SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA PEMBUKAAN SEMINAR NASIONAL PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN AGAMA, TAHUN 2007 Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Yth. Saudara Ketua Komisi VIII DPR-RI; Yth. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI; Yth. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; Yth. Para Pejabat Eselon I Departemen Agama; Yth. Anggota Forum Bersama Aparat Pengawasan Internal Pemerintah; Para peserta dan undangan seminar yang berbahagia. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, bahwa atas rahmat dan karunia-Nya pada hari ini kita dapat menghadiri acara pembukaan Seminar Nasional Pengawasan tentang Konsep, Strategi dan Implementasi Good Governance dalam Penyelenggaraan Pemerintahan. Acara ini saya anggap penting karena seminar di bidang pengawasan masih sangat jarang dilakukan dan tema pengawasan pada saat ini cukup menjadi perhatian karena merupakan salah satu tuntutan reformasi guna mewujudkan tata kepemerintahan yang bersih dan berwibawa. Saudara-saudara peserta seminar yang berbahagia, Kita ketahui bersama bahwa prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik, meliputi: - Kesetaraan; memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya; - Pengawasan; upaya pengawasan terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan dengan mengusahakan ketertiban swasta dan masyarakat luas, melakukan kontrol dan supervisi terhadap administrasi publik dan mengembangkan aktivitas dengan melibatkan masyarakat dan organisasi-organisasi kemasyarakatan; - Penegakan hukum; penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat; - Daya tanggap; meningkatkan kepekaan penyelenggara pemerintahan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali. Meningkatkan respon dari aparat pemerintahan untuk mengatasi masalah, complain dan aspirasi dari masyarakat untuk mencari solusi yang bermanfaat bagi masyarakat banyak; - Efisiensi dan efektivitas; terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab; - Rartisipasi; mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung; - Profesionalisme; meningkatnya kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan sehingga mampu memberikan pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau; - Akuntabilitas; meningkatnya tanggungjawab dan tanggung gugat para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas; - Wawasan ke depan; membangun daerah berdasarkan visi dan strategi yang jelas dan mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya; - Transparansi; kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Untuk mewujudkan prinsip-prinsip tersebut diperlukan langkah-langkah kebijakan yang terarah melalui perubahan kelembagaan, sistem ketatalaksanaan, kualitas sumber daya manusia, serta aparatur dan sistem pengawasan yang efektif. Saudara-saudara peserta seminar yang berbahagia, Reformasi birokrasi untuk mewujudkan prinsip-prinsip good governance sebagaimana tersebut di atas masih menemui berbagai kendala terkait dengan tingginya kompleksitas permasalahan dalam mencari solusi perbaikan. Demikian pula, masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyaknya praktik KKN, dan masih lemahnya pengawasan terhadap kinerja aparatur negara merupakan cerminan dari kondisi kinerja birokrasi yang masih jauh dari harapan. Permasalahan birokrasi tersebut di atas, belum sepenuhnya teratasi baik dari sisi internal maupun eksternal. Dari sisi internal birokrasi, berbagai permasalahan masih banyak yang dihadapi. Permasalahan tersebut meliputi: pelanggaran disiplin, penyalahgunaan kewenangan dan masih banyak praktik KKN, rendahnya kinerja sumber daya manusia dan kelembagaan aparaur; sistem kelembagaan (manajemen) pemerintahan. Dalam kondisi yang demikian, instansi pengawasan (internal auditor) selayaknya memainkan peran aktifnya dalam mendorong auditan untuk berupaya keras dalam mewujudkan good corporate governance dan good governance. Sedangkan dari sisi eksternal, faktor globalisasi dan revolusi teknologi informasi juga akan kuat berpengaruh terhadap pencarian alternatif-alternatif kebijakan dalam bidang aparatur negara. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 Pasal 63 menyebutkan bahwa Departemen Agama memiliki tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintah di bidang agama sebagai berikut: l. melakukan perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang keagamaan; 2. melaksanakan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya; 3. mengelola barang milik negara yang menjadi tanggung jawabnya; 4. pengawasan atas pelaksanaan tugas; 5. menyampaikan laporan evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden RI. Sejalan dengan peraturan tersebut, tekad pemerintah untuk mengakomodir tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, menjadi salah satu kebijakan prioritas. Penerbitan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi mengindikasikan bahwa pemerintah sangat serius untuk menyehatkan jajaran birokrasinya agar mampu melaksanakan tugasnya secara transparan, partisipatif, dan akuntabel. Pada butir ketiga Inpres tersebut menyebutkan bahwa departemen hares membuat penetapan kinerja secara berjenjang yang bertujuan untuk mewujudkan suatu capaian kinerja tertentu dengan sumber daya tertentu melalui penetapan target serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan pencapaian, baik berupa basil maupun manfaat. Selain itu pada butir sepuluh menyebutkan perlunya peningkatan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur untuk menindak perilaku koruptif di lingkungannya. Saudara-saudara peserta seminar yang berbahagia, Inspektorat Jenderal Departemen Agama sebagai aparatur pengawasan terhadap seluruh satuan kerja, diharapkan mampu melaksanakan tugasnya secara profesional dan akuntabel. Perubahan paradigma peran Inspektorat Jenderal dari hanya sebagai "watch dog" menjadi konsultan dan katalis adalah tuntutan perbaikan kinerja internal. Inspektoraf Jenderal sebagai konsultan diharapkan dalam melaksanakan fungsi pengawasan tidak hanya mampu menyajikan temuan, namun juga melakukan penataan dan penyempurnaan sistem, struktur kelembagaan, dan prosedur pengawasan yang independen, efektif, efisien, transparan, dan memberikan bimbingan atas kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas aparatur. Sedangkan sebagai katalis, diharapkan mampu mendorong terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance) melalui kebijakan pengawasan berupa perbaikan manajemen organisasi dan memberikan keteladanan bagi pelaksanaan tugas. Inspektorat Jenderal Departemen Agama dalam melaksanakan tugas pengawasan fungsional di lingkungan Departemen Agama hendaknya dapat memberikan masukan yang konstruktif dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi. Pengawasan yang telah dilakukan melalui dua jalur, yakni represif dan preventif. Pengawasan yang bersifat represif dilaksanakan melalui audit operasional dan audit khusus/investigasi untuk melakukan penindakan dan pengenaan sanksi atas penyimpangan yang terjadi. Sedangkan pengawasan yang bersifat preventif dilaksanakan untuk menghindari perilaku menyimpang dengan memberikan bimbingan dan kebijakan pencegahan penyimpangan dengan pendekatan agama. Saudara-saudara para peserta seminar yang berbahagia, Semoga dengan penyelenggaraan Seminar Nasional Konsep, Strategi dan Implementasi Good Governance dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Tahun 2007 ini dapat memberikan manfaat berupa masukan positif sekaligus konstruktif dari Departemen Agama bagi pemerintah dalam rangka perwujudan kepemerintahan yang baik dan lebih khusus lagi, bagi lembaga pengawasan. Akhirnya dengan senantiasa mengharapkan ridho dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, dengan mengucapkan Bismillahirrahmaanir-rahiim Seminar Nasional Konsep, Strategi dan Implementasi Good Governance dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Tahun 2007, saya nyatakan resmi dibuka. Kepada seluruh peserta, saya ucapkan selamat mengikuti seminar, semoga bermanfaat dan sukses. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Jakarta, 31 Mei 2007 Menteri Agama RI ttd Muhammad M. Basyuni