Modul Psikologi Umum II [TM7]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Umum II
Modul Standar untuk
digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
07
Kode MK
Disusun Oleh
Rizky Putri A. S. Hutagalung, M. Psi, Psi
Abstract
Kompetensi
Modul ini berisi tentang kajian
motivasi
dan
emosi,
meliputi
pengertian, teori-teori motivasi dan
emosi, elemen-elemen yang terkait,
berpikir,
perkembangan
bahasa,
perbedaan emosi berdasarkan budaya
dan gender.
Mahasiswa memahami tentang motivasi
dan emosi, meliputi pengertian, teoriteori motivasi dan emosi,
elemenelemen
yang
terkait,
berpikir,
perkembangan bahasa, perbedaan
emosi berdasarkan budaya dan gender,
serta contohnya dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB VII: Motivasi dan Emosi
MOTIVASI
Pengertian
Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam
subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan
motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif”
itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menajdi aktif. Motif
menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan/ mendesak (Sardiman, 2005).
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka
ia akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi
motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri
seseorang.
Insting
Naluri atau insting adalah suatu pola perilaku dan
reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu yang tidak dipelajari
tapi telah ada sejak kelahiran suatu makhluk hidup dan
diperoleh secara turun-temurun/
merupakan
warisan
genetik.
Perilaku naluriah antara lain aktivitas membangun sarang,
migrasi, hibernasi, dan perilaku kawin. Burung membangun
sarang karena mempunyai insting membangun sarang. Burung
dan ikan melakukan migrasi karena mereka mempunyai insting migrasi.
Perilaku spesies-spesifik adalah pola perilaku yang kompleks, yang tidak dipelajari
lebih dahulu dan relatif tidak bisa dimodifikasi yang dilakukan oleh binatang spesies dalam
situasi tertentu. Contohnya, banyak spesies dari burung tekukur meletakkan telurnya di
sarang burung lain, dan anak tekukur dibesarkan oleh induk angkatnya itu. Karena semua
burung tekukur berperilaku seperti ini terlepas dari spesies induk angkatnya, maka sulit
untuk membayangkan bagaimana perilaku untuk bisa dipelajari.
‘14
2
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh lain adalah itik yang baru saja menetas
akan mengikuti setiap objek yang bergerak yang
dikiranya
sebagai
induknya,
asalkan
objek
itu
dihadirkan di depannya segera sesudah itik itu
menetas. Pembentukan keterikatan antara organisme
dengan objek environtmental dinamakan imprinting
(penanaman). Imprinting ini diketahui hanya terjadi
pada satu critical period (periode kritis), dan sesudah periode itu akan amat sulit, atau
bahkan mustahil, membuat anak itu menguntit objek-objek lain. Melalui imprinting ini,
diketahui bahwa ada kombinasi antara perilaku hasil belajar dan perilaku naluriah. Tampak
bahwa warisan genetik binatang itu menyebabkannya sangat sensitif terhadap obyek
bergerak selama periode waktu tertentu, dan selama periode itu itik bisa mempelajari
kebiasaan spesifk yang diikutinya. Namun jika proses belajar itu tidak terjadi selama interval
itu, maka proses itu mungkin tak akan pernah terjadi.
Homeostatis
Selama perkembangan evolusi manusia di masa lalu, tubuh manusia mengembangkan
kapasitas untuk merespons secara otomatis beberapa kebutuhan tertentu. Misalnya
manusia bernafas secara otomatis, mempertahankan temperatur tubuh, mempertahankan
jumlah cairan yang relatif konstan di dalam tubuhnya. Jika gula darah terlalu rendah, hati
akan menyalurkan gula darah sampai konsentrasi gula darah kembali normal. Penyesuaian
otomatis ini dinamakan
homeostatic mechanism (mekanisme homeostatis) adalah
kecenderungan tubuh untuk mempertahankan lingkungan internal yang konstan saat
menghadapi lingkungan eksternal yang selalu berubah. Selain mekanisme homeostatis,
manusia juga dilahirkan dengan membawa gerak reflex yang membantu untuk bertahan
hidup (survival). Misalnya kebanyakan organisme hidup akan secara reflex menjauhi
stimulus yang menyakitkan.
‘14
3
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Motivasi Untuk Survival
Meskipun mekanisme homeostatis dan reflex jelas penting bagi survival, namun
manusia tidak akan bertahan hidup lama bila hanya bergantung pada keduanya untuk
memenuhi kebutuhannya. Agar survive, suatu spesies harus memenuhi kebutuhankebutuhannya akan beberapa hal seperti makanan, air, dan seks, dan ia harus berinteraksi
dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan itu. Agar bisa bertahan hidup, organisme
harus belajar tentang obyek lingkungan mana yang positif (kondusif untuk survival) dan
mana yang negatif (yang membahayakan survival), dan mana yang netral (yang tidak
mempengaruhi survival).
Motivasi untuk Mencintai
Para psikolog meneliti perasaan cinta (ini adalah suatu
pekerjaan yang
sulit, namun seseorang
harus melakukan
pekerjaan tersebut) membedakan passionate love (cinta romantik),
yang dicirikan oleh adanya emosi keintiman yang kuat dan
ketertarikan seksual yang tinggi, dengan companionate love (cinta
persahabatan), yang dicirikan oleh adanya afeksi, rasa percaya,
dan perasaan tentram kala bersama orang yang dicintai.
Passionate love merupakan situasi saat seseorang mengalami
hasrat yang sangat kuat dan tidak bisa dijelaskan logika, serta merupakan tahap awal dari
hubungan cinta. Passionate love dapat menghilang atau berevolusi menjadi companionate
love.
Para ilmuwan yang berorientasi pada biologi meyakini bahwa syaraf-syaraf yang
berkaitan dengan passionate love berkembang sejak bayi, didorong oleh ketergantungan
yang paling mendalam pada manusia-memiliki suatu tujuan umum yang dibentuk oleh
proses evolusi, yakni menjaga kelangsungan spesies. Hormon oxytocin memiliki peranan
penting dalam system attachment-caregiving; hormone ini mempengaruhi intensitas
pengekspresian perasaan cinta, perasaan peduli, dan perasaan saling percaya, tidak hanya
pada ibu dan anak tapi juga antara teman dan pasangan.
Motivasi Seksual
Sebagian besar orang meyakini bahwa seks adalah dorongan biologis yang bersifat
natural. Motivasi seksual merupakan sesuatu yang bersifat intrinsik, dibawa sejak lahir, tidak
dapat dihindari dan secara hakiki merupakan sesuatu yang dinikmati. Menurut Leonore
Tiefer, aktivitas seksual bukanlah tindakan yang dipandang alamiah. Pertama, suatu
aktivitas yang dianggap normal sebagai aktivitas yang tidak normal oleh budaya lainnya, dan
dapat juga dianggap tidak normal pada periode waktu yang berbeda. Kedua, orang harus
‘14
4
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
belajar dari pengalaman dan budaya mengenai hal-hal yang harus mereka lakukan dengan
dorongan seksual mereka dan bagaimana cara penyaluirannya yang tepat. Ketiga, motivasi
aktivitas seksual yang dimiliki orang-orang selalu memiliki tujuan kepuasan intrinsik.
