pertama, hubungan kekerabatan,
hubungan kekerabatan ini merujuk pada ikatan dasar hubungan darah (keturunan)
yang dapat ditelusuri berdasarkan dari keturunan ayah, ibu atau keduannya.
Kedua, ras dapat dibedakan dengan ciri-ciri fisik orang lain (rambut, kulit dan
bentuk muka). Ketiga, daerah asal merupakan tempat asal orang lahir yang akan
memberikan ciri tertentu apabila yang bersangkutan berada di tempat lain seperti
dialek yang digunakan, anggota organisasi yang bersifat kedaerahan seta prilaku.
Keempat, menggunakan bahasa sukunya masing-masing. Kelima, agama yang
dianut Indonesia yang berbeda-beda.
Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari
berbagai latar balakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan
konflik antar kelompok. Konflik kelompok di Indonesia , seperti konflik SARA
(suku, agama, ras, dan antar golongan) sudah menjadi konsekuensi dalam hidup
bermasyarakat majemuk, karena hal tersebut bisa terjadi kapan saja dengan
membawa identitas kelompok. Konflik SARA biasanya terjadi ketika antar
kelompok tidak dapat saling memahami budaya masing-masing dan merasa
budayanyalah yang lebih unggul dibanding yang lain (etnosentrisme).
Berbagai macam kesalahpahaman masih sering terjadi ketika kelompokkelompok budaya yang berbeda bertemu dan bergaul. Selain prasangka problem
yang lain adalah masing-masing anggota kelompok budaya menganggap budaya
mereka sebagai suatu kepastian, tanpa mempersoalkannya lagi (taken for granted)
dan karenanya mereka menggunakan sebagai standar untuk mengukur budayabudaya lain. Maka, sangat naif apabila mengatakan komunikasi antarbudaya itu
mudah dilakukan. Perbedaan latar belakang dan kekurangtahuan terhadap budaya
lain disebut menjadi dasar permasalahan hambatan komunikasi. Sehingga menjadi
penting rasanya untuk mengetahui asas-asas komunkasi antarbudaya terutama
dalam kemajemukan bangsa Indonesia saat ini yang rentan terhadap koflik
antarbudaya dikarenkan kurangnya kefektivitasan komunikasi antarbudaya
2
Tujuan Penulisan
Penulisan studi pusataka ini bertujuan untuk menganalisis dan
mensintesa definisi dari hambatan komunikasi antarbudaya, menganalisis dan
mensintesa perbedaan antarbudaya.
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini
yaitu meringkas, menganalisis, dan menyimpulkan dengan menggunakan berupa
jurnal penelitian ilmiah dan tesis yang berkaitan dengan tema dari studi pustaka
ini, yaitu dampak perbedaan budaya terhadap hambatan komunikasi antarbudaya.
Jurnal penelitian yang telah digunakan berjumlah 10 buah, sedangkan tesis yang
digunakan berjumlah 1 buah. Hasil dari ringkasan tersebut akan digunakan
sebagai landasan teori dan juga konsep mengenai hambatan komunikasi
antarbudaya. Studi pustaka ini terdiri dari Bab I yang berisi Pendahuluan; Bab II
berisikan ikhtisar atau ringkasan dari literatur-literatur yang berkaitan dengan
judul dari studi pustaka; Bab III berisikan analisis dan sintesis mengenai literaturliteratur yang sudah diringkas dan disesuaikan dengan judul dari studi pustaka dan
permasalahan yang akan diangkat; dan Bab IV berisikan kesimpulan beserta
kerangka pemikiran dan perumusan masalah dari analisis dan pembahasan
literatur-literatur yang sudah diringkas mengenai komunikasi antarbudaya,
hambatan komunikasi, perubahan identitas etnik.
3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
: Komunikasi antarbudaya pada mahasiswa Fisip
UNSRAT
: 2013
: Jurnal
: Elektronik
: Kezia Sekeon
: : : Jurnal Acta Diurna
: Vol 2, No 3 (2013) >Sekeon
: http://203.130.254.14
: Rabu, 24 September 2014
RingkasanPustaka
Penelitian ini meneliti bagaimana komunikasi antarbudaya pada
mahasiswa pendatang yang berkuliah di Fisip UNSRAT dengan mahasiswa
setempat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui cara mahasiswa
pendatang saat menyesuaikan diri pada lingkungan baru, mengetahui hambatanhambatan yang dialami mahasiswa pendatang saat menyesuaikan diri,
mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang dirasakan oleh mahasiswa
pendatang setelah mengalami gegar budaya. Perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana komunikasi antarbudaya pada mahasiswa
angkatan 2011 di Fisip Unsrat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
yang bersifat desktiptif yang menggambarkan tentang karakteristik individu,
situasi atau kelompok tertentu. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau
peristiwa. Lokasi penelitian sendiri dilakukan di Sulawesi Utara, khususnya
Manado.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, telah terjadi
perbedaan budaya yang membuat mahasiswa pendatang di Fisip Unsrat sulit
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dikarenakan mereka
hidup berkelompok yakni hanya bergaul dengan teman sedaerahnya. Dengan
begitu terjadinya kegelisahan atau kecemasan yang timbul karena hilangnya
tanda-tanda atau simbol-simbol yang menjadi kebiasaan seseorang berhubungan
sosial/berintraksi dengan orang lain. Perbedaan seperti bahasa, adat istiadat,
norma, bahkan tingkah laku yang membuat mahasiswa yang berasal dari luar
Sulawesi Utara harus mulai beradaptasi dengan budaya baru yang ada di
Sulawesi Utara.
Ada 3 hambatan yang dirasakan mahasiswa pendatang saat merasakan
gegar budaya ialah :
1) Bahasa/logat di Sulawesi Utara yang susah dimengerti oleh sebagian
4
mahasiswa pendatang sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk
mempelajarinya.
2) Hambatan yang di alami mahasiswa pendatang wanita ialah sifat
sombong, memilih-milih teman khususnya perempuan yang lebih
melihat penampilan luar saja, sehingga membuat mahasiswa
pendatang perempuan menarik diri dari lingkungan di Fisip Unsrat.
3) Hambatan yang dialami mahasiswa pendatang laki-laki ialah
pergaulan para mahasiswa laki-laki disini yang kebanyakan brutal,
suka minum-minum keras, sehingga para mahasiswa pendatang lakilaki mau tidak mau terpengaruh dengan kebiasaan kaum laki-laki.
Perubahan yang terjadi pada mahasiswa pendatang ada yang positif dan ada yang
negatif. Adapun perubahan positif :
1. Menguasai bahasa/logat daerah Sulawesi Utara
2. Menjadi pribadi yang lebih menghargai agama disebabkan Sulawesi
Utara merupakan daerah tingkat religi yang tinggi.
3. Kebiasaan menghormati orang yang lebih tua, sehigga sudah menjadi
kebiasaan setiap kali bertemu orang yang lebih tua harus mengucapkan
salam.
4. Para mahasiswa pendatang khususnya wanita terpengaruh dengan style
dan fashion/ cara berpenampilan dari orang-ornag Mando.
5. Para mahasiswa pendatang menajdi terbiasa dengan makanan-makanan
yang ada di Sulawesi Utara.
6. Menjadi pribadi mandiri.
Perubahan negatif :
1. Khusunya lelaki yang dahulunya tidak pernah minum-minum keras disini
mencoba dan akhirnya menjadi pemabuk.
2. Sebagian ada yang berubah dalam intonasi dan pengucapan kata, yang
dulunya intonasi dan kata-katanya lembut sekarang jadi keras dan
seringkali mengeluarkan kata-kata kotor.
3. Menjadi pribadi yang tertutup.
Analisis Pustaka
Penelitian ini tidak mencantumkan jumlah informan secara jelas, penulis
hanya mewawancari beberapa mahasiswa pendatang yang berkuliah di Unsrat.
Namun secara keseluruhan terdapat hubungan yang relevan antara tujuan dan
hasil pembahasaan peneliti. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh
beberapa ahli dalam indikator dan penjelasan mengenai komunikasi antarbudaya
dan gegar budaya. Secara substantif kajian ini sudah sangat jelas dan terperinci
dalam menjelaskan setiap indikator yang dijelaskan oleh para ahli.Ada
deskriminasi etnis pada penelitian ini dalam temuan perubahan negatif pada
mahasiswa pendatang, seperti sering kali mengeluarkan kata-kata kotor, menjadi
pribadi yang tertutup. Sebaiknya penulis tidak langsung mendeskriminasikan
seperti itu, dikarenakan takut akan penduduk daerah Sulawesi asli akan
tersinggung.
5
2. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
: Dampak
migrasi
terhadap
komunikasi lintas budaya.
