perjanjian kerja sama - Manajemen Rumah Sakit

advertisement
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA
............................... CABANG …………….
DENGAN
……………………………
TENTANG
PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN
BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
Nomor
Nomor
: .......................................
: .......................................
Perjanjian Kerjasama Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan bagi Peserta
Jaminan Kesehatan Nasional yang selanjutnya disebut Perjanjian, dibuat
dan ditandatangani di .............., pada hari ……….. tanggal ………. bulan
……………. tahun …………….., oleh dan antara :
I. ..............................
selaku
Kepala
............................
Cabang
.................... yang berkedudukan dan berkantor di ...................., dalam
hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut berdasarkan Keputusan
Direksi .................... Nomor : ............................ tanggal ...............
karenanya sah bertindak untuk dan atas nama serta mewakili
......................., selanjutnya disebut “ PIHAK PERTAMA”;
II. ..............................., selaku ....……………… berdasarkan ...................Akta
Nomor .......…....... tanggal …………… yang dibuat oleh ........... yang
berkedudukan dan berkantor di …………….…..., dalam hal ini bertindak
dalam jabatannya tersebut., karenanya sah bertindak untuk dan atas
nama serta mewakili ................... ………………….., selanjutnya disebut
“PIHAK KEDUA”.
Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang secara bersamasama disebut PARA PIHAK dan masing-masing disebut Pihak sepakat
untuk menandatangani Perjanjian dengan syarat dan ketentuan sebagai
berikut :
Halaman 1
PASAL 1
DEFINISI DAN PENGERTIAN
Kecuali apabila ditentukan lain secara tegas dalam Perjanjian ini, istilahistilah di bawah ini memiliki pengertian-pengertian sebagai berikut:
1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah;
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya
disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan;
3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran;
4. Kartu Peserta adalah identitas yang diberikan kepada setiap peserta dan
anggota keluarganya sebagai bukti peserta yang sah dalam memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
5. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak Peserta
dan/atau anggota keluarganya;
6. Fasilitas Kesehatan yang selanjutnya disingkat Faskes adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau Masyarakat;
7. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan
rawat jalan dan rawat inap;
8. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan adalah upaya pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik
yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan,
dan rawat inap di ruang perawatan khusus;
9. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan yang selanjutnya disingkat RJTL adalah
pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub
spesialistik dan dilaksanakan pada pemberi pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan sebagai rujukan dari pemberi pelayanan kesehatan
tingkat pertama, untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan,
rehabilitasi medis, dan/atau pelayanan medis lainnya termasuk
konsultasi psikologi tanpa menginap di ruang perawatan;
10. Rawat Inap Tingkat Lanjutan yang selanjutnya disingkat RITP adalah
pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub
spesialistik untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis,
pengobatan, rehabilitasi medis dan/atau pelayanan medis lainnya
termasuk konsultasi psikologi, yang dilaksanakan pada pemberi
pelayanan kesehatan tingkat lanjutan dimana peserta atau anggota
Halaman 2
keluarganya dirawat inap di ruang perawatan paling singkat 1 (satu)
hari;
11. Pelayanan kesehatan lain adalah pelayanan kesehatan yang merupakan
penanganan terhadap penyakit berdasarkan teknologi baru atau
penemuan baru dalam pelayanan kedokteran, karena jenis dan sifatnya
memiliki dampak biaya yang sangat tinggi (katastrofik),
atau
mendapatkan subsidi /pembiayaan dari pemerintah atau sumber lain;
12. Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan yang
harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan
dan/atau kecacatan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan;
13. Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan adalah adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal;
14. Fasilitas Kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas kesehatan yang
berupa puskesmas, praktik doktek, praktik dokter gigi dan klinik
pratama;
15. Rumah Sakit adalah rumah sakit milik pemerintah pusat, rumah sakit
milik pemerintah daerah, atau rumah sakit yang menjalin kerjasama
dengan PT Askes (Persero), yaitu Rumah Sakit Umum Kelas A, Kelas B,
Kelas C, dan Kelas D, serta Rumah Sakit Khusus Kelas A, Kelas B dan
Kelas C;
16. Asosiasi fasilitas kesehatan adalah Asosiasi Fasilitas Kesehatan yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri;
17. Formulir Pengajuan Klaim (FPK) adalah formulir baku yang dikeluarkan
oleh PIHAK PERTAMA yang wajib diisi oleh PIHAK KEDUA dan
disertakan sebagai salah satu syarat dalam pengajuan klaim/tagihan
atas biaya pelayanan kesehatan;
18. Pemeliharaan Kesehatan adalah upaya kesehatan yang meliputi
peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan;
19. Formularium Nasional yang selanjutnya disingkat fornas adalah daftar
obat yang disusun oleh komite nasional yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan, didasarkan pada bukti ilmiah mutakhir berkhasiat, aman,
dan dengan harga yang terjangkau yang disediakan serta digunakan
sebagai acuan penggunaan obat dalam jaminan kesehatan nasional;
20. Alat bantu kesehatan adalah alat kesehatan yang dapat berupa bahan,
instrumen, aparatus, mesin, implan, dan perangkat lunak yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan
kesehatan pada manusia dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh;
21. Bulan Pelayanan adalah bulan dimana PIHAK KEDUA memberikan
pelayanan kesehatan kepada Peserta;
22. Tindakan Medis adalah tindakan yang bersifat operatif dan non operatif
yang dilaksanakan baik untuk tujuan diagnostik maupun pengobatan;
Halaman 3
23. Kelas Perawatan adalah fasilitas Rawat Inap yang menjadi hak Peserta
sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku dalam Perjanjian ini;
24. Pelayanan Khusus/Canggih adalah semua pelayanan penunjang
diagnostik dan tindakan medis yang memerlukan peralatan dan
teknologi canggih;
25. Verifikasi
adalah
kegiatan
menguji
kebenaran
administrasi
pertanggungjawaban pelayanan yang telah dilaksanakan oleh fasilitas
kesehatan;
26. Pelayanan Obat adalah pemberian obat sesuai kebutuhan medis bagi
Peserta baik pelayanan obat RJTP, RJTL, RITP dan RITL. Pelayanan obat
RJTL dan RITL berpedoman kepada Fornas yang berlaku;
27. Hari Rawat adalah lamanya Peserta dan atau anggota keluarganya
dirawat;
28. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik adalah kegiatan pemeriksaan untuk
menunjang penegakan diagnosa;
PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN
PARA PIHAK sepakat untuk melakukan kerja sama dalam penyediaan
layanan kesehatan bagi Peserta dengan syarat dan ketentuan yang diatur
dalam Perjanjian ini.
