kebijakan fiskal dan moneter

advertisement
OLEH :
DEDY ARFIYANTO SE ,MM.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah yang berkaitan dengan pendapatan dan
pengeluaran negara, di Indonesia, hal ini terkait dengan
APBN ( Anggara Pendapatan dan Belanja Negara).
Kebijakan fiskal bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi secara optimal. Kebijakan fiskal
sangat berhubungan dengan pemasukan atau pendapatan
negara, diantara pendapatan negara antara lain misalnya :
bea dan cukai, devisa negara, pariwisata, pajak penghasilan,
pajak bumi dan bangunan, impor, dan lain-lain .
Sedangkan untuk pengeluaran negara misalnya : belanja
persenjataan , pesawat, proyek pemerintah, pembangunan
sarana dan prasarana umum, atau program lain yang
berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.
STRUKTUR APBN
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara saat ini adalah:
1. Pendapatan Negara dan Hibah
1.1 Penerimaan Dalam Negeri, terdiri atas:
a. Penerimaan Perpajakan, terdiri atas
** Pajak Dalam Negeri, terdiri atas Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan pajak
lainnya.
** Pajak Perdagangan Internasional, terdiri atas Bea Masuk dan Tarif
Ekspor.
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), terdiri atas:
** Penerimaan SDA (Migas dan Non Migas)
** Bagian Laba BUMN
** PNBP lainnya
2.1 Hibah
Hibah mempunyai pengertian
bantuan yang berasal dari
swasta, baik dalam negeri
maupun luar negeri, dan
pemerintah luar negeri
2. Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis:
1. Belanja Pemerintah Pusat, adalah
belanja yang digunakan untuk membiayai
kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat,
baik yang dilaksanakan di pusat maupun di
daerah (dekonsentrasi dan tugas
pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat
dapat dikelompokkan menjadi: Belanja
Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,
Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan
Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja
Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana),
dan Belanja Lainnya.
2. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke
Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan
APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi:
** Dana Bagi Hasil
**Dana Alokasi Umum
**Dana Alokasi Khusus
** Dana Otonomi Khusus.
3. Pembiayaan
Pembiayaan meliputi:
3.1 Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan,
Privatisasi, Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara.
3.2 Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
3.3 Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman
Program dan Pinjaman Proyek
3.4 Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas
Jatuh Tempo dan Moratorium.
pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian masyarakat antara
lain:
1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, maksudnya dapat
mengetahui besarnya GNP dari tahun ke tahun,
2. menciptakan kestabilan keuangan atau moneter negara, karena dapat
mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat,
3. menimbulkan investasi masyarakat, karena dapat mengembangkan
industri-industri dalam negeri,
4. memperlancar distribusi pendapatan, maksudnya dapat mengetahui
sumber penerimaan dan penggunaan untuk belanja pegawai dan belanja
barang, serta yang lainnya,
5. memperluas kesempatan kerja, karena terdapat pembangunan proyekproyek negara dan investasi negara, sehingga dapat membuka lapangan
kerja yang baru dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah
menyangkut perilaku bank sentral dalam penawaran
uang dan pengaturan uang yang beredar pada suatu
negara. Kebijakan moneter pada dasarnya
merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga serta
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) juga
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga
stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan
kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang.
•B. Jenis-Jenis Kebijakan Moneter
•1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka
menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk
mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat). Kebijakan ini diterapkan pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan moneter ekspansif ini disebut juga sebagai kebijakan moneter
longgar (easy monetary policy). Penerapan kebijakan ini seperti :
•a.
Politik diskonto (penurunan tingkat suku bunga)
•b. Politik pasar terbuka (pembelian surat-surat berharga, misalnya
saham dan obligasi).
•c.
Politik cash ratio (penurunan cadangan kas)
•d. Politik kredit selektif (pemberian kredit longgar)
•2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Kontractive Policy)
Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan yang dilakukan dalam
rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan
pada saat perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan moneter kontraktif
disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Kebijakan
ini dapat diterapkan berupa :
•a.
Politik diskonto (peningkatan suku bunga)
•b. Politik pasar terbuka (penjualan surat berharga)
•c.
