pengaruh budaya masyarakat pedesaan dalam

advertisement
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat kepada kita semua,
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah Antorpologi yang berjudul “Pengaruh Budaya
Masyarakat Pedesaan Dalam Upaya Penerapan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat”
Tim Penulis menganggap bahwa penerapan Nilai-nilai Prilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
dicanangkan secara Nasional oleh Kementrian Kesehatan, di dalam Kehidupan Masyarakat Pedesaan
masih sangat jauh dari harapan. Itu menjadi tugas kita bersama menggali apa yang menjadi
penyebab sehingga masyarakat kita masih jauh dari prilaku hidup bersih dan sehat dalam
kesehariannya. Sehingga apa yang menjadi cita – cita Pemerintah dan tentunya juga merupakan
harapan kita bersama agar tercipta masyarakat Indonesia yang sehat bisa terwujud.
Tim penulis sangat menyadari bahwa di dalam penulisan Makalah ini masih jauh dari sempurna, baik
dari materi maupun cara penulisan. Namun denikian, kami telah berupaya maksimal dengan
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dengan
kerendahan hati dan tangan terbuka, tim penulis mengharapkan masukan, saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita semua,
terima kasih.
Selong, Oktober 2013
Tim Penulis
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain membawa dampak positif juga tidak
sedikit membawa dampak negatif. Perubahan pola pikir, prilaku masyarakat juga ikut
berpengaruh. Tentunya dengan tingkat pengetahuan yang beraneka ragam, berdampak pada
berbagai pola prilaku masyarakat dalam kesehariannya maupun tatanan sosial budaya
masyarakat. Dalam hal ini bidang kesehatan sering dipengaruhi oleh norma dan budaya yang
dianut masyarakat yang bermukim di suatu tempat tertentu. Diperlukan pemahaman yang baik,
sehingga kita bisa menyaring perkembangan kehidupan mana yang patut diambil dan yang
tidak.
Prilaku kehidupan sosial budaya masyarakat sangat mempengaruhi bagaimana pencapaian
derajat kesehatan masyarakat tersebut. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat
merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu
perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif
maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangat erat. Budaya suatu masyarakat mempengaruhi
paradigma sehat. Di dalam penerapan hidup sehat tindakan preventif lebih dikedepankan
daripada tindakan kuratif. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak masyarakat yang
berprilaku tidak sehat seperti tidak mencuci tangan dengan sabun, BAB sembarangan, merokok,
pemberian ASI tidak eksklusif, sifat konsumtif yang merupakan salah satu dampak dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa masyarakat untuk mengkonsumsi
makanan instan atau siap saji yang beresiko terhadap kesehatan dan lainnya.
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012 tentang keadaan prilaku
masyarakat yang berpengaruh terhadap kesehatan dengan beberapa indikator seperti
diantaranya :
1. Persentase penerapan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat desa/kelurahan menurut Provinsi
di Indonesia tahun 2012 secara Nasional mencapai 14,41 % ( masih sangat rendah),
kemudian desa/kelurahan yang telah melaksanakan STBM terbesar di Provinsi NTB 86,69 %,
terendah di Provinsi DKI Jakarta 0,75 %.
2. Persentase pencapaian Rumah Tangga Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat tahun 2012
tertinggi di Provins Jawa Tengah 76,42 %, terendah di Provinsi Papua Barat 25,50 %, dan
secara Nasional mencapai 56,70 %.
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
2
Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa masih banyak daerah yang yang belum
sepenuhnya mencapai derajat kesehatan yang kita harapkan bersama. Tentunya dengan
berbagai penyebab sehingga kami tertarik untuk mengangkat masalah ini di dalam sebuah
makalah yang difokuskan pada keterkaitan Prilaku kehidupan Sosial Budaya Masyarakat dalam
Penerapan Nilai-Nila Prilaku Hidup Sehat di struktur masyarakat paling bawah yaitu masyarakat
pedesaan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk Prilaku Kehidupan Sosial Budaya masyarakat pedesaan?
2. Pengertian sehat dan apa saja indikator Prilaku Hidup Bersih dan Sehat?
3. Bagaimana hubungan dan pengaruh Prilaku Kehidupan Sosial budaya masyarakat pedesaan
dalam Penerapan Nilai-nilai Prilaku Hidup Bersih dan Sehat?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bentuk atau tatanan Prilaku Kehidupan Sosial Budaya masyarakat Pedesaan.
