Pokok- Pokok Penjelasan Paket Kebijakan Penguatan Manajemen Moneter dan Pengembangan Pasar Keuangan Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Selasa, 15 Juni 2010 memutuskan paket kebijakan untuk penguatan manajemen moneter dan pengembangan pasar keuangan, sebagai kelanjutan dari kebijakan perpanjangan profil jatuh tempo (maturity profile) SBI yang mulai diterapkan secara penuh bulan Juni ini. Arah kebijakan ini ditempuh guna merespons dan mengantisipasi berbagai dinamika pasar keuangan, baik yang berasal dari domestik maupun global. Secara keseluruhan kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter, memperkuat stabilitas sistem keuangan, dan mendorong pendalaman pasar keuangan, yang pada gilirannya mendukung kesinambungan stabilitas makroekonomi dan memperkuat momentum pemulihan ekonomi. Perlu ditegaskan bahwa kebijakan ini bukan merupakan kontrol devisa dan tetap dalam koridor sistem devisa bebas yang secara konsisten dianut Indonesia selama ini. 1. Latar Belakang Kebijakan 1.1. Di tengah kuatnya tekanan dari krisis ekonomi dan keuangan global, berbagai pencapaian positif yang mampu diraih perekonomian Indonesia pada tahun 2009 telah semakin menguatkan optimisme akan berlanjutnya proses pemulihan perekonomian nasional pada tahun 2010 dan peningkatnnya ke depan. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam upaya menjaga stabilitas makroekonomi sehingga mendukung pemulihan perekonomian. 1.2. Meskipun demikian, dinamika perekonomian dewasa ini dan ke depan diperkirakan masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Dari sisi eksternal, tantangan terutama berkaitan dengan semakin derasnya aliran modal luar negeri ke emerging economies, termasuk Indonesia, di tengah masih rentannya pemulihan ekonomi dan tingginya potensi instabilitas di pasar keuangan global. Sementara dari sisi domestik, tantangan berkaitan dengan masih tingginya ekses likuiditas perbankan, masih besarnya peranan aliran modal portofolio dalam struktur aliran modal di tengah masih rendahnya kedalaman pasar keuangan domestik, serta berbagai permasalahan struktural di sektor riil. 2. Kebijakan yang Ditempuh 2.1. Dalam rangka merespons sekaligus mengantisipasi berbagai tantangan di atas, Bank Indonesia memandang perlu untuk terus memperkokoh kestabilan moneter dan sistem keuangan guna menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah panjang. Pengembangan pasar keuangan domestik perlu terus diperluas agar ekses 1 likuiditas yang ada dapat lebih banyak disalurkan untuk pembiayaan sektor riil dan dengan demikian dapat memperkuat manajemen kebijakan moneter. Sementara itu, derasnya aliran modal masuk luar negeri khususnya investasi portfolio perlu dikelola agar berdampak positif bagi stabilisasi nilai tukar rupiah, dan pembiayaan dalam negeri dalam jangka menengah panjang serta meminimalkan fluktuasi jangka pendek yang terjadi. Dengan demikian, secara keseluruhan kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter, memperkuat stabilitas sistem keuangan, dan mendorong pendalaman pasar keuangan, yang pada gilirannya mendukung kesinambungan stabilitas makroekonomi dan memperkuat momentum pemulihan ekonomi nasional. 2.2. Paket kebijakan terutama dalam bentuk penambahan instrumen dan penyempurnaan beberapa ketentuan baik di pasar uang rupiah maupun pasar valas untuk semakin memperkuat manajemen moneter, penguatan aspek prudential perbankan, serta pendalaman pasar keuangan. Kebijakan tersebut mencakup : i. Pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N. ii. Penyempurnaan ketentuan mengenai Posisi Devisa Netto (PDN); iii. Penerapan minimum one month holding period Sertifikat Bank Indonesia (SBI); iv. Penambahan instrumen moneter non-securities dalam bentuk term deposit; v. Penerbitan SBI berjangka waktu 9 dan 12 bulan; dan vi. Penerapan mekanisme triparty repurchase (repo) Surat Berharga Negara (SBN). 3. Penjelasan Masing-masing Kebijakan 3.1. Pelebaran Koridor Suku Bunga PUAB O/N. Kebijakan pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N dilakukan dengan menyesuaikan suku bunga instrumen standing facilities terhadap suku bunga acuan BI Rate. Kebijakan ini ditempuh agar PUAB dapat lebih berkembang sehingga bank-bank dapat memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendeknya melalui transaksi antar bank terlebih dahulu sebelum menggunakan instrumen moneter yang disediakan oleh Bank Indonesia. Suku bunga Repo O/N (standing lending facility) dinaikkan dari BI Rate + 50 bps menjadi BI Rate + 100 bps dan suku bunga FASBI O/N (standing deposit facility) diturunkan dari BI Rate – 50 bps menjadi BI Rate – 100 bps. Dengan demikian, untuk BI Rate yang saat ini sebesar 6,5% maka suku bunga Repo O/N adalah sebesar 7,5% dan suku bunga FASBI O/N adalah sebesar 5,5%. Kebijakan ini mulai berlaku pada hari Kamis, tanggal 17 Juni 2010. 