Draft Perpres 3rd Rev Tgl : 9/12/2006 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR .. TAHUN .. TENTANG PENERAPAN SISTEM HARMONISASI GLOBAL KLASIFIKASI DAN LABEL PADA BAHAN KIMIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu melindungi masyarakat dan lingkungannya dari risiko bahaya bahan kimia ; b. bahwa adanya perbedaan dalam klasifikasi dan pelabelan bahan kimia dapat menghambat kelancaran (distribusi dan) perdagangan maupun pengawasan (pengamanan) bahan kimia; c. bahwa untuk kelancaran (distribusi) perdagangan dan pengawasan (optimalisasi pengamanan) bahan kimia diperlukan adanya sistem klasifikasi dan pelabelan bahan kimia yang dapat diterapkan secara nasional dan global; d. bahwa sistem harmonisasi global tentang klasifikasi dan pelabelan bahan kimia telah disepakati oleh banyak negara di dunia untuk diterapkan secara global; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Penerapan Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label Pada Bahan Kimia; Mengingat : 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Ordonansi Bahan Berbahaya nomor 377 tahun 1949; (Gevaarlijke Stoffen Ordonantie, Staatsblad Nomor 377 Tahun 1949) 3. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918) 4. Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274) 5. Undang-Undang No. 13 Tahun 1992 tentang Kereta Api; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor) 6. Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor) 7. Undang-Undang No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor) 8. Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor) 9. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699) 10. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495) 11. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3878) 12. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Peredaran Pestisida; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973 Nomor 12) 13. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 1992 tentang Angkutan di Perairan; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor) 14. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan; (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527) 15. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2000 tentang Kepelabuhan; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor) 16. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075) 17. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4126) 18. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4153) MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENERAPAN SISTEM HARMONISASI GLOBAL KLASIFIKASI DAN LABEL PADA BAHAN KIMIA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan : 1. Sistem Harmonisasi Global tentang Klasifikasi dan Pelabelan Bahan Kimia (Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals) selanjutnya disingkat GHS adalah suatu pendekatan umum dan logis yang terharmonisasi secara global untuk mendefinisikan dan mengklasifikasikan bahaya bahan kimia, dan mengkomunikasikan informasi tersebut pada label dan Lembar Data Keamanan / LDK (Safety Data Sheet /SDS). 2. Bahan kimia adalah suatu zat, baik berupa unsur maupun senyawa, yang dihasilkan dari suatu proses kimia atau digunakan untuk menimbulkan suatu efek kimia. semua materi dalam bentuk cairan, padat atau gas, berupa unsur atau senyawa dalam bentuk tunggal atau campuran dan mempunyai sifat khusus. Bahan kimia adalah unsur kimia dan senyawanya dan campurannya, baik yang bersifat alami maupun sintesis. 3. Bahaya adalah kapasitas yg melekat dari suatu bahan atau campuran yang menimbulkan yang efek merugikan terhadap kesehatan maupun lingkungan pada suatu kondisi paparan. 4. Campuran adalah campuran atau larutan yang terdiri dari dua atau lebih senyawa yang tidak bereaksi. 5. Produk konsumen adalah setiap produk yang mempunyai suatu fungsi karena kandungan bahan kimia dalam produk tersebut dan digunakan oleh konsumen. 6. Barang (article) adalah setiap produk yang mempunyai suatu fungsi karena bentuknya dan digunakan oleh konsumen. 7. Label adalah setiap keterangan mengenai bahan kimia yang berbentuk gambar, tulisan, atau kombinasi keduanya atau bentuk lain yang memuat informasi tentang bahan kimia dan keterangan Pelaku Usaha serta informasi lainnya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang disertakan pada produk, dimasukkan ke dalam, ditempatkan pada atau merupakan bagian kemasan. Label adalah informasi tertulis, tercetak atau dalam bentuk grafik, mengenai unsur-unsur suatu produk berbahaya dari suatu produk yang relevan bagi masing-masing target sektor sasaran, yang disertakan pada, tercetak pada atau melekat pada wadah produk berbahaya tersebut atau pada bagian luar dari kemasan. 8. Wadah adalah barang yang digunakan untuk mewadahi bahan kimia yang berhubungan langsung dengan bahan kimia termasuk tutupnya. 9. Kemasan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus bahan kimia baik yang bersentuhan langsung dengan bahan kimia maupun tidak. 10. Lembar Data Keamanan (Safety Data Sheet, SDS) yang selanjutnya disingkat LDK adalah lembar petunjuk yang berisi informasi bahan berbahaya tentang sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan darurat dan informasi lain yang diperlukan. 