bab ii. tinjauan pustaka

advertisement
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Budidaya Jagung
Jagung adalah tanaman yang menghendaki keadaan hawa yang cukup panas dan lembab dari
waktu tanam sampai periode mengakhiri pembuahan. Jagung tidak membutuhkan persyaratan tanah
yang spesifik karena tanaman ini dapat ditanam hampir di semua macam tanah. Berikut tahapan
budidaya jagung secara umum.
2.1.1
Penyiapan Lahan
Kegiatan penyiapan lahan dilakukan untuk mempersiapkan tanah yang nantinya akan
ditanami benih jagung. Guna memaksimalkan proses budidaya jagung dan hasil yang maksimal
maka lahan harus dipersiapkan dengan baik.
Cara penyiapan lahan sangat bergantung pada fisik tanah seperti tekstur tanah. Tanah
bertekstur berat perlu pengolahan yang intensif. Sebaliknya, tanah bertekstur ringan sampai
sedang dapat disiapkan dengan teknik olah tanah konservasi seperti olah tanah minimum (OTM)
atau tanpa olah tanah (TOT). Keuntungan penyiapan lahan dengan teknik olah tanah konservasi
adalah dapat memajukan waktu tanam, menghemat tenaga kerja, mengurangi pemakaian bahan
bakar untuk mengolah tanah dengan traktor, mengurangi erosi, dan meningkatkan kandungan air
tanah (FAO 2000).
2.1.2
Penanaman
Kegiatan penanaman adalah proses transplantasi benih jagung ke dalam media tanamnya
(tanah). Menurut Akil et al (2007) Salah satu upaya untuk mendapatkan hasil optimum adalah
mengatur populasi tanaman. Secara umum, kepadatan tanam anjuran adalah 66.667 tanaman/ha.
Ini dapat dicapai dengan jarak tanam antarbaris 75 cm, dan 20 cm dalam barisan dengan satu
tanaman per rumpun, atau jarak antarbaris 40 cm dengan dua tanaman per rumpun. Bagi daerah
yang kekurangan tenaga kerja, jarak tanam dalam barisan 40 cm dengan dua tanaman per lubang
lebih memungkinkan.
2.1.3
Pemupukan
Pemupukan adalah proses pemberian unsur kimia kepada tanah yang ditanami tanaman
untuk menunjang hasil produksi. Pemupukan secara berimbang dan rasional merupakan kunci
utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung. Kadar unsur hara di dalam tanah, jenis
pupuk/hara yang sesuai, dan kondisi lingkungan fisik, khususnya pedo-agroklimat, merupakan
faktor penting perlu diperhatikan dalam mencapai produktivitas optimal tanaman (Akil et al.
2007).
Jenis pupuk yang diberikan pada jagung adalah pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk organik berupa pupuk kandang yang diberikan pada lahan yang kurang subur dengan dosis
15 – 20 ton/ha. Pupuk anorganik yang digunakan berupa urea, TSP atau SP-36 dan KCL. Dosis
pupuk untuk jagung hibrida sedikit berbeda dengan non-hibrida. Jagung hibrida membutuhkan
3
pupuk per hektarnya urea 300 kg, TSP 100 kg dan KCL 50 kg. jagung non-hibrida membutuhkan
per hektarnya urea 250 kg, TSP 75 – 100 kg dan KCL 50 kg (Adisarwanto 2002).
2.1.4
Pengairan
Budi daya jagung tidak hanya di lahan kering pada musim hujan, tetapi juga pada lahan
sawah tadah hujan dan lahan sawah pada irigasi musim kemarau, terutama pada areal yang
ketersediaan air irigasinya kurang memadai untuk budi daya padi. Pengairan tanaman jagung pada
musim kemarau bersumber dari air tanah yang dipompa maupun air permukaan dari jaringan
irigasi. Agar distribusi air lebih efektif ke tanaman, petani umumnya membuat saluran air di antara
barisan tanaman dengan menggunakan cangkul atau bajak ditarik ternak (Akil et al. 2007).
