MODUL PERKULIAHAN Psikologi Umum II Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 07 Kode MK Disusun Oleh Rizky Putri A. S. Hutagalung, M. Psi, Psi Abstract Kompetensi Modul ini berisi tentang kajian motivasi dan emosi, meliputi pengertian, teori-teori motivasi dan emosi, elemen-elemen yang terkait, berpikir, perkembangan bahasa, perbedaan emosi berdasarkan budaya dan gender. Mahasiswa memahami tentang motivasi dan emosi, meliputi pengertian, teoriteori motivasi dan emosi, elemenelemen yang terkait, berpikir, perkembangan bahasa, perbedaan emosi berdasarkan budaya dan gender, serta contohnya dalam kehidupan sehari-hari. BAB VII: Motivasi dan Emosi MOTIVASI Pengertian Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menajdi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/ mendesak (Sardiman, 2005). Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Insting Naluri atau insting adalah suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran suatu makhluk hidup dan diperoleh secara turun-temurun/ merupakan warisan genetik. Perilaku naluriah antara lain aktivitas membangun sarang, migrasi, hibernasi, dan perilaku kawin. Burung membangun sarang karena mempunyai insting membangun sarang. Burung dan ikan melakukan migrasi karena mereka mempunyai insting migrasi. Perilaku spesies-spesifik adalah pola perilaku yang kompleks, yang tidak dipelajari lebih dahulu dan relatif tidak bisa dimodifikasi yang dilakukan oleh binatang spesies dalam situasi tertentu. Contohnya, banyak spesies dari burung tekukur meletakkan telurnya di sarang burung lain, dan anak tekukur dibesarkan oleh induk angkatnya itu. Karena semua burung tekukur berperilaku seperti ini terlepas dari spesies induk angkatnya, maka sulit untuk membayangkan bagaimana perilaku untuk bisa dipelajari. ‘14 2 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Contoh lain adalah itik yang baru saja menetas akan mengikuti setiap objek yang bergerak yang dikiranya sebagai induknya, asalkan objek itu dihadirkan di depannya segera sesudah itik itu menetas. Pembentukan keterikatan antara organisme dengan objek environtmental dinamakan imprinting (penanaman). Imprinting ini diketahui hanya terjadi pada satu critical period (periode kritis), dan sesudah periode itu akan amat sulit, atau bahkan mustahil, membuat anak itu menguntit objek-objek lain. Melalui imprinting ini, diketahui bahwa ada kombinasi antara perilaku hasil belajar dan perilaku naluriah. Tampak bahwa warisan genetik binatang itu menyebabkannya sangat sensitif terhadap obyek bergerak selama periode waktu tertentu, dan selama periode itu itik bisa mempelajari kebiasaan spesifk yang diikutinya. Namun jika proses belajar itu tidak terjadi selama interval itu, maka proses itu mungkin tak akan pernah terjadi. Homeostatis Selama perkembangan evolusi manusia di masa lalu, tubuh manusia mengembangkan kapasitas untuk merespons secara otomatis beberapa kebutuhan tertentu. Misalnya manusia bernafas secara otomatis, mempertahankan temperatur tubuh, mempertahankan jumlah cairan yang relatif konstan di dalam tubuhnya. Jika gula darah terlalu rendah, hati akan menyalurkan gula darah sampai konsentrasi gula darah kembali normal. Penyesuaian otomatis ini dinamakan homeostatic mechanism (mekanisme homeostatis) adalah kecenderungan tubuh untuk mempertahankan lingkungan internal yang konstan saat menghadapi lingkungan eksternal yang selalu berubah. Selain mekanisme homeostatis, manusia juga dilahirkan dengan membawa gerak reflex yang membantu untuk bertahan hidup (survival). Misalnya kebanyakan organisme hidup akan secara reflex menjauhi stimulus yang menyakitkan. ‘14 3 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Motivasi Untuk Survival Meskipun mekanisme homeostatis dan reflex jelas penting bagi survival, namun manusia tidak akan bertahan hidup lama bila hanya bergantung pada keduanya untuk memenuhi kebutuhannya. Agar survive, suatu spesies harus memenuhi kebutuhankebutuhannya akan beberapa hal seperti makanan, air, dan seks, dan ia harus berinteraksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan itu. Agar bisa bertahan hidup, organisme harus belajar tentang obyek lingkungan mana yang positif (kondusif untuk survival) dan mana yang negatif (yang membahayakan survival), dan mana yang netral (yang tidak mempengaruhi survival). Motivasi untuk Mencintai Para psikolog meneliti perasaan cinta (ini adalah suatu pekerjaan yang sulit, namun seseorang harus melakukan pekerjaan tersebut) membedakan passionate love (cinta romantik), yang dicirikan oleh adanya emosi keintiman yang kuat dan ketertarikan seksual yang tinggi, dengan companionate love (cinta persahabatan), yang dicirikan oleh adanya afeksi, rasa percaya, dan perasaan tentram kala bersama orang yang dicintai. Passionate love merupakan situasi saat seseorang mengalami hasrat yang sangat kuat dan tidak bisa dijelaskan logika, serta merupakan tahap awal dari hubungan cinta. Passionate love dapat menghilang atau berevolusi menjadi companionate love. Para ilmuwan yang berorientasi pada biologi meyakini bahwa syaraf-syaraf yang berkaitan dengan passionate love berkembang sejak bayi, didorong oleh ketergantungan yang paling mendalam pada manusia-memiliki suatu tujuan umum yang dibentuk oleh proses evolusi, yakni menjaga kelangsungan spesies. Hormon oxytocin memiliki peranan penting dalam system attachment-caregiving; hormone ini mempengaruhi intensitas pengekspresian perasaan cinta, perasaan peduli, dan perasaan saling percaya, tidak hanya pada ibu dan anak tapi juga antara teman dan pasangan. Motivasi Seksual Sebagian besar orang meyakini bahwa seks adalah dorongan biologis yang bersifat natural. Motivasi seksual merupakan sesuatu yang bersifat intrinsik, dibawa sejak lahir, tidak dapat dihindari dan secara hakiki merupakan sesuatu yang dinikmati. Menurut Leonore Tiefer, aktivitas seksual bukanlah tindakan yang dipandang