Politik cash ratio (peningkatan cadangan kas)
•d. Politik kredit selektif (pengetatan pemberian kredit)
C. Instrumen Kebijakan Moneter
4 instrumen pokok kebijakan moneter :
1. Politik Pasar Terbuka
Politik pasar terbuka merupakan kebijakan yang dilakukan oleh
bank sentral dalam rangka menambah atau mengurangi jumlah
uang yang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat
berharga pemerintah (government securities). Surat-surat berharga
pemerintah diantaranya adalah SBI (Sertifikat Bank Indonesia),
SBPU (Surat Berharga Pasar Uang), saham, dan obligasi.
Jika pemerintah
ingin mengurangi jumlah uang yang
beredar
maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Dengan menjual SBI, uang dari
masyarakat akan tertarik masuk ke bank sehingga diharapkan
jumlah uang beredar berkurang. SBI hanya dijual oleh bank
sentral.
Namun, jika pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar
maka pemerintah akan membeli surat berharga. Dengan membeli
SBI, pemerintah akan mengeluarkan uang kepada masyarakat
dalam pembeliannya sehingga terjadilah penambahan jumlah uang
yang beredar di masyarakat.
• 2. Politik Diskonto (Discount Rate)
• Politik diskonto adalah kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral dalam
pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat suku
bunga. Tingkat bunga pada tiap-tiap bank umum akan dipengaruhi oleh
tingkat bunga bank sentral. Bank umum kadang-kadang mengalami
kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral.
Jika pemerintah akan menambah jumlah uang yang beredar maka
pemerintah menurunkan tingkat suku bunga bank sentral. Dengan begitu,
minat masyarakat untuk menabung di bank pun berkurang. Sehingga,
jumlah uang yang beredar bertambah. Selain itu, juga mengakibatkan suku
bunga kredit turun dan mengakibatkan masyarakat banyak tertarik untuk
mengajukan pinjaman ke bank.
Serta sebaliknya, jika pemerintah akan mengurangi jumlah uang yang
beredar maka pemerintah akan menaikkan tingkat bunga. Sehingga, hasrat
masyarakat untuk menabung di bank pun tinggi yang mengakibatkan
jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang. Selain itu, kenaikan
suku bunga tabungan akan meningkatkan suku bunga kredit. Dengan
naiknya suku bunga kredit, masyarakat akan enggan untuk mengajukan
kredit.
• 3.
Politik Rasio Cadangan Wajib (Reserve
Requirement Ratio)
• Rasio cadangan wajib adalah kebijakan bank
sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah
uang yang beredar dengan cara menaikan atau
menurunkan cadangan minimum yang harus
dipenuhi oleh bank umum dalam mengedarkan atau
memberikan kredit kepada masyarakat.
Ketika pemerintah ingin menambah jumlah uang
yang beredar maka pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Jika bank sentral menurunkan
cadangan kas, berarti bank sentral ingin menambah
jumlah uang yang beredar. Dalam hal ini bank-bank
umum diberi kesempatan untuk dapat mengedarkan
uang lebih banyak.
Sebaliknya, ketika pemerintah ingin mengurangi
jumlah uang yang beredar maka pemerintah
menaikkan rasio cadangan wajib. Hal ini terjadi
karena dengan naiknya cadangan kas berarti bank
umum harus lebih banyak menahan uang tunai untuk
tidak diedarkan.
4.
Kebijakan Kredit Selektif
• Kebijakan kredit selektif adalah kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah dalam pemberian atau
tidaknya suatu kredit. Kredit selektif ini dilakukan
dengan cara menentukan syarat-syarat kredit yang
dikenal dengan 5C. Pada saat pemerintah ingin
menambah jumlah uang yang beredar maka
pemerintah akan melonggarkan pemberian kredit.
Namun, jika pemerintah ingin mengurangi jumlah
uang yang beredar maka pemerintah akan
mengetatkan pemberian kredit.
Selain instrumen di atas, ada beberapa instrumen lain yang
dipergunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakan moneter,
diantaranya :
• 1. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
• Imbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan cara memberi imbauan kepada para pelaku ekonomi.
Contohnya, menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati
n
dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah
uang beredar.
• 2. Politik Saneering
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal
7 tentang Bank Indonesia. Kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank
sentral dengan cara pengguntingan (pemotongan) uang disebut dengan
politik saneering.
Politik saneering diterapkan ketika terjadi hiperinflasi. Instrumen ini pernah
dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965. Pada saat itu,
dilakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1. Hal ini dilakukan
untuk menyehatkan kembali nilai uang yang sudah jatuh.
• 3. Devaluasi
Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai rupiah
terhadap mata uang asing.