2.1.5
Pemanenan
Panen dilakukan pada saat biji telah masak fisiologis yang ditandai oleh adanya lapisan
hitam pada biji. Panen merupakan tahap awal yang penting dari seluruh rangkaian penanganan
pascapanen jagung, karena berpengaruh terhadap jumlah dan mutu hasil. Panen terlalu awal
menyebabkan jumlah butir muda banyak, sehingga mutu biji dan daya simpannya rendah.
Sebaliknya, terlambat panen mengakibatkan penurunan mutu dan peningkatan kehilangan hasil.
Secara umum, saat panen yang tepat ditentukan oleh tingkat kemasakan biji, namun yang utama
adalah berdasarkan penampilan visual, yaitu menuanya klobot atau bagian-bagian tanaman secara
keseluruhan, mulai dari daun yang telah berwarna kecoklatan.
Menurut Akil et al. (2007) Tanda-tanda jagung siap panen: (a) umur tanaman mencapai
maksimum, yakni setelah pengisian biji optimal; (b) daun menguning dan sebagian besar mulai
mengering; (c) klobot sudah kering atau kuning; (d) bila klobot dibuka, biji terlihat mengkilap dan
keras, bila ditekan dengan kuku tidak membekas pada biji; dan (e) kadar air biji 25-35%.
2.2
Kondisi Ideal Penanaman Benih Jagung
2.2.1
Benih
Benih adalah faktor yang penting pada rangkaian budidaya tanaman karena merupakan
awal kehidupan tanaman, sehingga untuk mendapatkan produksi yang tinggi perlu digunakan
benih yang bermutu tinggi pula. Menurut Abdina (2008) benih bermutu tinggi ditentukan oleh
faktor genetik dan faktor fisik. Faktor genetik adalah varietas yang memiriki genotipe dan
fenotipe baik. Faktor fisik adalah benih yang persentase perkecambahannya tinggi, bebas dari
kotoran, dan kadar airnya rendah.
Guna meningkatkan produksi jagung pemilihan benih harus tepat. Menurut Adisarwanto
(2002) benih bermutu tinggi yang umum ditanam di Indonesia berupa varietas unggul bersari
bebas atau varietas unggul hibrida. Varietas bersari bebas antara lain Arjuna, Bisma, Lagalig,
Kalingga, Wiyasa, Rama, dan Wisanggeni. Varietas hibrida antara lain Semar-2, Semar-3, CP-1,
CP-2, Bisi-1, Bisi-2, Pioneer-3, Pioneer-4, dan Pioneer-5.
2.2.2
Pengolahan Tanah
Menurut Adisarwanto (2002) secara umum,pengolahan tanah untuk budidaya jagung dapat
dilakukan secara sempurna, minimum dan tanpa pengolahan. Pengolahan secara sempurna
4
dilakukan pada tanah yang berat dengan kondisi tanah tidak terlalu kering atau basah kemudia
tanah dicangkul atau dibajak sedalam 15 – 20 cm guna penggemburan dan pembenaman gulma.
Proses akhir pengolahan tanah dalah dengan digaru guna meratakan tanah.
Pengolahan tanah secara minimum (zero tillage) dilakukan pada tanah yang sangat peka
terhadap erosi. Pengolahan dilakukan hanya pada barisan persiapan tanam selebar 60 cm dan
sedalam 15 – 20 cm dengan cangkul atau bajak. Selanjutnya dilakukan pendangiran pada saat
tanaman berumur 25 hari. Lahan hanya dilakukan penugalan kemudian benih langsung ditanam.
Tanpa pengolahan tanah (zero tillage) dilakukan pada lahan yang bertekstur ringan dan
lahan yang kekurangan air atau saat musim kemarau dengan tujuan menghindari penguapan
berlebihan. Lubang tanam dibuat hanya menggunakan cangkul. Perbedaan denga metode lain,
pada lahan TOT perlu diberi mulsa untuk mengatasi erosi dan menekan gulma.
Menurut Hendriadi et al. (2007) pengolahan tanah umumnya dilakukan dua kali.
