MP-ASI Dini - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
STIKES NGUDI WALUYO
SKRIPSI
PERBEDAAN STATUS GIZI PADA BAYI YANG DIBERI ASI
EKSKLUSIF DAN MP-ASI DINI DI KELURAHAN NGEMPON
KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
Oleh
Sherly Angellina
NIM. 030112b068
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam refrensi. Dan apabila dikemudian hari
terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima
hukuman/sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.
Ungaran, Februari 2014
Sherly Angellina
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Program Studi DIV Kebidanan
Skripsi, Februari 2014
Sherly Angellina
Perbedaan Status Gizi Bayi pada Bayi yang Diberi ASI Eksklusif dan MPASI Dini di Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
( xviii + 68 halaman + 7 tabel + 2 gambar + 7 lampiran)
ABSTRAK
Pendahuluan : Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alami pertama untuk
bayi dan harus diberikan tanpa makanan tambahan apapun sampai bayi usia 6
bulan. Tetapi saat ini masih banyak ditemukan orang tua yang memberikan
makanan pendamping ASI (MP-ASI) lebih dini yaitu kurang dari 6 bulan. Kedua
keadaan tersebut berpengaruh terhadap status gizi bayi.
Tujuan : penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan status gizi bayi pada
bayi yang diberi ASI eksklusif dan MP-ASI dini di kelurahan ngempon
kecamatan bergas kabupaten semarang.
Metode : Desain peneliti descriptive comparative menggunakan pendekatan cross
sectional, populasi terdiri dari bayi usia 7-12 bulan sebanyak 39 bayi, teknik
pengambilan sampel adalah total sampling Analisis data dengan uji Mann
Whitney U-Test
Hasil : Status gizi bayi pada bayi yang diberikan ASI Eksklusif sebagian besar
berstatus gizi normal yaitu sebanyak 14 bayi (93,3%) sedangkan bayi yang
diberikan MP-ASI dini sebagian besar bayi berstatus gizi gemuk yaitu sebanyak
15 bayi (62,5%). Ada perbedaan yang signifikan antara status gizi pada bayi yang
diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI dini (p-value 0,000 < α 0,05).
Simpulan : Diharapkan ibu hanya memberikan ASI saja kepada bayinya sampai
usia 0- 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun supaya pertumbuhan bayi
optimal.
Literatur
: 28 (tahun 2002 – 2012)
Kata kunci
: ASI eksklusif –MP-ASI– Status Gizi
Ngudi Waluyo School of Health Ungaran
Diploma IV of Midwifery Study Program
Final Assignment, February 2014
Sherly Angellina
The Difference in Infant Nutritional Status between the Infants with
Exclusive Breastfeeding and Infants with Early Complementary Feeding at
Ngempon Village Bergas Sub-district Semarang Regency
(xviii + 68 pages + 7 tables + 2 image + 7 appendices)
ABSTRACT
Introduction: Mother's breastfeed is the first natural food for infants and should
be given without any additional food to infants until 6 months old. Currently,
there are many parents who provide early complementary feeding since less than
6 months old. Both condition influence to the nutritional status of infants.
Purpose: This study aims to find the difference in the nutritional status between
infants with exclusive breastfeeding and infants with early complementary feeding
at Ngempon Village Bergas Sub-district Semarang Regency.
Method: This was a descriptive comparative study with cross-sectional approach,
the population in this study was infants aged 7-12 months old as many as 39
infants, data sampling used total sampling technique. Data analysis used the
Mann-Whitney U Test.
Results: The nutritional status on infants with exclusive breastfeeding are mostly
have normal nutritional status as many as 14 infants (93.3%) whereas the infants
with early complementary feeding mostly have obese nutritional status as many as
15 infants (62.5%). There is a significant difference in the nutritional status
between the infants with exclusive breastfeeding and the infants with early
complementary feeding (p-value 0.001 <α 0.05).
Conclusion: For the mothers it is expected to provide breastfeed only for their
infants until their age reach 0-6 months without any additional foods in order to
get optimal infant growth.
Bibliographies : 28 (2002 – 2012)
Keywords
: Exclusive breastfeeding, Complementary feeding, Nutritional
status
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah
diperkenankan untuk diujikan.
Ungaran, 14 Februari 2014
Pembimbing I
Pembimbing II
(DR. Sugeng Maryanto., M.Kes)
(Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB)
PANITIA SIDANG SKRIPSI PENELITIAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
STIKES NGUDI WALUYO
Ungaran, 28 Februari 2014
Penguji I
(Farida Aini, S.kep., Ns. M.Kes., Sp.KMB)
Penguji II
(DR. Sugeng Maryanto.,M.Kes)
Penguji III
(Gipta Galih Widodo., S.Kp., M.Kep., Sp.KMB)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “PERBEDAAN STATUS GIZI PADA BAYI YANG
DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN MP-ASI DINI DI KELURAHAN
NGEMPON KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG ”.
Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Terapan pada Program Studi D-IV Kebidanan Ngudi Waluyo.
Adapun selesainya skripsi ini tidak lepas atas bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
H. Asaat Pitoyo, SKp, M.Kes Ketua STIKES Ngudi Waluyo.
2.
Dr. H. Adil Zulkarnain, Sp.OG (K) Ketua Program Studi D IV Kebidanan.
3.
DR. Sugeng Maryanto.,M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah yang telah
membimbing dengan ketulusan dan kesabaran sehingga terselesaikannya
skripsi ini.
4.
Gipta Galih Widodo.,S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB, selaku Pembimbing II yang
telah yang telah membimbing dengan ketulusan dan kesabaran sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Kepala Puskesmas Bergas yang telah memberikan izin melakukan penelitian
di wilayah kerja Puskesmas Bergas.
6. Kepala Lurah Ngempon yang telah memberikan izin melakukan penelitian di
Kelurahan Ngempon.
7. Siti Fatchyah, Amd, Keb. selaku bidan desa Ngempon yang telah membantu
dalam peyelesaian skripsi ini.
Kritik dan saran yang membangun penulis diharapkan demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat.
Terima kasih.
Ungaran, 14 Februari 2014
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Sherly Angellina
Tempat, Tanggal Lahir : Teluk Air, 26 April 1992
Alamat
: Jl. Medan Seri Desa Padang Tikar II Kec. Batu Ampar
Kab. Kubu Raya KAL-BAR
No. HP
: 085842973564
Email
: [email protected]
Judul Skripsi
: Perbedaan Status Gizi Pada Bayi yang di Beri ASI
Eksklusif dan MP-ASI Dini di Kelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas kabupaten Semarang
Riwayat pendidikan :
1. SDI Darul Huda lulus tahun 2003
2. SMP N 1 Batu Ampar lulus tahun 2006
3. SMA N 1 Batu Ampar lulus tahun 2009
4. DIII kebidanan STIKES Harapan Bangsa Purwokerto lulus tahun 2012
5. DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran 2013
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah dengan Rahmat dan Hidayah dari Dzat Maha Kuasa, Allah
SWT sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan tepat waktu, skripsi ini saya
persembahkan untuk orang-orang yang tersayang :
1. Kedua orang tua, bapak M. Ali Fratama dan ibu Ramlah yang telah
memberikan segalanya serta mencurahkan seluruh perhatiannya kepada ku.
2. Adik-adiku, Shelvi Lestari Pramesti, Erik Prasetya, Sultan Daulat Akbar,
Maha Raja Sang Maestro. Terima kasih sudah memberikan semangat dan
selalu mendoakan....
3. Dede_kecil dan pa_dede yang selalu mendoakan dan memotivasi......
4. Buat temen-temen yang super heboh, Sinar, Omi, Anis, Sri, Faiz, Teki,
mb’Ulan, Yulinda dan Nana. Terima kasih masukan dan bantuannya selama
ini.
5. Teman-teman seperjuangan DIV Kebidanan Angkatan ‘2013. Tetap smangat
teman.
MOTTO
Maka, Allah senantiasa mendampingi kita,
Dengan suara-suara hati yang merupakan sifat_Nya
Apabila kita terjatuh , sadarlah....
Itu artinya masih banyak ilmu Allah yang belum kita ketahui
Pelajarilah kesalahan tersebut
Cari jawabannya, mengapa kita terjatuh...
Ambil jurus kedua dan bangkitlah kembali....
Allah Maha Agung, begitu mencintai kita dan,
Menunggu kemenangan kita......
“ Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?”
(Q.S. Ar-Rahman: 16)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
iv
HALAMAN PENGESAHAN
v
KATA PENGANTAR
vi
RIWAYAT HIDUP
viii
PERSEMBAHAN
ix
MOTTO
x
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah
7
C. Tujuan Penelitian
7
D. Manfaat Penelitian
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi Bayi
9
B. ASI (Air Susu Ibu)
18
C. Asi Eksklusif
27
D. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
30
BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN
A. Kerangka Teori
37
B. Kerangkan Konsep Penelitian
38
C. Hipotesis
38
D. Definisi Operasional
39
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
40
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
40
2. Sampel
41
3. Kriteria Penelitian
41
C. Tempat dan Waktu Penelitian
D. Alat dan Metode Pengumpulan Data
42
1. Alat Pengumpulan Data
42
2. Metode Pengumpulan Data
43
E. Etika Penelitian
1. Informed consent
44
2. Anonymity
44
3. Confidentiality
44
F. Pengolahan Data
1. Editing
45
2. Coding
45
3. Data Entry
45
4. Cleaning
46
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
46
2. Analisis Bivariat
46
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
48
B. Analisis Bivariat
48
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
50
B. Analisis Bivariat
55
C. Keterbatasan Penelitian
58
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan
59
B. Saran
59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1……………………………………………………………… 16
Tabel 2.2……………………………………………………………… 34
Tabel 2.3…………………………………………………………….... 35
Tabel 3.1…………………………………………………………….... 38
Tabel 5.1…………………………………………………………….... 48
Tabel 5.2…………………………………………………………….... 48
Tabel 5.3…………………………………………………………….... 49
Tabel 5.3…………………………………………………………….... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Teori .......................................................................
36
Gambar 3.2 Kerangka Konsep .................................................................... 37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: POA
Lampiran 2
: Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
Lampiran 3
: Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4
: Persetujuan Responden
Lampiran 6
: Cheklist
Lampiran 7
: Surat Studi Pendahuluan
Lampiran 8
: Surat Ijin Penelitian
Lampiran 9 : Data penelitian
Lampiran 10 : Hasil SPSS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembangunan
kesehatan
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Arah kebijaksanaan pembangunan bidang
kesehatan
adalah
untuk
mempertinggi
derajat
kesehatan,
termasuk
didalamnya keadaan gizi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan pada umumnya (Suhardjo, 2007).
