MODUL PERKULIAHAN PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI Pokok Bahasan : Dasar-dasar Komunikasi Efektif Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Broadcasting Komunikasi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 13 85001 Drs. Riswandi, M.Si Abstract Kompetensi Materi yang dibahas ialah komunikasi efektif dari perspektif unsur komunikator, saluran, dan khalayak Mahasiswa mampu memahami pengertian kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan, serta karaktgeristik saluran, dan khalayak. Pembahasan I. Pengertian Yang dimaksud dengan dasar-dasar komunikasi efektif dalam materi ini ialah proses komunikasi yang efektif, yaitu hal-hal yang harus dipahami tentang komunikator, saluran, dan khalayak sehingga proses komunikai menjadi efektif. Dalam konteks ini, yang dibahas ialah karakteristik atau sifat-sifat yang terdapat pada diri komunikator, saluran, dan karakteristik khalayak. II. Karakteristik Komunikator Ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri. He doesn’t communicate what he says, he communicates what he is. Artinya ia tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan. Bahkan kadang-kadang unsur “siapa” ini lebih penting dari unsur “apa”. Kadang-kadang unsur siapa lebih penting daripada unsur apa. Contoh : Fatwa keagamaan dari seorang kiai, petunjuk kesehatan dari seorang dokter, perkembangan mode dari seorang perancang , atau uraian teknik belajar yang baik dari seorang psikolog akan lebih kita dengar daripada yang dikemukakan oleh orang lain. Sebaliknya kita sulit mempercayai petunjuk bertani yang baik dari seorang diplomat, bimbingan penggunaan alat-alat kosmetik dari seorang ahli matematika, atau teknik berumah tangga yang baik dari seorang bujangan. Aristoteles (filosof Yunani) menyebut karakter komunikasi tersebut sebagai ethos, yang terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good will). Hovland dan Weiss menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari 2 unsur, yaitu keahlian (expertise) dan dapat dipercaya (trustworthiness). Nasihat dokter kita ikuti, karena doktr memiliki keahlian. Akan tetapi kata-kata pedagang yang memuji barangnya sulit kita percayai, karena kita meragukan kejujurannya. Di sini pedagang tidak memiliki trustworthiness. III. Dimensi-dimensi Ethos Ada 3 dimensi ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator, yaitu ; 1) Kredibilitas 2) Atraksi 3) Kekuasaan 2012 2 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebelum ketiga faktor tersebut diuraikan, terlebih dahulu akan dijelaskan pengaruh komunikasi kita pada orang lain, sebagaimana dikemukakan oleh Herbert C. Kelman. Menurut Kelman, pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa 3 hal : 1. Internalisasi 2. Identifikasi 3. Ketundukan (compliance) Internalisasi Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Kita menerima gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain karena gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain itu berguna untuk memecahkan masalah, penting dalam menunjukkan arah, atau dituntut oleh sistem nilai kita. Internalisasi terjadi ketika kita menerima anjuran orang lain atas dasar rasional. Misalnya kita berhenti merokok, karena kita ingin memelihara kesehatan kita karena merokok tidak sesuai nilai-nilai yang kita anut. Identifikasi Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan (satisfying self-defining relationship) dengan orang atau kelompok itu. Hubungan yang mendefinisikan diri artinya memperjelas konsep diri. Dalam identifikasi, individu mendefinisikan perannya sesuai dengan peranan orang lain. Dengan perkataan lain, ia berusaha seperti atau benar-benar menjadi orang lain. Dengan mengatakan apa yang ia katakan, melakukan apa yang ia akukan, mempercayai apa yang ia percayai, individu mendefinisikan dirinya sesuai dengan orang yang mempengaruhinya. Identifikasi terjadi ketika anak berperilaku mencontoh ayahnya, murid meniru tindak tanduk gurunya, atau penggemar bertingkah dan berpakaian seperti bintang yang dikaguminya. Dimensi ethos yang paling relevan dengan identifikasi ialah atraksi (daya tarik komunikator). Ketundukan Ketundukan terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau kelompok lain tersebut. Ia ingin memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman dari pihak yang mempengaruhinya. Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang dianjurkan bukan karena mempercayainya, tetapi karena perilaku tersebut membantunya untuk menghasilkan efek sosial yang memuaskan. 2012 3 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bawahan yang mengikuti perintah atasannya karena takut dipecat, pegawai negeri yang masuk parpol tertentu karena kuatir diberhentikan, petani yang menanam sawahnya karena ancaman pamong desa adalah contoh-contoh ketundukan, Dimensi ethos yang berkaitan dengan ketundukan ialah kekuasaan. 1) Kredibilitas Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tantang sifat-sifat komunikator. Dari definisi ini terkandung dua hal, yaitu : pertama; kredibilitas adalah persepsi komunikate, jadi tidak inheren dalam diri komunikator; kedua; kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator (disebut juga komponen-komponen kredibilitas). Karena kredibilitas itu adalah masalah persepsi, berarti kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi (yaitu komunikate), topik yang dibahas, dan bergantung pula pada situasi. Contoh : - Anda mungkin memiliki kredibilitas di tengah-tengah teman-teman Anda, tetapi tidak berarti apa-apa di hadapan pimpinan universitas Anda. - Profesor botak akan didengarkan baik oleh mahasiswanya, tetapi tetap saja akan dimakan habis oleh buaya di sungai. - Seorang dosen memiliki kredibilitas di tengah-tengah mahasiswanya di ruang kelas, tetapi krediblitasnya turun ketika ia dipanggil oleh rektor - Seorang vokalis band memiliki kredibilitas ketika menyanyikan lagu, tetapi kredibilitasnya turun ketika ia disuruh berpidato dengan topik “perekonomian Indonesia” - Seorang akuntan memiliki kredibilitas ketika ia membuat laporan neraca keuangan perusahaan, akan tetapi kredibilitasnya hilang ketika ia disuruh merancang bangunan tahan gempa - Seorang ahli motivator memiliki kredibilitas di hadapan khalayaknya, tetapi kredibilitasnya turun ketika ia berada di tengah-tengah anak dan istrinya. - Seorang manajer pemasaran memiliki kredibilitas ketika memberikan “briefing” pada stafnya, akan tetapi kredibilitasnya hancur ketika ia berhadapan dengan Direktur Utama di kantornya Dari contoh-contoh tersebut di atas, jelaslah bahwa kredibilitas tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi si komunikate. Oleh karena itu, ia dapat berubah atau diubah, terjadi atau dijadikan. Kita dapat menghadirkan “the man in the street” di ruangan kuliah dan mengumumkan pada mahasiswa bahwa orang itu adalah doktor dalam ilmu komunikasi. Di sini kita membentuk 2012 4 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id persepsi orang lain dengan deskripsi verbal. Kita juga dapat menurunkan kredibilitas komunikator dengan memberinya pakaian-pakaian yang lusuh atau menyuruhnya berperilaku yang menyebalkan. Di sini kita memanipulasi persepsi orang dengan petunjuk nonverbal. Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikator sebelum ia melakukan komunikasinya disebut prior ethos. Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal. Kita membentuk gambaran tentang diri komunikator dari pengalaman langsung dengan komuniaktor itu, atau dari pengalaman wakilan. Misalnya, karena sudah lama bergaul dengan dia dan sudah mengenal integritas kepribadiannya atau karena kita sudah sering melihat atau mendengarnya dalam media massa. Bisa juga kita membentuk prior ethos komunikator dengan menghubungkannya pada kelompok rujukan orang itu, artinya kita meletakkannya pada skema kognitif kita. Misalnya, anda akan tekun mendengarkan penceramah yang diperkenalkan sebagai Kiai Haji Doktor Iwan Sugiarta, karena gelar-gelar itu melahirkan persepsi tentang kelompok yang mendalami ilmu agamanya. Pada umumnya penelitian tentang kredibilitas berkenaan dengan prior ethos. Faktor lain, selain persepsi