Seksualitas pada manusia dipengaruhi oleh perpaduan faktor biologis, psikologis, dan
budaya.
Motivasi Maternal

Determinan Biologis
Sama seperti seks, hormon memiliki peranan penting dalam perilaku maternal spesies
yang lebih rendah dari primata. Bagi manusia, hormon memiliki pengaruh yang jauh lebih
kecil. Jika perilaku maternal manusia semata-mata ditentukan oleh hormon, kita tidak akan
menemukan kasus penyiksaan anak setinggi yang kita ketahui. Sejumlah determinan
biologis perilaku aternal pada manusia telah dinyatakan oleh ahli etologi (ilmuwan yang
mempelajari perilaku hewan di lingkunagn alaminya).
Salah satu kemungkinan adalah ciri bayi yang mungil dan khas (dahi yang besar dan
menonjol, mata yang besar, hidung yang mengarah ke atas, dan lain-lain) berfungsi sebagai
pelepas bawaan, perasaan dan perilaku parental. Artinya sebagian besar spesies manusia
dan sebagian besar spesies lainnya, mungkin telah mengembangkan ciri mungil yang
karakteristik dari bayi untuk menimbulkan perasaan “orangtua” pada orang dewasa. Dalam
hal yang serupa, senyum bayi, yang tampaknya ditentukan secara bawaan, tampaknya
merupakan pembangkit terprogram perilaku parental.
Cinta maternal antara ibu dan anak dipengaruhi mekanisme system saraf yang membuat
kelekatan dan keintiman terasa menyenangkan. Mekanisme sistem saraf yang berperan
pada kelekatan ibu dan bayinya diyakini berperan dalam hubungan cinta romantik pada
masa dewasa. Sesungguhnya, neurotransmitter dan hormon yang terlibat dalam perasaan
gembira akan diaktifkan dalam hubungan maternal ibu dan bayi, dan jaringan saraf dan
hormon yang sama juga diaktifkan dalam ikatan cinta antara individu dewasa, atau pada
hubungan pertemanan yang melibatkan emosi yang kuat.

Determinan Lingkungan
Di antara primata, perilaku maternal sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan belajar. Jika
kera betina dibesarkan dalam isolasi, mereka tidak menunjukkan perilaku maternal yang
normal saat mereka selanjutnya menjadi ibu. Mereka tampaknya sedikit membentuk rasa
cinta terhadap keturunanya dan biasanya mengabaikannya. Mereka yang mengalami
pengasuhan buruk semasa kecilnya tampaknya memiliki kecenderungan yang kuat untuk
melanjutkan hal itu kepada anaknya.
‘14
5
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Motivasi Ingin Tahu
Eksplorasi dan Manipulasi
Kita tampaknya memiliki dorongan bawaan untuk memanipulasi dan menyelidiki
obyek-obyek. Kita memberikan kepada bayi mainan karena kita tahu mereka senang
menggenggam, mengguncang-guncang, dan menarik-nariknya. Walaupun manipulasi
kadang-kadang dilakukan tanpa tujuan lain, di lain waktu manipulasi dilakukan untuk tujuan
penyelidikan. Manusia mengambil suatu benda, melihatnya, merobeknya, memeriksa
bagian-bagiannya, sambil berupaya menemukan lebih banyak lagi. Piaget melakukan
sejumlah observasi tentang respons tersebut dalam kehidupan awal bayi manusia. Dalam
beberapa bulan pertama, bayi belajar menarik sebuah tali untuk membunyikan girig-giring
yang digantung di atas tempat tidurnya, suatu manipulasi yang mungkin dianggap sebagai
kesenangan semata. Antara usia 5 dan 7 bulan, mereka akan menyibakkan secarik kain dari
wajahnya dalam permainan cilukba. Pada usia 8 sampai 10 bulan, bayi mencari bendabenda yang terletak di belakang atau dibawah benda lain. Pada usia 11 bulan, mereka mulai
bereksperimen dengan benda, memvariasikan tempat atau posisi mainan; pada saat ini,
perilaku tampaknya merupakan bagian dari penyelidikan (Atkinson, 1987).
Motivasi Berprestasi
Hampir semua individu dewasa bekerja, namun bekerja tidak selalu berarti berkutat
dalam suatu profesi dan mendapatkan upah. Seorang siswa yang belajar pun melakukan
suatu pekerjaan. Seorang ibu rumah tangga juga bekerja. Para seniman, penyair, dan actor
tetap melakukan pekerjaan mereka., meskipun mereka dibayar dalam jumlah yang sangat
kecil (atau bahkan tidak dibayar sama sekali). Sebagian besar orang bekerja untuk
memenuhi kebutuhan dasar mereka, yakni kebutuhan akan makanan dan tenpat tinggal,
namun kebutuhan untuk bertahan hidup saja tidak dapat menjelaskan mengapa sebagian
orang termotivasi untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan sebaik-baiknya,
sedangkan sebagian rekan mereka sebatas menginginkan pekerjaan mereka selesai.
Kebutuhan bertahan hidup juga tidak dapat menjelaskan alasan mengapa beberapa orang
bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, namun menyalurkan hasrat berprestasi
mereka dalam melakukan aktivitas yang sama sekali tidak mendatangkan uang-seperti
belajar menjadi seorang pengendara motor trail atau pergi ke luar negeri untuk melepas
penat.
Para psikolog, khususnya di bidang psikologi industry/ organisasi, telah mengukur
kualitas psikologi yang memacu prestasi dan keberhasilan bersama dengan kondisi
lingkungan yang mempengaruhi produktivitas dan kepuasan. Penemuan mereka berlaku
terhadap pemahaman atas mengapa orang berhasil atau gagal dalam pekerjaan serta
pemahaman aspirasi dan pencapaian orang secara umum.
‘14
6
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hirarki Motivasi
Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk
tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak
penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia
sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi.
Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian
meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat
kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya.
Lima (5) kebutuhan dasar Maslow - disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting
hingga yang tidak terlalu krusial :
1. Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan
kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain
sebagainya.
‘14
7
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit,
bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3. Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis,
dan lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan
minatnya.
