MODUL PERKULIAHAN Perilaku dan Proses Mental Modul Motivasi dan Emosi Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 07 Kode MK Disusun Oleh 61093 (A21616AA) Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Abstract Kompetensi Penjelasan tentang Motivasi dan Emosi Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengkomunikasikan tentang pengertian ingatan, proses dalam ingatan, penyimpanan ingatan, dan teori tentang lupa Emosi Pengertian Emosi adalah salah satu studi dalam psikologi yang penting.Tetapi tidak mudah juga untuk mendefinisikan emosi tersebut. Menurut Drever yang termasuk ke dalam emosi adalah perubahan tubuh yang bersifat luas - dalam bernapas, denyut nadi, kelenjar sekresi, dll dan di sisi mental, keadaan kegembiraan atau perturbasi, ditandai oleh perasaan yang kuat. Dengan begitu kita dapat mengidentifikasikan komponen dari emosi yaitu : Cognitive or thinking : emosi biasanya mengarah pada orang atau benda (misalnya kita berada dalam keadaan emosi cemas karena situasinya berbahaya), dan kita tahu situasi berbahaya daripada tidak berbahaya sebagai hasil dari pemikiran. Psychologically : umumnya sejumlah perubahan tubuh yang terlibat dalam emosi, banyak dari mereka (seperti peningkatan denyut jantung, tekanan darah meningkat, laju respirasi meningkat, berkeringat) terjadi karena gairah di divisi simpatik dari sistem saraf otonom atau aktivitas hormonal dalam sistem endokrin. Experiental : perasaan yang dialami, yang hanya dapat dinilai dalam spesies manusia. Expressive : ekspresi wajah dan aspek lain dari perilaku non-verbal seperti postur tubuh. Behavioural : pola perilaku (misalnya melawan atau lari) yang dihasilkan oleh suatu keadaan emosional. Emosi dan Mood Berikut ini adalah perbedaan-perbedaan utama antara emosi dan mood : Perbedaannya terdapat dalam durasi. Mood cenderung akan bertahan lama, sedangkan emosi cenderung cepat. Emosi kemarahan akan berakhir dalam beberapa detik atau beberapa menit. Sedangkan mood yang bersifat mengganggu akan berakhir dalam beberapa jam bahkan hari (Watson and Clark). Emosi biasanya lebih kuat atau sering daripada mood. Emosi berbeda dengan mood dilihat dari faktor penyebab terjadinya mereka. Emosi biasanya terjadi karena kejadian-kejadian spesifik. Sedangkan mood terjadi karena alasan yang tidak jelas. Faktanya adalah emosi dapat membuat mood dan mood bisa kembali ke emosi, artinya adalah kita tidak dapat menggambarkan bentuk yang dapat membedakan mereka. Penggunaan Emosi Emosi (terutama yang negatif) biasanya lebih tidak berguna dan tidak diinginkan. Pendapat tersebut dapat dipahami dari berbagai macam alasan : Tidak ada seorang pun yang ingin mengalami depresi atau kecemasan 2016 2 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Emosi dapat mengganggu aktifitas dan perilaku kita Emosi secara umum dapat mengurangi logika, rasionalitas dan prinsip keteraturan alasan, serta proses kognitif lainnya. Pendapat bahwa emosi dapat menguntungkan merupakan sebuah keuntungan bagi Skinner. Ia mengatakan dalam novelnya mengenai ideal society bahwa emosi itu tidak berguna dan buruk untuk ketenangan pikiran serta tekanan darah kita. Beberapa peneliti lain juga mengatakan bahwa emosi menghasilkan perilaku yang tidak terorganisir. Emosi juga dapat menyebabkan untuk menghentikan apa yang kita lakukan sebelum kita menjadi lebih emosional. Misalnya, ketika kita sedang menyebrang sambil memikirkan tentang segala rencana kita dan melihat mobil mendekati kita dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan kita cemas dan melakukan gerakan menghindar. Functional approach Berdasarkan argument yang didiskusikan sebelumnya, pandangan yang dominan saat ini adalah mengenai emosi adalah berguna dan menkan fungsi variabel. Contohnya adalah Eyesenk memberikan contoh seperti kemungkinan fungsi dari kecemansan.Ini jelas bahwa deteksi cepat dari tanda peringatan bahaya yang paling pertama