PASAL 3
RUANG LINGKUP DAN PROSEDUR
Ruang lingkup dan Prosedur Pelayanan Kesehatan
sebagaimana diuraikan dalam Lampiran I Perjanjian ini.
bagi
Peserta
PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK
Tanpa mengesampingkan hak dan kewajiban dalam pasal-pasal lain dari
Perjanjian ini, PARA PIHAK sepakat untuk merinci hak dan kewajiban
masing-masing sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
1. Hak PIHAK PERTAMA
a. Melakukan evaluasi dan penilaian atas pelayanan kesehatan yang
diberikan PIHAK KEDUA;
b. Mendapatkan data dan informasi tentang Sumber Daya Manusia dan
sarana prasarana PIHAK KEDUA;
c. Mendapatkan informasi tentang pelayanan kepada peserta (termasuk
melihat rekam medis) yang dianggap perlu oleh PIHAK PERTAMA
yang didasarkan pada persetujuan umum (General Consent) yang
salah satunya berisi persetujuan pasien untuk melepaskan informasi
kepada pembayar;
Halaman 4
d. Menerima laporan bulanan yang mencakup pencatatan atas jumlah
kasus dan biaya;
e. Memberikan teguran dan atau peringatan tertulis kepada PIHAK
KEDUA dalam hal terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan
kewajiban PIHAK KEDUA dalam Perjanjian ini;
f. Meninjau kembali Perjanjian ini apabila PIHAK KEDUA tidak
memberikan tanggapan terhadap peringatan tertulis ditembuskan ke
PERSI Daerah;
g. Mengakhiri Perjanjian (tidak melanjutkan kerjasama) apabila PIHAK
KEDUA tidak lulus tahap evaluasi dan penilaian atas kesiapan dalam
memberikan pelayanan kesehatan bagi Peserta sesuai ketentuan
perundang-undangan;
2. Kewajiban PIHAK PERTAMA :
Membayar biaya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh PIHAK
KEDUA kepada Peserta, secara tepat waktu sesuai tagihan yang
diajukan berdasarkan ketentuan dan prosedur yang telah disepakati
PARA PIHAK;
b. Membayar biaya pelayanan sebagaimana huruf a, wajib dilakukan
tepat waktu untuk menjaga likuiditas PIHAK KEDUA
c. Melaksanakan proses evaluasi dan penilaian secara berkala atas
kesiapan PIHAK KEDUA untuk menjadi Faskes tingkat lanjutan
dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan kepada Peserta;
d. Menyediakan dan memberikan informasi tentang tata cara Pemberian
Pelayanan Kesehatan kepada Peserta;
e. Bersama-sama PIHAK KEDUA, melakukan sosialisasi prosedur
pelayanan, tata cara pengajuan klaim, kepada pihak yang
berkepentingan;
f. Menyimpan rahasia informasi pasien yang digunakan untuk proses
pembayaran klaim;
a.
3. Hak PIHAK KEDUA
a. Memperoleh informasi tentang tata cara Pemberian Pelayanan
Kesehatan kepada Peserta;
b. Memperoleh informasi tentang ruang lingkup dan prosedur pelayanan
kesehatan yang disediakan bagi Peserta;
c. Memperoleh informasi tentang tata cara pembayaran atas pelayanan
kesehatan yang diberikan PIHAK KEDUA;
d. Memperoleh pembayaran atas pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada Peserta sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang disepakati
PARA PIHAK;
e. Memperoleh informasi dan aplikasi (software) terkait dengan sistem
informasi manajemen pelayanan yang berlaku dalam rangka tata
laksana administrasi;
Halaman 5
f. Melakukan evaluasi dan penilaian atas pelayanan yang diberikan oleh
PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA
4. Kewajiban PIHAK KEDUA
a. Melayani Peserta dengan baik sesuai dengan standar profesi dan
standar pelayanan kedokteran, prosedur pelayanan kesehatan yang
berlaku bagi Rumah Sakit;
b. Menyediakan perangkat keras (hardware) dan jaringan komunikasi
data;
c. Menyediakan data dan informasi tentang Sumber Daya Manusia dan
sarana prasarana PIHAK KEDUA dan informasi lain tentang pelayanan
kepada peserta (termasuk melihat rekam medis) yang dianggap perlu
oleh PIHAK PERTAMA;
d. Menyediakan petugas sebagai tenaga informasi dan penanganan
keluhan terkait dengan pelayanan PIHAK KEDUA;
e. Menyediakan petugas yang bertanggung jawab untuk melakukan
pengecekan surat rujukan serta melakukan entry data ke dalam
aplikasi Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dan melakukan pencetakan
SEP;
f. Menyediakan petugas sebagai tenaga entry data klaim/coder untuk
penagihan klaim pelayanan kesehatan peserta PT Askes (Persero);
g. Menyediakan data dan informasi secara benar dan akurat tentang
fasilitas dan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada Peserta
terkait evaluasi dan penilaian yang dilakukan oleh PIHAK PERTAMA;
h. Mengajukan tagihan atas biaya pelayanan kesehatan Peserta secara
teratur dan tertib sesuai ketentuan kepada PIHAK PERTAMA;
i. Membuat laporan kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan secara
berkala setiap bulan kepada PIHAK PERTAMA;
j. Menggunakan Sistem Informasi Manajemen yang berlaku dalam
rangka tata laksana administrasi;
k. Melaksanakan dan mendukung program pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan BPJS Kesehatan.
Halaman 6
PASAL 5
KELAS / KAMAR PERAWATAN
1. Dalam hal Peserta harus menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit PIHAK
KEDUA, maka PIHAK PERTAMA menjamin Peserta atas kelas/kamar
perawatan yang ditentukan sebagai berikut:
a. Hak Kelas Perawatan
1) ruang perawatan kelas III bagi:
a) Peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan
b) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
dengan iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas
III.
2) ruang perawatan kelas II bagi:
a) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya;
b) Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya;
c) Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya;
d) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai
Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta
anggota keluarganya;
e) Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan sampai dengan 2 (dua)
kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1
(satu) anak, beserta anggota keluarganya; dan Peserta Pekerja
Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan iuran
untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II;
3) ruang perawatan kelas I bagi:
a) Pejabat Negara dan anggota keluarganya;
b) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai negeri sipil
golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya;
c) Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV
beserta anggota keluarganya;
d) Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV
beserta anggota keluarganya;
e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai
Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta
anggota keluarganya;
f) Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya;
g) Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan lebih dari 2 (dua) kali
penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu)
anak, beserta anggota keluarganya; dan
h) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
dengan iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas
I.
