MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Psikologi Komunikator Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Marketing Communications Tatap Muka 11 Kode MK Disusun Oleh B21423EL Dr. Farid Hamid, M.Si Abstract Kompetensi Pokok bahasan ini membahas menjelaskan aspek-aspek yang berkaitan dengan psikologi komunikator Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan aspek-aspek yang berkaitan dengan psikologi komunikator 6. Psikologi Komunikator Pada proses komunikasi yang sering menjadi fokus utama adalah komunikator. Terkadang orang lebih mementingkan siapa yang berbicara ketimbang isi pesan yang disampaikan. Walaupun isi pesan yang disampaikan itu benar tapi belum tentu dipercaya. Salah satu faktor yang berperan didalamnya adalah kredibilitas komunikator. Untuk itulah dalam modul ini akan dibahas menyangkut psikologi komunikator. 6.1. Karakteristik Komunikator Setiap aktivitas komunikasi komunikator memegang peranan penting. Ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri. He doesn’t communicate what he says, he communicates what he is. Artinya ia tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan atau menyampaikan semua pesan-pesan tersebut. Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Aristoteles menulis: Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik daripada orang lain: Ini berlaku umumnya pada masalah apa aja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasinya;sebaliknya, karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya. Aritoteles menyebut konsep ethos, pathos dan logos. . Ethos ialah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan- 17 ucapannya dapat dipercaya. Sedangkan Patos, atau perasaan belas kasihan, berkaitan dengan bagaimana komunikator membangkitkan semangat pendengar dan menggerakkan emosi-emosi mereka. Logos adalah isi yang menyangkut pengumpulan fakta. Hal ini menjadi alasan mengapa tindakan harus dilakukan oleh pendengar. Logos atau bisa dikatakan juga ilmu memberikan pemikiran dan pengertian. 2015 2 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menarik dikaji adalah konsep yang berkaitan dengan ethos. Karakter komunikator bisa disebut sebagai ethos. Ethos terdiri atas pikiran baik (good sense), akhlak yang baik (good moral character), dan maksud yang baik (good will) (Rahmat, 2008:255). Pendapat Aristoteles ini diuji secara ilmiah oleh Hovland dan Walter Weiss (dalam Rahmat, 2008:255). Mereka melakukan eksperimen pertama tentang psikologi komunikator. Holand dan Weiss menyebut ethos sebagai credibility yang terdiri atas dua unsur, yaitu keahlian (expertise) dan dapat dipercaya (Trustworthinnes). 6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikator Ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator terdiri dari beberapa aspek antara lain; kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. a. Kredibilitas Untuk menjadi komunikator yang baik seseorang harus memiliki kredibilitas (credibility). Kredibilitas memiliki pengertian ”seperangkat persepsi tentang kelebihankelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima dan diikuti oleh khalayak (penerima” (Cangara, 2007:91) Jadi kredibilitas seseorang sebagai komunikator merupakan kekuatan (power) yang dapat secara optimal mengubah sikap, perilaku, opini dan persepsi seseorang sesuai dengan kemauan komunikator. 2015 3 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal : 1) Kredibilitas adalah persepsi komunikan; jadi tidak inheren dalam diri komunikator 2) Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator, yang selanjutnya disebut sebagai komponen-komponen kredibilitas. Kredibilitas itu masalah persepsi, kredibiltas berubah bergantung pada pelaku persepsi (komunikate), topik yang dibahas dan situasi. Esensinya adalah kredibilitas tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi komunikate. Karena itu ia dapat berubah atau diubah, dapat terjadi atau dijadikan. Lebih lanjut menurut Rahmat,, 2008:258). Kredibilitas terdiri dari beberapa komponen penting, diantaranya adalah keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya. Aristoteles menyebutnya good moral character. Quintillianus menulis, A good man speaks well; orang baik berbicara baik. Koehler dkk (dalam Rahmat, 2008:260) menambahkan 4 komponen kredibilitas yaitu: (1) Dinamisme. Dinamisme bila dia dipandang sebagai orang yang bergairah, bersemangat, aktif, tegas dan berani. Dinamisme umumnya berkenaan dengan cara berkomunikasi. Dalam komunikasi, dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan. (2) Sosiabilitas. Sosiabilitas kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang periang dan senang bergaul. (3) Koorientasi, Kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita. (4) Kharisma, Sifat luar biasa yang dimiliki komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikate, seperti magnet-magnet menarik benda-benda disekitarnya. 