Khutbah Jum'at TERJEBAK RUTINITAS SEREMONIAL PUJIONO,S. SI MM berdebat saat musyawarah, adu argumentasi dengan peserta yang lain namun setelah goal ide, sekarang hanya jadi tumpukan program yang sama sekali tak terealisasikan. Apakah ini tidak mendlalimi diri dan organisasi? Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Syukur Alhamdulillah kita pada hari ini bisa datang untuk menjalankan perintah Allah selaku orang Mukmin yang wajib hukumnya untuk melaksanakan shalat jumat. Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Waktu berlalu begitu cepat, tak ada yang mampu menghentikannya. Tak terasa kita sudah memasuki tahun baru 2012, dan sebulan lebih melalui tahun 1433 Hijrah. Umur kita bertambah, berarti jatah hidup kita di dunia berkurang. Namun sadarkah akan hal ini wahai jamaah yang dirahmati Allah SwT? Terlebih bagi aktivis organisasi, pergantian tahun tentunya merupakan tanda, pertanda telah berlalunya amanah, atau babak baru dimulainya amanah. Masih terbayang di ingatan kita ketika Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Banyak ormas, bahkan organisasi politik, ramainya saat musim muscab, musda, muswil atau muktamar. Namun, setelah itu tidur. Maka inilah yang kemudian bisa kami sebut dengan terjebak pada rutinitas seremonial tahunan. Kita sadar, dengan mudah mengatakan, bahwa hari esok harus lebih baik, tahun depan harus lebih meningkat. Namun kadang ini hanya retorika belaka, untuk itu, agar hal ini tak terulang menimpa kita tentunya pergantian tahun hendaklah bisa dijadikan momen: Pertama, Sarana muhasabah, mawas diri sejauh mana ibadah dan kegiatan kita. Menghisap diri sebelum kita dihisab di hari Hisab yang sesungguhnya. Q,s. al-Isra’ ayat 14: Artinya: “Bacalah Kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” Dari ayat di atas jelas, bahwa kita dituntut selalu mawas diri, dan semua guna menuju ke arah yang lebih baik. Dan setiap item dari langkah diri dan organisasi dicermati, sehingga kekurangan yang ada bisa ditambal di tahun yang akan datang. Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Kedua, Sarana perencanaan strategis, di antara kelemahan umat kita adalah pengelolaan dakwah yang masih asal jalan, kadang hanya menjalankan rutinitas yang telah ada. Sehingga tak aneh bila jamaah pun jenuh, dan mencari kelompok yang lebih “njamani” menurutnya. Maka, kontekstualisasi strategi dan media dakwah diperlukan. Dan hal ini diperlukan perencanaan yang tersusun rapi, bukankah kita sering mendengar ayat ini ash-Shaff ayat 4: Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.“ Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Dari ayat di atas jelas bahwa kita dituntut untuk berjuang berdakwah dengan cara manajemen yang tersusun rapi, bukan hanya asalasalan. Jika kita tak ingin tertinggal dengan yang lain. Dengan perencanaan program yang strategis tentunya dapat memrioritaskan agenda terdekat yang lebih penting. Selain itu pilihan media dan strategi sangat kontekstual seperti apa yang dimaui jamaah. Maka setiap penggerak harus peka terhadap perubahan jaman. Dan jelas bila kebaikan ini SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 16 - 31 JANUARI 2012 31 Khutbah Jum'at hanya asal jalan, maka jangan heran bila kita dikalahkan oleh kejahatan yang termanajemen rapi. Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Ketiga, Sarana tajdid (pembaharuan), di tahun baru hendaklah bisa dijadikan momen perubahan semangat, dinamisasi atau reformasi (al-Islah) yaitu peningkatan, pengembangan. Sebab secara bahasa, kata tajdid berarti pembaruan. Tajdid merupakan proses menjadikan sesuatu yang terlihat usang untuk dijadikan baru kembali. Ia merupakan upaya untuk menghadirkan kembali sesuatu yang sebelumnya telah ada untuk diperbaiki dan disempurnakan. Pembaharuan itu keniscayaan. Umat Islam tak boleh alergi dengan pembaruan. Pembaruan model, metode, strategi dakwah atau bahkan program-program dapat dilakukan, hal ini supaya dakwah lebih menyasar. Dalam Qur'an dapat kita jumpai kata tajdid atau mujadid atau kata yang seakar dapat kita temui seperti di Saba' ayat 7: Artinya: “Dan orang-orang kafir berkata (kepada temantemannya), “maukah kamu kami tunjukkan kepadamu seorang lakilaki yang memberitakan kepadamu bahwa apabila badanmu telah hancur sehancur-hancurnya. Sesungguhnya kamu benar-benar (akan dibangkitkan kembali) dalam ciptaan yang baru?" Yang dimaksud dengan seorang laki-laki oleh orang-orang kafir itu ialah Nabi Muhammad saw., sebagai penghinaan mereka terhadapnya. Sedangkan Nabi Agung Muhammad saw bersabda, 32 “sesungguhnya Allah mengutus Umat Ini Pada tiap Penghujung seratus tahun akan muncul orang yang memperbaharui Agamnya." (Sunan Abu Daud). Sinyalemen Hadist Nabi tersebut, menandakan, bahwa kita dituntut untuk selalu berfikir dan tak berhenti belajar dalam mengembangkan wawasan keIslaman. Dan yang namanya perubahan, reformasi, dinamisisasi adalah hal yang lumrah dan ditahun baru ini bisa untuk menuju ke arah sana. belaka, entah itu harian, mingguan atau lima tahunan. Kita harus ada keinginan kuat untuk maju dan gerakan menuju perbaikan kualitas maupun kuantitas.l Khutbah Kedua dan doa Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Keempat, Bercita-cita ( ) Umat Islam harus mempunyai target atau cita-cita. Di tahun baru ini tentunya bisa dijadikan pijakan harapan dan untuk meraih target tersebut. Kita sebagai manusia haruslah memiliki azam ( keinginan ) yang kuat ditahun yang akan datang lebih baik secara kualitas maupun kuantitas keimanan kita, terkait dengan al-Hasyr 18: Aritinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." Kaum Muslimin yang dirahmati Allah! Jangan sampai kita sebagai makhuk yang berfikir terjebak dalam rutinitas yang hampa/kosong, tanpa isi yang hanya kadang seremonial SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 21 SAFAR - 7 RABIULAWAL 1433 H Wakil Ketua PWPM Jawa Tengah, Tim Pendiri Ponpes Muhammadiyah Manafiul Ulum Boyolali. Khutbah Jum'at TINGGALKAN ADAT JAHILIYAH MIFTAH M Jamaah shalat Jum’ah yang berbahagia. Semua bangsa tanpa kecuali mempunyai adat-istiadat. Adatistiadat itu ada yang baik, cocok dan sejalan dengan agama, dan ada pula yang buruk bertentangan dengan aturan agama. Di dalam agama Islam tidak ada larangan orang berpegang dengan adatnya, asal saja adat itu tidak melanggar aturan, norma dan tuntunan agama. Adat yang berlawanan atau bertentangan, bahkan bertolak belakang dengan agama serta mengganggu keamanan manusia harus kita tinggalkan, jangan dikerjakan. Dalam suatu kisah, pernah Nabi menegur sahabat Abu Dzar dengan teguran yang tegas, lantaran ia masih melakukan adat yang salah, yakni adat Jahiliyah. Kata Rasulullah saw: Artinya: “Hai Abu Dzar! Patutkah engkau mencela dia dengan merendahkan ibunya? Sungguh, engkau seorang lakilaki yang masih dihinggapi adat Jahiliyah. Budak-budakmu itu saudaramu. Allah telah menjadikan mereka di bawah kekuasaanmu. Oleh sebab itu, barang siapa yang saudaranya ada di bawah naungan/ kekuasaannya, maka hendaklah ia memberikan makan sebagaimana dia makan, dan dia diberi pakaian sebagaimana dia berpakaian. Dan jangan kamu memikulkan kepada mereka beban yang memayahkan mereka. Jika kamu memberatkan beban mereka, maka hendaklah kamu bantu mereka “ (HR Bukhari). Begitu teguran keras Rasulullah saw terhadap orang yang melakukan adat yang salah (adat Jahiliyah) adat