dimungkinkan sebagai nilai survival... tujuan atau fungsi dari kecemasan adalah untuk mendeteksi bahaya atau ancaman yang ada dilingkungan. Aktivitas psikologis terasosiasi dengan emosional dan dapat dianggap sebagai fungsi. Seperti yang dikatakan Levenson, “kemarahan dan ketakutan dapat meningkatkan tingkat kardiovaskular jauh melampaui pikiran mereka menjadi optimal untuk kelangsungan hidup jangka panjang organisme, tetapi yang optimal untuk kebutuhan jangka pendek aktif berurusan dengan tantangan yang dikemukakan mengancam lingkungan.” Bukti relevan mengenai kegunaan dari respon psikologis stress akan dijelaskan pada chapter berikutnya. Oatley dan Johnson-Laird (1987) membahas tentang teori pengaruh fungsional, bedasarkan lima jenis emosi dasar. Emosi ini dibagi berdasarkan tujuan saat ini: Happiness : progress telah terjadi di alam mencapa tujuan. Anxiety : dalam pencapaian tujuan terdapat ancaman Sadness : tujuan saat ini tidak dapat dicapai. Anger : tujuan saat ini terhalang Disgust : tujuan (rasa) dilanggar. Berdasarkan Oatley dan Johnson Laird, emosi menyediakan fungsi penting dalam mempengaruhi individu untuk mengejar tujuannya yang mempunyai fungsi penting untuk keberlangsungan hidup atau nilai lain di situasi saat ini. Sebagai contoh, happiness mendorong individu untuk melanjutkan tujuannya. Sebaliknya, sadness memimpin individu untuk mengabaikan tujuannya saat ini dan untuk memelihara energinya , dengan begitu dia 2016 3 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dapat mencari tujuan alternative lainnya. Anxiety memotifasi individu untuk berhadapan dengan ancaman yang mengancam pencapaian tujuannya.Ada batasan dalam teori ini. Levenson mengatakan, “Banyak teori dari emosi yang menggunakan pendekatan “one-sizefits-all” , dalam pendekatan ini digunakan satu pendekatan untuk semua kasus mengenai emosi, padahal tidak semua masalah mengenai emosi dapat dijelaskan dengan satu pendekatan. Bisa jadi efektif di satu kasus tapi tidak di kasus lainnya. Banyak teori fungsi dari emosi yang lebih cocok untuk emosi negatif dari pada negatif. Emosi negatif membuat individu untuk mengganti tujuan dan disertai dengan perubahan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Sebaliknya, emosi positif seperti kesenangan dan kepuasan tidak membuat individu mengubah tujuannya dan seringkali gagal dalam membuat perubahan di aktivitas autonom. Emosi positif sering diasosiasikan dengan level tinggi dari dari gairah, namun Fredrick dan Levenson mengatakan bahwa emosi terkadang menurunkan level gairah bila diasosiasikan dengan emosi negatif. dalam studi mereka, mereka mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menormalkan gairah kardiovaskular setelah terpapar stimulus mengancam. Seperti yang diperkirakan, hal ini terjadi paling cepat ketika stimulus yang mengancam diikuti oleh kepuasan stimulus memproduksi atau hiburan. Berapa Banyak Emosi ? Pertanyaan, “ Berapa banya emosi yang ada?” terdengar mudah. Sayangnya, ada kesepakatan sedikit jawabannya, sebagian karena pertanyaannya adalah ambigu dan dapat ditafsirkan dalam dua cara. Pertama, membuat kita untuk mempertimbangkan jumlah dan sifat emosi dasar atau fundamental. Kedua, menunjukkan fokus pada jumlah emosi yang dapat diidentifikasi, meskipun banyak dari mereka mungkin emosi yang kompleks yang berasal dari emosi dasar. Dalam kedua kasus, sebuah besaran faktor batas antara lain sering kabur. Ada saat-saat ketika kita merasa sulit untuk memutuskan dengan tepat emosi yang kita alami. Kami akan mempertimbangkan dasar dan hanya emosi akan melakukannya pada awalnya dari perspektif penelitian tentang ekspresi wajah dan diri (kuesioner laporan penelitian berdasarkan mekanisme otak dibahas kemudian). Kenapa kita mulai dengan ekspresi wajah? Alasan utamanya adalah kita menunjukkan beberapa ekspresi wajahdan itu mengandung makna asumsi bahwa setiap emosi dasar kita terasosiasi