dan topik yang dibahas, yang mempengaruhi kredibilitas adalah faktor situasi. Pembicara pada media massa memiliki kredibilitas yang tinggi dibandingkan dengan pembicara pada pertemuan RT. Begitu pula ceramah di hadapan civitas akademica suatu perguruan tinggi yang berstatus tinggi akan meningkatkan kredibilitas penceramah. Sebaliknya penceramah yan semula memiliki kredibilitas yang tinggi, akan hancur kredibilitasnya setelah ia berbicara pada situasi yang dipandang “kotor”, atau di tengah-tengah kelompok yang dianggap berstatus rendah. Meskipun belum banya penelitian dilakukan tentang pengaruh situasi terhadap persepsi komunikate tentang komunikator, akan tetapi dapat diduga bahwa pada akhirnya kredibilitas dipengaruhi oleh interaksi di antara berbagai faktor. Komponen-komponen Kredibilitas a. Keahlian b. Kepercayaan Ad. a. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicrakan. Komunikator yang dinilai tinggi pad keahlian dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih. Sebaliknya komunikator yang dinilai rendah pad keahlian dianggap tidak berpengalaman, tidak tahu, atau bodoh. Ad. b. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang brkaitan dengan wataknya. Apakah komunikator dinilai jujur, tulus, bermoral, adil, sopan, dan etis. Atau apakah komunikator dinilai tidak jujur, lancung, suka menipu, tidk adil, dan tidak etis. 2012 5 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Koehler, Annatol, dan Appelbaum menambahkan 4 lagi sebagai komponen dari kredibilitas sebagai berikut : a. dinamisme b. sosiabilitas c. koorientasi d. karisma Dinamisme umumnya berkaitan dengan cara orang berkomunikasi. Komunikator memiliki dinamisme bila ia dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Sebaliknya komunikator yang tidak dinamis dianggap pasif, ragu-ragu, dan lemah. Dalam komunikasi, dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan. Sosiabilitas adalah kesan komunkate tentang komunikator sebagai orang yang periang dan senang bergaul. Koorientasi merupakan kesan komunikate komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok orang yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita. Karisma digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikate seperti magnet menarik benda-benda di sekitarnya. 2. Atraksi Terdapat faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal seperti daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Kita cenderung menyenangi orang-orang yang tampan dan cantik, yang banyak kesamaannya dengan kita, dan yang memiliki kemampuan yang lebih dari kita. Atraksi fisik menyebabkan komunikator menjadi menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasif. Kita juga tertarik kepada seseorang karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan kita. Karena itulah, komunikator yang ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai dengan menegaskan adanya kesamaan antara dirinya dengan komunikate. Kenneth Burke, seorang ahli retorika, menyebut upaya ini sebagai “strategy of identification”. 3. Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti halnya kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari antara komuniaktor dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan seseorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting. 2012 6 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id French dan Raven mengemukakan jenis-jenis kekuasaan sebagai berikut 1. Kekuasaan Kooersif (coersive power) 2. Kekuasaan Keahlian (expert power) 3. Kekuasaan Informasional (informational power) 4. Kekuasaan Rujukan ( referent power ) 5. Kekuasaan Legal (legitimate power). IV. Karaktersitik Saluran (Channel) Tiap medium memiliki karakteristik sendiri yang berbeda satu sama lainnya. Tiap medium juga secara khusus mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, penentuan suatu medium perlu disesuaikan dengan tujuan dan kemampuan dari masing-masing medium. Dalam hal ini hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah sebagai berikut : A. Karakteristik Media 1. Kebutuhan luasnya jangkauan dan kecepatan penetrasi Apabila pesan yang ingin disampaikan ditujukan kepada masyarakat secara luas, maka media seperti radio dan TV adalah pilihan yang tepat. Karena selain kemampuan jangkauannya yang luas, juga kecepatan penetrasinya tinggi. 