i LaporanStudiPustaka (KPM 403) DAMPAK PERBEDAAN BUDAYA TERHADAP HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MARYA ULFA DepartemenSainsKomunikasidanPengembanganMasyarakat FakultasEkologiManusia Institute PertanianBogor 2014 ii PERNYATAAN Dengan ini Saya menyatakan bahwa laporanstudi pustaka yang berjudul “Dampak Perbedaan Budaya Terhadap Hambatan Komunikasi Antarbudaya” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir laporan studi pustaka. Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan Saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Januari 2015 Marya Ulfa NIM. I34110077 iii ABSTRAK MARYA ULFA. Dampak perbedaan budaya terhadap hambatan komunikasi antarbudaya. Di bawah bimbingan Dr. Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS Indonesia merupakan negara yang memiliki beranekaragam budaya. Perbedaan budaya dapat mempengaruhi adanya hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya. Hambatan komunikasi dapat memicu adanya konflik antarbudaya, maka pentingnya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan komunikasi.Studi pustaka ini bertujuan untuk mengkaji dan mengidentifikasikan hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi pada komunikasi antarbudaya. Kajian ini dilakukan karena hambatan komunikasi yang terjadi akibat adanya faktor sosial kultural, budaya, lingkungan, psikologi budaya, dan karakteristik individu. Penulis menggunakan metode literature review dengan meringkas dan mengkritisi, kemudian menganalisis dan menyintesis setiap temuan yang didapatkan dari sepuluh jurnal penelitian terkait komunikasi antarbudaya. Kata kunci : Budaya, hambatan komunikasi, komunikasi antarbudaya. ABSTRACT MARYA ULFA. Impact of cultural differences of intercultural communication barriers. Under the guidance of Dr.Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS Indonesia is acountry withdiversecultures. Cultural differencescanaffecttheircommunication barriers intercultural. Communication barrierscanlead toa conflictbetween cultures, it isimportantto analyzethe factors that influencefactorbarriers communication.StudiThislibraryaimstoassessandidentify thebarriers tocommunicationthatoccurs ininterculturalcommunication. The study was conductedbecause ofcommunication barriersthatare the result ofsocioculturalfactors, culture, environment, cultural psychology, andindividual characteristics. The author uses themethod ofliterature reviewtosummarizeandcriticize, thenanalyzeandsynthesizeany findingsobtainedfromtenjournalsrelatedstudyof intercultural communication. Keywords: Cultural, communication culturalbarriers tocommunication, intercultural iv DAMPAK PERBEDAAN BUDAYA TERHADAP HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Oleh MARYA ULFA I34110077 Laporan Studi Pustaka sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor v DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa laporan studi pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Marya Ulfa NIM : I34110077 Judul : Dampak perbedaan budaya terhadap hambatan komunikasi antarbudaya dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir.Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen Tanggal pengesahan: _______________________ vi PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi pustaka yang berjudul “Hambatan Komunikasi Terhadap Efektivitas Komunikasi” ini dengan baik. Laporan studi pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan dan waktu selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan studi pustaka ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Ekawati S. Wahyuni, MS selaku dosen Koordinator Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) yang telah memberikan arahan serta bimbingan terkait teknik penulisan laporan studi pustaka. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua tercinta, Ibu Siti Mastah dan Bapak Bambang Sudiarba atas semangat dan doa yang tiada henti-hentinya mengalir untuk kelancaran penulisan laporan studi pustaka ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman SKPM angkatan 48 yang telah berkenan menjadi rekan bertukar pikiran dalam menyelesaikan laporan studi pustaka ini.Semoga laporan studi pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2015 Marya Ulfa NIM. I34110077 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2 Metode Penulisan ................................................................................................ 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ......................................................... 3 1. Komunikasi antarbudaya pada mahasiswa Fisip UNSRAT (Kezia Sekeon 2013) ................................................................................................................ 3 2. Dampak migrasi terhadap efektivitas komunikasi lintas budaya.(W.E. Tinambunan 2012) ........................................................................................... 5 3. Perubahan identitas budaya etnis Tionghoa di desa Pupuan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan(I Putu Kusuma Yudha 2014). ............................ 6 4. Culture shock an obstacle for EFL leaners(Renan saylag 2013) .................... 8 5. Hambatan-hambatan komunikasi kepemimpinan regional di pemerintahan(Evawani Elysa Lubis P 2012). ................................................ 10 6. Pengaruh hambatan komunikasi terhadap kinerja karyawan hotel(Jessica gani 2014). ............................................................................................................. 11 7. Hambatan komunikasi antarbudaya antara dosen native asal China dengan mahasiswa Indonesia(Malista Pauline Christy 2013). ................................... 12 8. Hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak dalam pembinaan budidaya sapi potong di Kabupaten Ogal Ilir(E. Rosana, A. Saleh, dan Hadiyanto 2010). ............................................................................................ 13 9. Komunikasi antarbudaya etnik jawa dan etnik keturunan Cina(Eka ErmitaAksan 2009) ........................................................................................ 15 10.Komunikasi antaretnik pada masyarakat multietnik di kawasan Sunan Ampel Surabaya dalam kehidupan bertetangga(Angga Mahendra 2010). ................ 16 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 18 Komunikasi Antarbudaya .................................................................................. 18 Perubahan Identitas Budaya .............................................................................. 19 Hambatan Komunikasi Antar Budaya ............................................................... 21 SIMPULAN .......................................................................................................... 23 Hasil Rangkuman dan Pembahasan .................................................................. 23 viii DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25 LAMPIRAN .......................................................................................................... 26 Mind Mapping ................................................................................................... 26 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 32 ix DAFTAR TABEL Tabel 1 Perbandingan definisi komunikasi antarbudaya berdasarkan jurnal tahun 1995-2001 .......................................................................... 18 Tabel 2 Perbandingan definisi identitas budaya berdasarkan jurnal tahun 1988-2014 .............................................................................................. 20 Tabel 3 Perbandingan definisi hambatan komunikasi antar budaya berdasarkan jurnal tahun 2001-2013 ..................................................... 21 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Usulan Kerangka Analisis .................................................................. 25 x DAFTAR LAMPIRAN 1. Mind mappingJurnal“Komunikasi Antar Budaya pada Mahasiswa Fisip(Kezia Sekeon 2013) ....................................................................................27 2. Mind mapping Jurnal “Dampak Migrasi Terhadap Efektifitas Komunikasi Lintas Budaya” (W.E. Tinambunan 2012)...........................................................28 3. Mind mapping Jurnal “Perubahan Identitas Budaya Etnis Tionghoa Di Desa Pupuan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan” (I Putu Kusuma Yudha 2014)............................................ ....................................... ......28 4. Mind mappingJurnal “Culture Shock an Obstacle for EFL Leaners” (Renan Saylag 2013)....................................... .............................................. ......29 5. Mind mappingJurnal “Hambatan-Hambatan Komunikasi Kepemimpinan Regional Di Pemerintahan” (Evawani Elysa LubisP 2012).................................29 6. Mind mappingJurnal “Pengaruh Hambatan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan Hotel” (Jessica Gani 2014) .............................................. ......30 7. Mind mapping Jurnal “Hambatan Komunikasi Antarabudaya Antara Dosen Native Asal China Dengan Mahasiswa Indonesia” (Malista Pauline Christy 2013)............................................................................................................... .....30 8. Mind mapping Jurnal “Hambatan-Hambatan Komunikasi yang Dirasakan Peternak dalam Pembinaan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten Ogal Ilir” (E.Rosana, A.Saleh, dan Hadiyanto 2010)...........................................................31 9. Mind mapping Jurnal “Komunikasi Antarbudaya Etnik Jawa dan Etnik Keturunan Cina” (Eka Ermita Aksan 2009)................................................... .....31 10. Mind mapping Jurnal “Komunikasi Antaretnik Pada Masyarakat Multietnik di Kawasan Sunan Ampel Surabaya Dalam Kehidupan Bertetangga” (Angga Mahendra)....................................................................................................... .....32 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa yang sangat luas, hampir seluruh negara di dunia memiliki keanekaragaman suku, agama, dan etnis. Keanekaragaman tersebut tentunya ditandai dengan keberagaman kebudayaan antara budaya satu dengan budaya yang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan tatanan bahasa, pengetahuan, agama, nilai, perilaku, dan sikap. Kebudayaan yang dimiliki oleh suku, etnis, dan agama turut mempengaruhi hambatan komunikasi antarbudaya. Sehingga perbedaan budaya dapat menjadi sebuah rintangan dalam berinteraksi satu sama lain. Sebagaimana dikemukakan Cangara (2008) bahwa terdapat rintangan budaya yang menjadi gangguan dalam berkomunikasi dimana rintangan budaya yang di maksud adalah rintangan yang terjadi disebabkan adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam berkomunikasi. Keanekaragaman masyarakat majemuk adalah hal yang dihargai pada masyarakat Indonesia karena masyarakat Indonesia sendiri terdiri dari berbagai macam suku, etnis, dan agama. Wilodati (2012) secara rinci menggambarkan kemajemukan masyrakat Indonesia dari sisi: pertama, hubungan kekerabatan, hubungan kekerabatan ini merujuk pada ikatan dasar hubungan darah (keturunan) yang dapat ditelusuri berdasarkan dari keturunan ayah, ibu atau keduannya. Kedua, ras dapat dibedakan dengan ciri-ciri fisik orang lain (rambut, kulit dan bentuk muka). Ketiga, daerah asal merupakan tempat asal orang lahir yang akan memberikan ciri tertentu apabila yang bersangkutan berada di tempat lain seperti dialek yang digunakan, anggota organisasi yang bersifat kedaerahan seta prilaku. Keempat, menggunakan bahasa sukunya masing-masing. Kelima, agama yang dianut Indonesia yang berbeda-beda. Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar balakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan konflik antar kelompok. Konflik kelompok di Indonesia , seperti konflik SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) sudah menjadi konsekuensi dalam hidup bermasyarakat majemuk, karena hal tersebut bisa terjadi kapan saja dengan membawa identitas kelompok. Konflik SARA biasanya terjadi ketika antar kelompok tidak dapat saling memahami budaya masing-masing dan merasa budayanyalah yang lebih unggul dibanding yang lain (etnosentrisme). Berbagai macam kesalahpahaman masih sering terjadi ketika kelompokkelompok budaya yang berbeda bertemu dan bergaul. Selain prasangka problem yang lain adalah masing-masing anggota kelompok budaya menganggap budaya mereka sebagai suatu kepastian, tanpa mempersoalkannya lagi (taken for granted) dan karenanya mereka menggunakan sebagai standar untuk mengukur budayabudaya lain. Maka, sangat naif apabila mengatakan komunikasi antarbudaya itu mudah dilakukan. Perbedaan latar belakang dan kekurangtahuan terhadap budaya lain disebut menjadi dasar permasalahan hambatan komunikasi. Sehingga menjadi penting rasanya untuk mengetahui asas-asas komunkasi antarbudaya terutama dalam kemajemukan bangsa Indonesia saat ini yang rentan terhadap koflik antarbudaya dikarenkan kurangnya kefektivitasan komunikasi antarbudaya 2 Tujuan Penulisan Penulisan studi pusataka ini bertujuan untuk menganalisis dan mensintesa definisi dari hambatan komunikasi antarbudaya, menganalisis dan mensintesa perbedaan antarbudaya. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini yaitu meringkas, menganalisis, dan menyimpulkan dengan menggunakan berupa jurnal penelitian ilmiah dan tesis yang berkaitan dengan tema dari studi pustaka ini, yaitu dampak perbedaan budaya terhadap hambatan komunikasi antarbudaya. Jurnal penelitian yang telah digunakan berjumlah 10 buah, sedangkan tesis yang digunakan berjumlah 1 buah. Hasil dari ringkasan tersebut akan digunakan sebagai landasan teori dan juga konsep mengenai hambatan komunikasi antarbudaya. Studi pustaka ini terdiri dari Bab I yang berisi Pendahuluan; Bab II berisikan ikhtisar atau ringkasan dari literatur-literatur yang berkaitan dengan judul dari studi pustaka; Bab III berisikan analisis dan sintesis mengenai literaturliteratur yang sudah diringkas dan disesuaikan dengan judul dari studi pustaka dan permasalahan yang akan diangkat; dan Bab IV berisikan kesimpulan beserta kerangka pemikiran dan perumusan masalah dari analisis dan pembahasan literatur-literatur yang sudah diringkas mengenai komunikasi antarbudaya, hambatan komunikasi, perubahan identitas etnik. 3 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh : Komunikasi antarbudaya pada mahasiswa Fisip UNSRAT : 2013 : Jurnal : Elektronik : Kezia Sekeon : : : Jurnal Acta Diurna : Vol 2, No 3 (2013) >Sekeon : http://203.130.254.14 : Rabu, 24 September 2014 RingkasanPustaka Penelitian ini meneliti bagaimana komunikasi antarbudaya pada mahasiswa pendatang yang berkuliah di Fisip UNSRAT dengan mahasiswa setempat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui cara mahasiswa pendatang saat menyesuaikan diri pada lingkungan baru, mengetahui hambatanhambatan yang dialami mahasiswa pendatang saat menyesuaikan diri, mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang dirasakan oleh mahasiswa pendatang setelah mengalami gegar budaya. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana komunikasi antarbudaya pada mahasiswa angkatan 2011 di Fisip Unsrat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang bersifat desktiptif yang menggambarkan tentang karakteristik individu, situasi atau kelompok tertentu. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Lokasi penelitian sendiri dilakukan di Sulawesi Utara, khususnya Manado. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, telah terjadi perbedaan budaya yang membuat mahasiswa pendatang di Fisip Unsrat sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dikarenakan mereka hidup berkelompok yakni hanya bergaul dengan teman sedaerahnya. Dengan begitu terjadinya kegelisahan atau kecemasan yang timbul karena hilangnya tanda-tanda atau simbol-simbol yang menjadi kebiasaan seseorang berhubungan sosial/berintraksi dengan orang lain. Perbedaan seperti bahasa, adat istiadat, norma, bahkan tingkah laku yang membuat mahasiswa yang berasal dari luar Sulawesi Utara harus mulai beradaptasi dengan budaya baru yang ada di Sulawesi Utara. Ada 3 hambatan yang dirasakan mahasiswa pendatang saat merasakan gegar budaya ialah : 1) Bahasa/logat di Sulawesi Utara yang susah dimengerti oleh sebagian 4 mahasiswa pendatang sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajarinya. 2) Hambatan yang di alami mahasiswa pendatang wanita ialah sifat sombong, memilih-milih teman khususnya perempuan yang lebih melihat penampilan luar saja, sehingga membuat mahasiswa pendatang perempuan menarik diri dari lingkungan di Fisip Unsrat. 3) Hambatan yang dialami mahasiswa pendatang laki-laki ialah pergaulan para mahasiswa laki-laki disini yang kebanyakan brutal, suka minum-minum keras, sehingga para mahasiswa pendatang lakilaki mau tidak mau terpengaruh dengan kebiasaan kaum laki-laki. Perubahan yang terjadi pada mahasiswa pendatang ada yang positif dan ada yang negatif. Adapun perubahan positif : 1. Menguasai bahasa/logat daerah Sulawesi Utara 2. Menjadi pribadi yang lebih menghargai agama disebabkan Sulawesi Utara merupakan daerah tingkat religi yang tinggi. 3. Kebiasaan menghormati orang yang lebih tua, sehigga sudah menjadi kebiasaan setiap kali bertemu orang yang lebih tua harus mengucapkan salam. 4. Para mahasiswa pendatang khususnya wanita terpengaruh dengan style dan fashion/ cara berpenampilan dari orang-ornag Mando. 5. Para mahasiswa pendatang menajdi terbiasa dengan makanan-makanan yang ada di Sulawesi Utara. 6. Menjadi pribadi mandiri. Perubahan negatif : 1. Khusunya lelaki yang dahulunya tidak pernah minum-minum keras disini mencoba dan akhirnya menjadi pemabuk. 2. Sebagian ada yang berubah dalam intonasi dan pengucapan kata, yang dulunya intonasi dan kata-katanya lembut sekarang jadi keras dan seringkali mengeluarkan kata-kata kotor. 3. Menjadi pribadi yang tertutup. Analisis Pustaka Penelitian ini tidak mencantumkan jumlah informan secara jelas, penulis hanya mewawancari beberapa mahasiswa pendatang yang berkuliah di Unsrat. Namun secara keseluruhan terdapat hubungan yang relevan antara tujuan dan hasil pembahasaan peneliti. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam indikator dan penjelasan mengenai komunikasi antarbudaya dan gegar budaya. Secara substantif kajian ini sudah sangat jelas dan terperinci dalam menjelaskan setiap indikator yang dijelaskan oleh para ahli.Ada deskriminasi etnis pada penelitian ini dalam temuan perubahan negatif pada mahasiswa pendatang, seperti sering kali mengeluarkan kata-kata kotor, menjadi pribadi yang tertutup. Sebaiknya penulis tidak langsung mendeskriminasikan seperti itu, dikarenakan takut akan penduduk daerah Sulawesi asli akan tersinggung. 5 2. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh : Dampak migrasi terhadap komunikasi lintas budaya. : 2012 : Jurnal : Elektronik : W.E. Tinambunan : : : Jurnal Ilmu Komunikasi : Vol 1, No 02 (2012) : http://ejournal.unri.ac.id : Minggu, 28 September 2014 efektivitas Ringkasan Pustaka Peneliti ini meneliti bagaimana dampak migrasi terhadap kegagalan komunikasi dalam masalah migran di kependudukan Bengkalis. Tujuan dari peneliti lakukan adalah menggambarkan dan memahami suatu masyarakat sebagaimana adanya dalam konteks satu keutuhan atau satu kesatuan yang bulat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang mengarah pada pendekatan deskriptif. Subjek penelitian adalah penduduk lokal dan pendatang, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda di tingkat kecamatan jumlahnya 250 orang. Lokasi penelitian ini di lakukan di Kabupaten Bengkalis. Kegagalan komunikasi itu tidak kurang penting dalam masalah migran kependudukan di Bengkalis yang tingkat pertumbuhannya semakin tinggi di mana kegiatan penduduknya semakin kompleks. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis terdapat dua dampak perkembangan para migran di Bengkalis. Pertama dampak migran terhadap perkembangan sosial kemasyarakatan, yaitu hubungan sosial yang dilakukan para migran di Bengkalis dalam setiap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, misalnya dalam kegiatan adat, kemalangan, kegiatan keagamaan, paguyuban-paguyuban, maupun kegiatan gotong-royong. Para migran tinggal berkelompok dalam suatu daerah tertentu, sehingga muncul nama daerah sesuai dengan daerah asal mereka. Contohnya : salah satu nama jalan atau gang di daerah Duri Kecamatan Mandau bernama: Gang Toba. Nama jalan atau gang tersebut menunujukkan bahwa migran yang bertempat tinggal di daerah itu dominan berasal dari daerah Toba atau Tapanuli, Sumatera Utara. Dengan mereka tinggal berkelompok, tejadi suatu peristiwa di luar dari etnis individu atau kelompoknya maka migran merasa tidak perlu ambil bagian dalam peristiwa itu. Artinya berpikir sempit dan lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya yang sesuai dengan budaya migran. Kerukunan sosial sebagai kunci pembangunan kesejahteraan keluarga berperan penting dan diperlukan dalam konteks ketertiban dan keamanan sehingga benturan-benturan di antara migran dan masyarakat lokal dapat dihindarkan. Dengan penelitian ini dampak sosial kemasyarakatnnya tidak berjalan dengan baik dikarenakan banyaknya berbagai suku yang kumpul di satu daerah dan mengakibatkan hidup berkelompok. Dampak kedua, dampak migrasi terhadap perkembangan sosial budaya kemasyarakatan yaitu migrasi yang telah melakukan perpindahan penduduk dan cenderung menetap di tempat tujuan, atau perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi permanen merupakan 6 mobilitas sosial permanen. Setelah mereka menetap di tempat tujuan, maka terjadilah adopsi kebudayaan. Dalam hal menerima kebudayan baru masyarakat di Kabupaten Bengkalis kadang-kadang menimbulkan perbenturan budaya yang menimbulkan kerugian dalam berbagai pihak. Perubahan budaya akibat adaptasi antara migran dengan migran, antara migran dengan penduduk lokal dala kehidupan sehari-hari.Dimana perkembangan budaya pada masyarakat Bengkalis sendiri merupakan bentuk dari mobilitas sosial, karna menyangkut dalam perubahan status, tempat tinggal, jabatan dan lain-lain. Warga masyarkat yang demikian tentu tidak kan begitu saja melakukan mobilitas sosial tanpa alasan, karena itu setelah menerima informasi mengenai budaya, kemudian memutuskan untuk mengadopsinya, dengan demikian proses perubahan sosial budaya bagi masyarakat Bengkalis mulai berlangsung. Perubahan-perubahan sosial sendiri ditimbulkan oleh karena terjadinya proses akulturasi, dimana kadang-kadang terjadi individu bertentangan dengan lingkungan, individu menggunakan lingkungannya, individu berperan aktif dengan lingkungannya, serta individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Warga masyarakat Benkalis sendiri tidak merasa keberatan apabila kebudayaan daerah yang dibawa warga masyarkat pendatang dikembangkan di wilayah ia bertempat tinggal, karena merupakan hak masingmasing suku. Menurut para informan mengatakan bahwa masing-masing migran dapat mengembangkan kebudayaan dalam setiap acara-acara pernikahan, kematian, melahirkan, memasuki rumah baru, dan sebagainya asalkan saja tidak merusak tatanan kebudayaan masyarakat Bengkalis sendiri. Warga masyarkat Bengkalis juga sangat terbukan dengan warga masyarakat pendatang asalkan masing-masing individu, dan kelompok dari migran saling menjaga dan menghormati kebudayaan yang telah ada. Analisis Pustaka Berdasarkan penelitian ini tidak mencantumkan jumlah informan secara jelas. Penelitian ini rata-rata pustaka yang dirujuk adalah tahun berkisar 1980-an, padalah mengenai dampak migrasi terhadap efektivitas lintas budaya sudah banyak diteliti oleh para ahli. Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang cukup relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam indikator dan penjelasan mengenai efektivitas komunikasi lintas budaya. 3. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi : Perubahan identitas budaya etnis Tionghoa di desa Pupuan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. : 2014 : Jurnal : Elektronik : I Putu Kusuma Yudha :: Vol 02, No 03 (2014) : http://pps.unud.ac.id 7 Tanggal diunduh : Selasa, 30 September 2014 Ringkasan Pustaka Peneliti ini meneliti bagaimana perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa di desa Pupuan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Tujuan dari peneliti lakukan adalah untuk mengetahui perubahan Identitas budaya etnis Tionghoa di Desa Pupuan, untuk memahami faktor yang mempengaruhi perubahan identitas Etnis Tionghoa di Desa Pupuan, untuk menginterpretasi implikasi dan makna perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa di Desa Pupuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yakni data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentar. Adapun teori yang digunakan oleh peneliti yaitu teori hibriditas, teori hegemoni, dan teori praktik. Berdasarkan temuan yang didapatkan penelitian ini adalah pertama perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa sangat terlihat pada, perubahan agama dan kepercayaan, dimana pada awal Etnis Tionghoa agama yang dianut oleh Etnis Tionghoa adalah agama tradisional Tionghoa yang mengutamakan pada penghormatan leluhur dan Dewa-dewa ( termasuk Budha di dalamnya). Dan pada masa orde baru Etnis Tionghoa dipaksa oleh pemerintah untuk meninggalkan budaya mereka sendiri dan melakukan asimilasi total pada pribumi, termasuk kepercayaan yang mereka anut. Sedangkan pada perubahan bahasa dan perubahan nama, pada generasi pertama Tionghoa yan datang ke Desa Papuan masih kental dalam penggunaan bahasa ko’i. Generasi kedua, masyarakat Etnis Tionghoa di Desa Pupuan mulai mempergunakan bahasa Bali, disamping bahasa ko’i sebagai bahasa sehari-hari sedangkan generasi ketiga, penggunaan bahasa ko’i sebagai alat komunikasi sehari-hari semakin berkurang. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Bali dan bahasa Indonesia bahkan dalam komunikasi sesama Etnis Tionghoa. Sedangkan yang perubahan nama, pada umumnya nama seseorang Etnis Tionghoa terdiri paling banyak 3 suku kata. Nama yang pertama menjelaskan marganya (she), dan 2 nama belakangnya adalah nama yang sebenarnya.Masyarakat Tionghoa mempergunakan nama Tionghoanya sebagai nama resmi dalam identitas, termasuk identitas kependudukan sampai dengan 27 Desember 1966. Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi identitas budaya Etnis Tionghoa di Desa Pupuan berkaitan erat dengan kondisi sosial politik yang berkembang pada masa tersebut. Selain itu adanya kesamaan filosofi yang mendasari gerak langkah kehidupan masyarakat di Desa Pupuan juga mendukung perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa. Adapun faktor-faktor tersebut : Adanya kesamaan/kemiripan nilai budaya antara Etnis Bali dengan Etnis Tionghoa. Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa adalah adanya kesamaan nilai budaya merupakan modal yang menjadikan proses perubahan identitas budaya etnis Tionghoa menjadi identitas budaya baru yang bersifat hibrid di Desa Pupuan berlangsung secara damai. Sedangkan faktor sosial ekonomi juga mendukung adanya proses perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa di Desa Papuan, diantaranya. Pertama, hakekat kerja serta usaha manusia, dimana etos kerja Etnis Tionghoa banyak dipengaruhi banyak dipengaruhi oleh ajaran konfusius. Kedua,hubungan antara manusia dengan sesamanya. Dalam ajaran Budha dikembangkan sifat suka menolong antara manusia dengan sesamanya. Adapun faktor perubahan politik di Indonesia. 