Terjadinya rawan gizi pada bayi disebabkan antara lain oleh karena
ASI (Air Susu Ibu) banyak diganti oleh susu formula dengan jumlah dan cara
yang tidak sesuai kebutuhan. ASI merupakan makanan yang bergizi yang
mudah dicerna oleh bayi dan langsung diserap. Diperkirakan 80% dari jumlah
ibu yang melahirkan mampu untuk menghasilkan air susu ibu dalam jumlah
yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan
bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun dapat menghasilkan ASI cukup
tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama (Endang, 2009).
Manary dan Solomon (2004) dalam Khasanah (2011) menyatakan
bahwa frekuensi atau durasi pemberian ASI yang tidak cukup menjadi faktor
untuk terjadinya defisiensi makronutrien maupun mikronutrien pada usia dini.
1
Keadaan gizi kurang yang banyak ditemukan pada bayi-bayi terlihat ketika
para ibu didaerah perkotaan memilih untuk menggunakan susu formula
sebagai pengganti ASI.
Pemberian ASI karena adanya faktor protektif dan nutrien yang
sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian
anak menurun (Suririnah, 2010). ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi.
ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung pertumbuhan
dan perkembangan bayi secara optimal. Bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta terpenuhi kebutuhan
gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat, lebih tahan terhadap
infeksi, tidak mudah terkena alergi, dan lebih jarang sakit. Sebagai hasilnya,
bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal. Pertumbuhan dapat dilihat dari penambahan
berat badan, tinggi badan, ataupun lingkar kepala, sedangkan perkembangan
yang optimal dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan motorik,
psikomotorik dan bahasa (Marmi, 2012).
Pemberian ASI eksklusif status gizi bayi akan baik dan mencapai
pertumbuhan yang sesuai dengan usianya namun, disisi lain sering juga bayi
yang diberi susu formula mengalami kurang gizi. Hal ini karena pembuatan
susu dengan air yang melebihi ketentuan yang bukan saja menurunkan kadar
kalori, tetapi juga protein sehingga kebutuhan bayi akan kedua zat gizi utama
tidak terpenuhi (Khasanah, 2011). Berat badan bayi yang mendapat ASI
eksklusif meningkat lebih lambat dibanding bayi yang mendapat susu formula
(MPASI). Hal ini tidak berarti bahwa berat badan yang lebih besar pada bayi
yang mendapat susu formula lebih baik dibanding bayi yang mendapat ASI.
Berat badan berlebih pada bayi yang mendapat susu formula justru
menandakan terjadinya kegemukan (obesitas). Untuk mendukung “Millenium
Development Goals” (MDG’s) menyusui sejak dini mempunyai dampak yang
positif baik bagi ibu maupun bayinya. Manfaat memberikan ASI bagi ibu
tidak hanya menjalin kasih sayang, tetapi dapat mengurangi perdarahan
setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda
kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara dan merupakan
kebahagiaan tersendiri bagi ibu. ASI merupakan salah satu makanan yang
sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang
dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Oleh sebab itu, pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur
6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun.
Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam pemantauan pemberian
ASI eksklusif karena belum ada sistem yang dapat diandalkan untuk
memantau pemberian ASI eksklusif (Depkes RI 2011 dalam Wita 2012).
Keseimbangan zat gizi dalam ASI berada pada tingkat terbaik dan air susunya
memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi. ASI juga sangat kaya akan sarisari makanan yang mempercepat pertumbuhan (Marmi, 2012).
Menurut WHO/UNICEF, cara pemberian makan pada bayi yang
baik dan benar adalah pertama mulai segera menyusui dalam 1 jam setelah
lahir, kedua menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur
6 bulan, mulai umur 6 bulan, ketiga bayi mendapat Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya
dan keempat meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. ASI adalah
makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak dapat digantikan dengan
makanan dan minuman yang lain. ASI merupakan makanan bayi yang
terbaik
dan
setiap
bayi
berhak
mendapatkan
ASI,
dan
untuk
mempromosikan pemberian ASI, maka Kementerian Kesehatan telah
menerbitkan
surat
keputusan
Menteri
Kesehatan
nomor:
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi
di Indonesia. Pada tahun 2012 telah terbit Peraturan Pemerintah (PP) nomor
33 tentang Pemberian ASI Eksklusif dan telah diikuti dengan diterbitkannya
2 (dua) Peraturan Menteri Kesehatan yaitu : Permenkes Nomor 15 Tahun
2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau
Memerah Air Susu Ibu dan Permenkes Nomor 39 Tahun 2013 tentang Susu
Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya (Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
KIA, 2013).
Pemberian MP-ASI terlalu dini atau dibawah usia 4 bulan dapat
menyebabkan kenaikan berat badan yang telalu cepat sehingga menjurus ke
obesitas hal ini dikarenakan belum matangnya sistem pencernaan bayi.
Obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan
lemak yang berlebihan dari yang diperlukan fungsi tubuh (Suryoprajogo,
2009).
Pemberian MP-ASI terlalu dini juga dapat menyebabkan gizi buruk
atau kurang gizi pada bayi karena pemberian MP-ASI terlalu dini dapat
menyebabkan
infeksi
saluran
pencernaan
(diare),
hal
itu
dapat
mempengaruhi status gizi bayi (Nugroho,2011).
Dasar Indonesia (RISKESDAS) 2010 prevalensi gizi kurang pada
tahun 2010 menurun menjadi 17,9%, yaitu ada 900 ribu diantara 2,2 juta
balita di Indonesia mengalami gizi kurang atau gizi buruk.
Indonesia
termasuk di antara 36 negara di dunia yang memberi 90% kontribusi
masalah gizi dunia. Saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima dalam
status gizi buruk. Status ini merupakan akibat instabilitas pangan karena
kurangnya nilai gizi dalam konsumsi bayinya. Status gizi bayi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang meliputi penyakit infeksi, konsumsi makanan,
sanitasi lingkungan dan pengaruh budaya. Jumlah balita yang mengalami
gizi buruk tahun 2012 sebanyak 98 anak. Dibandingkan tahun 2011
dikabupaten Semarang sebanyak 112 anak, angka tersebut mengalami
penurunan (Profil Dinkes Semarang, 2012).
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 menyebutkan pemberian
ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Presentase bayi yang
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini disebabkan
kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih
relatif rendah. terutama ibu pekerja sering mengabaikan pemberian ASI
dengan alasan kesibukan kerja. Padahal tidak ada yang dapat menandingi
kualitas ASI, bahkan susu formula sekalipun (Maryunani, 2012).
Hasil data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang pada tahun
2012 adalah dari 19 Kecamatan terdapat 26 pukesmas diwilayah kerja
Kabupaten Semarang dengan jumlah bayi yang berusia 0-6 bulan adalah
6,845 bayi yang terbagi menjadi 3,517 bayi laki-laki dan 3,329 bayi
perempuan dan jumlah total bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak
2,500 bayi. Data tersebut menunjukan bahwa pemberian ASI eksklusif masih
rendah hanya 36,52% dari keseluruhan bayi , lebih dari setengah bayi yang
berusia antara 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif dengan kata lain
lebih dari separuh bayi tersebut mendapatkan makanan pendamping ASI
sebagai penunjang nutrisinya. Berdasarkan hasil laporan pukesmas Bergas
tahun 2012, pemberian ASI Eksklusif sebesar 95 (23,17%) dari 410 bayi usia
0-6 bulan yang ada (Profil Dinkes Semarang, 2012).
Dari data studi pendahuluan yang dilakukan dikelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang dari 10 bayi yang dilakukan
penilaian status gizi, pada bayi yang diberikan ASI Ekslusif yang diukur
berat badannya terdapat 4 bayi status gizinya normal sedangkan 1 bayi status
gizinya kurus. Sedangkan pada pemberian MP-ASI dini terdapat 3 bayi status
gizinya gemuk, 1 bayi status gizinya kurus dan 1 bayi status gizinya normal.
Dari hasil studi diatas menyebutkan tentang keterkaitan antara
pemberian ASI eksklusif, MP-ASI dini terhadap status gizi, dimana
pemberian ASI eksklusif mempengaruhi terhadap status gizi bayi, MP-ASI
dini pun juga berpengaruh pada status gizi bayi, maka dari itu peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan pembahasan tentang perbedaan status gizi bayi
pada bayi diberi ASI eksklusif dan MP-ASI dini.
B. Rumusan masalah
Penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Adakah
perbedaan status gizi pada bayi yang diberi ASI eksklusif dengan MP-ASI
dini di Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan status gizi pada
bayi yang diberi Asi eksklusif dengan MP-ASI dini di kelurahan Ngempon
kecamatan Bergas kabupaten Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui status gizi bayi dengan pemberian ASI eksklusif
b. Mengetahui status gizi bayi dengan pemberian MP-ASI dini
c. Menganalisis perbedaan status gizi pada bayi yang diberi ASI
eksklusif dan MP-ASI dini
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan atau kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya dibidang
kesehatan anak dengan status gizi yang sesuai dengan usianya.
2. Manfaat Praktis
a. Tempat penelitian
Dapat dijadikan dasar informasi tentang status gizi bayi yang kaitannya
dengan pemberian ASI eksklusif dengan MP-ASI dini
b. STIKes Ngudi Waluyo
Menjadikan informasi data dasar tentang status gizi bayi dengan
pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI dini sehingga dapat dijadikan
pertimbangan penelitian selanjutnya.
c. Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemberian ASI
secara eksklusif dan MP-ASI dini serta mendapatkan pengalaman yang
nyata dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Status Gizi Bayi
1. Pengertian
Menurut Gibson (1990) dalam Waryana (2010) menyatakan status
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan ultilisasinya.
Status gizi bayi adalah keadaan gizi pada bayi yang dapat diketahui
dengan mebandingkan antara berat badan menurut umur dan panjang
badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat
badan menurut umur sesuai dengan standar, maka disebut gizi baik. Jika
sedikit dibawah standar, maka disebut gizi kurang. Apabila jauh dibawah
standar maka disebut gizi buruk (Santoso dan Ranti, 2009).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
a. Infeksi
Menurut Srimsshaw et. Al dalam Supariasa (2002), menyatakan
bahwa ada hubungan yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus, dan
parasit) dengan kekurangan gizi. Mereka menekankan interaksi yang
sinergis antara kekurangan gizi dengan penyakit infeksi.
9
b. Konsumsi makanan
Pertumbuhan dan perkembangan pada balita dipengaruhi oleh
konsumsi makanan, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi
makanan adalah sebagai berikut :
1) Usia
Menurut Paath (2005) dalam Waryana (2010), usia bayi
memang usia yang rawan, kebutuhan gizi per kilogram berat badan
lebih dari orang dewasa karena bertambahnya umur akan membutuhkan
tenaga yang meningkat pula.
2) Berat badan
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air
dan mineral pada tulang sehingga mempengaruhi jumlah pemberian
makanan yang harus diberikan (Supariasa, 2002).