alamiah. Pertama, suatu aktivitas yang dianggap normal sebagai aktivitas yang tidak normal oleh budaya lainnya, dan dapat juga dianggap tidak normal pada periode waktu yang berbeda. Kedua, orang harus ‘14 4 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id belajar dari pengalaman dan budaya mengenai hal-hal yang harus mereka lakukan dengan dorongan seksual mereka dan bagaimana cara penyaluirannya yang tepat. Ketiga, motivasi aktivitas seksual yang dimiliki orang-orang selalu memiliki tujuan kepuasan intrinsik. Seksualitas pada manusia dipengaruhi oleh perpaduan faktor biologis, psikologis, dan budaya. Motivasi Maternal Determinan Biologis Sama seperti seks, hormon memiliki peranan penting dalam perilaku maternal spesies yang lebih rendah dari primata. Bagi manusia, hormon memiliki pengaruh yang jauh lebih kecil. Jika perilaku maternal manusia semata-mata ditentukan oleh hormon, kita tidak akan menemukan kasus penyiksaan anak setinggi yang kita ketahui. Sejumlah determinan biologis perilaku aternal pada manusia telah dinyatakan oleh ahli etologi (ilmuwan yang mempelajari perilaku hewan di lingkunagn alaminya). Salah satu kemungkinan adalah ciri bayi yang mungil dan khas (dahi yang besar dan menonjol, mata yang besar, hidung yang mengarah ke atas, dan lain-lain) berfungsi sebagai pelepas bawaan, perasaan dan perilaku parental. Artinya sebagian besar spesies manusia dan sebagian besar spesies lainnya, mungkin telah mengembangkan ciri mungil yang karakteristik dari bayi untuk menimbulkan perasaan “orangtua” pada orang dewasa. Dalam hal yang serupa, senyum bayi, yang tampaknya ditentukan secara bawaan, tampaknya merupakan pembangkit terprogram perilaku parental. Cinta maternal antara ibu dan anak dipengaruhi mekanisme system saraf yang membuat kelekatan dan keintiman terasa menyenangkan. Mekanisme sistem saraf yang berperan pada kelekatan ibu dan bayinya diyakini berperan dalam hubungan cinta romantik pada masa dewasa. Sesungguhnya, neurotransmitter dan hormon yang terlibat dalam perasaan gembira akan diaktifkan dalam hubungan maternal ibu dan bayi, dan jaringan saraf dan hormon yang sama juga diaktifkan dalam ikatan cinta antara individu dewasa, atau pada hubungan pertemanan yang melibatkan emosi yang kuat. Determinan Lingkungan Di antara primata, perilaku maternal sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan belajar. Jika kera betina dibesarkan dalam isolasi, mereka tidak menunjukkan perilaku maternal yang normal saat mereka selanjutnya menjadi ibu. Mereka tampaknya sedikit membentuk rasa cinta terhadap keturunanya dan biasanya mengabaikannya. Mereka yang mengalami pengasuhan buruk semasa kecilnya tampaknya memiliki kecenderungan yang kuat untuk melanjutkan hal itu kepada anaknya. ‘14 5 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Motivasi Ingin Tahu Eksplorasi dan Manipulasi Kita tampaknya memiliki dorongan bawaan untuk memanipulasi dan menyelidiki obyek-obyek. Kita memberikan kepada bayi mainan karena kita tahu mereka senang menggenggam, mengguncang-guncang, dan menarik-nariknya. Walaupun manipulasi kadang-kadang dilakukan tanpa tujuan lain, di lain waktu manipulasi dilakukan untuk tujuan penyelidikan. Manusia mengambil suatu benda, melihatnya, merobeknya, memeriksa bagian-bagiannya, sambil berupaya menemukan lebih banyak lagi. Piaget melakukan sejumlah observasi tentang respons tersebut dalam kehidupan awal bayi manusia. Dalam beberapa bulan pertama, bayi belajar menarik sebuah tali untuk membunyikan girig-giring yang digantung di atas tempat tidurnya, suatu manipulasi yang mungkin dianggap sebagai kesenangan semata. Antara usia 5 dan 7 bulan, mereka akan menyibakkan secarik kain dari wajahnya dalam permainan cilukba. Pada usia 8 sampai 10 bulan, bayi mencari bendabenda yang terletak di belakang atau dibawah benda lain. Pada usia 11 bulan, mereka mulai bereksperimen dengan benda, memvariasikan tempat atau posisi mainan; pada saat ini, perilaku tampaknya merupakan bagian dari penyelidikan (Atkinson, 1987). Motivasi Berprestasi Hampir semua individu dewasa bekerja, namun bekerja tidak selalu berarti berkutat dalam suatu profesi dan mendapatkan upah. Seorang siswa yang belajar pun melakukan suatu pekerjaan. Seorang ibu rumah tangga juga bekerja. Para seniman, penyair, dan actor tetap melakukan pekerjaan mereka., meskipun mereka dibayar dalam jumlah yang sangat kecil (atau bahkan tidak dibayar sama sekali). Sebagian besar orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, yakni kebutuhan akan makanan dan tenpat tinggal, namun kebutuhan untuk bertahan hidup saja tidak dapat menjelaskan mengapa sebagian orang termotivasi untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan sebaik-baiknya, sedangkan sebagian rekan mereka sebatas menginginkan pekerjaan mereka selesai. Kebutuhan bertahan hidup juga tidak dapat menjelaskan alasan mengapa beberapa orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, namun menyalurkan hasrat berprestasi mereka dalam melakukan aktivitas yang sama sekali tidak mendatangkan uang-seperti belajar menjadi seorang pengendara motor trail atau pergi ke luar negeri untuk melepas penat. Para psikolog, khususnya di bidang psikologi industry/ organisasi, telah mengukur kualitas psikologi yang memacu prestasi dan keberhasilan bersama dengan kondisi lingkungan yang mempengaruhi produktivitas dan kepuasan. Penemuan mereka berlaku terhadap pemahaman atas mengapa orang berhasil atau gagal dalam pekerjaan serta pemahaman aspirasi dan pencapaian orang secara umum. ‘14 6 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hirarki Motivasi Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi. Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya. Lima (5) kebutuhan dasar Maslow - disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial : 1. Kebutuhan Fisiologis Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya. ‘14 7 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya. 3. Kebutuhan Sosial Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain. 4. Kebutuhan Penghargaan Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya. Menurut Maslow orang dewasa secara normal memuaskan kira kira 85% kebutuhan fisiologis, 70% kebutuhan rasa aman, 50% kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, 40% kebutuhan harga diri serta 10% kebutuhan aktualisasi diri. Pernyataan tersebut cukup logis karena rata rata orang lebih termotivasi memenuhi kebutuhan yang sifatnya tidak bisa ditunda tunda lagi seperti makan, minum dan kebutuhan fisiologisnya. Sementara kebutuhan lainya masih bisa ditunda. Dalam prosesnya teori Maslow menjelaskan bahwa tingkatan kebutuhan hirarki diatas dapat dicapai setiap manusia secara bertahap. Suatu tingkatan kebutuhan memerlukan pemuasan yang optimal apabila ingin berpindah ke tingkatan selanjutnya. Sifat statis teori ini mengindikasikan bahwa orang akan terus menerus berupaya memenuhi tingkatan kebutuhanya yang belum terpenuhi hingga puas dan tidak memotivasi dirinya lagi. Jika keadaan sudah puas terjadi orang akan berpindah ke kebutuhan selanjutnya yang nilai kepuasanya lebih tinggi dan memerlukan upaya yang lebih tinggi lagi. Begitulah seterusnya hingga manusia mencapai kepuasan tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri di masyarakat. Namun, keadaan setiap individu yang berbeda beda baik dari segi ekonomi, status, jabatan dan lain lain menyebabkan kebutuhan setiap individu berbeda beda dan berada dalam berbagai tingkatan. Ini tentu jadi tantangan bagi pemimpin untuk memahami keberadaan motivasi karyawan karyawanya sehingga tidak ada kesalahan ketika memberikan sebuah perangkat motivator seperti bonus, promosi dan lain-lain. Pemimpin yang mampu membaca tingkatan motivasi bawahan akan dapat dengan mudah menentukan paket motivator yang cocok bagi bawahanya. ‘14 8 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id BERPIKIR Berpikir melibatkan proses memanipulasi informasi secara mental, seperti membentuk konsep-konsep abstrak, menyelesaikan beragam masalah, mengambil keputusan dan melakukan refleksi kritis atau menghasilkan gagasan kreatif. Konsep Salah satu aspek mendasar dalam proses berpikir adalah pemahaman tentang konsep. Konsep merupakan kategori-kategori mental yang digunakan untuk mengelompokkan objek-objek, kejadian-kejadian dan beragam sifat. Konsep itu penting karena : 1. Konsep memungkinkan kita untuk melakukan generalisasi 2. Konsep memungkinkan kita untuk membuat asosiasi pengalaman dan benda-benda yang ada 3. Konsep membantu ingatan, membuatnya menjadi lebih efisien, sehingga kita tidak harus menciptakan kembali pemahaman atau makna ketika kita berhadapan dengan sebuah potongan informasi 4. Konsep menyediakan petunjuk mengenai bagaimana kita bereaksi terhadap suatu benda atau pengalaman tertentu. Proses apa yang mendasari logik dan pengambilan keputusan? - Seseorang mendapatkan implikasi dari serangkaian asumsi yang mereka tahu kebenarannya. - Keputusan terkadang (namun tidak selalu) dapat ditingkatkan menggunakan penggunaan algoritma dan heuristic. Algoritma adalah suatu aturan yang jika diterapkan secara tepat, menjamin adanya suatu solusi; heuristic adalah suatu jalur pendek kognitif yang dapat memberikan solusi, namun tidak ada garansi akan hal ini. Pemecahan Masalah Pemecahan masalah (Problem Solving) adalah sebuah usaha menemukan cara yang tepat untuk mencapai sebuah tujuan ketika tujuan tersebut tidak langsung dapat diraih. Langkah-langkah pemecahan masalah : 1. Menemukan dan membatasi masalah Menyadari adanya sebuah permasalahan adalah langkah awal untuk munculnya solusi. Dalam menemukan dan membatasi masalah, melibatkan proses bertanya dalam caracara kreatif dan melihat apa yang tidak dapat dilihat orang lain 2. Mengembangkan strategi-strategi pemecahan masalah yang baik ‘14 9 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Di antara sejumlah strategi yang efektif, ada beberapa metode yaitu : Membuat tujuan-tujuan lebih kecil (subgoaling) melibatkan tujuan-tujuan jangka menengah atau mendefinisikan masalah-masalah jangka menengah yang memberika Anda situsi yang lebih baik untuk mencapai tujuan dan solusi akhir. Bekerja ke arah yang berlawanan dalam menciptakan tujuan-tujuan yang lebih kecil merupakan strategi yang baik. Algoritma (algorithms) adalah strategi-strategi yang menjamin sebuah solusi untuk masalah. Heuristik (heuristics) adalah strategi-strategi yang menggunakan jalan pintas atau panduan yang mengarahkan, namun tidak menjamin munculnya sebuah solusi untuk masalah. Dalam dunia nyata, jenis permasalahan yang kita hadapi lebih mungkin untuk dijawab dengan menggunakan strategi heuristik dibandingkan dengan strategi algoritma. Heuristik membantu kita mempersempit kemungkinan solusi untuk menemukan satu solusi yang paling tepat. 3. Evaluasi Solusi-Solusi Setelah kita berpikir bahwa kita telah menemukan pemecahan masalah, kita tidak akan tahu seberapa efektif solusi yang kita gunakan sampai kita menemukan bahwa hal tersebut bekerja. Untuk itu akan sangat membantu bila kita memiliki kriteria keefektifan solusi dalam pikiran kita. 4. Memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali masalah dan solusi yang dihasilkan seiring dengan waktu Sebuah langkah akhir yang penting dalam pemecahan masalah adalah untuk memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali permasalahan-permasalahan secara berkala. Sebuah hambatan pada pemecahan masalah : Menjadi Terbiasa. Salah satu kunci keberhasilan untuk menjadi seorang penyelesai masalah yang baik adalah untuk menyadari bahwa seseorang tidak mengetahui semua hal, bahwa strategi seseorang dan kesimpulan yang dimiliki selalu terbuka terhadap perbaikan. Pemecahan masalah yang optimal mungkin membutuhkan kerendahan hati dalam kadar tertentu atau kemampuan untuk mengakui bahwa ia tidak sempurna dan