• 4. Revaluasi
Revaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menaikkan nilai mata
uang dalam negeri terhadap mata uang asing.
D. Tujuan Kebijakan moneter
•1. Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa
seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.
•2. Menjaga kestabilan harga, artinya harga suatu barang merupakan hasil
interaksi antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia
di pasar
•3. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange)
dalam perekonomian.
•4.
Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas
perekonomian dan stabilitas tingkat harga.
•5. Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan
ekonomi yang diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.
•6. Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat
terealisasi melalui sumber penerimaan yang normal.
•7.
Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat perekonomian stabil,
pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan
jasa sehingga adanya investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga
memperluas kesempatan kerja masyarakat.
•8.
Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat. Hal ini dapat
dilakukan dengan jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar
negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.
E.Jalur Pembuatan Keputusan Kebijakan
Moneter
Dalam menentukan suatu kebijakan
moneter tentunya akan dimulai dari
Gubernur Bank Indoensia. Ia akan meminta
pertimbangan kepada Dewan Moneter yang
beranggotakan Menteri Keuangan, Menteri
Perindustrian dan Perdagangan, Menteri
Koordinator Ekonomi, Keuangan dan
Industri.
Kemudian,
akan
terjafi
perundingan tentang kebijakan apa yang
akan diambil dalam mengatasi masalah
yang di hadapi.
F. Peran Bank Indonesia dalam Kebijakan Moneter
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7
tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara
lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada
inflasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia
menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama
kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai
tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting
dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank
Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai
tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti
uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi
yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaransasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi
pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat
diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau
pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian
moneter berdasarkan Prinsip Syariah.
•
G. Sejarah Kebijakan Moneter di Indonesia
Kebijakan moneter yang diterapkan pada tanggal 13 Desember 1965 adalah
politik saneering. Mulai tahun 1960, kebutuhan anggaran pemerintah untuk proyekproyek politik semakin meningkat akibat isu konfrontasi yang terus dilakukan
dengan Belanda dan Malaysia. Hal ini juga disebabkan oleh besarnya pengeluran
pemerintah untuk membiayai proyek-proyek mercusuar, seperti Games of the New
Emerging Forces (Ganefo) dan Conference of the Emerging Forces (Conefo).
Dalam rangka mempersiapkan kesatuan moneter di seluruh wilayah
Indonesia, pada tanggal 13 Desember 1965, pemerintah menerbitkan sebuah alat
pembayaran yang sah yang berlaku bagi seluruh wilayah Indonesia melalui
Penetapan Presiden (Penpres) No. 27/1965. Ketentuan tersebut mencakup nilai
perbandingan antara uang rupiah baru dengan uang rupiah lama dan uang rupiah
khusus untuk Irian Barat -Rp 1 (baru) = Rp 1.000 (lama) dan Rp 1 (baru) = IB Rp 1, serta pencabutan uang kertas Bank Negara Indonesia, uang kertas, dan uang
logam pemerintah yang telah beredar sebelum diberlakukannya Penpres tersebut.
Sejak saat itu sampai bulan Agustus 1966, uang rupiah baru dan uang rupiah
lama beredar bersama-sama. Untuk menghilangkan dualisme tersebut, semua
instansi swasta diwajibkan untuk menggunakan nilai uang rupiah baru dalam
perhitungan harga barang dan jasa serta keperluan administrasi keuangan.
Meskipun uang rupiah baru bernilai 1.000 kali uang rupiah lama, tidak berarti
bahwa harga-harga menjadi seperseribu harga lamanya. Kebijakan ini justru
meningkatkan beban pemerintah, jumlah uang beredar, dan inflasi.
• H. Indikator Stabilisasi ekonomi
• Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stabilisasi ekonomi
yang dapat diukur dengan :
• 1. Kesempatan Kerja
Semakin besar gairah untuk berusaha maka akan mengakibatkan
peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan
kebutuhan tenaga kerja. Berarti akan terjadinya peningkatan
kesempatan kerja dan kesehjateraan karyawan.
• 2. Kestabilan Harga
Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan
kepercayaan di masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang
yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga di masa
depan.
• 3. Neraca Pembayaran Internasional
• Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan
stabilisasi ekonomi di suatu negara. Agar neraca pembayaran
internasional seimbang maka pemerintah sering melakukan
kebijakan-kebijakan moneter. Pengaturan jumlah uang yang beredar
pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi
jumlah uang yang beredar.
Download