8 Pada masa pemerintahan Orde Baru, Etnis Tionghoa dihilangkan identitas etnisnya.Berbagai unsur yang terkait dengan budaya leluhur dihilangkan dengan memperkenalkan politik asimilasi total yang bertujuan menghapuskan tiga pilar budaya Tionghoa yakni sekolah, organisasi dan media China sebagai sarana pengembangan budaya dan adat istiadat leluhur. Dengan melaksanakan asimilasi inkorporasi, pemerintah meminta etnis Tionghoa untuk menghilangkan identitas ke Chinaannya menjadi Indonesia. Ketiga, adanya perubahan indentitas budaya ini tentunya membawa implikasi bagi Etnis Tionghoa di Desa Pupuan. Implikasi yang timbul pada Etnis Tionghoa di Desa Pupuan, muncul secara sosial (kolektif) maupun secara individual, yang mana kedua dampak ini ditanggapi secara berbeda oleh masingmasing individu. Secara sosial, perubahan identitas budaya tentunya membawa implikasi bagi Etnis Tionghoa. Ketika Etnis Tionghoa di Desa Pupuan melakukan proses mimikri (peniruan) budaya Bali dalam kehidupan sehari-harinya, maka berdampak langsung terhadap rasa solidaritas yang tinggi antara Etnis Bali dengan Tionghoa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial keagamaan di Desa Pupuan. Akan tetapi sebaliknya, ketika Etnis Tionghoa mulai meninggalkan identitas ke-Baliannya menuju kearah sebuah identitas yang berorientasi nasional dan internasional, maka mulai timbullah ruang pemisah antara Etnis Tionghoa dengan Etnis Bali. Selain membawa implikasi sosial, perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa juga membawa implikasi individu, personal Etnis Tionghoa itu sendiri. Secara individu, perubahan identitas ini terlihat pada perubahan kepercayaan, penggunaan bahasa sehari-hari dan perubahan nama. Analisis Pustaka Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang cukup relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan. Namun tidak mencantumkan berapa jumlah informan secara jelas. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam indikator dan penjelasan mengenai identitas budaya dan budaya. Pejelasan penelitian dari keseluruhan sudah sangat jelas dan detail. Terlalu banyak teori yang digunakan sehingga banyak pendapat yang berbeda. Dalam penjabaran rujukan, penelitian ini tidak terlalu menggunakan penelitian terbaru atau stade of the art yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Rata-rata pustaka yang dirujuk adalah tahun berkisaran 1979-1999, padahal penelitian mengenai perubahan identitas budaya sudah banyak di teliti oleh para ahli belakangan ini khusunya peneliti yang berasal dari Indonesia. 4. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh : Culture shock an obstacle for EFL leaners : 2013 : Journal international : Elektronik : Renan saylag : : Vol 02, No 01 (2013) : http://ac.els-cdn.com : Rabu, 1 Oktober 2014 9 Ringkasan Pustaka Peneliti ini meneliti bagaimana gegar budaya terjadi dikalangan mahasiswa baru dengan guru dan mahasiswa lainnya. Tujuan dari peneliti yang penulis lakukan adalah bagaimana mahasiswa asing Turki melihat dan mengalami budaya negara tuan rumah, apa kesulitan budaya yang paling umum bahwa siswa EFL hadapi.Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian kualitatif, informan yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 66 persen laki-laki dan 34 persen perempuan, 96 persen di antaranya masuk dalam kelompok usia 18 sampai 25 tahun. Informan meliputi berbagai kelompok usia, latar belakang etnis, dan jurusan akademik yang berbeda. Semua infroman diberi kuesioner dan disajikan dengan pertanyaan wawancara terbuka. Berdasarkan temuan yang di dapatkan peneliti ini, dari jawaban siswa terhadap pertanyaan wawancara pertama menunjukan bahwa 25 dari mereka tidak merasa percaya diri baik dalam atau keluar dari kelas. Empat dari mereka berpikir bahwa teman-tman mereka menghina mereka karena merasa bahwa mereka berasal dari negara-negara berkembang. Salah seorang mahasiswa perempuan Rusia mengatakan bahwa dia tidak merasa nyaman di kelas dan merasa bahwa seluruh siswa sedang mencaci jijik pada pakaiannya jawaban atas pertanyaan wawancara kedua menunjukkan bahwa siswa tidak senang dengan dukungan yang mereka telah terima. Dari 29 siswa mengklaim bahwa sekolah tidak melakukan apapun untuk siswanya, bahwa guru selalu berbicara Bahasa Inggris dan guru tidak megetahui budaya setiap masing-masing mahasiswwa asing. Ada 23 mahasiswa Arab menyatakan bahwa guru tidak terbuka dengan mereka selama istirahat. Dua puluh dua siswa mengatakan bahwa mereka membutuhkan orientasi rinci tentang budaya Turki dan ingin sekolah dilakukan dengan dua guru satu dari budaya mereka sendiri dan dari budaya Turki sendiri. Ada 28 siswa ingin guru dari budaya mereka sendiri. Sembila dari mereka mengatakan bahwa mereka tidak bisa berbahasa inggris, dan itu sangat membuat mereka terkejut ketika ada siswa lain mengajak berbicara bahasa inggris. Berdasarkan temuan peneliti lainnya bahwa dalam kondisi seperti ini, toleransi dan menjaga pikiran yang terbuka mengenai budaya lokal mungkin lebih mudah untuk melakukan dari pada penerimaan yang bersedia. Bantuan dari jaringan host-nasional begitu penting karena melalui itu mahasiswa asing dapat belajar keterampilan sosial budaya lokal mereka. Peran guru dalam semua ini ada dua: untuk struktur pengalaman belajar, untuk memastikan bahwa ‘culture shock’ produktif dan positif, dan tidak berlebihan dan negatif, dan untuk membantu peserta didik untuk menyediakan lingkungan yang dari tanggapan meraka terhadap lingkungan baru.Guru EFL sendiri harus memiliki keterampilan dan juga kemampuan untuk menafsirkan dokumen atau acara dari budaya lain. Guru EFL juga harus mampu mengembangkan siswanya kompetensi antarbudaya yang akan memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda. Analisis Pustaka Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang sudah relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah 10 dilakukan. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam indikator dan penjelasan mengenai gegar budaya. Dalam penjabaran rujukan, penelitian ini tidak terlalu menggunakan penelitian terbaru atau stade of the art yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Rata-rata pustaka yang dirujuk adalah tahun berkisaran 1987-1990 dan terdapat sedikitnya rujukan pustaka. Jumlah informan yang terlalu banyak di wawancarai, sehingga banyaknya jawaban yang kurang jelas. 5. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh : Hambatan-hambatan komunikasi kepemimpinan regional di pemerintahan. : 2012 : Jurnal : Elektronik : Evawani Elysa LubisP : Jurnal ilmu komunikasi : Vol 1, No 01 (2012) : http://ejournal.unri.ac.id : 29 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka Peneliti ini meneliti bagaimana hambatan-hambatan komunikasi kepemimpinan regional di pemerintahan.Tujuan dari penelitian ini yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis hambatan-hambatan komunikasi kepemimpinan regional (kepala daerah), untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan komunikasi organisasi bisa berkembang menjadi suatu konflik dalam suatu struktur yang formal pada tingkat pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian deskriptif dengan mengumpulkan data dari infroman. Informannya antara lain mantan Sekda Kampar, ajudan Bupati Kampar, anggota DPRD Kampar, tokoh masyarakat, guru, wartawan, dan Bupati Kampar (H.Jefry Noer). Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kampar Kecamatan Bangkinang. Berdasarkan temuan yang di dapatkan penelitian ini, dari uraian konflik di Kampar ada beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya konflik, antara lain yang pertama dukungan politik yang tidak terlalu kuat terhadap pasangan H. Jefry Noer dan H.A Zakir,SH. MM sebagai Bupati dan wakil Bupati. Faktor kedua, gaya kepemimpinan H.Jefry Noer selaku Bupati Kampar yang menurut beberapa pihak, tidak lazim menurut aturan, sistem dan mekanisme birokrasi. Faktor ketiga, Jefry Noer dalam melaksanakan tugasnya selaku Bupati kurang akomodatif, kurang persuasive dan cenderung konfrontatif. Temuan penelitian lainnya, berdasarkan beberapa faktor konflik tersebut menyebabkan, pertama hambatan-hambatan komunikasi organisasi yang melatarbelakangi konflik yang ada di Pemerintahan Kabupaten Kampar. Pada konflik yang terjadi di Pemerintahan Kabupaten Kampar tersebut, terlihat adanya hambatan-hambatan komunikasi formal antara Bupati sebagai atasan dengan jajaran pendidikan sebagai bawahan. Pelaksanaan komunikasi organisasi secara formal di Kabupaten Kampar tidak berjalan lancar, sering terjadi hambatan-hambatan sehingga menyebabkan komunikasi infromal yang bersifat selentingan berkembang dengan 11 baik. Adapun gaya kepemimpinan yang otoriter dan gaya komunikasi berupa instruksi dan selalu menyalahkan sering memicu konflik antara Bupati dengan bawahannya. Kompetensi komunikasi yang kurang baik dari Bupati juga memperburuk hubungannya dengan bawahan dan berbagai elemen masyarakat. Hal ini tentu saja memperburuk keadaan dan konflik menjadi begitu luas dan sulit mencari solusinya Analisis Pustaka Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang sudah relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan. Temuan yang didapat yaitu hambatan komunikasi yang dilihat dari faktor konflik Pemerintahan Kabupaten Kampar, terdapat hambatan menyebabkan komunikasi informal dan gaya kepemimpinan yang otoriter. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam indikator dan penjelasan mengenai komunikasi formal, hambatan komunikasi, gaya kepemimpinan. Dalam penjabaran rujukan, penelitian ini tidak terlalu menggunakan penelitian terbaru atau stade of the art yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Rata-rata pustaka yang dirujuk adalah tahun berkisaran 1990-an.Tidak adanya perbandingan teori mengenai hambatan komunikasi, padahal penelitian sangat di fokuskan ke hambatan komunikasi. 6. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh : Pengaruh hambatan komunikasi kinerja karyawan hotel. : 2014 : Jurnal : Elektronik : Jessica gani : Jurnal e-komunikasi : Vol 2. No.1 Tahun 2014 : http://studentjournal.petra.ac.id : 29 Oktober 2014 terhadap Ringkasan Pustaka Tujuan dari penelitian ini yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui pengaruh hambatan komunikasi terhadap kinerja karyawan di Hotel Midtown Surabaya. Jenis yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan penerapan skala Likert. Informan dari penelitian ini sendiri yaitu seluruh karyawan Hotel Midtwon Surabaya yang berjumlah 101 orang. Lokasi penelitian dilakukan di Surabaya. Berdasarkan temuan yang di dapatkan penelitian ini, hambatan komunikasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan Hotel Midtown Surabaya, baik secara individu maupun tim kerja. Hambatan komunikasi yang ditemukan sering terjadi dikarenkan beberapa hal, yaitu hambatan teknis, hambatan semantik, dan hambatan perilaku. Dari sisi hambatan teknis, karyawan Hotel Midtwon tidak memiliki penguasaan teknik dan metode berkomunikasi dalam menyampaikan pesan kepada rekan kerja lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan penyampaian 12 pesan yang seringkali terganggu karena mereka tidak memiliki cara yang tepat untuk mengerjakan sesuatu dan tidak memiliki kecakapan dalam menyampaikan pesan. Dari sisi hambatan semantik yang sering terjadi dikarenakan karyawan Hotel Midtown Surabaya sering salah ucap dalam menyampaikan informasi, sehingga terjadi keselahpahaman. Misalnya, kesalahan menafsirkan pesan, kesalahan dalam memberikan pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat dan kode) yang dipergunakan dalam proses komunikasi. Dari sisi hambatan perilaku yaitu komunikasi terhambat karena mereka memiliki prasangka buruk, rasa curiga, dan ketidakpercayaan pada saat berkomunikasi dengan rekan sekerja mereka. Hal ini disebabkan dari faktor pengalaman individu yang sebelumnya memiliki kejadian kurang baik, sehingga pada saat berbicara komunikator maupun komunikan akan memiliki pemikrian yang kuran baik dahulu. Analisis Pustaka Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang sudah relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam indikator dan penjelasan mengenai hambatan komunikasi. Temuan dalam jurnal ini adalah terdapat tiga hambatan komunikasi terhadap kinerja karyawan yakni, hambatan hambatan teknis, hambatan semantik, dan hambatan perilaku. 7. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh : Hambatan komunikasi antarbudaya antara dosen native asal China dengan mahasiswa Indonesia. Indonesia program studi Tionghoa Universitas Kristen Petra. : 2013 : Jurnal : Elektronik : Malista Pauline Christy : Jurnal e-komunikasi : Vol 1. No.2 Tahun 2012 : http://studentjournal.petra.ac.id : 29 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka Peneliti ini meneliti bagaimana hambatan komunikasi antarbudaya antara dosen native asal china dengan mahasiswa Indonesia.Tujuanpeneliti adalah untuk mengetahui bagaimana hambatan komunikasi antarbudaya yang terjadi antara dosen native asal China dengan mahasiswa Indonesia program studi Sastra Tionghoa Universitas Kristen Petra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang utama dalam metode studi kasus adalah dengan wawancara dan observasi. Subjek penelitian ini adalah proses komunikasi antarbudaya yang terjadi di antara dua unit analisis, yakni dosen native asal China dengan mahasiswa Indonesia Etnis Tionghoa.Informan dosen native asal China dari penelitian ini sendiri yaitu individu yang merupakan warga negara asing yang berasal dari China daratan, memiliki bahasa ibu bahasa 13 Mandarin, terdaftar sebagai dosen native di program studi sastra Tionghoa Universitas Kristen Petra selama minimal 1 tahun, namun tidak tinggal menetap dan tidak menikah dengan orang Indonesia. Informan mahasiswa Indonesia dalam penelitian ini adalah individu yang terdaftar sebagai mahasiswa dan telah belajar di program studi Sastra Tionghoa Universitas Kristen Petra, merupakan warga negara Indonesia yang beretnis Tionghoa, pernah atau sedang diajar oleh dosen native asal China selama masa perkuliahan di UK petra, dan sedang mengambil mata kuliah untuk semester empat. Berdasarkan temuan yang didapatkan peneliti ini adalah untuk mengetahui bagaimana hambatan komunikasi antarbudaya yang terjadi antara dosen native asal China dengan mahasiswa Indonesia program studi Sastra Tionghoa Universitas Kristen Petra. Hambatan komunikasi antar dosen native China dengan mahasiswa Indonesia yaitu terjadi hambatan persepsi, adanya perbedaan nilai (values) antara dosen native China dengan mahasiswa Indonesia, China yang mayoritas tidak memiliki keanggotaan agama sedangkan mahasiswa memiliki agama yang mayoritas adalah kristiani. Selain adanya hambatan nilai, sikap (attitude) juga salah satu hambatan komunikasi mereka, dimana adanya perbedaan dalam gaya belajar antara dosen native asal China dan mahasiswa Indoensia. Hambatan lainnya yaitu hambatan verbal atau keterampilan berbahasa yaitu kurangnya keterampilan bahasa Mandarin mahasiswa, membuat mereka kesulitan dalam menjadi dan menyandi balik pesan dalam bahasa Mandarin. Hal ini terwujud dengan adanya pelafalan, tata bahasa, intonasi dan kosakata yang salah. Hal ini membuat pesan yang dimaksud mahasiswa berbeda dengan apa yang mereka sandikan kepada dosen native, dan membuat dosen native kesulitan menyandi balik pesan tersebut. Analisis Pustaka Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang sudah relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam indikator dan penjelasan mengenai hambatan komunikasi. Penelitian ini dalam menganalisis suatu masalah sudah sangat baik. Bisa dilihat dari temuan yang didapat. 8. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh : Hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak dalam pembinaan budidaya sapi potong di Kabupaten Ogal Ilir. : 2010 : Jurnal : Elektronik : E. Rosana, A. Saleh, dan Hadiyanto : Jurnal elektronik : Vol. 08, No 1. : http://journal.ipb.ac.id : 29 Oktober 2014 14 Ringkasan Pustaka Peneliti ini meneliti bagaiamana hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi pada proses transfer inovasi dari pembina ke peternak. Tujuan peneliti lakukan adalah mendeskripsikan faktor karakteristik individu dan aktivitas komunikasi yang ada pada peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir, mendeskripsikan hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir, menganalisis hubungan antara faktor karakteristik individu dan aktivitas komunikasi dengan hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir, menganalisis hubungan antara faktor karakteristik individu dengan aktivitas komunikasi pada peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif. Lokasi penelitian ini sendiri dilakukan Kabupaten Ogan Ilir. Berdasarkan temuan yang di dapatkan peneliti yaitu pertama, faktor karakteristik individu peternak di Kabupaten Ogan Ilir adalah pada pada umumnya umur paruh baya, pendidikan tamat SD, pendapatan rendah, pengalaman beternak sapi potong rendah, kekosmopolitan rendah dan tingkat pengetahuan tentang budidaya sapi pootong tinggi. Sedangkan aktivitas komunikasi yang diamati dalam penelitian ini yaitu intensitas komunikasi, metode komunikasi, pencarian informasi, keterlibatan dalam kelompok dan arah komunikasi. Kedua, hambatan komunikasi yang paling dirasakan peternak adalah pada faktor perhatian dan keakraban, disusul dengan faktor prasangka, perbedaan harapan dan perbedaan kebutuhan. Ketiga, pengalaman peternak berhubungan pada faktor hambatan (prasangka, perhatian, keakraban) serta berhubungan dengan hambatan komunikasi faktor perbedaan kebutuhan. Karakteritisk kekosmopolitan peternak berhubungan sangat negatif dengan faktor hambatanhambatan komunikasi pada prasangka, perbedaan kebutuhan, perhatian, dan keakraban. Karakteristik tingkat pengetahuan perternak berhubungan sangat negatif dengan seluruh faktor hambatan-hamabtan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Keempat, faktor karateristik umur peternak berhubungan nyata dengan aktivitas komunikasi pada aspek intensitas komunikasi, pendidikan berhubungan nyata pada aspek aktivitas keterlibatan dalam kelompok dan sangat nyata dengan aktivitas komunikasi dalam pencarian informasi dan arah komunikasi, pendapatan berhubungan nyata dengan aktivitas komunikasi dalam pencarian infromasi, pengalaman berhubungan nyata negatif dengan aktivitas komunikasi dalam metode komunikasi, kekosmopolitan berhubungan sangat nyata dengan kesemua aspek aktivitas komunikasi dan tingkat pengetahuan berhubungan nyata dengan aktivitas komunikasi pada aspek intensitas komunikasi dan sangat nyata pada empat aspek lainnya dari peubah aktivitas komunikasi. Analisis Pustaka Penelitian ini menjelaskan mengenai hambatan komunikasi yang dirasakan pada seorang peternak dengan pembinaan budidaya sapi potong. Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang sudah relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam indikator dan 15 penjelasan mengenai hambatan komunikasi. Temuan dari jurnal ini sudah sangat baik penjabarannya. 9. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh : Komunikasi antarbudaya etnik jawa dan etnik keturunan Cina : 2009 : Jurnal : Elektronik : Eka ErmitaAksan : Jurnal ilmu komunikasi : Vol. 7, (No.1) Hal: 1-15 : http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/ article/viewfile/6/34 : 30 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka Tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah meneliti bagaimana komunikasi antarbudaya yang terjadi pada masyarakat Etnis Jawa dan Etnis Cina di Solo. Metode yang digunakan penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan wawancara terhadap delapan warga Kampung Balong, Kelurahan Sudiroprajan, Surakarta yang terdiri dari empat orang adalah etnik keturunan Cina, dan empat orang lainnya adalah etnik pribumi (Jawa). Tujuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam. Wawancara pada penelitian ini juga dilengkapi dengan pedoman wawancara (interviewguide) sebagai instrumen pengumpulan data dalam melakukan wawancara serta tape recorder sebagai alat bantu dalam proses wawancara. Berdasarkan temuan yang dilakukan oleh peneliti, terdapat dua hambatan komunikasi yang dapat diatasi oleh Etnik Cina dan Etnik Jawa. Hambatan pertama adalah perbedaan agama, namun perbedaan tersebut yang terjadi di antara mereka tidak menimbulkan permasalahan, bahkan sangat terjaga sehingga nyaris tidak pernah terjadi perkelahian SARA di Kampung Balong. Etnik keturunan Cina yang mayoritas beragama Nasrani dan Etnik Jawa yang mayoritas beragama Islam, hidup dengan kondisi yang harmonis dengan mempraktikkan sikap toleransi, saling menghargai, dan memahami perbedaan latar belakang budaya, agama dan sistem nilai sudah terjadi secara turun temurun. Hambatan kedua adalah bahasa. Hambatan komunikasi ini tidak menjadi permasalahan yang berarti karena dari segi penggunaan bahasa, mereka menggunakan bahasa yang sama yaitu bahasa Jawa. Kesamaan penggunaan bahasa membantu proses komunikasi di antara Etnik Jawa dan Etnik keturunan Cina. Etnik keturunan Cina menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi tidak hanya dalam interaksi sosial dengan Etnik Jawa saja, melainkan mereka menggunakan bahasa Jawa untuk berinteraksi dengan sesama etnik keturunan Cina juga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, ditemukan fakta bahwa etnik keturunan Cina di Kampung Balong memaknai diri mereka sebagai etnik pribumi (Jawa) karena mereka telah lahir dan tumbuh besar di Kampung Balong 16 bersama-sama Etnik Jawa lainnya. Mereka juga telah memahami satu sama lain sehingga komunikasi yang terjalin di antara mereka berjalan sangat lancar. Analisis Pustaka Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini, secara keseluruhan terdapat hubungan yang relevan antara tujuan dan hasil pembahasan dari penelitian, yaitu komunikasi antarbudaya Etnik Jawa dan Etnik Cina terjalin secara harmonis, saling menghargai, dan berjalan sangat lancar sehingga mencapai komunikasi antarbudaya yang efektif dalam kesehariannya. Hal ini tercermin dari cara mereka mengatasi hambatan komunikasi agama dan bahasa. Walaupun terdapat perbedaan agama, namun mereka tetap hidup rukun dan saling menghargai. 10. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh : Komunikasi antaretnik pada masyarakat multietnik di kawasan Sunan Ampel Surabaya dalam kehidupan bertetangga. : 2010 : Jurnal : Elektronik : Angga Mahendra : Jurnal komunikasi : Vol 06. No 1. Hal 1-15 : http://journal.unair.ac.id : 30 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mendeskripsikan kondisi kondisi komunikasi antaretnik yang dilakukan komunitas multietnis di kawasan Sunan Ampel Surabaya dalam kehidupan bertetangga serta stereotip dan prasangka suatu etnis terhadap etnis lain di kawasan Ampel dalam berkomunikasi yang dapat memicu terjadinya konflik antaretnik. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan komunikasi dalam kehidupan masyarakat multietnik di kawasan Sunan Ampel Surabaya. Sasaran dari penelitian ini adalah komunitas multietnik yang tinggal dikawasan Sunan Ampel Surabaya. Infromaninforman yang akan diwawancarai oleh peneliti adalah tiga orang pria dengan kisaran usia 42-58 tahun yang kesemuanya berprofesi sebagai pedagang, ketiga informan tersebut berasal dari tiga etnis berbeda yaitu Arab, Cina, dan Madura. Informan yang berasal dari Etnis Arab dan Madura beragama Islam, sedangkan informan yang berasal dari Etnis Cina beragama Kristen Protestan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mewawancari informan secara mendalam (in-depth interview) agar didapatkan data yang akurat dan peneliti juga melakukan observasi langsung tentang keseharian komunitas multietnik di kawasan Sunan Ampel Surabaya. Berdasarkan temuan yang dilakukan oleh peneliti adalah komunikasi antaretnik yang dilakukan oleh komunitas multietnik di kawasan Sunan Ampel Surabaya dalam kehidupan bertetangga dipengaruhi oleh faktor budaya dan 17 psikobudaya di tempat berlangsungnya komunikasi antara yang bersangkutan. Pada informan pertama yaitu pak Tamin yang berasal dari Etnis Arab, komunikasi antaretnis dipengaruhi oleh pola berpikir informan yang telah memiliki anggapan tertentu mengenai etnis-etnis lain yang ada di sekitarnya. Hal ini termasuk pada stereotipe yang termasuk pada faktor psikobudaya. Informan kedua, yaitu pak Rudolf yang berasal dari Etnis Cina, komunikasi antaretnis lebih dipengaruhi oleh permasalahan bahasa. Permasalahan bahasa dalam hal ini termasuk paa faktor budaya. Informan terakhir, yaitu Cak Bari yang berasal dari Etnis Madura, komunikasi antaretnis terjadi karena pengaruh persamaan pandangan dalam kepercayaan yang dianut oleh dirinya dan lingkungannya yang berbeda etnis. Faktor ini termasuk pada faktor budaya. Penelitian yang penulis lakukan ini untuk mengetahui komunikasi antaretnis dan pengelolaan konflik pada komunitas multietnis yang ada di daerah Ampel, Surabaya. Namun keberagaman etnis yang ada dalam penelitian ini masih belum terlalu beragam variasinya. Analisis Pustaka Dalam penelitian yang dilakukan penulis ini sudah menyajikan hasil yang sudah relevan antara tujuan dengan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan. Terdapat banyak perbedaan pandangan oleh beberapa ahli dalam indikator dan penjelasan mengenai komunikasi antar etnik dan masyarakat multietnik. 18 18 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Komunikasi Antarbudaya Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi, apa yang dapat terjadi, akibat-akibat dari apa yang terjadi dan akhirnya apa yang dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut. Komunikasi antarbudaya, terjadi bila pengirim pesan adalah anggota dari suatu budaya dan penerima pesannnya adalah anggota dari suatu budaya lain. Menurut Tubbs dan Moss mengatakan Komunikasi antarbudaya, komunikasi antar orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik maupun perbedaan sosial ekonomi). Tabel 1 Perbandingan 1995-2001 No. Nama penulis 1. Sitaram; dalam Frans Josef: (1995) 2 Mulyana; dalam Mulyana dan Rahmat (2005) 3 Devito (2011) 4 Novinger (2001) 5 6 definisi komunikasi antarbudaya berdasarkan jurnal tahun Definisi Komunikasi antarbudaya adalah interaksi di antara anggota-anggota budaya yang berbeda. Komunikasi antarbudaya lebih menekankan aspek utama yakni hubungan antarpribadi di antara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda. Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi yang terjadi antara orang-orang dari kultur yang berbeda, yakni antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai dan cara berperilaku kultural yang berbeda. Dalam komunikasi antarbudaya, reaksi negatife dan evaluatif individu terhadap sebuah budaya dapat menciptakan hambatan komunikasi. Kata Kunci Interaksi budaya yang berbeda. Komunikasi menekankan aspek utama yakni antarpribadi. Komunikasi yang terjadi antara orangorang dari kultur yang berbeda. Reaksi negatife , evaluatif dapat menciptakan hambatan komunikasi. Larry,Richard, Komunikasi antarbudaya merupakan Penyampaian Edwin (2010) penyampaian pesan dan penerima pesan dan pesan berasal dari budaya yang penerima pesan. berlainan. Kezia Sekeon Komunikasi antarbudaya yaitu (2013) budaya luar bertemu dengan budaya Budaya luar setempat telah berperan pada bertemu dengan perubahan perilaku. budaya 19 No. 7 8 Nama penulis Ting-Toomey (2005) Devito (1997) Christy (2013) 9 Christy (2013) 10 Definisi Komunikasi antarbudaya yaitu partisipan komunikasi berada dalam situasi tertentu yang juga mempengaruhi bagaimana mereka melakukan penyandian dan penyandian balik pesan. Komunikasi antarbudaya telah menjadi semakin penting, karena meningkatnya mobilitas orang di seluruh dunia, saling ketergantungan ekonomi di antara banyak Negara, kemajuan teknologi komunikasi, perubahan pola imigrasi, dan politik membutuhkan pemahaman atas kultur yang berbeda-beda. Komunikasi antarbudaya yaitu adanya komunikasi antara dua pihak yang berbeda budaya. Komunikasi antarbudaya yaitu kedua partisipannnya berasal dari orang yang tidak mengenal budaya satu sama lain secara mendalam. Kata Kunci setempat. Mempengaruhi penyandian dan penyandia balik pesan. Saling ketergantungan, perubahan pola imigrasi, kultur yang berbedabeda. Komunikasi antar budaya Tidak mengenal budaya satu sama lain. Perubahan Identitas Budaya Identitias etink sering dikaji sosiologi, antropologi, psikologi dan sejarahwan. Para ahli telah meneliti asal-usul, substansi, konsekuensi dan proses etnisitas yang sedang berubah dalam berbagai komunitas. Dalam disiplin-disiplin ini, istilah identitas etnik demikian populer. Istilah-istilah lain yang berkaitan dengannya digunakan sebagai sinonim seperti etnisitas (ethnicity), dan konsep diri kultural atau rasial. Makna konse identitas etnik tidak selalu eksplisit dalam kajian-kajian itu. Sering ia berkelinda dan tersirat dalam kajian tentang akulturasi, asimilasi, adaptasi suatu kelompok etnik di suatu negeri asing. Dapat dikatakan bahwa identitas, seperti yang dikatakan Kuhn, adalah inti diri (the core self), yaitu, posisi umum seseorang dalam masyarakat. 20 Tabel 2 Perbandingan 2014 No. Nama penulis 1. Stuart Hall; dalam Erniwati, (2011) 2 3 4 5 6 7 definisi identitas budaya berdasarkan jurnal tahun 1988- Definisi Membagi identitas budaya atas dua definisi yang berbeda, yaitu pertama, identitas budaya berhubungan dengan persamaan budaya pada suatu kelompok tertentu di mana anggotaanggotanya memiliki sejarah dan nenek moyang yang sama. Kedua, identifikasi yang dibentuk oleh sejarah dan unsur-unsur kebudayaan. Barth ( 1988) Menunjuk pada suatu kelompok tertentu dimana karena kesamaan ras, agama, asal usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Barker (2005) Identitas sepenuhnya merupakan suatu konstruksi sosial budaya. Barker (2005) Tidak ada identitas yang dapat ‘mengada’ (exist) di luar representasi atau akulturasi budaya. Yudha (2014) Identitas budaya adalah suatu jati diri sebuah komunitas yang tidak dibawa dari lahir dan terus mengalami perubahan, baik itu pengaruh unsurunsur budaya luar yang mutual maupun pengaruh sejarah dan kekuasaan. Bhaba dan Hall Identitas budaya bukan merupakan identitas yang dibawa semenjak lahir dan akan mengalami perubahan terus menerus dan perubahan ini akan terkait dengan relasi interaksi budaya Yudha (2014) Perubahan identitas budaya juga membawa implikasi individu, perubahan identitas ini terlihat pada perubahan kepercayaan, penggunaan bahasa sehari-hari, nama. Kata Kunci Identintas budaya berhubungan dengan persamaan budaya pada suatu kelompok. Kelompok tertentu ( ras,agama,asalusul bangsa), sisstem nilai budaya. Kontruksi sosial budaya Akulturasi budaya. Mengalami perubahan unsur budaya. Perubahan terus menerus, relasi interaksi budaya. Perubahan kepercayaan, bahasa seharihari dan nama. 21 Hambatan Komunikasi Antar Budaya Dalam komunikasi antar budaya ada tiga hal yang mempengaruhi efektivitas antar budaya, merujuk pada buku Dasar-dasar komunikasi yang ditulis oleh Djura P.Lubis. et all. (2008) Tiga hal yang mempengaruhi efektivitas antar budaya yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan motivasi untuk melakukan komunikasi yang penuh kesadaran. Hambatan-hambatan akan terjadi apabila kondisi yang ada dan perilaku komunikan tidak memperkuat aspek-aspek yang disyaratkan tersebut. 1. Aspek pengetahuan Tanpa pengetahuan yang sensitif budaya, seorang pengirim pesan (komunikator) mungkin tidak akan mampun menyelesaikan isu nilai budaya dengan proses komunikasi yang harus dijalankan. Pengetahuan tersebut mengacu pada pemahaman tentang nilai budaya dan personal, komunikasi bahasa dan verbal pengembangan hubungan, menejemen konflik dan adaptasi antar budaya. Selain itu, pengetahuan juga mengacu pada proses pemahaman mendalam atas fenomena tertentu melalui berbagai informasi yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang didasari, pengalaman personal dan hasil pengamatan. 2. Aspek Ketrampilan Aspek ketrampilan adalah kemampuan operasional untuk mengintegrasikan pengetahuan dan motivasi dengan praktek antar budaya yang sesuai dan efektif. Keterampilan adaptif dapat membantu orang untuk berkomunikasi dengan penuh makna dalam situasi antar budaya. Banyak keterampilan interksi adalah bermanfaat dalam membangun komunikasi antar budaya yang sesuai dan efektif. 3. Motivasi Salah satu hambtan penting yang sering kali mempengaruhi motivasi ini adalah faktor stereotyping terhadap budaya (lain) tertentu. Stereotyping menyebabkan seseorang melihat budaya lain secara negatif. Cara berpikir inilah yang menghambat efektivitas komunikasi antarbudaya. Tabel 3 Perbandingan definisi hambatan komunikasi antar budaya berdasarkan jurnal tahun 2001-2013 No. Nama Penulis 1 Novinger (2001) 2 Malista Pauline Christy (2013) Definisi Hambatan komunikasi antarbudaya dapat dibagi dalam tiga jenis, yakni hambatan persepsi, hambatan verbal dan hambatan nonverbal. Hambatan komunikasi dilihat dari Perbedaan nilai(agamadancarapandang), sikap, kompetensi verbal Kata Kunci Hambatan persepsi, hambatan verbal, dan hambatan nonverbal Perbedaan nilai, agama, sikap 22 No. Nama Penulis 3 Eka Ermita Aksan (2009) 4 Evawani Elsya Lubis (2012) 5 E.Rosana, A.Saleh dan Hadiyanto (2010) Definisi Kata Kunci (berbahasa), kompetensi verbal (aksen) Hambatan komunikasi dilihat dari Sosiobudaya Pengaruh sosiobudaya, pengaruh sosiobudaya (bahasa dan logat, nonverbal) dan budaya (latar belakang budaya Hambatan komunikasi dilihat dari Kompetensi nonverbal gaya komunikasi, kompetensi dan verbal verbal dan nonverbal Hambatan komunikasi dilihat Psikobudaya, semantik secara : psikologis, semantik, karakteristik personal maupun lingkungan 23 SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Berdasarkan hasil rangkuman dan analisis mengenai definisi konsep komunikasi antarbudaya, hambatan komunikasi antarbudaya dan perubahan identitas budaya dapat di simpulkan bahwa komunikasi antarbudaya menurut Devito (2011),komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi yang terjadi antara orang-orang dari kultur yang berbeda, yakni antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai dan cara berperilaku kultural yang berbeda. Sementara untuk hambatan komunikasi menurut penelitian Eka Ermita Aksan (2009) dapat dilihat dari pengaruh sosiobudaya, (bahasa, logat, nonverbal) dan latar belakang budaya). Sebagai contoh, yang di bahas oleh Eka Ermita Aksan mengenai komunikasi antarbudaya Etnik Jawa dan Etnik Keturunan Cina, dilihat hambatan pertama adalah perbedaan agama, namun perbedaan tersebut yang terjadi di antara mereka tidak menimbulkan permasalahan, bahkan sangat terjaga sehingga nyaris tidak pernah terjadi perkelahian SARA di Kampung Balong. Sedangkan Etnik keturunan Cina yang mayoritas beragama Nasrani dan Etnik Jawa yang mayoritas beragama Islam, hidup dengan kondisi yang harmonis dengan mempraktikkan sikap toleransi, saling menghargai, dan memahami perbedaan latar belakang budaya, agama dan sistem nilai sudah terjadi secara turun temurun. Hambatan kedua adalah bahasa. Hambatan komunikasi ini tidak menjadi permasalahan yang berarti karena dari segi penggunaan bahasa, mereka menggunakan bahasa yang sama yaitu bahasa Jawa. Kesamaan penggunaan bahasa membantu proses komunikasi di antara Etnik Jawa dan Etnik keturunan Cina. Sementara untuk perubahan identitas budaya menurut penelitian Yudha (2014) memiliki pengertian yakni perubahan identitas budaya juga membawa implikasi individu, perubahan identitas ini terlihat pada perubahan kepercayaan, penggunaan bahasa sehari-hari, dan nama. Sebagai contoh, yang di teliti oleh I Putu PKY (2014) Perubahan identitas Etnis Tionghoa di Desa Pupuan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan, dilihat terjadinya perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa sangat terlihat pada, perubahan agama dan kepercayaan. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Berdasarkan ringkasan dan analisis pustaka, rangkuman dan pembahasan, serta simpulan yang dibuat, maka muncullah pertanyaan analisis baru yang akan dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya, pertanyaan tersebut di antaranya: 1. Bagaimana dampak perbedaan budaya terhadap hambatan komunikasi antarbudaya yang terjadi? 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hambatan komunikasi antarbudaya? 3. Bagaimanakah faktor tersebut dapat mempengaruhi hambatan komunikasi antarbudaya? 