2. Mengetahui Inidikator-Indikator Prilaku Hidup Bersih dan Sehat
3. Mengetahui apa hubungan dan pengaruh Prilaku Kehidupan Sosial Budaya masyarakat
Pedesaan dalam Penerpan Nilai-Nilai Prilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Desa
Desa berdasarkan etimologi berasal dari Bahasa Sanskerta yaitu Deshi yang artinya “Tanah
Kelahiran” atau “Tanah Tumpah darah”. Selanjutnya dari kata Desa itu, merupakan istilah yang
menunjukkan “Suatu wilayah hukum di Jawa pada umumnya” ( Soetardjo, 1984). Desa menurut
pendapat beberapa ahli diantaranya salah satunya oleh William (1953) berpendapat bahwa “A
Village is a total organization of social life within a limited area” (Dikutip dari Buku “ Sosiologi
Kota Dan Desa, Drs. Safari Imam Asy’ari”). Adapun pendapat tokoh Indonesia tentang Desa,
antara lain dari Soetardjo Kartohadikusuma yang dikutipkan dari Prof. Bintarto yaitu “Desa
merupakan kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa
mengadakan pemerintahan sendiri”.
Karakteristik masyarakat desa berbeda dengan masyarakat kota, yang mempengaruhi prilaku
keihdupan sosial budaya masyarakat desa tersebut. Dalam kehidupan masyarakat desa sering
terjadi konflik dan persaingan disebabkan karena memegang teguh adat istiadat yang dianut,
sehingga berinteraksi lebih luas terdapat miss komunkiasi yang terjadi. Dalam hal bekerja
masyarakat desa memiliki semangat kerja yang keras karena keterbelakangan ekonomi yang
dialami. Masyarakat desa di Indonesia memang dapat dikatakan sebagai masyarakat yang
memiliki kondisi ekonomi terbelakang dan masih harus dikembangkan dengan berbagai cara.
Masyarakat desa juga memilki jiwa tolong menolong, gotong royong yang tinggi. Seorang
Antropolog terkenal M. Mead pernah menganalisa bahan dari 13 masyarakat yang tersebar di
berbagai tempat di dunia untuk meneliti sampai dimanakah ketiga belas masyarakat tersebut
menunjukkan dalam kebudayaan dan adat istiadatnya yaitu jiwa gotong royong, jiwa
persaingan, dan jiwa individualis. Terbukti bahwa lepas dari sifat terpencil, atau terbuka dari
lokasinya, lepas dari mata pencaharian hidupnya, lepas dari sifat sederhana atau kompleks dari
masyarakatnya, dari antara 13 masyarakat itu ada 6 orang yang menilai tinggi jiwa gotong
royong, 3 yang menilai tinggi jiwa persaingan, sedangkan 4 yang menilai tinggi individualisme
(M. Mead, 1961) dikutip dari “Sosiologi Pedesaan Sajogyo Pudjiwati Sajogyo”. Selain itu jiwa
musyawarah, jiwa sederhana, jiwa memegang teguh mitos masih melekat dalam karakteristik
masyarakat pedesaan yang mempengaruhi Prilaku kehidupan sosial budaya mereka. Tentunya
juga secara lebih spesifik mempengaruhi pandangan, pemahaman, dan prilaku masyarakat desa
terhadap prilaku hidup bersih dan sehat yang coba penulis bahas dalam makalah ini.
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
4
2.2. Pengertian Sehat
Hidup sehat merupakan suatu upaya preventif di dalam lingkungan masyarakat yang tentunya
dimulai dari struktur terkecil dari suatu komunitas yaitu keluarga. Dimana jika hidup sehat
sudah diterapkan dengan baik oleh setiap keluarga maka kehidupan sehat dalam lingkup yang
lebih luas yaitu dalam komunitas masyarakat dapat terwujud pula.
Dengan karakteristik masyarakat dan situasi sosial budaya, ekonomi yang ada di masyarakat
pedesaan sepertinya pencapaian penerapan Prilaku Hidup Sehat di masyarakat pedesaan perlu
menjadi tujuan utama dan mendapat perhatian lebih khsusus. Masyarakat pedesaan masih
sangat kurang memahami apa itu sehat dan apa saja indikator Prilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Sehat menurut UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan
yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa
merupakan bagian integral kesehatan. Menurut WHO, Hidup Sehat itu sebagai suatu keadaan
sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Oleh para ahli
kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi
perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama
tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena
penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran
normalnya secara wajar.
2.3 Indikator Prilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat ( Promosi Kesehatan Kemenkes RI ). PHBS
itu jumlahnya banyak sekali, bisa ratusan. Misalnya tentang Gizi: makan beraneka ragam
makanan, minum Tablet Tambah Darah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan
balita Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada
tempatnya, membersihkan lingkungan. Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan
semua perilaku kesehatan.