dengan ekspresi tersendiri. Alasan berikutnya adalah membahas cara untuk menyelesaikan masalah yang kompleks dan membingungkan. Emosi juga termasuk perilaku seksual seperti cemburu. Facial expressions Psikolog yang berasal dari Amerika, Paul Ekman, mengadakan penelitian mengenai ekspresi wajah.penelitiannya mengindikasi bahwa ada jumlah kecil dari emosi yang dapat 2016 4 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id diidentifikasi dari ekpresi wajah. Ekman, Freisen, dan Ellsworth mereview dan menyimpulkan jika peneliti dapat mendeteksi enam jenis emosi, happiness, surprise, anger, sadness, fear, dan disgust yang dikombinasikan dengan kepuasan. Tidak semua penelitian yang dilakukan oleh Ekman berlatar belakang masyarakat barat. Tidak terlalu jelas apakah ada hubungannya ekspresi wajah dan emosi, apakah mereka universal dan dapat di temukan di berbagai budaya. Jika penemuannya adalah universal, maka itu dapat menguatkan argumentasi bahwa happiness, surprise, anger, sadness, fear, dan disgust adalah emosi dasar. Penelitian dilakukan oleh Ekman yang merupakan penelitian crosscultural, diambil partisipan dari 10 negara, Estonia, Jerman, YUnani, Hong Kong, Itali, Jepang, Scotlandia, Sumatra, Turki, dan US. Partisipan ini diberikan 18 foto yang bergambar wajah yang menunjukan emosi. Penemuannya jelas. Ekman menyimpulkan, “ Pengakuan yang sangat tinggi dalam cross culture mengenai emosi yang mana yang lebih intens. 10 budaya setuju mengenai emosi kedua yang sangat intens ditandai dengan ekspresi.” Dapat dikatakan bahwa level tinggi dari pengakuan cross culture yang diasosiasikan dengan ekspresi wajah yang terjadi karena tidak semua budaya mengekspos budaya barat. Bagaimanapun, Ekman dan Freisen melaporkan bukti yang diambil dari penelitian di Papua New Guinea Selatan. Grup tu menggunakan alat dari batu, dan menutup diri dari semua media barat. Ternyata, mereka mempunyai ekspresi yang sama dengan anggota kelompok budaya barat. Banyak penelitian tentang ekspresi wajah yang merupakan buatan dan sempit. Yang sering terjadidalam penelitian adalah partisipan mengikuti instruksi mengenai otot yang berkontraksi untuk menurunkan karakteristik dari berbagai emosi. Sebagian dari ini dibuat sehingga penelitia ini terbatas karena mereka mengabaikan dua dari tiga komponen utama dari emosi, perubahan automatic, dan perasaan subjektif. Issu di bawah ini dicetuskan oleh Levenson, Ekman, dan Freisen. Partisipan mereka merubah otot wajah mereka untuk membuat emosi tertentu tanpa diberitahu bahwa emosi akan diasosiasikan dengan ekspresi. Pengukuran variasi psikologis (detak jantung, skinconductance, dan temperature tangan) ini semua direkam. Ada tiga kunci utama, pertama, partisipan secara umum melaporkan pengalaman yang menunjukkan emosi yang diasosiasikan dengan ekspresi wajah. Kedua, ekspresi wajah menghasilkan perubahan yang signifikan pada aktivitas autonom. Ketiga, bentuk dari perubahan autonomic berubah dari satu emosi ke emosi lainnya. Sebagai contohnya, jijik dan terkejut menurunkan sedikit peningkatan detak jantung dari pada marah, takut, sedih, atau bahagia dan merupakan emosi yang terasosiasi dengan temperature tangan. Keseluruhan, emosi mengindikasi jika dengan sukarela memproduksi ekspresi wajah yang menggenerasi keseluruhan dari komponen emosi (Ekspresi, perubahan autonomic, perasaan subjective). Isu terakhir berkenaan dengan ekspresi wajah. Itu dapat menjadi tidak bijak bila diasumsikan hubungan langsung antara pengalaman emosi dengan ekspresi wajah. Ini begitu dalam karena 2016 5 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ekspresi wajah di desain untuk berkomunikasi dalam situasi sosial seperti mendasari pernyataan emotional Teori Emosi Ada banyak teori emosi yang telah diajukan selama bertahun-tahun. Teori-teori tersebut sangat berbedasatusama lain. Beberapa menjelaskan emosi melalui perspektif fisiologis, namun ada