SM 02-2012-KHUTBAH

advertisement
Khutbah Jum'at
TERJEBAK RUTINITAS SEREMONIAL
PUJIONO,S. SI MM
berdebat saat musyawarah, adu
argumentasi dengan peserta yang
lain namun setelah goal ide,
sekarang hanya jadi tumpukan
program yang sama sekali tak
terealisasikan. Apakah ini tidak
mendlalimi diri dan organisasi?
Kaum Muslimin yang dirahmati
Allah!
Syukur Alhamdulillah kita pada
hari ini bisa datang untuk
menjalankan perintah Allah selaku
orang Mukmin yang wajib
hukumnya untuk melaksanakan
shalat jumat.
Kaum Muslimin yang dirahmati
Allah!
Waktu berlalu begitu cepat, tak
ada yang mampu menghentikannya.
Tak terasa kita sudah memasuki
tahun baru 2012, dan sebulan lebih
melalui tahun 1433 Hijrah.
Umur kita bertambah, berarti
jatah hidup kita di dunia berkurang.
Namun sadarkah akan hal ini wahai
jamaah yang dirahmati Allah SwT?
Terlebih bagi aktivis organisasi,
pergantian tahun tentunya
merupakan tanda, pertanda telah
berlalunya amanah, atau babak baru
dimulainya amanah. Masih
terbayang di ingatan kita ketika
Kaum Muslimin yang dirahmati
Allah!
Banyak ormas, bahkan
organisasi politik, ramainya saat
musim muscab, musda, muswil atau
muktamar. Namun, setelah itu tidur.
Maka inilah yang kemudian bisa
kami sebut dengan terjebak pada
rutinitas seremonial tahunan. Kita
sadar, dengan mudah mengatakan,
bahwa hari esok harus lebih baik,
tahun depan harus lebih meningkat.
Namun kadang ini hanya retorika
belaka, untuk itu, agar hal ini tak
terulang menimpa kita tentunya
pergantian tahun hendaklah bisa
dijadikan momen:
Pertama, Sarana muhasabah,
mawas diri sejauh mana ibadah dan
kegiatan kita. Menghisap diri
sebelum kita dihisab di hari Hisab
yang sesungguhnya. Q,s. al-Isra’
ayat 14:
Artinya: “Bacalah Kitabmu,
cukuplah dirimu sendiri pada
waktu ini sebagai penghisab
terhadapmu.”
Dari ayat di atas jelas, bahwa
kita dituntut selalu mawas diri, dan
semua guna menuju ke arah yang
lebih baik. Dan setiap item dari
langkah diri dan organisasi
dicermati, sehingga kekurangan
yang ada bisa ditambal di tahun
yang akan datang.
Kaum Muslimin yang dirahmati
Allah!
Kedua, Sarana perencanaan
strategis, di antara kelemahan umat
kita adalah pengelolaan dakwah
yang masih asal jalan, kadang
hanya menjalankan rutinitas yang
telah ada. Sehingga tak aneh bila
jamaah pun jenuh, dan mencari
kelompok yang lebih “njamani”
menurutnya. Maka, kontekstualisasi
strategi dan media dakwah
diperlukan. Dan hal ini diperlukan
perencanaan yang tersusun rapi,
bukankah kita sering mendengar
ayat ini ash-Shaff ayat 4:
Artinya: “Sesungguhnya Allah
menyukai orang yang berperang
dijalan-Nya dalam barisan yang
teratur seakan-akan mereka
seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh.“
Kaum Muslimin yang dirahmati
Allah!
Dari ayat di atas jelas bahwa kita
dituntut untuk berjuang berdakwah
dengan cara manajemen yang
tersusun rapi, bukan hanya asalasalan. Jika kita tak ingin tertinggal
dengan yang lain. Dengan
perencanaan program yang
strategis tentunya dapat
memrioritaskan agenda terdekat
yang lebih penting. Selain itu
pilihan media dan strategi sangat
kontekstual seperti apa yang dimaui
jamaah. Maka setiap penggerak
harus peka terhadap perubahan
jaman. Dan jelas bila kebaikan ini
SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 16 - 31 JANUARI 2012
31
Khutbah Jum'at
hanya asal jalan, maka jangan heran
bila kita dikalahkan oleh kejahatan
yang termanajemen rapi.
Kaum Muslimin yang dirahmati
Allah!
Ketiga, Sarana tajdid
(pembaharuan), di tahun baru
hendaklah bisa dijadikan momen
perubahan semangat, dinamisasi
atau reformasi (al-Islah) yaitu
peningkatan, pengembangan. Sebab
secara bahasa, kata tajdid berarti
pembaruan. Tajdid merupakan
proses menjadikan sesuatu yang
terlihat usang untuk dijadikan baru
kembali. Ia merupakan upaya untuk
menghadirkan kembali sesuatu yang
sebelumnya telah ada untuk
diperbaiki dan disempurnakan.
