PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATA KULIAH

advertisement
ISSN 0215-8250
IMPLEMENTASI STRATEGI SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF
DENGAN BAHAN AJAR SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN
SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS I SLTP 6 SINGARAJA
oleh
Dewi Oktofa Rachmawati.
Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui miskonsepsi, sikap ilmiah, hasil
belajar, dan respon siswa sebagai implementasi pembelajaran dengan strategi
siklus belajar empiris-induktif dengan bahan ajar. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas I SLTP 6 Singaraja tahun ajaran 2000/2001 yang jumlahnya 40 orang.
Subjek penelitian diberi pembelajaran dengan strategi siklus belajar empirisinduktif dengan bahan ajar oleh guru fisika. Miskonsepsi siswa berkaitan dengan
konsep usaha, suhu, dan pemuaian dikumpulkan melalui tes tulis bentuk uraian
dan interviu klinis, yang dianalisis dengan metode konversi skor. Data tentang
sikap ilmiah dan respons siswa dikumpulkan dengan metode kuesioner dan
dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa (1)
pembelajaran dengan strategi siklus belajar empiris-induktif dengan bahan ajar
dapat menurunkan proporsi miskonsepsi siswa, (2) pembelajaran dengan strategi
siklus belajar empiris-induktif dengan bahan ajar dapat meningkatkan kualitas
sikap ilmiah dan hasil belajar siswa, (3) respon siswa terhadap pembelajaran fisika
dengan strategi siklus belajar empiris-induktif dengan bahan ajar termasuk
katagori baik.
Kata-kata kunci : siklus belajar empiris-induktif, bahan ajar, sikap ilmiah,
miskonsepsi
ABSTRACT
This study was aimed at finding out misconceptions, learning achievement,
scientific attitude, and the students’ response as the implementation of the
empirical-inductive learning cycle with the students’ book. The subjects of this
research were 40 students of the first year of the SLTP 6 Singaraja in the academic
year 2000/2001. The subjects participated in the teaching and learning process
using the empirical-inductive learning cycle with the students’ book. The students’
misconception related to the concept of work, temperature, and thermal exspansion
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
were collected by using a written essay test and a clinical interview, and were
analyzed descriptively. The students’ achievement scores were collected by a test
and analyzed by score conversion. The data of scientific attitude and the students’
response were collected by an interview and a questionnaire and analyzed by using
descriptive method. The results of the study indicated : 1) the empirical-inductive
learning cycle with the students’ book could reduce the proportion of students’
misconception, 2) the empirical-inductive learning cycle with students’ book could
improve the quality of scientific attitude and students’ achievement, 3) students’
response to the use of the empirical-inductive learning cycle with the students’
book fell in the good category.
Key words : empirical-inductive learning cycle, students’ book, scientific attitude,
misconceptions
1. Pendahuluan
Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa SLTPN 6 Singaraja sampai
saat ini, khususnya pada pelajaran fisika, masih menjadi sorotan banyak pihak di
masyarakat. Nilai rata-rata fisika untuk siswa kelas IB untuk cawu I dan II tahun
ajaran 2000/2001 berturut-turut adalah 6,3 dengan ketuntasan 68% dan 6,2 dengan
ketuntasan 84% (Leger kelas I SLTPN 6 singaraja, 2001). Hal ini menunjukkan
bahwa prestasi belajar untuk mata pelajaran fisika belum memenuhi apa yang
diharapkan. Aktivitas serta respons siswa dalam mengikuti pelajaran fisika masih
rendah (Jurnal kegiatan belajar mengajar fisika kelas I SLTPN 6 Singaraja, 2001).
Hasil observasi dan analisis pendahuluan terhadap pembelajaran fisika
yang telah dilaksanakan selama ini menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
dapat mengarah pada penyebab rendahnya prestasi belajar siswa adalah adanya
asumsi yang keliru dari para guru pengajar fisika, yang menganggap pengetahuan
dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran pebelajar (guru).