: 2012
: Jurnal
: Elektronik
: W.E. Tinambunan
: : : Jurnal Ilmu Komunikasi
: Vol 1, No 02 (2012)
: http://ejournal.unri.ac.id
: Minggu, 28 September 2014
efektivitas
Ringkasan Pustaka
Peneliti ini meneliti bagaimana dampak migrasi terhadap kegagalan
komunikasi dalam masalah migran di kependudukan Bengkalis. Tujuan dari
peneliti lakukan adalah menggambarkan dan memahami suatu masyarakat
sebagaimana adanya dalam konteks satu keutuhan atau satu kesatuan yang bulat.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang mengarah pada
pendekatan deskriptif. Subjek penelitian adalah penduduk lokal dan pendatang,
tokoh masyarakat dan tokoh pemuda di tingkat kecamatan jumlahnya 250 orang.
Lokasi penelitian ini di lakukan di Kabupaten Bengkalis.
Kegagalan komunikasi itu tidak kurang penting dalam masalah migran
kependudukan di Bengkalis yang tingkat pertumbuhannya semakin tinggi di mana
kegiatan penduduknya semakin kompleks. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
penulis terdapat dua dampak perkembangan para migran di Bengkalis. Pertama
dampak migran terhadap perkembangan sosial kemasyarakatan, yaitu hubungan
sosial yang dilakukan para migran di Bengkalis dalam setiap kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan, misalnya dalam kegiatan adat, kemalangan, kegiatan keagamaan,
paguyuban-paguyuban, maupun kegiatan gotong-royong. Para migran tinggal
berkelompok dalam suatu daerah tertentu, sehingga muncul nama daerah sesuai
dengan daerah asal mereka. Contohnya : salah satu nama jalan atau gang di daerah
Duri Kecamatan Mandau bernama: Gang Toba. Nama jalan atau gang tersebut
menunujukkan bahwa migran yang bertempat tinggal di daerah itu dominan
berasal dari daerah Toba atau Tapanuli, Sumatera Utara. Dengan mereka tinggal
berkelompok, tejadi suatu peristiwa di luar dari etnis individu atau kelompoknya
maka migran merasa tidak perlu ambil bagian dalam peristiwa itu. Artinya
berpikir sempit dan lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya yang sesuai
dengan budaya migran.
Kerukunan sosial sebagai kunci pembangunan kesejahteraan keluarga
berperan penting dan diperlukan dalam konteks ketertiban dan keamanan
sehingga benturan-benturan di antara migran dan masyarakat lokal dapat
dihindarkan. Dengan penelitian ini dampak sosial kemasyarakatnnya tidak
berjalan dengan baik dikarenakan banyaknya berbagai suku yang kumpul di satu
daerah dan mengakibatkan hidup berkelompok. Dampak kedua, dampak migrasi
terhadap perkembangan sosial budaya kemasyarakatan yaitu migrasi yang telah
melakukan perpindahan penduduk dan cenderung menetap di tempat tujuan, atau
perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi permanen merupakan
6
mobilitas sosial permanen. Setelah mereka menetap di tempat tujuan, maka
terjadilah adopsi kebudayaan. Dalam hal menerima kebudayan baru masyarakat di
Kabupaten Bengkalis kadang-kadang menimbulkan perbenturan budaya yang
menimbulkan kerugian dalam berbagai pihak. Perubahan budaya akibat adaptasi
antara migran dengan migran, antara migran dengan penduduk lokal dala
kehidupan sehari-hari.Dimana perkembangan budaya pada masyarakat Bengkalis
sendiri merupakan bentuk dari mobilitas sosial, karna menyangkut dalam
perubahan status, tempat tinggal, jabatan dan lain-lain. Warga masyarkat yang
demikian tentu tidak kan begitu saja melakukan mobilitas sosial tanpa alasan,
karena itu setelah menerima informasi mengenai budaya, kemudian memutuskan
untuk mengadopsinya, dengan demikian proses perubahan sosial budaya bagi
masyarakat Bengkalis mulai berlangsung.
Perubahan-perubahan sosial sendiri ditimbulkan oleh karena terjadinya
proses akulturasi, dimana kadang-kadang terjadi individu bertentangan dengan
lingkungan, individu menggunakan lingkungannya, individu berperan aktif
dengan lingkungannya, serta individu dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Warga masyarakat Benkalis sendiri tidak merasa keberatan
apabila kebudayaan daerah yang dibawa warga masyarkat pendatang
dikembangkan di wilayah ia bertempat tinggal, karena merupakan hak masingmasing suku. Menurut para informan mengatakan bahwa masing-masing migran
dapat mengembangkan kebudayaan dalam setiap acara-acara pernikahan,
kematian, melahirkan, memasuki rumah baru, dan sebagainya asalkan saja tidak
merusak tatanan kebudayaan masyarakat Bengkalis sendiri. Warga masyarkat
Bengkalis juga sangat terbukan dengan warga masyarakat pendatang asalkan
masing-masing individu, dan kelompok dari migran saling menjaga dan
menghormati kebudayaan yang telah ada.
Analisis Pustaka
Berdasarkan penelitian ini tidak mencantumkan jumlah informan secara
jelas. Penelitian ini rata-rata pustaka yang dirujuk adalah tahun berkisar 1980-an,
padalah mengenai dampak migrasi terhadap efektivitas lintas budaya sudah
banyak diteliti oleh para ahli. Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah
menyajikan hasil yang cukup relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari
penelitian yang telah dilakukan. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh
beberapa ahli dalam indikator dan penjelasan mengenai efektivitas komunikasi
lintas budaya.
3. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
: Perubahan identitas budaya etnis Tionghoa di
desa Pupuan Kecamatan Pupuan Kabupaten
Tabanan.
: 2014
: Jurnal
: Elektronik
: I Putu Kusuma Yudha
:: Vol 02, No 03 (2014)
: http://pps.unud.ac.id
7
Tanggal diunduh
: Selasa, 30 September 2014
Ringkasan Pustaka
Peneliti ini meneliti bagaimana perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa
di desa Pupuan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Tujuan dari peneliti
lakukan adalah untuk mengetahui perubahan Identitas budaya etnis Tionghoa di
Desa Pupuan, untuk memahami faktor yang mempengaruhi perubahan identitas
Etnis Tionghoa di Desa Pupuan, untuk menginterpretasi implikasi dan makna
perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa di Desa Pupuan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yakni data dikumpulkan
melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentar. Adapun teori yang
digunakan oleh peneliti yaitu teori hibriditas, teori hegemoni, dan teori praktik.
Berdasarkan temuan yang didapatkan penelitian ini adalah pertama
perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa sangat terlihat pada, perubahan agama
dan kepercayaan, dimana pada awal Etnis Tionghoa agama yang dianut oleh Etnis
Tionghoa adalah agama tradisional Tionghoa yang mengutamakan pada
penghormatan leluhur dan Dewa-dewa ( termasuk Budha di dalamnya). Dan pada
masa orde baru Etnis Tionghoa dipaksa oleh pemerintah untuk meninggalkan
budaya mereka sendiri dan melakukan asimilasi total pada pribumi, termasuk
kepercayaan yang mereka anut. Sedangkan pada perubahan bahasa dan perubahan
nama, pada generasi pertama Tionghoa yan datang ke Desa Papuan masih kental
dalam penggunaan bahasa ko’i. Generasi kedua, masyarakat Etnis Tionghoa di
Desa Pupuan mulai mempergunakan bahasa Bali, disamping bahasa ko’i sebagai
bahasa sehari-hari sedangkan generasi ketiga, penggunaan bahasa ko’i sebagai
alat komunikasi sehari-hari semakin berkurang. Bahasa yang digunakan adalah
bahasa Bali dan bahasa Indonesia bahkan dalam komunikasi sesama Etnis
Tionghoa. Sedangkan yang perubahan nama, pada umumnya nama seseorang
Etnis Tionghoa terdiri paling banyak 3 suku kata. Nama yang pertama
menjelaskan marganya (she), dan 2 nama belakangnya adalah nama yang
sebenarnya.Masyarakat Tionghoa mempergunakan nama Tionghoanya sebagai
nama resmi dalam identitas, termasuk identitas kependudukan sampai dengan 27
Desember 1966.
Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi identitas budaya Etnis
Tionghoa di Desa Pupuan berkaitan erat dengan kondisi sosial politik yang
berkembang pada masa tersebut. Selain itu adanya kesamaan filosofi yang
mendasari gerak langkah kehidupan masyarakat di Desa Pupuan juga mendukung
perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa. Adapun faktor-faktor tersebut :
Adanya kesamaan/kemiripan nilai budaya antara Etnis Bali dengan Etnis
Tionghoa. Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan identitas budaya Etnis
Tionghoa adalah adanya kesamaan nilai budaya merupakan modal yang
menjadikan proses perubahan identitas budaya etnis Tionghoa menjadi identitas
budaya baru yang bersifat hibrid di Desa Pupuan berlangsung secara damai.