Pengolahan tanah pertama adalah dicangkul atau dibajak dengan cara membalik tanah sehingga
sisa-sisa tanaman terbenam dan mengalami pembusukan, pengolahan tanah dilakukan dengan
bajak piring ataupun bajak singkal. Pengolahan tanah kedua dilakukan dengan bajak rotari atau
garu yang berguna untuk memecah tekstur tanah yang bertujuan untuk menggemburkan tanah
guna kelangsungan pertumbuhan tanaman jagung.
2.2.3
Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian sinar matahari, curah
hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar
matahari cukup, tidak boleh terhalang pohon-pohonan atau bangunan. Temperatur optimum untuk
pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 °C (Abdina 2008).
2.2.4
Metode Penanaman
Benih jagung yang akan ditanam harus memenuhi beberapa kondisi penanaman ideal agar
benih dapat tumbuh dengan baik. Penelitian banyak dilakukan untuk mengetahui kondisi ideal
penanaman benih jagung. Menurut Hendriadi et al. (2007) Agar tanaman dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal, cara tanam jagung mempertimbangkan beberapa hal di antaranya
kedalaman penempatan benih, populasi tanaman, cara tanam, dan lebar alur/jarak tanam.
Kedalaman penempatan benih bervariasi antara 2,5-5 cm, bergantung pada kondisi tanah. Pada
tanah yang kering, penempatan benih lebih dalam. Populasi tanaman umumnya bervariasi antara
20.000-200.000 tanaman/ha. Hasil penelitian Subandi et al.(2003) menunjukkan bahwa populasi
tanaman optimal untuk empat varietas yang diuji (Bisma, Semar-10, Lamuru, dan Sukmaraga)
adalah 66.667 tanaman/ha.
Syarat lain yang perlu diperhatikan agar tanaman dapat berkembang secara optimal adalah
jarak tanam. Penentuan jarak tanam jagung dipengaruhi oleh varietas yang ditanam, pola tanam,
dan kesuburan tanah. Jarak tanam jagung yang umum digunakan adalah 75 cm x 25 cm, 80 cm x
25 cm, 75 cm x 40 cm, dan 80 cm x 40 cm, dua benih/lubang (Hendriadi et al. 2007).
Kondisi tanah yang terbaik untuk penanaman benih jagung adalah tanah yang gembur dan
subur, karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Tanah lempung
berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik
untuk jagung adalah sekitar 5.5 – 7.0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat
ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk
mencegah erosi saat hujan besar (Abdina 2008) .
5
Menurut Abdina (2008) kondisi ideal penanaman benih tidak terlepas dari waktu tanam dan
pola tanam. Pada umumnya jagung di Indonesia ditanam dua kali dalam setahun. Periode tanam
pertama adalah saat musim penghujan hampir berakhir yaitu pada bulan Februari sampai April.
Periode tanam kedua adalah saat permulaan musim hujan yang jatuh sekitar bulan September
sampai November. Keterlambatan penanaman jagung sampai dengan bulan Desember dapat
mengakibatkan tanaman menderita serangan penyakit bulai (Downy mildew) berat. Proses
penanaman jagung di Indonesia dilakukan pada selang waktu maksimum 15 hari per blok tanam
guna penyesuaian terhadap usia tanam agar perbedaan variasi tanaman tidak terlalu mencolok.
Setiap proses penanaman harus diterapkan masa vakum selama minimal 15 hari agar hama
tanaman dapat dikendalikan, setelah itu baru dilakukan proses penanaman pada blok lain.
2.3
Alat Tanam Benih Biji-bijian
Pekerjaan penanaman dapat meliputi penempatan benih atau umbi-umbian ke dalam tanah pada
kedalaman tertentu, penyebaran benih secara acak atau penyebaran benih pada permukaan tanah.
Pekerjaan penanaman juga dapat dilakukan oleh alat tanam yang berfungsi membuka penempatan
benih, menjatah benih dan menutupnya kembali (Kepner et al. 1978).