Keluarga memilik peranan yang sangat penting dalam pencapaian kesehatan masyarakat secara
menyeluruh dalam sebuah komunitas tersebut. Melalui penerapan Prilaku Hidup Bersih dan
Sehat yang yang baik oleh setiap keluarga maka secara tidak langsung berdampak pada
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
5
kesehatan masyarakat. Karena dalam hubungan sosial sehari – hari dalam setiap keluarga
terjadi komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga yang menjadi langkah awal penting
pendidikan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat antar masyarakat.
Terkait dengan masyarakat pedesaan penerapan prilaku hidup bersih dan sehat tidak semudah
yang dibayangkan bisa terlaksana dengan baik karena dipengaruhi oleh kehidupan sosial budaya
yang sudah lama dianut oleh masyarakat pedesaan. Kehidupan sosial budaya yang berpengaruh
terhadap paradigma sehat. Sehingga Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan
menerapkan beberapa Indikator Prilaku Hidup Bersih dan Sehat yang perlu dijadikan acuan
masyarakat dalam kesehariannya menjalankan aktivitas. Prilaku Hidup Sehat diseragamkan oleh
Pemerintah berupa beberapa indikator yang ditetapkan untuk mempercepat, menyeragamkan
dan memfokuskan pencapaian Hidup sehat pada seluruh lapisan masyarakat dengan berbagai
kehidupan sosial budaya yang dimiliki.
Berikut data pencapaian Prilaku Hidup Sehat dalam rumah tangga oleh Kementerian Kesehatan
tahun 2012
Gambar 1
Sumber : Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, Tahun 2012
Melihat data tersebut memang sudah mendekati target pencapaian yang telah ditetapkan
sebelumnya, tetapi jika kita perhatikan pencapaian tersebut tidak merata dari setiap provinsi.
Berikut kami akan membahas secara rinci indikator – indikator yang ada dalam Penerapan
Prilaku Hidup sehat. Sehingga dalam pencapaian Prilaku hidup Bersih dan Sehat bisa terwujud
dengan cepat dan menjadi suatu nilai yang mengakar dalam kehidupan masyarakat yang
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
6
menyebabkan secara otomatis masyarakat dengan kesadaran diri selalu berprilaku hidup sehat.
Karena jika dikaitkan dengan karakteristik masyarakat pedesaan, diperlukan alasan – alasan
yang rasional sehingga masyarakat pedesaaan mau mengikuti, menerapkan hal yang masih
bersifat baru bagi mereka serta yang membuat mereka meninggalkan berbagi mitos, kebiasaan,
sugesti yang selama masyakat pedesaan itu miliki. Beberpa mitos tersebut seperti menganggap
penyakit itu timbul akibat guna-guna sehingga masyarakat itu pergi ke dukun, menganggap jika
sakit perut ada gangguan yang harus diurut atau dipijat oleh dukun dimana hal itu sangat
berbahaya bagi kondisi organ – organ di perut yang mendapatkan tekanan fisik oleh dukun dan
lainnya. Berikut Indikator Prilaku Hidup Bersih dan Sehat :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Yang dimaksud tenaga kesehatan disini seperti
dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa
masyarakat yang masih mengandalkan tenaga non medis untuk membantu persalinan,
seperti dukun bayi. Selain tidak aman dan penanganannya pun tidak steril, penanganan
oleh dukun bayi inipun dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan
bayi. Berikut data pertolongsn persalinan oleh Tenaga Kesehatan dari tahun 2004-2012
bersumber dari Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013.
Gambar 2.
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
7
2. Memberi bayi ASI Eksklusif : Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI Eksklusif
yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi mulai usia nol
hingga enam bulan. Air Susu Ibu (ASI) terbukti secara ilmiah menjadi makanan terbaik bagi
bayi karena ASI ialah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup
dan sesuai dengan kebutuhan bayi sehingga tumbuh kembangnya dapat berjalan optimal.
Pemberian ASI pada bayi sangatlah penting sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan tanpa
tambahan makanan atau susu formula lainnya. Pemberian ASI selama 6 bulan tersebut
tersebut dikenal sebagai ASI Ekslusif dan telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Bayi sejak lahir usia 0-6 bulan
hanya perlu diberi ASI saja karena ASI sudah memenuhi seluruh kebutuhan bayi. Apabila
ada alasan medis atau Ibu sakit sehingga Ibu tidak lagi dapat memberikan ASI, maka dengan
terpaksa susu formula dapat diberikan kepada bayi. Selain susu formula, bayi yang tidak
bisa mendapatkan ASI dari Ibu kandungnya berhak mendapatkan ASI dari pendonor ASI
dengan mempertimbangkan aspek agama, sosial budaya, mutu, dan keamanan ASI.