24 Kerangka Analisis Setelah melakukan analisis dan sintesis dari hasil penelitian yang terdapat pada sepuluh jurnal, dilakukan suatu usulan kerangka analisis baru yang menggambarkan bahwa budaya berkaitan erat dengan komunikasi. Berdasarkan jurnal yang dikutip oleh peneliti sebelumnya, terdapat beberapa unsur diantaranya seperti sosiokultural yang terdiri dari bahasa, logat, identitas budaya yang diduga akan mempengaruhi hambatan komunikasi. Sementara unsurlatarbelakang budaya,lingkungan geografi juga diduga akan mempengaruhi hambatan dalam komunikasi. Selain ketiga unsur diatas, unsur psikobudaya yang terdiri dari prasangka dan stereotipeserta unsur karakteristik individu yang terdiri dari usia juga diduga akan mempengaruhi hambatan komunikasi. Selanjutnya, kelima unsur tersebut akan berhubungan dengan hambatan komunikasi yang terdiri dari perbedaan, persepsi, verbal dan non verbal, perbedaan nilai, dan simbol. Sosiokultural (Aksan EE. 2009) - Bahasa - Logat - Identitas budaya (Barker 2005) Budaya(Aksan EE. 2009) - Latar belakangbudaya Hambatan komunikasi: - Lingkungan (Hadiyanto 2010) - - Geografi Psikobudaya (sekeon K. 2013) - Prasangka Stereotipe Karakteristik Individu - Usia (Saylag R. 2013) Keterangan: mempengaruhi Gambar 1 Usulan kerangka analisis Perbedaan persepsi Verbal dan non verbal (Novinger 2001) Perbedaan nilai Simbol (Christy MP. (2013 25 DAFTAR PUSTAKA Aksan EE. 2009. Komunikasi Antarbudaya Etnik Jawa dan Etnik Keturunan Cina. Jurnal Ilmu Komunikasi [Internet]. [dikutip 30 Oktober 2014]. 1-15. Dapat diunduh dari: http:upnyl.ac.id/index/php/komunikasi/article/viewFile/6 Christy MP. 2013. Hambatan komunikasi antarbudaya antara dosen native asal China dengan mahasiswa Indonesia program studi Satra Tionghoa Universitas Kristen Petra. J E-Komunikasi [Internet]. [dikutip 20 Februari 2014]; 1(2): 37-48. Dapat diunduh dari: http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/891 Cangara, H. Hafied; Pengantar Ilmu Komunikasi; PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Gani J. 2014. Pengaruh Hambatan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan Hotel. Jurnal E-Komunikasi [Internet]. [dikutip 29 Oktober 2014]; 1- . Dapat diunduh dari: http://ejournal.unri.ac.id I Putu PKY. 2014. Perubahan Identitas Etnis Tionghoa Di Desa Pupuan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. [dikutip 30 September 2014];1Dapat diunduh dari http://pps.unud.ac.id LubisP EE. 2012. Hambatan-hambatan Komunikasi Kepemimpinan Regional di Pemerintahan. Jurnal Ilmu Komunikasi [Internet]. [dikutip 29 Oktober 2014]; 1(1): 1-55. Dapat diunduh dari: http://ejournal.unri.ac.id Mahendra.A. 2010. Komunikasi Antaretnik Pada Masyarkat Multietnik diKawasan Sunan Ampel Surabaya Dalam Kehidupan Bertetangga. Jurnal Ilmu Komunikasi [Internet]. [dikutip 30 Oktober 2014]; 6(1): 1-15. Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id Rosana E, Saleh A, dan Hadiyanto. 2010. Hambatan-hambatan Komunikasi yang Dirasakan Peternak Dalam Pembinaan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten Ogal Ilir. Jurnal Komunikasi Pembangunan [Internet]. [dikutip 29 Oktober 2014]; 8(1): 1-15. Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id Saylag R. 2013.Culture Shock an Obstacle for EFL. Leaners. Journal International [Internet]. [dikutip 1 Oktober 2014]; 1-15. Dapat diunduh dari http://ac/els-cdn.com Sekeon K. 2013. Komunikasi Antarbudaya Pada Mahsiswa Fisip UNSRAT. Jurnal Acta Diurna [Internet]. [dikutip 24 September 2014]; 1- . Dapat diunduh dari: http://jurnal//203.130.254.141 W.E. Tinambuna.2012. Dampak Migrasi Terhadap Efektivitas Komunikasi Lintas Budaya.Jurnal Ilmu Komunikasi [Internet]. [dikutip 28 September 2014]; 1- . Dapat diuduh dari: http://ejournal.unrl.ac.id Wilodati, 2012.Kesadaran Masyarakat Majemuk dan Kebhineka Tunggal Ika-an Kebudayaan Di Indonesia. Jurnal. Tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 26 LAMPIRAN Mind Mapping 1. Judul Penulis : Komunikasi Antar Budaya pada Mahasiswa Fisip Unsrat : Kezia Sekeon Adat istiadat, bahasa, tingkah laku dan norma Mereka hidup sekelompok yakni dengan teman sedaerahnya Perbedaan budaya Mahasiswa pendatang Faktor2 sulit beradaptasi di Fisip Unsrat Bahasa/logat Sulawesi Utara susah untuk dimengerti Hambatan2 memilih-milih teman Pergaulan yang sangat berutal Perubahan2 positif menguasai logat/bahasa sulawesi utara Negatif menjadi pribadi yang tertutup, intnasi 27 2. Judul Lintas Budaya Penulis : Dampak Migrasi Terhadap Efektifitas Komunikasi : W.E. Tinambunan Kualitatif-deskriptif penduduk lokal dan pendatang, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda di tingkat kecamatan jumlahnya 250 orang Metode penelitian subjek penelitian Dampak migran terhadap perkembangan sosial hubungan sosial Efektifitas Komunikasi Lintas Budaya Migrasi yang telah melakukan perpindahan penduduk dan cenderung menetap di tempat tujuan, atau perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi permanen merupakan mobilitas sosial permanen. 3. Judul : Perubahan Identitas Budaya Etnis Tionghoa Di Desa Pupuan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Penulis : I Putu Putra Kusuma Yudha metode kualitatif observasi,wawancara,dokumentar Metode penelitian Teknik pengumpulan teori hegemoni Perubahan identitas Budaya etnis Tionghoa perubahan identitas hibriditas praktik agama kepercayaan 28 perubahan bahasa perubahan nama menggunakan bahasa Bali dan Indonesia nama seseorang etnis Tionghoa terdiri paling banyak 3 suku kata. Nama yang pertama menjelaskan marganya (she), dan 2 nama belakangnya adalah nama yang sebenarnya. 4. Judul Penulis : Culture Shock an Obstacle for EFL Leaner : Renan Saylag 66% laki-laki dan 34% perempuan, 96% di antaranya masuk dalam kelompok usia 18 sampai 25 tahun. Informan meliputi berbagai kelompok usia, latar belakng etnis, dan jurusan akademik yang berbeda. kualitatif Metode penelitian subjek penelitian Culture shock Kesulitan budaya Siswa kesulitan dalam bahasa guru tidak megetahui budaya setiap masing-masing mahasiswa asing 5. Judul : Hambatan-Hambatan Komunikasi Kepemimpinan Regional Di Pemerintah Penulis : Evawani Elysa Lubis Deskriptif Metode penelitian Kabupaten Kampar Bangkinang Lokasi penelitian mantan Sekda, ajudan Bupati,ti tokoh masyarakat Bupati Kampar. Hambatan komunikasi kepemimpinan Regional di pemerintahan 29 hambatan kom kepemimpinan gaya otoriter Kom informal Dukungan politk tidak kuat faktor2 konflik gaya kepemimpinan Bupati kurang akomodatif, persuasive,cenderung konfrontatif 6. Judul : Pengaruh Hambatan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan Hotel Penulis : Jessica Gani Kualitatif seluruh karyawan Hotel Midtown Surabaya yg berjumlah 101 orng. Metode penelitian informan Hambatan kom teknis Hambatan komunikasi terhadapa kinerja karyawan Hotel. hambatan Hambatan semantik Hambatan prilaku Lokasi : Surabaya 7. Judul : Hambatan Komunikasi Antarabudaya Antara Dosen Native Asal China Dengan Mahasiswa Indonesia Indonesia Program Studi Sastra Tionghoa Universitas Krsiten Petra. Penulis : Malista Pauline Christy 30 Proses kom antarbudaya yang terjadi di anatara dua unit analisis, yakji dosen native asal China dengan mahasiswa Indonesia etnis Tionghoa. Metode studi kasus Metode penelitian China Hambatan kom antarbudaya antara dosen dengan subjek penelitian Informan dosen native asal mahasiswsa Mahasiswa Hambatan komunikasi persepsi hambatan Hambatan nilai Hambatan sikap 8. Judul : Hambatan-HambatanKomunikasi yang Dirasakan Peternak dalam Pembinaan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten Ogal Ilir. Penulis : E. Rosana, A. Saleh, dan Hadiyanto .Kabupaten Ogan Ilir. Metode deskriptif Metode penelitian Lokasi penelitian Hambatan kom yang dirasakan peternak dalam pembinaan. Hambatan komunikasi dirasakan faktor perhatian dan keakraban Faktor prasangka Faktor perbedaan harapan & kebutuhan 31 9. Judul : Komunikasi Antarbudaya Etnik Jawa dan Etnik Keturunan Cina Penulis : Eka Ermita Aksan Kualitatif empat orang etnik keturunan Cina, empat orang etnik pribumi. Metode penelitian informan Hambatan kom perbedaan agama Komunikasi Antarbudaya. bahasa Lokasi: Kampung Balong, Kelurahan Sudiroprajan,Surakarta 10. Judul : Komunikasi Antaretnik Pada Masyarakat Multietnik di Kawasan Sunan Ampel Surabaya Dalam Kehidupan Bertetangga. Penulis : Angga Mahendra Komunitas multietnik yang tinggal dikawasan Sunan Ampel Surabaya. Metode kualitatif Metode penelitian Komunikasi Antaretnik Pada Masyarakat Multietnik sasaran penelitian Informan ; tiga orang pria dengan kisaran umur 4258, berprofesi pedagang. Komunikasi antaretnik faktor budaya dan psikobudaya Faktor kepercayaan bahasa 32 RIWAYAT HIDUP Marya Ulfa dilahirkan di Kutai Kartanegara pada tanggal 04 Mei 1993, dari pasangan Bambang Sudiarba dan Siti Mastah. Pendidikan formal yang telah ditempuh adalah SDN 01 Tenggarong Sebrang pada tahun 1999-2005, Pesantren Modern Ibadurrahman Tenggarong Sebrang pada tahun 2005-2008, SMAN 2 Tenggarong Sebrang pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan, dan pada tahun 2012 penullis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama di aktif sebagai mahasiswa aktif IPB, penulis tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) sebagai anggota dalam divisi Broadcasttahun 2013-2014. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitian di IPB, penulis juga meraih juara 1 vollyball dan 2 aerobik dalam pekan olahraga IPB dan Departemen.