juga yang menekankan proses kognitif yang terkait dengan emosi. Ada pun teoretikus lain yang telah mencoba untuk mengaitkan hubungan antara kognitif, fisiologis, dan perilaku. James-Lange Theory Teori besar pertama mengenai emosi diajukan oleh William James di Amerika Serikat dan oleh Carl Lange di Denmark pada pertengahan tahun 1880. Teori ini kemudian dikenal sebagai teori James-Lange.Menurut teori ini, terdapat 3 tahapan dalam memproduksi emosi, yaitu: Adanya stimulus emosional (contoh: sebuah mobil datang dengan cepat kearah Anda ketika Anda sedang menyeberang jalan) Kemudian hal tersebut menghasilkan perubahan tubuh (akibat rangsangan dalam sistem saraf otonom) Umpan balik dari perubahan tubuh tersebut mengarah kepengalaman emosi (contoh: ketakutan atau kecemasan) Esensi dari pendekatan ini diungkapkan oleh James: Jika kita merasakan emosi yang kuat, dan kemudian mencoba untuk memisahkannya dari gejala tubuh, maka kita kemudian tidak akan merasakan apapun. Dengan kata lain, emosi kita pada dasarnya adalah pengaruh dari pengalaman gejala tubuh kita. James member contoh mengenai urutan prediksi kejadian menurut teorinya, yaitu: “Saya melihat beruang, saya melarikan diri, saya merasat akut”. Hal ini berlawanan dengan urutan yang biasanya lebih masuka kal, seperti: “Saya melihat beruang, saya merasa takut, saya lari”. Evidence Pada tahun 1966, Hohmann menemukan suatu penemuan yang mendukung teori JamesLange. Terdapat 25 pasien lumpuh yang menderita kerusakan pada sumsum tulang belakang, yang rangsangan fisiologisnya sangat terbatas. Pasien dengan kemampuan setidaknya untuk mengalami rangsangan menunjukkan penurunan besar dalam pengalaman emosional mereka kemarahan, kesedihan, dan kegembiraan seksual. Dengan kata lain dari satu pasien, "kadang-kadang saya bertindak marah ketika saya melihat ketidak adilan, saya berteriak dan menyumpahi....Tetapi hanya tidak memiliki kemampuan untuk melakukan apapun. Hal tersebut termasuk jenis kemarahan mental. 2016 6 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kemudian ada penelitian yang menolak temuan Hohmann (1966). Bermond, Nieuwenhuyse, Fasotti, dan Schwerman (1991) menemukan sebagian besar pasien mereka yang mengalami kerusakan tulang belakang terdapat adanya peningkatan intensitas emosi. Mereka mengatakan bahwa emosi yang dirasakan sama besar dengan sebelum mereka terluka. Hal ini menunjukkan bahwa umpan balik dari gejala tubuh tidak diperlukan untuk merasakan emosi yang akan dialami. Salah satu asumsi utama dalam teori James-Lange adalah bahwa setiap emosi dikaitkan dengan pola spesifik dari aktivitas fisiologis. Seperti yang kita lihat sebelumnya, ada beberapa bukti bahwa berbagai emosi yang berbeda satus ama lain dalampola aktivitas otonom. Namun, seperti yang ditunjukkan Dalgleish, "meskipun beberapa emosi dapat dibedakan berdasarkan karakteristik fisiologis mereka, jelas bahwa setiap emosi secara fisiologis berbeda dari setiap lainnya". Arousal-interpretation theory Salah satu pendekatan yang paling terkenal mengenai emosi adalah teori rangsanganinterpretasi dari Schachterdan Singer (1962). Pada awa lera modern telah dikatakan bahwa dalam penelitian emosi terdapat pengaruh dari faktor kognitif. Schachterdan Singer berasumsi bahwa terdapat dua faktor penting bagi emosi: 1. Rangsangan fisiologis 2. Interpretasi emosi terhadap rangsangan tersebut Salah satu prediksi utama teori rangsangan-interpretasi adalah bahwa emosi tidak akan dialami jika salah satu rangsangan fisiologis atau interpretasi emosional tidak ada. Sebuah studi oleh Maranon (1924) member dukungan terhadap prediksi ini. Peserta disuntik dengan adrenalin, obat yang efeknya mirip dengan sebuah keadaan rangsangan yang terjadi secara alami. Ketika ditanya bagaimana perasaan mereka, 71% hanya melaporkan gejala fisik mereka tanpa pengalaman emosional. Sebagian besar peserta yang tersisa melaporkan emosi kurang intensitas