Menurut Maslow orang dewasa secara normal memuaskan kira kira 85% kebutuhan
fisiologis, 70% kebutuhan rasa aman, 50% kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, 40%
kebutuhan harga diri serta 10% kebutuhan aktualisasi diri. Pernyataan tersebut cukup logis
karena rata rata orang lebih termotivasi memenuhi kebutuhan yang sifatnya tidak bisa
ditunda tunda lagi seperti makan, minum dan kebutuhan fisiologisnya. Sementara kebutuhan
lainya masih bisa ditunda.
Dalam prosesnya teori Maslow menjelaskan bahwa tingkatan kebutuhan hirarki diatas dapat
dicapai setiap manusia secara bertahap. Suatu tingkatan kebutuhan memerlukan pemuasan
yang optimal apabila ingin berpindah ke tingkatan selanjutnya. Sifat statis teori ini
mengindikasikan bahwa orang akan terus menerus berupaya memenuhi tingkatan
kebutuhanya yang belum terpenuhi hingga puas dan tidak memotivasi dirinya lagi. Jika
keadaan sudah puas terjadi orang akan berpindah ke kebutuhan selanjutnya yang nilai
kepuasanya lebih tinggi dan memerlukan upaya yang lebih tinggi lagi. Begitulah seterusnya
hingga manusia mencapai kepuasan tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri di masyarakat.
Namun, keadaan setiap individu yang berbeda beda baik dari segi ekonomi, status, jabatan
dan lain lain menyebabkan kebutuhan setiap individu berbeda beda dan berada dalam
berbagai tingkatan. Ini tentu jadi tantangan bagi pemimpin untuk memahami keberadaan
motivasi karyawan karyawanya sehingga tidak ada kesalahan ketika memberikan sebuah
perangkat motivator seperti bonus, promosi dan lain-lain. Pemimpin yang mampu membaca
tingkatan motivasi bawahan akan dapat dengan mudah menentukan paket motivator yang
cocok bagi bawahanya.
‘14
8
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
BERPIKIR
Berpikir melibatkan proses memanipulasi informasi secara mental,
seperti
membentuk konsep-konsep abstrak, menyelesaikan beragam masalah, mengambil
keputusan dan melakukan refleksi kritis atau menghasilkan gagasan kreatif.
Konsep
Salah satu aspek mendasar dalam proses berpikir adalah pemahaman tentang
konsep.
Konsep
merupakan
kategori-kategori
mental
yang
digunakan
untuk
mengelompokkan objek-objek, kejadian-kejadian dan beragam sifat.
Konsep itu penting karena :
1. Konsep memungkinkan kita untuk melakukan generalisasi
2. Konsep memungkinkan kita untuk membuat asosiasi pengalaman dan benda-benda
yang ada
3. Konsep membantu ingatan, membuatnya menjadi lebih efisien, sehingga kita tidak harus
menciptakan kembali pemahaman atau makna ketika kita berhadapan dengan sebuah
potongan informasi
4. Konsep menyediakan petunjuk mengenai bagaimana kita bereaksi terhadap suatu
benda atau pengalaman tertentu.
Proses apa yang mendasari logik dan pengambilan keputusan?
-
Seseorang mendapatkan implikasi dari serangkaian asumsi yang mereka tahu
kebenarannya.
-
Keputusan
terkadang
(namun
tidak
selalu)
dapat
ditingkatkan
menggunakan
penggunaan algoritma dan heuristic. Algoritma adalah suatu aturan yang jika diterapkan
secara tepat, menjamin adanya suatu solusi; heuristic adalah suatu jalur pendek kognitif
yang dapat memberikan solusi, namun tidak ada garansi akan hal ini.
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah (Problem Solving) adalah sebuah usaha menemukan cara
yang tepat untuk mencapai sebuah tujuan ketika tujuan tersebut tidak langsung dapat diraih.
Langkah-langkah pemecahan masalah :
1. Menemukan dan membatasi masalah
Menyadari adanya sebuah permasalahan adalah langkah awal untuk munculnya solusi.
Dalam menemukan dan membatasi masalah, melibatkan proses bertanya dalam caracara kreatif dan melihat apa yang tidak dapat dilihat orang lain
2. Mengembangkan strategi-strategi pemecahan masalah yang baik
‘14
9
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Di antara sejumlah strategi yang efektif, ada beberapa metode yaitu :

Membuat tujuan-tujuan lebih kecil (subgoaling) melibatkan tujuan-tujuan jangka
menengah
atau
mendefinisikan
masalah-masalah
jangka
menengah
yang
memberika Anda situsi yang lebih baik untuk mencapai tujuan dan solusi akhir.
Bekerja ke arah yang berlawanan dalam menciptakan tujuan-tujuan yang lebih kecil
merupakan strategi yang baik.

Algoritma (algorithms) adalah strategi-strategi yang menjamin sebuah solusi untuk
masalah.

Heuristik (heuristics) adalah strategi-strategi yang menggunakan jalan pintas atau
panduan yang mengarahkan, namun tidak menjamin munculnya sebuah solusi untuk
masalah. Dalam dunia nyata, jenis permasalahan yang kita hadapi lebih mungkin
untuk dijawab dengan menggunakan strategi heuristik dibandingkan dengan strategi
algoritma. Heuristik membantu kita mempersempit kemungkinan solusi untuk
menemukan satu solusi yang paling tepat.
3. Evaluasi Solusi-Solusi
Setelah kita berpikir bahwa kita telah menemukan pemecahan masalah, kita tidak akan
tahu seberapa efektif solusi yang kita gunakan sampai kita menemukan bahwa hal
tersebut bekerja. Untuk itu akan sangat membantu bila kita memiliki kriteria keefektifan
solusi dalam pikiran kita.
4. Memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali masalah dan solusi yang dihasilkan
seiring dengan waktu
Sebuah langkah akhir yang penting dalam pemecahan masalah adalah untuk
memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali permasalahan-permasalahan secara
berkala.
Sebuah hambatan pada pemecahan masalah : Menjadi Terbiasa. Salah satu kunci
keberhasilan untuk menjadi seorang penyelesai masalah yang baik adalah untuk menyadari
bahwa seseorang tidak mengetahui semua hal, bahwa strategi seseorang dan kesimpulan
yang dimiliki selalu terbuka terhadap perbaikan. Pemecahan masalah yang optimal mungkin
membutuhkan kerendahan hati dalam kadar tertentu atau kemampuan untuk mengakui
bahwa ia tidak sempurna dan bahwa mungkin ada cara-cara yang lebih baik dari cara yang
telah dicobanya dan metode-metode yang benar untuk menyelesaikan permasalahan
kehidupan.
‘14
10
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Fiksasi (fixation)
Fiksasi (fixation) melibatkan penggunaan strategi terdahulu dan kegagalan untuk
melihat sebuah masalah dari sudut pandang yang baru. Contohnya keterpakuan fungsional
(functional fixedness) terjadi ketika individu gagal untuk menyelesaikan sebuah masalah
karena mereka terbiasa/terfiksasi pada fungsi yang umum dari sebuah benda. Pemecahan
masalah yang efektif sering mengharuskan kita untuk mencoba sesuatu yang baru atau
berpikir di luar yang biasanya kita pikirkan.
