BAB II LANDASAN TEORI 2.1 ISO 2.1.1 Pengertian ISO ISO merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti ”sama”(Suardi, 2003). ISO didirikan di Jenewa, Swiss, pada taun 1947. ISO merupakan singkatan dari International Organization for Standardization. ISO adalah badan standar dunia yang dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional yang berkaitan dengan perubahan barang dan jasa. ISO dapat disimpulkan sebagai koordinasi standar kerja internasional, publikasi standar harmonisasi internasional, dan promosi pemakaian standar internasional. ISO bertujuan untu mengharmonisasi standar-standar nasional di masing-masing negara menjadi satu standar internasional yang sama. ISO digunakan sebagai: (1) Fondasi dari kegiatan perbaikan yang kontinu untuk kepuasan pelanggan, (2) Sistem dokumentasi yang benar dari perusahaan, (3) Cara yang jelas dan sistematik dari manajemen mutu, (4) Mendapatkan stabilitas dan konsistensi dalam kegiatan dan sistem, (5) Kerangka kerja yang bagus untuk perbaikan mutu, (6) Praktek manajemen yang lebih efektif dengan otoritas dan tanggung jawab yang jelas terhadap orang yang berkaitan dengan mutu proses dan produk, (7) Pedoman untuk melakukan segala sesuatu dengan benar di setiap saat, (8) Cara untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, mutudan kemampuan berkompetensi dari perusahaan, (9) Persyaratan untuk melakukan bisnis internasional. 2.1.2 Seri ISO 9000 Ada berbagai macam seri dari ISO 9000 yang memiliki standar, pedoman.dan laporan yang terangkum di dalamnya. Seri ISO 9000 terdiri dari: (Suardi, 2003) 1. ISO 9000:2000: Dasar dan Kosakata Sistem manajemen Mutu. 2. ISO 9001:2008: Persyaratan Sistem manajemen Mutu. 6 7 3. ISO 9004:2000: Pedoman untuk Kinerja Peningkatan Sistem Manajemen Mutu. 4. ISO 19011: Pedoman Audit Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan. 2.1.3 ISO 9001:2008 ISO 9001:2008merupakan suatu manajemen mutu yang dipercaya oleh masyarakat internasional. ISO 9001:2008 menetapkan syarat-syarat (tertera di dalam 8 klausul) dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu system manajemen mutu, dengan tujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan menyediakan produk (barang dan/jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan yang dapat berupa kontrak ataupun bentuk yang lain dan organisasi memiliki tanggung jawab untuk dapat menyediakan dan menjamin kualitas produk (barang dan/jasa) tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi. Perlu diketahui bahwa ISO 9001 :2008 bukan merupakan standar produk yang diakui oleh masyarakat internasional, namun dengan menerapkan ISO 900l:2008 maka sistem manajemen mutu organisasi tersebut diakui oleh masyarakat internasional. Dengan telah mencantumkan sertifikasi ISO 9001:2008 maka masyarakat intemasional memiliki kepercayaan bahwa organisasi tersebut sanggup untuk menyediakan produk atau jasa demi kepuasan pelanggan.Jika ada perusahaan yang telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008 dan mengiklankan bahwa produknya telah memenuhi standar intemasional, hal tersebut tidak benar sebab sistem manajemen mutu dari perusahaan tersebut yang diakui telah memenuhi standar intemasional, bukan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.Sebab tidak ada kriteria pengujian produk dalam ISO 9001:2008. The Intemational Organization for Standardization (ISO) technical Committee (TC) 176 bertanggung jawab untuk standar-standar sistem manajemen kualitas ISO 9000. Sejak dikeluarkannya standar-standar ISO 9000 pada tahun 1987, 8 ISO/TC176 menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan. 2.1.4 Model Proses ISO 9001:2000 Model proses ISO 9001:2008 terdiri dari lima bagian utama yang menggambarkan sistem manajemen organisasi, yaitu (Gaspersz, 2001): 1. Sistem Manajemen Kualitas (Klausul 4 dari ISO 9001:2000). 2. Tanggung Jawab Manajemen (Klausul 5 dari 1SO 9001:2000). 3. Manajemen Sumber Daya (Klausul 6 dari ISO 9001:2000). 4. Realisasi Produk (Klausul 7 dari ISO 9001:2000). 5. Analisis, Pengukuran. dan Peningkatan ( Klausul 8 dari ISO 9001:2000). 2.1.5 Persyaratan Standar dari Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 merupakan sistem manajemen mutu yang berfokus pada proses dan pelanggan, maka pemahaman terhadap persyaratan-persyaratan dari ISO 9001:2008 ini akan membantu organisasi dalam menetapkan dan mengembangkan sistem manajemen mutu secara sistematik untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dan peningkatan proses terus-menerus (continue process impovement). Berikut klausul-klausul yang perlu diperhatikan oleh manajemen organisasi (Gaspersz, 2003): Klausul 1. Ruang Lingkup Ruang lingkup ISO 9001: 2000 telah dikembangkan atau diperluas. Dalam hal ini persyaratan-persyaratan standar telah menekankan untuk memenuhi kepuasan pelanggan melalui efektivitas dari aplikasi sistem mutu, termasuk proses-proses untuk meningkatkan terus-menerus dan jaminan kesesuaian. Klausul 2. Referensi Normatif Klausul ini hanya memuat referensi-referensi dari ISO 9001:2000. 9 Klausul 3. Istilah dan Definisi Klausul ini menyatakan bahwa istilah dan definisi-definisi yang diberikan dalam ISO 9000:2000 (Quality Management System ,Fundamental and Vocabulary). Klausul 4. Sistem Manajemen Mutu Klausul ini lebih menekankan pada kebutuhan untuk peningkatan terusmenerus (continual improvement).Manajemen organisasi harus menetapkan langkah-langkah untuk implementasi sistem manajemen mutu 9001:2000. Klausul 5. Tanggung Jawab Manajemen Klausul ini menekankan pada komitmen dari manajemen puncak menuju perkembangan dan peningkatan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.Klausul ini juga .memaksa. keterlibatan manajemen puncak dengan kebutuhan-kebutuhan pelanggan, menetapkan kebijakan untuk mutu, menetapkan tujuan-tujuan mutu, perencanaan sistem manajemen mutu, menetapkan tanggung jawab dan wewenangorganisasi, mengangkat secara formal seorang yang mewakili manajemen dan menjamin proses komunikasi internal yang tepat, serta harus melakukan peninjauan ulang sistem manajemen mutu. Klausul 6. Manajemen Sumber Daya Manusia Klausal ini menyatakan bahwa suatu organisasi hasus menetapkan dan memberikan sumber-sumber daya yang diperlukan secara tepat, personel yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas harus didefinisikan dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 serta memiliki kompetensi yang berkaitan dengan pendidikan yang relevan, pelatihan, keterampilan dan pengalaman. 10 Klausul 7. Realisasi Produk Klausul ini menyatakan bahwa organisasi harus menjamin bahwa proses realisasi produk berada di bawah pengendalian agar memenuhi persyaratan produk. Klausul 8. Pengukuran, Analisis dan Peningkatan Menurut klausul ini organisasi harus menetapkan rencana-rencana dan menerapkan proses-proses pengukuran, pemantauan, analisis dan peningkatan yang diperlukanagar menjamin kesesuaian dari produk, menjamin kesesuaian dari sistem manajemen mutu dan meningkatkan terus-menerus efektivitas dari sistem manajemen mutu. 2.1.6 Prinsip-Prinsip dasar ISO 9001:2000 ISO 9001:2008 disusun berlandaskan pada delapan prinsip dasar. Prinsip-prinsip ini digunakan oleh top management untuk membantu meningkatkan kinerja dari sebuah industri atau perusahaan. Berikut ini adalah 8 prinsip dasar ISO 9001:2000 (Gaspersz, 2001): 1. Fokus Pelanggan Industri atau perusahaan sangat tergantung pada pelanggan.Karena itu.setiap industri atau perusahaan harus memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan baik kebutuhan dan keinginan sekarang maupun yang akan datang. 