2. Hak Peserta atas kelas/ kamar perawatan adalah sesuai dengan kelas/
kamar perawatan yang menjadi haknya.
3. Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari pada
haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi
Halaman 7
kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang
dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat
peningkatan kelas perawatan.
4. Untuk Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan tidak
diperkenankan memilih kelas yang lebih tinggi dari haknya.
5. PIHAK KEDUA wajib memberitahukan kepada Peserta konsekuensi
yang timbul dari hal berkehendak mengambil kelas/kamar perawatan di
atas haknya dan meminta kepada Peserta untuk menandatangani surat
pernyataan bersedia membayar selisih biaya yang timbul.
6. Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak Peserta penuh :
a. Peserta dapat dirawat di kelas perawatan satu tingkat lebih tinggi;
b. PIHAK PERTAMA membayar kelas perawatan Peserta sesuai haknya
dalam keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. Apabila kelas perawatan sesuai hak Peserta telah tersedia, maka
Peserta ditempatkan di kelas perawatan yang menjadi hak Peserta;
d. Perawatan satu tingkat lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
a paling lama 3 (tiga) hari;
e. Dalam hal terjadi perawatan sebagaimana dimaksud pada huruf d
lebih dari 3 (tiga) hari, selisih biaya tersebut menjadi tanggung jawab
Fasilitas Kesehatan yang bersangkutan atau berdasarkan
persetujuan pasien dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang setara.
PASAL 6
TARIF PELAYANAN KESEHATAN
1.
2.
3.
4.
Tarif pelayanan kesehatan bagi Peserta adalah tarif yang ditetapkan dan
disepakati oleh PARA PIHAK sebagaimana berlaku sesuai pola
pembayaran DRG/INA CBG’s berdasarkan kesepakatan PIHAK PERTAMA
dengan Asosiasi Faskes dengan mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Tarif pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sudah
termasuk alat kesehatan, dimana pembiayaanya tidak boleh dibebankan
kepada peserta dan tidak boleh ditagihkan kepada BPJS Kesehatan.
Besarnya tarif pelayanan kesehatan tersebut diatas berlaku untuk jangka
waktu minimal 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal berlaku kecuali
terdapat perubahan kebijakan lain terkait dengan tarif pelayanan
kesehatan.
PIHAK KEDUA dilarang memungut biaya tambahan atas pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada Peserta kecuali selisih biaya
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat 3.
PASAL 7
TATA CARA PEMBAYARAN
PELAYANAN KESEHATAN
Tata cara pembayaran pelayanan kesehatan yang dilakukan dalam
pelaksanaan Perjanjian ini diuraikan sebagaimana pada Lampiran II Perjanjian
ini.
PASAL 8
JANGKA WAKTU PERJANJIAN
Halaman 8
1. Perjanjian ini berlaku untuk 1 (satu) tahun, terhitung secara efektif sejak
tanggal ..... dan berakhir pada tanggal ............
2. Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya Jangka Waktu
Perjanjian, PARA PIHAK sepakat untuk saling memberitahukan maksudnya
apabila hendak memperpanjang Perjanjian ini.
3. Pada jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini PIHAK
PERTAMA akan melakukan penilaian kembali terhadap PIHAK KEDUA atas
:
a. fasilitas dan kemampuan pelayanan kesehatan
b. penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada jangka waktu perjanjian
c. kepatuhan dan komitmen terhadap perjanjian
PASAL 9
EVALUASI DAN PENILAIAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN
1.
2.
3.
PARA PIHAK akan melakukan evaluasi dan penilaian penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA secara berkala.
Evaluasi yang dilakukan meliputi antara lain utilization review dan hasil
audit yang dilakukan tim audit medis.
Hasil evaluasi sebagaimana ayat 1 dan 2 Pasal ini akan disampaikan
secara tertulis kepada PARA PIHAK dengan disertai rekomendasi (apabila
diperlukan).
PASAL 10
MONITORING DAN EVALUASI
1. Dalam rangka melakukan monitoring dan evaluasi, PIHAK PERTAMA
secara langsung dan/atau dengan akademisi, profesi, dinas kesehatan,
PERSI Daerah, berhak untuk melakukan pemeriksaan terhadap
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh PIHAK
KEDUA.
2. Apabila ternyata dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, ditemukan
penyimpangan terhadap Perjanjian yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA,
maka PIHAK PERTAMA berhak menegur PIHAK KEDUA secara tertulis
dengan tembusan PERSI Daerah.
3. Setelah melakukan teguran secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 2 Perjanjian ini dan tidak ada
tanggapan atau perbaikan dari PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA
berhak mengakhiri Perjanjian ini.
PASAL 11
SANKSI
1. Apabila dalam pengajuan klaim/tagihan oleh PIHAK KEDUA terdapat
klaim/tagihan yang bermasalah, maka PIHAK PERTAMA berhak untuk
menangguhkan pembayaran pada klaim/tagihan yang bermasalah
tersebut.
2. Dalam hal PIHAK KEDUA terbukti secara nyata melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. tidak melayani Peserta sesuai dengan kewajibannya;
b. tidak memberikan fasilitas dan pelayanan kesehatan kepada Peserta
sesuai dengan hak peserta;
Halaman 9
c. memungut biaya tambahan kepada Peserta diluar ketentuan; dan atau
d. melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini,
maka PIHAK PERTAMA berhak melakukan teguran tertulis kepada PIHAK
KEDUA sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing surat
teguran minimal minimal 7 (tujuh) hari kalender, dengan tembusan ke
PERSI Daerah.
3. PIHAK PERTAMA berhak meninjau kembali perjanjian ini apabila ternyata
dikemudian hari tidak ada tanggapan atau perbaikan dari PIHAK KEDUA
setelah PIHAK PERTAMA melakukan teguran sebanyak maksimal 3 (tiga)
kali sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 Pasal ini.
4. Dalam hal salah satu pihak diketahui menyalahgunakan wewenang
dengan melakukan kegiatan moral hazard atau fraud seperti membuat
klaim fiktif yang dibuktikan dari hasil pemeriksaan Tim Pemeriksa Internal
maupun Eksternal sehingga terbukti merugikan pihak lainnya, maka pihak
yang menyalahgunakan wewenang tersebut berkewajiban untuk
memulihkan kerugian yang terjadi dan pihak yang dirugikan dapat
membatalkan Perjanjian ini secara sepihak.