3) Jenis dan jumlah makanan yang diberikan
Jenis dan jumlah makanan yang diberikan sangat penting dalam
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak,
mengingat manfaat gizi dalam tubuh dapat membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya
berbagai penyakit akibat kekurangan gizi (Hidayat, 2005).
4) Waktu Pemberian ASI
Menurut Walker (2006) dalam Khasanah (2011), waktu
pemberian ASI sangat mampu mengurangi resiko berbagai jenis infeksi
pada masa kanak-kanak karena ASI mengandumg berbagai faktor
protektif
yaitu imunoglobin A yang dapat mencegah bakteri yang
menyerang sel-sel tubuh dan terjadi pada anak infeksi sehingga
menyebabkan kekurangan zat gizi.
c. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya
berbagai jenis penyakit antara lain infeksi saluran pencernaan dan
pernafasan sehingga dapat menyebabkan kekurangan zat gizi
(Supariasa, 2002).
d. Pengaruh Budaya
Pengaruh budaya terhadap status gizi seperti masih banyaknya
pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan
konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah
dapat menyebabkan status gizi kurang (Supariasa, 2002).
Status gizi bayi yang baik akan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Status gizi bayi kurang atau berlebih tidak
langsung muncul dalam makna klinis. Makna klinis berupa gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan akan muncul setelah beberapa
waktu. Oleh karena itu, status gizi kurang atau berlebih dapat menjadi
indikasi untuk mendapat perhatian dan perbaikan status gizi bayi.
Status gizi buruk sangat perlu untuk dilakukan perbaikan status gizi
karena pada keadaan tersebut, bayi rentan sekali terkena infeksi
(Arisman dkk, 2009).
3.
Penilaian Status Gizi
Menurut Arisman (2009), penilaian status gizi penting untuk
mengidetifikasikan baik keadaan kurang maupun kelebihan gizi dan
memperkiran asupan energi optimum untuk pertumbuhan dan kesehatan.
Penilaian status gizi ini dapat dibagi menjadi pemeriksaan fisik secara
langsung dan pemeriksaan fisik tidak secara langsung. Pemeriksann fisik
secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu : antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik. Pemeriksaan fisik tidak secara langsung dapat dibagi
menjadi tiga yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor
ekologi. Disini akan dibahas mengenai antropometri.
Status gizi bayi dapat diukur dengan menggunakan pengukuran
antropometrik. Pengukuran ini dilakukan dalam bentuk kurva agar
memudahkan dalam pengukurannya. Pada kurva antropometrik sudah dapat
dinilai rujukan menentukan status gizi bayi (Santoso dan Ranti, 2009).
Jenis pengukuran yang biasa dilakukan untuk menilai gizi bayi adalah
pengukuran berat badan dan pengukuran panjang badan. Pengukuran ini
disesuaikan dengan umur bayi yang bersangkutan. Hasil dari pengukuran ini
berupa gizi baik, gizi berlebih, gizi kurang atau gizi buruk. Hasil pengukuran
status gizi ini tidak dapat digunakan untuk menentukan pertumbuhan dan
perkembangan bayi normal atau tidak. Untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan
bayi normal atau tidak, harus dilakukan beberapa kali
pengukuran dalam rentang waktu tertentu. Pengukuran status gizi yang
dilakukan hanya untuk mengetahui keadaan gizi saat itu (Arisman dkk, 2009).
1. Antropometri
Pengukuran antopometri merupakan hal yang penting dalam
menilai status gizi dan perawatan bayi, pengukuran ini cepat, tidak mahal,
tidak invasive. Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan
antropometri ini adalah : untuk penapisan status gizi pada orang yang
berkebutuhan khusus, survei status gizi untuk memperoleh gambaran
status gizi masyarakat pada saat tertentu dan pemantauan bermanfaat
sebagai gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu (Arisman,
2009).
Menurut Adriana (2011), hasil penimbangan berat badan dan tinggi
badan yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Ada cara dalam menentukan umur
menggunakan patokan sebagai berikut :
a. 1 bulan = 30-31 hari
b. 1 tahun = 12 bulan
c. Umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah
d. Umur lebih dari atau sama dengan 15 hari dibulatkan keatas
e. Apabila anak lahir premature maka dilakukan pengurangan umur,
misalnya premature 6 minggu maka dikurangi 1 bulan 2 minggu
f. Apabila anak lahir maju atau mundur 2 minggu, tidak dilakukan
penyesuaian umur.
Menurut Jellife, (1966) dan Vaughan, (1979) dalam Santoso dan
Ranti (2009) pemeriksaan fisik antropometri yang bertujuan untuk
penilaian status gizi termasuk hal-hal sebagai berikut : berat badan tinggi
badan , lingkar kepala,lingkar dada, lingkar lengan atas, ketebalan lipatan
kulit.
a. Berat Badan
Ukuran ini merupakan yang terpenting, dipakai pada setiap
kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Berat
badan merupakan hasil peningkatan seluruh jaringan tulang, otot, lemak,
cairan tubuh dan lainnya. Ukuran ini merupakan indikator tunggal yang
terbaik pada waktu ini untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang
(Samsudin, 1985 dalam Santoso dan Ranti 2011). Antara usia 0-6 bulan
berat bayi bertambah 682 gram per bulan. Berat badan lahir meningkat dua
kali lipat ketika usia 5 bulan. Antara usia 6 dan 12 bulan berat bayi
bertambah 341 gram per bulan. Berat badan bayi meningkat tiga kali lipat
saat berusia 12 bulan. Berat badan akan meningkat empat kali berat badan
lahir pada umur 2 tahun (Soetjiningsih, 2005).
Dapat pula digunakan rumus yang dikutip dari Behrman (1992)
dalam Soetjiningsih (2005). Untuk memperkirakan berat badan anak
seperti berikut :
1) Menghitung Berat Badan Ideal
a) Berat Badan Ideal (BBI) bayi (usia 0-12 bulan)
BBI=
Umur (bulan)+4
2
b) BBI anak (umur 1-10 tahun)
BBI=(umur [tahun] x 2 ) + 8
c) Remaja dan Dewasa
BBI = (TB – 100) – (BB – 100) x 100, atau
BBI = (TB – 100) x 90%
2) Body Massa Index (BMI)
BMI andalah suatu rumus kesehatan dimana berat badan seseorang
(Kg) dibagi dengan tinggi badan (TB)2 dalam satuan (m)
BB
BMI =
(TB)²
BBI < 18,5 = berat badan kurang (underweight)
BBI 18,5-24 = normal
BBI 25-29 = kelebihan berat badan (overweight)
BBI >30 = obesitas
b. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan
panjang badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. rumus prediksi
tinggi anak sesuai dengan potensi berdasarkan data tinggi badan orang tua,
dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai dengan potensinya
adalah sebagai berikut (dikutip dari Titi,1993)
TB anak perempuan =
(TB ayah−13cm)+TB ibu
2
±8,5 cm
TB anak laki-laki =
(TBibu+13cm)+ TB ayah
±8,5 cm
2
(13 cm adalah rata-rata selisih tinggi badan antara dua orang
dewasa laki-laki dan perempuan di inggris, dan 8,5 cm adalah nilai
absolute tentang tinggi badan)
c. Lingkar kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm. antara usia 0 sampai
6 bulan lingkar kepala bertambah 1,32 cm per bulan. Antara usia 6-12
bulan lingkar kepala meningkat 0,44 cm per bulan, lingkar kepala
meningkat sepertiganya dan berat otak bertambah 2,5 kali dari berat
lahir. Pada umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm.
d. Lingkar dada
Ukuran normal lingkar dada sekitar 2 cm lebih kecil dari pada lingkar
kepala. Pengukuran dilakukan dengan mengukur lingkar dada sejajar
dengan puting.
e.
Lingkar lengan atas
Lingkar lengan atas terdiri otot, lemak dan tulang. Lingkar lengan atas
sensitif untuk menilai status gizi dan sering digunakan bersama
pengukuran ketebalan otot bisep dan trisep.
f.
Ketebalan Lipatan kulit
Ketebalan lipatan kulit memperkirakan simpanan lemak subkutan
pada tempat-tempat tertentu. Pengukuran tebal kulit ini didaerah trisep
dan subskapula diukur bersama dan mengidentifikasikan cadangan
lemak tubuh secara keseluruhan.
4. Klasifikasi Status Gizi
Menurut Supariasa (2002), dalam menentukan klasifikasi status
gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut Reference. Baku antropometri
yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NHCS. Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi (PSG) anak balita
tahun 1999 menggunakan buku rujukan World Healt Organization-National
Centre for Healt Statistics (WHO-NHCS). Standar deviasi unit disebut juga
Z-skor. WHO menyarankan menggunakan ini untuk meneliti dan memantau
pertumbuhan.
Z-Skor = Nilai individu subjek-Nilai median baku rujukan
Nilai simpang baku rujukan
(sumber Supariasa,2002)
Tabel 2.1 Klasifikasi Status menggunakan Z-Skor
Indeks
Kategori Status Gizi
Ambang batas (Z-skor)
Berat badan menurut umur Gizi lebih
> 2SD
(BB/U)
Gizi baik
- 2SD s/d 2SD
Gizi kurang
- 3SD s/d <- 2SD
Gizi buruk
<- 3SD
Panjang
badan
menurut Tinggi
> 2SD
umur (PB/U) atau tinggi Normal
- 2SD s/d 2SD
badan
- 3SD s/d <- 2SD
menurut
umur Pendek
(TB/U)
Berat
panjang
Sangat pendek
badan
badan
>- 3SD
menurut Gemuk
>+ 2SD
(BB/PB) Normal
- 2SD s/d + 2SD
atau berat badan menurut Kurus
- 3SD s/d <- 2SD
tinggi badan (BB/TB)
<- 3SD
Sangat Kurus
Sumber : (KepMen. Kes 2011)
B. ASI (Air Susu Ibu)
ASI merupakan sumber gizi dasar bayi selama 24 jam pertama, ASI
diproduksi dari hasi kerja sama antara faktor hormonal dan saraf. Hormon
estrogen membuat puting payudara membesar dan meransang pertumbuhan
kelenjar ASI. Didalam payudara terdapat kelenjar lobule membentuk lobe
atau kantung penghasil susu yang menghasilkan susu setelah seseorang
perempuan melahirkan, terdapat sekitar 15 sampai 20 kantung penghasil susu
pada setiap payudar, yang dihubungkan dengan saluran susu yang terkumpul
didalam puting (Suryoprajogo, 2009).
ASI
mengandung
semua
zat
gizi
yang
diperlukan
untuk
pertumbuhan dan perkembangan bagi bayi, serta mencegah terjadinya
keadaan gizi salah (marasmus, kelebihan makana dan obesitas (Marmi, 2012).