2. Kepemimpinan Pemimpin dari industri atau perusahaan harus mampu menetapkan tujuan dan arah dari industri atau perusahaan.Selain itu pemimpin dari industri atau perusahaan harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang-orang dapat menjadi terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan industri atau perusahaan. 3. Keterlibatan Pelsonel Keterlibatan personel merupakan faktor yang penting dengan melibatkan seluruh personel, manfaat yang diterima industri atau perusahaan akan lebih besar. Manfaat-manfaat yang diperoleh apabila industri atau perusahaan menerapkan prinsip keterlibatan personel adalah: 11 a. Orang-orang dalam industri atau perusahaan menjadi termotivasi, memberikan komitmen, dan terlibat. b. Orang-orang dalam industri atau perusahaan lebih giat dalam melakukan inovasi agar tujuan-tujuan industri atau perusahaan tercapai. c. Orang-orang dalam industri atau perusahaan menjadi bertanggung jawab terhadap kinerja mereka. 4. Pendekatan Proses Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara lebih efisien. Apabila aktivitas dan sumber-sumber daya yang berkahan dikelola sebagai suatu proses. Salah satu metode yang dipakai untuk pendekatan proses adalah PDCA. PDCA seeara singkat dapat diuraikan sebagai berikut: Gambar 2.1 Model Sistem Manajemen Mutu a. Plan Tetapkan tujuan dan proses yang diperlukan untuk menyerahkanhasil yang sesuai dengan persyaratan pelanggan. b. Do Implementasi proses. c. Check Memantau dan mengukur proses terhadap kebijakan tujuan dan persyaratan bagi produk dan laporkan hasilnya. 12 d. Action Lakukan tindakan perbaikan secara berkelanjutan. 5. Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen Pengidentifikasian, pemahaman.dan pengelolaan, dari proses-proses yang saling berkaitan sebagai suatu sistem akan memberikan kontribusi pada efektivitas dan efisiensi terhadap industri atau perusahaan dalam mencapai 1.1% tujuannya. 6. Peningkatan Terus-Menerus Peningkatan terus-menerus dari kinerja organisasi secara keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Peningkatan terus-menerus dilakukan. 2.1.7 Perubahan-perubahan pada ISO 9001:2008 Secaraumum,penekananversi2008adalahpadakepatuhannyaterhadap undangan perundang yangberlaku,sepertijugapadapersyaratanpelanggandan produkdalamrangka kesesuaiannya dengan sistem yang lain, seperti environmentmanagementsystem(EMSISO14000)dan ocupationalhealthandsafetymanagement (OHSAS 18000) Berikutini adalah ringkasan perubahan perubahannya(Http://www.min- consulting, 2012) : a. Klausul4.1:katamengidentifikasikan(identify)padabutir(a) digantidenganmenetapkan (determine). Catatan 2 ditambahkan guna merefleksikan kenyataan bahwa prosesluar (outsourced) dapat dikaitkan jugake pasal 7.4. Catatan 3 menguraikanjenis-jenis pengendalian yang dapat diterapkanpadaprosesluartersebut. b. Klausul 4.2.1: Butir (e) mengenai rekaman (records) dihilangkan dan digabungkanke butir (c). Tambahan pada catatan 1 mengklarifikasikanbahwa satu dokumentunggaldapatberisilebih dari satu prosedur terdokumentasi yangdipersyaratkan atau sebaliknya,satu prosedur terdokumentasi yang dipersyaratkandapatdapat didokumentasikan lebih dari satu dokumen. 13 c.Klausul 4.2.3: Klarifikasi pada butir (f) bahwa dokumen eksternal ditetapkan oleh perusahaan terkait dengan keperluan perencanaan dan pelaksanaan SMM. d.Klausul4.2.4:Redaksionaldibuatlebihringkas,namunpersyaratan tetap,tidakberubah. e. Klausul 5.5.2: Klarifikasi bahwa wakil manajemen diambildari anggota manajemen perusahaan. f. Klausul6.2.1:Penekanan pada kalimat,“… yang mempengaruhimutuproduk …”menjadi,“…yangmempengaruhikesesuaianterhadappersyaratanproduk…”. g. Klausul 6.2.2: Penekanan pada butir (b) bahwapelatihan adalahdalamrangkapeningkatankompetensipersonil.Penekananpadabutir bahwa ketimbangvaluasikeefektifan (c) pelatihan,perusahaan hendaknyamemastikankompetensiyangdiperlukanterpenuhi. h. Klausul 6.3: Penambahan sistem informasi pada butir (c). i. Klausul6.4:Catatanditambahkangunamenjelaskanistilah lingkungankerja. 2.1.8 Langkah-Langkah Dalam Menerapkan ISO 9001:2008 Langkah-langkah yang diperlukan dalam menerapkan ISO 9001:2008 (Gaspersz, 2001): 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan ini meliputi persiapan pembentukan tim pengembangan mutu dan pelatihan dasar untuk memahami sistem manajemen mutu sesuai standar. 2. TahapPengembangan Tahap pengembangan ini melibatkan aktivitas industi atau perusahaan, meninjau semua dokumentasi yang ada dan mengembangkan sistem mutu dalam organisasi. Pelatihan yang lebih detil lagi mungkin diperlukan untuk pelatihan karyawan dalam kunci-kunci pengembangan mutu. Jika industi atau 14 perusahaan berskala cukup besar, bisa dipertimbangkan untuk menggunakan konsultan eksternal untuk membantu mempersiapkan sistem manajemen mutu. 3. Tahap Implementasi Sistem manajemen mutu yang telah dikembangkan perlu diimplementasikan dalam proyek yang sebenarnya untuk selanjutnya dikaji dalam tahap berikutnya. 4. Tahap Audit Audit sistem manajemen mutu dilaksanakan setelah implementasi berjalan untuk jangka waktu yang telah ditentukan. Tujuan dari audit sistem manajemen mutu adalah untuk memastikan apakah semua operasional dalam organisasi sudah berjalan sesuai dengan prosedur. 5. Tahap Sertifikasi Tahap ini meliputi sertifikasi oleh Badan Sertifikasi yang terakreditasi.Setelah melalui tahap ini, industi atau perusahaan resmi sebagai pemegang sertifikat ISO. 2.2 Kinerja Kerja 2.2.1 Pengertian kinerja Secara sederhana disebutkan bahwa istilah kinerja berasal dari kata Job perfomance atau actual perfomance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang), sedangkan yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Rao (1992) Mengemukakan bahwa yang dimaksud “kinerja adalah hasil sebuah mekanisme untuk memastikan bahwa orang-orang pada tiap tingkatan mengerjakan tugas-tugas menurut cara yang diinginkan oleh atasannya”. 15 Dalam melaksanakan sebuah pekerjaan, seorang pegawai akan berusaha untuk melaksanakan pekerjaanya tersebut dengan sungguh-sungguh agar dapat memberikan hasil yang baik sesuai dengan kemampuan, pengalaman, kesungguhan, serta waktu pengerjaan tugas yang dibebankan kepadanya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Malayu (2001) yang menyatakan bahwa “kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang disandarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu”. Selanjutnya Lester (1994) menjelaskan bahwa “kinerja pegawai adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melakukan tugasnya dan perannya dalam organisasi” Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kinerja pegawai, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai adalah hasil kerja yang dicapai karyawan dalam melakukan tugas maupun peranannya dalam suatu organisasi. Dari pendapat di atas, hendaknya para pegawai dapat memiliki sikap yang positif dan juga memiliki semangat yang besar dalam melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sedangkan menurut pendapat Tiffin dan Cormcick (1998) menyebutkan bahwa kinerja dapat diukur dengan melihat faktor-faktor sebagai berikut : 1. Hasil kerja, menunjukkan hasil kerja yang dicapai baik dari segi kualitas, kuantitas, dan tingkat kemauan dalam melaksanakan tugas. 