Rasulullah SAW bersabda : “Tidak Ada Yang Lebih Baik ( Unggul ) Daripada Air Susu Ibunya
( ASI )” ( HR. Ar-Ridha). ASI memiliki kelebihan dari susu formula daintarnya :
a) Mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi.
b) Mengandung zat kekebalan tubuh untuk mencegah bayi dari berbagai penyakit
infeksi (yang tidak ada di susu formula).
c) Melindungi bayi dari alergen.
d) Aman dan terjamin kebersihannya karena langsung disusukan kepada bayi
dalam keadaan segar.
e) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan, dan pernafasan.
f)
Tidak akan pernah basi karena mempunyai suhu tubuh.
g) Disajikan dengan cara yang mudah, cepat, kapan saja dan di amana saja.
h) Menguatkan kasih sayang antara Ibu dan bayi.
i)
ASI tidak dapat digantikan oleh susu formula.
j)
Tidak memerlukan biaya.
Kebaikan Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi sudah terbukti dan tidak perlu diragukan lagi
pemberiannya baik secara ekslusif selama 6 bulan maupun secara penuh hingga anak
berumur 2 tahun. Selain itu, pemberian ASI juga dapat mendukung keberhasilan indikator
pembangunan kesehatan khususnya penurunan angka kematian bayi dan peningkatan
status gizi masyarakat. Oleh karena itu, semua pihak wajib menyadari dan mendukung
pemberian ASI kepada bayi terutama keluarga.
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
8
Gambar 3
Data Cakupan Pada Bayi ASI Eksklusif 0-6 Bulan Menurut Provinsi 2012
( Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI )
3. Menimbang Balita setiap bulan : Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan dimaksudkan
untuk memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan. Penimbangan ini dilaksanakan
di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan
penimbangan, catat hasilnya di buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui
perkembangan dari Balita tersebut. Sehingga pengontrolan terhadap tumbuh kembang anak
bisa dilaksanakan dengan baik . Selain itu di Posyandu, anak juga mendapatkan imunisasi
sesuai tingkatan usianya.
4. Menggunakan Air Bersih : Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak,
mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak mengandung
kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
5. Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat
menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga
tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap kali sebelum makan dan melakukan
aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air
besar, sebelum memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi.
6. Gunakan Jamban Sehat : Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni
tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga dan
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
9
tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan,
dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi udara yang cukup, lantai
kedap air, tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di
lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang
ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah
seperti talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup).
8. Makan buah dan sayur setiap hari : Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena
banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi
tubuh.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari : aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan
lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik,
mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang
hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan
kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan lain-lainnya.
10. Tidak merokok terutama di dalam rumah/ruangan tertutup : Di dalam satu puntung rokok
yang diisap, akan dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah
nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok (perokok
aktif), terlebih di dalam rumah, maka asap yang dihasilkan dari rokok tersebut tidak hanya
berbahaya bagi perokok itu sendiri, melainkan juga orang-orang disekitarnya (perokok pasif)
yang tentu saja berefek buruk bagi kesehatan.
Itulah indikator Prilaku Hidup Bersih dan Sehat yang dicanangkan oleh pemerintah dalam
mencapai derajat kesehatan yang tinggi.
2.4. Hubungan dan Pengaruh Budaya Masyarakat Pedesaan Dalam Upaya Penerapan Prilaku
Hidup Bersih dan Sehat
Kebiasaan yang dianut dan telah lama di dalam suatu masyarakat sangat sulit untuk dirubah ke
arah yang lebih baik jika kebiasaan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Seperti dalam hal ini anjuran Pemerintah dalam kesehatan sebagai upaya menciptakan
masyarakat yang sehat. Berbagai kebiasaan masyarakat yeng telah mengakar dan membudaya
dalam hal kesehatan tentunya tidak semuanya bisa dikatakan baik dan tidak semuanya juga bisa
dikatakan tidak baik. Tetapi di dalam masyarakat lebih sering menyikapi berbagai permasalahan
kesehatan yang menjangkitnya dengan berbagai cara dan tindakan seperti berobat ke dukun,
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
10
beranggapan bahwa penyakit itu datang karena ada guna-guna, Timbulnya penyakit sebagai
pertanda Contoh Demam atau diare yang terjadi pada bayi dianggap pertanda bahwa bayi
tersebut akan bertambah kepandaiannya, seperti sudah bisa untuk berjalan sehingga banyak
masyarakat yang mengabaikan penyakit mencret yang diderita anaknya. Pada sebagian
penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di
malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat
yang disegani digunakan sebagai obat malaria, bersalin atau melahirkan ke dukun dan lainnya.