Perkecambahan dan pertumbuhan biji suatu tanaman dipengaruhi suatu faktor, yaitu :
1. Jumlah biji yang ditanam
2. Daya kecambah biji
3. Perlakuan terhadap biji
4. Keseragaman ukuran biji
5. Kedalaman penanaman
6. Jenis tanah
7. Kelembaban tanah
8. Mekanisme pengeluaran biji
9. Keseragaman penyebaran
10. Tipe pembuka dan penutup alur
11. Waktu penanaman
12. Tingkat pemadatan tanah sekitar biji
13. Drainase yang ada
14. Hama dan penyakit
15. Keterampilan operator
Menurut Daywin et al. (1955) di dalam Monayo et. al. (2010) metode penanaman benih dengan
alat tanam dibagi beberapa metode :
1. Broadcasting yaitu menyebar biji di atas permukaan tanah secara acak.
2. Drill seeding yaitu menjatuhkan biji secara acak dalam alur sekaligus menutup biji tersebut.
3. Precision drilling yaitu menempatkan sebuah biji dengan jarak yang sama dalam barisan
tanaman.
4. Hill dropping yaitu menempatkan sekelompok biji di dalam tanah dengan jarak yang sama
dalam barisan tanaman.
5. Checkrow planting yaitu menempatkan sekelompok biji dalam barisan tanaman sedemikian
rupa sehingga barisan tanaman yang dihasilkan saling tegak lurus satu sama lain.
6
2.4
Alat Tanam Tugal
Alat penanam tradisional yang umum digunakan adalah alat yang disebut tugal. Tugal
merupakan alat yang paling sederhana yang dapat digerakkan dengan tangan dan cocok untuk
menanam benih dengan jarak tanam lebar. Pada umumnya tugal yang digunakan di Indonesia hanya
memiliki mekanisme melubangi tanah kemudian operator memasukkan benih jagung dan furadan
secara manual lalu menutup kembali lubang tanam tersebut.
Alat tanam tugal yang akan dibahas adalah alat tanam tugal “Model V” hasil rekayasa Balai
Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Bagian utama tugal yang dimodifikasi
adalah tangkai kendali, kotak benih, pengatur keluaran benih dan saluran benih. Spesifikasi dan
gambar alat tanam tugal dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Alat tanam tugal modifikasi “Model V”.
(Sumber : Hendriadi et al. 2007)
Mekanisme kerja alat tugal “Model V” ini adalah pada saat ditugalkan ke tanah dan tangkai
kendalinya didorong ke depan maka tangkai penguak akan menguak tanah dan sekaligus memberi
tanda pada permukaan tanah dan mendorong tuas yang juga menggerakkan papan benih sehingga
benih yang ada di dalam lubang papan benih akan jatuh ke lubang tegalan di tanah. Apabila alat tanam
diangkat, tanah akan terkuak dan menutup kembali dan papan benih akan kembali ke posisi semula.
Ilustrasi skema kerja alat tanam tugal “Model V” dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema kerja alat tanam tugal “Model V”.
7
2.5
Alat Tanam Semi Mekanis
Pengertian alat tanam semi mekanis adalah alat tanam yang mekanisme kerjanya otomatis
tetapi tenaga penggeraknya berasal dari manusia. Alat tanam semi mekanis yang dibahas adalah alat
tanam Control Otomatic Seeder atau “CO Seeders” rancangan mahasiswa Teknik Mesin dan
Biosistem IPB. Spesifikasi dan gambar alat tanam “CO Seeders” dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Alat tanam jagung semi mekanis “CO Seeder”.
(sumber : Wijaya 2011)
Alat tanam “Co Seeders” pernah dibuat sebelumnya dan diuji coba. Dimensi alat ini adalah
130 x 100 x 90 cm. Ukuran ini didesain berdasarkan antropometri rata-rata orang Indonesia. Panjang
batang penghubung yang digunakan adalah 110 cm dengan roda tugal diameter 40 cm sehingga
panjang total dari alat tanam ini adalah 130 cm. Kapasitas penampungan benih masing-masing tempat
penampung benih (hopper) adalah 1,5 kg sehingga dalam sekali tanam alat dapat menanam 3 kg
benih. Penjatah benih yang digunakan berdiameter 12 cm dan berbentuk tabung.