bahwa mungkin ada cara-cara yang lebih baik dari cara yang telah dicobanya dan metode-metode yang benar untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan. ‘14 10 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Fiksasi (fixation) Fiksasi (fixation) melibatkan penggunaan strategi terdahulu dan kegagalan untuk melihat sebuah masalah dari sudut pandang yang baru. Contohnya keterpakuan fungsional (functional fixedness) terjadi ketika individu gagal untuk menyelesaikan sebuah masalah karena mereka terbiasa/terfiksasi pada fungsi yang umum dari sebuah benda. Pemecahan masalah yang efektif sering mengharuskan kita untuk mencoba sesuatu yang baru atau berpikir di luar yang biasanya kita pikirkan. Penalaran Dan Pengambilan Keputusan Penalaran (reasoning) adalah aktivitas mental yang mengubah informasi untuk mencapai kesimpulan tertentu. Menalar adalah sebuah keterampilan yang sering dikaitkan dengan berpikir kritis. Penalaran dapat terjadi dalam bentuk induktif maupun deduktif. Penalaran induktif (inductive reasoning), berawal dari hal yang spresifik ke masalah yang umum, atau dari bawah ke atas. Proses penalaran ini berupa penarikan kesimpulan mengenai semua anggota kelompok atau kategori berdasarkan pengamatan terhadap beberapa anggota saja. Penalaran deduktif (deductive reasoning), merupakan penalaran yang diawali dari halhal yang umum ke hal-hal yang spesifik. Ketika para psikolog mengembangkan sebuah hipotesis dari sebuah teori, mereka menggunakan bentuk penalaran deduktif, karena hipotesis adalah sebuah kepanjangan logis yang spesifik dari sebuah teori yang bersifat umum. Bila teori itu benar, maka hipotesis juga akan benar. Di dalam pengambilan keputusan (decision making), melibatkan proses mengevaluasi sejumlah alternatif dan membuat pilihan di antara alternatif yang ada. Pengambilan keputusan tanpa kesadaran. Manusia dapat berpikir tanpa mengetahui apa yang dipikirkan, hal ini merupakan bukti bahwa penalaran dan pengambilan keputusan terkadang terjadi di luar kesadaran. Hal itu terbukti dalam serangkaian penelitian, dimana peneliti meminta sejumlah orang untuk membuat keputusan atau mendekati orang yang mengambil keputusan. Dalam penelitian tersebut, subjek penelitian diberikan masalah-masalah yang rumit untuk dipecahkan sesudah beberapa menit berpikir. Namun setengah dari subjek penelitian terganggu selama proses berpikir dan tidak dapat berkonsentrasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Hasil menunjukkan bahwa mereka yang terganggu konsentrasinya menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan mereka yang diperkenankan untuk memikirkan pemecahan masalah secara sadar. Kesimpulan lain bahwa untuk masalah-masalah kecil, proses berpikir ‘14 11 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id secara sadar dianggap baik, namun dalam pemecahan masalah yang kompleks terkadang cara terbaik adalah dengan membawa masalah tersebut dalam tidur kita. Heuristik yang Bias Manusia rentan terhadap sejumlah kesalahan dalam proses berpikir kita. Bias-bias tertentu dan heuristik yang mungkin mengarah pada kesalahan tersebut antara lain : 1. Bias Konfirmasi (confirmation bias) adalah kecenderungan kita untuk mencari dan menggunakan informasi yang mendukung gagasan kita dibandingkan dengan informasi yang bertentangan dan menolak gagasan tersebut. 2. Bias melihat ke belakang (hindsight bias) adalah kecenderungan kita untuk sesudah suatu fakta muncul, melaporkan dengan salah bahwa kita telah meramalkan suatu hasil. Berpikir Kritis Dan Kreatif Berpikir kritis merupakan berpikir reflektif dan produktif serta mengevaluasi bukti yang ada. Mereka yang berpikir kritis memiliki pemaknaan gagasan dengan lebih baik, tetap terbuka dengan beragam pendekatan dan sudut pandang dan menentukan untuk diri mereka sendiri apa yang harus dipercaya atau apa yang harus dilakukan. Berpikir kritis merupakan sesuatu yang penting bagi pemecahan masalah yang efektif. Dalam berpikir kritis, individu perlu mempertahakan kerendahan hati tentang apa yang mereka ketahui. Hal ini berarti tetap terbuka terhadap kemungkinan mempertanyakan asumsi-asumsi yang telah lama dipegang dan termotivasi untuk melihat melampaui apa yang dianggap jelas. Proses pembentukan dua kebiasaan mental sangat penting dalam berpikir kritis, yaitu kesadaran penuh dan keterbukaan pikiran. Kesadaran penuh (mindfulness) Kesadaran penuh (mindfulness) berarti terjaga dan secara mental hadir dalam aktivitas seseorang sehari-hari. Kesadaran penuh adalah kunci dari proses berpikir kritis. Orang yang memiliki kesadaran penuh, mempertahankan kesadaran mereka secara aktif terhadap situasi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah penelitian klasik, Langer (Langer, Blank, & Chanowitz, 1978) menemukan bahwa orang-orang (sebanyak 90%) akan dengan penuh pengabaian menyerah dalam antrian untuk menggunakan mesin fotocopy ketika seseorang meminta mereka untuk menyerah dan berkata, “Dapatkah saya menggunakannya lebih dulu? Saya perlu untuk membuat salinan berkas ini” dibandingkan dengan ketika seseorang meminta dengan hanya mengungkapkan, “dapatkah saya menggunakannya lebih dulu?” (hanya 60%). ‘14 12 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Seseorang yang memiliki kesadaran penuh menciptakan gagasan-gagasan baru, terbuka pada informasi-informasi baru dan sadar adanya lebih dari satu sudut pandang, sementara orang yang abai terjebak dalam gagasan lama, terlibat dalam perilaku yang sudah otomatis dan hanya melihat hanya dari satu sudut pandang. Keterbukaan pikiran (open mindedness) Keterbukaan pikiran (open mindedness) adalah mampu menerima sudut pandang yang lain dalam melihat suatu hal. Keterbukaan yang sederhana pada sudut pandang orang lain dapat membantu orang untuk tidak melompat terlalu cepat pada kesimpulan. Mengetahui bahwa Anda tidak tahu, terkadang merupakan langkah pertama untuk mencapai kebijaksanaan yang