Penalaran Dan Pengambilan Keputusan
Penalaran (reasoning) adalah aktivitas mental yang mengubah informasi untuk
mencapai kesimpulan tertentu. Menalar adalah sebuah keterampilan yang sering dikaitkan
dengan berpikir kritis. Penalaran dapat terjadi dalam bentuk induktif maupun deduktif.

Penalaran induktif (inductive reasoning), berawal dari hal yang spresifik ke masalah
yang umum, atau dari bawah ke atas. Proses penalaran ini berupa penarikan
kesimpulan mengenai semua anggota kelompok atau kategori berdasarkan pengamatan
terhadap beberapa anggota saja.

Penalaran deduktif (deductive reasoning), merupakan penalaran yang diawali dari halhal yang umum ke hal-hal yang spesifik. Ketika para psikolog mengembangkan sebuah
hipotesis dari sebuah teori, mereka menggunakan bentuk penalaran deduktif, karena
hipotesis adalah sebuah kepanjangan logis yang spesifik dari sebuah teori yang bersifat
umum. Bila teori itu benar, maka hipotesis juga akan benar.
Di
dalam
pengambilan
keputusan
(decision
making),
melibatkan
proses
mengevaluasi sejumlah alternatif dan membuat pilihan di antara alternatif yang ada.
Pengambilan keputusan tanpa kesadaran.
Manusia dapat berpikir tanpa mengetahui apa yang dipikirkan, hal ini merupakan
bukti bahwa penalaran dan pengambilan keputusan terkadang terjadi di luar kesadaran. Hal
itu terbukti dalam serangkaian penelitian, dimana peneliti meminta sejumlah orang untuk
membuat keputusan atau mendekati orang yang mengambil keputusan. Dalam penelitian
tersebut, subjek penelitian diberikan masalah-masalah yang rumit untuk dipecahkan
sesudah beberapa menit berpikir. Namun setengah dari subjek penelitian terganggu selama
proses berpikir dan tidak dapat berkonsentrasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Hasil menunjukkan bahwa mereka yang terganggu konsentrasinya menunjukkan kinerja
yang lebih baik dibandingkan mereka yang diperkenankan untuk memikirkan pemecahan
masalah secara sadar. Kesimpulan lain bahwa untuk masalah-masalah kecil, proses berpikir
‘14
11
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
secara sadar dianggap baik, namun dalam pemecahan masalah yang kompleks terkadang
cara terbaik adalah dengan membawa masalah tersebut dalam tidur kita.
Heuristik yang Bias
Manusia rentan terhadap sejumlah kesalahan dalam proses berpikir kita. Bias-bias
tertentu dan heuristik yang mungkin mengarah pada kesalahan tersebut antara lain :
1. Bias Konfirmasi (confirmation bias) adalah kecenderungan kita untuk mencari dan
menggunakan informasi yang mendukung gagasan kita dibandingkan dengan informasi
yang bertentangan dan menolak gagasan tersebut.
2. Bias melihat ke belakang (hindsight bias) adalah kecenderungan kita untuk sesudah
suatu fakta muncul, melaporkan dengan salah bahwa kita telah meramalkan suatu hasil.
Berpikir Kritis Dan Kreatif
Berpikir kritis merupakan berpikir reflektif dan produktif serta mengevaluasi bukti
yang ada. Mereka yang berpikir kritis memiliki pemaknaan gagasan dengan lebih baik, tetap
terbuka dengan beragam pendekatan dan sudut pandang dan menentukan untuk diri
mereka sendiri apa yang harus dipercaya atau apa yang harus dilakukan.
Berpikir kritis merupakan sesuatu yang penting bagi pemecahan masalah yang
efektif. Dalam berpikir kritis, individu perlu mempertahakan kerendahan hati tentang apa
yang mereka ketahui. Hal ini berarti tetap terbuka terhadap kemungkinan mempertanyakan
asumsi-asumsi yang telah lama dipegang dan termotivasi untuk melihat melampaui apa
yang dianggap jelas.
Proses pembentukan dua kebiasaan mental sangat penting dalam berpikir kritis, yaitu
kesadaran penuh dan keterbukaan pikiran.
Kesadaran penuh (mindfulness)
Kesadaran penuh (mindfulness) berarti terjaga dan secara mental hadir dalam
aktivitas seseorang sehari-hari. Kesadaran penuh adalah kunci dari proses berpikir kritis.
Orang yang memiliki kesadaran penuh, mempertahankan kesadaran mereka secara aktif
terhadap situasi mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sebuah penelitian klasik, Langer (Langer, Blank, & Chanowitz, 1978)
menemukan bahwa orang-orang (sebanyak 90%) akan dengan penuh pengabaian
menyerah dalam antrian untuk menggunakan mesin fotocopy ketika seseorang meminta
mereka untuk menyerah dan berkata, “Dapatkah saya menggunakannya lebih dulu? Saya
perlu untuk membuat salinan berkas ini” dibandingkan dengan ketika seseorang meminta
dengan hanya mengungkapkan, “dapatkah saya menggunakannya lebih dulu?” (hanya
60%).
‘14
12
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Seseorang yang memiliki kesadaran penuh menciptakan gagasan-gagasan baru,
terbuka pada informasi-informasi baru dan sadar adanya lebih dari satu sudut pandang,
sementara orang yang abai terjebak dalam gagasan lama, terlibat dalam perilaku yang
sudah otomatis dan hanya melihat hanya dari satu sudut pandang.
Keterbukaan pikiran (open mindedness)
Keterbukaan pikiran (open mindedness) adalah mampu menerima sudut pandang
yang lain dalam melihat suatu hal. Keterbukaan yang sederhana pada sudut pandang orang
lain dapat membantu orang untuk tidak melompat terlalu cepat pada kesimpulan.
Mengetahui bahwa Anda tidak tahu, terkadang merupakan langkah pertama untuk mencapai
kebijaksanaan yang sesungguhnya (Socrates). Kerendahhatian adalah sebuah persyaratan
terhadap pemecahan masalah yang benar-benar efektif.
Berpikir Kreatif
Sebagai solusi terbaik terhadap sebuah
masalah, melibatkan berpikir kreatif. Kreativitas
mengacu pada kemampuan untuk memikirkan
sesuatu dan memecahkan masalah dengan
cara yang baru dan tidak biasa. Orang-orang
kreatif cenderung berpikir secara divergen.
Berpikir
divergen
(divergen thinking)
menghasilkan banyak jawaban pada pertanyaan
yang sama. Sebaliknya, jenis berpikir yang dibutuhkan pada tes kecerdasan konvensional
adalah berpikir konvergen (convergent thinking).
