MODUL PERKULIAHAN PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI Pokok Bahasan : Komunikasi Verbal Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Broadcasting Tatap Muka 06 Kode MK Disusun Oleh 85001 Drs. Riswandi, M.Si Abstract Kompetensi Materi yang dibahas ialah bahasa yan meliputi pengertian dan fungsi, serta keterbatasannya Mahasiswa mampu memahami pengertian bahasa, fungsi, dan kelemahan bahasa sebagai alat keterbatasannya komunikasi manusia Pembahasan I. Pengertian Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata ataua lebih, dan yang termasuk bahasa di sini ialah bahasa lisan dan tulisan. Bahasa vrebal ialah sarana utama yang menyatakan pikiran, perasaan,dan maksud maksud kita. Bahasa adalah abstraksi realitas yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata itu. II. Fungsi bahasa bagi kehidupan manusia Bahasa adalah seperangkat kata yang disusun secara berstruktur sehingga menjadi suatu kalimat yang mengandung makna. Fungsi bahasa yang mendasar bagi manusia adalah untuk menamai atau menjuluki obyek, orang, dan peristiwa. Setiap orang mempunyai nama untuk identifikasi sosial. Orang juga dapat menamai apa saja, atau menamai objek-objek yang berlainan, termasuk menamai perasaan tertentu yang mereka alami. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan merupakan basis bahasa, dan pada awalnya hal itu dilakukan manusia sesuka mereka, yang kemudian menjadi konvensi. Fungsi bahasa secara umu dapat dibedakan bredasarkan tujuannya sebagai berikut (Sumiati Budiman : 1987) : 1. Fungsi praktis 2. Fungsi kultural 3. Fungsi artistik 4. Fungsi edukatif 5. Fungsi politis Fungsi bahasa dapat pula dijelaskan sebagai berikut : 1. Bahasa sebagai alat komunikasi 2. Bahasa sebagai alat untuk ekspresi diri 3. Bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial 4. Bahasa sebagai alat kontrol sosial 2012 2 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki 3 fungsi, yaitu : 1. penamaan (naming/labeling). 2. interaksi 3. transmisi informasi 1. Fungsi penamaan Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. 2. Fungsi interaksi Fungsi interaksi menekankan pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat menghubungkan antara orang dengan orang lainnya, atau antara kelompok orang dengan kelompok orang lainnya. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Anda juga menerima informasi setiap hari mulai bangun di pagi hari sampai tidur di malam hari. 3. Fungsi transmisi informasi Melalui bahasa, informasi dapt disampaikan kepada orang lain. Melalui bahasa, kita menerima informasi setiap hari dari orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung (misalnya melalui media massa). Cassandra L. Book mengemukakan 3 fungsi bahasa sebgai berikut : 1. Untuk mengenal dunia di sekitar kita 2. Berhubungan dengan orang lain 3. Untuk menciptakan koherensi dalam hidup kita Ad. 1) Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat dan perhatian kita. Kita juga mempelajari bahasa untuk menarik dukungan atau persetujuan dari orang lain atas pendapat dan pemikiran kita. Ad. 2) Bahasa memungkinkan kita bergaul dan berbagi pengalaman dengan orang-orang di sekitar kita, dan mempengaruhi mereka untuk kepentingan kita. Melalui bahasa yang kita pelajari pun kita dapat memahami pemikiran dan persepsi orang lain, sehingga tercipta pemaknaan yang sama terhadap suatu konsepp atau istilah. Ad.3) Fungsi menciptakan keherensi dari bahasa ini memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur, saling memahami mengenai kepercayaan-kepercayaan kita, dan saling memahami mengenai harapan-harapan kita. Kita tidak mungkin menjelaskan hal-hal tersebut di atas 2012 3 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id secara acak dan sembarangan, akan tetapi harus melalui susunan kata dan kalimat yang teratur dan menurut kaidah-kaidah yang berlaku umum. Prof. Hafied Cangara mengemukakan 3 fungsi bahasa sebagai berikut : 1) Untuk mempelajari tentang dunia di sekitar kita 2) Untuk membina hubungan yang baik dengan sesama manusia 3) Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia. Untuk mempelajari dunia di sekeliling kita , bahasa menjadi alat yang sangat penting guna memahami lingkungan. Melalui bahasa kita dapat mengetahui sikap, pandangan, dan perilaku suatu bangsa, meskipun kita belum pernah berkunjung ke negara tersebut. Bahasa mengembangkan pengetahuan, agar kita dapat menerima sesuatu dari luar, dan juga berusaha menggambarkan ide-ide kita kepada orang lain. Sebagai alat pengikat dan perekat dalam hidup bermasyarakat, bahasa dapat membantu kita menyusun struktur pengetahuan menjadi logis dan mudah diterima orang lain. Bagaimanapun cemerlangnya suatu