Sistem penggerak roda tugal adalah gaya dorong manusia dengan bantuan microcontroller dan
sensor magnet yang terpasang pada batang proximity. Harapan dari sistem yang dipakai ini adalah
ketepatan pembacaan lubang tugal dan penyaluran benih ke dalam lubang. Tenaga masukan untuk
komponen elektronika dalah berasal dari aki sedangkan tenaga dorong yang diperlukan untuk
mendorong adalah gaya dorong manusia yang berkisar antara 64 Watt. Dalam pengoperasiannya alat
ini hanya membutuhkan satu orang operator saja.
Pengujian alat tanam ini sebelumnya dilakukan oleh Monayo et al. (2010) pada skala
laboratorium ini dilakukan di bengkel Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB Leuwikopo.
Hasil pengujian skala laboratorium adalah bahwa jarak tanam yang diperoleh setelah pengukuran
ulang adalah 80.5 x 20.3 cm dengan diameter hasil penugalan sebesar 4,9 cm. Hasil keluaran benih
oleh piringan penjatah adalah: keluaran benih dengan jumlah 1 benih perlubang adalah 30 %, 2 benih
perlubang 60%, sedangkan 3 biji perlubang tanam adalah sebesar 10 %. Berdasarkan hasil pengujian
kapasitas lapang alat ini adalah 5.3 jam/ha atau 0.1887 ha/jam.
Alat ini kembali dirancang ulang oleh Wijaya (2011) dengan beberapa perbaikan guna
mendapatkan kualitas penanaman yang lebih baik. Pengujian kinerja alat tanam yang terbaru
dilakukan langsung oleh penulis yang selanjutnya akan dikaji di dalam skripsi ini.
2.6
Alat Tanam Mekanis
Pengertian alat tanam mekanis adalah alat tanam yang memiliki mekanisme kerja otomatis dan
tenaga penggeraknya berasal dari mesin, bukan berasal dari manusia. Manusia hanya berfungsi
sebagai pengendali alat tersebut. Tenaga penggerak alat tanam mekanis adalah traktor.
8
Alat tanam mekanis yang dibahas adalah alat tanam “Grain Seeder” rancangan BBP Mektan.
Alat tanam ini dapat dioperasikan dengan digandeng traktor roda 2 dan traktor roda 4, akan tetapi
hanya akan dibahas penggunaan alat tanam mekanis dengan traktor roda 2 karena kebanyakan luas
lahan pertanian di Indonesia belum membutuhkan traktor roda 4 (Litbang Deptan 2009).
Data hasil uji lapang pengujian mesin menanam dengan penarik traktor roda 2 menunjukkan
masih terdapat missing hill sekitar 5% ditandai dengan jarak tanam meloncat satu jarak tanam.
Pengujian penjatahan biji adalah 50% berjumlah 1 dan 50% berjumlah 2. Kedalaman tanam nilainya
bervariasi antara 2 cm sampai 7 cm. Hasil perhitungan dengan simulasi jarak tanam jagung antar baris
75 cm dan 3 baris alat tanam, maka kapasitas kerja lapang dengan efisiensi lapang 50% adalah 3
jam/ha (Pitoyo 2006). Spesifikasi dan gambar alat tanam mekanis dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Alat tanam mekanis “Grain Seeder” dengan traktor roda 2.
(Sumber : Pitoyo 2006)
Harga 3 baris alat tanam adalah Rp 15.000.000 sedangkan harga traktor roda 2 merk QUICK
G1000 (8.5 Hp) adalah Rp 19.600.000 (Quick Tractor 2011) dengan umur ekonomis alat tanam 4
tahun, traktor 10 tahun. Nilai akhir mesin sebesar 10% dari harga baru. Alat tanam ini dioperasikan
oleh 1 orang operator.
2.7
Evaluasi Alternatif
Metode pendekatan evaluasi alternatif adalah salah satu metode penting yang ada di dalam
ranah ilmu ekonomi teknik (engineering economy). Evaluasi alternatif digunakan untuk mengukur
manfaat dan efisiensi untuk mengambil suatu keputusan dalam suatu investasi. Menurut Young (1993)
alternatif yang dapat dievaluasi adalah alternatif investasi proyek, penggunaan teknologi maupun
kebijakan perusahaan akan suatu proses tertentu. Menurut DeGarmo et al. (1984) pengambilan
keputusan atas beberapa alternatif harus didasarkan pada jumlah investasi modal terendah dan
menghasilkan hasil yang optimum.