Kandungan ASI yang diproduksi ibu selalu berubah dari waktu ke
waktu. Di menit awal menyusui, ASI kaya akan protein, rendah lemak dan
cenderung lebih encer. ASI yang dinamakan susu awal atau foremilk
berfungsi sebagai makanan pembuka dan penghilang haus. Dimenit-menit
terakhir ASI kaya akan lemak dan cenderung kental, ASI yang dinamakan
susu akhir atau hindmilk adalah makanan utama bayi yang berfungsi untuk
mengenyangkannya (Suryoprajogo, 2009).
1.
Keunggulan ASI
ASI merupakan merupakan yang terbaik dan telah memenuhi
kebutuhan bayi usia 0-6 bulan hingga 100%, ASI mengandung protein,
lemak, vitamin, mineral, air dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
sehingga ASI akan mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan gizi.
Selain itu ASI juga mengandung berbagai jenis asam lemak penting yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan otak, mata, dan pembuluh darah yang sehat
(Suryoprajogo, 2009).
Bayi yang diberi ASI secara khusus terlindung dari serangan
penyakit sistem pernafasan dan pencernaan. Hal ini ini disebabkan zat-zat
kekebalan dalam ASI memberikan perlindungan langsung melawan
serangkaian penyakit. Sifat lain dari ASI juga memberikan perlindungan
langsung melawan penyakit adalah penyediaan lingkungan yang ramah
bagi bakteri menguntungkan atau flora normal, keberadaan bakteri ini
menghambat perkembangan bakteri, virus, dan parasit berbahaya (Marmi,
2012).
ASI adalah makanan alamiah untuk bayi, ASI adalah susu tebaik
karena mengandung nutrisi seimbang dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi dan ASI mengandung nutrisi yang mudah diserap dan
dicerna oleh bayi, menurunkan risiko diare, infeksi saluran pernafasan
bagian bawah, infeksi saluran kencing juga menurunkan kematian bayi
mendadak (Suririnah, 2010).
2.
Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi
Beberapa faktor yang mempengaruhi ASI diantaranya yaitu
makanan ibu yang tidak mengandung zat gizi mengakibatkan kelenjar
berpengaruh
mempengaruhi
meningkatkan
terhadap
produksi
produksi
produksi
ASI,
ASI.
ASI.
Frekuensi
semakin
Saat
ibu
sering
menyusui
dapat
menyusui
akan
menyusui
memerlukan
ketenanganpikiran dan jauh dari perasaan tertekan karena akan
berpengaruh pada produksi ASI (Khasanah, 2011).
Proses pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut
bayi pada putting payudara ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar
yang ada diotak ibu memproduksi sejumlah prolaktin, yaitu hormone
utama yang mengendalikan pengeluaran air susu. Proses pengeluaran air
susu juga tergantung pada let down reflek, yaitu isapan pada putting dapat
merangsang kelenjar yang ada diotak untuk menghasilkan hormone
oksitosin, yang dapat merangsang dinding saluran susuagar memberikan
susu dapat mengalir secara lancar (Khasanah, 2011).
Perubahan ASI berdasarkan stadium laktasi, ASI dapat dibagi
menjadi tiga jenis yaitu :
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang
terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mamae sebelum dan segera
sesudah melahirkan anak (Marmi, 2012). Kolostrum diproduksi pada
beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan, kolostrum mengandung
banyak protein dan antibody, berwarna kekuningan (lebih kuning dari
pada susu mature), serta terdapat beberapa protein yakni immunoglobulin
A (IgA), laktoferin, dan sel-sel darah putih, semua itu sangat penting untuk
pertahanan tubuh bayi. volume kolostrum sekitar 150-300 ml/24 jam
(Prasetyono, 2009).
b.
Air Susus Masa Peralihan (Masa Transisi)
ASI masa transisi merupakan peralihan dari ASI kolostrum sampai
menjadi ASI mature. ASI trasisi diproduksi pada hari keempat hingga
keempat belas.pada masa ini kadar protein berkurang, sedangkan
karbohidrat dan lemak serta volumenya meningkat (Khasanah, 2011).
c.
ASI Mature
ASI mature adalah ASI yang diproduksi sajak hari keempat belas
dan seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah
disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. Setelah 6
bulan, ASI tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sehingga mulai
dikenalkan dengan makanan pendamping ASI (Khasanah, 2011).
3. Komposisi ASI
ASI merupakan suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa, vitamin,
dan mineral yang berfungsi sebagai makanan bagi bayi. Oleh karena itu, ASI
dalam jumlah cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan
pertama kelahiran. Adapun komposisi dari ASI adalah :
a. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang
jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap harinya, dan jumlahnya lebih
banyak ketimbang dalam PASI. Rasio jumlak laktosa dalam ASI dan PASI
adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI.
Sedangkan didalam usus, laktosa akan diubah menjadi asam laktat yang
berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu
penyerapan kalsium dan mineral-mineral lainnya (Prasetyono, 2009).
b. Protein
protein dalam ASI adalah kasein dan whey. Protein whey sangat
mudah bicerna dibandingkan kasein. Protein dalam ASI adalah lebih
banyak whey (60%) dari pada kasein sehingga tidak memberatkan
pencernaan bayi. Susu sapi lebih banyak mengandung kasein dari pada
whey. Kandungan kesein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang
keras dalaam lambung bayi sehingga memberatkan kerja pencernaan bayi.
Selain itu, ASI juga mengandung asam amini sistin dan taurin yang tidak
terdapat dalam susu sapi, kedua asam omino ini diperlukan untuk
pertumbuhan otak (Khasanah,2011).
c. Lemak
Kandungan total lemak dalam ASI pada ibu bervariasi satu sama
lain, dan berbeda dari satu fase menyusui kefase menyusui berikutnya.
pada mulanya kandungan lemak rendah kemudian meningkat jumlahnya
(Prasetyono, 2009).
Baik ASI maupun susu sapi menganduk lemak yang cukup tinggi
namun berbeda dalam susunan asam lemaknya. Lemak ASI lebih banyak
mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan lemak susu sapi lebih
banyak asam lemak rantai panjang dan asam lemak jenuh, penyerapan
asam lemak tak jenuh oleh bayi lebih cepat dibandingkan dengan asam
lemak jenuhdan berantai panjang (Khasanah,2011).
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya
relative rendah tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6
bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat
stabil, mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Setitar 75% dari
zat besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus, lain halnya
dengan zat besi yang bisa diserap dalam PASI hanya berjumlah 5-10%
(Prasetyono, 2009).
e. Vitamin
ASI dapat menyediakan semua vitamin larut dalam air yang
dibutuhkan bagi bayi bila makanan yang dikonsumsi ibu mencukupi.
Vitamin yang larut dalam air antara lain : tiamin (B1), riboflavin (B12),
niasin, piridoksin (B6), folasin (asam folat) vitamin E, dan vitamin K yang
larut dalam lemak (Khasanah, 2011).
4. Manfat ASI
Tidak diragukan lagi bahwa ASI
memiliki banyak manfaat
diantaranya adalah :
a. Manfaat bagi bayi
Menurut Khasanah (2011) manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai
berikut :
1) ASI baik bagi pertumbuhan emas otak bayi
Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupan.
Sel-sel otak yang banyaknya 14 miliar sel, tidak bisa tumbuh dan
berkembang secara alami saja sehingga ia membutuhkan nutrisi.
ASI mengandung AA (Asam Arakhidonat) yang termasuk
kelompok omega-6
dan DHA (Asam Dekosa Heksanoat)
kelompok omega-3 dan nutrisi lain seperti protein, laktosa, dan
lemak lainnya yang merupakan zat yang dapat merangsang
pertumbuhan otak bayi. Makanan yang paling bagus dan dapat
menunjang pertumbuhan otak bayi tidak ada selain ASI eksklusif.
2) ASI sebagai sumber gizi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada
masa pertumbuhan. Jika proses menyusui dilakukan dengan teknik
yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup
sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia 6
bulan. Selain nutrisinya yang lengkap, jumlah atau volume dan
komposisi ASI juga akan menyesuaikan kebutuhan bayi.
3) ASI meringankan pencernaan bayi
Kondisi system pencernaan bayi pada bulan-bulan pertama belum
berfungsi secara sempurna. Sehinggga nutrisi yang masuk tidak
boleh yang memperberat kerja system pencernaan. Selain ASI
mengandung nutrisi yang lengkap, ASI juga dilengkapi dengan
enzim-enzim
yang membantu
proses
pencernaan
sehingga
meringankan kerja system pencernaan bayi.
4) ASI meningkatkan kekebalan tubuh bayi
Disamping memenuhi kebutuhan nutrisinya, ASI juga melindungi
bayi dari berbagai macam penyakit. ASI mengandung faktor
kekebalan tubuh yang diperlukan bagi tubuh, ASI awal
mengandung
faktor
kekebalan
tubuh
yang
lebih
tinggi
dibandingkan ASI yang keluar selanjutnya.
b. Manfaat bagi ibu
Manfaat memberikan ASI tidak hanya dirasakan oleh bayi saja, tetapi
menyusui juga banyak memberikan manfaat bagi ibu, adapun manfaat
bagi ibu menurut Khasanah (2011) adalah :
1) Menguntungkan secara ekonomi
Dengan ibu menyusui bayinya maka tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk makanan
bayi, dengan demikian menyusui dapat
menghemat pengeluaran rumah tangga. Biaya bisa dialokasikan
untuk memberikan makanan yang bergizi bagi ibu karena
menyusui memerlukan zat gizi yang lebih
2) Timbul rasa percaya diri
Menyusui dapat memberikan rasa percaya diri bahwa ibu mampu
menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayinya
3) Menyusui dapat menunda kehamilan
Menyusui dapat dijadikan cara Keluarga Berencana (KB) yang
paling efektif untuk mencegah kehamilan jika dilakukan secara
tepat dengan beberapa syarat, yaitu belum mengalami menstruasi,
pemberian ASI-nya tidak boleh dihentikan sama sekali. Dengan
menyusui dapat menunda haid dan kehamilan sehingga hal ini bisa
digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum
dikenal dengan Metode Amenorea Laktasi (MAL)
4) Mempercepat pengecilan ukuran rahim
Saat menyusui, terdapat hormone oksitosin yang berperan dalam
produksi ASI, hormone tersebut juga berfungsi membantu rahim
kembali lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak menyusui.
c. Manfaat bagi Negara
Menurut Prasetyo (2009) manfaat ASI bagi Negara adalah sebagai
berikut :
1) Menghemat devisa Negara karena tidak perlu mengimpor susu
formula dan peralatan lainnya
2) Bayi sehat membuat Negara lebih sehat
3) Menghemat pada sector kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit
hanya sedikit
4) Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka
kematian
5) Melindungi lingkungan lantaran tidak ada pohon yang digunakan
sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu, dan perlengkapannya
6) ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus diproduksi.