Selain menjadi pemikir divergen, individu yang kreatif kerap digambarkan sebagai
orang-orang yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Berpikir secara fleksibel dan suka bermain dengan pikiran
Walau kreativitas membutuhkan kerja keras, namun kerja tersebut akan berjalan lancar
bila dianggap sesuatu yang ringan. Pengilhaman (brainstorming) adalah sebuah teknik
dimana anggota dalam sebuah kelompok didorong untuk menghasilkan sebanyak
mungkin gagasan, kemudian mengembangkan gagasan orang lain dan menyampaikan
apapun yang muncul dalam pikiran kita. Individu-individu ini biasanya menghindari
proses mengkritik gagasan orang lain sampai berakhirnya sesi brainstorming.
2. Motivasi internal
Orang-orang kreatif seringkali dimotivasi oleh kepuasan untuk mencipta sesuatu dan
cenderung kurang terdorong untuk mencapai nilai, uang atau umpan balik positif dari
orang lain.
‘14
13
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Keinginan untuk menghadapi resiko
Orang-orang kreatif membuat lebih banyak kesalahan dibandingkan dengan mereka
yang kurang kreatif. Hal ini bukan karena mereka tidak ahli, namun disebabkan karena
mereka menghasilkan lebih banyak kemungkinan dan gagasan. Para pemikir kreatif
belajar untuk menghadapi ketidakberhasilan dalam proyek dan melihat kegagalan
sebagai kesempatan belajar.
4. Penilaian obyektif dari suatu karya
Kebanyakan pemikir kreatif berusaha untuk mengevaluasi kerja mereka secara obyektif.
Lima (5) tahap berurutan untuk dapat memunculkan solusi kreatif pada suatu
masalah, dapat dideskripsikan sbb :
1. Persiapan
Tahap awal,
dimana kita terlibat
dalam suatu masalah yang
menarik
dan
membangkitkan keingintahuan kita;
2. Inkubasi
Tahap dimana kita mengeluarkan gagasan-gagasan yang ada dalam kepala kita
3. Pencerahan (insight)
Pada tahap ini, muncul “Aha!”, dimana potongan-potongan informasi tentang masalah
tampak saling melengkapi dan cocok
4. Evaluasi
Pada tahap ini, kita harus menentukan apakah gagasan tersebut bernilai atau layak
untuk dilanjutkan.
5. Elaborasi
Pada tahap ini, kita harus melaksanakan atau menggarap dengan tekun dan cermat
gagasan tersebut
BAHASA
Bahasa adalah bentuk komunikasi baik lisan, tertulis maupun menggunakan isyarat
yang didasarkan pada sebuah sistem simbol. Dengan bahasa kita tidak hanya dapat
berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca, menulis tetapi dengan
bahasa kita juga dapat menalar serta menyelesaikan masalah.
Struktur Bahasa
Semua bahasa memiliki generativitas tidak terbatas (infinite generativity), yaitu
kemampuan untuk menghasilkan kalimat-kalimat bermakna dalam jumlah tidak berhingga.
Semua bahasa manusia disirikan oleh empat sistem aturan, yaitu :
‘14
14
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Fonologi (phonology), yaitu sistem suara dalam satu bahasa. Aturan fonologi
memastikan urutan suara tertentu terjadi (sp, ba dan ar) dan urutan lain tidak terjadi (qp,
zx).
2. Morfologi (morphology), yaitu aturan pembentukan kata dalam bahasa. Sebuah morfem
adalah unit terkecil dalam bahasa yang membawa makna tertentu. Beberapa kata terdiri
atas morfem tunggal (ex. Help), tapi tidak semua morfem merupakan kata (ex. –ing, -er).
3. Sintaksis (syntax), yaitu aturan sebuah bahasa dalam melakukan kombinasi kata untuk
membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima.
4. Semantik (semantics), yaitu makna kata-kata dan kalimat dalam bahasa tertentu. Katakata memiliki batasan semantik tentang bagaimana mereka digunakan dalam kalimatkalimat.
Hubungan antara Bahasa dan Kognisi
Peran Bahasa dalam Kognisi
Bahasa membantu kita berpikir, membuat penyimpulan, mengambil keputusan sulit
dan
menyelesaikan
masalah.
Bahasa
dapat
dilihat
sebagai
sebuah
alat
untuk
menggambarkan gagasan. Bahasa menentukan cara kita berpikir (Benjamin Whorf,1956).
Peranan Kognisi dalam Bahasa
Secara keseluruhan, walaupun pikiran mempengaruhi bahasa dan bahasa
mempengaruhi pikiran, saat ini lebih banyak bukti bahwa pikiran dan bahasa bukan
merupakan bagian dari suatu sistem tunggal. Sebaliknya, mereka seperti berkembang
sebagai komponen-komponen yang terpisah, modular dan dipersiapkan secara biologis
dalam pikiran kita.
Pengaruh Faktor Biologis dan Lingkungan pada Bahasa
Pengaruh Biologis
Sejumlah pakar percaya bahwa evolusi yang terjadi jauh sebelum bahasa muncul
telah menentukan manusia untuk menjadi makhluk linguistik. Otak, sistem syaraf dan
tampilan vokal dari para pendahulu kita berubah sepanjang ratusan ribu tahun. Dengan
memiliki kesiapan fisik untuk berbahasa Homo Sapiens melakukan lebih dari sekedar bunyibunyian untuk mengembangkan pembicaraan abstrak.
Universalitas Bahasa
Menurut Chomsky dan banyak ahli bahasa lainnya, bukti terkuat tentang adanya
dasar biologis dari bahasa adalah fakta bahwa anak-anak di seluruh dunia mencapai
perkembangan dalam bahasa pada usia yang hampir sama dan urutan yang juga
‘14
15
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menyerupai di seluruh dunia, terlepas dari variasi dalam masukan bahasa yang mereka
dapatkan dari lingkungan.
Dalam pandangan Chomsky, anak-anak tidak dapat mempelajari aturan-aturan dan
struktur bahasa sepenuhnya hanya dengan
menirukan apa yang mereka dengar. Namun,
pasti ada hal-hal alamiah yang menyiapkan
anak-anak secara biologis, aturan tata bahasa
yang universal yang memungkinkan mereka
memahami aturan-aturan dasar tentang bahasa
dan
menerapkan
aturan-aturan
ini
pada
pembicaraan yang mereka dengar. Anak-anak
mempelajari bahasa tanpa kesadaran logika yang mendasarinya.
Bahasa dan Otak
Penelitian dalam ilmu neurosains menunjukkan bahwa otak memiliki bagian-bagian
tertentu yang siap digunakan untuk bahasa. Bukti berikutnya menunjukkan bahwa
pemrosesan bahasa seperti pembicaraan dan tata bahasa, terjadi terutama pada belahan
otak kiri.
