pembelajaran biologi dengan model berpikir induktif dan model

advertisement
PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MODEL
BERPIKIR INDUKTIF DAN MODEL PENCAPAIAN
KONSEP DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Erna Noor Savitri, S.Si, M.Pd.
Jurusan IPA Terpadu Program Studi Pendidikan IPA
Universitas Negeri Semarang
ABSTRAK
Pembelajaran sains yang baik hendaknya menciptakan suasana belajar yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan. Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang
diharapkan jika guru memberikan kesempatan siswa untuk terlibat aktif dalam
pembelajaran. Model pembelajaran dianggap mampu mengatasi kesulitan guru
melaksanakan tugas mengajar dan kesulitan belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model berpikir induktif dan model pencapaian konsep ditinjau dari
kemampuan berpikir kritis.
Penelitian menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh
siswa kelas X SMA Muhammadiyah I Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012, sejumlah
10 kelas. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sebanyak 2 kelas yaitu
kelas XE sebagai kelas eksperimen model berpikir induktif dan XF sebagai kelas
eksperimen model pencapaian konsep. Data kemampuan berpikir kritis dikumpulkan
melalui angket. Data prestasi kognitif dikumpulkan dengan menggunakan tes prestasi.
Data afektif dan psikomotor dikumpulkan dengan teknik observasi. Uji normalitas dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, uji homogenitas menggunakan metode Levenetest. Analisis data menggunakan anava dengan desain faktorial 2x2.
Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut: (1) tidak ada pengaruh model
pembelajaran yaitu model berpikir induktif dan model pencapaian konsep terhadap
prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik; (2) prestasi kognitif, afektif dan
psikomotor untuk siswa berpikir kritis tinggi lebih baik dari pada siswa berpikir kritis
rendah; (3) tidak ada interaksi antara model dengan berpikir kritis siswa.
Kata kunci : Model Berpikir Induktif, Model Pencapaian Konsep, Berpikir Kritis,
Prestasi
PENDAHULUAN
Sains dianggap menduduki posisi
penting dalam pembangunan karakter
masyarakat dan bangsa. Pembelajaran
sains tidak lain merupakan proses
konstruksi pengetahuan (sains) melalui
aktivitas berpikir anak. Dalam keadaan ini,
anak
diberi
kesempatan
untuk
mengembangkan pengetahuannya secara
mandiri melalui proses komunikasi yang
menghubungkan pengetahuan awal yang
dimiliki dengan pengetahuan yang akan
dan harus mereka temukan (Hendrawati,
2009). Proses pembelajaran tersebut
hendaknya harus mencakup tiga aspek
yang harus diperoleh oleh siswa, yaitu
keterampilan berpikir kognitif (minds on),
keterampilan psikomotorik (hands on), dan
keterampilan sosial (hearts on). Penerapan
model pembelajaran berbasis keterampilan
proses
sains
secara
riil
mampu
meningkatkan pencapaian hasil belajar
sains siswa, terutama dalam hal
penguasaan keterampilan proses sains
(Oloruntegbe, 2010). Proses pembelajaran
ini memungkinkan siswa memperoleh
pengalaman belajar yang beragam dan
relatif lebih bermakna.
Menurut Chain dan Evans dalam
Rustaman et al. (2011), pembelajaran sains
mengandung empat hal, yaitu konten
(produk), proses (metode), sikap, dan
teknologi. Sains sebagai konten (produk)
berarti bahwa dalam sains terdapat fakta,
hukum, prinsip, dan teori yang sudah
diterima kebenarannya. Sains sebagai
proses atau metode berarti bahwa sains
merupakan
suatu
metode
untuk
mendapatkan
pengetahuan.
Sains
merupakan sikap, artinya dalam sains
terkandung sikap seperti tekun, terbuka,
jujur, dan objektif. Sains sebagai teknologi
mengandung pengertian bahwa sains
mempunyai keterkaitan dan digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, seorang guru IPA (sains) seharusnya
terbiasa memberikan peluang seluasluasnya agar siswa dapat belajar lebih
bermakna dengan memberi respon yang
mengaktifkan siswa secara positif dan
edukatif.
