BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Melalui hasil yang diperoleh dari penelitian ini, hal-hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan adalah sebagai berikut : 1. Desain struktur perkerasan kaku landasan pesawat udara dengan tebal 45 cm, metoda ICAO, PCA dan FAA memperoleh faktor keamanan yang saling berbeda. Faktor keamanan ICAO adalah 1.20, PCA 1.36 dan FAA 1.13. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pendekatan desain yang didasarkan pada pesawat udara desain dan pesawat udara campuran. Dari ketiga faktor keamanan, metoda FAA merupakan metoda desain yang terbaik karena menggunakan faktor keamanan yang sangat kecil. Faktor keamanan 1.13 yang diperlihatkan dari hasil analisis metoda FAA, diperoleh tebal perkerasan yang sama dengan tebal perkerasan metoda lainnya yaitu 45 cm. Selain itu, pendekatan ketiga metoda desain berbeda dalam memperhitungkan pengaruh dari beban lalu lintas pesawat udara campuran yang beroperasi. Metoda ICAO dan FAA menggunakan faktor ekivalen beban dari masing-masing jenis pesawat udara dan jalur lintasan dianggap sama untuk setiap jenis pesawat udara. Sedangkan, metoda PCA memperhitungkan jalur lintasan dan umur kelelahan perkerasan kaku yang diakibatkan oleh masing-masing jenis pesawat udara. Dilain pihak, ketiga metoda desain memperoleh pesawat udara desain yang sama yaitu pesawat udara Airbus A-330 Hal ini disebabkan oleh tegangan lentur di dalam struktur perkerasan kaku akibat pesawat udara A-330 merupakan tegangan lentur terbesar, yaitu 2,468 MPa. 2. Jalur desain kritis pada proses desain struktur perkerasan kaku yang mempertimbangkan volume lalu lintas pesawat udara campuran dapat bergeser dari jalur lintasan roda rata-rata pesawat udara desain. Jalur desain kritis yang diperoleh adalah 1066 cm, sedangkan posisi jalur lintasan roda rata-rata dari pesawat udara desain A-330 adalah 1070 cm. Pergeseran lintasan roda pesawat udara terhadap derajat kerusakan yang ditimbulkan, dikoreksi dengan faktor repetisi beban (LRF) menggunakan program Airfield. Melalui pendekatan ini, nilai LRF dihasilkan sebagai produk desain. 59 3. Berdasarkan analisis sensitivitas parameter desain perkerasan kaku, maka dapat diurutkan mulai dari parameter yang paling sensitif adalah sebagai berikut : modulus rupture (MR) beton, modulus subgrade reaction k, modulus elatis (E), pass to coverage ratio, dan angka poisson ratio (μ). Peningkatan parameter desain hingga 20 %, menyebabkan tebal perkerasan berubah. Untuk MR, k dan pass to coverage ratio, tebal perkerasan menurun masing-masing menjadi 0.75, 0.18, 0.22 (%perubahan ketebalan / %perubahan parameter desain), sedangkan E dan μ, tebal perkerasan meningkat masing-masing adalah 0.18 dan 0.01 (%perubahan ketebalan / %perubahan parameter desain). Pengaruh perubahan parameter ini dapat disimpulkan, bahwa ada tiga perubahan parameter desain yang berbanding terbalik dengan perubahan ketebalan desain perkerasan kaku, yaitu : modulus subgrade reaction k, modulus rupture beton (MR), pass to coverage ratio, sedangkan parameter lainnya berbanding lurus terhadap perubahan ketebalan. V.2 Saran Sesuai dengan kesimpulan di atas, beberapa saran penelitian lanjutan yang dapat diusulkan untuk menyempurnakan hasil penelitian, adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini menerapkan konsep fatigue dengan model PCA untuk desain struktur perkerasan kaku landasan pesawat udara. Hal ini sejalan dengan pendekatan konsep fatigue yang telah digunakan dalam desain struktur perkerasan lentur menurut Asphalt Institute (AI)’73. Merupakan hal yang menarik untuk menerapkan kedua metoda dalam proses desain struktur perkerasan untuk suatu bandar udara tertentu. Aspek yang ditinjau dapat mencakup analisis biaya dan analisis teknis. 2. Jumlah annual departure pesawat udara berbadan lebar yang diperoleh dari data desain Bandar Udara Juanda, Surabaya, tidak terlalu signifikan. Hal ini perlu dianalisis lebih lanjut untuk bandar udara lainnya, jika jumlah annual depature pesawat udara berbadan lebar sangat signifikan atau desain struktur perkerasan tidak menggunakan pesawat udara berbadan lebar. 60