5. Pengakhiran perjanjian yang diakibatkan sebagaimana dimaksud pada
ayat 4 Pasal ini dapat dilakukan tanpa harus memenuhi ketentuan
sebagaimana tertuang pada pasal 12 ayat 1 Perjanjian ini dan tidak
membebaskan PARA PIHAK dalam menyelesaikan kewajiban masingmasing yang masih ada kepada pihak lainnya.
PASAL 12
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
1.
Perjanjian ini dapat dibatalkan dan atau diakhiri oleh salah satu Pihak
sebelum Jangka Waktu Perjanjian, berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
a. Persetujuan PARA PIHAK secara tertulis untuk mengakhiri Perjanjian
ini yang berlaku efektif pada tanggal dicapainya kesepakatan
pengakhiran tersebut;
b. Salah satu Pihak melanggar ketentuan yang diatur dalam Perjanjian ini
(wanprestasi) dan tetap tidak memperbaikinya setelah menerima surat
teguran/peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu
masing-masing surat teguran/peringatan minimal 7 (tujuh) hari
kalender, dengan tembusan ke PERSI Daerah. Pengakhiran berlaku
efektif secara seketika pada tanggal surat pemberitahuan pengakhiran
Perjanjian ini dari Pihak yang dirugikan;
c. Ijin usaha atau operasional salah satu Pihak dicabut oleh Pemerintah.
Pengakhiran berlaku efektif pada tanggal pencabutan ijin usaha atau
operasional Pihak yang bersangkutan oleh Pemerintah;
d. Salah satu Pihak melakukan merger, konsolidasi, atau diakuisisi oleh
perusahaan lain. Pengakhiran berlaku efektif pada tanggal disahkannya
pelaksanaan merger, konsolidasi atau akuisisi tersebut oleh Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia;
e. Salah satu Pihak dinyatakan bangkrut atau pailit oleh pengadilan.
Pengakhiran berlaku efektif pada tanggal dikeluarkannya keputusan
pailit oleh Pengadilan; dan
f. Salah satu Pihak mengadakan/berada dalam keadaan likuidasi.
Pengakhiran berlaku efektif pada tanggal Pihak yang bersangkutan telah
dinyatakan di likuidasi secara sah menurut ketentuan dan prosedur
hukum yang berlaku.
Halaman 10
2.
3.
4.
Dalam hal PIHAK KEDUA bermaksud untuk mengakhiri Perjanjian ini
secara sepihak sebelum berakhirnya Jangka Waktu Perjanjian, PIHAK
KEDUA wajib memberikan pemberitahuan tertulis kepada PIHAK
PERTAMA mengenai maksudnya tersebut sekurang-kurangnya 3 (tiga)
bulan sebelumnya;
PARA PIHAK dengan ini sepakat untuk mengesampingkan berlakunya
ketentuan dalam Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
sejauh yang mensyaratkan diperlukannya suatu putusan atau penetapan
Hakim/ Pengadilan terlebih dahulu untuk membatalkan/ mengakhiri
suatu Perjanjian;
Berakhirnya Perjanjian ini tidak menghapuskan hak dan kewajiban yang
telah timbul dan tetap berlaku sampai terselesaikannya hak dan
kewajibannya tersebut.
PASAL 13
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
1.
2.
3.
4.
Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (selanjutnya disebut “Force
Majeure”) adalah suatu keadaan yang terjadinya di luar kemampuan,
kesalahan atau kekuasaan PARA PIHAK dan yang menyebabkan Pihak
yang mengalaminya tidak dapat melaksanakan atau terpaksa menunda
pelaksanaan kewajibannya dalam Perjanjian ini. Force Majeure tersebut
meliputi bencana alam, banjir, wabah, perang (yang dinyatakan maupun
yang tidak dinyatakan), pemberontakan, huru-hara, pemogokkan umum,
kebakaran, dan kebijaksanaan Pemerintah yang berpengaruh secara
langsung terhadap pelaksanaan Perjanjian ini.
Dalam hal terjadinya peristiwa Force Majeure, maka Pihak yang terhalang
untuk melaksanakan kewajibannya tidak dapat dituntut oleh Pihak
lainnya. Pihak yang terkena Force Majeure wajib memberitahukan adanya
peristiwa Force Majeure tersebut kepada Pihak yang lain secara tertulis
paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak saat terjadinya
peristiwa Force Majeure, yang dikuatkan oleh surat keterangan dari
pejabat yang berwenang yang menerangkan adanya peristiwa Force
Majeure tersebut. Pihak yang terkena Force Majeure wajib mengupayakan
dengan sebaik-baiknya untuk tetap melaksanakan kewajibannya
sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini segera setelah peristiwa Force
Majeure berakhir.
Apabila peristiwa Force Majeure tersebut berlangsung terus hingga
melebihi atau diduga oleh Pihak yang mengalami Force Majeure akan
melebihi jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender, maka PARA PIHAK
sepakat untuk meninjau kembali Jangka Waktu Perjanjian ini.
Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu Pihak sebagai
akibat terjadinya peristiwa Force Majeure bukan merupakan tanggung
jawab Pihak yang lain.
PASAL 14
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1.
2.
Setiap perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat sehubungan
dengan Perjanjian ini akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat
oleh PARA PIHAK.
Apabila musyawarah dan mufakat tidak tercapai, maka PARA PIHAK
sepakat untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan tersebut melalui
Pengadilan.
Halaman 11
3.
Mengenai Perjanjian ini dan segala akibatnya, PARA PIHAK memilih
kediaman hukum atau domisili yang tetap dan umum di Kantor Panitera
Pengadilan Negeri …………..
PASAL 15
PEMBERITAHUAN
1.
Semua
komunikasi resmi
surat-menyurat atau pemberitahuanpemberitahuan atau pernyataan-pernyataan atau persetujuan-persetujuan
yang wajib dan perlu dilakukan oleh salah satu Pihak kepada Pihak
lainnya dalam pelaksanaan Perjanjian ini, harus dilakukan secara tertulis
dan disampaikan secara langsung, melalui ekspedisi, pos atau melalui
faksimili dan dialamatkan kepada:
PIHAK PERTAMA: ....................... Cabang ................
…………………………….
…………………………….
…………………………….
Up.
: Kepala Cabang ………..
Telepon
: …………………...
Faksimili : ……………………
E-mail
: ...............................
PIHAK KEDUA:
2.
.................………………..
……………………………
……………………………
……………………………
Up.
: Kepala/Direktur ..........…………
Telepon
: .................................
Faksimili : ……………………..
E-mail
: ..................................
atau kepada alamat lain yang dari waktu ke waktu diberitahukan oleh
PARA PIHAK, satu kepada yang lain, secara tertulis.