C. ASI Eksklusif
1. Pengertian
ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi
sampai usia 6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan, cairan apapun
kepada bayi (Marmi,2012). ASI merupakan makanan pertama, utama dan
paling baik bagi bayi yang bersifat alamiah, nilai gizi yang terkandung dalam
ASI sangat tinggi sehingga tidak perlu tambahan makana apapun, ASI juga
mengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembangnya, serta
antibodi yang bisa membantu bayi membangun system kekebalan tubuh
dalam masa pertumbuhannya (Prasetyono, 2009).
Rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan juga telah
ditetapkan oleh WHO, UNICEF, dan Departemen kesehatan Republik
Indonesia melalui
SK Menkes
No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 yang
menjelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan
kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama (Prasetyono, 2009).
Salah satu parameter utama yang digunakan untuk menilai apakah
bayi mendapatkan cukup ASI adalah dengan mengamat pertumbuhan bayi
yaitu melalui pertambahan berat badan. Oleh karena itu setiap bulan ibu
sebaiknya mengukur pertumbuhan fisik bayi termasuk menimbang berat
badan, mengukur tinggi badan. Ibu dapat bertanya kepada petugas kesehatan
tentang pertumbuhan bayi dan memahami kurva pertumbuhan dalam Kartu
Menuju Sehat (KMS) (Marmi,2012).
Pada bayi yang diberikan ASI eksklusif pertambahan tinggi badan
akan seimbang sesuai dengan usia, sedangkan berat badan bayi yang
mendapatkan ASI pada umumnya lebih ringan daripada bayi yang
mendapatkan makanan tambahan. Hal ini karena ASI mengandung leptin
yang merupakan hormone pengatur nafsu makan dan metabolism energi.
Berat badan lebih pada bayi yang mendapatkan makanan tambahan justru
menandakan terjadinya kegemukan atau obesitas, keadaan ini tidak baik
untuk kesehatan (Khasanah,2011).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
Adapun faktor yang mempengaruhi pemberian ASI, menurut
Prasetyono (2009) adalah :
a. Pemahaman dan pola pikir
Departemen Kesehatan Republik Indonesia merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, berdasarkan penelitian yang
sudah dilakukan terbukti bahwa ASI eksklusif lebih unggul dibandingkan
susu formula. Meskipun pemberian ASI eksklusif telah banyak
disosialisasikan namun banyak ibu-ibu yang belum mengerti dan
menganggap remah.
Rendahnya pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6 bulan
pertama
kelahiran
bayi
dikarenakan
kurangnya
informasi
dan
pemgetahuan yang dimiliki oleh para ibu, selain itu kebiasaan para ibu
yang bekerja terutama yang tinggal diperkotaan juga turut mendukung
rendahnya tingkat menyisui
b. Pendidikan
Kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai
makanan utama bayi, mereka hanya mengetahui bahwa ASI adalah
makanan yang diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek lainnya. Waktu
yang lama bersama bayi tidak dimanfaatkan secara optimal, sehingga para
ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi, kegiatan atau pekerjaan
ibu sering kali dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif.
c. Psikologis
Secara psikologi menyusui terdapat tiga aspek yang penting yaitu :
1)
Bahwa menyusui dapat membangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu
mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan
bayi.
2)
Bahwa interaksi antara ibu dan bayi, secara psikologis pertumbuhan
dan perkembangan bayi sangat tergantung pada interaksi tersebut.
3) Kontak langsung ibu dan bayi melalui sentuhan kulit mampu
memberikan rasa aman dan puas, karena bayi merasakan kehangatan
tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah lama dikena
sejak bayi masih dalam rahim.
Bahwa aktivitas manyusui bayi dapat membentuk ikatan batin yang
kuat antara ibu dan bayi, menghadirkan rasa aman dan tenang, merangsang
produksi ASI, serta memperlancar ASI. Bila kondisi ini terus
dipertahankan hingga bayi berumur 2 tahun maka ia akan jarang menangis
atau rewel, pertumbuhan dan perkembangannya pun akan lebih cepat.
d. Ekonomi
Ditinjau dari sudut biaya bahwa menyusui secara eksklusif dapat
mengurangi biaya tambahan yang diperlukan untuk membeli susu formula
serta peralatannya.
e. Aspek penundaan kehamilan
Manyusui secara eksklusif dapat menunda datang bulan dan
kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat ontrasepsi alamiah yang
dikenal sebagai metode amenore laktasi (MAL).
D. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
1. Pengertian
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau
minuman yang mengandung gizi yang diberikan pada bayi atau anak yang
berumur pada bayi 6-24 bulan untuk memenuhi gizinya (Depkes RI, 2006).
MP-ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi
berusia 4-6 bulan sampai berusia 24 bulan. Jadi, selain makanan pendamping
ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai berusia 24
bulan. Peranan makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan bayi.
Makanan ini harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan gizi
bayi (Waryana, 2010).
2.
Tujuan Pemberian MP-ASI
Makanan pendamping ASI bertujuan untuk tumbuh kembang,
memenuhi kebutuhan psikologis, dan untuk keperluan edukatif atau
pendidikan untuk melatih kebiasaan makan yang baik, selain itu MP-ASI
bertujuan untuk menambah zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi secara terus
menerus (Waryana, 2010).
Tujuan pemberian MP-ASI adalah melengkapi zat gizi ASI yang
sudah berkurang (Nugroho, 2011).
3.
Tanda-Tanda Bayi Siap Menerima MP-ASI
Menurut Istianty dan Ruslianti (2012), terdapat tanda-tanda khusus
yang
menunujukan
bayi
sudah
siap
diberikan
MP-ASI
karena
meningkatnya kebutuhan gizi bayi, sebagai berikut :
a. Bayi sudah dapat duduk dengan sempurna.
b. Bayi sudah dapat menyangga kepala dan lehernya yang baik.
c. Bayi merasa lapar walaupun sudah diberi ASI.
d. Bayi sudah dapat menggerakna lidahnya.
e. Jika bayi sudah dapat memindahkan makanannya kebagian belakang
mulut dan menelannya, maka dapat dimulai dengan memberikan
makanan padat.
4. Dampak Pemberian MP-ASI Terlalu Dini
Menurut Rusli (2008) dampak pemberian MP-ASI terlalu dini adalah :
a. Penurunan Produksi ASI
Pengenalan makanan selain ASI kepada bayi akan menurunkan
frekuensi dan insensitas pengisapan bayi, yang merupakan resiko
untuk terjadinya penurunan asi.
b. Obesitas
Ketika bayi terlalu dini diperkenalkan pada MP-ASI, bayi
cenderung mempunyai pola makan yang tidak sesuai dengan
tubuhnya. Bayi akan terbiasa makan berlebihan yang membuat bayi
berisiko obesitas atau kegemukan.
c. Gizi kurang
Pemberian MP-ASI secara dini pada bayi selain menyebabkan
obesitas dapat juga terjadi kekurangan gizi hal ini dikarenakan
makanan yang diberikan pengganti ASI sering encer, buburnya
berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan oleh bayi. Makanan
ini memang membuat lambung bayi penuh, tetapi pemberian nutrisi
lebih sedikit dari pada ASI sehingga kebutuhan gizi kurang.
d. Alergi makanan
Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur yang
dini dapat menyebabkan alergi terhadap makanan. Manifestasi alergi
secara klinis meliputi gangguan gasrointestinal, dermatologis, dan
gangguan pernafasan serta sampai syok anafilaktik. Saat bayi berumur
kurang dari 6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap menerima
kandungan dari makanan, sehingga makanan yang masuk dapat
menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
e. Kram usus
Ketika bayi belum siap mencerna makanan, namun dipaksa
untuk mengolah MP-ASI maka akan menyebabkan kram usus, bayi
akan menangis lama, menjerit sambil meggerakan tangan dan kaki.
f. Konstipasi
Bayi dibawah 6 bulan memiliki sistem pebcernaan yang belum
sempurna. Disebabkan asupan makanan selain ASI, organ ini terpaksa
bekerja ekstra keras untuk mengolah dan memecah makanan yang
diberikan oleh ibunya. Akibatnya akan meninbulkan reaksi/gangguan
pencernaan/kontstipasi.
5. Dampak Pemberian MP-ASI Terlambat
Sama halnya dengan terlalu dini memberikan MP-ASI,
terlambat memberikan MP-ASI juga dapat menimbulkan serangkaian
dampak negatif pada keshatan bayi. Menurut Nakita (2012) dampak
pemberian MP-ASI terlambat adalah :
a. Kekurangan Nutrisi
Di usia enam bulan keatas, ASI sudah tidak mencukupi
kebutuhan bayi lagi, sehingga harus ditunjang dengan pemberian MP-
ASI. Bila pemberiannya terlambat, dikhawatirkan akan menyebabkan
terjadinya gangguan tumbuh kembang. Salah satunya gagal tumbuh
yang beresiko menyebabkan anak pendek (stunting). Selain itu
dikhawatirkan pula terjadi
kekurangan
zat
besi
yang dapat
menyebabkan terjadi anemia yang berdampak pada kemampuan
kosentrasi pada anak.
b. Kemampuan oromotor kurang terstimulasi
Oromotor dapat terstimulasi dengan mengenalkan MP-ASI
dengan berbagai teksture atau kosistensi, rasa dan suhu. Bila oromotor
tidak trstimulasi dampaknya bisa menyebabkan berbagai kondisi
berikut diantaranya :
1) Anak terlalu banyak mengeces/drolling.
2) Anak mengalami kesukaran mengunyah dan menelan.
3) Pada sebagian kasus, anak menjadi mengemut makanan dalam
waktu lama, sehingga kesehatan mulut mengalami gangguan
dampak lebih lanjut, gigi anak rusak, pertumbuhan rahang
terganggu seperti maloklusi.
6. Tahapan Pemberian MP-ASI
Memberikan MP-ASI sebaikanya diberikan secara bertahap baik
dari teksture maupun jumlah porsinya. Kekentalan makanan dan jumlah
harus disesuiakan dengan keterampilan dan kesiapan bayi didalam
menerima makanan. Dari teksture makanan, awalnya bayi diberi makanan
cair dan lembut, setelah bayi dapat menggerakan lidahnya dan proses
mengunyah, bayi sudah dapat diberi makanan semi padat. Sedangkan
makanan padat diberikan ketika bayi sudah mulai dari satu sendok hingga
berangsur-angsur bertambah (Waryana, 2010).
Tabel 2.2 Usia dan teksture MP-ASI
Usia
Teksture Makanan
6-9 Bulan
Makanan
cair,
Contoh Makanan
lembut
saring
10-12 Bulan
Makanan
atau Bubur susu atau bubur
sayuran saring
kental
dan
padat Aneka nasi tim
namun lunak
12 Bulan keatas
Mulai diperkenalkan makanan Makanan
padat
keluarga
namun
memperhatikan rasa
Sumber : (Waryana, 2010).
tetap
7. Jadwal Pemberian MP-ASI
Tabel 2.3 Jadwal Pemberian MP-ASI Menurut Umur Bayi
Umur
Jenis Makanan
Frekuensi
Pemberian
6-7 Bulan
ASI bubur lunak/ sari buah, bubur Sekehendak 1-2 kali
tepung beras merah
7-9 Bulan
ASI,
sehari
buah-buahan,
hati Sekendak
ayam/kacang-kacangan.