sesungguhnya (Socrates). Kerendahhatian adalah sebuah persyaratan terhadap pemecahan masalah yang benar-benar efektif. Berpikir Kreatif Sebagai solusi terbaik terhadap sebuah masalah, melibatkan berpikir kreatif. Kreativitas mengacu pada kemampuan untuk memikirkan sesuatu dan memecahkan masalah dengan cara yang baru dan tidak biasa. Orang-orang kreatif cenderung berpikir secara divergen. Berpikir divergen (divergen thinking) menghasilkan banyak jawaban pada pertanyaan yang sama. Sebaliknya, jenis berpikir yang dibutuhkan pada tes kecerdasan konvensional adalah berpikir konvergen (convergent thinking). Selain menjadi pemikir divergen, individu yang kreatif kerap digambarkan sebagai orang-orang yang memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Berpikir secara fleksibel dan suka bermain dengan pikiran Walau kreativitas membutuhkan kerja keras, namun kerja tersebut akan berjalan lancar bila dianggap sesuatu yang ringan. Pengilhaman (brainstorming) adalah sebuah teknik dimana anggota dalam sebuah kelompok didorong untuk menghasilkan sebanyak mungkin gagasan, kemudian mengembangkan gagasan orang lain dan menyampaikan apapun yang muncul dalam pikiran kita. Individu-individu ini biasanya menghindari proses mengkritik gagasan orang lain sampai berakhirnya sesi brainstorming. 2. Motivasi internal Orang-orang kreatif seringkali dimotivasi oleh kepuasan untuk mencipta sesuatu dan cenderung kurang terdorong untuk mencapai nilai, uang atau umpan balik positif dari orang lain. ‘14 13 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Keinginan untuk menghadapi resiko Orang-orang kreatif membuat lebih banyak kesalahan dibandingkan dengan mereka yang kurang kreatif. Hal ini bukan karena mereka tidak ahli, namun disebabkan karena mereka menghasilkan lebih banyak kemungkinan dan gagasan. Para pemikir kreatif belajar untuk menghadapi ketidakberhasilan dalam proyek dan melihat kegagalan sebagai kesempatan belajar. 4. Penilaian obyektif dari suatu karya Kebanyakan pemikir kreatif berusaha untuk mengevaluasi kerja mereka secara obyektif. Lima (5) tahap berurutan untuk dapat memunculkan solusi kreatif pada suatu masalah, dapat dideskripsikan sbb : 1. Persiapan Tahap awal, dimana kita terlibat dalam suatu masalah yang menarik dan membangkitkan keingintahuan kita; 2. Inkubasi Tahap dimana kita mengeluarkan gagasan-gagasan yang ada dalam kepala kita 3. Pencerahan (insight) Pada tahap ini, muncul “Aha!”, dimana potongan-potongan informasi tentang masalah tampak saling melengkapi dan cocok 4. Evaluasi Pada tahap ini, kita harus menentukan apakah gagasan tersebut bernilai atau layak untuk dilanjutkan. 5. Elaborasi Pada tahap ini, kita harus melaksanakan atau menggarap dengan tekun dan cermat gagasan tersebut BAHASA Bahasa adalah bentuk komunikasi baik lisan, tertulis maupun menggunakan isyarat yang didasarkan pada sebuah sistem simbol. Dengan bahasa kita tidak hanya dapat berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca, menulis tetapi dengan bahasa kita juga dapat menalar serta menyelesaikan masalah. Struktur Bahasa Semua bahasa memiliki generativitas tidak terbatas (infinite generativity), yaitu kemampuan untuk menghasilkan kalimat-kalimat bermakna dalam jumlah tidak berhingga. Semua bahasa manusia disirikan oleh empat sistem aturan, yaitu : ‘14 14 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Fonologi (phonology), yaitu sistem suara dalam satu bahasa. Aturan fonologi memastikan urutan suara tertentu terjadi (sp, ba dan ar) dan urutan lain tidak terjadi (qp, zx). 2. Morfologi (morphology), yaitu aturan pembentukan kata dalam bahasa. Sebuah morfem adalah unit terkecil dalam bahasa yang membawa makna tertentu. Beberapa kata terdiri atas morfem tunggal (ex. Help), tapi tidak semua morfem merupakan kata (ex. –ing, -er). 3. Sintaksis (syntax), yaitu aturan sebuah bahasa dalam melakukan kombinasi kata untuk membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima. 4. Semantik (semantics), yaitu makna kata-kata dan kalimat dalam bahasa tertentu. Katakata memiliki batasan semantik tentang bagaimana mereka digunakan dalam kalimatkalimat. Hubungan antara Bahasa dan Kognisi Peran Bahasa dalam Kognisi Bahasa membantu kita berpikir, membuat penyimpulan, mengambil keputusan sulit dan menyelesaikan masalah. Bahasa dapat dilihat sebagai sebuah alat untuk menggambarkan gagasan. Bahasa menentukan cara kita berpikir (Benjamin Whorf,1956). Peranan Kognisi dalam Bahasa Secara keseluruhan, walaupun pikiran mempengaruhi bahasa dan bahasa mempengaruhi pikiran, saat ini lebih banyak bukti bahwa pikiran dan bahasa bukan merupakan bagian dari suatu sistem tunggal. Sebaliknya, mereka seperti berkembang sebagai komponen-komponen yang terpisah, modular dan dipersiapkan secara biologis dalam pikiran kita. Pengaruh Faktor Biologis dan Lingkungan pada Bahasa Pengaruh Biologis Sejumlah pakar percaya bahwa evolusi yang terjadi jauh sebelum bahasa muncul telah menentukan manusia untuk menjadi makhluk linguistik. Otak, sistem syaraf dan tampilan vokal dari para pendahulu kita berubah sepanjang ratusan ribu tahun. Dengan memiliki kesiapan fisik untuk berbahasa Homo Sapiens melakukan lebih dari sekedar bunyibunyian untuk mengembangkan pembicaraan abstrak. Universalitas Bahasa Menurut Chomsky dan banyak ahli bahasa lainnya, bukti terkuat tentang adanya dasar biologis dari bahasa adalah fakta bahwa anak-anak di seluruh dunia mencapai perkembangan dalam bahasa pada usia yang hampir sama dan urutan yang juga ‘14 15 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyerupai di seluruh dunia, terlepas dari variasi dalam masukan bahasa yang mereka dapatkan dari lingkungan. Dalam pandangan Chomsky, anak-anak tidak dapat mempelajari aturan-aturan dan struktur bahasa sepenuhnya hanya dengan menirukan apa yang mereka dengar. Namun, pasti ada hal-hal alamiah yang menyiapkan anak-anak secara biologis, aturan tata bahasa yang