BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi para investor. Setiap investor sangat membutuhkan informasi yang relevan dengan perkembangan transaksi di bursa. Hal ini sangat penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun strategi dan pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Dalam mengambil keputusan untuk melakukan suatu investasi perlu diperhatikan dua hal yaitu return dan resiko investasi. Investasi pada hakekatnya merupakan penundaan konsumsi pada saat ini dengan tujuan mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang akan diterima di masa yang akan datang. Pemodal hanya dapat memperkirakan berapa tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Apabila kesempatan investasi mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi, maka investor akan mengisyaratkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pula. Dengan kata lain, semakin tinggi risiko suatu kesempatan investasi maka akan semakin tinggi pula tingkat keuntungan (return) yang diisyaratkan oleh investor (Hartono, 2000). Perubahan tingkat suku bunga SBI akan berdampak pada perubahan jumlah investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun dari investor asing, khususnya pada jenis investasi portfolio yang umunya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik. Suku bunga diskonto adalah tingkat suku bunga SBI yang dibayar oleh Bank-bank umum apabila meminjam uang dari Bank Sentral. Menurut keynes (2003), suku bunga SBI dalam keseimbangan suatu pasar merupakan harga suatu waktu, dimana harga tersebut adalah hasil pengembalian yang menyamakan pinjaman dan pemberian pinjaman dalam kegiatan ekonomi. Suatu tingkat suku bunga SBI akan cenderung naik apabila jumlah uang lebih sedikit dan permintaan terhadap uang lebih banyak. Begitu pula sebaliknya, tingkat suku SBI akan cenderung turun apabila jumlah uang lebih banyak/besar dan permintaan terhadap uang lebih sedikit. Sedangkan teori paritas suku bunga SBI merupakan salah satu teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas. Teori ini pada dasarnya bahwa tingkat bunga di suatu negara akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain, setelah diperhitungkan perkiraan laju depresiasi mata uang suatu negara dengan negara lain. Berdasarkan Sitinjak ( 2003 ) bahwa yang dimaksud dengan Interest Parity adalah suatu kondisi di mana perbedaan tingkat suku bunga sama dengan perbedaan forward di pasar yang efisien dengan asumsi tidak ada biaya transaksi (no transaction cost). Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan demikian besarnya investasi dalam suatu jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat pengembalian modalnya adalah lebih besar atau sama dengan tingkat bunga. Apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang mempunyai tingkat pengembalian modal yang lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para pengusaha (Hamzah, 2010) Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinue. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali hiperinflasi, keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen. salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian dan akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi. Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal dicerminkan oleh tingkat inflasi maupun eksternal kurs. Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia. Analisis teknikal merupakan upaya memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham pada masa lalu. Pemikiran yang mendasari bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan melalui perubahan harga pada masa lalu (Hamzah, 2010). Investasi di bidang properti pada umumnya bersifat jangka panjang dan akan tumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Banyaknya masyarakat yang menginvestasikan modalnya di sektor properti di karenakan harga tanah yang cenderung naik. Penyebabnya adalah supply tanah bersifat tetap sedangkan demand akan selalu besar seiring pertambahan penduduk. Sedangkan untuk kenaikan suku bunga bank sangat mempengaruhi aktivitas dunia usaha pada umumnya, selain itu perusahaan yang telah Go Public seperti perusahaan pada sektor properti merupakan salah satu sektor yang mengalami kebangkrutan pada awal terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia. Tentunya dengan hanya mengambil satu variabel independen diatas, dari banyaknya kemungkinan variabel independen yang dapat mempengaruhi pergerakan inflasi tingkat suku bunga SBI. Atas dasar permasalahan tersebut maka dalam penelitian ini diberikan judul : “ Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham ”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan pokok permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah tingkat inflasi secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah suku bunga SBI secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah nilai tukar secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Apakah tingkat inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar secara simultan berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 5. Apakah nilai tukar secara dominan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi secara parsial terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga SBI secara parsial terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar secara parsial terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk mengetahui tingkat inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar secara simultan berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 5. Untuk mengetahui nilai tukar secara dominan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Kepentingan Ilmiah Untuk menerapkan kemampuan mahasiswa atas ilmu yang telah diperoleh selama kuliah dengan kenyataan yang ada dalam organisasi suatu perusahaan, dan untuk mengetahui tentang tingkat inflasi, suku bunga SBI serta nilai tukar terhadap harga saham. 2. Manfaat Bagi Kepentingan Terapan Digunakan untuk memberikan informasi bagi perusahaan, investor dalam mengetahui kinerja keuangannya, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup merupakan pembatas suatu permasalahan. Pembatas ini diberikan dengan maksud agar arah pembahasan tidak mengalami kesimpangsiuran serta untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak mengarah. Adapun ruang lingkup yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Tingkat inflasi perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia dari tahun 2011-2012. 2. Suku bunga SBI yang terdaftar di bursa efek indonesia dari tahun 20112012. 3. Nilai Tukar yang mempengaruhi harga saham yang terdaftar di bursa efek indonesia dari tahun 2011-2012. 4. Harga saham perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia dari tahun 2011-2012.