Pengaruh Lingkungan
Serangkaian
penelitian
menyebutkan
cara-cara
di
mana
lingkungan
anak
mempengaruhi keterampilan berbahasa mereka.
Strategi yang baik untuk orangtua dalam mengajak anaknya berbicara :
1. Jadilah mitra pembicaraan yang aktif. Mulailah pembicaraan dengan bayi.
2. Bicaralah pada bayi seolah-olah mereka mengerti apa yang kita katakan. Proses ini
membutuhkan 4 hingga 5 tahun, tetapi anak-anak akan secara bertahap meningkatkan
kemampuan bahasanya hingga mencapai contoh yang diberikan padanya.
3. Gunakanlah gaya bahasa yang nyaman untuk anda. Jangan khawatir Anda akan
terdengar seperti berbicara dengan orang dewasa lain saat berbicara dengan anakanak.
‘14
16
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tahap Awal Perkembangan Bahasa
0-6 Bulan
6-12 Bulan
12-18 Bulan
18-24 Bulan
2 Tahun
3-4 Tahun
5-6 Tahun
6-8 Tahun
9-11 Tahun
11-14 Tahun
15-20 Tahun
Cooing
Diskriminasi huruf vocal
Celotehan mulai muncul pada usia 6 bulan
Celotehan berkembang untuk mencakup suara pada bahasa yang
diucapkan
Sikap tubuh yang digunakan untuk berkomunikasi dengan objek
Kata pertama muncul pada usia 10-13 bulan
Memahami lebih dari 50 kata sebagai rata-rata
Kosakata meningkat hingga mencaapi rata-rata 200 kata
Mulai mengkombinasi dua kata
Kosakata meningkat dengan pesat
Penggunaan bentuk jamak dengan tepat
Penggunaan struktur bahasa untuk masa lalu
Penggunaan kata depan
Rerata panjangnya ucapan mencapai 3-4 morfem dalam sebuah kalimat
Penggunaan kalimat tanya "ya" dan "tidak", "apa", "siapa", "kenapa"
Penggunaan kalimat perintah dan kalimat negatif
Kesadaran yang meningkat pada pragmatis
Kosakata mencapai rerata hingga 10.000 kata
Koordinasi kalimat sederhana
Kosakata terus meningkat pesat
Penggunaan aturan sintaksis yang lebih terampil
Keterampilan pembicaraan terus meningkat
Pendefinisian kata meliputi sinonim
Strategi pembicaraan terus meningkat
Kosakata meningkat dengan tambahan pada kata-kata yang lebih
abstrak
Memahami bentuk tata bahasa yang lebih rumit
Peningkatan pemahaman fungsi sebuah kata dalam sebuah kalimat
Memahami metafora dan kalimat safir
Memahami hasil karya tulisan orang dewasa
Bahasa dan Pendidikan
Keterampilan berbahasa merupakan salah satu tujuan sekolah, sebagai pendidikan
formal. Cara sekolah mencapai tujuan ini terkadang kontroversial. Salah satunya adalah
menyangkut pertanyaan bagaimana cara yang paling efektif bagi anak dalam belajar
membaca.
Ada dua pendekatan yang berbeda dalam belajar membaca, yakni Pendekatan Bahasa
Menyeluruh dan Pendekatan Fonik.
‘14
17
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pendekatan Bahasa Menyeluruh (whole-language approach)
Pendekatan ini memberi penekanan pada instruksi bahwa untuk membaca harus
disesuaikan dengan proses alamiah anak belajar membaca. Dalam pendekatan ini, awalnya
pembaca diajarkan untuk mengenali keseluruhan kata / kalimat dan menggunakan konteks
dari apa yang dibaca untuk menebak makna kata-kata tersebut.
Sebaliknya, Pendekatan Fonik (phonics approach), menekankan instruksi untuk
membaca harus mengajarkan aturan-aturan dasar untuk menerjemahkan simbol-simbol
tertulis menjadi suara. Dalam pendekatan ini, anak-anak diberi materi membaca yang
kompleks seperti buku hanya jika mereka sudah mempelajari aturan-aturan yang
menghubungkan fonem yang dibunyikan dengan huruf-huruf alfabet yang digunakan untuk
menampilkannya.
Berpikir, Pemecahan Masalah, serta Kesehatan dan Kesejahteraan
Stres
Stres merupakan perasaan yang kita miliki ketika tantangan hidup terlihat seperti di
luar kendali manusia. Apa yang paling membuat manusia stres? Walaupun semua orang
mungkin memiliki respon yang serupa terhadap penyebab stres, namun tidak semua orang
mempersepsikan kejadian yang sama sebagai sesuatu yang menekan. Sebagian orang
merespon penyebab stres sebagai sesuatu yang mengancam dan menimbulkan efek
negatif, tetapi ada juga yang meresponnya sebagai suatu yang menantang dan
menimbulkan pemikiran-pemikiran positif.
Sampai pada titik tertentu, apa yang dianggap menekan untuk manusia tergantung
pada apa yang dipikirkan tentang kejadian tersebut. Inilah yang disebut sebagai penilaian
kognitif.
Penilaian kognitif (cognitive appraisal)
Penilaian kognitif (cognitive appraisal) adalah interpretasi individu terhadap kejadiankejadian dalam hidup mereka dan proses menentukan apakah mereka memiliki sumber
daya untuk mengatasi kejadian tersebut dengan lebih efektif. Orang menilai kejadian yang
dialami dalam dua tahap yaitu tahap penilaian primer dan penilaian sekunder. Dalam
penilaian primer seseorang memaknai apakah kejadian tersebut melibatkan bahaya,
ancaman atau tantangan. Mempersepsikan stressor bukan sebagai ancaman adalah
strategi untuk mengurangi kadar stress.
Dalam penilaian sekunder, seseorang mengevaluasi sumber daya mereka sendiri
dan menentukan seberapa efektif mereka dapat digunakan untuk mengatasi kejadian
tersebut. Berkaitan dengan pemecahan masalah, salah satu jenisnya adalah dengan
Coping.
‘14
18
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ada dua jenis proses Coping :
1. Coping yang fokus pada masalah (problem-focused coping) adalah strategi kognitif
dimana
seseorang
menghadapi
langsung
permasalahannya
dan
mencoba
memecahkannya.
2. Coping yang fokus pada aspek emosi (emotion-focused coping) adalah melibatkan
usaha untuk merespon stress yang dirasakan –mencoba untuk mengelola reaksi-reaksi
emosi- dan bukan memusatkan perhatian pada inti masalah.