2. Kemandirian, menunjukkan hal-hal yang dapat diandalkan dari seorang pegawai. 3. Tingkat penyesuaian, menunjukkan tingkat penyesuaian seseorang terhadap organisasi. Menurut Bernardin dan Russell (1993) mengemukakan bahwa terdapat enam indikator kinerja yang dapat diukur antara lain sebagai berikut : 1. Kualitas kerja, yaitu tingkat yang dicapai dari proses atau hasil yang diperoleh pada suatu kegiatan mendekati kesempurnaan, dalam bentuk 16 yang dapat menyesuaikan dengan suatu cara yang ideal dalam melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan. 2. Kuantitas kerja, yaitu jumlah yang dihasilkan atau ditunjukkan dalam setiap ukurahn dengan jumlah dalam unit, jumlah putaran atau siklus kegiatan yang lengkap. 3. Efisiensi kerja, yaitu pelaksanaan cara tertentu dengan mengurangi tujuannya. 4. Efektifitas kerja, yaitu tingkat atau sejumlah penggunaan sumber daya organisasi (seperti manusia, anggaran, teknologi, material) secara maksimal untuk memperoleh keuntungan paling tinggi atau mengurangi kerugian setiap unit atau hal-hal yang merugikan dalam penggunaan suatu sumber daya. 5. Human relation, yaitu tingkat kenaikan kebutuhan pegawai mengenai perasaan, harga diri, nama baik, dan kerjasama antar teman kerja dan bawahan (hubungan, staf, konsultatif, koordinatif). Sedangkan menurut Mangkunegara (2002) terdapat beberapa faktor kinerja sebagai standar pemerkayaan prestasi kerja, yaitu : 1. Kualitas kerja yang meliputi ketepatan, ketelitian, keterampilan, serta kebersihan. 2. Kuantitas kerja yang meliputi output rutin serta output non rutin (ekstra). 3. Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan yakni dapat tidaknya mengikuti intruksi, kemampuan inisiatif, kehati-hatian, serta kerajinan. 4. Sikap yang meliputi sikap perusahaan, pegawai lain, pekerjaan serta kerja sama. Berdasarkan pendapat di atas, pegawai akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motif berprestasi tinggi dan motif berprestasi yang harus dimiliki pegawai harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerja. Hal tersebut disebabkan karena motif berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam 17 diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja akan lebih mudah. 2.2.2 Faktor-Faktor Pengaruh Kinerja Kerja R. Bittel dan John W. Newstrom (1996) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai yaitu sebagai berikut : 1. Kualitas Pekerjaan Mengevaluasi ketepatan, kelengkapan dan kerapihan pekerjaan yang diselesaikan tanpa memperhatikan kuantitas. 2. Kuantitas pekerjaan Mengevaluasi jumlah pekerjaan yang dilakukan danjumlah tugas yang diselesaikan, kunjungan penjualkan yang dilakukan, dll tanpa memeperhatikan mutu. 3. Keandalan Mengevaluasi kemampuan memenuhi komitmen, batas waktu dan luasnya penyeliaan yang diperlukan. 4. Sikap Mengevaluasi sikap umum terhadap pekerjaan, teman kerja, penyelia dan perusahaan. 5. Insisiatif Mengevaluasi kemampuan mengenali masalah-masalah dan mengambil tindakan korektif, memberikan saran-saran untuk meningkatkan, dan menerima tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas yang belum diberikan. 6. Kerumahtanggaan keberhasilan dan ketaatan tanpa kerja dan tempat penyimpanan serta keadaan sesudah selesai kerja. 18 7. Kehadiran Mengevaluasi kehadiran dan kemangkiran. 8. Potensi pertumbuhan dan kemajuan Mengevaluasi potensi meningkatkan pengetahuan tentang pekerjaan dan untuk meningkatkan pekerjaan lain dalam bagian atau dalam organisasi. 9. Disiplin Sikap mental yang menyatu dalam kehidupan manusia yang mengandung pemahaman terhadap norma, nilai, peraturan dalam melaksanakan hak dan kewajiban. Kedisiplinan pegawai dapat dilihat dari penggunaan waktu secara optimal dan pencapaian hasil kerja sesuai dengan yang diharapkan organisasi. 2.3 Kepuasan Kerja Karyawan Peningkatan sikap, perjuangan, pengabdian, disiplin kerja, dan kemampuan profesional dapat dilakukan melalui serangkaian pembinaan dan tindakan nyata agar upaya peningkatan prestasi kerja dan loyalitas karyawan dapat menjadi kenyataan.Salah satu faktor yang mempengaruhi loyalitas karyawan adalah kepuasan kerja karyawan.Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional karyawan yang terjadi maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan (Martoyo, 2000). Dalam hal kepuasan kerja, Gilmer (1966) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah kesempatan untuk maju, keamanan kerja, gaji, perusahaan dan manajemen, faktor intrinsik dan pekerjaan, kondisi kerja, aspek social dalam pekerjaan, komunikasi, dan fasilitas (As'ad,2003). Sementara itu, menurut Heidjrachman dan Husnan mengemukakan beberapa faktor mengenai kebutuhan dan keinginan pegawai, yakni: gaji yang baik, pekerjaan yang aman, rekan sekerja yang kompak, penghargaan terhadap pekerjaan, pekerjaan yang berarti, kesempatan untuk maju, pimpinan yang adil dan bijaksana, pengarahan 19 dan perintah yang wajar, dan organisasi atau tempat kerja yang dihargai oleh masyarakat (Heidjrachman dan Husnan, 2002). Menurut Locke (dalam Sule, 2002), kepuasan atau ketidakpuasan karyawan tergantung pada perbedaan antara apa yang diharapkan. Sebaliknya, apabila yang didapat karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan akan menyebabkan karyawan tidak puas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan kinerja kerja yaitu: jenis pekerjaan, rekan kerja, tunjangan, perlakuan yang adil, keamanan kerja, peluang menyumbang gagasan, gaji/upah, pengakuan kinerja, dan kesempatan bertumbuh. Merujuk pada berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam rangka peningkatan kinerjanya adalah: 1. Faktor psikologi, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketenteraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan. 2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya. 3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi. Jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur, dan sebagainya. 4. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan sebagainya. 20 Menurut Wexley dan Yukl, 1977 (dalam As’ad, 1991) teori tentang kepuasan kerja dapat dikelompokkan menjadi 3 macam teori, yaitu : 1. Disprepancy Theory (Teori Perbedaan) Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter. Porter mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan Locke, (1996) juga menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang bergantung pada Disprepancy antara should be expectation, need or values dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah dicapai atau diperoleh melalui pekerjaannya. Dengan demikian orang akan merasa puas jika tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah tercapai. 