Sedangkan faktor sosial ekonomi juga mendukung adanya proses perubahan
identitas budaya Etnis Tionghoa di Desa Papuan, diantaranya. Pertama, hakekat
kerja serta usaha manusia, dimana etos kerja Etnis Tionghoa banyak dipengaruhi
banyak dipengaruhi oleh ajaran konfusius. Kedua,hubungan antara manusia
dengan sesamanya. Dalam ajaran Budha dikembangkan sifat suka menolong
antara manusia dengan sesamanya. Adapun faktor perubahan politik di Indonesia.
8
Pada masa pemerintahan Orde Baru, Etnis Tionghoa dihilangkan identitas
etnisnya.Berbagai unsur yang terkait dengan budaya leluhur dihilangkan dengan
memperkenalkan politik asimilasi total yang bertujuan menghapuskan tiga pilar
budaya Tionghoa yakni sekolah, organisasi dan media China sebagai sarana
pengembangan budaya dan adat istiadat leluhur. Dengan melaksanakan asimilasi
inkorporasi, pemerintah meminta etnis Tionghoa untuk menghilangkan identitas
ke Chinaannya menjadi Indonesia.
Ketiga, adanya perubahan indentitas budaya ini tentunya membawa
implikasi bagi Etnis Tionghoa di Desa Pupuan. Implikasi yang timbul pada Etnis
Tionghoa di Desa Pupuan, muncul secara sosial (kolektif) maupun secara
individual, yang mana kedua dampak ini ditanggapi secara berbeda oleh masingmasing individu. Secara sosial, perubahan identitas budaya tentunya membawa
implikasi bagi Etnis Tionghoa. Ketika Etnis Tionghoa di Desa Pupuan melakukan
proses mimikri (peniruan) budaya Bali dalam kehidupan sehari-harinya, maka
berdampak langsung terhadap rasa solidaritas yang tinggi antara Etnis Bali dengan
Tionghoa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial keagamaan
di Desa Pupuan. Akan tetapi sebaliknya, ketika Etnis Tionghoa mulai
meninggalkan identitas ke-Baliannya menuju kearah sebuah identitas yang
berorientasi nasional dan internasional, maka mulai timbullah ruang pemisah
antara Etnis Tionghoa dengan Etnis Bali. Selain membawa implikasi sosial,
perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa juga membawa implikasi individu,
personal Etnis Tionghoa itu sendiri. Secara individu, perubahan identitas ini
terlihat pada perubahan kepercayaan, penggunaan bahasa sehari-hari dan
perubahan nama.
Analisis Pustaka
Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang
cukup relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah
dilakukan. Namun tidak mencantumkan berapa jumlah informan secara jelas.
Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam indikator dan
penjelasan mengenai identitas budaya dan budaya. Pejelasan penelitian dari
keseluruhan sudah sangat jelas dan detail. Terlalu banyak teori yang digunakan
sehingga banyak pendapat yang berbeda. Dalam penjabaran rujukan, penelitian ini
tidak terlalu menggunakan penelitian terbaru atau stade of the art yang dilakukan
oleh peneliti-peneliti lain. Rata-rata pustaka yang dirujuk adalah tahun berkisaran
1979-1999, padahal penelitian mengenai perubahan identitas budaya sudah
banyak di teliti oleh para ahli belakangan ini khusunya peneliti yang berasal dari
Indonesia.
4. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
: Culture shock an obstacle for EFL leaners
: 2013
: Journal international
: Elektronik
: Renan saylag
: : Vol 02, No 01 (2013)
: http://ac.els-cdn.com
: Rabu, 1 Oktober 2014
9
Ringkasan Pustaka
Peneliti ini meneliti bagaimana gegar budaya terjadi dikalangan
mahasiswa baru dengan guru dan mahasiswa lainnya. Tujuan dari peneliti yang
penulis lakukan adalah bagaimana mahasiswa asing Turki melihat dan mengalami
budaya negara tuan rumah, apa kesulitan budaya yang paling umum bahwa siswa
EFL hadapi.Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian kualitatif,
informan yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 66 persen laki-laki dan
34 persen perempuan, 96 persen di antaranya masuk dalam kelompok usia 18
sampai 25 tahun. Informan meliputi berbagai kelompok usia, latar belakang etnis,
dan jurusan akademik yang berbeda. Semua infroman diberi kuesioner dan
disajikan dengan pertanyaan wawancara terbuka.
Berdasarkan temuan yang di dapatkan peneliti ini, dari jawaban siswa
terhadap pertanyaan wawancara pertama menunjukan bahwa 25 dari mereka tidak
merasa percaya diri baik dalam atau keluar dari kelas. Empat dari mereka berpikir
bahwa teman-tman mereka menghina mereka karena merasa bahwa mereka
berasal dari negara-negara berkembang. Salah seorang mahasiswa perempuan
Rusia mengatakan bahwa dia tidak merasa nyaman di kelas dan merasa bahwa
seluruh siswa sedang mencaci jijik pada pakaiannya jawaban atas pertanyaan
wawancara kedua menunjukkan bahwa siswa tidak senang dengan dukungan yang
mereka telah terima. Dari 29 siswa mengklaim bahwa sekolah tidak melakukan
apapun untuk siswanya, bahwa guru selalu berbicara Bahasa Inggris dan guru
tidak megetahui budaya setiap masing-masing mahasiswwa asing. Ada 23
mahasiswa Arab menyatakan bahwa guru tidak terbuka dengan mereka selama
istirahat. Dua puluh dua siswa mengatakan bahwa mereka membutuhkan orientasi
rinci tentang budaya Turki dan ingin sekolah dilakukan dengan dua guru satu dari
budaya mereka sendiri dan dari budaya Turki sendiri. Ada 28 siswa ingin guru
dari budaya mereka sendiri. Sembila dari mereka mengatakan bahwa mereka tidak
bisa berbahasa inggris, dan itu sangat membuat mereka terkejut ketika ada siswa
lain mengajak berbicara bahasa inggris.
Berdasarkan temuan peneliti lainnya bahwa dalam kondisi seperti ini,
toleransi dan menjaga pikiran yang terbuka mengenai budaya lokal mungkin
lebih mudah untuk melakukan dari pada penerimaan yang bersedia. Bantuan dari
jaringan host-nasional begitu penting karena melalui itu mahasiswa asing dapat
belajar keterampilan sosial budaya lokal mereka. Peran guru dalam semua ini ada
dua: untuk struktur pengalaman belajar, untuk memastikan bahwa ‘culture shock’
produktif dan positif, dan tidak berlebihan dan negatif, dan untuk membantu
peserta didik untuk menyediakan lingkungan yang dari tanggapan meraka
terhadap lingkungan baru.Guru EFL sendiri harus memiliki keterampilan dan juga
kemampuan untuk menafsirkan dokumen atau acara dari budaya lain. Guru EFL
juga harus mampu mengembangkan siswanya kompetensi antarbudaya yang akan
memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang
budaya yang berbeda.
Analisis Pustaka
Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang
sudah relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah
10
dilakukan. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam
indikator dan penjelasan mengenai gegar budaya. Dalam penjabaran rujukan,
penelitian ini tidak terlalu menggunakan penelitian terbaru atau stade of the art
yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Rata-rata pustaka yang dirujuk adalah
tahun berkisaran 1987-1990 dan terdapat sedikitnya rujukan pustaka. Jumlah
informan yang terlalu banyak di wawancarai, sehingga banyaknya jawaban yang
kurang jelas.
5. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
: Hambatan-hambatan komunikasi kepemimpinan
regional di pemerintahan.
: 2012
: Jurnal
: Elektronik
: Evawani Elysa LubisP
: Jurnal ilmu komunikasi
: Vol 1, No 01 (2012)
: http://ejournal.unri.ac.id
: 29 Oktober 2014
Ringkasan Pustaka
Peneliti ini meneliti bagaimana hambatan-hambatan komunikasi kepemimpinan
regional di pemerintahan.Tujuan dari penelitian ini yang penulis lakukan adalah
untuk mengetahui dan menganalisis hambatan-hambatan komunikasi
kepemimpinan regional (kepala daerah), untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan komunikasi organisasi bisa berkembang menjadi suatu konflik dalam
suatu struktur yang formal pada tingkat pemerintah daerah. Penelitian ini
menggunakan jenis metode penelitian deskriptif dengan mengumpulkan data dari
infroman. Informannya antara lain mantan Sekda Kampar, ajudan Bupati Kampar,
anggota DPRD Kampar, tokoh masyarakat, guru, wartawan, dan Bupati Kampar
(H.Jefry Noer). Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kampar Kecamatan
Bangkinang.
Berdasarkan temuan yang di dapatkan penelitian ini, dari uraian konflik di
Kampar ada beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya konflik, antara
lain yang pertama dukungan politik yang tidak terlalu kuat terhadap pasangan H.
Jefry Noer dan H.A Zakir,SH. MM sebagai Bupati dan wakil Bupati. Faktor
kedua, gaya kepemimpinan H.Jefry Noer selaku Bupati Kampar yang menurut
beberapa pihak, tidak lazim menurut aturan, sistem dan mekanisme birokrasi.