Pemberitahuan yang diserahkan secara langsung dianggap telah diterima
pada hari penyerahan dengan bukti tanda tangan penerimaan pada buku
ekspedisi atau buku tanda terima pengiriman, apabila pengiriman
dilakukan melalui pos atau ekspedisi maka dianggap diterima sejak
ditandatanganinya tanda terima atau maksimal 5 hari kerja sejak
dikirimkannya surat tersebut sedangkan pengiriman melalui telex atau
faksimili dianggap telah diterima pada saat telah diterima kode
jawabannya (answerback) pada pengiriman telex dan konfirmasi faksimile
pada pengiriman faksimili.
PASAL 16
LAIN-LAIN
1.
2.
Pengalihan Hak dan Kewajiban
Hak dan kewajiban berdasarkan Perjanjian ini tidak boleh dialihkan, baik
sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain, kecuali dengan
persetujuan tertulis PARA PIHAK.
Keterpisahan
Jika ada salah satu atau lebih ketentuan dalam Perjanjian ini ternyata
tidak sah, tidak berlaku atau tidak dapat dilaksanakan berdasarkan
hukum atau keputusan yang berlaku, maka PARA PIHAK dengan ini
setuju dan menyatakan bahwa ketentuan lainnya dalam Perjanjian ini
Halaman 12
3.
4.
5.
6.
7.
tidak akan terpengaruh olehnya, tetap sah, berlaku dan dapat
dilaksanakan.
Perubahan
Perjanjian ini tidak dapat diubah atau ditambah, kecuali dibuat dengan
suatu perjanjian perubahan atau tambahan (addendum/amandemen) yang
ditandatangani oleh PARA PIHAK dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian ini.
Batasan Tanggung Jawab
PIHAK PERTAMA tidak bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas dan
pelayanan kesehatan dari PIHAK KEDUA kepada Peserta dan terhadap
kerugian maupun tuntutan yang diajukan oleh Peserta kepada PIHAK
KEDUA yang disebabkan karena kesalahan atau pelanggaran yang
dilakukan oleh PIHAK KEDUA dalam menjalankan tanggung jawab
profesinya seperti, termasuk tetapi tidak terbatas pada, kesalahan dalam
melakukan pemeriksaan dan pengobatan, kesalahan dalam memberikan
indikasi medis atau kesalahan dalam memberikan tindakan medis.
Hukum Yang Berlaku
Interpretasi dan pelaksanaan dari segala akibat syarat dan ketentuan yang
berkaitan
dalam Perjanjian ini adalah menurut Hukum Republik
Indonesia.
Kesatuan
Setiap dan semua lampiran yang disebut dan dilampirkan pada Perjanjian
ini, merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Perjanjian ini.
Peralihan Perjanjian
Dengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 60 ayat (3) huruf a
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS, maka PARA PIHAK
sepakat bahwa sejak 1 Januari 2014 hak dan kewajiban PIHAK PERTAMA
yang timbul berdasarkan perjanjian ini dialihkan seluruhnya kepada BPJS
Kesehatan.
Demikianlah, Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua), asli, masing-masing
sama bunyinya, di atas kertas bermeterai cukup serta mempunyai kekuatan
hukum yang sama setelah ditanda-tangani oleh PARA PIHAK.
PIHAK PERTAMA
PT ASKES (PERSERO)
CABANG ..............
PIHAK KEDUA
RUMAH SAKIT ..................
.......................................
MANAGER
........................................
DIREKTUR
Halaman 13
Lampiran I Perjanjian antara
........................... dan …......
Nomor :
Nomor :
RUANG LINGKUP DAN PROSEDUR
PELAYANAN KESEHATAN
1. RUANG LINGKUP
A. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
1. administrasi pelayanan; meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk
berobat, penerbitan surat eligilibitas peserta, termasuk pembuatan kartu pasien;
2. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan
subspesialis;
3. tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis;
4. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
5. pelayanan alat kesehatan;
6. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
7. rehabilitasi medis;
8. pelayanan darah;
9. pelayanan rujuk balik
10. pelayanan kedokteran forensik klinik meliputi pembuatan visum et repertum atau
surat keterangan medik berdasarkan pemeriksaan forensik orang hidup dan
pemeriksaan psikiatri forensik;
11. pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di Faskes terbatas hanya bagi
peserta meninggal dunia pasca rawat inap di Faskes yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan tempat pasien dirawat berupa pemulasaran jenazah dan tidak
termasuk peti mati.
B. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
1. Akomodasi
a. Perawatan inap non intensif
b. Perawatan inap intensif
2. administrasi pelayanan; meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk
berobat, penerbitan surat eligilibitas peserta, termasuk pembuatan kartu pasien.
3. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan
subspesialis;
4. tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis;
5. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
6. pelayanan alat kesehatan;
7. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
8. rehabilitasi medis;
9. pelayanan darah;
10. pelayanan kedokteran forensik klinik meliputi pembuatan visum et repertum atau
surat keterangan medik berdasarkan pemeriksaan forensik orang hidup dan
pemeriksaan psikiatri forensik;
11. pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di Faskes terbatas hanya bagi
peserta meninggal dunia pasca rawat inap di Faskes yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan tempat pasien dirawat berupa pemulasaran jenazah (tidak
termasuk peti mati dan ambulan jenasah).
C. Pelayanan persalinan
1. Tindakan persalinan normal
2. Tindakan persalinan dengan penyulit per vaginam sesuai indikasi medis
3. Tindakan persalinan dengan penyulit perabdominam (sectio caesaria) sesuai
indikasi medis
4. Pelayanan rawat inap
5. Ketentuan persalinan :
Halaman 14
a. Pada kondisi kehamilan normal ANC harus dilakukan di faskes tingkat pertama.
ANC di tingkat lanjutan hanya dapat dilakukan sesuai indikasi medis
berdasarkan rujukan dari faskes tingkat pertama.
b. Penjaminan persalinan adalah benefit bagi peserta BPJS Kesehatan dan tidak
ada batasan jumlah persalinan yang ditanggung
c. Persalinan normal diutamakan dilakukan di faskes tingkat pertama
d. Penjaminan persalinan normal di faskes rujukan tingkat lanjutan hanya dapat
dilakukan dalam kondisi gawat darurat
e. Yang dimaksud kondisi gawat darurat pada poin (4) di atas adalah perdarahan,
kejang pada kehamilan, ketuban pecah dini, gawat janin dan kondisi lain yang
mengancam jiwa ibu dan bayinya
D. Pelayanan Gawat Darurat
1. Pelayanan gawat darurat dapat diberikan jika sesuai dengan indikasi medis
pelayanan gawat darurat.