2. Equity Theory (Teori Keseimbangan) Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Adam (1963), pendahulu teori ini adalah Zeleznik (1958) dikutip Locke (1969) dalam As’ad (1991). Prinsip teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia akan merasakan adanya ketidakadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi, diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor ataupun di tempat lain. Adapun elemen-elemen dari teori ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu elemen input, outcome, comparison dan equity-in-equity. Input adalah semua nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan kerja, contohnya : pendidikan, pengalaman, keahlian, usaha, dan lainlain. Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan pegawai sebagai hasil dari pekerjaannya, misalnya upah, keuntungan tambahan status simbol, pengenalan kembali (recondition), kesempatan untuk berprestasi atau ekspresi diri. Comparison person dapat diartikan sebagai perasaan seseorang di perusahaan yang sama, atau di tempat lain, atau bisa juga dengan dirinya 21 sendiri di waktu lampau. Equity-in-equity diartikan bahwa setiap karyawan akan membandingkan rasio inputoutcomes dirinya sendiri dengan rasio input-outcomes orang lain (comparison person),bila perbandingannya cukup adil (equity) makadan karyawan akan merasa puas. Bila perbandingan tersebut tidak seimbang tapi menguntungkan maka bisa menimbulkan kepuasan. Tetapi jika perbandingan itu tidak seimbang dan merugikan maka akan timbul ketidakpuasan (Wexley dan Yulk, 1977 dalam As’ad, 1991). 3. Two Factor Theory ( Teori Dua Faktor ) Teori motivasi dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg adalah faktor yang membuat orang merasa puas dan tidak puas. Dalam pandangan yang lain, dua faktor yang dimaksudkan dalam teori motivasi Herzberg adalah dua rangkaian kondisi. Menurut Herzberg ada serangkaian kondisi yang menyebabkan orang merasa tidak puas. Jika kondisi itu ada dan tidak diperhatikan maka orang itu tidak akan termotivasi, faktor itu meliputi kondisi kerja, status, keamanan kerja, mutu dari penyelia, upah, prosedur perusahaan dan hubungan antar personal (Sri Budi Cantika, 2005 ) Kondisi kedua yang digambarkan oleh Herzberg adalah serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan kerja yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi kerja yang kuat, sehingga dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Apabila kondisi itu tidak ada, maka kondisi tersebut ternyata tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan.Serangkaian kondisi ini biasa disebut sebagai satisfier atau motivator. Agar terdapat sifat kerja yang positif pada para bawahan , maka menurut Herzberg para manajer harus memberi perhatian sungguh-sungguh terhadap faktor-faktor motivator kepada para bawahan. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Keberhasilan pelaksanaan / achievement. b. Tanggung jawab / responsibilities. 22 c. Pengakuan / recognition. d. Pengembangan /advancement . e. Pekerjaan itu sendiri/ the work itself. Smith (dalam Robbin, 2001) menyatakan terdapat 5 dimensi yang mempengaruhi respon efektif seseorang terhadap pekerjaannya, yaitu : 1. Pekerjaan itu sendiri, yaitu sejauh mana pekerjaan menyediakan kesempatan seseorang untuk belajar memperoleh tanggung jawab dalam suatu tugas tertentu dan tantangan untuk pekerjaan yang menarik. 2. Bayaran, yaitu upah yang diperoleh seseorang sebanding dengan usaha yang dilakukan dan sama dengan upah yang diterima oleh orang lain dalam posisi kerja yang sama. 3. Kesempatan untuk promosi, yaitu kesempatan seseorang untuk meraih atau dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam organisasi. 4. Atasan, yaitu kemampuan atasan untuk memberikan bantuan tehnis dan dukungan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab para bawahan. 5. Rekan kerja, yaitu sejauh mana rekan kerja secara teknis cakap dan secara sosial mendukung tugas rekan kerja lainnya. 2.4 Skala Pengukuran Ada beberapa teknik statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis data.Tujuan dari analisis data adalah mendapatkan informasi relevan yang terkandung di dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan suatu masalah. Pengukuran merupakan suatu proses hal mana suatu angka atau simbol diletakan pada karakteristik atau property suatu stimulasi sesuai dengan aturan atau prosedur yang telah ditetapkan. Menurut Steven (1946) skala pengukuran dapat dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu skala nominal, ordinal, interval dan rasio.Berikut ini menjelaskan ke-empat jenis skala pengukuran tersebut. 23 2.4.1 Skala Nominal Skala nominal merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori, atau kelompok dari suatu subyek.Misalnya variabel jenis kelamin, responden dapatdikelompokkan kedalam dua kategori laki-laki dan wanita.Kedua kelompok ini dapat diberi kode 1 dan 2. Angka ini hanya berfungsi sebagai label kategori semata tanpa nilai instrinsik dan tidak memiliki arti apa-apa. Oleh sebab itu tidaklah tepat menghitung nilai rata-rata dan standar deviasi dari variabel jenis kelamin. Angka 1 dan 2 hanya sebagai cara untuk mengelompokkan subyek ke dalam kelompok yang berbeda atau hanya untuk menghitung beberapa banyak jumlah disetiap kategori. Jadi uji statistik yang sesuai dengan skala nominal adalah uji statistik yang didasarkan pada counting seperti modus dan distribusi frekuensi. Berikut ini adalah contoh instrumen penelitian yang menanyakan identitas responden dengan skala nominal : 1. Jenis Kelamin : Pria Wanita 2. Status Perkawinan : Menikah Tidak menikah 3. Agama : 2.4.2 Islam Katolik Budha Hindu Kristen Skala Ordinal Jika jumlah yang ditentukan untuk pengukuran memperlihatkan suatu ranking alami, maka variabel tersebut diukur dengan skala ordinal.Pada skala ordinal, jarak antara nilai-nilai yang berbeda tidak dapat ditafsirkan -sebuah variabel yang diukur pada skala ordinal bagaimanapun bukan kuantitatif.Sebagai contoh, nilai sekolah merefleksikan tingkatan prestasi yang berbeda-beda. 24 Walaupun demikian tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa pekerjaan yang memperoleh nilai "4" dua kali lebih baik dari pekerjaan yang beroleh nilai "2".Karena jumlah yang ditentukan pada pengukuran tersebut merefleksikan ranking secara relatif antara satu dengan lainnya, maka nilai tersebut dinamakan nilai rank.Terdapat banyak contoh variabel yang terskala ordinal dalam bidang psikologi, sosiologi, studi bisnis dan lain sebagainya.Skala dapat ditentukan dengan mengusahakan mengukur semacam konsep seperti status sosial, inteligensia, tingkatan agresi atau tingkat kepuasan. 2.4.3 Skala Interval Jika jarak antara pengukuran ditafsirkan lebih mendalam, maka variabel tersebut diukur pada skala interval. Berlawanan dengan skala rasio, rasio pengukuran tidak mempunyai pengertian yang mendasar, dan untuk skala ordinal tidak memiliki nilai nol. Sebagai contoh, suhu yang diukur dalam derajat celsius bias ditafsirkan dalam urutan kelas-kelas yang lebih tinggi atau lebih rendah. Namun demikian, tinggi suhu bertemperatur 20 derajat celsius tidak bisa dikatakan dua kali tinggi suhu bertemperatur 10 derajat. Ingat kembali temperatur ekuivalensi dalam fahrenheit. Dengan mengkonversikan temperatur dari celsius ke fahrenheit atau sebaliknya akan mengikutsertakan pertukaran titik nol. 2.4.4 Skala Rasio Skala rasio merupakan skala pengukuran yang menunjukkan kategori, peringkat jarak dan perbandingan construct yang diukur.Skala rasio menggunakan nilai absolut, sehingga memperbaiki kelemahan skala interval yang menggunakan nilai relatif. 