Semua kebiasaan itu tidak bisa serta merta dikatakan tidak baik, tetapi jika dilihat dari sisi medis
bahwa segala penyakit itu memilki penyebab dan proses perjalanan sehingga menjadi sebuah
penyakit. Sehingga di dalam pengobatan yang diberikan secara medis bersifat rasional selain
unsur sugesti yang dimiliki oleh seorang pasien. Tetapi kebiasaan yang dimilki masyarakat dalam
melakukan pengobatan bisanya lebih didasari atas sugesti, tidak rasional, dan tidak steril.
Seperti yang menganggap penyakit itu ada karena guna-guna sebagai sebuah sugesti yang
merupakan pemikiran tidak tepat, demam atau diare pada bayi dianggap pertanda bahwa bayi
akan bertambah kepandaiannya sebuah pemikiran akan proses perjalanan penyakit yang tidak
rasioanl, bersalin di dukun yang merupakan tindakan yang kurang baik karena salah satunya
jauh dari steril dalam proses persalinan yang dilaksanakan, dan lainnya.
Budaya atau kebiasaan –kebiasaan yang dimiliki masyarakat tersebut sangat mempengaruhi
penerapan Prilaku Hidup Bersih dan sehat yang dicanangkan Pemerintah. Dalam kehidupan
sehari-hari budaya atau kebiasaan masyarakat mempunyai hubungan dan pengaruh akan
terciptanya Prilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyrakat. Banyak faktor yang mempengaruhi
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat. Menurut Blum(1974) yang dipetik dari
Notoadmodjo(2007), faktor lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat manakala factor prilaku pula merupakan faktor
yang kedua terbesar. Disebabkan oleh teori ini, maka kebanyakan intervensi yang dilakukan
untuk membina dan meningkatkan lagi kesehatan masyarakat melibatkan kedua faktor ini.
Menurut Notoadmodjo juga mengatakan mengikut teori Green(1980), perilaku ini dipengaruhi
oleh 3 faktor utama, yaitu:
1.
Faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianuti masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi
dan sebagainya.
2.
Faktor pemungkin yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat contohnya fasilitas pelayanan kesehatan.
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
11
3.
Faktor penguat pula mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang dipandang tinggi
oleh masyarakat contohnya tokoh masyarakat dan tokoh agama, sikap dan perilaku para
petugas yang sering berinteraksi dengan masyarakat termasuk petugas kesehatan. Selain
itu, faktor undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan kesehatan juga
termasuk dalam faktor ini.
Faktor – faktor yang ada tersebut dan berbagai kebiasaan masyarakat pedesaan sangat
mempengaruhi penerapan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat dipengaruhi banyak faktor dan juga karena kebiasaan
– kebisaan masyarakat yang mengakar dan membudaya yang tidak sedikit menyimpang dari
prinsip sehat. Permasalahan yang ada sangat kompleks membuat upaya penerapan Prilaku
Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat sangat sulit diharapkan secara total. Perlu beberapa
langkah yata untuk membuat masyarakat pedesaan mau menerapkan PHBS dengan konsisten.
Langkah nyata tersebut diantaranya lebih sering melakukan promosi atau penyuluhan hidup
sehat kepada masyarakat agar secara perlahan pola pikir yang dijadikan budaya bisa dirubah ke
arah yang lebih baik, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap, dan lainnya.
Jika dilihat dari data yang ada sebagai gambaran kita, ini menjadi tugas kita bersama untuk
membudayakan hidup sehat di semua kalangan masyarakat baik itu masyarakat kota lebih-lebih
masyarakat desa yang bisa dikatakan tertinggal dalam segala hal.
3.2 Saran
Masyarakat secara umum harus ikut bersama terlibat mendukung pemerintah dalam upaya
menciptakan masyarakat berprilaku hidup bersih dan sehat dari semua unsur, golongan,
budaya, suku, agama, ras masyarakat tersebut. Baik itu masyarakat yang tinggal di perkotaan
maupun masyarakat yang tinggal di pedesaaan untuk kita sama – sama menciptakan suasana
kehidupan sosial yang penuh dengan prilaku hidup bersih dan sehat. Dengan menjadikan PHBS
sebagai budaya dalam kehidupan sehari – hari sehingga secara tidak langsung budaya sehat
yang dijadikan acuan yang telah mengakar dan tidak sesuai dengan prinsip hidup sehat
sebenarnya, bisa dihilangkan.
Pengantar Antropologi Sosial Budaya
13
Download