2. Pelayanan gawat darurat mencakup :
a. Adminitrasi pelayanan;
b. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
c. tindakan medis
d. pemeriksaan penunjang diagnostic
e. pelayanan obat dan BMHP
f. perawatan inap (akomodasi) jika diperlukan
E. Pelayanan Obat
1. Pemberian obat untuk pelayanan RJTL dan RITL berdasarkan resep obat dari
dokter spesialis/subspesialis yang merawat, berpedoman pada Fornas yang sesuai
dengan indikasi medis dan merupakan komponen paket INA CBG’s. Faskes dan
jejaringnya wajib menyediakan obat-obat yang diperlukan.
2. Dalam hal obat yang dibutuhkan sesuai indikasi medis pada Faskes rujukan
tingkat lanjutan tidak tercantum dalam Formularium Nasional, dapat digunakan
obat lain berdasarkan persetujuan Komite Medik dan kepala/direktur rumah
sakit. Penggunaan obat diluar Fornas sudah termasuk dalam pembiayaan paket
INA CBG’s tidak boleh dibebankan kepada peserta dan tidak boleh ditagihkan
kepada BPJS Kesehatan.
F. Pelayanan Alat Kesehatan
1. Alat kesehatan diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan atas dasar indikasi
medis.
2. Jenis dan plafon harga alat kesehatan sesuai dengan Kompendium Alat Kesehatan
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
3. Apabila atas indikasi medis Rumah Sakit meresepkan alat kesehatan di luar
Kompendium alat kesehatan yang berlaku maka dapat digunakan alat kesehatan
lain berdasarkan persetujuan Komite Medik dan kepala/direktur rumah sakit.
4. Pengadaan alat kesehatan dilakukan oleh Faskes atau jejaringnya dengan mutu
sesuai kebutuhan medis
G. Alat kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan dan indikasi medis
1. Peserta BPJS Kesehatan berhak mendapatkan alat kesehatan/alat bantu
kesehatan selain yang disebutkan di atas atas dasar indikasi medis;
2. Alat kesehatan/alat bantu kesehatan lain tersebut bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada Faskes rujukan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan;
3. Diberikan atas rekomendasi dari dokter spesialis sesuai dengan kompetensinya
masing-masing.
H. Pelayanan Rujukan Parsial
1. Setiap Faskes yang mengirim rujukan pelayanan yang merupakan bagian ari
paket ina cbg seperti rujukan pemeriksaan penunjang/spesimen dan tindakan
saja maka beban biaya menjadi tanggung jawab Faskes perujuk;
2. Faskes perujuk membayar biaya tersebut ke Faskes penerima rujukan atas
pelayanan yang diberikan;
3. BPJS Kesehatan membayar paket ina cbg ke Faskes perujuk.
Halaman 15
I. Pelayanan Ambulans
1. Pelayanan Ambulan merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan dengan
kondisi tertentu antar Fasilitas Kesehatan disertai dengan upaya atau kegiatan
menjaga kestabilan kondisi pasien untuk kepentingan keselamatan pasien;
2. Pelayanan Ambulan hanya dijamin bila rujukan dilakukan pada Fasilitas
Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS atau pada kasus gawat darurat dari
Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dengan
tujuan penyelamatan nyawa pasien;
3. Pelayanan Ambulan di luar ketentuan poin a dan b di atas tidak dijamin termasuk
jemput pasien dari rumah, antar pasien ke rumah, rujukan parsial (antar jemput
pemeriksaan penunjang/spesimen dan tindakan saja);
4. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu pada poin a di atas adalah :
a. kondisi pasien sesuai indikasi medis berdasarkan rekomendasi medis dari
dokter yang merawat
b. kondisi kelas perawatan sesuai hak peserta penuh dan pasien sudah dirawat
paling sedikit selama 3 hari di kelas satu tingkat di atasnya
J. Pelayanan Kesehatan yang tidak dijamin
1. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur
dalam peraturan yang berlaku;
2. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat;
3. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja
terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;
4. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
5. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik termasuk sirkumsisi tanpa indikasi
medis;
6. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
7. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
8. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;
9. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan
hobi yang membahayakan diri sendiri (bungy jumping, rafting, dan lain lain);
10. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin
she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi
kesehatan (health technology assessment);
11. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen);
12. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
13. perbekalan kesehatan rumah tangga;
14. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar
biasa/wabah, dan;
15. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan
Kesehatan yang diberikan.
2. PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN
1. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
a. Peserta membawa identitas BPJS Kesehatan serta surat rujukan dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama
b. Peserta melakukan pendaftaran ke RS dengan memperlihatkan identitas dan surat
rujukan
c. Faskes bertanggung jawab untuk melakukan pengecekan keabsahan kartu dan
surat rujukan serta melakukan entry data ke dalam aplikasi Surat Elijibilitas
Peserta (SEP) dan melakukan pencetakan SEP.
Ketentuan penerbitan SEP untuk pelayanan rutin (mis: Kemoterapi, HD,
fisioterapi, perawatan saluran akar, dll) harus melampirkan :
- kasus Kemoterapi (special drug) : regimen (jadual dan rencana pemberian obat).
Misalnya : pasien dengan diagnose Ca mamae dengan tindakan kemoterapi dan
mendapatkan obat Trastuzumab (Herceptin®).
- HD/CAPD : form perencanaan HD, untuk pasien yang memerlukan tindakan
HD 3 x seminggu melampirkan surat keterangan dari dokter KGH atau dokter
Halaman 16
spesialis penyakit dalam penanggung jawab hemodialisa bersertifikat.-->
sesuaikan SE Direksi ttg pel HD th.2012
- Fisioterapi : harus ada assessment dan rencana terapi dari dokter spesialis
Rehab Medik
- perawatan saluran akar : Rencana perawatan sampai dengan tumpatan
permanen dari dokter gigi yang merawat
d. Petugas BPJS kesehatan melakukan legalisasi SEP;
e. Faskes melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian tindakan, obat dan BMHP;
f. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-masing
faskes;
g. Faskes menagihkan klaim dalam sistem paket INA CBG’s;
h. Setelah mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan di faskes,
beberapa kemungkinan adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan telah selesai dan pasien pulang;
2. Pasien pulang, pelayanan belum selesai dan diperintahkan untuk pemeriksaan
penunjang pada hari berikutnya;
3. Pelayanan selesai, tetapi diperintahkan untuk kontrol;
4. Peserta di rujuk ke UPF lain dalam Rumah Sakit (rujukan Intern);
5. Peserta dirawat inap;
6. Peserta dirujuk ke Faskes lanjutan lain :
- Kepada
peserta
diberikan
surat
rujukan/konsul
extern.