Pembaharuan itu keniscayaan. Umat
Islam tak boleh alergi dengan
pembaruan. Pembaruan model,
metode, strategi dakwah atau
bahkan program-program dapat
dilakukan, hal ini supaya dakwah
lebih menyasar. Dalam Qur'an dapat
kita jumpai kata tajdid atau mujadid
atau kata yang seakar dapat kita
temui seperti di Saba' ayat 7:
Artinya: “Dan orang-orang
kafir berkata (kepada temantemannya), “maukah kamu kami
tunjukkan kepadamu seorang lakilaki yang memberitakan kepadamu
bahwa apabila badanmu telah
hancur sehancur-hancurnya.
Sesungguhnya kamu benar-benar
(akan dibangkitkan kembali)
dalam ciptaan yang baru?"
Yang dimaksud dengan seorang
laki-laki oleh orang-orang kafir itu
ialah Nabi Muhammad saw., sebagai
penghinaan mereka terhadapnya.
Sedangkan Nabi Agung
Muhammad saw bersabda,
32
“sesungguhnya Allah mengutus
Umat Ini Pada tiap Penghujung
seratus tahun akan muncul orang
yang memperbaharui Agamnya."
(Sunan Abu Daud).
Sinyalemen Hadist Nabi
tersebut, menandakan, bahwa kita
dituntut untuk selalu berfikir dan tak
berhenti belajar dalam
mengembangkan wawasan keIslaman. Dan yang namanya
perubahan, reformasi, dinamisisasi
adalah hal yang lumrah dan ditahun
baru ini bisa untuk menuju ke arah
sana.
belaka, entah itu harian, mingguan
atau lima tahunan. Kita harus ada
keinginan kuat untuk maju dan
gerakan menuju perbaikan kualitas
maupun kuantitas.l
Khutbah Kedua dan doa
Kaum Muslimin yang dirahmati
Allah!
Keempat, Bercita-cita (
)
Umat Islam harus mempunyai target
atau cita-cita. Di tahun baru ini
tentunya bisa dijadikan pijakan
harapan dan untuk meraih target
tersebut. Kita sebagai manusia
haruslah memiliki azam ( keinginan )
yang kuat ditahun yang akan
datang lebih baik secara kualitas
maupun kuantitas keimanan kita,
terkait dengan al-Hasyr 18:
Aritinya: “Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memerhatikan apa yang
telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan."
Kaum Muslimin yang dirahmati
Allah!
Jangan sampai kita sebagai
makhuk yang berfikir terjebak dalam
rutinitas yang hampa/kosong, tanpa
isi yang hanya kadang seremonial
SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 21 SAFAR - 7 RABIULAWAL 1433 H
Wakil Ketua PWPM Jawa Tengah,
Tim Pendiri Ponpes Muhammadiyah
Manafiul Ulum Boyolali.
Khutbah Jum'at
TINGGALKAN ADAT JAHILIYAH
MIFTAH M
Jamaah shalat Jum’ah yang
berbahagia.
Semua bangsa tanpa kecuali
mempunyai adat-istiadat. Adatistiadat itu ada yang baik, cocok
dan sejalan dengan agama, dan ada
pula yang buruk bertentangan
dengan aturan agama. Di dalam
agama Islam tidak ada larangan
orang berpegang dengan adatnya,
asal saja adat itu tidak melanggar
aturan, norma dan tuntunan agama.
Adat yang berlawanan atau
bertentangan, bahkan bertolak
belakang dengan agama serta
mengganggu keamanan manusia
harus kita tinggalkan, jangan
dikerjakan.
Dalam suatu kisah, pernah Nabi
menegur sahabat Abu Dzar dengan
teguran yang tegas, lantaran ia
masih melakukan adat yang salah,
yakni adat Jahiliyah. Kata
Rasulullah saw:
Artinya: “Hai Abu Dzar!
Patutkah engkau mencela dia
dengan merendahkan ibunya?
Sungguh, engkau seorang lakilaki yang masih dihinggapi adat
Jahiliyah. Budak-budakmu itu
saudaramu. Allah telah
menjadikan mereka di bawah
kekuasaanmu. Oleh sebab itu,
barang siapa yang saudaranya
ada di bawah naungan/
kekuasaannya, maka hendaklah ia
memberikan makan sebagaimana
dia makan, dan dia diberi pakaian
sebagaimana dia berpakaian. Dan
jangan kamu memikulkan kepada
mereka beban yang memayahkan
mereka. Jika kamu memberatkan
beban mereka, maka hendaklah
kamu bantu mereka “ (HR
Bukhari).
Begitu teguran keras Rasulullah
saw terhadap orang yang
melakukan adat yang salah (adat
Jahiliyah) adat yang telah
mendarah-daging bagi bangsa Arab.