2. Kebutuhan pemeliharaan memori Apabila penyampaian pesan lebih ditujukan pada upaya agar pesan-pesan yang disampaikan tetap diingat oleh khalayak dalam kurun waktu yang relative lebih lama, maka media seperti media luar ruang (misalnya billboard, spanduk, poster, dan lain-lain) dan majalah lebih cocok. Media seperti ini memiliki “life span” yang relative lebih panjang. Majalah lazimnya disimpan di rumah sampai berbulan-bulan, sementara surat kabar hanya disimpan untuk beberapa hari. Bahkan billboard dapat dipasang sampai bertahun-tahun. 3. Kebutuhan jangkauan khalayak yang selektif Apabila pesan-pesan yang disampaikan dimaksudkan untuk kelompok-kelompok masyarakat segmen tertentu/khusus, maka media seperti surat kabar dan majalah adalah lebih tepat. 2012 7 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Surat kabar dan majalah yang dipilih tentunya harus disesuaikan dengan segmen khalayak yang dituju. Misalnya majalah wanita tepat untuk mengiklankan produk-produk kosmetika. 4. Kebutuhan jangkauan khalayak local Apabila khalayak sasaran yang ingin dijangkau bersifat local (misalnya terbatas pada wilayah atau kabupaten tertentu), maka penggunaan media seperti stasion siaran radio local, bioskop, dan media luar ruang adalah lebih tepat. 5. Kebutuhan frekuensi tinggi Apabila pesan-pesan yang disampaiakn membutuhkan frekuensi penyampaian yang tinggi, maka penggunaan media seperti radio dan media luar ruang akan lebih cocok. B. Karakteristik Kreatif Karakteristik kreatif, yaitu yang berkaitan dengan isi, bentuk, dan teknis penyajian pesan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media yang cocok. Dalam prakteknya, pemilihan suatu medium justru seringkali didasarkan pada karaktersitik kreatif. Berikut ini adalah beberapa karaktersitik kreatif yang perlu diperhatikan 1. Kebutuhan gerak Apabila pesan yang akan disampaikan menuntut unsur gerak sebagai factor yang utama, maka media audio visual seperti TV dan film adalah yang tepat. Contoh : gambaran tentang balap mobil dan iklan kenderaan bermotor. 2. Kebutuhan warna Apabila warna merupakan factor yang ingin ditonjolkan dari suatu pesan, maka TV, film, dan juga majalah cocok untuk dipergunakan. Misalnya gambaran tentang keindahan alam, iklan foto berwarna, kosmetika, cat, dan lainlain. 3. Kebutuhan suasana 2012 8 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Apabila pesan yang akan disampaikan memberikan penekanan pada factor suasana, maka media audio seperti radio dan media audio visual seperti TV dan film lebih tepat menjadi pilihan. Contoh : gambaran tentang semakin padatnya penduduk, kemacetan lalu lintas, dan lainlain. 4. Kebutuhan demonstrasi Apabila pesan yang akan disampaikan menuntut adanya demonstrasi yang menggambarkan adanya tata cara, proses, atau hasil, maka media audio visual seperti TV dan film lebih tepat. Contoh : Penjelasan tentang tata cara memasak suatu jenis masakan, atau tata cara pemilihan presiden dalam pemilu, dan lain-lain. 5. Kebutuhan deskripsi Apabila pesan yang disampaikan memerlukan suatu uraian yang cukup eksplisit, komprehensif, sistematis, dan terperinci, maka media cetak seperti surat kabar, majalah, brosur, dan leaflet lebih cocok. Karena media cetak memiliki kemampuan editorial yang lebih baik dibandingkan dengan media elektronik. Contoh : penjelasan tentang kontrasepsi KB, profil perusahaan dan produk-produk yang dihasilkannya, dan lain-lain. V. Karakteristik Khalayak Khalayak (audience) merupakan factor penentu keberhasilan komunikasi. Ukuran keberhasilan upaya komunikator yang ia lakukan adalah apabila pesan-pesan yang disampaikan melalui saluran/medium yang diterima sampai pada khalayak sasaran, dipahami, dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harapan komunikator. Menurut Schramm, seorang perancang komunikasi yang baik tidak