Dalam
usaha
meningkatkan
pembelajaran sains,
dikembangkan
berbagai model pembelajaran yang
dilandasi pandangan konstruktivisme dari
Piaget, diantaranya model berpikir induktif
dan model pencapaian konsep. Model
pembelajaran dapat dipahami sebagai
kerangka
konseptual
yang
mendeskripsikan dan melukiskan prosedur
yang sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar dan pembelajaran
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi
sebagai
pedoman
bagi
perencanaan pengajaran bagi para guru
dalam
melaksanakan
aktivitas
pembelajaran (Sagala, 2010). Model
pembelajaran dianggap mampu mengatasi
kesulitan guru melaksanakan tugas
mengajar dan juga kesulitan belajar siswa.
Model berpikir induktif memiliki
esesensi yakni melakukan pengumpulan
dan penyaringan informasi tanpa henti,
pembangunan
gagasan,
khususnya
kategori-kategori
yang
menyediakan
kontrol konseptual atas daerah-daerah
informasi, penciptaan hipotesis untuk
dieksplorasi dalam upaya memahami
hubungan-hubungan yang lebih baik atau
menyediakan solusi untuk berbagai
masalah, dan perubahan pengetahuan
menjadi ketrampilan yang memiliki
aplikasi praktis (Tanenbaum et al., 2008).
Pencapaian konsep merupakan proses
mencari dan mendaftar sifat-sifat yang
dapat digunakan untuk membedakan
contoh-contoh yang tepat (characteristic)
dengan contoh-contoh yang tidak tepat
(noncharacteristic) dari berbagai katagori.
PEMBAHASAN
1. Pengaruh
pembelajaran
menggunakan
pendekatan
keterampilan proses sains dengan
model berpikir induktif dan model
pencapaian konsep terhadap prestasi
belajar biologi.
Penggunaan pendekatan keterampilan
proses
sains
merupakan
variasi
pendekatan yang dapat melatih siswa
untuk berpikir kritis dan terlibat aktif
dalam proses pembelajaran. Hal ini
dapat memudahkan peserta didik dalam
menguasai
materi
pembelajaran
sehingga
prestasi
belajar
akan
meningkat. Model berpikir induktif
melibatkan
pengolahan
dan
pengumpulan data secara terpisah dan
pengolahan kembali untuk mencari
gagasan-gagasan, sedangkan model
pencapaian
konsep
mengajarkan
pencapaian konsep oleh siswa dan
membuat
siswa
lebih
mengerti
mengenai karakteristik atau ciri suatu
konsep yang dipelajari. Dengan
demikian, kedua model tersebut
diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Model pencapaian konsep
akan dinilai lebih baik dalam
membangun kerangka berpikir siswa
dibandingkan dengan model berpikir
induktif.
2. Pengaruh berpikir kritis terhadap
prestasi belajar biologi.
Berpikir kritis juga merupakan faktor
internal
siswa
yang
dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Siswa
dengan kemampuan berpikir kritis
tinggi akan memiliki kemampuan untuk
dapat mengevaluasi hasil pemikiran
suatu proses, baik berupa suatu
keputusan ataupun seberapa baik suatu
masalah dapat dipecahkan sehingga
dapat melakukan pemecahan masalah,
penarikan kesimpulan, hipotesis, dan
membuat keputusan. Dengan demikian
siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis tinggi akan menghasilkan
prestasi yang lebih baik dibandingkan
dengan
siswa
yang
memiliki
kemampuan berpikir kritis rendah
3. Interaksi penggunaan model berpikir
induktif dan model pencapaian
konsep dengan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar biologi.
Dalam pembelajaran digunakan model
berpikir induktif dan model pencapaian
konsep. Kedua model pembelajaran
menekankan kemampuan berpikir kritis
siswa. Kemampuan ini dapat berbeda
pada tiap siswa. Siswa dengan
kemampuan berpikir kritis tinggi akan
mampu menemukan konsep sendiri
berdasarkan kegiatan pembelajaran
yang dialami sehingga siswa dengan
kemampuan berpikir kritis tinggi akan
lebih baik prestasinya menggunakan
model pencapaian konsep, sedangkan
untuk siswa dengan aktivitas rendah
akan lebih baik menggunakan model
berpikir induktif.