yang telah mendarah-daging bagi bangsa Arab. Tetapi, lantaran Abu Dzar telah memiliki keyakinan akan kebenaran agama dan kesadaran yang tinggi, teguran keras ini diterima dengan penuh ikhlas, dan dia tinggalkan adat yang salah setelah dia ditegur. Saudara-saudara sidang Jamaah Jum’ah yang berbahagia. Untuk membahas adat-istiadat yang salah yang menyimpang dari agama dan berlawanan dengan petunjuk Allah SwT perlu kita mengetahui adat-istiadat Jahiliyah sebelum datang agama Islam, dan bagaimana perubahannya setelah Islam datang. Karena dari sinilah kita akan mengetahui mana-mana adat yang dihapuskan, tidak diterima oleh Islam dan mana pula adat-istiadat yang ditetapkan yang sesuai dengan tuntunan agama. Agama Islam, sebagaimana kita tahu, mula-mula turun dan berkembang di negeri Arab. Mari kita coba membuka kembali sejarah tentang adat-istiadat bangsa Arab. Para ahli sejarah atau ahli tarikh telah banyak menjelaskan adatistiadat bangsa Arab zaman Jahiliyah. Salah satu contoh adat atau kebiasaan mereka, sebagaimana tercantum dalam surat An-Nahl 58-59: Artinya: Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitam (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 16 - 31 JANUARI 2012 33 Khutbah Jum'at tanah hidup-hidup? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An- Nahl 58-59). Ayat ini dengan jelas menerangkan bahwa, salah satu adat orang-orang Jahiliyah adalah mengubur hidup-hidup anak perempuan, karena mereka merasa hina mempunyai anak perempuan. Demikian jahiliyahnya bangsa Arab sebelum Islam. Tetapi, bagaimana keadaan mereka setelah Islam datang? Dalam surat At-Takwir dinyatakan: mewarnai opini masyarakat, baik dari kalangan di luar Muhammadiyah maupun dari dalam tubuh Muhammadiyah sendiri. Bagi yang mungkin merasa dirugikan secara material tentu cenderung untuk ikut tidak setuju dengan keluarnya fatwa ini. Namun, bagi yang mau merenung dan menimbang-nimbang manfaat dan madlarat, tentu akan mendukung dan melaksanakan dengan ikhlas fatwa ini. Demikian, khutbah kali ini. Semoga Allah SwT senantiasa membimbing dan meridlai segala amal ibadah kita, serta senantiasa memberi kekuatan kepada kita lahir batin. Artinya: “Dan orang-orang yang menjauhi thaghut untuk tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira. Maka, sampaikanlah berita itu kepada hamba-hambaKu yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti yang terbaik di antaranya. Mereka itulah, orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk, dan mereka itulah orang-orang yang berakal.” Akhirnya, marilah kita akhiri pertyemuan yang mulia ini dengan berdoa ke hadirat Allah SwT. “Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, “Karena dosa apakah bayi-bayi itu dibunuh?“ (At- Takwir 8-9). Jamaah shalat Jum’ah yang berbahagia. Banyak adat-istiadat yang baik, yang sesuai dengan tata aturan agama. Akan tetapi, tidak sedikit yang bertentangan dengan agama. Adat yang sampai hari ini masih sering kita saksikan di kalangan umat Islam, antara lain: 1. Nyekar ke makam sanak keluarga pada saat menjelang masuknya bulan suci Ramadlan. 2. Seorang wali tidak diperkenankan menikahkan 2 orang putranya sekaligus pada hari atau dalam tahun yang sama, karena diyakini hal ini dapat menimbulkan malapetaka bagi putra yang dinikahkannya. Jamaah shalat Jum’ah yang berbahagia. Berkaitan dengan kebiasaan, akhir-akhir ini muncul sebuah fatwa yang dikeluarkan oleh PP Muhammadiyah tentang haramnya merokok. Tanggapan pro dan kontra 34 Khutbah Kedua Jamaah shalat Jum'ah yang berbahagia, Allah Swt berfirman: SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 97 | 21 SAFAR - 7 RABIULAWAL 1433 H MAM Sinar Negeri, Pubian, Lampung.