Faktor ketiga, Jefry Noer dalam melaksanakan tugasnya selaku Bupati kurang
akomodatif, kurang persuasive dan cenderung konfrontatif. Temuan penelitian
lainnya, berdasarkan beberapa faktor konflik tersebut menyebabkan, pertama
hambatan-hambatan komunikasi organisasi yang melatarbelakangi konflik yang
ada di Pemerintahan Kabupaten Kampar. Pada konflik yang terjadi di
Pemerintahan Kabupaten Kampar tersebut, terlihat adanya hambatan-hambatan
komunikasi formal antara Bupati sebagai atasan dengan jajaran pendidikan
sebagai bawahan. Pelaksanaan komunikasi organisasi secara formal di Kabupaten
Kampar tidak berjalan lancar, sering terjadi hambatan-hambatan sehingga
menyebabkan komunikasi infromal yang bersifat selentingan berkembang dengan
11
baik. Adapun gaya kepemimpinan yang otoriter dan gaya komunikasi berupa
instruksi dan selalu menyalahkan sering memicu konflik antara Bupati dengan
bawahannya. Kompetensi komunikasi yang kurang baik dari Bupati juga
memperburuk hubungannya dengan bawahan dan berbagai elemen masyarakat.
Hal ini tentu saja memperburuk keadaan dan konflik menjadi begitu luas dan sulit
mencari solusinya
Analisis Pustaka
Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang
sudah relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah
dilakukan. Temuan yang didapat yaitu hambatan komunikasi yang dilihat dari
faktor konflik Pemerintahan Kabupaten Kampar, terdapat hambatan menyebabkan
komunikasi informal dan gaya kepemimpinan yang otoriter. Terdapat banyak
perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam indikator dan penjelasan
mengenai komunikasi formal, hambatan komunikasi, gaya kepemimpinan. Dalam
penjabaran rujukan, penelitian ini tidak terlalu menggunakan penelitian terbaru
atau stade of the art yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Rata-rata pustaka
yang dirujuk adalah tahun berkisaran 1990-an.Tidak adanya perbandingan teori
mengenai hambatan komunikasi, padahal penelitian sangat di fokuskan ke
hambatan komunikasi.
6. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
: Pengaruh hambatan komunikasi
kinerja karyawan hotel.
: 2014
: Jurnal
: Elektronik
: Jessica gani
: Jurnal e-komunikasi
: Vol 2. No.1 Tahun 2014
: http://studentjournal.petra.ac.id
: 29 Oktober 2014
terhadap
Ringkasan Pustaka
Tujuan dari penelitian ini yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui
pengaruh hambatan komunikasi terhadap kinerja karyawan di Hotel Midtown
Surabaya. Jenis yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif. Metode penelitian
yang digunakan adalah survei dengan penerapan skala Likert. Informan dari
penelitian ini sendiri yaitu seluruh karyawan Hotel Midtwon Surabaya yang
berjumlah 101 orang. Lokasi penelitian dilakukan di Surabaya.
Berdasarkan temuan yang di dapatkan penelitian ini, hambatan komunikasi
berpengaruh terhadap kinerja karyawan Hotel Midtown Surabaya, baik secara
individu maupun tim kerja. Hambatan komunikasi yang ditemukan sering terjadi
dikarenkan beberapa hal, yaitu hambatan teknis, hambatan semantik, dan
hambatan perilaku. Dari sisi hambatan teknis, karyawan Hotel Midtwon tidak
memiliki penguasaan teknik dan metode berkomunikasi dalam menyampaikan
pesan kepada rekan kerja lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan penyampaian
12
pesan yang seringkali terganggu karena mereka tidak memiliki cara yang tepat
untuk mengerjakan sesuatu dan tidak memiliki kecakapan dalam menyampaikan
pesan. Dari sisi hambatan semantik yang sering terjadi dikarenakan karyawan
Hotel Midtown Surabaya sering salah ucap dalam menyampaikan informasi,
sehingga terjadi keselahpahaman. Misalnya, kesalahan menafsirkan pesan,
kesalahan dalam memberikan pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat dan
kode) yang dipergunakan dalam proses komunikasi. Dari sisi hambatan perilaku
yaitu komunikasi terhambat karena mereka memiliki prasangka buruk, rasa
curiga, dan ketidakpercayaan pada saat berkomunikasi dengan rekan sekerja
mereka. Hal ini disebabkan dari faktor pengalaman individu yang sebelumnya
memiliki kejadian kurang baik, sehingga pada saat berbicara komunikator maupun
komunikan akan memiliki pemikrian yang kuran baik dahulu.
Analisis Pustaka
Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang
sudah relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah
dilakukan. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam
indikator dan penjelasan mengenai hambatan komunikasi. Temuan dalam jurnal
ini adalah terdapat tiga hambatan komunikasi terhadap kinerja karyawan yakni,
hambatan hambatan teknis, hambatan semantik, dan hambatan perilaku.
7. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
: Hambatan komunikasi antarbudaya antara
dosen native asal China dengan mahasiswa
Indonesia.
Indonesia program studi Tionghoa Universitas
Kristen Petra.
: 2013
: Jurnal
: Elektronik
: Malista Pauline Christy
: Jurnal e-komunikasi
: Vol 1. No.2 Tahun 2012
: http://studentjournal.petra.ac.id
: 29 Oktober 2014
Ringkasan Pustaka
Peneliti ini meneliti bagaimana hambatan komunikasi antarbudaya antara
dosen native asal china dengan mahasiswa Indonesia.Tujuanpeneliti adalah untuk
mengetahui bagaimana hambatan komunikasi antarbudaya yang terjadi antara
dosen native asal China dengan mahasiswa Indonesia program studi Sastra
Tionghoa Universitas Kristen Petra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang utama dalam metode
studi kasus adalah dengan wawancara dan observasi. Subjek penelitian ini adalah
proses komunikasi antarbudaya yang terjadi di antara dua unit analisis, yakni
dosen native asal China dengan mahasiswa Indonesia Etnis Tionghoa.Informan
dosen native asal China dari penelitian ini sendiri yaitu individu yang merupakan
warga negara asing yang berasal dari China daratan, memiliki bahasa ibu bahasa
13
Mandarin, terdaftar sebagai dosen native di program studi sastra Tionghoa
Universitas Kristen Petra selama minimal 1 tahun, namun tidak tinggal menetap
dan tidak menikah dengan orang Indonesia. Informan mahasiswa Indonesia dalam
penelitian ini adalah individu yang terdaftar sebagai mahasiswa dan telah belajar
di program studi Sastra Tionghoa Universitas Kristen Petra, merupakan warga
negara Indonesia yang beretnis Tionghoa, pernah atau sedang diajar oleh dosen
native asal China selama masa perkuliahan di UK petra, dan sedang mengambil
mata kuliah untuk semester empat.
Berdasarkan temuan yang didapatkan peneliti ini adalah untuk mengetahui
bagaimana hambatan komunikasi antarbudaya yang terjadi antara dosen native
asal China dengan mahasiswa Indonesia program studi Sastra Tionghoa
Universitas Kristen Petra. Hambatan komunikasi antar dosen native China dengan
mahasiswa Indonesia yaitu terjadi hambatan persepsi, adanya perbedaan nilai
(values) antara dosen native China dengan mahasiswa Indonesia, China yang
mayoritas tidak memiliki keanggotaan agama sedangkan mahasiswa memiliki
agama yang mayoritas adalah kristiani. Selain adanya hambatan nilai, sikap
(attitude) juga salah satu hambatan komunikasi mereka, dimana adanya perbedaan
dalam gaya belajar antara dosen native asal China dan mahasiswa Indoensia.
Hambatan lainnya yaitu hambatan verbal atau keterampilan berbahasa yaitu
kurangnya keterampilan bahasa Mandarin mahasiswa, membuat mereka kesulitan
dalam menjadi dan menyandi balik pesan dalam bahasa Mandarin. Hal ini
terwujud dengan adanya pelafalan, tata bahasa, intonasi dan kosakata yang salah.
Hal ini membuat pesan yang dimaksud mahasiswa berbeda dengan apa yang
mereka sandikan kepada dosen native, dan membuat dosen native kesulitan
menyandi balik pesan tersebut.
Analisis Pustaka
Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang
sudah relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah
dilakukan. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam
indikator dan penjelasan mengenai hambatan komunikasi. Penelitian ini dalam
menganalisis suatu masalah sudah sangat baik. Bisa dilihat dari temuan yang
didapat.
8. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
: Hambatan-hambatan
komunikasi
yang
dirasakan peternak dalam pembinaan budidaya
sapi potong di Kabupaten Ogal Ilir.
: 2010
: Jurnal
: Elektronik
: E. Rosana, A. Saleh, dan Hadiyanto
: Jurnal elektronik
: Vol. 08, No 1.