11. Penanda Produk adalah identitas produk yang minimal terdiri dari nama senyawa atau komposisi kimia penyusun produk dan/atau nama dagang, serta nomor pengenal internasional seperti CAS Number. UN number atau lainnya. 12. Nomor CAS (Chemical Abstract Service, CAS Number) adalah sistem indek atau registrasi senyawa kimia yang diadopsi secara internasional sehingga memungkinkan untuk mengidentifikasi setiap senyawa secara spesifik. 13. Piktogram Bahaya adalah suatu komposisi grafis yang terdiri dari suatu simbol bahaya dan elemen-elemen grafis lainnya seperti bingkai, pola latar belakang atau warna yang dimaksudkan untuk menyampaikan informasi spesifik tentang suatu bahaya. 14. Kata Sinyal adalah suatu kata yang digunakan untuk menyatakan menunjukkan tingkatan relatif dari kehebatan suatu bahaya dan mengingatkan supaya pembaca label pengguna wapada terhadap potensi bahaya yang dinyatakan dalam label tersebut. Kata Sinyal yang digunakan dalam ketentuan GHS adalah ”Bahaya” dan ”Awas”. 15. Pernyataan Bahaya adalah pernyataan yang dimaksudkan untuk tiap kategori dan kelas bahaya yang menguraikan sifat-sifat dasar bahaya dari bahan kimia dan/atau produk konsumen, dan jika perlu termasuk tingkat bahayanya, jika memungkinkan. 16. Pernyataan Kehati-hatian adalah suatu frasa (dan/atau piktogram) yang menguraikan tindakan yang direkomendasikan dianjurkan untuk dilakukan dalam rangka meminimalkan mengurangi atau mencegah timbulnya efek samping risiko akibat terpapar paparan terhadap produk berbahaya, atau penanganan atau penyimpanan produk berbahaya yang tidak benar. 17. Pelaku usaha adalah orang atau badan usaha yang memproduksi, mengimpor, mengedarkan, memperdagangkan atau mendistribusikan bahan kimia dan/atau produk konsumen. setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam memproduksi, mengimpor, mengedarkan, memperdagangkan atau mendistribusikan bahan kimia dan/atau produk konsumen. 18. Pengangkut adalah orang atau badan usaha yang secara sah melakukan kegiatan pengangkutan bahan berbahaya dari tempat kegiatan pemuatan sampai ke tempat pembongkaran akhir. 19. Instansi pembina adalah instansi yang berwenang dalam memberikan izin, pengawasan dan hal lain yang sesuai dengan bidangnya masingmasing di 4 (empat) sektor utama di sejumlah sektor utama meliputi sektor industri, sektor pertanian, sektor transportasi, sektor produk konsumen dan sektor ketenagakerjaan khususnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Instansi pembina adalah instansi yang berwenang dalam memberikan izin, pengawasan dan hal lain sesuai dengan bidang industri, pertanian, sektor transportasi, produk konsumen dan ketenagakerjaan khususnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 20. Instansi terkait adalah instansi selain instansi pembina yang terkait dalam hal pemberian izin, pengawasan dan hal lain yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. 21. United Nation Recommendation on Transport of Dangerous Goods (UNRTDG) adalah acuan untuk pengangkutan bahan berbahaya (berdasarkan Keputusan Presiden No. 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan Protokol 9 Dangerous Good) 22. International Maritime Dangerous Goods (IMDG Code) adalah ketentuan tindak lanjut dari konvensi SOLAS dan MARPOL tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya di Laut 23. International Civil Aviation Organization (ICAO) Technical Instructions for the Safe Transport of Dangerous Goods by Air adalah Pasal 2 (1) Penerapan Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Pelabelan pada Bahan Kimia diberlakukan pada : a. Semua bahan kimia, baik tunggal maupun campuran, kecuali Sediaan Farmasi, Kosmetik, Pangan, Bahan Tambahan Pangan, Residu Pestisida dalam Pangan, dan Barang (article). b. Produk konsumen. (2) Penerapan Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Pelabelan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan berdasarkan skala prioritas yang diatur dengan Peraturan Intansi terkait. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis produk konsumen sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan Peraturan Instansi terkait. BAB II PENERAPAN GHS Pasal 3 Panduan GHS (Purple Book) yang diterbitkan oleh Perserikatan BangsaBangsa (PBB) merupakan pedoman pelaksanaan implementasi GHS pada bahan kimia dan produk konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1. Pasal 4 (1) Setiap bahan kimia dan produk konsumen sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 diklasifikasi berdasarkan kriteria bahaya GHS. (2) Klasifikasi bahaya GHS adalah sebagai berikut a. bahaya fisik : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. eksplosif; gas mudah menyala; aerosol mudah menyala; cairan mudah menyala; padatan mudah menyala; bahan dan campuran yang jika kontak dengan air melepaskan gas mudah menyala; bahan dan campuran swapanas; gas pengoksidasi; cairan pengoksidasi; padatan pengoksidasi; peroksida organik; bahan dan campuran yang swareaktif; cairan piroforik; padatan piroforik; gas bertekanan; korosif pada logam; b. bahaya terhadap kesehatan : 1. toksisitas akut; 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. korosi/iritasi