Mengenali Kandungan Dalam Susu Formula Anak Meski tampak sepele, memilih susu formula untuk anak cukup membingungkan. Selain banyak macamnya, kita kadang dihadapkan oleh berbagai informasi tentang mengenai kandungan gizi di dalamnya. Agar tak bingung, penjelasan di bawah ini bisa membantu Anda membuat pilihan yang bijak bagi pertumbuhan buah hati. Pilih sesuai usia Susu formula dibagi dalam 2 golongan usia, yaitu susu formula awal biasanya diberikan untuk bayi usia 0-6 bulan, yang tidak dapat disusui oleh ibu. Sedangkan susu formula lanjutan untuk bayi berusia 6-12 bulan. Mengapa dibedakan? Penyebabnya adalah karena kandungan gizi jenis susu formula tersebut disesuaikan dengan kemampuan pencernaan, juga kebutuhan nutrisi pertumbuhan anak . Susu formula dengan kandungan ekstra. Haruskah? Pernah dengar istilah Omega-3 DHA atau AA/ARA dan lainnya? Sebenarnya, semua kandungan gizi itu sudah ada di dalam ASI. Namun tidak semua ibu dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan anaknya dengan ASI. Agar kebutuhan nutrisi anak terpenuhi, para produsen susu formula kemudian membuat produk yang komposisinya mendekati ASI, dan menambahkan elemen nutrisi penting tersebut. Hingga saat ini, komposisi zat 'buatan' tersebut terbukti memberikan manfaat plus bagi kesehatan bayi dan anak. Namun yang perlu dipahami adalah, bahwa kandungan tambahan ini hanya akan efektif berfungsi di dalam tubuh si kecil apabila bersinergi dengan zat gizi lain. Misalnya kandungan AA-DHA akan berfungsi baik bila bersinergi dengan zat besi dalam pembentukan otak. Jadi yang terpenting dari susu tetaplah zat gizi utamanya, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Jika kebutuhan dasar gizi sudah tercukupi, maka zat ekstra ini baru akan terasa manfaatnya. Agar tak terkecoh dengan 'janji' produsen susu formula. Alangkah baiknya jika kita mengetahui apa saja kandungan tambahan pada susu formula : AA (Asam Arakidonat) - DHA (Dokosaheksaenoat) Fungsinya adalah untuk tumbuh kembang dan perkembangan saraf di otak. Zat gizi ini juga membantu pembentukan jaringan lemak otak (mylenisasi) dan menjaga interkoneksi sel-sel syaraf otak. Kekurangan kedua zat ini akan menyebabkan perkembangan fungsi mental dan intelektual anak terhambat. Karoten Berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh, memelihara sel-sel sehat dan melindungi si kecil dari bahaya radikal bebas. Selenium Jenis mineral ini dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh sekaligus berfungsi sebagai antioksidan Sphingomyelin Merupakan komponen utama dalam proses pembentukan selubung myelin otak. Selubung myelin berperan penting untuk mempercepat rangsangan antara sel syaraf. Nukleotida Meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan hifidobakteria di usus, menurunkan kejadian diare dan membantu absorpsi zat besi. Laktoferin Berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan bakteri berbahaya dengan mengikat zat besi yang dibutuhkan bakteri tersebut sebagai sumber makanan. Laktulosa Membantu meningkatkan pertumbuhan bifidobakteria atau bakteri menguntungkan dalam tubuh. Membantu kesehatan sistem pencernaan dan memperbaiki penyerapan zat gizi. Asam Linoleat (Omega 6) dan Asam Linolenat (Omega 3) Membuat lentur pembuluh darah, menghindari terjadinya vlek atau sumbatan pada pembuluh darah. FOS ( Fructo Oligo Saccharide ) Berfungsi untuk membantu meningkatkan flora usus, menekan perkembangan bakteri patogen dan meningkatkan daya tahan tubuh. Zat besi Merupakan salah satu mineral yang berfungsi untuk pembentukkan sel darah merah. Serta berperan dalam peningkatan daya konsentrasi. Probiotik Membuat kondisi usus lebih sehat, hingga proses pencernaan berjalan baik. Prebiotik Serat makanan golongan karbohidrat yang dapat merangsang pertumbuhan bakteri probiotik, terutama bifidobakteria dan laktobasilus yang bermanfaat. Prebeotik juga bisa mencegah sembelit pada si kecil.