Surat
rujukan/konsul extern harus dilegalisasi oleh petugas BPJS di unit BPJS
Center
- Dengan membawa surat rujukan tersebut peserta mendapat pelayanan di
Faskes penerima rujukan, melalui unit BPJS Center
2. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
a. Peserta melakukan pendaftaran ke RS dengan membawa identitas BPJS
Kesehatan serta surat perintah rawat inap dari poli atau unit gawat darurat;
b. Peserta harus melengkapi persyaratan administrasi sebelum pasien pulang atau
maksimal 3 x 24 jam hari kerja;
c. Faskes bertanggung jawab untuk melakukan pengecekan keabsahan kartu dan
surat rujukan serta melakukan entry data ke dalam aplikasi Surat Elijibilitas
Peserta (SEP) dan melakukan pencetakan SEP;
d. Petugas BPJS kesehatan melakukan legalisasi SEP;
e. Faskes melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian tindakan, obat dan BMHP;
f. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-masing
faskes;
g. Faskes menagihkan klaim dalam sistem paket INA CBG’s;
h. Setelah mendapatkan pelayanan kesehatan RITL, beberapa kemungkinan tindak
lanjut pelayanan, adalah sebagai berikut:
(1) Pelayanan RITL selesai dan pasien pulang.
(2) Pelayanan RITL selesai, tetapi peserta diperintahkan untuk kontrol:
- Kepada peserta diberikan surat perintah kontrol.
- Pada saat Peserta tersebut melaksanakan kontrol, peserta datang ke RS
dan unit BPJS Center dengan menyerahkan surat perintah kontrol.
- Surat perintah control berlaku maksimal sebanyak 2 (dua) kali kunjungan
(3) Peserta dirujuk balik;
(4) Peserta dirujuk ke Faskes lanjutan lain :
- Kepada
peserta
diberikan
surat
rujukan/konsul
extern.
Surat
rujukan/konsul extern harus dilegalisasi oleh petugas BPJS di unit BPJS
Center.
- Dengan membawa surat rujukan tersebut peserta mendapat pelayanan di
Faskes penerima rujukan, melalui unit BPJS Center
3. Pelayanan Alat Kesehatan
1). Pelayanan alat kesehatan rawat jalan
a) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di faskes;
b) Dokter menuliskan resep alat kesehatan sesuai dengan indikasi medis;.
Halaman 17
c) Peserta mengambil alat kesehatan di Instalasi Farmasi RS dengan membawa
identitas dan bukti pelayanan yang diperlukan;
d) Petugas Instalasi Farmasi melakukan verifikasi Resep dan bukti pendukung
lain;
e) Untuk alat kesehatan yang disediakan oleh jejaring PIHAK KEDUA, maka
verifikasi resep dan bukti pendukung dilakukan oleh Petugas Jejaring;
f) Peserta menandatangani bukti penerimaan alat kesehatan.
2). Pelayanan alat kesehatan rawat inap
a) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di faskes;
b) Dokter menuliskan resep alat kesehatan sesuai dengan indikasi medis;
c) Peserta mengambil alat kesehatan di Instalasi Farmasi RS dengan membawa
identitas dan bukti pelayanan yang diperlukan;
d) Petugas Instalasi Farmasi melakukan verifikasi Resep dan bukti pendukung
lain;
e) Peserta menandatangani bukti penerimaan alat kesehatan.
4. Pelayanan Gawat Darurat
1) Pada kondisi gawat darurat, Peserta dapat langsung ke Rumah Sakit melalui Unit
Gawat Darurat (UGD) tidak perlu surat rujukan dari PPK Tingkat Pertama;
2) Faskes bertanggung jawab untuk melakukan pengecekan keabsahan kartu dan
melakukan entry data ke dalam aplikasi Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dan
melakukan pencetakan SEP.
5. Pelayanan Rujuk Balik
1) Peserta berobat ke Faskes Tingkat Pertama dimana peserta tersebut terdaftar
dengan membawa identitas diri;
2) Apabila atas indikasi medis peserta memerlukan pemeriksaan ataupun tindakan
spesialis/sub-spesialis, maka Faskes Tingkat Pertama akan memberikan rujukan
ke Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan;
3) Peserta mendaftar ke BPJS Center dengan membawa surat rujukan dan identitas
diri untuk mendapatkan SEP;
4) Dokter Spesialis/Sub Spesialis melakukan pemeriksaan kepada peserta sesuai
kebutuhan indikasi medis;
5) Apabila peserta didiagnosa penyakit kronis maka peserta mendapatkan
pelayanan kesehatan secara rutin di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan hingga
diperoleh kondisi terkontrol/stabil sesuai panduan klinis penyakit kronis;
6) Setelah peserta ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil, maka dokter
Spesialis/Sub Spesialis memberikan SRB (Surat Rujuk Balik) kepada Faskes
Tingkat Pertama dimana peserta yang bersangkutan terdaftar.
6. Pelayanan Ambulans
1) BPJS Kesehatan wajib memberikan daftar penyedia ambulan kepada Faskes yang
bekerjasama maupun tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan di wilayah
kerjanya;
2) Dalam rangka evakuasi pasien bagi Faskes yang tidak mempunyai ambulan agar
berkoordinasi dengan penyedia ambulan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan;
3) Untuk Faskes yang mempunyai ambulan dapat langsung menggunakan ambulan
tersebut;
4) Proses rujukan antar Faskes mengikuti ketentuan sistem rujukan berjenjang
yang berlaku.
III. REGIONALISASI TARIF
Kelompok Tarif Regional I
Provinsi Banten
Halaman 18
DKI Jakarta
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Provinsi Jawa Timur
Kelompok Tarif Regional II
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Sumatra Barat
Riau
Sumatra Selatan
Lampung
Bali
NTB
Kelompok Tarif Regional III
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Aceh
Sumtra Utara
Jambi
Bengkulu
Kepulauan Riau
Kalimantan Barat
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengara
Gorontalo
Sulawesi barat
Sulawesi Selatan
Kelompok Tarif Regional IV
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Tengah
Kelompok Tarif Regional V
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Bangka Belitung
Nusa Tengara Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Maluku
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
PIHAK PERTAMA
PT ASKES (PERSERO)
CABANG ..............
PIHAK KEDUA
RUMAH SAKIT ..................
.......................................
MANAGER
........................................
DIREKTUR
Halaman 19
Lampiran II Perjanjian antara
........................ dan ….