universal yang memungkinkan mereka memahami aturan-aturan dasar tentang bahasa dan menerapkan aturan-aturan ini pada pembicaraan yang mereka dengar. Anak-anak mempelajari bahasa tanpa kesadaran logika yang mendasarinya. Bahasa dan Otak Penelitian dalam ilmu neurosains menunjukkan bahwa otak memiliki bagian-bagian tertentu yang siap digunakan untuk bahasa. Bukti berikutnya menunjukkan bahwa pemrosesan bahasa seperti pembicaraan dan tata bahasa, terjadi terutama pada belahan otak kiri. Pengaruh Lingkungan Serangkaian penelitian menyebutkan cara-cara di mana lingkungan anak mempengaruhi keterampilan berbahasa mereka. Strategi yang baik untuk orangtua dalam mengajak anaknya berbicara : 1. Jadilah mitra pembicaraan yang aktif. Mulailah pembicaraan dengan bayi. 2. Bicaralah pada bayi seolah-olah mereka mengerti apa yang kita katakan. Proses ini membutuhkan 4 hingga 5 tahun, tetapi anak-anak akan secara bertahap meningkatkan kemampuan bahasanya hingga mencapai contoh yang diberikan padanya. 3. Gunakanlah gaya bahasa yang nyaman untuk anda. Jangan khawatir Anda akan terdengar seperti berbicara dengan orang dewasa lain saat berbicara dengan anakanak. ‘14 16 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tahap Awal Perkembangan Bahasa 0-6 Bulan 6-12 Bulan 12-18 Bulan 18-24 Bulan 2 Tahun 3-4 Tahun 5-6 Tahun 6-8 Tahun 9-11 Tahun 11-14 Tahun 15-20 Tahun Cooing Diskriminasi huruf vocal Celotehan mulai muncul pada usia 6 bulan Celotehan berkembang untuk mencakup suara pada bahasa yang diucapkan Sikap tubuh yang digunakan untuk berkomunikasi dengan objek Kata pertama muncul pada usia 10-13 bulan Memahami lebih dari 50 kata sebagai rata-rata Kosakata meningkat hingga mencaapi rata-rata 200 kata Mulai mengkombinasi dua kata Kosakata meningkat dengan pesat Penggunaan bentuk jamak dengan tepat Penggunaan struktur bahasa untuk masa lalu Penggunaan kata depan Rerata panjangnya ucapan mencapai 3-4 morfem dalam sebuah kalimat Penggunaan kalimat tanya "ya" dan "tidak", "apa", "siapa", "kenapa" Penggunaan kalimat perintah dan kalimat negatif Kesadaran yang meningkat pada pragmatis Kosakata mencapai rerata hingga 10.000 kata Koordinasi kalimat sederhana Kosakata terus meningkat pesat Penggunaan aturan sintaksis yang lebih terampil Keterampilan pembicaraan terus meningkat Pendefinisian kata meliputi sinonim Strategi pembicaraan terus meningkat Kosakata meningkat dengan tambahan pada kata-kata yang lebih abstrak Memahami bentuk tata bahasa yang lebih rumit Peningkatan pemahaman fungsi sebuah kata dalam sebuah kalimat Memahami metafora dan kalimat safir Memahami hasil karya tulisan orang dewasa Bahasa dan Pendidikan Keterampilan berbahasa merupakan salah satu tujuan sekolah, sebagai pendidikan formal. Cara sekolah mencapai tujuan ini terkadang kontroversial. Salah satunya adalah menyangkut pertanyaan bagaimana cara yang paling efektif bagi anak dalam belajar membaca. Ada dua pendekatan yang berbeda dalam belajar membaca, yakni Pendekatan Bahasa Menyeluruh dan Pendekatan Fonik. ‘14 17 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pendekatan Bahasa Menyeluruh (whole-language approach) Pendekatan ini memberi penekanan pada instruksi bahwa untuk membaca harus disesuaikan dengan proses alamiah anak belajar membaca. Dalam pendekatan ini, awalnya pembaca diajarkan untuk mengenali keseluruhan kata / kalimat dan menggunakan konteks dari apa yang dibaca untuk menebak makna kata-kata tersebut. Sebaliknya, Pendekatan Fonik (phonics approach), menekankan instruksi untuk membaca harus mengajarkan aturan-aturan dasar untuk menerjemahkan simbol-simbol tertulis menjadi suara. Dalam pendekatan ini, anak-anak diberi materi membaca yang kompleks seperti buku hanya jika mereka sudah mempelajari aturan-aturan yang menghubungkan fonem yang dibunyikan dengan huruf-huruf alfabet yang digunakan untuk menampilkannya. Berpikir, Pemecahan Masalah, serta Kesehatan dan Kesejahteraan Stres Stres merupakan perasaan yang kita miliki ketika tantangan hidup terlihat seperti di luar kendali manusia. Apa yang paling membuat manusia stres? Walaupun semua orang mungkin memiliki respon yang serupa terhadap penyebab stres, namun tidak semua orang mempersepsikan kejadian yang sama sebagai sesuatu yang menekan. Sebagian orang merespon penyebab stres sebagai sesuatu yang mengancam dan menimbulkan efek negatif, tetapi ada juga yang meresponnya sebagai suatu yang menantang dan menimbulkan pemikiran-pemikiran positif. Sampai pada titik tertentu, apa yang dianggap menekan untuk manusia tergantung pada apa yang dipikirkan tentang kejadian tersebut. Inilah yang disebut sebagai penilaian kognitif. Penilaian kognitif (cognitive appraisal) Penilaian kognitif (cognitive appraisal) adalah interpretasi individu terhadap kejadiankejadian dalam hidup mereka dan proses menentukan apakah mereka memiliki sumber daya untuk mengatasi kejadian tersebut dengan lebih efektif. Orang menilai kejadian yang dialami dalam dua tahap yaitu tahap penilaian primer dan penilaian sekunder. Dalam penilaian primer seseorang memaknai apakah kejadian tersebut melibatkan bahaya, ancaman atau tantangan. Mempersepsikan stressor bukan sebagai ancaman adalah strategi untuk mengurangi kadar stress. Dalam penilaian sekunder, seseorang mengevaluasi sumber daya mereka sendiri dan menentukan seberapa efektif mereka dapat digunakan untuk mengatasi kejadian tersebut. Berkaitan dengan pemecahan masalah, salah satu jenisnya adalah dengan Coping. ‘14 18 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ada dua jenis proses Coping : 1. Coping yang fokus pada masalah (problem-focused coping) adalah strategi kognitif dimana seseorang menghadapi langsung permasalahannya dan mencoba memecahkannya. 