kulit; kerusakan/iritasi serius pada mata; sensitisasi pernafasan atau kulit; mutagenisitas sel induk; karsinogenisitas; toksik terhadap reproduksi; toksisitas sistemik pada organ sasaran spesifik setelah paparan tunggal; 9. toksisitas sistemik pada organ sasaran spesifik setelah paparan berulang; 10. bahaya aspirasi; c. bahaya terhadap lingkungan : 1. bahaya terhadap lingkungan akuatik. Pasal 5 (1) Setiap bahan kimia dan produk konsumen sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 wajib diberi label sesuai GHS. (2) Pengecualian untuk sektor transportasi Pelaksanaan GHS untuk bidang transportasi, label pada kemasan terluar dan piktogram/placard pada kendaraan mengikuti peraturan transportasi sebelumnya yang mengacu pada ketentuan United Nation – Recommendations on Transportation of Dangerous Goods (UN-RTDG) untuk transportasi darat atau International Maritime Dangerous Goods Code (IMDG Code) untuk transportasi laut atau International Civil Aviation Organization (ICAO) Technical Instructions for the Safe Transport of Dangerous Goods by Air untuk transportation udara. (3) Unsur label GHS yang wajib dicantumkan pada bahan kimia dan produk konsumen adalah sebagai berikut : a. Penanda Produk; b. Piktogram Bahaya; c. Kata Sinyal; d. Pernyataan Bahaya; e. Identifikasi Produsen / Pemasok. (4) Selain unsur label sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat ditambahkan unsur label lain berupa pernyataan kehati-hatian. (5) Label sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mudah terbaca, jelas terlihat serta tidak mudah rusak, lepas dari kemasannya dan luntur karena pengaruh sinar, udara atau lainya. Pasal 6 Dalam hal perlindungan informasi rahasia perusahaan, pencantuman penanda produk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a diperbolehkan hanya memuat sebagian informasi dengan syarat yang ditentukan lebih lanjut dalam Peraturan Instansi terkait. Pasal 7 (1) Piktogram bahaya GHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b tercantum dalam Lampiran 2 I. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai ukuran dan tata letak piktogram bahaya GHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Instansi terkait. Pasal 8 (1) Pencantuman bahayanya. Pernyataan Bahaya diurutkan berdasarkan tingkat (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pernyataan Bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Instansi terkait. Pasal 9 (1) Setiap bahan kimia sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 wajib memiliki LDK sesuai dengan GHS. (2) Format LDK sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) di atas sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3 II. Pasal 10 Label dan Lembar Data Keamanan / LDK wajib menggunakan bahasa Indonesia, dan apabila dipandang perlu dapat disertai dengan bahasa internasional lainya yang digunakan sebagai bahasa resmi dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. BAB III KEWAJIBAN PELAKU USAHA Pasal 11 (1) Setiap pelaku usaha yang memproduksi bahan kimia dan/atau produk konsumen wajib : a. menentukan klasifikasi bahaya bahan kimia dan/atau produk konsumen yang diproduksinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4; b. mencantumkan label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 pada kemasan bahan kimia dan/atau produk konsumen; c. membuat LDK untuk setiap bahan kimia; d. melakukan kaji ulang label sekurang-kurangnya setiap 2 tahun sekali sesuai dengan kepentingan / keperluan kebutuhan. (2) Setiap pelaku usaha yang melakukan pengemasan ulang (repacking) bahan kimia wajib : a. mencantumkan label pada kemasan bahan kimia; b. menyertakan LDK untuk setiap bahan kimia. (3) Pelaku usaha yang berhak melakukan pengemasan ulang (repacking) bahan kimia diatur oleh instansi pembina terkait. BAB IV LARANGAN Pasal 12 (1) Setiap orang pelaku usaha atau perorangan dilarang mengedarkan, memperdagangkan, atau mendistribusikan bahan kimia dan/atau produk konsumen yang tidak mencantumkan label sesuai GHS. atau Setiap orang pelaku usaha dan pengangkut atau perorangan dilarang mengedarkan, memperdagangkan, atau mendistribusikan dan mengangkut bahan kimia dan/atau produk konsumen yang tidak mencantumkan label sesuai GHS. (2) Setiap orang pelaku usaha atau perorangan dilarang mengedarkan, memperdagangkan, atau mendistribusikan bahan kimia tanpa disertai LDK sesuai dengan GHS. atau Setiap orang pelaku usaha dan pengangkut atau perorangan dilarang mengedarkan, memperdagangkan, atau mendistribusikan dan mengangkut bahan kimia tanpa disertai LDK sesuai dengan GHS. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 13 Setiap instansi terkait melakukan pembinaan, baik secara berkoordinasi ataupun mandiri, terhadap pelaku usaha binaannya terhadap pemberlakuan keputusan ini. Pasal 14 Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 antara lain dapat berupa : a. Sosialisasi terhadap pelaku usaha yang menangani bahan kimia, masyarakat dan pemangku kepentingan dari instansi terkait (pusat dan daerah) dilakukan oleh instansi pembina dan/atau instansi terkait, secara berkoordinasi ataupun mandiri, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing berdasarkan ketentuan yang berlaku. b. Pelatihan bagi produsen bahan kimia dan aparat pemerintah dari instansi terkait (pusat dan daerah) yang menangani bahan kimia diselenggarakan oleh instansi pembina dan/atau instansi terkait, secara berkoordinasi ataupun mandiri, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing berdasarkan ketentuan yang berlaku. Pasal 15 Pengawasan terhadap sarana produsen dan pelaku usaha dilakukan oleh instansi pembina dan/atau instansi terkait sesuai dengan tupoksi masingmasing berdasarkan ketentuan yang berlaku. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 16 (1) Semua Peraturan Instansi yang mengatur tentang klasifikasi bahaya, label dan Lembar Data Keamanan (Safety Data Sheet) harus menyesuaikan dengan Peraturan Presiden ini paling lambat Desember 2007/ Desember 2008. (2) Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Bahan Kimia dinyatakan tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Presiden ini. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Penerapan Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label Bahan Kimia paling lambat dilaksanakan secara penuh pada bulan Desember 2008 / Desember 200/ Desember 2010. Pasal 18 Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO LAMPIRAN I Peraturan Pres Nomor : PIKTOGRAM BAHAYA GHS Nyala Api Korosi Tanda seru Nyala Api Mengelilingi Lingkaran Bom Meledak Gas Silinder Tengkorak dan Tulang Bersilang Lingkungan Bahaya Kesehatan LAMPIRAN I Peraturan Presiden RI Nomor : PIKTOGRAM BAHAYA GHS NO. PIKTOGRAM BAHAYA 1. - Mudah Menyala Swareaktif Swapanas Piroporik 2. - Zat Pengoksidasi Peroksida Organik 3. - Eksplosif Swareaktif Peroksida Organik 4. Korosif 5. Gas Bertekanan 6. Toksisitas Akut 7. - 8. Bahaya terhadap Lingkungan Akuatik Iritasi Kulit Sensitisasi Kulit Toksisitas Akut Kategori 4 Bahaya terhadap Lingkungan Akuatik Kategori 2 NO. 9. PIKTOGRAM BAHAYA - Karsinogenisitas Mutagenisitas Sel Induk Toksik terhadap Reproduksi Sensitisasi Pernafasan Toksisitas Sistemik terhadap Organ Sasaran Spesifik Bahaya Aspirasi LAMPIRAN II Peraturan Pres Nomor : CONTOH FORMAT LDK (SAFETY DATA SHEET, SDS) 1. Identifikasi Senyawa (Tunggal - Identitas/ nama produk : berdasarkan GHS : - Identifikasi lainnya - Penggunaan yang : dianjurkan dan : pembatasan penggunaan : - Data rinci mengenai pemasok - Nomor telepon darurat : 2. Identifikasi Bahaya - Klasifikasi senyawa/ : campuran : - Elemen label termasuk : pernyataan kehati-hatian - Bahaya lain di luar yang : berperan dalam klasifikasi 3. Komposisi/ Informasi tentang - Nama kimia - Nama umum, nama : dagang, sinonim dll : - Nomor CAS dan nomor : khas lainnya Zat pengotor dan dan bahan tambahan yang : diklasifikasikan dan yang berperan dalam klasifikasi senyawa tersebut - Campuran Identitas dan konsentrasi : bahan kimia atau rentang konsentrasi dari semua bahan penyusun yang berbahaya terhadap kesehatan atau lingkungan dan konsentrasi bahan penyusun campuran atau Campuran) .................................................................................. .................................................................................. : : .................................................................................. .................................................................................. .................................................................................. : : .................................................................................. .................................................................................. : .................................................................................. .................................................................................. Bahan Penyusun Senyawa tunggal : .................................................................................. .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. 4. Tindakan Pertolongan Pertama - Uraian langkah pertolongan pertama yang : .................................................................................. diperlukan - Kumpulan gejala / efek : .................................................................................. terpenting, baik akut maupun tertunda : .................................................................................. : - Indikasi yang memerlukan : .................................................................................. bantuan medik dan tindakan khusus, jika diperlukan 5. Tindakan Pemadaman Kebakaran - Media pemadam yang cocok : .................................................................................. : - Bahaya spesifik yang diakibatkan bahan kimia : .................................................................................. tersebut - Alat pelindung khusus dan : .................................................................................. pernyataan kehati-hatian bagi petugas pemadam kebakaran 6. Tindakan Pengatasan Penanggulangan jika terjadi Kebocoran - Langkah-langkah pencegahan diri, alat pelindung dan prosedur : .................................................................................. tanggap darurat : .................................................................................. - Langkah-langkah pencegahan bagi : .................................................................................. lingkungan : - Metode dan bahan untuk : .................................................................................. penangkalan (containment) dan pembersihan 7. Penanganan dan Penyimpanan - Langkah-langkah : pencegahan untuk penanganan yang aman - Kondisi untuk : penyimpanan yang aman, termasuk inkompatibilitas 8. Kontrol Paparan/ Perlindungan - Parameter pengendalian, : jika tersedia agar dibuat daftar batas paparan di tempat kerja termasuk notasinya, daftar angka batas biologik termasuk notasinya - Pengendalian teknik yang : sesuai. - Tindakan perlindungan diri, : seperti alat pelindung diri 9. Sifat Fisika dan Kimia - Data empirik dari senyawa atau campuran - Organoleptik (bentuk fisik, warna dll) - Bau - Ambang bau .................................................................................. .................................................................................. Diri .................................................................................. .................................................................................. .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : : .................................................................................. : .................................................................................. : - pH Titik lebur/ titik beku Titik didih/ rentang didih Titik nyala Laju penguapan Flamabilitas (padatan, gas) Nilai batas flamabilitas terendah/ tertinggi dan batas ledakan Tekanan uap Rapat uap Kerapatan relatif Kelarutan Koefisien partisi (noktanol/air) Suhu dapat membakar sendiri (auto-ignition) Suhu penguraian Kekentalan 10. - Stabilitas dan Reaktifitas Reaktifitas Stabilitas kimia Kemungkinan reaksi yang berbahaya - Kondisi untuk dihindarkan - Bahan-bahan yang tidak tercampurkan - Hasil peruraian yang berbahaya 11. Informasi Toksikologi - Uraian lengkap dan komprehensif tentang berbagai efek toksikologik/ kesehatan - Informasi tentang rute paparan - Kumpulan gejala yang berkaitan dengan sifat fisik, kimia dan toksikologi - Efek akut, tertunda dan kronik dari paparan jangka pendek dan jangka panjang - Ukuran numerik tingkat toksisitas - Efek Interaktif - Jika data bahan kimia secara spesifik tidak tersedia - Informasitentang campuran dan bahan penyusunnya : : : : : : : .................................................................................. .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : : : : : .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. .................................................................................. : : .................................................................................. : : .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : : .................................................................................. : : .................................................................................. : .................................................................................. : : .................................................................................. : .................................................................................. : : .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : : .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. 12. Informasi Ekologi - Ekotoksisitas - Persistensi dan peruraian oleh lingkungan - Potensi bioakumulasi - Mobilitas dalam tanah - Efek merugikan lainnya : .................................................................................. : : .................................................................................. : .................................................................................. : : .................................................................................. : : .................................................................................. 13. Pertimbangan Pembuangan/ Pemusnahan - Metode pembuangan : .................................................................................. 14. Informasi Transportasi - Nomor PBB - Nama pengapalan yang sesuai berdasarkan PBB - Kelas bahaya pengangkutan - Kelompok pengemasan, jika tersedia - Bahaya lingkungan - Tindakan kehati-hatian khusus bagi pengguna : .................................................................................. : : .................................................................................. : .................................................................................. : : ................................................................................. : : .................................................................................. : .................................................................................. 15. Informasi yang berkaitan dengan Regulasi - Regulasi tentang : .................................................................................. lingkungan, kesehatan dan keamanan untuk produk tersebut 16. Informasi Lain Termasuk Informasi yang Diperlukan dalam Pembuatan dan Revisi SDS