: http://journal.ipb.ac.id
: 29 Oktober 2014
14
Ringkasan Pustaka
Peneliti ini meneliti bagaiamana hambatan-hambatan komunikasi yang
terjadi pada proses transfer inovasi dari pembina ke peternak. Tujuan peneliti
lakukan adalah mendeskripsikan faktor karakteristik individu dan aktivitas
komunikasi yang ada pada peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir,
mendeskripsikan hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi
potong di Kabupaten Ogan Ilir, menganalisis hubungan antara faktor karakteristik
individu dan aktivitas komunikasi dengan hambatan-hambatan komunikasi yang
dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir, menganalisis hubungan
antara faktor karakteristik individu dengan aktivitas komunikasi pada peternak
sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu metode penelitian deskriptif. Lokasi penelitian ini sendiri dilakukan
Kabupaten Ogan Ilir.
Berdasarkan temuan yang di dapatkan peneliti yaitu pertama, faktor
karakteristik individu peternak di Kabupaten Ogan Ilir adalah pada pada
umumnya umur paruh baya, pendidikan tamat SD, pendapatan rendah,
pengalaman beternak sapi potong rendah, kekosmopolitan rendah dan tingkat
pengetahuan tentang budidaya sapi pootong tinggi.
Sedangkan aktivitas
komunikasi yang diamati dalam penelitian ini yaitu intensitas komunikasi, metode
komunikasi, pencarian informasi, keterlibatan dalam kelompok dan arah
komunikasi. Kedua, hambatan komunikasi yang paling dirasakan peternak adalah
pada faktor perhatian dan keakraban, disusul dengan faktor prasangka, perbedaan
harapan dan perbedaan kebutuhan. Ketiga, pengalaman peternak berhubungan
pada faktor hambatan (prasangka, perhatian, keakraban) serta berhubungan
dengan hambatan komunikasi faktor perbedaan kebutuhan. Karakteritisk
kekosmopolitan peternak berhubungan sangat negatif dengan faktor hambatanhambatan komunikasi pada prasangka, perbedaan kebutuhan, perhatian, dan
keakraban. Karakteristik tingkat pengetahuan perternak berhubungan sangat
negatif dengan seluruh faktor hambatan-hamabtan komunikasi yang dirasakan
peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Keempat, faktor karateristik umur
peternak berhubungan nyata dengan aktivitas komunikasi pada aspek intensitas
komunikasi, pendidikan berhubungan nyata pada aspek aktivitas keterlibatan
dalam kelompok dan sangat nyata dengan aktivitas komunikasi dalam pencarian
informasi dan arah komunikasi, pendapatan berhubungan nyata dengan aktivitas
komunikasi dalam pencarian infromasi, pengalaman berhubungan nyata negatif
dengan aktivitas komunikasi dalam metode komunikasi, kekosmopolitan
berhubungan sangat nyata dengan kesemua aspek aktivitas komunikasi dan
tingkat pengetahuan berhubungan nyata dengan aktivitas komunikasi pada aspek
intensitas komunikasi dan sangat nyata pada empat aspek lainnya dari peubah
aktivitas komunikasi.
Analisis Pustaka
Penelitian ini menjelaskan mengenai hambatan komunikasi yang dirasakan
pada seorang peternak dengan pembinaan budidaya sapi potong. Dalam
penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang sudah relevan
antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan.
Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam indikator dan
15
penjelasan mengenai hambatan komunikasi. Temuan dari jurnal ini sudah sangat
baik penjabarannya.
9. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
: Komunikasi antarbudaya etnik jawa dan etnik
keturunan Cina
: 2009
: Jurnal
: Elektronik
: Eka ErmitaAksan
: Jurnal ilmu komunikasi
: Vol. 7, (No.1) Hal: 1-15
:
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/
article/viewfile/6/34
: 30 Oktober 2014
Ringkasan Pustaka
Tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah meneliti bagaimana
komunikasi antarbudaya yang terjadi pada masyarakat Etnis Jawa dan Etnis Cina
di Solo. Metode yang digunakan penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan wawancara terhadap
delapan warga Kampung Balong, Kelurahan Sudiroprajan, Surakarta yang terdiri
dari empat orang adalah etnik keturunan Cina, dan empat orang lainnya adalah
etnik pribumi (Jawa). Tujuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang
mendalam. Wawancara pada penelitian ini juga dilengkapi dengan pedoman
wawancara (interviewguide) sebagai instrumen pengumpulan data dalam
melakukan wawancara serta tape recorder sebagai alat bantu dalam proses
wawancara.
Berdasarkan temuan yang dilakukan oleh peneliti, terdapat dua hambatan
komunikasi yang dapat diatasi oleh Etnik Cina dan Etnik Jawa. Hambatan
pertama adalah perbedaan agama, namun perbedaan tersebut yang terjadi di antara
mereka tidak menimbulkan permasalahan, bahkan sangat terjaga sehingga nyaris
tidak pernah terjadi perkelahian SARA di Kampung Balong. Etnik keturunan Cina
yang mayoritas beragama Nasrani dan Etnik Jawa yang mayoritas beragama
Islam, hidup dengan kondisi yang harmonis dengan mempraktikkan sikap
toleransi, saling menghargai, dan memahami perbedaan latar belakang budaya,
agama dan sistem nilai sudah terjadi secara turun temurun.
Hambatan kedua adalah bahasa. Hambatan komunikasi ini tidak menjadi
permasalahan yang berarti karena dari segi penggunaan bahasa, mereka
menggunakan bahasa yang sama yaitu bahasa Jawa. Kesamaan penggunaan
bahasa membantu proses komunikasi di antara Etnik Jawa dan Etnik keturunan
Cina. Etnik keturunan Cina menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi
tidak hanya dalam interaksi sosial dengan Etnik Jawa saja, melainkan mereka
menggunakan bahasa Jawa untuk berinteraksi dengan sesama etnik keturunan
Cina juga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, ditemukan fakta bahwa
etnik keturunan Cina di Kampung Balong memaknai diri mereka sebagai etnik
pribumi (Jawa) karena mereka telah lahir dan tumbuh besar di Kampung Balong
16
bersama-sama Etnik Jawa lainnya. Mereka juga telah memahami satu sama lain
sehingga komunikasi yang terjalin di antara mereka berjalan sangat lancar.
Analisis Pustaka
Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini, secara keseluruhan terdapat
hubungan yang relevan antara tujuan dan hasil pembahasan dari penelitian, yaitu
komunikasi antarbudaya Etnik Jawa dan Etnik Cina terjalin secara harmonis,
saling menghargai, dan berjalan sangat lancar sehingga mencapai komunikasi
antarbudaya yang efektif dalam kesehariannya. Hal ini tercermin dari cara mereka
mengatasi hambatan komunikasi agama dan bahasa. Walaupun terdapat perbedaan
agama, namun mereka tetap hidup rukun dan saling menghargai.
10. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
: Komunikasi antaretnik pada masyarakat
multietnik di kawasan Sunan Ampel Surabaya
dalam kehidupan bertetangga.
: 2010
: Jurnal
: Elektronik
: Angga Mahendra
: Jurnal komunikasi
: Vol 06. No 1. Hal 1-15
: http://journal.unair.ac.id
: 30 Oktober 2014
Ringkasan Pustaka
Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mendeskripsikan
kondisi kondisi komunikasi antaretnik yang dilakukan komunitas multietnis di
kawasan Sunan Ampel Surabaya dalam kehidupan bertetangga serta stereotip dan
prasangka suatu etnis terhadap etnis lain di kawasan Ampel dalam berkomunikasi
yang dapat memicu terjadinya konflik antaretnik. Metodologi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif yang
bertujuan untuk menggambarkan komunikasi dalam kehidupan masyarakat
multietnik di kawasan Sunan Ampel Surabaya. Sasaran dari penelitian ini adalah
komunitas multietnik yang tinggal dikawasan Sunan Ampel Surabaya. Infromaninforman yang akan diwawancarai oleh peneliti adalah tiga orang pria dengan
kisaran usia 42-58 tahun yang kesemuanya berprofesi sebagai pedagang, ketiga
informan tersebut berasal dari tiga etnis berbeda yaitu Arab, Cina, dan Madura.
Informan yang berasal dari Etnis Arab dan Madura beragama Islam, sedangkan
informan yang berasal dari Etnis Cina beragama Kristen Protestan. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mewawancari informan
secara mendalam (in-depth interview) agar didapatkan data yang akurat dan
peneliti juga melakukan observasi langsung tentang keseharian komunitas
multietnik di kawasan Sunan Ampel Surabaya.
Berdasarkan temuan yang dilakukan oleh peneliti adalah komunikasi
antaretnik yang dilakukan oleh komunitas multietnik di kawasan Sunan Ampel
Surabaya dalam kehidupan bertetangga dipengaruhi oleh faktor budaya dan
17
psikobudaya di tempat berlangsungnya komunikasi antara yang bersangkutan.