Nomor :
Nomor :
TATA CARA PEMBAYARAN KLAIM
PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN
1. Pengajuan klaim pelayanan kesehatan tingkat lanjutan kepada Kantor Cabang/Kantor
Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan dilakukan oleh setiap faskes tingkat lanjutan secara
kolektif setiap bulan, atas pelayanan yang sudah diberikan kepada peserta BPJS
Kesehatan dan keluarganya.
2. Pelaksaaan INA CBG’s
a. Klaim pelayanan tingkat lanjutan dilakukan dengan system INA CBG’s. Untuk
dapat mengoperasikan software INA-CBGs maka Faskes lanjutan harus
mempunyai nomor registrasi. Apabila Faskes lanjutan belum mempunyai nomor
registrasi, maka Faskes membuat surat permintaan nomor registrasi kepada
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan;
b. Untuk memenuhi kesesuaian INA-CBGs, dokter berkewajiban melakukan
penegakan diagnosis yang tepat dan jelas sesuai International Code Diseases Ten
(ICD-10) dan International Code Diseases Nine (ICD-9) Clinical Modification (CM).
Dalam hal tertentu coder dapat membantu proses penulisan diagnosis sesuai ICD10 dan ICD-9 CM. Dokter penanggung jawab harus menuliskan nama dengan jelas
serta menandatangani berkas pemeriksaan (resume medik);
c. Pada kasus-kasus dengan diagnosis yang kompleks dengan severity level 3
menurut kode INA-CBGs harus mendapatkan pengesahan dari Komite Medik;
d. Pasien yang masuk ke instalasi rawat inap sebagai kelanjutan dari proses
perawatan di instalasi rawat jalan atau instalasi gawat darurat hanya diklaim
menggunakan 1 (satu) kode INA-CBGs dengan jenis pelayanan rawat inap;
e. Pasien yang datang pada dua atau lebih instalasi rawat jalan dengan dua atau lebih
diagnosis akan tetapi diagnosis tersebut merupakan diagnosis sekunder dari
diagnosis utamanya maka diklaimkan menggunakan 1 (satu) kode INA-CBGs;
f. Faskes lanjutan melakukan pelayanan dengan efisien dan efektif agar biaya
pelayanan seimbang dengan tarif INA-CBGs.
3. Penagihan Klaim pelayanan Kesehatan
1. Faskes Lanjutan membuat tagihan klaim atas biaya pelayanan kesehatan dengan
menggunakan Software INA-CBG’s.
2. Petugas penagihan harus mengisi data variable pasien yang diperlukan dalam
software INA CBG’s yaitu :
- Identitas pasien (nomor rekam medis dll)
- Nomor Jaminan Peserta
- Nomor Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
- Jenis Perawatan
- Tanggal masuk rumah sakit
- Tanggal keluar rumah sakit
- Lama perawatan (LOS)
- Nama dokter
- Jumlah biaya riil rumah sakit
- Tanggal lahir
- Umur (dalam tahun) ketika masuk rumah sakit
- Umur (dalam hari) ketika masuk rumah sakit
- Jenis kelamin
- Pengesahan severity level
- Surat rujukan
- Status ketika pulang
- Berat badan baru lahir (dalam gram)
Halaman 20
- Diagnosis utama
- Diagnosis sekunder (komplikasi & ko-morbiditi)
- Prosedur/tindakan
3. Pengajuan klaim PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dilakukan setiap bulan
secara rutin paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, dalam bentuk softcopy
berupa file txt dan hardcopy meliputi :
- SEP
- Surat rujukan (jika SEP diterbitkan RS)
- Untuk rawat jalan melampirkan bukti pelayanan yang mencantumkan diagnose
dan prosedur serta ditandatangani oleh DPJP
- Surat perintah rawat inap
- Resume medis (untuk rawat inap) yang ditandatangani oleh DPJP
- Laporan operasi
- Protocol terapi dan regimen (jadual pemberian obat) pemberian obat khusus
- Resep alat kesehatan (diluar prosedur operasi)
- Tanda terima alat kesehatan (kacamata, alat bantu dengar, alat bantu gerak dll)
- Billing system atau perincian tagihan manual Rumah Sakit
- Berkas pendukung lain yang diperlukan
4. Selanjutnya tagihan klaim tersebut akan diverifikasi oleh Petugas Verifikator BPJS
Kesehatan dengan menggunakan Software verifikasi Klaim BPJS Kesehatan
5. Setelah verifikasi selesai dilakukan, dibuat laporan pertanggungjawaban, yaitu:
a. Rekapitulasi Klaim yang berisi jumlah klaim dan total klaim keseluruhan.
b. Rekapitulasi Klaim Rawat Jalan
- Berisi rekapitulasi klaim Rawat Jalan per hari
- Ditanda tangani kedua belah pihak
- Buat salinan (fotocopy) sebagai arsip verifikator
- Simpan secara digital sebagai arsip
c. Rekapitulasi Klaim Rawat Inap
- Berisi daftar klaim Rawat Inap per hari
- Ditanda tangani kedua belah pihak
- Buat salinan (fotocopy) sebagai arsip verifikator
- Simpan secara digital sebagai arsip
d. Klaim koreksi
6. Pembayaran Tagihan
a. PIHAK PERTAMA wajib membayar tagihan biaya pelayanan kesehatan PIHAK
KEDUA paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap
dan benar di Kantor Cabang PIHAK PERTAMA.
b. Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran sebagaimana ditetapkan pada poin
a maka PIHAK PERTAMA akan melakukan pembayaran tagihan sebagai berikut:
- Sebesar [_____]% setelah PIHAK KEDUA menerima pemberitahuan tertulis
yang diajukan oleh PIHAK PERTAMA;
- Sebesar [_____]% setelah PIHAK PERTAMA menerima pembayaran Iuran
Peserta dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
c. Kadualarsa klaim adalah .................sejak pelayanan diberikan. Tagihan yang
diajukan lebih dari [_____] sejak berakhirnya Bulan Pelayanan dan/atau
berakhirnya Perjanjian ini berhak untuk ditolak proses pembayarannya oleh
PIHAK PERTAMA.
d. PIHAK PERTAMA tidak bertanggung jawab untuk membayar tagihan yang
timbul karena PIHAK KEDUA memberikan fasilitas dan/atau pelayanan
kesehatan di luar yang menjadi hak Peserta.
PIHAK PERTAMA
PT ASKES (PERSERO)
CABANG ..............
PIHAK KEDUA
RUMAH SAKIT ..................
Halaman 21
.......................................
MANAGER
........................................
DIREKTUR
Halaman 22
Download