ide, kalau tidk disusun dalam suatu kata atau kalimat yang teratur, sistematis, dan logis, maka ide tersebut akan menajdi kacau. Bahasa bukan saja membagi pengalaman, tetapi juga membentuk pengalaman itu sendiri. Teori Belajar Bahasa Ada 3 teori tentang bagaimana cara orang belajar bahasa sebagai berikut : 1) Operant Conditioning Teori ini dikembangkan oleh seorang ahli psikologi behavioralisti, yaitu B.F. Skinner (1957). Teori menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon) atau dikenal dengan teori S – R. Teori ini menyatakan, bahwa jika suatu organisme dirangsang oleh stimuli ari luar, maka orang cenderung akan bereaksi. Dalam konteks belajar bahasa, anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain. 2) Teori Kognitif Teori ini dikembangkan oleh ahli psikologi kognitif Noam Chomsky. Teori ini menekankan kompetensi bahasa pad manusia lebih dari apa yang dia tampilkan. Bahasa memiliki korelasi dengan pikiran. Karena itu Chomsky mengatakan bahwa kemampuan berasa yang ada pada manusia adalah pembawaaan biologis yang dibawa dari lahir. Pendapat ini didukung oleh Eric 2012 4 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Lenneberg (1964), bahwa seorang anak manusia bagaimanapun ia diisolasi, ia tetap memiliki potensi untuk bisa berbahasa. 3) Mediating Theory Teori ini dikembangkan oleh Charles Osgood, seorang ahli psikologi behavioralsitik. Toeir ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap stimuli yang diterima dari luar, tetapi dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya. Osgood memberi contoh pada bayi yang lapar akan menangis dan menyentak-nyentakkan tangan dan kakikanya sebagai isyarat yang ditujukan kepada ibunya. Dorongan internal ini mendukung reaksi anak untuk membentuk dan mengidentifikasi arti terhadap sesuatu yang ada di luar dirinya. Keunikan manusia dalam berkomunikasi tidak dapat disamakan dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya, misalnya simpanse. Louise Kellog dalam suatu uji laboratorium berusaha membandingkan kemampuan berbahasa antara seorang anak manusia (kebetulan anak Kellog sendiri) dengan seekor simpanse. Dari hasil uji coba ersebut ternyata simpanse tidak mampu mengembangkan bahasa lebih dari tiga kata, sedangkan anaknya menguasai lebih banyak kata dan mempu menghubungakan antara satu kata dengan kata lainnya sehingga menjadi suatu kalimat yang mengandung makna. Uji coba yang sama juga pernah dilakukan oleh dua orang ahli psikologi, David Bemack dan Herb Terrace, yang membandingkan tingkat intelegensia anatara manusia dan simpanse. Kedua peneliti tersebut memasukkan seekor simpanse dan seorang anak ke dalam laboratorium computer. Ternyata hasilnya menunjukkan simpanse hanya mampu mengidentifikasi bunyi secara terbatas dan mencoba menekan tombol computer tanpa menghasilkan sebuahkata yang mengandung arti, apalagi menyusun sebuah kata yang mengandung arti. Itulah sebabnya, apa yang dikatakan oleh Noam Chomsky, bahwa bahasa adalah pemberian Tuhan kepada manusia yang tidaka bisa dipelajari oleh binatang, ada benarnya. Dari ketiga teori tentang belajar bahasa tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa manusia dlam meningkatkan kemampuannya untuk berbahasa perlu melalui suatu proses belajar. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berpikir, bahasalah yang mempengaruhi pola berpikir dan persepsi manusia. 2012 5 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Terdapat tujuh dimensi dari teori sosiolinguistik sebagai berikut : 1. Identitas social dari penutur 2. Identitas social dari pendengar yang telibat dalam proses komunikasi 3. Lingkungan social tempat peristiwa tutur terjadi 4. Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek social 5. Penilaian social yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran 6. Tingkatan variasi dan ragam linguistic 7. Penrapan praktis dari penelitian sosiolinguistik II. Keterbatasan bahasa Bahasa yang merupakan komunikasi verbal, sebenarnya porsinya hanyalah 35% dari keseluruhan komunikasi manusia. Bahasa sesungguhnya memiliki keterbatasan, sebagai berikut : 1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek 2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual 3. Kata-kata mengandung bias budaya 4. Pencampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian. 1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu seperti orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, kondisi, dan sebagainya. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Jadi kata pada dasarnya bersifat parsial, dan tidak melukiskan sesuatu secara eksak/pasti. Itulah sebabnya kadangkala kita kita sulit menamai sesuatu objek. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung dikotomis, nisalnya tinggi-pendek; hitam-putih, kaya-miskin, pandai-bodoh, dan sebagainya. Realitas yang sebenarnya tidaklah seperti itu, tetapi ada dimensi tengah seperti abu-abu, dan jutaan corak lainnya yang sessungguhnya belum atau tidak ada namanya. Baik orang, benda, atau peristiwa sebenarnya sulit untuk dikategorisasikan secara dikotomis seperti itu. Sulit dibayangkan jika kita berkomunikasi dengan orang lain dengan cara menggunakan ratusan bahkan ribuan nama warna. Itulah sebabnya penamaan suatu objek atau benda, atau peristiwa dengan menggunakan kata ”kira-kira” untuk memberi nama, meskipun ini sebenarnya merupakan hambatan juga. Masalahnya adalah, selalu ada perbedaan antara apa yang ada dalam kepala kita atau apa yang kita pikirkan dengan apa yang ada di kepala orang lain, sekecil apapun perbedaan itu. 2012 6 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Contoh lain, kita mengetahui dimensi warna yang diwakili oleh warna-warna seperti putih, merah, hijau, kuning, biru, dan lain-lain. Akan tetapi, sebenarnya warna yang kita sebut kuning itu sesungguhnya lebih kurang kuning, dalam arti tidak betul-betul berwarna kuning. Warna yang sedikit lebih muda dan sedikit lebih tua dari kuning pun kita sebut dengan nama warna kuning. Begitu juga dengan bangsa yang warna kulitnya putih seperti orang Barat kita sebut Bangsa kulit putih. Sebenarnya jika kita cermati lebih jauh, orang-orang dari negara Amerika, Jerman, Inggris, Italia, atau Portugal warna kulitnya tidaklah putih semua, tetapi ada yang sedikit lebih putih, ada yang memang putih sekali, bahkan ada putihnya bercak-bercak merah seperti orang Belanda dan Jerman. Begitu juga dengan bangsa yang kita sebut kulit kuning yang mencakup orang Jepang, Korea, China, Taiwan, dan mungkin juga Taiwan. Ada nuansa atau perbedaan-perbedaan tipis di antara warna kulit mereka, dalam arti ada yang lebih muda dan lebih tua warna kuningnya. 2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual Kata-kata bersifat ambigu atau mendua karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Oleh karena itu, terdapat berbagai kemungkinan untuk memaknai kata-kata tersebut, antara lain dengan menggunakan : a. konsep dan lain-lain/dll. b. Konsep dan sebagainya/dsb. c. Konsep dan seterusnya/dst. d. Tanda petik (“ ….. “) yang berarti bahwa gagasan tersebut masih diragukan atau tidak dianggap mutlak. Contoh kata yang mengandung ambigu adalah kata berat. 2012 - tubuh orang itu berat - kepala saya berat - ujian itu berat - awan berat menggantung di langit - saya belum makan makanan berat hari ini - pertandingan tinju kelas berat. 7 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Contoh lainnya adalah : kata “buah” mengandung beberapa makna yang boleh jadi harus disesuaikan dengan konteksnya. Misalnya : - buah tangan berarti oleh-oleh yang diberikan pada anak atau orang yang disayangi - buah pikiran berarti ide atau gagasan yang cemerlang - buah hati berarti anak semata wayang atau anak yang disayang - buah berarti buah dalam arti yang sebenarnya atau makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan Para politisi adalah kelompok orang yang paling senang mengguankan kata-kata ambigu ketika menyampaikan pesan-pesannya. Mengapa demikian? Karena mereka khawatir jika mereka berbicara secara spesifik atau konkret akan mudah ditebak apa maksudnya, atau mungkin juga karena takut menyinggung perasaan orang lain. Kata-kata yang sering mereka ucapkan misalnya, “demi persatuan dan kesatuan”; demi kepantingan bangsa dan negara”; atau “harus sesuai dengan konstitusi”. Kata yang sama mungkin memiliki makna yang berbeda bagi orang-orang berbeda, dan makna yang berbeda bagi orang yang sama dalam waktu yang berbeda. Prinsip bahwa kata-kata bersifat kontekstual sesungguhnya mengindikasikan bahwa aturanaturan baku dan standar dalam bahasa bersifat nisbi atau relatif. Ada kata dasar yang dapat ditambah dengan awalan ke dan akhiran an seperti kata jujur menjadi kejujuran atau kata adil menjadi keadilan. Akan tetapi ada pula kata dasar yang tidak boleh ditambah awalan ke dan akhiran an. 3. Kata-kata mengandung bias budaya Bahasa terikat oleh konteks budaya. Dengan perkataan lain, bahasa merupakan perluasan budaya. Teori Relativitas Linguistik Sapir-Whorf mengatakan bahwa, sebenarnya setiap bahasa menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas, yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin, dan kebutuhan pemakainya. Benjamin Lee Whorf mengatakan : 1. Tanpa bahasa kita tidak dapat berpikir 2. Bahasa mempengaruhi persepsi 3. Bahasa mempengaruhi pola berpikir 2012 8 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bahasa