Pada informan pertama yaitu pak Tamin yang berasal dari Etnis Arab, komunikasi
antaretnis dipengaruhi oleh pola berpikir informan yang telah memiliki anggapan
tertentu mengenai etnis-etnis lain yang ada di sekitarnya. Hal ini termasuk pada
stereotipe yang termasuk pada faktor psikobudaya. Informan kedua, yaitu pak
Rudolf yang berasal dari Etnis Cina, komunikasi antaretnis lebih dipengaruhi oleh
permasalahan bahasa. Permasalahan bahasa dalam hal ini termasuk paa faktor
budaya. Informan terakhir, yaitu Cak Bari yang berasal dari Etnis Madura,
komunikasi antaretnis terjadi karena pengaruh persamaan pandangan dalam
kepercayaan yang dianut oleh dirinya dan lingkungannya yang berbeda etnis.
Faktor ini termasuk pada faktor budaya. Penelitian yang penulis lakukan ini untuk
mengetahui komunikasi antaretnis dan pengelolaan konflik pada komunitas
multietnis yang ada di daerah Ampel, Surabaya. Namun keberagaman etnis yang
ada dalam penelitian ini masih belum terlalu beragam variasinya.
Analisis Pustaka
Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang
sudah relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah
dilakukan. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam
indikator dan penjelasan mengenai komunikasi antar etnik dan masyarakat
multietnik.
18
18
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Komunikasi Antarbudaya
Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi, apa
yang dapat terjadi, akibat-akibat dari apa yang terjadi dan akhirnya apa yang dapat
kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian
tersebut. Komunikasi antarbudaya, terjadi bila pengirim pesan adalah anggota dari
suatu budaya dan penerima pesannnya adalah anggota dari suatu budaya lain.
Menurut Tubbs dan Moss mengatakan Komunikasi antarbudaya, komunikasi
antar orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik maupun
perbedaan sosial ekonomi).
Tabel 1 Perbandingan
1995-2001
No. Nama penulis
1.
Sitaram; dalam
Frans
Josef:
(1995)
2
Mulyana;
dalam
Mulyana dan
Rahmat (2005)
3
Devito (2011)
4
Novinger
(2001)
5
6
definisi komunikasi antarbudaya berdasarkan jurnal tahun
Definisi
Komunikasi antarbudaya adalah
interaksi di antara anggota-anggota
budaya yang berbeda.
Komunikasi
antarbudaya
lebih
menekankan aspek utama yakni
hubungan antarpribadi di antara
komunikator dan komunikan yang
kebudayaannya berbeda.
Komunikasi antarbudaya merupakan
komunikasi yang terjadi antara
orang-orang dari kultur yang
berbeda, yakni antara orang-orang
yang memiliki kepercayaan, nilai
dan cara berperilaku kultural yang
berbeda.
Dalam komunikasi antarbudaya,
reaksi negatife dan evaluatif individu
terhadap sebuah budaya dapat
menciptakan hambatan komunikasi.
Kata Kunci
Interaksi budaya
yang berbeda.
Komunikasi
menekankan
aspek
utama
yakni
antarpribadi.
Komunikasi
yang terjadi
antara orangorang dari
kultur yang
berbeda.
Reaksi negatife
, evaluatif dapat
menciptakan
hambatan
komunikasi.
Larry,Richard, Komunikasi antarbudaya merupakan Penyampaian
Edwin (2010)
penyampaian pesan dan penerima pesan
dan
pesan berasal dari budaya yang penerima pesan.
berlainan.
Kezia Sekeon Komunikasi
antarbudaya
yaitu
(2013)
budaya luar bertemu dengan budaya Budaya
luar
setempat telah berperan pada bertemu dengan
perubahan perilaku.
budaya
19
No.
7
8
Nama penulis
Ting-Toomey
(2005)
Devito (1997)
Christy (2013)
9
Christy (2013)
10
Definisi
Komunikasi
antarbudaya
yaitu
partisipan komunikasi berada dalam
situasi
tertentu
yang
juga
mempengaruhi bagaimana mereka
melakukan
penyandian
dan
penyandian balik pesan.
Komunikasi
antarbudaya
telah
menjadi semakin penting, karena
meningkatnya mobilitas orang di
seluruh dunia, saling ketergantungan
ekonomi di antara banyak Negara,
kemajuan teknologi komunikasi,
perubahan pola imigrasi, dan politik
membutuhkan
pemahaman
atas
kultur yang berbeda-beda.
Komunikasi
antarbudaya
yaitu
adanya komunikasi antara dua pihak
yang berbeda budaya.
Komunikasi antarbudaya yaitu kedua
partisipannnya berasal dari orang
yang tidak mengenal budaya satu
sama lain secara mendalam.
Kata Kunci
setempat.
Mempengaruhi
penyandian dan
penyandia balik
pesan.
Saling
ketergantungan,
perubahan pola
imigrasi, kultur
yang berbedabeda.
Komunikasi
antar budaya
Tidak mengenal
budaya
satu
sama lain.
Perubahan Identitas Budaya
Identitias etink sering dikaji sosiologi, antropologi, psikologi dan
sejarahwan. Para ahli telah meneliti asal-usul, substansi, konsekuensi dan proses
etnisitas yang sedang berubah dalam berbagai komunitas. Dalam disiplin-disiplin
ini, istilah identitas etnik demikian populer. Istilah-istilah lain yang berkaitan
dengannya digunakan sebagai sinonim seperti etnisitas (ethnicity), dan konsep diri
kultural atau rasial. Makna konse identitas etnik tidak selalu eksplisit dalam
kajian-kajian itu. Sering ia berkelinda dan tersirat dalam kajian tentang akulturasi,
asimilasi, adaptasi suatu kelompok etnik di suatu negeri asing. Dapat dikatakan
bahwa identitas, seperti yang dikatakan Kuhn, adalah inti diri (the core self),
yaitu, posisi umum seseorang dalam masyarakat.
20
Tabel 2 Perbandingan
2014
No. Nama penulis
1.
Stuart
Hall;
dalam
Erniwati,
(2011)
2
3
4
5
6
7
definisi identitas budaya berdasarkan jurnal tahun 1988-
Definisi
Membagi identitas budaya atas dua
definisi yang berbeda, yaitu pertama,
identitas budaya berhubungan dengan
persamaan budaya pada suatu
kelompok tertentu di mana anggotaanggotanya memiliki sejarah dan
nenek moyang yang sama. Kedua,
identifikasi yang dibentuk oleh
sejarah dan unsur-unsur kebudayaan.
Barth ( 1988)
Menunjuk pada suatu kelompok
tertentu dimana karena kesamaan ras,
agama, asal usul bangsa ataupun
kombinasi dari kategori tersebut
terikat pada sistem nilai budayanya.
Barker (2005)
Identitas sepenuhnya merupakan
suatu konstruksi sosial budaya.
Barker (2005)
Tidak ada identitas yang dapat
‘mengada’ (exist) di luar representasi
atau akulturasi budaya.
Yudha (2014)
Identitas budaya adalah suatu jati diri
sebuah komunitas yang tidak dibawa
dari lahir dan terus mengalami
perubahan, baik itu pengaruh unsurunsur budaya luar yang mutual
maupun pengaruh sejarah dan
kekuasaan.
Bhaba dan Hall Identitas budaya bukan merupakan
identitas yang dibawa semenjak lahir
dan akan mengalami perubahan terus
menerus dan perubahan ini akan
terkait dengan relasi interaksi budaya
Yudha (2014)
Perubahan identitas budaya juga
membawa
implikasi
individu,
perubahan identitas ini terlihat pada
perubahan kepercayaan, penggunaan
bahasa sehari-hari, nama.
Kata Kunci
Identintas
budaya
berhubungan
dengan
persamaan
budaya
pada
suatu kelompok.
Kelompok
tertentu
(
ras,agama,asalusul
bangsa),
sisstem
nilai
budaya.
Kontruksi sosial
budaya
Akulturasi
budaya.
Mengalami
perubahan unsur
budaya.
Perubahan terus
menerus, relasi
interaksi
budaya.
Perubahan
kepercayaan,
bahasa seharihari dan nama.
21
Hambatan Komunikasi Antar Budaya
Dalam komunikasi antar budaya ada tiga hal yang mempengaruhi
efektivitas antar budaya, merujuk pada buku Dasar-dasar komunikasi yang ditulis
oleh Djura P.Lubis. et all. (2008) Tiga hal yang mempengaruhi efektivitas antar
budaya yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan motivasi untuk melakukan
komunikasi yang penuh kesadaran. Hambatan-hambatan akan terjadi apabila
kondisi yang ada dan perilaku komunikan tidak memperkuat aspek-aspek yang
disyaratkan tersebut.