2.5 Populasi dan Sempel 2.5.1 Pengertian Populasi Sugiyono (2011) menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang 25 ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu. 2.5.2 Pengertian Sempel Pendapat Sugiyono (2011) menyatakan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili). λ2 .N.P.Q S= D 2 (N-1) + λ2 P Q Dimana: S = Jumlah sample N = Jumlah populasi λ2 = Chi Kuadrat, dengan dk : 1, taraf kesalahan 1%, 5% dan 10% d = 0,05 P = Q = 0,5 1. Teknik Sampling Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, menurut Sugiyono (2011) teknik sampling ditunjukkan pada gambar di bawah ini. 26 Gambar 2.2 Macam-macam Teknik Sampling Dari gambar di atas terlihat bahwa teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Samplingdan Nonprobability Sampling.Probability samplingmeliputi: simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster) sampling (sampling menurut daerah). Nonprobabilitysampling meliputi: sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling. 2. Probability Sampling Sugiyono (2011) menyatakan bahwa probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel ini meliputi: a. Simple Random Sampling Menurut Sugiyono (2011) dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang 27 yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan random. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini. Gambar 2.3 Teknik Simpel Random Sampling b. Proportionate Stratified Random Sampling Menurut Sugiyono (2011) teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut yang diambil secara proporsional jumlah sampel. c. Disproportionate Stratified Random Sampling Sugiyono (2011) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan empat 28 orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP. d. ClusterSampling (Area Sampling) Teknik sampling daerah digunakan untuk menentuakan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu Negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Misalkan di Indonesia terdapat 27 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 10 propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini. Gambar 2.4 Teknik Cluster Random Sampling 3. Nonprobability Sampling Menurut Sugiyono (2011) nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau 29 anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi: a. Sampling Sistematis Sugiyono (2011) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang.Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100. b. Sampling Kuota SamplingKuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang. c. SamplingInsidental Samplingaksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2011). 30 d. SamplingPurposive Teknik yang didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya, degan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja. e. Sampling Jenuh Menurut Sugiyono (2011) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. f. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2011). Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar.Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball.Teknik sampel ditunjukkan pada gambar di bawah ini. 31 Gambar 2.5Snowball Sampling 2.6 Skala Pengukuran Menurut Sugiyono (2011), skala pengukuran merupakankesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjangpendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukurtersebut bila digunakan dalam pengukuranakan menghasilkan datakuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien, dan komunikatif. Berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian adalah : a. Skala Likert Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik, yang selanjutnya disebut sebagai variabel peneltian. Dalam skala likert, variabel penelitian yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk mnyusun instrument yang dapat berupa pertanyaan ataupun pernyataan. 32 Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata: a. Sangat Setuju a. Selalu b. Setuju b. Sering c. Ragu-ragu c. Kadang-kadang d. Tidak setuju d. Tidak pernah e. Sangat tidak setuju a. Sangat positif a. Sangat baik b. Positif b. Baik c. Negatif c. Tidak baik d. Sangat Negatif d. Sangat tidak baik Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya: 1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5 2. Setuju/sering/positif diberi skor 4 3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2 5. Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1 Skala likert dapat dibuat/disusun dalam bentuk chek-list dan pilihan berganda. Untuk bentuk chek-list dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.1 Chek-list 33 Untuk pilihan berganda adalah seperti berikut ini: Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut: Prosedur kerja yang baru akan segera diterapkan di lembaga anda a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju b. Skala Guttman Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ ya – tidak “, “benar – salah”, “pernah – tidak pernah”. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau ratio dikhotomi (dua alternative). Jika pada skala likert terdapat 3, 4, 5, 6, 7 interval dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka dalam skala Guttman hanya ada dua interval, “setuju” atau “tidak setuju”. Penelitian yang menggunakan skalaGuttman dilakukan apabila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala Guttman juga dapat berbentukpilihan ganda dan check-list. Analisis dilakukan sama seperti skala likert. Contoh: Bagaimana pendapat anda, bila orang tersebut menjabat pimpinan diperusahaan anda? a. Setuju b. Tidak setuju c. Semantic Differensial Skala pengukuran yang berbetuk semantic defferensial dikembangkanoleh Osggod, digunakan juga untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun check-list, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya sangat positifnya terletak dibagian kanan garis, dan jawaban 34 yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis. Data yang diperoleh adalah data interval, dan skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. Contoh: Beri nilai gaya kepemimpinan manajer anda Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak Bersahabat Tepat Janji 5 4 3 2 1 Lupa Janji Memberi Pujian 5 4 3 2 1 Mencela Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi d. Rating Scale Dari ketiga merupakan skala data pengukuran kaulitatif yang yang telah kemudian dikemukakan semuanya dikuantitatifkan. Tetapi denganrating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Respoden menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu rating scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetpai dapat diguakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya seperti status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan, dan lain-lain. Penyusunan rating scale yang terpenting adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrument. Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 untuk orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang memilih jawaban angka 2. Contoh: Seberapa baik data ruang kerja yang ada di perusaan A? Berilah jawaban dengan angka: 4 bila tata ruang itu sangat baik 3 bila tata ruang itu cukup baik 35 2 bila tata ruang itu kurang baik 1 bila tata ruang itu sangat tidak baik. Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya Tabel 2.2Rating Scale e. Skala Thrustone Skala Thurstone merupakan skala sikap pertama yang dikembangkan dalam pengukuran sikap. Skala ini mempunyai tiga teknik pengukuran sikap, yaitu: 1) metode perbandingan pasangan, 2) metode interval pemunculan sama, dan 3) metode interval berurutan. Ketiganya menggunakan jalur dugaan yang menganggap kepositifan relati pernyataan sikap terhadap suatu objek. Contoh: Perintah: Lingkari angka yang menunjukkan tingkat kepositifan untuk setiap pernyataan di bawah ini 36 Tabel 2.3Skala Thrustone 2.7 Jenis dan Metode Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2008) macam–macam data penelitian ada dua, yaitu data kualitatif dan kuantitatif.Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif dibagi menjadi dua yaitu data diskrit atau nominal dan data kontinum.Data nominal adalah data yang hanya dapat digolong–golongkan secara terpisah, secara diskrit atau kategori. Misalnya: dalam suatu kelas terdapat 50 mahasiswa, terdiri atas 30 pria dan 20 wanita. Data kontinum adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan ini diperoleh dari hasil pengukuran. Data kontinum dibagi menjadi tiga, yaitu data ordinal, data interval dan data rasio.Data ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat. Data interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nilai nol absolut atau mutlak. Data rasio adalah data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol mutlak. Metode Pengumpulan Data yang digunakan penulis untuk memperoleh data serta informasi yang diperlukan adalah sebagai berikut : 37 1. Data primer Merupakan data yang diambil secara langsung, data ini diambil dari kegiatan observasi yaitu pengamatan langsung di tempat usaha yang menjadi objek penelitian dan mengadakan wawancara dengan pihak manajemen perusahaan serta menyebar kuisoner. Adapun metode pengumpulan data yang di gunakan penulis adalah pengumpulan data seperti berikut:· a. penelitian lapangan (field research) Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung terhadap objek yang akan diteliti. b. Observasi Secara mudah observasi sering disebut juga metode pengamatan, ringkasnya metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik yaitu mengamati langsung kepada beberapa responden atau siswa dari sekolah yang sedang diteliti dengan maksud mengumpulkan data untuk diteliti. Ilmu pengetahuan mulai dengan observasi dan selalu harus kembali kepada observasi untuk mengetahui keberhasilan ilmu itu, observasi dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam masyarakat, dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran yang lebih luas tentang kehidupan social”. c. Angket/ kuisoner Kuisoner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. 38 d. Wawancara Wawancara yaitu pengumpulan data dilakukan melalui tatap muka langsung maupaun melalui telepon atau suatu bentuk komunikasi lisan untuk mendapatkan masukan. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung yang merupakan data yang telah diolah oleh perusahaan, yaitu berbagai referensi buku, makalah, materi perkuliahan yang berkaitan dengan objek data baik yang akan ditulis oleh penulis, untuk memeperoleh data sekunder, penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu studi kepustakaan (library research) dengan cara mempelajari dan menelaah berbgai bacaan literatur, mengutip berbagai pengertian teori-teori yang berkaitan dengan makalah yang sedang diteliti, jurnal dan penelitian yang terdahulu. 2.8 Uji Statistika 2.8.1 Uji Validitas Menurut Sugiyono (2011) validitas adalah : “Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Jadi suatu penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.Sedangkan uji validitas adalah test/pengujian yang dilakukan oleh peneliti terhadap data yang diperoleh untuk mendapatkan hasil data yang valid. Maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Adapun rumus yang digunakan peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan teknik analisis Korelasi Pearson dengan rumus sebagai berikut: 39 r= ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ Dimana r = Kolerasi X = Skor item dalam variabel Y = Skor total item dalam variabel N = jumlah responden Dengan mengacu pada kriteria sebagai berikut: • Jika r positif, serta r ≥0, 30 maka item pertanyaan tersebut valid. • Jika r negatif atau < 0, 30 maka item pertanyaan tersebut tidak valid. Untuk menguji signifikasi hubungan, maka peru diuji signifikasinya. Rumus uji signifikasi kolerasi product moment di tunjukkan pada rumus Dimana √ 1 2 r = Koefisien korelasi xi = Jumlah variabel X yi = Jumlah variabel Y n = Jumlah Sampel 2.8.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Adapun teknik perhitungan reliabel ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut : 40 1. Teknik Pengukuran Ulang (Test-retest) Teknik ini meminta kepada responden yang sama untuk menjawab pertanyaan dalam alat pengukuran sebanyak dua kali. Caranya perhitungannya adalah dengan mengkorelasikan jawaban pada wawancara pertama dengan jawaban pada wawancara kedua. 2. Teknik Belah Dua Untuk menggunakan teknik belah dua sebagai cara menghitung reliabilitas alat pengukur, maka alat pengukur yang disususn harus memiliki cukup banyak item pertanyaan yang mengukur aspek yang sama. 3. Teknik Bentuk Paralel. Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan membuat dua jenis alatpengukur yang mengukur aspek yang sama. Kedua alat ukurtersebut diberikan pada responden yang sama, kemudian dicarivaliditasnya untuk masing-masing jenis. 4. Internal Consistency Reliability Internal consistency reliability berisi tentang sejauh mana itemiteminstrumen bersifat homogen dan mencerminkan konstruk yangsama sesuai dengan yang melandasinya. Untuk mengukur reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan 3 metoda yaitu (Sugiyono, 2006 dan Husaini, 2003) : a. Menggunakan Rumus Kuder-Richardson (KR 20) 1 Dimana: ∑ k = Jumlah item dalam instrument pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1 qi = 1 - pi 41 st 2 = varians total b. Menggunakan Rumus KR 21 1 Dimana: 1 ! ! k = Jumlah item dalam instrument M= Mean skor total st 2 = varians total c. Analisis varian Hoyt (Anova Hoyt) 1 !"# !"$ Dimana: MKe = Mean kuadrat antara subjek MKe = Mean kuadrat antara subjek ri = Realibilitas instrument d. Cronbach Alpha (α) 1 1 ∑ ri = Realibilitas instrumen k = Jumlah item dalam instrument ∑st2 = Jumlah varians total 2 = varians total st Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliable dan berhasil mengukur variabel-variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari sama dengan 0,70. Dasar pengambilan keputusan: a. Jika ri positif, serta r ≥0, 70 maka varabel tersebut reliabel. 42 b. Jika ri negatif, serta r < 0, 70 maka varabel tersebut tidak reliabel. 