akan memulai upayanya dari “apa yang harus dikatakan” , “saluran apa yang akan dipergunakan”, atau “bagaimana cara mengatakannya”, melainkan terlebih dahulu mempertanyakan “siapa yang akan menjadi sasaran penyempaian pesan”. Dalam proses komuniksi massa, implikasi dari pernyataan Schramm tersebut di atas adalah, bahwa sebelum komunikator mempengaruhi khalayak melalui pesan-pesan yang disampaikannya, khalayak terlebih dahulu mempengaruhi 2012 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Komunikator. Itulah sebabnya komunikator akan berusaha mengumpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari individu atau kelompok, atau warga khalayak yang akan dijadikan sasaran. Atas dasar hal inilah baru komunikator akan dapat menentukan “apa” yang akan disampaikan dan “bagaimana” cara menyampaikannya. Konsep “khalayak” (audience) dalam konteks komunikasi telah dikenal sejak jaman Yunani Kuno. Pada masa itu pengertian khalayak menunjuk pada sekumpulan orang yang menonton suatu pertunjukan (misalnya drama, atau pertandingan). Dengan demikian pengertian khalayak di sini adalah sekumpulan orang yang terorganisir pada waktu dan tempat tertentu, di mana masing-masing secara sukarela datang ke suatu tempat karena memiliki perhatian yang sama serta tujuan yang lebih kurang sama, yaitu ingin memperoleh hiburan. Sejalan perkembangan jaman, pengertian khalayak tersebut di atas sudah tidak lagi memadai untuk menggambarkan kondisi nyata dari khalayak. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya perubahan yang terjadi dalam hal teknologi komunikasitelah mengubah konsepsi khalayak dari rumusan awalnya. Kehadiran teknologi mesin cetak telah melahirkan khalayak pembaca yang tidak lagi terbatas pada dimensi ruang dan waktu. Munculnya komersialisasi media massa telah memperluas skala operasi media massa dari hanya sekedar institusi sosial menjadi institusi ekonomi. Jadi pada masa sekarang ini konsepsi khalayak menunjuk pada sekumpulan orang yang terbentuk sebagai akibat atau hasil dari kegiatan komunikasi yang dilakukan yang jumlahnya besar (bahkan mungkin tidak terbata), tersebar secara luas, banyak di antaranya yang tidak saling mengenal satu dengan yang lainnya, dan heterogen dalam hal ciri-ciri sosio ekonomi dan demografinya. Karakteristik Khalayak 1. Khalayak sebagai penggarap informasi Pada dasarnya proses pengolahan informasi yang terjadi pihak penerima (khalayak) bersifat “selektif”. Pihak penerima pesan pasda saat berhadapan dengan “bentuk informasi” tertentu akan melakukan “decoding” (pemecahan atau penginterpretasian kode). Akhirnya, tidak semua isi informasi akan diserap oleh si penerima secara utuh. Artinya, satu atau beberapa bagian dari isi pesan itu tidak akan dicerna atau diolah karena tidak masuk dalam kerangka pengetahuan dan pengalaman hidupnya, atau karena dipandang tidak sesuai dengan keperluan, minat, dan keinginannya. Beberapa studi menunjukkan bahwa, tingkat pendidikan seseorang secara signifikan turut mempengaruhi derajat pengolahan informasi yang smpai kepada dirinya. Orang yang latar belakang pendidikannya relative ‘tinggi’, di samping tinggi rasa ingin tahunya tentang 2012 10 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sesuatu, juga cenderung lebih kritis, selektif, dan banyak pertimbangan dibandingkan dengan orang yang latar belakang pendidikannya lebih rendah. Itulah sebabnya mempengaruhi sikap dan pendapat orang yang berpendidikan tinggi jauh lebih sulit dibandingkan dengan orang yang latar belakang pendidikannya lebih rendah. 2. Khalayak sebagai “problem solver” Khalayak jelas tidak terlepas dari permasalahan kehidupan yang mereka hadapi. Mereka juga akan selalu berupaya mencari cara-cara pemecahannya. Dari pihak penerima pesan (khalayak), salah satu fungsi yang diharapkan dari penyebaran informasi melalui media massa adalah , bahwa informasi tersebut mampu membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian informasi atau pesan yang dipandang tidak membantu mereka dalam memecahkan permasalahan atau malah mungkin menambah kesulitan/permaslahan baru, jelas tidak akan mendapat perahtian mereka. 