Metode ceramah dalam pembelajaran fisika sangat tidak sesuai dengan hakikat
dari ilmu fisika yang mencakup aspek produk (ilmu), aspek proses, dan aspek
sikap yang mengarah pada terbentuknya sikap ilmiah bagi yang mempelajari
fisika.
Siswa akan mengikuti pelajaran tidak dengan kepala kosong melainkan
sudah penuh dengan pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan materi
pembelajarannya. Dengan pengalaman tersebut, pada diri siswa sebenarnya sudah
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
terbentuk intuisi mengenai peristiwa-peristiwa fisika dalam lingkungan sehari-hari
yang berkaitan dengan materi fisika yang diajarkan. Untuk mengatasinya perlu
diciptakan kondisi belajar yang kondusif. Salah satu langkahnya adalah
mengetahui konsepsi awal siswa sebelum dilakukan pembelajaran. Konsepsi awal
siswa bersifat pribadi dan sering tidak sesuai dengan konsep ilmiah ( Gustone, et
al., 1992). Prinsip belajar-mengajar di atas menurut Ratna W. D. (1989) sesuai
dengan prinsip mengajar model konstruktivis.
Menurut Anton Lawson (dalam Ratna W.D. 1989) strategi pembelajaran
model kontruktivis menggunakan Experience First Learning Cycle yang dikenal
dengan siklus belajar empiris induktif, memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengamati hubungan, menyimpulkan dan menguji penjelasan yang
mungkin ada. Implementasi siklus belajar empiris induktif ini juga dibantu dengan
bahan ajar
Bahan ajar yang berupa buku ajar adalah bahan-bahan pembelajaran yang
disusun secara sistematis yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Buku ajar mempunyai struktur dan urutan yang bersistem, tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai, rancangan kegiatan belajar mengajar,
memotivasi siswa untuk belajar, mengantisipasi kesulitan belajar, memberi latihan
yang cukup, menyediakan rangkuman, dan mempunyai mekanisme untuk
mengumpulkan umpan balik dari siswa ( Sumarsono, 1996).
Pembelajaran fisika yang hanya menekankan aspek produk tidak dapat
menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Perwujudan awal dari sikap ilmiah ditunjukkan
oleh
keinginan untuk mencari jawaban terhadap permasalahan melalui
pengamatan langsung, melakukan percobaan, menguji suatu hipotesis (Narendra
V., 1976). Siswa yang memiliki sikap ilmiah yang baik akan selalu terdorong
untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar. Menurut Peter C. Gega, seperti
disitir Sadia (1990), sikap ilmiah mencakup aspek-aspek : rasa ingin tahu, berpikir
kritis, obyektif, terbuka terhadap kritik, adanya ketekunan, dan memiliki
kemampuan menyelidiki.
Kesempatan untuk menyelidiki secara langsung konsep-konsep dan
hubungan untuk menjelaskan secara pribadi dan menafsirkan pengalaman dan
untuk mengidentifikasi ide-ide sebelumnya diurut dalam suatu siklus belajar.
Siklus belajar terdiri atas tiga fase, yaitu : fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
aplikasi konsep. Pada fase eksplorasi disediakan kesempatan bagi para siswa untuk
menyuarakan gagasan mereka yang bertentangan dan dapat menimbulkan
perdebatan dan suatu analisis mengenai mengapa mereka mempunyai gagasangagasan demikian. Fase kedua ialah pengenalan konsep, biasanya dimulai dengan
memperkenalkan suatu konsep atau konsep-konsep yang ada hubungannya dengan
fenomena yang diselidiki dan didiskusikan dalam konteks apa yang telah diamati
dalam fase eksplorasi. Fase ketiga ialah aplikasi konsep. Pada fase ini disediakan
kesempatan bagi para siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang telah
diperkenalkan untuk aplikasi konsep.