2.9 Analisis Jalur 2.9.1 Pengertian Analisis Jalur Robert D. Retherford, (1993) dalam uraiannya yang dikutip oleh Sarwono (2007) menyatakan bahwa analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika peubah bebasnya mempengaruhi peubah terikatnya tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung. Sedangkan Paul Webley, (1997) dalam uraiannya yang dikutip oleh Sarwono (2007) menyatakan bahwa analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude ) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat peubah. Sementara David Garson, (2003) dari North Carolina State University mendefinisikan analisis jalur sebagai model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada masingmasing peubah dalam suatu model sebagai peubah tergantung (pemberi respon) sedang yang lain sebagai penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu diobservasi model untuk yang dibandingkan semua peubah dengan matriks korelasi yang dan dilakukan juga penghitungan uji keselarasan statistik (David Garson, 2003) dalam(Jonathan Sarwono, 2007). 43 2.9.2 Prinsip-prinsip Dasar Analisis Jalur Prinsip-prinsip dasar yang sebaiknya dipenuhi dalam analisis jalur diantaranya ialah: 1. Hubungan antar peubah bersifat linear dapat diketahui melalui penggunaan uji hipotesis kelayakan model dengan menggunakan angka sig atau F untuk pengaruh gabungan dan uji t untuk pengaruh parsial. 2. Adanya aditivitas (Additivity). Tidak ada efek-efek interaksi. 3. Data berskala interval. Semua peubah yang diobservasi mempunyai data berskala interval (scaled values). Jika data belum dalam bentuk skala interval, sebaiknya data diubah dengan menggunakan MethodSuksesive Interval (MSI) terlebih dahulu. Metode suksesive adalah metode yang digunakan untuk mentransformasi data. 4. Semua peubah residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan salah satu peubah-peubah dalam model. 5. Istilah gangguan (disturbance terms) atau peubah residual tidak boleh berkorelasi dengan semua peubahendogenous dalam model. Jika dilanggar, maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk mengestimasikan parameter-parameter jalur. 6. Sebaiknya hanya terdapat multikolinearitas yang rendah. Multikolinearitas maksudnya dua atau lebih peubah bebas (penyebab) mempunyai hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang tinggi maka kita akan mendapatkan standar error yang besar dari koefisien beta (β) yang digunakan untuk menghilangkan varians biasa dalam melakukan analisis korelasi secara parsial. 7. Adanya recursivitas, yaitu hanya sistem aliran kausal ke satu arah. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh terjadi pemutaran kembali (looping). 8. Spesifikasi model diperlukan untuk menginterpretasi koefisien-koefisien jalur.Kesalahan spesifikasi terjadi ketika peubah penyebab yang signifikan dikeluarkan dari model. 44 9. Terdapat masukan korelasi yang sesuai. Artinya jika kita menggunakan matriks korelasi sebagai masukan maka korelasi pearson digunakan untuk dua peubah berskala interval,korelasi polyhoric untuk dua peubah berskala ordinal, tetrahoric untuk dua peubah dikotomi (berskala nominal), polyserial untuk satu peubah berskala interval dan lainnya nominal. 10. Terdapat ukuran sampel yang memadai. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, sebaiknya gunakan sampel di atas 100. 11. Sampel sama dibutuhkan untuk pengitungan regresi dalam model jalur. 2.9.3 Asumsi-asumsi dalam Analisis Jalur Asumsi-asumsi analisis jalur men gikuti asumsi umum regresi linear, yaitu: 1. Model regresi harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka signifikansi pada ANOVA sebesar kurang dari 0,05. 2. Prediktor yang digunakan sebagai peubah bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error of Estimate<Standard Deviation. 3. Koefisien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan Ujit. 4. Koefisien regresi signifikan jika t hitung > t tabel (nilai kritis). 5. Tidak boleh terjadi multikolinearitas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar peubah bebas. 6. Tidak terjadi autokorelasi. Terjadi autokorelasi jika angka Durbin dan Watson sebesar < 1 dan > 3. 2.9.4 Konsep dan Istilah dalam Analisis Jalur Analisis jalur dikenal beberapa konsep dan istilah dasar.Gambar bawah ini akan diterangkan konsep-konsep dan istilah dasar tersebut: model di 45 Gambar 2.6 Diagram jalur peubah bebas, perantara dan tergantung 1. Model Jalur Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan antara peubah bebas, perantara dan tergantung. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak panah.Anak panah-anak panahtunggal menunjukkan hubungan sebab akibat antara peubah-peubah exogenous atau perantara dengan satu peubah tergantung atau lebih. Anak panah juga menghu bungkan kesalahan(peubah residue) dengan semua peubah endogenous masing-masing.Anak panah ganda menunjukkan korelasi antara pasangan peubah-peubah exogenous. 2. Jalur penyebab untuk suatu peubah yang diberikan Jalur penyebab untuk suatu peubah yang diberikan meliputi pertama jalurjalur arah dari anak-anak panah menuju ke peubah tersebut dan kedua jalur-jalur korelasi dari semua peubahendogenous yang dikorelasikan dengan peubah-peubah yang lain yang mempunyai anak panah-anak panah menuju ke peubah yang sudah ada tersebut. 3. Peubah exogenous Peubah-peubah exogenous dalam suatu model peubahyang tidak ada penyebab-penyebab jalur ialah semua eskplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak panah yang menuju kearahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran. Jika antara peubah exogenousdikorelasikan 46 makakorelasi tersebut ditunjukkan dengan anak panah dengan kepala dua yang menghubungkan peubah-peubah tersebut. 4. Peubah endogenous Peubah endogenous ialah peubah yang mempunyai anak-anak panah menuju kearah peubah tersebut. Peubah yang termasuk didalamnya ialah mencakup semua peubah perantara dan tergantung. Peubah perantaraendogenous mempunyai anak panah yang menuju kearahnya dan dari arah peubah tersebut dalam sutau model diagram jalur. Sedang peubah tergantung hanya mempunyai anak panah yang menuju kearahnya. 5. Koefisien jalur / pembobotan jalur Koefisien jalur adalah koefisien regresi standar atau disebut ‘beta’ yang menunjukkan pengaruh langsung dari suatu peubah bebas terhadap peubah tergantung dalam suatu model jalur tertentu. Oleh karena itu, jika suatu model mempunyai dua atau lebih peubah-peubah penyebab maka koefisien-koefisien jalurnya merupakan koefisien-koefisien regresi parsial yang mengukur besarnya pengaruh satu peubah terhadap peubah lain dalam suatu model jalur tertentu yang mengontrol dua peubahlain sebelumnya dengan menggunakan data yang sudah distandarkan atau matriks korelasi sebagai masukan. 6. Peubah - peubah exogenous yang dikorelasikan Jika semua peubahexogenous dikorelasikan, maka sebagai penanda hubungannya ialah anak panah dengan dua kepala yang dihubungkan diantara peubah peubah dengan koefisien korelasinya. 7. Istilah gangguan Istilah kesalahan residual yang secara teknis disebut sebagai ‘gangguan’ atau“residue”mencerminkan adanyavarian yang tidak dapat diterangkan atau pengaruh dari semua peubah yang tidak terukur ditambah dengan kesalahan pengukuran. 47 8. Aturan multiplikasi jalur Nilai dari suatu jalur gabungan adalah hasil semua koefisien jalurnya. 9. Decomposisi pengaruh Koefisien-koefisien jalur dapat digunakan untuk mengurai korelasikorelasi dalam suatu model kedalam pengaruh langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan jalur langsung dan tidak langsung yang direfleksikan dengan anak panah-anak panah dalam suatu model tertentu. 