3. Khalayak sebagi mediator Pada dasarnya proses penyebaran informasi tidak berhenti pada khalayak sasaran secara langsung sebagai barisan pertama. Arus penyebaran informasi bisa melalui berbagai tahap dan barisan. Proses penyebaran informasi yang demikian lazim disebut sebagai “multi-step flow of communication”. Seorang warga khalayak setelah menerima informasi dari suatu medium kemungkinan besar akan kembali meneruskan informasi tersebut kepada orang-orang lainnya. Dan orang-orang yang menerima informasi inipun selanjutnya akan menyampaiakan kembali ke orang-orang lainnya. Dalam proses pengolahan informasi terjadi proses seleksi yang mencakup perhatian (selective attention), persepsi (selective perception), dan daya ingat (selective recall). 4. Khalayak yang mencari pembela Pada suatu waktu seseorang dapat mengalami krisis keyakinan dan diliputi rasa ketidakpastian. Hal ini bisa terjadi karena adanya sesuatu yang baru yang mempengaruhi keyakinannya, atau karena factor-faktor lainnya. Dalam keadaan demikian orang tersebut akan berupaya mencari data dan informasi yang dipandang bisa mendukung atau membela keyakinannya. Motivasi mencari informasi yang diharapkan akan dapat menajdi “pembela” keyakinan merupakan salah satu factor yang mendorong terjadinya seleksi media. Dengan perkataan lain, seseorang memilih satua medium tertentu dengan alasan bahwa informasi yang diperoleh dari medium tersebut mampu mendukung atau memperkuat keyakinannya. 5. Khalayak sebagai anggota kelompok Sebagai mahluk sosial, seorang individu juga terikat oleh nilai-nilai kelompok yang diikutinya, baik secara formal maupun informal. 2012 11 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Yang dimaksud dengan kelompok formal di sini antara lain ABRI, KORPRI, Serikat Buruh, dll, sedangkan yang termasuk kelompok informal misalnya kelompok-kelompok hobi seperti pencinta alam, kelompok olah raga, dll. 6. Khalayak sebagai Kelompok Secara sosiologis masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok orang yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri bisa menyangkut cirri demografis seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, sukubangsa, dan bisa juga brdasarkan cirri-ciri nondemografis seperti nilai, hobi, orientasi, dan lain-lain. Cara berbicara dengan kalangan orang tua tentunya berbeda dengan kalangan anak muda. Kaitannya dengan proses penyebaran informasi melalui media massa adalah, bahwa diperlukan adanya “segmentasi” khalayak. Melalui segmentasi ini khalayak dipandang sebagai suatu kelompok yang secara relative mempunyai ciri-ciri yang tidak terlalu beragam. Dengan demikian, penyajian pesan/informasi dengan sendirinya akan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik dari kelompok khalayak sasaran. 7. Selera Khalayak Dalam kaitannya dengan media massa seperti surat kabar dan majalah, selera khalayak ini bisa menyangkut aspek-aspek jenis isi informasi, (misalnya informasi politik, ekonomi, sosial, budaya), teknik penyajian (bentuk huruf, lay out), atau bentuk/formatnya (surat kabar, majalah, tabloid, sheet). Agar penyampaian informasi mencapai sasarannya, terlebih dahulu perlu diketahui apa dan bagaimana selera dari calon sasaran khalayak yang akan dituju. Selera khalayak ini bisa juga berubah-ubah. 2012 12 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Cangara, Hafied, , 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grafindo Persada, Jakarta. Effendi, Onong Uchjana, 2004, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Bandung Rosda Karya, Littlejohn, Stephen W, Theories of Human Communication, 2007, Fifth edition, Wadsworth Publishing Company, Washington. McQuail, Denis, 1994, Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedua, Erlangga,Jakarta. Mulyana, Dedy, 2007, Komunikasi Suatu Pengantar, Rosda Karya, Bandung. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 2001, Pengantar Komunikasi, Universitas Indonesia, Jakarta 2012 13 Pengantar Ilmu Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id