Dalam upaya menumbuh kembangkan sikap ilmiah serta meningkatkan
hasil belajar siswa, baik menyangkut proses maupun produk fisika, maka perlu
dilakukan reformasi terhadap pendekatan dan strategi pembelajaran sains di
sekolah. Salah satu strategi dalam pendidikan sains yang mungkin dapat
memberikan solusi terhadap permasalahan di atas adalah strategi siklus belajar
empiris induktif.
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi permasalahan yang
disampaikan di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian tindakan sebagai
berikut 1) Bagaimanakah kualifikasi pengetahuan awal siswa tentang konsepkonsep fisika sebelum mendapat tindakan berupa strategi belajar empiris induktif
dengan bahan ajar ? 2) Apakah startegi siklus belajar empiris induktif dengan
bahan ajar dapat mengubah miskonsepsi siswa menjadi konsep ilmiah ? 3) Apakah
strategi siklus belajar empiris induktif dengan bahan ajar dapat meningkatkan
kualifikasi sikap ilmiah siswa ? 4) Apakah hasil belajar siswa meningkat setelah
mendapat tindakan dengan strategi pembelajaran siklus belajar empiris induktif
dengan bahan ajar ? 5) Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran fisika
dengan strategi siklus belajar empiris induktif dengan bahan ajar ?
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) mendeskripsikan
dan menganalisis kualifikasi pengetahuan awal siswa tentang konsep-konsep
fisika, 2) mendeskripsikan dan menganalisis seberapa besar strategi siklus belajar
empiris induktif dengan bahan ajar dapat mengubah miskonsepsi siswa tentang
konsep-konsep fisika, 3) mendeskripsikan dan menganalisis hasil belajar siswa
setelah mendapat tindakan strategi siklus belajar empiris induktif dengan bahan
ajar, 4) mendeskripsikan dan menganalisis kualifikasi sikap ilmiah siswa setelah
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
pembelajaran dengan strategi siklus belajar empiris induktif dengan bahan ajar, 5)
mendeskripsikan dan menganalisis respon siswa terhadap pembelajaran fisika
dengan strategi siklus belajar empiris induktif dengan bahan ajar.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada beberapa pihak
1) Kepada guru fisika penelitian ini memberikan strategi alternatif yang
diharapkan dapat mengubah miskonsepsi siswa sekaligus dapat meningkatkan
hasil belajar secara optimal 2) Kepada para pengambil kebijakanpenelitian ini
memberi bahan pertimbangan dalam merancang dan mereorganisasi kurikulum,
mengembangkan program pengajaran, dan strategi pembelajaran yang efektif,
sehingga kualitas dan kuantitas hasil belajar siswa dioptimalkan.
2. Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IB SLTPN 6 Singaraja tahun
pelajaran 2000/2001 yang berjumlah 40 orang, sedangkan objek dari penelitian ini
adalah strategi siklus belajar empiris induktif dengan bahan ajar, miskonsepsi,
sikap ilmiah, hasil belajar, dan respons siswa terhadap pembelajaran fisika.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Pada siklus I
dikaji pokok bahasan usaha dan pesawat sederhana, pada siklus II dan III dikaji
suhu dan pemuaian. Masing-masing siklus mencakup beberapa tahapan, yaitu :
perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi tindakan, dan refleksi.
Tahap perencanaan tindakan meliputi : 1) menyelesaikan proses
administrasi yang terkait dengan penelitian tindakan yang akan dilakukan, 2)
menetapkan kelas yang akan dijadikan penelitian, 3) menetapkan jadwal
penelitian, 4) Perancangan strategi siklus empiris induktif dengan bahan ajar,
membuat skenario kegiatan untuk setiap siklus, 5) pembuatan instrumen berupa
tes (tes awal dan tes akhir), kuesioner.
Pelaksana tindakan di kelas adalah guru pemegang mata pelajaran fisika.
