(November 2009) Telah terbit Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 87/M-IND/PER/9/2009 tanggal 24 September 2009 tentang Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label Pada Bahan Kimia Setelah melalui proses yang cukup panjang tidak kurang dari 3 tahun, kalangan industri kimia patut bersyukur, akhirnya Indonesia memiliki regulasi mengenai sistem harmonisasi global atau Globally Harmonized System (GHS) untuk klasifikasi dan label bahan kimia yang dituangkan dalam PERMEN Perindustrian R.I. No.87/M-IND/PER/2009. dan Makanan (BPOM) R.I., tim lintas sektoral yang melibatkan Dep. Perindustrian, Departemen Pertanian, Dep. Perdagangan, Dep. Perhubungan, Dep. Tenaga Kerja, Dep. Kesehatan, Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Ditjen Bea dan Cukai dan organisasi terkait yang lain baik pemerintah, asosiasi industry, swasta dan LSM. Mengapa kita patut sambut positif terbitnya PERMEN tentang GHS ini? Jelas, karena tujuan utama GHS adalah untuk melindungi umat manusia termasuk karyawan perusahaan, konsumen dan masyarakat luas serta melindungi lingkungan. Dengan terbitnya regulasi ini akan mendorong industri untuk dapat melalkukan klasifikasi bahan kimia dengan mempertimbangkan dari aspek bahaya fisik-kimia, bahaya kesehatan dan lingkungan. Sebagaimana kita ketahui GHS juga merupakan satu “tool” dalam implementasi REACH (Registration, Evaluation, Authorization and Restriction of Chemical) yaitu regulasi di Uni Eropa, demikian pula GHS akan menjadi “tool” dalam regulasi di Jepang (JAMP) dsb. Dengan demikian regulasi GHS akan menjadi acuan dan memberi kepastian hukum bagi industri khususnya industri kimia dan penunjangnya dalam percaturan bisnis global. Hingga saat ini Indonesia telah memiliki sekitar 15 orang “GHS Certified Trainers” atau “GHS National Resource Persons” yang dilatih di Jepang sejak 2006 hingga 2009. Sebagian besar diantaranya dari perusahaan anggota KN-RCI. Mereka siap untuk membantu perusahaan untuk implementasi GHS. Beberapa perusahaan anggota KN-RCI telah melakukan klasifikasi dan penyusunan Lembar Data Keselamatan (Safety Data Sheet) sesuai panduan GHS. KN-RCI memiliki kontribusi yang tidak kecil sehingga mengantarkan terbitnya regulasi ini. Bersama organisasi lain KN-RCI berperan aktif dalam tim persiapan penyusunan implementasi GHS, yang diprakarsai oleh Badan Pengawas Obat Kita berharap segera disusul dengan Peraturan Dirjen tentang Petunjuk Teknis Implementasi GHS untuk Bahan Kimia Tunggal dan atau Campuran sesuai Pasal 2 PERMEN Perindustrian RI Nomor 87 Tahun 2009. Menurut Adi Sunariadi dari Tim “Government Relation & Regulatory Affairs, KNRCI”, sebaiknya kita sudah mengacu pada GHS Purple Book Revisi 3 Tahun 2009 yang telah mengatur tentang "Combined H & P codes"; Bahaya terhadap lapisan Ozone; "Precedence for allocation of hazard statements"; subcategories untuk respiratory sensitiser dan skin sensitiser; Multiplying factor M untuk Environmental Hazards, dll. (SZ)