2. Coping yang fokus pada aspek emosi (emotion-focused coping) adalah melibatkan usaha untuk merespon stress yang dirasakan –mencoba untuk mengelola reaksi-reaksi emosi- dan bukan memusatkan perhatian pada inti masalah. Perbedaan lain strategi pemecahan masalah adalah pendekatan yang mendekatkan pada inti masalah tersebut (approach coping), dan pendekatan yang menghindar dari inti masalah tersebut (avoidant coping). Proses coping yang berhasil diasosiasikan dengan sejumlah faktor, termasuk perasaan mampu mengontrol berbagai hal, sistem kekebalan yang sehat, sumber daya pribadi dan emosi positif. Dalam penerapannya, penggunaan strategi majemuk berfungsi lebih baik daripada penggunaan strategi tunggal. ‘14 19 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id EMOSI Emosi adalah perasan, atau afeksi yang dapat melibatkan rangsangan fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat), pengalaman sadar (seperti memikirkan keadaan seseorang), jatuh cinta dengan dan ekspresi perilaku (sebuah senyuman atau raut muka cemberut). Emosi adalah situasi stimulus yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivitas pada otak, penilaian kognitif, perasaan, dan kecenderungan melakukan suatu tindakan. Seringkali orang merasa tidak nyaman dengan emosi mereka dan berharap mereka dapat terbebas dari rasa sakit yang ditimbulkan oleh perasaan marah, cemburu, malu, rasa bersalah, rasa duka, dan rasa cinta yang tidak terbalas. Emosi dapat menyatukan manusia, mengatur jalannya sebuah hubungan dan memotivasi orang dalam mencapai suatu sasaran. Tanpa kemampuan untuk merasakan emosi, manusia akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan atau dalam merencanakan masa depannya. Mengenai aspek-aspek dari emosi menunjukkan bahwa manusia, dimanapun mereka berada, telah memiliki dasar-dasar emosi atau telah memiliki, emosi primer dan sekunder. Elemen pertama dari Emosi: Tubuh Manusia Emosi primer Emosi-emosi yang dibawa semenjak lahir dan berlaku secara umum. Emosi-emosi tersebut diikuti dengan ekspresi wajah. Emosi primer umumnya meliputi rasa takut, senang terkejut, jijik, dan sebal. Emosi-emosi tersebut memiliki ekspresi wajah yang berbeda-beda. Situasi yang menimbulkan emosi-emosi tersebut bersifat umum. Dimana pun manusia berada, kesedihan akan mengikuti persepsi kehilangan, rasa takut akan mengikuti persepsi ancaman atau disakiti dan seterusnya. ‘14 20 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Emosi sekunder Meliputi semua variasi dan campuran dari emosi, yang bervariasi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya serta berkembang secara bertahap sesuai tingkat kedewasaan kognitif. Ilmuwan saraf dan para peneliti lainnya meneliti tiga aspek biologis utama dari emosi, yakni ekspresi wajah, bagian-bagian dari sirkuit-sirkuit pada otak, dan sistem saraf otonom. Teori James-Lange dan Cannon-bard William James (1950) dan Carl Lange (1922) menyatakan bahwa emosi merupakan hasil dari keadaan fisiologis yang muncul akibat sebuah stimulus lingkungan. Emosi terjadi sesudah reaksi fisiologis. Setiap emosi, mulai dari marah hingga gembira memiliki serangkaian perubahan fisiologis yang berbeda, dan Nampak dalam denyut jantung, pola pernapasan, keringat, dan respon-respon lainnya. Intinya adalah bahwa sesudah persepsi awal, pengalaman emosi merupakan hasil dari persepsi seseorang terhadap perubahan fisiologis yang dialaminya. Teori Cannon-Bard Walter cannon (1927) menolak asumsi dalam teori james-Lange bahwa setiap emosi memiliki perubahan fisiologisnya masing-masing. Ia mengatakan bahwa perasaan emosi yang berbeda tidak dapat dihubungkan dengan perubahan fisiologis spesifik karena respon system saraf otonom terlalu menyebar dan lambat untuk menjelaskan respon emosi yang begitu cepat dan berbeda-beda. Phillip Bard (1934) mendukung analisis ini, sehingga teorinya menjadi teori Cannon-Bard; yaitu sebuah teori yang menyatakan bahwa emosi dan reaksi fisiologis terjadi secara bersamaan. ‘14 21 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Wajah dari Emosi Aristoteles (384-322 S.M.) mengungkapkan terdapat beberapa ekspresi wajah tertentu yang mengikuti rasa marah, takut, rangsangan erotis, dan semua perasaan kuat lainnya. Charles Darwin (1872-1965) menambahkan sebuah penjelasan evolusioner terhadap hasil observasi Aristoteles. Ekspresi wajah manusia-senyum, mengerut dahi, meringis, menatap tajam-menurut Darwin memiliki kemiripan dengan kepakan sayap yang cepat pada seekor burung yang ketakutan, dengkuran seekor kucing yang sedang merasa senang atau geraman seekor serigala yang merasa terancam. Ekspresi wajah kita tidak hanya menunjukkan emosi kita, tetapi juga mempengaruhinya. Menurut hipotesis umpan balik wajah (facial feedback hypothesis), ekspresi wajah dapat mempengaruhi emosi seperti juga dapat merefleksikan emosinya. Menurut pandangan ini, otot-otot wajah mengirimkan sinyal ke otak yang membantu individu untuk mengenali emosi yang tengah dirasakan. Contohnya: kita merasa bahagia ketika kita tersenyum dan merasa lebih sedih ketika kita mengernyitkan dahi. Otak dan Emosi Para ilmuwan fisiologi lainnya telah mengidentifikasi bagian otak yang mengatur emosi yang berbeda dan mengatur komponen spesifik terkait pengalaman emosional: mengenali emosi pada orang lain, merasakan emosi, mengekspresikan emosi, bertindak melalui emosi, dan mengendalikan atau mengatur emosi. Kedua cerebral hemisphere (sisi otak) juga mengendalikan tugas-tugas emosional yang berbeda. Sisi kanan otak (otak kanan) merupakan bagian yang penting dalam mengenali ekspresi emosi dan memproses perasaan emosional, sedangkan sisi kiri otak (otak kiri) aktif saat memproses makna emosional. ‘14 22 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hormon dan Emosi Saat sedang mengalami stres, atau merasakan suatu emosi yang kuat, divisi simpatetik dari sistem saraf otonom akan memerintahkan kelenjar adrenalin untuk melepaskan dua hormon, yakni epinephrine dan norepinephrine. Kelenjar adrenalin akan memproduksi epinephrine dan norepinephrine sebagai respon terhadap beragam tantangan dalam lingkungan. Hormon-hormon