Pelaksanaan tindakannya berpedoman pada perencanaan yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah tahap pelaksanaan tindakannya adalah sebagai berikut. Pada
pertemuan pertama, siswa diberikan tes awal untuk menjaring pengetahuan awal
siswa yang berkaitan dengan pokok bahasan yang akan dikaji. Di samping tes
awal, juga diberikan kuesioner sikap ilmiah untuk menjaring kualifikasi sikap
ilmiah siswa sebelum tindakan. Langkah selanjutnya, siswa diberikan penjelasan
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
tentang pelaksanaan pembelajaran dengan strategi siklus belajar empiris induktif.
Pada pertemuan kedua dan ketiga dilaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan
strategi siklus belajar empiris induktif dengan bahan ajar dengan urutan kegiatan:
fase eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase aplikasi konsep. Pada pertemuan
keempat, dilakukan evaluasi hasil belajar dengan memberikan tes akhir. Setiap
pembelajaran guru dan dosen memonitor proses pelaksanaan tindakan. Setelah
siklus I berakhir, pada siklus pembelajaran berikutnya butir 1 sampai butir 4
dilakukan kembali dengan perbaikan-perbaikan dari siklus sebelumnya. Evaluasi
pada penelitian ini mencakup evalusi siklus, evalusi sikap ilmiah, evaluasi
penurunan persentase miskonsepsi, evalusi hasil belajar dan evaluasi terhadap
respon. Evaluasi siklus dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan. Evaluasi ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siklus tindakan yang
dilakukan dan untuk mengkaji kendala-kendala serta kelemahan-kelemahan siklus
tindakan yang dilakukan sebagai bahan refleksi. Evalusi hasil belajar dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari tindakan pada penelitian ini,
yang dilakukan pada akhir dari setiap siklus pembelajaran. Evaluasi sikap ilmiah
dan evaluasi penurunan persentase miskonsepsi dilakukan pada akhir semua siklus
pembelajaran, sedangkan evaluasi terhadap respon siswa dilakukan pada akhir
semua siklus. Berdasarkan hasil evaluasi siklus dan monitoring yang dilakukan
selama siklus pembelajaran berlangsung, maka untuk memperbaiki dan
menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya dilakukan refleksi siklus
menggunakan hasil-hasil monitoring.
Data mengenai miskonsepsi siswa dikumpulkan dengan teknik tes awal, tes
akhir dan pedoman interviu. Data tersebut dianalisis secara deskriptif
menggunakan pemetaan persentase dan distribusi miskonsepsi sebelum tindakan
dan akhir tindakan dengan indikator keberhasilan terjadinya penurunan persentase
miskonsepsi. Data mengenai hasil belajar siswa dikumpulkan dengan teknik tes
awal dan tes akhir, dan dianalisis dengan analisis kuantitatif dengan menggunakan
teknik skor raport SLTP sebagai berikut. Nilai 1 kategorinya sangat buruk ; nilai 2
buruk; nilai 3 sangat kurang; nilai 4 kurang ; nilai 5 tidak cukup ; nilai 6 cukup
; nilai 7 lebih dari cukup; nilai 8 baik; nilai 9 sangat baik ; dan nilai 10
kategorinya istimewa. Dengan indikator keberhasilan bila tercapai skor rata-rata
cukup atau lebih. Data mengenai sikap ilmiah dikumpulkan dengan teknik
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
kuesioner dan dianalisis secara deskriptif dengan kriteria keberhasilan kualitas
sikap ilmiah siswa termasuk kategori baik. Data mengenai respon siswa
dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan pedoman interviu, dan dianalisis secara
deskriptif dengan kreteria keberhasilan respon siswa dalam kategori baik.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Beberapa kualifikasi konsepsi pengetahuan awal siswa maupun konsepsi
setelah tindakan yang berkait dengan usaha pada siklus I disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kualifikasi Pengetahuan Awal Siswa dan Perubahannya pada Siklus I
No
Kualifikasi Pengetahuan Awal Siswa
soal
1
Tes Awal Tes Akhir
(%)
(%)
Seorang anak mendorong gerobak dan gerobak berpindah
sejauh 2 meter. Apakah anak melakukan usaha ?
