Perkembangan Fisik dan Kognitif Anak Usia 1-3 tahun Olivia Tjandra Waluya, M. Si., Psi Perjalanan hidup seorang individu dimulai ketika ia lahir ke dunia ini. Suasana rahim yang begitu nyaman, terputus tiba-tiba ketika seorang bayi lahir dan merasakan dinginnya ruang persalinan. Seketika bayi itu menangis kencang, pertanda eksistensi di dunia ini sekaligus bahwa ia sudah dapat bernafas sendiri dan ia sehat. Saat lahir volume otak bayi hanya seperempat atau sepertiga volume otak manusia dewasa. Namun demikian, seiring dengan begitu cepatnya perkembangan seorang bayi, terutama saat 3 bulan awal kehidupannya, saat mencapai usia 6 tahun bayi sudah memiliki ukuran otak yang hampir sama dengan manusia dewasa. Walaupun demikian, tentu saja bagian dan fungsi otak bayi masih terus berkembang hingga masa dewasa. ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi, terutama hingga bayi berusia 6 bulan. Begitu banyak manfaat Asi diantaranya mengurangi kemungkinan bayi terkena kematian mendadak setelah kelahiran, mengurangi kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi dan obesitas, bahkan menurut beberapa penelitian, bayi yang minum ASI memiliki nilai lebih tinggi pada hasil ujian di sekolahnya. Berdasarkan penelitian-penelitan mengenai ASI, mulai tahun 1991, rumah sakit di seluruh dunia menggencarkan program memberikan ASI pada bayi, bahkan ada program rooming in, yaitu sebuah program yang mana setelah bayi lahir langsung ditempatkan sekamar dengan ibunya. Indonesia beberapa tahun terakhir juga telah menggencarkan program IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Pada IMD, segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan pada dada ibu untuk mencari puting susu dan mulai belajar menyusu. Bahkan lebih hebat lagi, sekitar awal tahun 2016 saya pernah melihat suatu acara, di mana pada acara tersebut ditampilkan tayangan ayah yang juga berusaha menjalin kedekatan pada bayi yang baru lahir. Caranya adalah dengan meletakkan bayi pada area dada ayah sesaat setelah dilakukan IMD. Bila bayi mendapatkan asupan gizi dan stimulasi yang tepat saat 5 tahun pertama kehidupannya (golden age), serabut syaraf pada otak bayi akan berkembang rimbun, apalagi apabila pembelajaran yang diberikan pada bayi terstruktur dan rapi. Otak adalah organ tubuh yang penting, karena semua instruksi dalam tubuh kita berasal dari otak. Selain terdapat cerebellum (otak kecil) yang mengatur koordinasi motorik dan keseimbangan tubuh kita, pada otak juga terdapat (otak besar) yang menjalankan fungsi lateralisasi. Belahan otak sebelah kiri lebih berfungsi untuk bahasa dan berpikir logi, sementara belahan otak kanan lebih terfokus pada fungsi spasial dan visual, spt: membaca peta, dan menggambar. Untuk menghubungkan otak belahan kiri dan kanan terdapat corpus callosum (CC) yaitu jembatan penghubung otak bagian kanan dan otak bagian kiri, yang mana mereka dapat berbagi informasi dan perintah. CC berkembang sangat cepat pada usia dini hingga usia 10 tahun. Melakukan senam otak, dapat mengaktifkan belahan otak kiri dan kanan serta CC secara lebih optimal. Selain perkembangan kognitif, pada 5 tahun pertama kehidupanya, bayi juga mengalami perkembangan motorik yang sangat cepat. Bahkan organ sensoris bayi sudah terbentuk saat masih di dalam kandungan. Ini terbukti dari respon bayi saat mendengar suara ayah atau ibunya memanggil saat masih di kandungan. Sentuhan adalah respon sensoris yang pertama berkembang, sementara penglihatan adalah yang paling akhir berkembang. Saat bayi lahir banyak gerakan refleks yang bayi lakukan, antara lain rooting reflex (yaitu refleks menghisap) yang memungkinkan bayi belajar menyusu pada ibu. Apabila refleks merupakan gerakan yang berlangsung secara otomatis, maka berjalan dengan waktu bayipun belajar untuk melakukan gerakan-gerakan yang bertujuan. Pendekatan psikometrik mempelajari mengenai Intelligent behavior yaitu perilaku dilakukan untuk mencapai tujuan, dan adaptif, sehingga individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tes intelegensi pada bayi yang digunakan umumnya adalah Bayley Scales of infant and Toddler Development ( tes untuk bayi usia 1 bulan hingga 3 ½ tahun dalam hal kemampuan kognitif, berbahasa, motorik, sosial-emosional, kemampuan beradaptasi) dan HOME (pengukuran intelegensi pada anak yang mana peneliti mewawancarai pengasuh utama anak dan memberi tanda (V) pada hal-hal yang mencakup stimulasi dan dukungan intelektual pada anak di rumah). Dari pendekatan behaviorisme dipahami bahwa classical conditioning dan operant conditioning banyak digunakan bayi dalam proses belajar. Bahkan menurut Freud, bayipun memiliki ingatan tetapi ingatan tersebut ditekan ke alam bawah sadarnya karena adanya peristiwa yang tidak menyenangkan sehingga terjadi infantile amnesia (lupa apa yang terjadi pada masa bayi). Percobaan Collier menguatkan pemikiran Freud tersebut. Mempelajari kognisi manusia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran Piaget. Menurut Piaget, sejak lahir hingga usia 2 tahun, perkembangan kognis manusia berada pada tahap sensorimotor, yaitu tahap dimana bayi belajar mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya melalui perkembangan sensoris dan motoriknya. Terjadi perubahan pada bayi, yang semula perilakunya semata hanya refleks, menjadi perilaku yang bertujuan. Selanjutnya perkembangan kognitif bayi masuk pada tahap preoperational, yang ditandai dengan lebih kayanya kemampuan kognitif yang terjadi pada bayi, seperti kemampuan represantional, object permanence, serta causality (dapat dibaca pada materi ppt). Perkembangan bahasa juga berlangsung sangat cepat. Pada usia 2 tahun, diharapkan anak sudah dapat mengucapkan minimal 2 kata yang membentuk kalimat, misal: “mau makan”. Demikianlah begitu kayanya perkembangan pada anak usia 1- 3 tahun, dan sudah selayaknya orangtua memberikan perhatian yang besar untuk memberikan stimulasi dan interaksi yang bermakna untuk perkembangan anak, agar perkembangan fisik, kognisi, dan bahasa anak menjadi optimal.