10. Signifikansi dan Model keselarasan dalam jalur Untuk melakukan pengujian koefisien-koefisien jalur secara individual, kita dapat menggunakan t standar atau pengujian F dari angka-angka keluaran regresi. 11. Anak panah dengan satu kepala dan dua kepala Jika ingin menggambarkan penyebab, maka kita menggunakan anak panah dengan satu kepala.Sedang untuk menggambarkan korelasi, kita menggunakan anakpanah yang melengkung dengan dua kepala. Ada kalanya hubungan sebab akibat menghasilkan angka negatif, untuk menggambarkan hasil yang negatif digunakan garis putus-putus. 12. Pola hubungan Dalam analisi jalur tidak digunakan istilah peubah bebas ataupun tergantung. Sebagai gantinya kita menggunakan istilah peubah exogenous dan endogenous . 13. Model Recursive Model penyebab yang mempunyai satu arah. Tidak ada arah membalik (feedback loop) dan tidak ada pengaruh sebab akibat (reciprocal ). Dalam model ini satu peubah tidak dapat berfungsi sebagai penyebab dan akibat dalam waktu yang bersamaan. 48 14. Model Non-recursive Model penyebab dengan disertai arah yang membalik (feed back loop) atau adanya pengaruh sebab akibat (reciprocal). 15. Direct Effect Pengaruh langsung yang dapat dilihat dari koefisien jalur dari satu peubah kepeubah lainnya. 16. Indirect Effect Urutan jalur melalui satu atau lebih peubah perantara. 2.9.5 Model Analisis Jalur Ada beberapa model jalur mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang lebih rumit, di antaranya diterangkan di bawah ini: 1. Model regresi berganda Model pertama ini sebenarnya merupakan pengembangan regresi berganda dengan menggunakan dua peubah exogenous, yaitu X1 dan X2 dengan satu peubah endogenous Y. Model digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.7 Model Regresi Berganda 2. Model Mediasi Model kedua adalah model mediasi atau perantara dimana peubah Y memodifikasi pengaruh peubah X terhadap peubah Z. Model digambarkan sebagai berikut: 49 Gambar 2.8 Model Mesiasi 3. Model Kombinasi Pertama dan Kedua Model ketiga merupakan kombinasi antara model pertama dan kedua, yaitu peubah X berpengaruh terhadap peubah Z secara langsung dan secara tidak langsung mempengaruhi peubah Z melalui peubah Y. Model digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.9 Model Kombinasi Pertama dan Kedua 4. Model Kompleks Model keempat ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu peubah X1secara langsung mempengaruhi Y2dan melalui peubah X2 secara tidak langsung mempengaruhi Y2, sementara itu peubah Y2 juga dipengaruhi oleh peubah Y1. Model digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.10 Model Kompleks 50 5. Model Recursif dan Non-Recursif Dari sisi pandang arah sebab akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu recursif dan non recursif. Model recursif ialah jika semua anak panah menuju satu arah seperti gambar di bawah ini: Gambar 2.11 Model Recutsif dan Non-Recursif Model tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: 1. Anak panah menuju satu arah, yaitu dari 1 ke 2, 3, dan 4, dari 2 ke 3 dan dari 3 menuju ke 4. Tidak ada arah yang terbalik, misalnya dari 4 ke 1. 2. Hanya terdapat satu peubah exogenous, yaitu 1dan 3peubah endogenous, yaitu 2, 3, dan 4. Masing-masing peubah endogenous diterankan oleh peubah 1 dan error (e2, e3 dan e4). 3. Satu peubah endogenous dapat menjadi penyebab peubah endogenous lainnya tetapi bukan ke peubah exogenous . Model non-recursif terjadi jika arah anak panah tidak searah atau terjadi arah yang terbalik (looping), misalnya dari 4 ke 3 atau dari 3 ke 1 dan 2, atau bersifat sebab akibat (reciprocal casue). 2.9.6 Diagram Jalur dan Persamaan Struktural Pada saat akan melakukan analisis jalur, disarankan untuk terlebih dahulu menggambarkan secara diagramatik struktur hubungan kausal antara peubah penyebab dengan peubah akibat. Diagram ini disebut diagram jalur (Path 51 Diagram), dan bentuknya ditentukan oleh proposisi teoritik yang berasal dari kerangka pikir tertentu. Gambar 2.12 Diagram Jalur Hubungan Kausal dari X1 dan X2 Keterangan: X1 adalah peubah eksogenus (exsogenous variable), untuk itu selanjutnya peubah penyebab akan kita sebut sebagai peubah eksogenus. X2 adalah peubah endogenus (endogenousvariable), sebagai akibat dan (ε) adalah peubah residu (residual variable), yang merupakan gabungan dari: (1) Peubah lain, di luar X1, yang mungkin mempengaruhi X2 dan telahteridentifikasi oleh teori, tetapi tidak dimasukkan dalam model. (2) Peubah lain, di luar X2, yang mungkin mempengaruhi X2 tetapi belum teridentifikasi oleh teori. (3) Kekeliruan pengukuran (error of measurement), dan (4) komponen yang sifatnya tidak menentu (random component). Gambar2.12 merupakan diagram jalur yang paling sederhana. Gambar 2.12 menyatakan bahwa X2 dipengaruhi secara langsung oleh X1, tetapi di luar X1,masih banyak penyebab lain yang dalam penelitian yang sedang dilakukan tidak diukur. Penyebab-penyebab lain itu dinyatakan oleh persamaan struktural yang dimiliki oleh gambar 2.12 adalah X2 = % %& '&( . Selanjutnya tanda anak panah satu arah menggambarkan pengaruh langsung dari peubah eksogenus terhadap peubah endogenus. 52 Gambar 2.13 Diagram Jalur Hubungan Kausal dari X1, X2, X3 dan X4 Gambar 2.13menunjukkan bahwa diagram jalur tersebut terdapat tiga buah peubah eksogenus, yaitu X1,X2 dan X3, sebuah peubah endogenus serta sebuah peubah residu(ε). Pada diagram di atas juga mengisyaratkan bahwa hubungan antara X1dengan X4, X2 dengan X4dan X3dengan X4 adalah hubungan kausal, sedangkan hubungan antara X1 dengan X2 , X2 dengan X3 dan X1 dengan X3 masing-masing adalah hubungan korelasional. Perhatikan panah dua arah, panah tersebut menyatakan hubungan korelasional. Bentuk persamaan strukturalnya adalah: X4= %)%& '&( %)% ' ( %)%* '*( Gambar 2.14 Hubungan Kausal dari X1, X2 ke X3 dan X3 ke X4 Perhatikan bahwa pada gambar 2.14 di atas, terdapat dua buah sub-struktur. Pertama, sub-struktur yang menyatakan hubungan kausal dari X1 dan X2 ke 53 X3,serta kedua, sub-struktur yang mengisyaratkan hubungan kausal dari X3 ke X4. Persamaan struktural untuk gambar 2.14 adalah: X3 = %*%& '&( %*% ' ( dan X4 = %)%* '*( Pada sub-struktur pertama X1dan X2 merupakan peubah eksogenus, X3 sebagai peubah endogenus dan & Sebagai peubah residu. Pada sub-struktur kedua, X3 merupakan peubah eksogenus, X4 sebagai peubah endogenus dan sebagai peubah residu. Berdasarkan contoh-contoh diagram jalur di atas, maka kita dapat memberi kesimpulan bahwa makin kompleks sebuah hubungan struktural, makin kompleks diagram jalurnya, dan makin banyak pula sub-struktur yang membangun diagram jalur tersebut. 2.9.7 Koefisien Jalur Besarnya pengaruh langsung dari suatu peubah eksogenus terhadap peubah endogenus tertentu, dinyatakan oleh besarnya nilai numerik koefisien jalur (path coefficient) dari eksogenus ke endogenus. Gambar 2.15 Hubungan Kausal dari X1, X2 ke X3 Hubungan antara X1 dan X2 adalah hubungan korelasional. Intensitas keeratan hubungan tersebut dinyatakan oleh besarnya koefisien korelasi %&% . Hubungan X1dan X2 ke X3 adalah hubungan kausal. Besarnya pengaruh langsung dari X1 ke X3, dan dari X2 ke X3, masing-masing dinyatakan oleh besarrnya nilai numerik 54 koefisien jalur %*%& dan %*% . Koefisien jalur menggambarkan besarnya pengaruh langsung peubah residu (implicit exogenous peubah) terhadap X3.