- anak itu melakukan usaha karena anak memberikan gaya
12,5
57,5
dan gerobak berpindah sejauh 2 meter. (konsep ilmiah)
2
-
anak itu melakukan usaha karena anak memberikan gaya.
(miskonsepsi)
42,5
20
-
anak itu melakukan usaha karena gerobak berpindah .
(miskonsepsi)
37,5
12,5
-
lain-lain (tak menjawab)
7,5
7,5
0
45
42,5
30
Seorang siswa berpikir keras dalam ulangan fisika. Apakah
siswa melakukan usaha ?
-
tidak ada usaha karena tidak ada gaya dan perpindahan.
(konsep ilmiah)
-
ada usaha, karena siswa mengeluarkan gaya untuk berpikir.
-
(miskonsepsi)
tidak ada usaha karena tak ada perpindahan. (miskonsepsi)
40
17,5
-
lain-lain (tak menjawab)
2,5
2,5
Nilai maksimum sikap ilmiah siswa adalah 80, sedangkan nilai rata-rata
sikap ilmiah siswa 63,6. Ini termasuk kualifikasi cukup.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I setelah mendapatkan
tindakan adalah 6,83 dengan kategori lebih dari cukup. Daya serap siswa setelah
tindakan 67,8%, dan ketuntasan belajar setelah tindakan 82,5%.
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
Hasil observasi yang diperoleh oleh peneliti pada siklus I sebagai berikut.
1) Siswa belum terbiasa mengikuti kegiatan percobaan, namun cukup antusias. 2)
Siswa mengalami kesulitan dalam merancang percobaan sehingga pada siklus I
lebih didominasi oleh guru. 3) Perwujudan sikap ilmiah belum dimiliki oleh siswa.
4) Siswa cukup aktif dalam diskusi kelompok. 5) Keberanian siswa mengajukan
pendapat atau ide atau pertanyaan kepada guru kurang. 6) Beberapa siswa belum
memahami penyusunan laporan. 7) Anggota kelompok terlalu banyak (6-8 orang)
sehingga kegiatan percobaan belum optimal. 8) Kemampuan siswa untuk
mengaplikasikan konsep masih sangat kurang. 9) Penerapan pembelajaran dengan
strategi belajar empiris induktif dengan bahan ajar menghabiskan waktu cukup
banyak.
Perbaikan yang dilakukan sebagai refleksi pada siklus I adalah berikut ini.
1) Siswa yang mengalami miskonsepsi hendaknya mendapat perhatian serius
dalam pembelajaran. 2) Siswa diharapkan menyiapkan materi sebelum pelajaran
dimulai. 3) Memberikan kesempatan sepenuhnya kepada siswa untuk
menggunakan alat-alat laboratorium diluar jam-jam pelajaran fisika. 4) Perlu
dirancang LKS yang komprehensif 5) Perlu ditanamkan sikap ilmiah. 7) Perlunya
pertimbangan faktor waktu yang tersedia dalam penyusunan perencanaan
pembelajaran.
Kualifikasi konsepsi pengetahuan awal siswa maupun konsepsi setelah
tindakan pada siklus II disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Kualifikasi Pengetahuan Awal Siswa dan Perubahannya Pada Siklus II
No
soal
Kualifikasi Pengetahuan Awal Siswa
Tes Awal Tes Akhir
(%)
(%)
1
Apakah indra perasa (kulit) dapat menentukan derajat panas
dengan baik ?
- tidak karena indra perasa (kulit) dapat menentukan derajat
25
77,5
panas yang berbeda. (konsep ilmiah)
ya, karena indra perasa (kulit) dapat merasakan panas.
35
12,5
suhu.
