Badal Ballad Badal adalah amanah haji, yaitu menghajikan orang lain. Badal berarti pengganti atau wakil dari orang lain untuk menunaikan ibadah haji dengan ketentuan pemeran badal harus sudah lebih dulu berhaji. Artinya, sudah pernah melaksanakan ibadah haji secara sempurna. ■ Ini kawasan perbelanjaan modern yang terkenal sebagai tempat belanja barang-barang mewah. Terdiri atas pertokoan dan supermarket, Ballad menawarkan berbagai jenis barang, mulai dari kebutuhan harian sampai kebutuhan sekunder berupa perhiasan-perhiasan luks. ˚■ MULTIPLY KUMORO D/REPUBLIKA jurnal haji “Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, sedangkan negeri akhirat itu sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” (al-An’aam: 32). 13 1431 H Musim Dingin di Makkah Sejak Sabtu, kelembapan udara antara 3040 persen. MAKKAH — Suhu dingin cukup terasa di Tanah Suci, khususnya di Makkah dan Madinah, dalam beberapa hari terakhir. Senin (1/11) sore waktu Saudi Arabia, hujan mengguyur Makkah. Masjidil Haram juga diguyur hujan. Wartawan Republika, Priyantono Oemar, dari Makkah melaporkan, sejak Sabtu (30/10), kelembapan udara di Makkah berada di kisaran 30-40 persen. Saat turun hujan, suhu di Makkah 34 derajat Celsius dengan kelembapan udara 46 persen. Siang hari suhu udara 39 derajat Celsius. Sepekan lalu, suhu udara masih dalam kisaran 40-44 derajat Celsius. Pada kondisi terdingin, suhu di Makkah mencapai 27 derajat Celsius. Di Madinah, seperti dikutip Antara, cuaca terasa lebih dingin lagi. Suhu terendah bahkan sudah mencapai 22 derajat Celsius. Suhu udara di Jeddah antara 27 hingga 37 derajat Celsius. Langit di Jeddah dan Makkah juga tak lagi secerah hari-hari biasa. Sejak pagi, langit sudah mulai diselimuti awan. Beberapa warga lokal tampak menikmati perubahan cuaca ini karena mereka bisa beraktivitas lebih leluasa pada siang hari. “Memang saat ini mulai terasa dingin. Hingga tiga atau empat bulan ke depan kemungkinan semakin dingin, apalagi di malam hari,” ujar Muhammad Sohe, pria asal Madura yang telah bermukim di Arab Saudi sekitar 32 tahun. Wakil Ketua Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, dr Chaerul Kamis, 4 November 2010 27 DZULQAIDAH 1431 H REPUBLIKA TITIP SALAM Selamat jalan rombongan KBIH Masjid Raya Jati Mulya, Bekasi, semoga menjadi haji mabrur. Jaga kesehatan dan pelihara ibadah. dr M Nawardi, 6285676282xx. Selamat menunaikan ibadah haji untuk orang tua kami, H Nur Sasi dan Hj Hafizah, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT sampai tiba di Tanah Air. Madah Nur, 6285692000xxx. Untuk kaum Muslimin dan Muslimat, khususnya dari Pontianak, selamat menunaikan ibadah haji semoga menjadi haji yang mabrur dan semoga saya bisa menyusul. Abdul Husin, Sumedang, 6285220374xx. Semoga kelancaran, kesehatan, dan khusyuk dalam memenuhi panggilan Allah SWT di Tanah Suci senantiasa menyertai Anda semua, saudaraku, selamat jalan semoga mabrur. Doakan kami yang di Tanah Air jadi bangsa yang kuat dan ikhlas menerima segala cobaan dari Allah SWT. Hasyim Wonosobo, 6285814034xxx. Selamat bekerja buat petugas kesehatan haji Indonesia Embarkasi Padang. Semoga dapat melayani jamaah dengan sebaiknya. HUJAN SAPTONO/ANTARA Dua jamaah haji Indonesia berusaha melintasi genangan air ketika hujan lebat mengguyur Kota Makkah, Arab Saudi, Selasa (2/11). Hujan sempat membuat genangan air di beberapa tempat di Tanah Haram. Radjab Nasution, juga merasakan ada perubahan suhu yang cukup mencolok dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini, menurut Chaerul, cukup membantu jamaah karena mereka tak lagi