9-12 Bulan
ASI,
3-4
kali
sehari
buah-buahan, Sekehendak 4-6 kali
bubur/roti/daging/kacang-
sehari
kacangan/ayam/ikan/beras
merah/kentang/labu/jagung/kacang
tanah
Diatas 12 bulan
ASI,
makanan
dewasa
Sumber : (Sulistyoningsih, 2011).
seperti
orang ASI 4-5 kali sehari
BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
A. Kerangka Teori
Faktor yang
mempengaruhi status gizi
Manfaat ASI bagi bayi
a. Infeksi
b. Konsumsi Makanan
1) Usia
2) Berat Badan
3) Jenis dan Jumlah
makanan yang
diberikan
4) Waktu pemberian
ASI
c. Sanitasi Lingkunga
d. Pengaruh budaya
a. Pertumbuhan otak
bayi.
b. Sumber gizi bayi
c. Meringankan
pencernaan bayi
d. Meningkatkan
kekebalan bayi
ASI EKSKLUSIF
STATUS GIZI
MP-ASI DINI
ANTROPOMETRI
Dampak MP-ASI DINI
a. Penurunan Produksi
ASI
b. Obesitas
c. Gizi Kurang
d. Alergi makanan
e. Kram usus
f. Konstipasi
1.
Berat Badan
2.
Panjang badan
3. Lingkar dada
4. Lingkar lengan atas
5. Ketebalan lipatan kulit
6. Lingkar dada
Gambar 3.1 Kerangka Teori
Sumber : Khasanah (2011), Prasetyono (2009), Santoso dan Ranti (2011),
Supariasa (2002), Waryana (2010).
37
B. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
ASI Eksklusif
Status Gizi Bayi
MP-ASI Dini
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada perbedaan status gizi bayi pada bayi
yang diberi ASI eksklusif dan MP-ASI Dini di Kelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang?
D. Definisi Operasional
Variabel Pengukuran
1. Variabel indepedent
Pemberian ASI
Definisi
Operasional
Perilaku ibu
dalam
memberikan
ASI pada
anaknya
sampai usia
6 bulan
2. Variabel dependent
Keadaan
Status Gizi
sebagai akibat
konsumsi
makanan dan
penggunaan
zat-zat gizi
yang diukur
dengan indeks
berat badan
menurut
panjang badan
Cara dan
Alat ukur
Hasil Ukur
Skala
Kuesioner berupa
pertanyaan
mengenai
pemberian ASI
a. ASI Eksklusif Nominal
jika pada usia
0-6 bulan
bayi hanya
diberikan ASI
saja tanpa
tambahan
makanan
apapun.
b. MP-ASI dini
jika pada usia
0-6 bulan
bayi
diberikan ASI
dan makanan
pendamping
Membandingkan
pengukuran berat
badan
menggunakan
timbangan dacin
dan pengukuran
panjang badan
menggunakan
pengukuran
panjang bayi
yang diukur
dengan
perbandingan
berat badan
menurut panjang
badan
a. Gemuk
= > 2SD
b. Normal
= - 2 SD s/d
2SD
c. Kurus
= -3 SD s/d
<-2 SD
d. Sangat kurus
= <- 3 SD
(KepMen.
Kes, 2010).
Ordinal
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Desain
penelitian yang digunakan adalah diskritive comparative yaitu
penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan dua
kelompok atau lebih dalam aspek atau variabel yang diteliti dan dalam
penelitian ini tidak ada manipulasi atau perlakuan dari peneliti
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross
sectional. Pendekatan
cross sectional adalah srategi penelitian dimana
subyek hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran variabel dilakukan
pada saat penelitian (Notoatmodjo, 2010).
B.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi usia 7-12 bulan
yang diberi ASI eksklusif dan MP-ASI dini di Kelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2013 sejumlah 39 bayi.
Penelitian ini di lakukan pada bulan Februari 2014.
2. Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah total sampling
dengan jumlah sampel 39 bayi.
3. Kriteria Penelitian
a. Kriteria Inklusi
Dalam penelitian ini ada Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek
penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
(Sugiyono,2012). Kriteria inklusi tersebut adalah sebagai berikut :
1) Bayi yang berat badan pada saat lahir 2500gram – 4000gram.
2) Ibu yang bersedia menjadi responden.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab
(Sugiyono, 2012).
1) Bayi yang mempunyai riwayat penyakit tertentu seperti Hidrosefalus,
Prematur.
2) Bayi yang mempunyai penyakit infeksi
C.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang pada tanggal 4-8 Februari 2014.
D. Alat dan Metode Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data :
a. Data Primer
Data primer adalah data atau materi yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti pada saat berlangsungnya penelitian (Arikunto, 2006). Alat
pengumpulan data primer adalah kuesioner untuk mengetahui pola
pemberian ASI pada bayi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti yang didapat
dari orang lain atau data yang diperoleh secara tidak langsung
(Notoatmodjo, 2010). Data sekunder yang akan dikumpulkan adalah
data-data pendukung yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Pada
penelitian ini, data sekundernya adalah data jumlah bayi yang ada di
Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang yang
didapatkan dari pencatatan bidan.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Peneliti mengajukan ijin ke kepala Kelurahan Ngempon Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang pada bulan Februari.
b. Setelah diberikan ijin oleh kepala Kelurahan Ngempon, maka peneliti
mengidentifikasi calon bayi dan menetapkan sasaran penelitian .
c. Peneliti akan melakukan penelitian secara door to door, penelitian
dibantu oleh asisten 1 orang.
d. Peneliti mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk
memberikan
penjelasan dan membuat kesepakatan bahwa calon
responden bersedia menjadi responden.
e. Peneliti menanyakan tentang
pemberian ASI pada responden dan
mencatat dalam lembar kuesioner yang tersedia. Data berat badan
diperoleh dengan menimbang langsung, dan data tinggi badan juga
diperoleh dengan cara mengukur secara langsung kemudian keduanya
dicatat dalam lembar observasi.
f. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, kemudian dilakukan
pengolahan data.
E. Etika Penelitian
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia, maka
harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
F. Pengolahan Data
Proses pengolahan data dalam penelitian yang dilakukan yaitu :
1.
Editing
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner
tersebut (Notoatmodjo, 2010). Dilakukan memeriksa kelengkapan,
kejelasan, relevansi, konsistensi masing-masing jawaban dari data
kuesioner
2.
Coding.
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan. Hal ini sangat berguna dalam memasukkan data
(Notoatmodjo, 2010).
Kode yang digunakan dalam coding dijabarkan
sebagai berikut:
a. MP-ASI dini : 1
b. ASI Ekslusif : 2
c. Status Gizi
1) Gizi Gemuk
:1
2) Gizi Normal
:2
3) Gizi kurus
:3
4) Gizi sangat kurus
:4
3. Data Entry
Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk
“kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software”
computer.
4. Cleaning
Semua data dari setiap sumber yang selesai dimasukkan, perlu dicek
kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahankesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
G. Analisis Data
Untuk mempermudah analisa data maka digunakan program SPSS
16.0 adapun analisis data meliputi :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Variabel bentuk analisis univariat ini
yaitu kategorik
yang menghasilkan presentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2010). Analisis ini dilakukan untuk mendiskripsikan variabel
bebas (asi eksklusif dan MP-ASI dini) dan variabel terikat (status gizi).
Analisis univariat ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Untuk mengetahui perbedaan status gizi bayi yang diberi ASI
Eksklusif dengan MP-ASI, maka uji yang digunakan adalah uji MannWhitney U-Test. Uji ini digunakan untuk menguji signifikan hipotesis
komparatif dua sampel independen dengan data berbentuk kategorikal
(Sugiyono, 2012)
Untuk menganalisis data menggunakan rumus uji Mann-Whitney UTest sebagai berikut :
U1 = 𝑛1𝑛2 +
𝑛1(𝑛1 + 1)
− 𝑅1
2
dan
U2 = 𝑛1𝑛2 +
𝑛2(𝑛2 + 1)
− 𝑅2
2
Dimana :
n1 : jumlah sampel 1
n2 : jumlah sampel 2
U1 : jumlah peringkat 1
U2 : jumlah peringkat 2
R1 : jumlah rangking pada sampel n1
R2 : jumlah rangking pada sampel n2
Uji statistik menggunkan software SPSS versi 16.0 dengan α : 0,05.
H. Jadwal Penelitian
Terlampir
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian dengan judul “Perbedaan status gizi pada bayi yang diberi Asi
eksklusif dan MP-ASI dini di Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang” telah dilakukan dengan penyajian hasil penelitian sebagai berikut:
A. Karakteristik Responden
1. Karakteristik bayi yang diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI dini
Tabel 5.1
Analisis deskritif berdasarkan Umur, Berat Badan (BB) dan
Panjang Badan (PB) yang diberikan ASI eksklusif dan MPASI dini di Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas
Kabupaten semarang.
ASI Eksklusif
MP-ASI dini
Variabel
Mean
SD
Min-Max
Mean
SD
Min-Max
Umur
8.67
1.633
7-12
9.88
1.801
7-12
BB
9.127
1.3307
6.1-11.2
11.400
1.3455
8.4-13.5
PB
70.333
4.0258
62.0-76.1
73.304
14.4008
8.4-81.0
Hasil analisis didapatkan rata-rata umur yang diberikan ASI
eksklusif adalah 8.67 dengan standar deviasi adalah 1.633 dan umur
terendah 7 bulan, tertinggi 12 bulan. Sedangkan yang diberikan MP-ASI
dini rata-rata umur 9.88 dengan standar deviasi adalah 1.801 dan umur
terendah 7 bulan, tertinggi 12 bulan. Pada BB bayi yang diberikan ASI
Eksklusif rata-rata berat badan adalah 9.127 kg dengan standar deviasi
48
1.3307 kg dan BB kurang 6.1 kg, BB lebih 11.2 kg. Sedangkan pada bayi
yang diberi MP-ASI dini rata-rata BB adalah 11.400 kg dengan standar
deviasi 14.4008 cm dan BB kurang 8.4 kg, BB lebih 13.5 kg. Pada PB
bayi yang diberikan ASI Eksklusif rata-rata PB adalah 70.33 cm dengan
standar deviasi 4.0258 cm dan PB terendah 62.0 cm, PB tertinggi
76.1cm. Sedangkan pada bayi yang diberi MP-ASI dini rata-rata PB
adalah 73.304 dengan standar deviasi 1.3455 cm dan PB terendah 8.4
cm, PB tertinggi 8.10 cm.