normal mereka.Marshall dan Zimbardo (1979) menemukan bahwa dosis yang besar pada adrenalin mengurangi kebahagiaan peserta mereka dalam euphoria atau kondisi suka cita. Menurut mereka, orang dapat menafsirkan tingkatan adrenalin tinggi dengan negatif. Temuan serupa adalah laporan Mezzacappa, Katkindan Palmer (1999), dalam sebuah studi di mana peserta menonton film untuk menghasilkan kemarahan, ketakutan, atau hiburan. Peserta diberikan adrenalin, menunjukkan emosi ketakutan meningkat saat menonton film yang menakutkan. Mereka tidak menunjukkan kemarahan yang meningkat dalam film yang mengandung kemarahan atau peningkatan emosi terhibur untuk film yang bernuansa hiburan. 2016 7 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Motivasi Pengertian Motivasi Kata motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” yang artinya menimbulkan pergerakan. Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang kearah beberapa jenis tindakan (Haggard, 1989). Menurut Kort (1987), motivasi adalah hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil eksternal saja. Hal yang tersirat dari motivasi adalah gerakan untuk memenuhi suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi juga didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri individu berdasarkan mana dari berperilaku dengan cara te rtentu untuk memenuhi keinginan dan kebutuhanya. Adapun pemotivasian dapat diartikan sebagai pemberian motif-motif sebagai pendorong agar orang bertindak, berusaha untuk mencapai tujuan organisasional (Silalahi, 2002). Jenis-Jenis Motivasi Menurut Marquis dan Huston (2000), motivasi terbagi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik berasal dari dalam individu, merupakan dorongan bagi individu untuk menjadi produktif. Motivasi instriksik berhubungan langsung dengan citacita individu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ditingkatkan melalui lingkungan pekerjaan atau penghargaan diberikan setelah pekerjaan sempurna. Abraham dan Shanley, (1997) mengatakan bahwa memang sulit untuk mengukur keseimbangan motivasi instrinsik dan ekstrinsik Fungsi Motivasi Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakanyang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Teori Motivasi Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970) Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk 2016 8 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting. Aktualisasi diri penghargaan sosial keamanan Faali Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya) Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya) Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki) Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan) Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya). Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman. Teori motivasi herzberg (1966) Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik). 2016 9 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Teori Motivasi Vroom (1964) Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu: a. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas b. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu). c. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan E. Achievement TheoryTeori achievement Mc Clelland (1961), Dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu: Need for achievement (kebutuhan akan prestasi) Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow) Need for Power (dorongan untuk mengatur) F. Clayton Alderfer ERG Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi. Daftar Pustaka Atkinson & Hilgard’s, 2009, Introduction to Psychology, Cengage Learning, UK Robert E. Slavin, Psikologi pendidikan teori dan praktik, (Jakarta:PT Indeks, 2011) Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, edisi keenam, jilid 1, (Jakarta:Penerbit Erlangga, 2008) 2016 10 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id