2015 4 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id James Mc Croskey dalam Cangara (2007:92) lebih jauh menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari: a. Kompetensi (competence), adalah penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya. b. Sikap (character), menunjukkan pribadi komunikator, apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip. c. Tujuan (intention), menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu mempunyai maksud baik atau tidak. d. Kepribadian (personality), menunjukkan apakah pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat. e. Dinamika (dynamism), menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan. Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan atas tiga macam yaitu: a. Kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung (initial credibility). b. Kredibilitas yang diperolah seseorang pada saat komunikasi berlangsung antara komunikator dengan komunikan (derived credibility). c. Kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah pendengar atau pembaca mengikuti ulasannya, disebut juga dengan terminal credibility (Cangara: 2007:92-93). b. Atraksi Atraksi (attractiveness) adalah daya tarik komunikator yang besumber dari fisik. Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasif. Daya tarik fisik adalah salah satu yang dapat menyebabkan pihak lain (komunikate) merasa tertarik kepada komunikator. Misalnya, kita menyenangi orang-orang yang cantik atau tampan, atau mungkin kita akan menyenangi orang-orang yang memiliki banyak kesamaan dengan kita, atau mungkin juga kita akan menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari kita. Hal-hal itu terkait dengan daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Simons (dalam Rahmat, 2008:263) menerangkan mengapa komunikator dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikate cenderung berkomunikasi lebih efektif. Beberapa alasan antara lain: - Kesamaan mempermudah proses dekoding, yakni proses menerjemahkan lambanglambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan. Contohnya, bila pendidikan saya 2015 5 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sama dengan anda, anda dengan mudah menangkap arti dari kata-kata dan kalimatkalimat yang saya ucapkan. . - Kesamaan membantu membangun premis yang sama. Premis yang sama mempermudah proses deduktif. Ini berarti bila kesamaan disposisional relevan dengan topik persuasi, orang akan terpengaruh oleh komunikator. - Kesamaan menyebabkan komunikate tertarik pada komunikator. Kita cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan disposisional dengan kita. Karena tertarik pada komunikator, kita akan cenderung menerima gagasan-gagasannya. - Kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator . Ada hubungan positif antara kesamaan dengan rasa percaya dan hormat. c. Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan dalam menimbulkan ketundukan. Seperti kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari interaksi antara komunikator dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting. Berdasarkan sumber daya yang dimilikinya, French dan Raven menyebutkan jenis-jenis kekuasaan. Klasifikasi ini dimodifikasikan Raven (1974) dan menghasilkan 5 jenis kekuasaan, yaitu: - Kekuasaan Koersif (coersive power): menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau mendatangkan hukuman bagi komunikan. Misalnya hukuman yang bersifat personal: benci atau kasih sayang. - Kekuasaan Keahlian (Expert Power): berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki komunikator. Seorang dosen memiliki kekuasaan keahlian, sehingga ia dapat menyuruh mahasiswanya menafsirkan suatu teori sesuai dengan pendapatnya. - Kekuasaan Informasional (Informational Power): berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki oleh komunikator. Seorang ahli mesin dapat menyarankan manajernya untuk membeli mesin jenis/keluaran baru yang lebih baik cara kerjanya. 2015 6 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id - Kekuasaan rujukan (Referent Power): Komunikan menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya. Misalnya: menjadikan komunikator sebagai teladan, karena perilakunya yang baik. - Kekuasaan Legal (Legitimate Power): berasal dari seperangkat aturan atau norma yang menyebabkan komunikator berwewenang untuk melakukan suatu tindakan. Misalnya: seorang manajer bisa saja mengeluarkan pegawainya yang melanggar aturan Penelitian psikologis tentang penggunaan kekuasaan menunjukkan bahwa orang memilih jenis kekuasaan yang dimilikinya tidak secara rasional. Orang menggunakan kekuasaan koersif sering hanya karena ingin memenuhi kepuasan diri atau menunjang harga diri. Berikut ini disampaikan berbagai hasil penelitian yang berkenan dengan penggunaan kekuasaan dalam mempengaruhi perilaku orang lain : 1. Komunikan akan lebih baik diyakini untuk melakukan perilaku yang tidak disukai dengan dijanjikan ganjaran daripada diancam dengan hukuman. Ancaman yang kuat bahkan dapat menimbulkan efek boomerang—alih-alih tunduk malah melawan (Heilman dan Garner, 1975). 