Perbedaan lain strategi pemecahan masalah adalah pendekatan yang mendekatkan
pada inti masalah tersebut (approach coping), dan pendekatan yang menghindar dari inti
masalah tersebut (avoidant coping). Proses coping yang berhasil diasosiasikan dengan
sejumlah faktor, termasuk perasaan mampu mengontrol berbagai hal, sistem kekebalan
yang sehat, sumber daya pribadi dan emosi positif. Dalam penerapannya, penggunaan
strategi majemuk berfungsi lebih baik daripada penggunaan strategi tunggal.
‘14
19
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
EMOSI
Emosi adalah perasan, atau afeksi yang dapat melibatkan rangsangan fisiologis
(seperti denyut jantung yang cepat),
pengalaman sadar (seperti memikirkan
keadaan
seseorang),
jatuh
cinta
dengan
dan
ekspresi
perilaku
(sebuah senyuman atau raut muka
cemberut).
Emosi
adalah
situasi
stimulus yang melibatkan perubahan
pada tubuh dan wajah, aktivitas pada
otak, penilaian kognitif, perasaan, dan
kecenderungan melakukan suatu tindakan. Seringkali orang merasa tidak nyaman dengan
emosi mereka dan berharap mereka dapat terbebas dari rasa sakit yang ditimbulkan oleh
perasaan marah, cemburu, malu, rasa bersalah, rasa duka, dan rasa cinta yang tidak
terbalas.
Emosi dapat menyatukan manusia, mengatur jalannya sebuah hubungan dan
memotivasi orang dalam mencapai suatu sasaran. Tanpa kemampuan untuk merasakan
emosi, manusia akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan atau dalam
merencanakan masa depannya. Mengenai aspek-aspek dari emosi menunjukkan bahwa
manusia, dimanapun mereka berada, telah memiliki dasar-dasar emosi atau telah memiliki,
emosi primer dan sekunder.
Elemen pertama dari Emosi: Tubuh Manusia

Emosi primer
Emosi-emosi yang dibawa semenjak lahir dan berlaku secara umum. Emosi-emosi
tersebut diikuti dengan ekspresi wajah. Emosi primer umumnya meliputi rasa takut, senang
terkejut, jijik, dan sebal. Emosi-emosi tersebut memiliki ekspresi wajah yang berbeda-beda.
Situasi yang menimbulkan emosi-emosi tersebut bersifat umum. Dimana pun manusia
berada, kesedihan akan mengikuti persepsi kehilangan, rasa takut akan mengikuti persepsi
ancaman atau disakiti dan seterusnya.
‘14
20
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Emosi sekunder
Meliputi semua variasi dan campuran dari emosi, yang bervariasi antara satu
kebudayaan dengan kebudayaan lainnya serta berkembang secara bertahap sesuai tingkat
kedewasaan kognitif. Ilmuwan saraf dan para peneliti lainnya meneliti tiga aspek biologis
utama dari emosi, yakni ekspresi wajah, bagian-bagian dari sirkuit-sirkuit pada otak, dan
sistem saraf otonom.
Teori James-Lange dan Cannon-bard
William James (1950) dan Carl Lange (1922) menyatakan bahwa emosi merupakan
hasil dari keadaan fisiologis yang muncul akibat sebuah stimulus lingkungan. Emosi terjadi
sesudah reaksi fisiologis. Setiap emosi, mulai dari marah hingga gembira memiliki
serangkaian perubahan fisiologis yang berbeda, dan Nampak dalam denyut jantung, pola
pernapasan, keringat, dan respon-respon lainnya. Intinya adalah bahwa sesudah persepsi
awal, pengalaman emosi merupakan hasil dari persepsi seseorang terhadap perubahan
fisiologis yang dialaminya.
Teori Cannon-Bard
Walter cannon (1927) menolak asumsi dalam teori james-Lange bahwa setiap emosi
memiliki perubahan fisiologisnya masing-masing. Ia mengatakan bahwa perasaan emosi
yang berbeda tidak dapat dihubungkan dengan perubahan fisiologis spesifik karena respon
system saraf otonom terlalu menyebar dan lambat untuk menjelaskan respon emosi yang
begitu cepat dan berbeda-beda. Phillip Bard (1934) mendukung analisis ini, sehingga
teorinya menjadi teori Cannon-Bard; yaitu sebuah teori yang menyatakan bahwa emosi dan
reaksi fisiologis terjadi secara bersamaan.
‘14
21
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Wajah dari Emosi
Aristoteles (384-322 S.M.) mengungkapkan terdapat beberapa ekspresi wajah
tertentu yang mengikuti rasa marah, takut, rangsangan erotis, dan semua perasaan kuat
lainnya. Charles Darwin (1872-1965) menambahkan sebuah penjelasan evolusioner
terhadap hasil observasi Aristoteles. Ekspresi wajah manusia-senyum, mengerut dahi,
meringis, menatap tajam-menurut Darwin memiliki kemiripan dengan kepakan sayap yang
cepat pada seekor burung yang ketakutan, dengkuran seekor kucing yang sedang merasa
senang atau geraman seekor serigala yang merasa terancam.
Ekspresi
wajah
kita
tidak
hanya
menunjukkan
emosi
kita,
tetapi
juga
mempengaruhinya. Menurut hipotesis umpan balik wajah (facial feedback hypothesis),
ekspresi wajah dapat mempengaruhi emosi seperti juga dapat merefleksikan emosinya.
Menurut pandangan ini, otot-otot wajah mengirimkan sinyal ke otak yang membantu individu
untuk mengenali emosi yang tengah dirasakan. Contohnya: kita merasa bahagia ketika kita
tersenyum dan merasa lebih sedih ketika kita mengernyitkan dahi.
Otak dan Emosi
Para ilmuwan fisiologi lainnya telah mengidentifikasi bagian otak yang mengatur
emosi yang berbeda dan mengatur komponen spesifik terkait pengalaman emosional:
mengenali emosi pada orang lain, merasakan emosi, mengekspresikan emosi, bertindak
melalui emosi, dan mengendalikan atau mengatur emosi.
Kedua cerebral hemisphere (sisi otak) juga mengendalikan tugas-tugas emosional
yang berbeda. Sisi kanan otak (otak kanan) merupakan bagian yang penting dalam
mengenali ekspresi emosi dan memproses perasaan emosional, sedangkan sisi kiri otak
(otak kiri) aktif saat memproses makna emosional.
‘14
22
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hormon dan Emosi
Saat sedang mengalami stres,
atau merasakan suatu emosi yang
kuat, divisi simpatetik dari sistem saraf
otonom akan memerintahkan kelenjar
adrenalin
untuk
melepaskan
dua
hormon,
yakni
epinephrine
dan
norepinephrine.