merasakan pancaran matahari yang sangat terik. Ia meminta jamaah mewaspadai musim dingin ini. Cuaca dingin di Tanah Suci, kata dia, sangat berbeda dengan di Tanah Air. “Mungkin dinginnya sama, tapi sebenarnya berbeda karena di sini sangat rendah kelembapannya,” tuturnya. Selain itu, debu juga banyak beterbangan di Kota Makkah, Madinah, maupun Jeddah. Ini membuat jamaah rawan terkena penyakit pernapasan. KABAR DARI TANAH SUCI Dia mengharapkan jamaah cermat memilih waktu beribadah, khususnya saat akan ke Masjidil Haram. Jika memang cuaca tak memungkinkan dan kondisi tubuh tidak fit, lebih baik beristirahat di pemondokan. Menurut dia, waktu yang cocok untuk beribadah ke Masjidil Haram bagi jamaah Indonesia adalah sore hingga malam hari. “Bawa minuman agar tidak kekurangan cairan tubuh,” ujarnya. Untuk menghindari dingin, jamaah perlu mamakai baju tebal. Bagi jamaah yang belum bertolak ke Tanah Suci, sebaiknya bisa mempersiapkan sejak dari rumah. Selama keluar dari pemondokan, jamaah diminta selalu menutup mulut dan hidung dengan masker. Bagaimana ondisi jamaah Indo nesia di Makkah? Jamaah asal Pa suruan dan Manado yang berada di Makkah mengaku kesulitan air di pondokan 1102 sejak Sabtu. Kesulitan itu diadukan ke kantor Misi Haji Indonesia, Makkah, Senin (2/11). Wakil Kepala Daker Makkah Bidang Pengawasan Perumahan, Ahmad Jauhari, menyatakan, ke tersediaan air di rumah 1102 Sektor XI sudah terpenuhi sejak Senin siang. “Kami telah meminta kepada maktab agar memenuhi kebutuhan air jamaah setiap harinya,’’ ujar Jauhari. ■ ed: burhanuddin bella AK Muhibat, 6281367629xxx. Untuk saudaraku Wahyu Hidayat Sulistyawan dan Iman Gunadi beserta istri masing-masing yang insya Allah akan menjadi tamu Allah SWT di Tanah Suci. Semoga diberikan kemudahan, kelancaran, kesehatan, dan kembali sebagai haji yang mabrur dan mabrurah. Azka Subhan A, Jakarta, 6281316012xxx. Bapak dan ibuku, selamat jalan. Selamat menjadi tamu Allah. Semoga Allah senantiasa menyertai bapak dan ibu dengan keselamatan hingga di rumah. Semoga Allah menganugerahi haji yang mabrur. Emer, Ido, Arin, Arma, Yogyakarta, 6281931783xxx. Bagi pembaca Republika yang ingin mengirimkan salam buat orang tua, saudara, maupun anggota keluarga lainnya, agar bisa dimuat di harian ini, silahkan mengirimkan pesan pendek (SMS) melalui nomor : 08121033399 atau melalui E-mail ke: [email protected]. Priyantono Oemar Wartawan Republika Yang Sakral dan Profan enin (2/11), mobil kami meluncur ke sebuah rumah pondokan di daerah Jarwal setelah mengambil foto-foto Masjidil Haram dari ketinggian lantai 28 rumah pondokan di Jabal Ka’bah. Kami ke rumah dengan kapasitas 391 jamaah itu semula karena ada keluhan kesulitan air. Diantar salah satu jamaah, kami ke lantai tiga dengan menaiki tangga. Kesannya kumuh. Ada tumpukan barang tak terpakai di sisi tangga pertama. Pengap terasa di lantai dua dan tiga. Tanpa udara segar karena AC pun tidak dalam kondisi baik. Tak ada yang bisa kami katakan. Belum juga kami tanya, para jamaah sudah nyerocos. Mereka tak bicara pun kondisi itu sudah mengatakan banyak kepada kami. Semula saya terbayang kegembiraan mereka seperti halnya kegembiraan jamaah lain ketika sudah tiba di Makkah. Mereka telah bermimpi lama untuk tiba di Tanah Suci untuk menunaikna ibadah haji. Uang mereka kumpulkan sedikit demi sedikit. Persyaratan administrasi di Tanah Air sudah beres, kemudian mereka menem- S puh perjalanan udara dengan nyaman karena fasilitas angkutan udara sudah sangat memadai untuk zaman sekarang. Melihat kondisi rumah ini saya membayangkan kondisi jamaah di zaman