Metode Penelitian
Metode
penelitian
dengan
menggunakan metode eksperimen dengan
mengambil dua kelompok secara acak,
normal, homogen dan desain faktorialnya 2
x 2. Penelitian ini melibatkan dua kelas
eksperimen yaitu kelas berpikir induktif
(kelas XE) dan kelas pencapaian konsep
(kelas XF). Penelitian menggunakan
dilaksanakan dengan perlakuan sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran
:
model
berpikir induktif (A1) dan model
pencapaian konsep (A2)
2. Kemampuan
berpikir
kritis
:
kemampuan berpikir kritis rendah (B1)
dan kemampuan berpikir kritis tinggi
(B2)
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian
ini menggunakan uji statistik anava dua
jalan dengan desain faktorial 2x2.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian dengan
analisis variansi dengan sel tak sama dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. F model pembelajaran berpikir induktif
dan pencapaian konsep atau FA = 1.838
< F0,05; 1,59 = 4,00, maka Ho diterima
dan H1 ditolak sehingga
model
pembelajaran pembelajaran berpikir
induktif dan pencapaian konsep tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar
biologi;
2. F kemampuan berpikir kritis atau FC =
4.482 > F0,05; 1,59 = 4,00, maka Ho
ditolak dan H1 diterima sehingga
kemampuan berpikir kritis berpengaruh
terhadap prestasi belajar biologi;
3. F interaksi antara model pembelajaran
berpikir induktif dan pencapaian
konsep dengan kemampuan berpikir
kritis terhadap prestasi belajar biologi
atau FAC = 0.036 < F0,05; 1,59 = 4,00,
maka Ho diterima dan H1 ditolak
sehingga tidak terdapat interaksi antara
model
pembelajaran
dengan
kemampuan berpikir kritis terhadap
prestasi belajar biologi;
Kesimpulan
a. Pembelajaran biologi pada materi Protista
melalui model berpikir induktif dan model
pencapaian konsep tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar. Kedua model
mengajak siswa untuk ikut berperan
aktif dalam proses pembelajaran
sehingga pengetahuan yang diperoleh
menjadi lebih bermakna. Hal ini
berarti kedua model sama-sama baik
untuk mengkonstruksi pengetahuan
siswa dalam hal mengingat dan
mengambil
keputusan
akan
pengetahuan yang harus diterima
siswa. Selain itu, pada saat proses
pembelajaran berlangsung kedua kelas
yang diambil memiliki rata-rata
pengetahuan awal yang sama dan
menunjukkan respon yang sama bagus
terhadap kedua model pembelajaran.
b.
Dalam penelitian ini terdapat pengaruh
kemampuan berpikir kritis terhadap
prestasi belajar biologi. Siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
akan dapat menjelaskan hubungan sebab
akibat dari suatu prinsip atau konsep yang
telah dibangun dan dapat mengenali suatu
permasalahan yang memiliki kemiripan
meskipun dalam topik yang berbeda,
sehingga siswa dengan kemampuan
berpikir kritis tinggi akan menghasilkan
prestasi yang lebih baik;
c.
Dalam penelitian ini tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran
berpikir induktif dan pencapaian konsep
dengan kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar biologi. Tidak
adanya interaksi dapat disebabkan karena
siswa terbiasa dengan pembelajaran yang
berpusat pada guru sehingga belum
terbiasa belajar secara mandiri dan belum
sepenuhnya
aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran. Siswa cenderung masih
beradaptasi dengan model pembelajaran
yang baru mereka kenal, hanya sebagian
kecil
siswa
yang
berusaha
mengembangkan kemampuan berpikir
kritis yang mereka miliki.
Daftar Pustaka
Hendrawati, S. 2009. Keterampilan Proses Sains Dan Implementasinya Dalam
Pembelajaran Sains Tingkat Sekolah Dasar. Jakarta: Pelangi Hati
Oloruntegbe K.O. 2010. Approaches To The Assessment Of Science Process
Skills : A Reconceptualist View And Option, Malaysia. J of College
Teaching & Learning, 7 (6): 11-18
Rustaman, N., S. Dirdjosoemarto., Yusnani Ahmad., Soeroso A.Y., Diana. R.,
Mimin. N.K., Ruchji Subekti. 2011. Strategi Belajar Mengajar Biologi.
Bandung : FPMIPA UPI
Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Penerbit Alfabeta
Tenenbaum, J.B., Kemp C, Thomas, L.G. 2008. Theory-Based Bayesian Models
of Inductive Learning and Reasoning. TRENDS in Cognitive Sciences 1
(1) : 1-10
Download