tersebut akan diproduksi saat anda tertawa ketika menonton memainkan film humor, playstation, mengkhawatirkan ujian, berteriak dalam sebuah pertandingan olah raga, atau saat anda mengemudi dalam kemacetan lalu lintas. Epinephrine biasanya akan memberikan energisensasi yang sering kali anda rasakan saat terstimulasi dengan kuat. Kesimpulannya, aspek fisiologi melibatkan ekspresi wajah dengan karakteristik tertentu, aktivitas pada bagian-bagian otak tertentu (terutama amigdala), beberapa area khusus pada prefrontal cortex, dan saraf-saraf cermin serta aktivitas pada sistem saraf otonom yang mempersiapkan tubuh kita untuk melakukan suatu tindakan. Elemen kedua dari emosi: Pikiran Bagaimana pikiran membentuk Emosi? Perhatikan bahwa respon emosional manusia bukan disebabkan oleh perilaku orang lain, melainkan disebabkan oleh cara seseorang menginterpretasikan perilaku orang lain. Persepsi berperan aktif dalam setiap emosi, termasuk emosi yang dianggap sebagai emosi primer, seperti gembira dan marah. Emosi dapat dihasilkan dan dipengaruhi oleh keyakinan, persepsi terhadap situasi, harapan, dan atribusi. Kognisi dan Kompleksitas Emosi Kognisi dan fisiologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam pengalaman dari emosi; kognisi dan fisiologi adalah saling mempengaruhi satu sama lain secara terus menerus: kognisi mempengaruhi emosi dan kondisi emosi mempengaruhi ‘14 23 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kognisi. Contoh: menyalahkan seseorang atas masalah yang anda hadapi akan menyebabkan anda merasa marah dan begitu anda merasa marah, anda akan semakin terdorong untuk memikirkan hal-hal negatif tentang orang lain. Fakta-fakta yang menunjukan bahwa berfikir dapat mempengaruhi emosi menunjukan suatu hal yang mengesankan. Saat seorang berada dalam kondisi emosi yang tidak menyenangkan, mereka dapat mengubah perasaan tersebut, dengan menganalisis ulang situasi dan persepsi mereka terhadap situasi tersebut. Teori Dua Faktor Emosi Dalam teori dua faktor emosi yang dikembangkan oleh Stanley Schacter dan Jerome Singer (1962), emosi ditentukan oleh dua (2) factor, yaitu rangsangan fisiologis dan pemberian label kognitif. Mereka berpendapat bahwa kita melihat dunia luar untuk mencari penjelasan mengapa kita merasakan sesuatu. Contohnya: bila kita merasa tidak baik setelah seseorang memberikan komentar yang negatif, mungkin kita akan memberi label emosi itu “marah”. Namun bila kita merasakan baik setelah menerima komentar yang menyenangkan, mungkin kita akan memberi label pada emosi kita “bahagia”. Elemen ketiga dari emosi: Budaya Bagaimana Budaya Membentuk Emosi? Banyak ilmuwan psikologi, terutama mereka yang mempelajari aspek biologi dari emosi, meyakini bahwa semua manusia memiliki kemampuan merasakan emosi primersuatu hal yang dipengaruhi (dan mempengaruhi) otak, wajah dan sistem saraf. Namun, beberapa psikolog tidak terlalu mempertimbangkan perebedaan emosi primer dan emosi ‘14 24 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sekunder, karena menurut mereka,tidak ada satupun aspek emosi yang tidak dipengaruhi oleh budaya atau konteks, dan tidak ada emosi murni dengan batasan-batasan yang jelas, yang dapat membedakan emosi murni tersebut dengan emosi-emosi lainnya. Namun, para ilmuwan sepakat bahwa budaya menentukan penyebab munculnya emosi pada seseorang. Seperti kemampuan untuk merasakan jijik berlaku secara universal, namun penyebab timbulnya rasa jijikakan mengalami perubahan sejalan dengan tahapan perkembangan, dan penyebab rasa jijik juga berbeda-beda pada setiap budaya. Pada beberapa budaya, orang-orang merasa jijik terhadap ulat (yang dianggap ahli botani sebagai hewan yang cantik, dan dianggap sebagai santapan yang lezat oleh suku Dani di Papua) Budaya dan Ekspresi Emosional Pada beberapa budaya, duka diekspresikan melalui isak tangis yang keras; pada budaya lainnya, duka diekspresikan dalam keheningan tanpa air mata; dan pada budaya yang lain lagi, duka justru diekspresikan melalui tarian yang meriah, minuman dan lagu. Menggabungkan Kedua Elemen: Emosi dan Gender Pria dan wanita memiliki kemampuan yang sama untuk merasakan semua emosi, mulai dari cinta, duka,hingga kemarahan. kebanyakan pria terlihat lebih reaktif secara psikologis terhadap konflik dibandingkan wanita,namun kedua gender terkadang memiliki perbedaan persepsi dan atribut yang menghasilkan emosi dan intensitas emosional. Pria dan wanita mengekspresikan emosi secara berbeda-pria dan wanita mengikuti display rule yang berbeda-beda pada tiap budaya. Para wanita lebih sering menangis, menunjukkan perasaan takut, sedih, rasa bersalah, dan kesepian; dibandingkan pria, yang lebih sering menyembuyikan perasaan-perasaan tersebut, karena perasaan-perasaan tersebut dianggap sebagai tanda-tanda kelemahan. Gender dan emosi menunjukkan bahwa pemahaman terhadap pengalaman dan ekspresi emosional secara penuh mengharuskan kita memahami biologis, proses kognitif dan persepsi, serta norma-norma yang berlaku dalam budaya. Hanya memperhatikan salah satu komponen saja akan memberikan gambaran yang tidak lengkap. ‘14 25 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, R.C., & Bem, D.J. (1987). Pengantar Psikologi, Edisi Kesebelas, Jilid Dua. Batam: Interaksara. Ciccarelli, S.K & White, J.N (2009). Psychology(2nd ed.) New Jersey: Pearson International, Inc. Feldman, Robert S. (2012). Pengantar Psilologi “Understanding Psychology” (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. King, L.A. (2010). Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika. Sardiman, A.M. (2005). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa. Wade, C., Travis, C. (2008). Psikologi, Jilid 2 (terjemahan) (edisi kesembilan), Jakarta: Erlangga. Wothman, C., Loftus, E., Weaver, C. (1999). Psychology (5th ed.). New York: The McGrawHill Companies. ‘14 26 Psikologi Umum 2 Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id