B. Analisis Univariat
1. Status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi bayi
yang diberi ASI eksklusif di Kelurahan Ngempon Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang
Status Gizi Bayi
Kurus
Normal
Total
Frekuensi
1
14
15
Persentase (%)
6,7
93,3
100,0
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya status gizi bayi
yang diberi ASI eksklusif memiliki status gizi normal yaitu sejumlah 14
bayi (93,3%) dan hanya 1 bayi (6,7%) yang mengalami status gizi kurus.
2. Status gizi bayi yang diberi MP-ASI dini
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi bayi
yang diberi MP-ASI dini di Kelurahan Ngempon Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang
Status Gizi Bayi
Frekuensi
Persentase (%)
Gemuk
15
62,5
Normal
9
37,5
Total
24
100,0
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi bayi
yang diberi MP ASI dini mempunyai status gizi gemuk yaitu sejumlah 15
bayi (62,5%) dan 9 bayi (37,5%) mengalami status gizi normal.
C. Analisis Bivariat
Tabel 5.4
Perbedaan status gizi pada bayi yang diberi ASI eksklusif dan
MP-ASI dini
Kelompok
n
Mean Rank
MP-ASI Dini
24
15,13
ASI Eksklusif
15
27,80
Z
p value
-3,930
0,001
Hasil analisis data menggunakan Man Whitney test didapatkan p
value adalah 0,001 < 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan antara status
gizi pada bayi yang diberi ASI eksklusif dan MP-ASI dini di Kelurahan
Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa perbedaan bayi yang
diberikan ASI secara eksklusif memiliki status gizi normal sedangkan pada
bayi yang diberikan MP-ASI dini bayi memiliki status gizi gemuk.
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian yaitu
untuk mengetahui perbedaan status gizi pada bayi yang diberi ASI eksklusif dan
MP-ASI dini di Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
Dari hasil maka diperoleh sebagai berikut :
A. Analisa Univariat
1. Pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI dini
a. Status Gizi bayi yang diberi ASI Eksklusif dikelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bayi yang
diberi ASI eksklusif sebanyak 15 bayi. status gizi bayi yang diberi ASI
eksklusif sesuai dengan tabel 5.1
kategori status gizi normal yaitu
sejumlah 14 bayi (93,3%) dan hanya 1 bayi (6,7%) yang mengalami
status gizi kurus.
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa bayi yang diberi ASI
eksklusif memiliki status gizi normal karena pemberian ASI secara
eksklusif akan mendukung pertumbuhan dan berat badan bayi, karena
komposisi ASI sudah sesuai dengan kebutuhan bayi. Semakin banyak
bayi mendapatkan ASI, maka semakin kecil kemungkinan bayi
mengalami kegemukan dikemudian hari, ASI mengandung berbagai
51
bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang
seimbang dan cukup semua kuantitas zat gizi yang diperlukan untuk
kehidupan 6 bulan pertama. Kandungan gizi dalam ASI sudah sesuai
dengan kebutuhan bayi selama 6 bulan pertama, sehingga bayi tidak
perlu diberikan makanan tambahan lain sebelum usia bayi 6 bulan. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Prasetyono (2009),
status gizi bayi sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang dikonsumsi,
seperti halnya ASI, yang diberikan pada bayi sampai usia 6 bulan
sehingga
mengoptimalkan
pertumbuhan
dan
perkembangannya,
komposisi yang terkandung dalam ASI pun juga sesuai dengan
kebutuhan seperti 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa serta
0,2% zat lainnya yang berupa asam dekosa heksonoat, asam
arakhidonat, dan zat gizi lainnya. Teori yang dikemukan oleh Khasanah
(2011) mendukung teori yang sebelumnya yang menyatakan bahwa gizi
yang lengkap, jumlah volume dan komposisi ASI juga menyesuaikan
dengan kebutuhan bayi, sehingga tidak perlu diberikan makanan
tambahan sampai bayi berusia 6 bulan sehingga pemberian gizi yang
cukup namun berkualitas akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Setyoadi (2010), di Pukesmas Junjerojo Kota Baru dengan jumlah
populasi 30 bayi usia 0-6 bulan menggunakan uji statistik independent t-
test bahwa bayi yang diberikan ASI secara eksklusif memiliki status gizi
baik. Hal ini disebabkan karena ASI telah memenuhi kebutuhan bayi usia
0-6 bulan, ASI mengandung protein, lemak, mineral, air dan enzim yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga ASI akan mengurangi berbagai
jenis kekurangan gizi.
Menurut Suririnah (2010), bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah kelahiran.
Pertumbuhan
setelah
periode
neonatal
baik
dan
mengurangi
kemungkinan obesitas karena kandungan gizi dalam ASI sudah sesuai
dengan kebutuhan bayi.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa bayi yang diberikan ASI
eksklusif ternyata didapatkan pula bayi yang status gizinya kurus. Hal ini
ini disebabkan karena bayi mempunyai riwayat sering sakit, tetapi pada
saat dilakukan penelitian bayi dalam keadaan sehat. Pada umumnya bayi
sangat rentan mengalami penyakit ini, ISPA (infeksi saluran pernafasan
akut) dapat ditularkan melalui udara pernafasan yang mengandung
kuman kemudian terhirup oleh bayi sehat melewati saluran pernafasan
bagian atas. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu keadaan
lingkungan yang ditempati bayi kurang memiliki polusi udara. Status
ekonomi keluarga dimana bayi yang berasal dari keluarga dengan status
sosial ekonomi rendah yang mempunyai resiko lebih besar mengalami
penyakit seperti ISPA, diare maupun demam karena meskipun diberikan
ASI secara eksklusif namun kandungan ASI yang diberikan kurang
memenuhi syarat, dikarenakan asupan gizi ibu yang kurang pula
sehingga imunitas yang terkandung dalam ASI kurang optimal. Wantania
(2008) menyatakan bahwa penyebab gizi kurang tidak hanya karena
makanan yang tidak sesuai, tetapi juga karena penyakit. Anak yang
mendapat makanan yang baik tetapi sering sakit diare atau demam dapat
menderita gizi kurang. Demikian dengan anak yang makanannya tidak
cukup baik maka daya tahan tubuh makin melemah dan mudah terserang
penyakit. Kenyataan secara bersama-sama baik makanan maupun
penyakit merupakan penyebab gizi kurang.
b. Status Gizi bayi yang diberi MP-ASI dini dikelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Dari hasil penelitian yang dilakukan dilapangan didapatkan hasil
bayi yang diberi MP-ASI dini sebanyak 24 bayi. Status gizi bayi yang
diberi MP-ASI dini sesuai dengan tabel 5.2 kategori gemuk yaitu
sejumlah 15 responden (62,5%) dan 9 responden (37,5%) yang
mengalami status gizi normal.
Bayi yang mengalami gizi lebih dikarenakan oleh pemenuhan gizi
yang tidak seimbang menurut kebutuhan bayi. Pemberian susu formula
serta makanan pendamping ASI cair dan yang diberikan pada bayi kurang
dari usia 6 bulan cenderung dengan intensitas atau frekuensi yang sangat
tinggi sehingga dapat membahayakan dan berakibat kurang baik pada anak
yang dampaknya adalah kerusakan pada usus bayi, karena pada umur
demikian usus belum siap mencerna dengan baik sehingga pertumbuhan
berat badan bayi terganggu antara lain adalah kenaikan berat badan yang
terlalu cepat sehingga mengarah pada kegemukan.
Bayi yang lebih dini diperkenalkan pada MP-ASI, akan cenderung
memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan tubuhnya. Bayi akan
terbiasa dengan makan banyak atau berlebihan. Inilah yang membuat
bayi berisiko menjadi gemuk atau obesitas. Pemberian MP-ASI saat bayi
kurang dari 6 bulan dapat dipengaruhi dari kesibukan orangtua yang
bekerja dipabrik dan juga karena kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang usia pertama pemberian makanan pendamping ASI, sehingga
kebanyakan ibu memberikan MP-ASI kurang dari usia 6 bulan. DEPKES
RI (2006), Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan
atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan pada bayi atau anak
berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Apabila MPASI diberikan kurang dari 6 bulan yang bearti terlalu dini akan
berdampak pada terjadinya tumbuh kembang dan beresiko obesitas.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sari (2011) yang menunjukan pengenalan MP-ASI sebelum bayi berusia
6 bulan menyebabkan bayi lebih sering mengalami masalah kesehatan
seperti infeksi dan mengalami obesitas. Hal ini disebabkan pemberian
ASI saja mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai usia 6 bulan
tanpa pemberian makanan tambahan. Itulah sebabnya makanan
pendamping ASI diberikan kepada bayi saat berusia 6 bulan.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Marmi (2012)
menyatakan bahwa kandungan lemak dalam susu formula lebih tinggi
bila dibandingkan dengan kandungan lemak dalam ASI, sehingga sisa
lemak yang telah digunakan untuk dijadikan energi oleh tubuh akan
disimpan dalam bentuk asam lemak dalam tubuh sehingga terjadi
penumpukan lemak dalam tubuh.
Khasanah (2011) mengemukakan bahwa kelebihan berat badan
yang terjadi dikarenakan adanya kelebihan asupan air dan lemak pada saat
mereka minum susu formula atau frekuensi yang lebih sering pada
pemberian makanan tambahan. Sedangkan bayi yang hanya diberikan ASI
eksklusif hanya diberikan secara on demand atau sesuai permintaan.
Hal ini sesuai antara hasil penelitian yang didapat dengan teori
yang ada bahwa pemberian MP-ASI dini akan berpengaruh terhadap status
gizi bayi, asupan makanan yang berlebihan akan menyebabkan kenaikan
berat badan yang melebihi batas normal.
B. Analisis Bivariat
Berdasarkan uji statistik Mann Whitney Test menunjukan p-value
0,001 lebih kecil dari α (0,05), sehingga didapatkan kesimpulan terdapat
perbedaan yang signifikan antara status gizi pada bayi yang diberi ASI
eksklusif dan MP-ASI dini.
Bayi yang diberikan ASI eksklusif memiliki status gizi normal
daripada bayi yang diberikan MP-ASI dini yang memiliki status gizi
gemuk. Karena proses menyusui cukup berbeda dalam pemberiannya dari
pada makanan pendamping. ASI eksklusif tidak hanya untuk status gizi,
tetapi menghindari kegemukan dimasa yang akan datang karena
kegemukan akan menyebabkan penyakit diabetes melitus, hipertensi,
jantung dan penyakit degeneratif lainnya. Disamping itu bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif lebih baik pertumbuhanya, memiliki
kecerdasan yang tinggi dan daya tubuh yang lebih baik, meskipun
kenaikan berat badan yang stabil. Asupan protein sehari pada bayi yang
diberikan MP-ASI dini lebih tinggi daripada ASI eksklusif, asupan protein
yang melebihi kebutuhan sisanya akan dibuang melalui ginjal. Keadaan
seperti akan memperberat kerja ginjal. Belum lagi bayi yang mendapatkan
susu formula terlalu pekat yang akan membuat bayi haus sehingga akan
memicu bayi minum susu lebih banyak. Keadaan ini akan penambahan
protein lebih banyak.