2. Efektifitas ancaman dapat ditingkatkan bila komunikator memberikan alternative perilaku ketundukan, sehingga komunikan masih dapat melakukan pilihan walaupun terbatas ( Heilman dan Garner, 1975) 3. Kekuasaan informasional sering kali digunakan bila komunikator memandang prestasi jelek bawahannya disebabkan oleh kurangnya motivasi. (Kipnis, 1974) 4. Bila atasan melihat bahwa prestasi jelek bawahannya disebabkan kekurangan dalam kemampuannya, ia akan menggunakan kekuasaan keahlian (kipnis, 1974). 5. Kekuasaan koersif umumnya digunakan bila pemimpin (komunikator) menganggap komunikan tidak melakukan anjuran dengan baik karena ia bersikap negatif atau mempunyai kecenderungan melawan pemimpin (goodstadt dan Hjelle, 1973). 6. Kekuasaan kooersif juga sering digunakan oleh komunikator yang kurang percaya pada diri sendiri, yang merasa tidak berdaya (Goodstadt dan Hjelle, 1973), atau oleh orang-orang yang merasa tertekan, tertindas, dan teraniaya (Raven, 1974) 2015 7 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tetapi apapun jenis kekuasaan yang dipergunakan, ketundukan adalah pengaruh yang paling lemah dibandingkan dengan identifikasi dan internalisasi. Dengan begitu, kekuasaan sepatutnya digunakan setelah kredibilitas dan atraksi komunikator. 6.3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Komunikan Terhadap Komunikator Ketiga dimensi ethos yang meliputi kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan berhubungan dengan jenis pengaruh sosial yang ditimbulkannya. Menurut Herbert C. Kelmen (dalam Rahmat, 2008:256) menjelaskan pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa: a. Internalisasi Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Kita menerima gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain karena gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain itu berguna untuk memecahkan masalah, penting dalam menunjukkan arah, atau dituntut oleh sistem nilai kita. Internalisasi terjadi ketika kita menerima anjuran orang lain atas dasar rasional. Misalnya kita berhenti merokok, karena kita ingin memelihara kesehatan kita karena kita tahu bahwa merokok tidak sesuai nilai-nilai yang kita anut.Dimensi ethos yang paling relevan dalam hal ini adalah kredibilitas, yaitu keahlian yang dimiliki oleh komunikator atau kepercayaan kita pada komunikator. b. Identifikasi Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan (satisfying self-defining relationship) dengan orang atau kelompok itu. Hubungan yang mendefinisikan diri artinya memperjelas konsep diri. Dalam identifikasi, individu mendefinisikan perannya sesuai dengan peranan orang lain. Dengan perkataan lain, ia berusaha seperti atau benar-benar menjadi orang lain. Dengan mengatakan apa yang ia katakan, melakukan apa yang ia lakukan, mempercayai apa yang ia percayai, individu mendefinisikan dirinya sesuai dengan orang yang mempengaruhinya.Identifikasi terjadi ketika anak berperilaku mencontoh ayahnya, murid meniru tindak tanduk gurunya, atau penggemar bertingkah dan berpakaian seperti bintang yang dikaguminya. Dimensi ethos yang paling relevan dengan identifikasi ialah atraksi (daya tarik komunikator) c. Ketundukan (compliance) 2015 8 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ketundukan terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau kelompok lain tersebut. Ia ingin memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman dari pihak yang mempengaruhinya. Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang dianjurkan bukan karena mempercayainya, tetapi karena perilaku tersebut membantunya untuk menghasilkan efek sosial yang memuaskan. Bawahan yang mengikuti perintah atasannya karena takut dipecat, pegawai negeri yang masuk parpol tertentu karena kuatir diberhentikan, petani yang menanam sawahnya karena ancaman pamong desa adalah contoh-contoh ketundukan, Dimensi ethos yang berkaitan dengan ketundukan ialah kekuasaan. 2015 9 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Rakhmat, Djalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya: Bandung Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2015 10 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id