1. Aspek pengetahuan
Tanpa pengetahuan yang sensitif budaya, seorang pengirim pesan
(komunikator) mungkin tidak akan mampun menyelesaikan isu nilai
budaya dengan proses komunikasi yang harus dijalankan. Pengetahuan
tersebut mengacu pada pemahaman tentang nilai budaya dan personal,
komunikasi bahasa dan verbal pengembangan hubungan, menejemen
konflik dan adaptasi antar budaya. Selain itu, pengetahuan juga mengacu
pada proses pemahaman mendalam atas fenomena tertentu melalui
berbagai informasi yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang
didasari, pengalaman personal dan hasil pengamatan.
2. Aspek Ketrampilan
Aspek
ketrampilan
adalah
kemampuan
operasional
untuk
mengintegrasikan pengetahuan dan motivasi dengan praktek antar budaya
yang sesuai dan efektif. Keterampilan adaptif dapat membantu orang
untuk berkomunikasi dengan penuh makna dalam situasi antar budaya.
Banyak keterampilan interksi adalah bermanfaat dalam membangun
komunikasi antar budaya yang sesuai dan efektif.
3. Motivasi
Salah satu hambtan penting yang sering kali mempengaruhi motivasi ini
adalah faktor stereotyping terhadap budaya (lain) tertentu. Stereotyping
menyebabkan seseorang melihat budaya lain secara negatif. Cara berpikir
inilah yang menghambat efektivitas komunikasi antarbudaya.
Tabel 3 Perbandingan definisi hambatan komunikasi antar budaya berdasarkan
jurnal tahun 2001-2013
No. Nama Penulis
1 Novinger
(2001)
2
Malista
Pauline
Christy (2013)
Definisi
Hambatan
komunikasi
antarbudaya dapat dibagi dalam
tiga jenis, yakni hambatan
persepsi, hambatan verbal
dan hambatan nonverbal.
Hambatan komunikasi dilihat dari
Perbedaan
nilai(agamadancarapandang),
sikap,
kompetensi
verbal
Kata Kunci
Hambatan persepsi,
hambatan verbal, dan
hambatan nonverbal
Perbedaan nilai, agama,
sikap
22
No. Nama Penulis
3
Eka Ermita
Aksan (2009)
4
Evawani Elsya
Lubis (2012)
5
E.Rosana,
A.Saleh dan
Hadiyanto
(2010)
Definisi
Kata Kunci
(berbahasa), kompetensi verbal
(aksen)
Hambatan komunikasi dilihat dari Sosiobudaya
Pengaruh sosiobudaya, pengaruh
sosiobudaya (bahasa dan logat,
nonverbal) dan budaya (latar
belakang budaya
Hambatan komunikasi dilihat dari Kompetensi nonverbal
gaya komunikasi, kompetensi dan verbal
verbal dan nonverbal
Hambatan komunikasi dilihat Psikobudaya, semantik
secara : psikologis, semantik,
karakteristik personal maupun
lingkungan
23
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Berdasarkan hasil rangkuman dan analisis mengenai definisi konsep
komunikasi antarbudaya, hambatan komunikasi antarbudaya dan perubahan
identitas budaya dapat di simpulkan bahwa komunikasi antarbudaya menurut
Devito (2011),komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi yang terjadi antara
orang-orang dari kultur yang berbeda, yakni antara orang-orang yang memiliki
kepercayaan, nilai dan cara berperilaku kultural yang berbeda. Sementara untuk
hambatan komunikasi menurut penelitian Eka Ermita Aksan (2009) dapat dilihat
dari pengaruh sosiobudaya, (bahasa, logat, nonverbal) dan latar belakang budaya).
Sebagai contoh, yang di bahas oleh Eka Ermita Aksan mengenai komunikasi
antarbudaya Etnik Jawa dan Etnik Keturunan Cina, dilihat hambatan pertama
adalah perbedaan agama, namun perbedaan tersebut yang terjadi di antara mereka
tidak menimbulkan permasalahan, bahkan sangat terjaga sehingga nyaris tidak
pernah terjadi perkelahian SARA di Kampung Balong. Sedangkan Etnik
keturunan Cina yang mayoritas beragama Nasrani dan Etnik Jawa yang mayoritas
beragama Islam, hidup dengan kondisi yang harmonis dengan mempraktikkan
sikap toleransi, saling menghargai, dan memahami perbedaan latar belakang
budaya, agama dan sistem nilai sudah terjadi secara turun temurun. Hambatan
kedua adalah bahasa. Hambatan komunikasi ini tidak menjadi permasalahan yang
berarti karena dari segi penggunaan bahasa, mereka menggunakan bahasa yang
sama yaitu bahasa Jawa. Kesamaan penggunaan bahasa membantu proses
komunikasi di antara Etnik Jawa dan Etnik keturunan Cina. Sementara untuk
perubahan identitas budaya menurut penelitian Yudha (2014) memiliki pengertian
yakni perubahan identitas budaya juga membawa implikasi individu, perubahan
identitas ini terlihat pada perubahan kepercayaan, penggunaan bahasa sehari-hari,
dan nama. Sebagai contoh, yang di teliti oleh I Putu PKY (2014) Perubahan
identitas Etnis Tionghoa di Desa Pupuan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan,
dilihat terjadinya perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa sangat terlihat pada,
perubahan agama dan kepercayaan.
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi
Berdasarkan ringkasan dan analisis pustaka, rangkuman dan pembahasan,
serta simpulan yang dibuat, maka muncullah pertanyaan analisis baru yang akan
dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya, pertanyaan tersebut di antaranya:
1. Bagaimana dampak perbedaan budaya terhadap hambatan komunikasi
antarbudaya yang terjadi?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hambatan
komunikasi antarbudaya?
3. Bagaimanakah faktor tersebut dapat mempengaruhi hambatan
komunikasi antarbudaya?
24
Kerangka Analisis
Setelah melakukan analisis dan sintesis dari hasil penelitian yang terdapat
pada sepuluh jurnal, dilakukan suatu usulan kerangka analisis baru yang
menggambarkan bahwa budaya berkaitan erat dengan komunikasi. Berdasarkan
jurnal yang dikutip oleh peneliti sebelumnya, terdapat beberapa unsur
diantaranya seperti sosiokultural yang terdiri dari bahasa, logat, identitas budaya
yang diduga akan mempengaruhi hambatan komunikasi. Sementara
unsurlatarbelakang budaya,lingkungan geografi juga diduga akan mempengaruhi
hambatan dalam komunikasi. Selain ketiga unsur diatas, unsur psikobudaya yang
terdiri dari prasangka dan stereotipeserta unsur karakteristik individu yang terdiri
dari usia juga diduga akan mempengaruhi hambatan komunikasi. Selanjutnya,
kelima unsur tersebut akan berhubungan dengan hambatan komunikasi yang
terdiri dari perbedaan, persepsi, verbal dan non verbal, perbedaan nilai, dan
simbol.
Sosiokultural (Aksan EE.
2009)
- Bahasa
- Logat
- Identitas budaya
(Barker 2005)
Budaya(Aksan EE. 2009)
- Latar
belakangbudaya
Hambatan komunikasi:
-
Lingkungan (Hadiyanto
2010)
-
-
Geografi
Psikobudaya (sekeon K.
2013)
-
Prasangka
Stereotipe
Karakteristik Individu
-
Usia (Saylag R.
2013)
Keterangan:
mempengaruhi
Gambar 1 Usulan kerangka analisis
Perbedaan persepsi
Verbal dan non
verbal (Novinger
2001)
Perbedaan nilai
Simbol
(Christy MP. (2013
25
DAFTAR PUSTAKA
Aksan EE. 2009. Komunikasi Antarbudaya Etnik Jawa dan Etnik Keturunan Cina.
Jurnal Ilmu Komunikasi [Internet]. [dikutip 30 Oktober 2014]. 1-15. Dapat
diunduh dari: http:upnyl.ac.id/index/php/komunikasi/article/viewFile/6
Christy MP. 2013. Hambatan komunikasi antarbudaya antara dosen native asal
China dengan mahasiswa Indonesia program studi Satra Tionghoa
Universitas Kristen Petra. J E-Komunikasi [Internet]. [dikutip 20 Februari
2014];
1(2):
37-48.
Dapat
diunduh
dari:
http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/891
Cangara, H. Hafied; Pengantar Ilmu Komunikasi; PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2008.