Seorang bayi yang menyusui
cenderung mengkonsumsi ASI
sesuai dengan kebutuhannya. Pemberian makanan pendamping yang
terlalu dini pada bayi cenderung terjadi peningkatan berat badan lebih, hal
ini dikarenakan bayi mendapatkan asupan gizi dari sumber makanan lain
seperti susu formula, air teh, pisang atau makan cair lain seperti air teh
atau air gula dan bubur nasi atau nasi tim. Menurut Supriasa (2002),
keadaan kesehatan akan baik jika keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan zat gizi terjamin maka berat badan akan berkembang menurut
usia.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Haris (2011) di RSUD Al- Ihsan Jawa Barat dengan populasi bayi usia 0-6
bulan berjumlah 42 bayi. Terdapat perbedaan yang signifikan pemberian
ASI Eksklusif dan Bayi yang diberikan ASI non eksklusif. Bayi yang
diberikan ASI eksklusif menujukan perubahan berat badan bayi yang stabil
dengan status gizi bayi baik. Sedangkan pada bayi yang diberikan ASI non
eksklusif perubahan berat badan bayi lebih besar dengan status gizi lebih.
Bayi yang lebih dini diperkenalkan pada MP-ASI akan cenderung
memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan tubuhnya, bayi akan
terbiasa dengan makan banyak atau berlebihan inilah yang membuat bayi
menjadi gemuk. Hal ini sesuai dengan penelitian Sri (2013) yang
menyatakan pengenalan MP-ASI dini pada bayi menyebabkan beresiko
gemuk atau obesitas karena asupan gizi yang berlebihan.
Pemberian makanan pendamping yang terlalu dini sekarang ini
banyak dilakukan oleh ibu-ibu, mereka beranggapan bahwa ASI saja tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayinya atau terpengaruh dari
promosi yang gencar dilakukan yang menyatakan bahwa kandungan gizi
dalam susu formula sama dengan gizi dalam ASI. Hal ini berkaitan dengan
kurangnya kesadaran ataupun pengetahuan para ibu terhadap pemberian
MP-ASI.
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan
keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain :
1. Pembatasan kriteria inklusi
2. Pengukuran status gizi dengan pemberian ASI Eksklusif dan MPASI dini dengan rentang waktu 6 bulan.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Status gizi bayi yang diberikan diberikan ASI eksklusif pada bayi yang
diteliti status gizi normal yaitu sebanyak 14 bayi (93,3%).
2. Status gizi bayi yang diberikan diberikan MP-ASI dini pada bayi yang
diteliti status gizi gemuk yaitu sebanyak 15 bayi (62,5%).
3. Ada perbedaan yang signifikan status gizi bayi yang diberikan diberikan
ASI eksklusif dan MP-ASI dini.
B. Saran
1. Bagi STIKES Ngudi Waluyo
Disarankan untuk menambahkan buku referensi dan jurnal
kesehatan sehingga dapat dipakai sebagai rujukan oleh mahasiswa
khususnya buku status gizi bayi.
2. Bagi tenaga kesehatan
Dalam rangka mencapai keberhasilan gerakan nasional pemberian ASI
eksklusif maka perlu dilakukan peningkatan sosialisasi dan penyuluhan
tentang ASI eksklusif labih lengkap dan bertahap kepada masyarakat
sehingga pengetahuan meningkatkan pengetahuan masyarakat.
3. Bagi orang tua
Disarankan agar para ibu tetap memberikan ASI secara eksklusif sampai
usai 6 bulan, karena ASI merupakan makanan yang ideal bagi bayi Dan
pemberian MP-ASI terlalu dini akan menyebabkan kegemukan pada bayi,
hal ini tidak baik bagi bayi karena kegemukan merupakan keadaan
patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari
yang diperlukan fungsi tubuh.
4.
Bagi Bidan
Disarankan agar dapat memberikan Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE) gizi, advokasi dan sosialisasi ASI dan MP-ASI dini,
kampanye ASI eksklusif. Serta Pemberdayaan gizi dapat juga dilakukan
dengan pemberdayaan masyarakat dengan cara ini diharapkan masyrakat
paham tentang gizi khususnya ibu yang mempunyai bayi sehingga status
gizi bayi kan mengalami status gizi normal.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D.2011.Tumbuh Kembang dan Bermain Anak. Jakarta : Salemba Medika
Hal. 18
Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi Edisi 2 Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta
: EGC Hal. 20-22
Ariyanti, S. 2011. Perbedaan Berat Badan Bayi yang di Beri Asi Eksklusif dan Asi
Non Eksklusif di Desa Gentan Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang. Skripsi Ngudi Waluyo
Arisman. 2007. Buku Ajar Ilmu Gizi Edisi 1 Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta
: EGC Hal. 25-26
Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI lokalP). Bersumber dari http;//,A-ww.depkes.org.Id
Depkes RI. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
http://www.depkes.go.id/ Asuhan Kebidanan Nifas
downloads/PP%20ASI.pdf Diakses tanggal Rabu tanggal 9 Oktober
2013
Endang . 2009. Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi
Bayi 6-12 Bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Tahun 2007.
(Tesis). Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Depok.
Fida dan Maya.2012.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak.Jogjakarta:D-Medika Hal.
105-120
Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Hal. 20-22
Haris, S. 2011. Perbedaan Dampak Pemberian Nutrisi Asi Eksklusif dan Non
Eksklusif Terhadap Perubahan Antropometri dan Status Imunitas Bayi.
Di RSUD Al Ihsan Jawa Barat. (Tesis). Program Studi Magister
Keperawatan. Universitas Indonesia, Depok.
Husaini. 2005. Gizi Anak. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi,
Departemen Kesehatan RI Hal. 18-22
Istianty dan Ruslianti. 2012. Gizi Terapan. Bandung : Rosda Hal. 88
Khasanah, N.2011.Asi Atau Susu Formula Ya?.Jogjakarta:Flashbook Hal. 55-67
Marmi.2012.Asi Saja Mama…Karena Aku Bukan Anak Sapi.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar Hal. 77-72
Maryunani, A.2002.Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : CV Trans
info Media Hal. 52
Notoatmodjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Baru. Jakarta : Rineka
Cipta Hal. 67-71
Nugroho. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta : Nuha Medika Hal. 55
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi
Keperawatan .Jakarta:Salemba Medika Hal. 44-47
Penelitian
Ilmu
Nikita.2012.http://female.kompas.com/read/2012/12/24/08400831/Dampak.Memb
erikan.MPASI.Terlalu.Dini.atau.Terlambat. diakses Jumat tanggal 22
November 2013
Prasetyawati, A. (2012). Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)- dalam Millennium
Development Goals (MDGs). Yogyakarta : Nuha Medika Hal 52-55
Rusli. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : PT Niaga
Swadaya Hal. 15-25
Sabri dan Hastono. 2008. Edisi Revisi Statistik Kesehatan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada Hal. 35
Santoso dan Ranti. 2009. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Asdi Mahasatya. Hal. 5672
Sari, E. 2011. Hubungan Pola Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Bayi Usia
0-12 Bulan di Wilayah Pesisir kecamatan Tallo Kota Makasar.
Bersumber dari :http://respitory.unhas.ac.id/handle/12345678/54810
diakses tanggal 2 Januari 2014
Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC . Hal. 54-60
Sri, W. 2013. Hubungan Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) dengan Status Gizi Bayi Usia 0-12 Bulan di Kelurahan
Karangjati Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Skripsi Ngudi
Waluyo
Suhardjo. 2007. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Hal. 77
Sugiyono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Hal. 55-60
Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.Yogyakarta : Graha
Ilmu Hal. 45-55
Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Hal. 70-82
Suryoprajogo, Nadine. 2009. Keajaiban Menyusui. Jakarta : Keyword Hal. 34-38
Suririnah. 2010. Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Hal. 23-32
UNICEF, (2006). Kesehatan Ibu dan Anak. Pernyataan UNICEF : ASI Eksklusif
Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia.
http://isti19cantix.wordpress.com/2007/06/28/asi-eksklusif-tekanangkakematian-bayi/ Diakses tanggal 14 Oktober 2013
Waryana.2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama Hal. 24-30
Wantania, J.M. 2008. Infeksi Respitory Akut. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi
Pertama. Jakarta : IDAI Hal. 42-44
Wita. 2012. Hubungan pendidikan dan Pengetahuan Ibu hamil Tentang ASI
Eklusif manfaat ASI eklusif dengan motivasi ibu memberikan ASI
eklusif di Pukesmas Candilama Kota semarang tahun 2012.
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Responden
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Sherly Angellina
NIM
: 030112b068
Adalah mahasiswa Program Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran yang akan melakukan penelitian dengan judul “ Perbedaan Status Gizi
Pada Bayi yang Diberi ASI Ekslusif dan MP-ASI Dini di Kelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi anda sebagai
responden, kerahasissn semua informasi yang didapat akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika anda telah menjadi responden dan
terjadi hal-hal yang memungkinkan untuk mengundurkan diri, maka anda
siperbolehkan mengundurkan diri untuk tidak ikut serta dalam penelitian ini.
Apabila anda menyetujui, maka saya kesediaannya untuk menandatangani lembar
persetujuan dan menjawab pertanyaan yang saya buat. Atas perhatian dan
kesediaan anda saya ucapkan terimakasih.
Ungaran,
Februari 2014
Peneliti
(Sherly Angellina)
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama (inisial)
:………………….
Umur
:………………….
Alamat
:…………………
Dengan ini saya sadar, sukarela dan tidak ada unsur tekanan dari siapapun,
menyatakan menjadi responden penelitian yang berjudul “Perbedaan Status Gizi
Pada Bayi Yang Diberi Asi Eksklusif dan MP-ASI dini di kelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang” dan bersedia menjawab pertanyaan
yang diajukan sesuai dengan yang sebenarnya.
Saya telah menerima penjelasan mengenai tujuan dan prosedur penelitian yang
akan dilakukan. Saya akan bertanggung jawab atas keputusan saya dan tidak akan
menuntut dikemudian hari.
Ngempon,
Februari 2014
Responden
(…………………)
LEMBAR PENELITIAN
PERBEDAAN STATUS GIZI PADA BAYI YANG DIBERI ASI
EKSKLUSIF DAN MP-ASI DINI DI KELURAHAN NGEMPON
KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2014
No responden
:
Tanggal
:
Tempat
:
Nama bayi (inisial)
:
Usia
:
BB bayi
:
Panjang badan
:
PENGUKURAN PEMBERIAN ASI
1. Apakah bayi ibu hanya diberikan ASI saja dari usia 0-6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah ibu pernah memberikan makanan tambahan seperti pisang, bubur
susu, biscuit, bubur dan nasi tim pada bayi selama usia 0-6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
Download