SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW DI ISTANA NEGARA TANGGAL 10 MARET 2009 JAKARTA Assalamu'alaikum wr.wb Yth. Yth. Yth. Yth. Yang Serta Bapak Presiden Republik Indonesia beserta Ibu Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono; Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia beserta Ibu Hj. Mufidah Yusuf Kalla; Para Pimpinan dan Anggota Lembaga Tinggi Negara; Para Menteri Kabinet Indonesia bersatu; Mulia Para Duta Besar dan Perwakilan NegaraNegara sahabat; hadirin para undangan yang berbahagia. Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah S WT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada malam ini kita dapat bersama-sama menghadiri Upacara Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Istana Negara ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan penerus risalahnya. Selaras dengan uraian hikmah Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang telah disampaikan oleh Saudara Prof. Dr. Sofyan A. Djalil, SH, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, maka peringatan Maulid ini merupakan wahana bagi kaum muslimin untuk dapat lebih menggali dan meneladani contoh dan suri tauladan sifat-sifat dan kepribadian serta perjalanan hidup Rasulullah. Semuanya itu akan menjadi pedoman bagi kita dalam mengisi dan mengatur kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Uraian beliau dapat menjadi sebuah pelita dalam membangun Indonesia yang damai, adil dan sejahtera, dengan meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW Para ulama dan para pujangga Islam terdahulu mengungkapkan dan menuturkan pribadi Rasulullah dengan syair-syair yang memiliki nilai dan gaya bahasa yang tinggi. Namun pengungkapan dan penuturan serta puji-pujian itu, selama ini lebih banyak untuk dikagumi dan dinikmati, dan jarang berusaha mengamalkan dan menerapkan dalam kehidupan kita. Padahal Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur' an: Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21) Ayat tersebut dengan tegas mengingatkan kita agar menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan dan panutan kita. tetapi mengapa umat Islam belum sepenuhnya menjadikan Nabi kita sebagai teladan dan panutan? Ada dua kemungkinan mengapa kita tidak secara sungguhsungguh berusaha menampilkan diri mengikuti suri tauladan dan pola kepemimpinan Rasulullah SAW. Pertama, karena kita mempunyai keyakinan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang Rasul yang sudah barang tentu dikaruniai sifat-sifat keutamaan oleh Allah SWT. Di samping itu beliau juga memiliki sifatsifat sebagai manusia biasa. Dengan demikian, ada hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa, tetapi ada hal yang semestinya dapat diteladani oleh umatnya. Hal-hal ini mungkin kelihatannya sepele, namun perlu untuk diungkapkan sebagai penampakan sifat-sifat atau pola kepemimpinan Nabi secara menyeluruh. Misalnya Rasulullah SAW dalam hal menjaga amanah kepemimpinan agar jujur dan adil, beliau bersabda : Artinya : Siapa yang diamanati oleh Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia tidak memimpinnya dengan tuntunan yang baik, maka ia tidak akan merasakan baunya surga. (HR BukhariMuslim) Hal seperti ini sangat penting diteladani oleh kita terutama bagi para pemimpin dan para calon pemimpin. Bapak Presiden dan para tamu undangan yang berbahagia. Kesederhanaan, zuhud dan tawadhu juga merupakan ciri kepemimpinan Rasulullah SAW, sebagaimana tergambar dalam berbagai riwayat, bahwa beliau pernah makan bersama pembantunya, menjahit sendiri bajunya yang sobek, menambal sendiri kasurnya yang berlubang, menyapu sendiri rumahnya, sering duduk-duduk dengan orang miskin dan menghormati tamu. Demikian pentingnya zuhud bagi Rasulullah SAW, sehingga beliau bersabda: Artinya : Cintailah Allah dan Zuhudlah kamu terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu. (HR. Ibnu Majah) Ajaran seperti ini perlu diungkapkan untuk kita teladani serta kita amalkan. Masih banyak hal-hal lain yang perlu diungkapkan sebagai pencerminan pribadi Nabi Muhammad SAW. Para ulama dan ilmuwan Muslim tampaknya perlu menggali lebih jauh nilai-nilai kehidupan Rasulullah dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga dapat dijadikan contoh dan teladan bagi kaum muslimin. Dengan menerjemahkan nilainilai kepemimpinan Rasulullah SAW maka diharapkan kaum muslimin dalam menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mempunyai contoh yang baik dan lengkap yang diambil dari ajaran Islam itu sendiri yang telah dipraktekan oleh Rasulullah SAW. Kedua, kenyataannya memang masih terbatas usaha dari kaum muslimin untuk merumuskan secara sistematis dan memasyarakatkan sifat-sifat dan pola kepemimpinan Nabi Muhammad SAW agar diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Kajian dan penerjemahan terhadap pola-pola kepemimpinan Nabi Muhammad SAW ini akan dapat mengungkapkan bagaimana sikap dan tuntunan Nabi dalam bidangbidang kehidupan, aqidah, pendidikan, sosialbudaya, ekonomi, dan sejenisnya. Kita masih banyak menemukan dalam buku-buku sejarah Islam terlalu banyak ditonjolkan aspek perang, kekejaman dan kekerasan. Segisegi yang menunjukan keutamaan sifat-sifat dan pribadi Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin spiritual kurang ditonjolkan dalam sejarah Islam dan riwayat hidup Nabi. Oleh karena Itu, tidak mengherankan, jika banyak penulis barat yang kebanyakan tidak bersimpati kepada Islam, sering mengidentifikasikan Islam sebagai ajaran yang penuh kekerasan, radikalisme dan fundamentalisme. Untuk itu diharapkan para ulama dan cendikiawan muslim dapat mengungkapkan secara menyeluruh sejarah perjuangan dan kehidupan Rasulullah SAW agar dapat dipahami serta diambil sebagai pedoman oleh para pemimpin agama dalam membimbing umat Islam Indonesia. Mari kita tampilkan wajah Islam yang ramah, yang lembut dan penuh kasih sayang sehingga benar-benar umat manusia dapat merasakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai rahmatanlil'alamin, sebagaimana firman Allah SWT: Artinya : Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al Anbiyaa : 107) Demikianlah beberapa catatan yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan yang berbahagia ini, Akhirnya kami berdoa kepada Allah SWT, semoga Negara dan Bangsa Indonesia menjadi lebih baik dari pada hari ini serta para pemimpinnya selalu mendapat taufiq serta hidayah dari Allah SWT. Waffaqonallahu waiyyakum. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Jakarta, Maret 2009 Menteri Agama RI ttd Muhammad M. Basyuni