membantu manusia untuk berpikir dan sekaligus mampu menuangkan gagasangagasannya. Dengan bahasa pula manusia mampu mengandalikan perilaku orang dengan cara mempengaruhi proses berpikirnya. Oleh karena bahasa (di mana di dalamnya terdapat kata dan konsep) adalah produk budaya atau respon manusia terhadaap lingkungan, maka apapun yang dikatakan orang atau kelompok orang biasanya tidak lepas lingkungan di mana dia berada. Sehubungan dengan hal tersebut, bisa dipahami bahwa : a. Orang Eskimo mempunyai sekita 20 kata untuk melukiskan salju seperti kata untuk salju sedang turun, salju yang tertiup angin, salju di atas tanah, dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa orang Eskimo memang tinggal di daerah Kutub, sehingga mereka sangat peka dan punya wawasan luas untuk mengonsepsi salju sebagai bagian penting dari hidup mereka. b. Orang Arab mempunyai 6000 kata untuk melukiskan unta, mulai dari warnanya, struktur tubuh, usia, gerakan tubuh, dan perlengkapannya, dan sebagainya. c. Penduduk asli Sahara, mempunyai 200 kata untuk melukiskan kurma, yang merupakan bahan pokok mereka dan mempunyai 20 cara yang berbeda untuk melukiskan bukit pasir. d. Di Indonesia di mana banyak terdapat daerah dengan kebudayaan yang berbeda, juga bisa kita temui adanya kata-kata yang sangat spesifik dan tipikal yang muncul melalui proses yang panjang ketika mereka atau masyarakat yang menjadi anggota kebudayaan itu berinteraksi dengan inten dengan lingkungannya. Misalnya orang/budaya Jawa dengan lingkungan pedalamannya, Maluku dengan lautnya, Aceh dengan lingkungan pegunungan yang mengitarinya. 4. Pencampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian Dalam berbahasa, kita sering mencampuradukkan fakta/uraian, penafsiran/dugaan, dan penilaian. Hal ini timbul karena berkaitan dengan kekeliruan persepsi orang. Contoh : Apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi. Apakah ia sedang bekerja atau bersantai? Kebanyakan dari kita akan menjawab bahwa ia sedang bekerja. Akan tetapi jawaban sesungguhnya bergantung pada : a. apa yang dimaksud dengan bekerja. b. Apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah 2012 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kalau yang dimaksud ”bekerja” adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang tersebut di atas memang sedang bekerja (bila pekerjaannya adalah membelah kayu bakar dan lalu menjualnya). Akan tetapi bila pekerjaan orang itu adalah ”salesman”, yang pekerjaannya adalah berbicara, membaca buku-buku pemasaran, dan juga melobi orang, maka membelah kayu dapat dianggap sebagai ”santai” baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerja. Mungkin bagi tukang kayu bakar, membaca, berbicara dengan orang, dan melobi orang adalah cara ”bersantai”. Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali mencampuradukkan antara fakta dan dugaan. Banyak peristiwa yang kita anggap fakta, sebenarnya merupakan dugaan yang berdasarkan asumsi tau kemungkinan. Misalnya ketika kita melihat seseorang sedang termangu-mangu atau bengong, kita lalu mengatakan bahwa orang itu sedang bingung, sedih, atau heran. Kita lalu mengatakan bahwa ”saya melihatnya, berarti itu adalah fakta. Seharusnya komunikasi kita akan lebih efektif apabila kita dapt memisahkan antara fakta dan dugaan. Kerumitan Makna Kata Seringkali orang keliru, dan menganggap bahwa arti atau makna kata dikandung setiap kata yang kita ucapkan. Sesungguhnya kita keliru bila kita menganggap bahwa kata-kata itu mempunyai makna, tetapi sebenarnya kita lah yang memberi makna pada kata, dan prosesnya pun berlangsung melalui konvensi dan berlangsung lama. Makna yang kita berikan itu pun berbeda-beda, tergantung ruang dan waktu. Makna muncul melalui hubungan khusus antara kata, sebagai simbol verbal, dan manusia. Jadi makna tidak melekat/inhern pada kata-kata, melainkan kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang digunakan untuk merepresentasikannya. 2012 10 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Cangara, Hafied, , 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grafindo Persada, Jakarta. Effendi, Onong Uchjana, 2004, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Rosda Karya, Bandung Littlejohn, Stephen W, Theories of Human Communication, 2007, Fifth edition, Wadsworth Publishing Company, Washington. McQuail, Denis, 1994, Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedua, Erlangga,Jakarta. Mulyana, Dedy, 2007, Komunikasi Suatu Pengantar, Rosda Karya, Bandung. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 2001, Pengantar Komunikasi, Universitas Indonesia, Jakarta 2012 11 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id