dulu, ke Tanah Suci menggunakan kapal barang. Dulu, berangkat harus menggunakan kapal yang penuh risiko. “Kapal-kapal adalah pengangkut barang yang tidak dilengkapi dengan akomodasi untuk penumpang,” tulis laporan pada 1924 oleh koran Java Bode. Kapal barang lebih murah dibandingkan kapal penumpang. Di kapal barang, orang berdesakan di palkah tanpa lampu penerang dan udara segar. Tapi, pada 1904, kondisi kapal dari Jawa dan Singapura dinyatakan tergolong baik oleh dokter dari Prancis, Frederic Borel. Jumlah penumpang per meter persegi dinyatakan masih lebih baik dibandingkan dengan kapalkapal lain, meski jamaah haji dari Jawa sudah benar-benar bedesak-desakan di kapal. Jamaah lain harus masak sendiri di kapal. Selama di kapal, hanya jamaah dari Jawa yang mendapat makan. Makanan dimasak oleh juru masak pribumi. Pemerintah yang menentukan jenis masakan yang disajikan di kapal untuk jamaah dari Jawa. Menu per jamaah yang tercatat pada 1898, seperti ditulis sejarawan Marcel Witlox, satu butir telur asin untuk pagi dan malam. Makan siang 0,15 kg ikan kering, 0,003 kg sayuran kering, dan 0,001 liter kecap. Pagi hari juga mendapat 0,03 kg kopi, malam 0,04 kg teh. Setiap hari jamaah mendapat lima liter air minum. Jamaah usia di bawah sepuluh tahun dihitung satu jamaah dewasa, sedangkan usia kurang dari dua tahun tidak dihitung. Tahun ini jamaah Indonesia mendapat jatah makan 15 kali selama di Armina. Per orang anggarannya 215 riyal. Selama di Makkah, jamaah mendapat jatah satu liter air zamzam per hari, yang disediakan oleh Pemerintah Arab Saudi di setiap pondokan melalui galon-galon. Untuk air kebutuhan sehari-sehari, maktab memasok sesuai kebutuhan. “Berapa pun kebutuhannya, maktab harus menyediakan karena itu sudah termasuk dalam harga sewa pondokan,” ujar Wakil Kepala Daker Bidang Pengawasan Perumahan, Ahmad Jauhari. Tapi, jamaah Indonesia dikenal sebagai jamaah yang boros air. Banyak yang mengaku puas dengan fasilitas rumah pondokan, tapi ada juga yang kecewa dengan fasilitas rumah pondokan. Tak semua maktab memberikan pelayanan sempurna seperti yang dijanjikan. Tak semua jamaah bisa menikmati pelayanan seperti yang mereka inginkan. Kualitas rumah pondokan di Makkah tak semuanya sama. “Harga sama tak menjamin kualitas yang sama pula,” ujar Jauhari. Kementerian Pariwisata Arab Saudi yang menilai rumah pondokan itu layak huni atau tidak. Yang layak akan mendapatkan sertifikat, sedangkan yang tak layak harus diperbaiki lebih dulu sehingga kondisi dan fasilitasnya memenuhi standar minimal yang ditetapkan. Karenanya, penempatan rumah pondokan dilakukan dengan undian yang diikuti masing-masing daerah. Ada daerah yang mendapat kualitas pondokan bagus, tapi ada yang mendapat pondokan dengan kualitas di bawah standar. Saya tak berani membandingkan kesempatan mendapat pelayanan yang bagus seperti kesempatan mendapatkan tempat shalat yang bagus di Masjidil Haram. Tak semua jamaah bisa shalat di pelataran Ka’bah setiap waktu seperti yang kita inginkan. Ada kalanya bisa mencapai pelataran Ka’bah, ada kalanya cuma kebagian pelataran Masjidil Haram. Kita tak memerlukan undian untuk mendapatkan posisi di tempat-tempat itu sebagaimana untuk mendapatkan rumah pondokan. Kesempatan mendapatkan pelayanan prima sebagai jamaah, termasuk mendapatkan pondokan yang layak, berbeda dengan kesempatan memperoleh tempat bagus di Masjidil Haram. Karenanya, penyelesaiannya tak bisa dengan kalimat, “Baik-buruknya pelayanan yang kita terima adalah cerminan amal ibadah kita sebelumnya.” Yang sakral tak bisa dicampuradukkan dengan yang profan. ■