30
10
merasakan
10
0
-
(miskonsepsi)
-
dapat, karena
(miskonsepsi)
indra
perasa
-
tidak, karena indra perasa
panas/dingin. (miskonsepsi)
peka
tidak
terhadap
kuat
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
2
Mengapa raksa dipergunakan untuk mengisi termometer ?,
-
raksa mudah memuai, mengkilat, peka terhadap panas,
tidak
-
membasahi dinding kaca, warnanya mengkilat sehingga
mudah dilihat,cepat menyesuaikan suhu dengan suhu
65
92,5
-
sekitarnya dan pemuaiannya teratur. (konsep ilmiah)
raksa meresap pada termometer. (miskonsepsi)
10
2,5
-
raksa menyusut bila dipanaskan. (miskonsepsi)
15
0
-
Raksa dapat mengukur suhu tubuh. (miskonsepsi)
10
5
Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II setelah mendapatkan
tindakan adalah 7,18 dengan kategori lebih dari cukup. Daya serap siswa setelah
tindakan 71,8%, dan ketuntasan belajar setelah tindakan 87,5%.
Hasil observasi yang diperoleh peneliti pada siklus II yang mengalami
perubahan dari siklus I sebagai berikut. 1) Perwujudan sikap ilmiah siswa sudah
mulai tampak, namun belum optimal. 2) Kendala waktu dalam penerapan
pembelajaran dengan strategi belajar empiris induktif dengan bahan ajar sudah
dapat diatasi.
Perbaikan yang dilakukan sebagai refleksi pada siklus I dilakukan juga
pada siklus II dengan mengkaji konsep-konsep yang betul-betul esensial dan
strategis.
Kualifikasi konsepsi pengetahuan awal siswa maupun konsepsi setelah
tindakan pada siklus III disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Kualifikasi Pengetahuan Awal Siswa dan Perubahannya Pada Siklus III
No
soal
Kualifikasi Pengetahuan Awal Siswa
1
Apabila kita memanaskan dua jenis zat cai (air dan minyak)
Tes Awal Tes Akhir
(%)
(%)
yang massanya sama dalam waktu yang sama pula, maka zat
cair lebih dulu panas adalah :
-
minyak sebab koefisien muai minyak lebih besar. (konsep
ilmiah)
32,5
-
air, karena air lebih hangat. (miskonsepsi)
12,5
0
-
air, karena air lebih cepat memuai. (miskonsepsi)
air, karena air lebih cepat panas. (miskonsepsi)
37,5
17,5
15
2,5
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
82,5
ISSN 0215-8250
2
Para tukang bangunan di dalam pemasangan kaca jendela tidak
terlalu rapat :
- sebab kalau hari panas kaca akan memuai, dengan
35
87,5
52,5
12,5
12,5
0
demikian kaca bisa pecah kalau dipasang rapat. (konsep
ilmiah)
-
supaya udara bisa keluar masuk. (miskonsepsi)
supaya memudahkan membuka jendela. (miskonsepsi)
Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus III setelah mendapatkan
tindakan adalah 7,50 dengan kategori baik. Daya serap siswa setelah tindakan
75%, dan ketuntasan belajar setelah tindakan 90,0%.
Hasil observasi yang diperoleh oleh peneliti pada siklus III sebagai berikut.
1) Siswa sudah terbiasa mengikuti kegiatan percobaan, dan siswa semakin antusias
mengikuti percobaan. 2) Siswa sudah bisa menggunakan alat dengan baik dan
dapat mengikuti petunjuk praktikum tanpa banyak bimbingan oleh guru. 3) Sikap
ilmiah siswa sudah tumbuh dan berkembang dengan baik, namun masih dapat
ditingkatkan. 4) Anggota kelompok yang cukup banyak membuat kegiatan
percobaan belum optimal. 5) Aplikasi konsep siswa pada kehidupan sehari hari
belum optimal.
Rata-rata nilai sikap ilmiah siswa adalah 76,1, termasuk kategori baik.