Gani J. 2014. Pengaruh Hambatan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan
Hotel. Jurnal E-Komunikasi [Internet]. [dikutip 29 Oktober 2014]; 1- . Dapat
diunduh dari: http://ejournal.unri.ac.id
I Putu PKY. 2014. Perubahan Identitas Etnis Tionghoa Di Desa Pupuan
Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. [dikutip 30 September 2014];1Dapat diunduh dari http://pps.unud.ac.id
LubisP EE. 2012. Hambatan-hambatan Komunikasi Kepemimpinan Regional di
Pemerintahan. Jurnal Ilmu Komunikasi [Internet]. [dikutip 29 Oktober 2014];
1(1): 1-55. Dapat diunduh dari: http://ejournal.unri.ac.id
Mahendra.A. 2010. Komunikasi Antaretnik Pada Masyarkat Multietnik
diKawasan Sunan Ampel Surabaya Dalam Kehidupan Bertetangga. Jurnal
Ilmu Komunikasi [Internet]. [dikutip 30 Oktober 2014]; 6(1): 1-15. Dapat
diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id
Rosana E, Saleh A, dan Hadiyanto. 2010. Hambatan-hambatan Komunikasi yang
Dirasakan Peternak Dalam Pembinaan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten
Ogal Ilir. Jurnal Komunikasi Pembangunan [Internet]. [dikutip 29 Oktober
2014]; 8(1): 1-15. Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id
Saylag R. 2013.Culture Shock an Obstacle for EFL. Leaners. Journal
International [Internet]. [dikutip 1 Oktober 2014]; 1-15. Dapat diunduh dari
http://ac/els-cdn.com
Sekeon K. 2013. Komunikasi Antarbudaya Pada Mahsiswa Fisip UNSRAT.
Jurnal Acta Diurna [Internet]. [dikutip 24 September 2014]; 1- . Dapat
diunduh dari: http://jurnal//203.130.254.141
W.E. Tinambuna.2012. Dampak Migrasi Terhadap Efektivitas Komunikasi Lintas
Budaya.Jurnal Ilmu Komunikasi [Internet]. [dikutip 28 September 2014]; 1- .
Dapat diuduh dari: http://ejournal.unrl.ac.id
Wilodati, 2012.Kesadaran Masyarakat Majemuk dan Kebhineka Tunggal Ika-an
Kebudayaan Di Indonesia. Jurnal. Tidak diterbitkan. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
26
LAMPIRAN
Mind Mapping
1. Judul
Penulis
: Komunikasi Antar Budaya pada Mahasiswa Fisip Unsrat
: Kezia Sekeon
Adat istiadat, bahasa,
tingkah laku dan norma
Mereka hidup
sekelompok yakni
dengan teman
sedaerahnya
Perbedaan budaya
Mahasiswa pendatang
Faktor2
sulit beradaptasi di
Fisip Unsrat
Bahasa/logat Sulawesi Utara susah
untuk dimengerti
Hambatan2
memilih-milih teman
Pergaulan yang sangat berutal
Perubahan2
positif
menguasai logat/bahasa
sulawesi utara
Negatif
menjadi pribadi yang tertutup, intnasi
27
2. Judul
Lintas Budaya
Penulis
: Dampak Migrasi Terhadap Efektifitas Komunikasi
: W.E. Tinambunan
Kualitatif-deskriptif penduduk lokal dan
pendatang, tokoh masyarakat
dan tokoh pemuda di tingkat
kecamatan jumlahnya 250
orang
Metode penelitian
subjek penelitian
Dampak
migran
terhadap perkembangan sosial
hubungan sosial
Efektifitas Komunikasi
Lintas Budaya
Migrasi yang telah
melakukan perpindahan
penduduk dan cenderung
menetap di tempat tujuan,
atau perubahan tempat
tinggal secara permanen atau
semi permanen merupakan
mobilitas sosial permanen.
3. Judul
: Perubahan Identitas Budaya Etnis Tionghoa Di Desa
Pupuan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan.
Penulis
: I Putu Putra Kusuma Yudha
metode kualitatif
observasi,wawancara,dokumentar
Metode penelitian
Teknik pengumpulan
teori
hegemoni
Perubahan identitas Budaya
etnis Tionghoa
perubahan identitas
hibriditas
praktik
agama
kepercayaan
28
perubahan bahasa
perubahan nama
menggunakan
bahasa Bali dan Indonesia
nama seseorang etnis
Tionghoa terdiri paling banyak 3 suku kata. Nama yang pertama menjelaskan
marganya (she), dan 2 nama belakangnya adalah nama yang sebenarnya.
4. Judul
Penulis
: Culture Shock an Obstacle for EFL Leaner
: Renan Saylag
66% laki-laki dan 34%
perempuan, 96% di antaranya
masuk dalam kelompok usia
18 sampai 25 tahun. Informan
meliputi berbagai kelompok
usia, latar belakng etnis, dan
jurusan akademik yang
berbeda.
kualitatif
Metode penelitian
subjek penelitian
Culture shock
Kesulitan budaya
Siswa kesulitan dalam bahasa
guru tidak megetahui
budaya setiap
masing-masing
mahasiswa asing
5. Judul
: Hambatan-Hambatan Komunikasi Kepemimpinan Regional Di
Pemerintah
Penulis : Evawani Elysa Lubis
Deskriptif
Metode penelitian
Kabupaten Kampar
Bangkinang
Lokasi penelitian
mantan Sekda,
ajudan Bupati,ti
tokoh masyarakat
Bupati Kampar.
Hambatan komunikasi
kepemimpinan Regional
di pemerintahan
29
hambatan kom
kepemimpinan gaya otoriter
Kom informal
Dukungan politk tidak kuat
faktor2 konflik
gaya
kepemimpinan
Bupati kurang akomodatif,
persuasive,cenderung
konfrontatif
6. Judul
: Pengaruh Hambatan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan
Hotel
Penulis : Jessica Gani
Kualitatif
seluruh karyawan Hotel Midtown Surabaya yg
berjumlah 101 orng.
Metode penelitian
informan
Hambatan kom
teknis
Hambatan
komunikasi
terhadapa kinerja
karyawan Hotel.
hambatan
Hambatan semantik
Hambatan prilaku
Lokasi : Surabaya
7. Judul
: Hambatan Komunikasi Antarabudaya Antara Dosen
Native Asal China Dengan Mahasiswa Indonesia
Indonesia Program Studi Sastra Tionghoa Universitas Krsiten Petra.
Penulis
: Malista Pauline Christy
30
Proses kom antarbudaya yang terjadi di anatara dua unit analisis, yakji dosen
native asal China dengan mahasiswa Indonesia etnis Tionghoa.
Metode studi kasus
Metode penelitian
China
Hambatan kom antarbudaya
antara dosen dengan
subjek penelitian
Informan
dosen native asal
mahasiswsa
Mahasiswa
Hambatan komunikasi
persepsi
hambatan
Hambatan nilai
Hambatan sikap
8. Judul
: Hambatan-HambatanKomunikasi yang Dirasakan
Peternak dalam Pembinaan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten Ogal Ilir.
Penulis
: E. Rosana, A. Saleh, dan Hadiyanto
.Kabupaten Ogan Ilir.
Metode deskriptif
Metode penelitian
Lokasi penelitian
Hambatan kom yang
dirasakan peternak dalam
pembinaan.
Hambatan komunikasi dirasakan
faktor perhatian
dan
keakraban
Faktor prasangka
Faktor perbedaan
harapan & kebutuhan
31
9. Judul
: Komunikasi Antarbudaya Etnik Jawa dan Etnik Keturunan Cina
Penulis : Eka Ermita Aksan
Kualitatif
empat orang etnik keturunan Cina, empat orang
etnik pribumi.
Metode penelitian
informan
Hambatan kom
perbedaan
agama
Komunikasi
Antarbudaya.
bahasa
Lokasi: Kampung Balong,
Kelurahan Sudiroprajan,Surakarta
10. Judul
: Komunikasi Antaretnik Pada Masyarakat Multietnik di
Kawasan Sunan Ampel Surabaya Dalam Kehidupan Bertetangga.
Penulis
: Angga Mahendra
Komunitas multietnik
yang tinggal dikawasan
Sunan Ampel Surabaya.
Metode kualitatif
Metode penelitian
Komunikasi Antaretnik Pada
Masyarakat Multietnik
sasaran penelitian
Informan ; tiga orang
pria dengan kisaran umur 4258, berprofesi pedagang.
Komunikasi antaretnik
faktor
budaya dan
psikobudaya
Faktor
kepercayaan
bahasa
32
RIWAYAT HIDUP
Marya Ulfa dilahirkan di Kutai Kartanegara pada tanggal 04 Mei 1993, dari
pasangan Bambang Sudiarba dan Siti Mastah. Pendidikan formal yang telah
ditempuh adalah SDN 01 Tenggarong Sebrang pada tahun 1999-2005, Pesantren
Modern Ibadurrahman Tenggarong Sebrang pada tahun 2005-2008, SMAN 2
Tenggarong Sebrang pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis diterima
sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur undangan, dan pada tahun 2012 penullis diterima sebagai mahasiswa
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Selama di aktif sebagai mahasiswa aktif IPB, penulis tergabung dalam
Himpunan Mahasiswa Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
(HIMASIERA) sebagai anggota dalam divisi Broadcasttahun 2013-2014. Selain
itu, penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitian di IPB, penulis juga meraih juara
1 vollyball dan 2 aerobik dalam pekan olahraga IPB dan Departemen.
Download