3.2. Penyempurnaan ketentuan mengenai Posisi Devisa Netto (PDN). Penyempurnaan ketentuan PDN ditujukan untuk meningkatkan transaksi dan kedalaman pasar valas dalam negeri agar tetap kondusif bagi kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan tetap memperhatikan aspek prudensial bank. Pembatasan PDN On Balance Sheet maksimal sebesar 20% dari modal dihapuskan dan PDN keseluruhan (overall) tetap maksimal 20% dari modal. Sementara itu, ketentuan PDN yang saat ini berlaku setiap saat dilonggarkan menjadi 30 menit. Kebijakan ini mulai berlaku tanggal 1 Juli 2010. 2 3.3. Penerapan minimum one month holding period Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kebijakan ini mewajibkan pembeli SBI baik di pasar primer maupun di pasar sekunder memegang kepemilikan SBI-nya selama minimal 1 bulan (28 hari). Selama periode tersebut, pemilik SBI tidak diperbolehkan melepas kepemilikan SBI-nya baik secara outright maupun repo kepada pihak lain, kecuali repo kepada Bank Indonesia. Kebijakan ini diberlakukan baik kepada pemilik SBI residen maupun non-residen dan dimaksudkan agar kepemilikan SBI maupun transaksinya di pasar sekunder dapat lebih berjangka panjang sehingga mendukung pendalaman pasar uang domestik dan efektivitas manajemen moneter. Untuk pemenuhan kebutuhan likuiditas jangka pendeknya, bank-bank pemilik SBI dapat memenuhinya dengan melakukan transaksi repo kepada Bank Indonesia yang selama ini telah tersedia. Kebijakan ini mulai berlaku pada lelang SBI bulanan yang akan datang, yaitu tanggal 7 Juli 2010. 3.4. Penambahan instrumen moneter non-securities dalam bentuk term deposit. Term Deposit adalah instrumen pengelolaan likuiditas oleh Bank Indonesia tanpa underlying surat berharga, tidak dapat dipindah tangankan, namun dapat dicairkan sebelum jatuh tempo (early redemption) dengan persyaratan tertentu. Bagi bank-bank, instrumen ini dapat dipergunakan untuk keperluan manajemen likuiditas jangka pendeknya, di samping instrumen moneter yang selama ini telah disediakan oleh Bank Indonesia seperti transaksi FASBI dan repo. Instrumen term-deposit ini akan disediakan oleh Bank Indonesia melalui mekanisme lelang dengan tenor 1 bulan dan mulai berlaku tanggal 7 Juli 2010. 3.5. Penerbitan SBI berjangka waktu 9 dan 12 bulan. Penerbitan SBI 9 dan 12 bulan akan dilakukan secara reguler bulanan dengan mekanisme lelang dan perhitungan yang sama seperti penerbitan SBI jangka waktu lainnya. Kebijakan ini sebagai kelanjutan dari perpanjangan profil jatuh tempo (maturity profile) SBI 3 dan 6 bulan yang mulai diterapkan secara penuh bulan Juni ini. Dengan penerbitan SBI 9 dan 12 bulan tersebut maka struktur maturitas SBI menjadi lengkap sampai dengan 1 tahun sehingga mendukung pendalaman pasar uang domestik baik melalui ketersediaan instrumen, struktur maturitas maupun pembentukan struktur suku bunga jangka pendek. Penerbitan SBI 9 bulan akan mulai dilakukan pada lelang SBI bulanan minggu II Agustus 2010 sementara SBI 12 bulan mulai minggu II September 2010. 3.6. Penerapan mekanisme triparty repurchase (repo) Surat Berharga Negara (SBN). Triparty repo SBN adalah kegiatan pengelolaan likuiditas oleh Bank Indonesia melalui transaksi reverse repo dengan underlying asset SBN yang diperoleh dari pihak lain yang ditetapkan antara lain Dana Pensiun dan Asuransi. Dengan demikian, kepemilikan SBN oleh lembagalembaga ini yang selama ini lebih dipegang hingga jatuh tempo diharapkan dapat diperdagangkan dalam transaksi sekunder sehingga mendukung pendalaman pasar keuangan domestik, sekaligus dapat dipergunakan sebagai pengkayaan instrumen moneter oleh Bank Indonesia. Dalam rangka implementasi kebijakan ini, Bank Indonesia akan 3 melakukan kerja sama dengan Pemerintah dan berbagai instansi/lembaga terkait untuk mempersiapkan berbagai ketentuan dan mekanisme yang diperlukan, dan diharapkan dapat mulai dilakukan pada tahun 2011. 4. Implementasi Kebijakan Berbagai langkah kebijakan akan diimplementasikan secara bertahap sejak Juni 2010 dan dievaluasi dari waktu ke waktu. Dengan pengumuman kebijakan yang lebih awal, diharapkan akan memberi ruang bagi pelaku pasar untuk melakukan penyesuaian. No. Kebijakan Implementasi 1 Pelebaran koridor suku bunga PUAB overnight (O/N) 17 Juni 2010 menjadi BI Rate ± 100 bps 2 Revisi Posisi Devisa Neto (PDN) 1 Juli 2010 3 Minimum One Month Holding Period SBI 7 Juli 2010 4 Term Deposit Rupiah 7 Juli 2010 5 SBI 9 dan 12 bulan SBI 9 bulan : minggu II Agust 2010 SBI 12 bulan: minggu II Sept 2010 6 Triparty Repo 2011 5. Penutup Berbagai kebijakan tersebut di atas akan diatur lebih lanjut dalam ketentuan Bank Indonesia. Untuk pertanyaan, dapat disampaikan melalui : Monetary Operation Help Desk email [email protected] phone 6221 381-8343, 381-8339, 381-8350, 381-8117, 381-8184 fax 6221 231-1347, 380-1766 website www.bi.go.id 4