Nilai rata-rata respon siswa terhadap pembelajaran usaha, suhu, dan pemuaian
dengan strategi siklus belajar empiris induktif dengan bahan ajar adalah 62,5
dengan sebaran 38,3% sangat senang atau sangat baik, 40,5% senang atau baik,
19,7% cukup baik dan hanya 1,9% yang menyatakan kurang senang.
3.2 Pembahasan
Pada siklus pertama miskonsepsi siswa yang berkaitan dengan konsep
usaha berhasil dijaring sebanyak 14 tipe miskonsepsi. Pada siklus II dapat dijaring
22 tipe miskonsepsi yang berkaitan dengan konsep suhu, dan pada siklus II dapat
dijaring 22 tipe miskonsepsi yang terkait dengan konsep pemuaian. Ini
menunjukkan bahwa siswa sebelum memperoleh pelajaran disekolah telah
memiliki sejumlah gagasan atau idea yang berkaitan dengan materi pelajaran yang
akan diajarkan. Gagasan atau idea yang mereka miliki masih banyak diwarnai
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
miskonsepsi. Rata-rata miskonsepsi yang berkaitan dengan konsep usaha, suhu,
dan pemuaian berturut-turut adalah 67,5%, 56,5%, dan 56,7%. Setelah
pembelajaran dengan strategi siklus belajar empiris induktif dengan bahan ajar,
terjadi penurunan miskonsepsi masing-masing menjadi 29,6%, 15,0%, dan 15,0%.
Dengan demikian, pemberian tindakan berupa pembelajaran dengan strategi siklus
belajar empiris induktif dengan bahan ajar dapat mengubah proporsi miskonsepsi
menjadi konsepsi yang ilmiah, yaitu pada siklus I sebesar 37,8%, pada siklus II
sebesar 41,5% dan pada siklus III sebesar 41,7%. Meskipun telah diberikan
tindakan, hanya sebagian miskonsepsi siswa yang bisa dituntaskan dan sebagian
lagi miskonsepsi siswa bersifat resistan (bertahan).
Sikap ilmiah siswa sebelum tindakan termasuk kualifikasi cukup. Belum
optimalnya kualifikasi sikap ilmiah siswa ini karena selama ini pembelajaran fisika
belum menciptakan suasana yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya
sikap ilmiah siswa. Setelah diberikan tindakan pembelajaran dengan strategi siklus
belajar empiris induktif dengan bahan ajar, kualifikasi sikap ilmiah siswa termasuk
kategori baik. Adanya peningkatan kualifikasi sikap ilmiah siswa dari kategori
cukup sebelum tindakan menjadi kategori baik setelah tindakan menunjukkan
bahwa pembelajaran fisika dengan pembelajaran dengan strategi siklus belajar
empiris induktif dengan bahan ajar dapat memberikan iklim yang subur untuk
tumbuh dan berkembangnya kualitas sikap ilmiah.
Nilai rata-rata hasil belajar fisika setelah dilakukan tindakan yaitu pada
siklus I adalah 6,78 dengan kualifikasi lebih dari cukup dengan daya serap 67,8%
dan ketuntasan belajar 82,5%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa
adalah 7,18 dengan kualifikasi lebih dari cukup dengan daya serap 71,8% dan
ketuntasan belajar 87,5%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah
7,50 dengan kualifikasi baik dengan daya serap 75,0% dan ketuntasan belajar
90%. Secara deskriptif, hasil belajar siswa setelah tindakan mengalami
peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus III, baik pada nilai rata-rata, daya
serap, maupun pada ketuntasan belajar. Jadi, pembelajaran dengan strategi siklus
belajar empiris induktif dengan bahan ajar secara kualitatif cukup efektif
meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil analisis respon siswa terhadap pembelajaran fisika dengan strategi
siklus belajar empiris induktif dengan bahan ajar menunjukkan bahwa respon
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
siswa termasuk kategori baik. 98% siswa memiliki respon dan persepsi positif
terhadap pembelajaran dengan strategi siklus belajar empiris induktif dengan
bahan ajar. Siswa menyatakan sangat setuju dengan model pembelajaran ini, lebih
menarik karena pelajaran menjadi bermakna, lebih mudah dipahami, lebih
memotivasi, dan memberi peluang mengemukakan pendapat sangat banyak. Lebih
kurang 1,7% siswa yang mengungkapkan bahwa siswa kurang tertarik atau
responnya kurang terhadap pembelajaran dengan strategi siklus belajar empiris
induktif dengan bahan ajar.