Kelenjar
adrenalin
akan memproduksi epinephrine dan
norepinephrine
sebagai
respon
terhadap beragam tantangan dalam
lingkungan. Hormon-hormon tersebut
akan diproduksi saat anda tertawa
ketika
menonton
memainkan
film
humor,
playstation,
mengkhawatirkan ujian, berteriak dalam sebuah pertandingan olah raga, atau saat anda
mengemudi dalam kemacetan lalu lintas. Epinephrine biasanya akan memberikan energisensasi yang sering kali anda rasakan saat terstimulasi dengan kuat.
Kesimpulannya, aspek fisiologi melibatkan ekspresi wajah dengan karakteristik
tertentu, aktivitas pada bagian-bagian otak tertentu (terutama amigdala), beberapa area
khusus pada prefrontal cortex, dan saraf-saraf cermin serta aktivitas pada sistem saraf
otonom yang mempersiapkan tubuh kita untuk melakukan suatu tindakan.
Elemen kedua dari emosi: Pikiran
Bagaimana pikiran membentuk Emosi?
Perhatikan bahwa respon emosional manusia bukan disebabkan oleh perilaku orang
lain, melainkan disebabkan oleh cara seseorang menginterpretasikan perilaku orang lain.
Persepsi berperan aktif dalam setiap emosi, termasuk emosi yang dianggap sebagai emosi
primer, seperti gembira dan marah. Emosi dapat dihasilkan dan dipengaruhi oleh keyakinan,
persepsi terhadap situasi, harapan, dan atribusi.
Kognisi dan Kompleksitas Emosi
Kognisi dan fisiologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
pengalaman dari emosi; kognisi dan fisiologi adalah saling mempengaruhi satu sama lain
secara terus menerus: kognisi mempengaruhi emosi dan kondisi emosi mempengaruhi
‘14
23
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kognisi. Contoh: menyalahkan seseorang atas masalah yang anda hadapi akan
menyebabkan anda merasa marah dan begitu anda merasa marah, anda akan semakin
terdorong untuk memikirkan hal-hal negatif tentang orang lain.
Fakta-fakta
yang
menunjukan
bahwa
berfikir
dapat
mempengaruhi
emosi
menunjukan suatu hal yang mengesankan. Saat seorang berada dalam kondisi emosi yang
tidak menyenangkan, mereka dapat mengubah perasaan tersebut, dengan menganalisis
ulang situasi dan persepsi mereka terhadap situasi tersebut.
Teori Dua Faktor Emosi
Dalam teori dua faktor emosi yang dikembangkan oleh Stanley Schacter dan Jerome
Singer (1962), emosi ditentukan oleh dua (2) factor, yaitu rangsangan fisiologis dan
pemberian label kognitif. Mereka berpendapat bahwa kita melihat dunia luar untuk mencari
penjelasan mengapa kita merasakan sesuatu. Contohnya: bila kita merasa tidak baik
setelah seseorang memberikan komentar yang negatif, mungkin kita akan memberi label
emosi itu “marah”. Namun bila kita merasakan baik setelah menerima komentar yang
menyenangkan, mungkin kita akan memberi label pada emosi kita “bahagia”.
Elemen ketiga dari emosi: Budaya
Bagaimana Budaya Membentuk Emosi?
Banyak ilmuwan psikologi, terutama mereka yang mempelajari aspek biologi dari
emosi, meyakini bahwa semua manusia memiliki kemampuan merasakan emosi primersuatu hal yang dipengaruhi (dan mempengaruhi) otak, wajah dan sistem saraf. Namun,
beberapa psikolog tidak terlalu mempertimbangkan perebedaan emosi primer dan emosi
‘14
24
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sekunder, karena menurut mereka,tidak ada satupun aspek emosi yang tidak dipengaruhi
oleh budaya atau konteks, dan tidak ada emosi murni dengan batasan-batasan yang jelas,
yang dapat membedakan emosi murni tersebut dengan emosi-emosi lainnya.
Namun, para ilmuwan sepakat bahwa budaya menentukan penyebab munculnya
emosi pada seseorang. Seperti kemampuan untuk merasakan jijik berlaku secara universal,
namun penyebab timbulnya rasa jijikakan mengalami perubahan sejalan dengan tahapan
perkembangan, dan penyebab rasa jijik juga berbeda-beda pada setiap budaya. Pada
beberapa budaya, orang-orang merasa jijik terhadap ulat (yang dianggap ahli botani sebagai
hewan yang cantik, dan dianggap sebagai santapan yang lezat oleh suku Dani di Papua)
Budaya dan Ekspresi Emosional
Pada beberapa budaya, duka diekspresikan melalui isak tangis yang keras; pada
budaya lainnya, duka diekspresikan dalam keheningan tanpa air mata; dan pada budaya
yang lain lagi, duka justru diekspresikan melalui tarian yang meriah, minuman dan lagu.
Menggabungkan Kedua Elemen: Emosi dan Gender
Pria dan wanita memiliki kemampuan yang sama untuk merasakan semua emosi,
mulai dari cinta, duka,hingga kemarahan. kebanyakan pria terlihat lebih reaktif secara
psikologis terhadap konflik dibandingkan wanita,namun kedua gender terkadang memiliki
perbedaan persepsi dan atribut yang menghasilkan emosi dan intensitas emosional.
Pria dan wanita mengekspresikan emosi secara berbeda-pria dan wanita mengikuti
display rule yang berbeda-beda pada tiap budaya. Para wanita lebih sering menangis,
menunjukkan perasaan takut, sedih, rasa bersalah, dan kesepian; dibandingkan pria, yang
lebih sering menyembuyikan perasaan-perasaan tersebut, karena perasaan-perasaan
tersebut dianggap sebagai tanda-tanda kelemahan.
Gender dan emosi menunjukkan bahwa pemahaman terhadap pengalaman dan
ekspresi emosional secara penuh mengharuskan kita memahami biologis, proses kognitif
dan persepsi, serta norma-norma yang berlaku dalam budaya. Hanya memperhatikan salah
satu komponen saja akan memberikan gambaran yang tidak lengkap.
‘14
25
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, R.C., & Bem, D.J. (1987). Pengantar Psikologi, Edisi
Kesebelas, Jilid Dua. Batam: Interaksara.
Ciccarelli, S.K & White, J.N (2009). Psychology(2nd ed.) New Jersey: Pearson International,
Inc.
Feldman, Robert S. (2012). Pengantar Psilologi “Understanding Psychology” (Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
King, L.A. (2010). Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. Buku 1. Jakarta:
Salemba Humanika.
Sardiman, A.M. (2005). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Perkasa.
Wade, C., Travis, C. (2008). Psikologi, Jilid 2 (terjemahan) (edisi kesembilan), Jakarta:
Erlangga.
Wothman, C., Loftus, E., Weaver, C. (1999). Psychology (5th ed.). New York: The McGrawHill Companies.
‘14
26
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download