Tetapi, lantaran Abu Dzar telah
memiliki keyakinan akan kebenaran
agama dan kesadaran yang tinggi,
teguran keras ini diterima dengan
penuh ikhlas, dan dia tinggalkan
adat yang salah setelah dia ditegur.
Saudara-saudara sidang Jamaah
Jum’ah yang berbahagia.
Untuk membahas adat-istiadat
yang salah yang menyimpang dari
agama dan berlawanan dengan
petunjuk Allah SwT perlu kita
mengetahui adat-istiadat Jahiliyah
sebelum datang agama Islam, dan
bagaimana perubahannya setelah
Islam datang. Karena dari sinilah
kita akan mengetahui mana-mana
adat yang dihapuskan, tidak
diterima oleh Islam dan mana pula
adat-istiadat yang ditetapkan yang
sesuai dengan tuntunan agama.
Agama Islam, sebagaimana kita
tahu, mula-mula turun dan
berkembang di negeri Arab. Mari
kita coba membuka kembali sejarah
tentang adat-istiadat bangsa Arab.
Para ahli sejarah atau ahli tarikh
telah banyak menjelaskan adatistiadat bangsa Arab zaman
Jahiliyah.
Salah satu contoh adat atau kebiasaan mereka, sebagaimana tercantum dalam surat An-Nahl 58-59:
Artinya: Dan apabila
seseorang dari mereka diberi
kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitam (merah
padamlah) mukanya, dan dia
sangat marah. Ia menyembunyikan
dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah
dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah
akan menguburkannya ke dalam
SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 16 - 31 JANUARI 2012
33
Khutbah Jum'at
tanah hidup-hidup? Ketahuilah,
alangkah buruknya apa yang
mereka tetapkan itu.” (An- Nahl
58-59).
Ayat ini dengan jelas
menerangkan bahwa, salah satu
adat orang-orang Jahiliyah adalah
mengubur hidup-hidup anak
perempuan, karena mereka merasa
hina mempunyai anak perempuan.
Demikian jahiliyahnya bangsa Arab
sebelum Islam. Tetapi, bagaimana
keadaan mereka setelah Islam
datang?
Dalam surat At-Takwir
dinyatakan:
mewarnai opini masyarakat, baik dari
kalangan di luar Muhammadiyah
maupun dari dalam tubuh
Muhammadiyah sendiri. Bagi yang
mungkin merasa dirugikan secara
material tentu cenderung untuk ikut
tidak setuju dengan keluarnya fatwa
ini. Namun, bagi yang mau merenung
dan menimbang-nimbang manfaat
dan madlarat, tentu akan mendukung
dan melaksanakan dengan ikhlas
fatwa ini.
Demikian, khutbah kali ini.
Semoga Allah SwT senantiasa
membimbing dan meridlai segala
amal ibadah kita, serta senantiasa
memberi kekuatan kepada kita lahir
batin.
Artinya: “Dan orang-orang
yang menjauhi thaghut untuk tidak
menyembahnya dan kembali
kepada Allah, bagi mereka berita
gembira. Maka, sampaikanlah
berita itu kepada hamba-hambaKu yang mendengarkan
perkataan, lalu mengikuti yang
terbaik di antaranya. Mereka
itulah, orang-orang yang telah
diberi Allah petunjuk, dan mereka
itulah orang-orang yang berakal.”
Akhirnya, marilah kita akhiri
pertyemuan yang mulia ini dengan
berdoa ke hadirat Allah SwT.
“Apabila bayi-bayi perempuan
yang dikubur hidup-hidup ditanya,
“Karena dosa apakah bayi-bayi
itu dibunuh?“ (At- Takwir 8-9).
Jamaah shalat Jum’ah yang
berbahagia.
Banyak adat-istiadat yang baik,
yang sesuai dengan tata aturan
agama. Akan tetapi, tidak sedikit
yang bertentangan dengan agama.
Adat yang sampai hari ini masih
sering kita saksikan di kalangan
umat Islam, antara lain:
1. Nyekar ke makam sanak keluarga
pada saat menjelang masuknya
bulan suci Ramadlan.
2. Seorang wali tidak
diperkenankan menikahkan 2
orang putranya sekaligus pada
hari atau dalam tahun yang
sama, karena diyakini hal ini
dapat menimbulkan malapetaka
bagi putra yang dinikahkannya.
Jamaah shalat Jum’ah yang
berbahagia.
Berkaitan dengan kebiasaan,
akhir-akhir ini muncul sebuah fatwa
yang dikeluarkan oleh PP
Muhammadiyah tentang haramnya
merokok. Tanggapan pro dan kontra
34
Khutbah Kedua
Jamaah shalat Jum'ah yang
berbahagia, Allah Swt berfirman:
SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 21 SAFAR - 7 RABIULAWAL 1433 H
MAM Sinar Negeri, Pubian,
Lampung.
Download