4. Penutup
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan-temuan yang diperoleh dari
penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1) Variasi pengetahuan
awal siswa sangat kompleks dan sebagian besar masih diwarnai miskonsepsi
(67,5% pada siklus I, 56,5% pada siklus II, dan 56,7% pada siklus III). Dalam
penelitian ini, secara keseluruhan dijaring 56 tipe miskonsepsi dari konsep usaha,
suhu, dan pemuaian. 2) Dengan implementasi strategi siklus belajar empirisinduktif dengan bahan ajar, sebagian miskonsepsi siswa dapat diubah menjadi
konsepsi yang ilmiah, yaitu pada siklus I sebesar 37,8%, pada siklus II sebesar
41,5%, dan pada siklus III sebesar 41,7%. Sebagian lagi miskonsepsi siswa
bersifat resistan yaitu sebesar 29,6% pada siklus I dan 15,0% pada siklus II dan III.
3) Dengan implementasi strategi siklus belajar empiris-induktif dengan bahan ajar
kualitas sikap ilmiah siswa dapat ditingkatkan, yaitu dari katagori cukup sebelum
tindakan menjadi katagori baik setelah diberikan tindakan. 4) Hasil belajar siswa
setelah pembelajaran dengan strategi belajar siklus empiris-induktif dengan bahan
ajar dapat ditingkatkan dari rata-rata hasil belajar 6,78 pada siklus I menjadi 7,18
pada siklus II, dan menjadi 7,50 pada siklus III. 5) Respon siswa terhadap
pembelajaran fisika termasuk katagori positif (98,3%) dengan diterapkannya
strategi belajar siklus empiris-induktif dengan bahan ajar.
Berdasarkan temuan-temuan yang telah dikemukakan di atas disarankan
hal sebagai berikut. 1) Identifikasi dan klarifikasi konsep-konsep esensial dan
strategis hendaknya terus dilakukan secara berkesinambungan dan dikembangkan
lagi sebelum pembelajaran dimulai, yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk
merancang dan mengimplementasikan pembelajaran. 2) Pembelajaran dengan
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
ISSN 0215-8250
tindakan berupa penerapan bahan ajar yang berorientasi pada strategi siklus belajar
empiris induktif telah dapat meningkatkan kualifikasi sikap ilmiah, hasil belajar,
dan menggiring respons siswa ke arah yang lebih baik dalam pembelajaran oleh
karena itu hendaknya tindakan seperti ini dilakukan secar kontinu dan
dikembangkan terus
DAFTAR PUSTAKA
Gustone, Richard F. 1990. Children’s Science At Decade of Development in
Constructivist View of Science Teaching and Learning. ASJT. Vol. 36,
No.4
Narendra Vaidya. 1976. The Infact Science Teaching. Calcuta: Oxford & IBH
Publishing Co.
Peter C. Gega. 1977. Science In Elementry Education. Canada : John Wiley and
Sons Inc.
Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Sumarsono. 1996. Penulisan Buku Ajar. (Makalah disajikan pada Loka Karya
Penulisan Buku Ajar di STKIP Singaraja).
Sadia W. dkk. 1990. Dampak Pengajaran Fisika dengan Metode DiscoveryInquiry terhadap Sikap Ilmiah, Konsep Diri dan Sifat Mandiri, serta
Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II Jurusan A1 SMA
Negeri se Propensi Bali. Laporan Penelitian Universitas Udayana
Denpasar.
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003
Download