Konsep dasar ekonomi teknik dalam evaluasi alternatif menurut Young (1993) adalah nilai
uang terhadap waktu, biaya, dan manfaat. berikut adalah penjelasan mengenai konsep tersebut :
2.7.1
Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi 1986). Guna mengidentifikasi biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaanuntuk suatu proyek dalam proses produksi, maka biaya dapat
dikelompokkan berdasarkan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan.
Biaya dapat dikelompokkan menjadi :
9
a. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya modal yang dikeluarkan untuk membiayai pengadaan
barang modal. Biaya investasi umumnya dikeluarkan di awal usaha dan cukup besar, misalnya,
properti, mesin dan alat, dan peralatan kantor.
b. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah
produksi atau penjualan dalam periode waktu tertentu. contoh biaya tetap adalah gaji, premi
asuransi, bunga pinjaman, perawatan alat dan mesin.
c. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya selaras dengan perkembangan produksi
atau penjualan setiap periode waktu. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, sarana
investasi, bahan pembantu (BBM, spare-part mesin) dan upah tenaga kerja langsung.
2.7.2
Manfaat
Manfaat merupakan sesuatu yang menimbulkan kontribusi terhadap tujuan suatu bisnis.
Manfaat bisa berupa manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung adalah manfaat
yang secara nyata dan langsung dapat dirasakan sebagai akibat bisnis seperti penjualan,
peningkatan produksi, penurunan biaya. Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang secara tidak
langsung ditimbulkan karena adanya suatu bisnis seperti peningkatan kondisi ekonomi, terbukanya
infrastruktur baru dan dukungan kebijakan pemerintah.
2.7.3
Nilai Uang Terhadap Waktu
Nilai uang terhadap waktu adalah konsep yang menjelaskan kecenderungan penurunan nilai
uang seiring dengan berjalannya waktu. Konsep nilai uang terhadap waktu digunakan untuk
memperkirakan nilai uang di masa mendatang yang dianalisis pada masa sekarang maupun
sebaliknya (De Garmo et al. 1984).
a. Interest Rate dan Rate of Return (ROR)
Dijelaskan oleh Blank & Tarquin (2002) bahwa interest rate atau suku bunga adalah
menifestasi dari nilai uang terhadap waktu. Bunga adalah penambahan nominal uang karena
aktivitas investasi yang dilakukan, sedangkan suku bunga adalah persentase nilai uang yang
bertambah akibat aktivitas investasi. Nilai suku bunga digambarkan dalam satuan persen per
bulan atau persen per tahun.
Rate of return (ROR) adalah tingkat pengembalian uang dari suatu aktivitas investasi
dalam jangka waktu tertentu. Nilai ROR berupa persentase penambahan jumlah uang akibat
aktivitas investasi dalam jangka waktu tertentu (Blank & Tarquin 2002). Dalam ranah studi
kelayakan usaha, tingkat pengembalian suatu usaha digambarkan oleh Internal Rate of Return
(IRR) yaitu kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan. Standar nilai IRR yang
dapat dipertimbangkan adalah jika nilai IRR lebih besar dari tingkat pengembalian usaha pada
10
investasi aman yaitu simpanan reguler di bank atau deposito bank. Umumnya standar IRR
yang dapat dipertimbangkan adalah jika nilai IRR lebih besar dari bunga deposito bank.
b. Single Payment Present Worth
Single payment present worth (SPPW) adalah faktor/konstanta nilai uang terhadap
waktu, nilai DR selalu menurun seiring dengan berjalannya waktu. Nilai SPPW didapatkan
dari persamaan 2.1 (De Garmo et al. 1984).
Keterangan : SPPW = Single payment present worth
i
= Tingkat suku bunga (%/tahun)
n
= Periode waktu (tahun)
c. Present Worth
Present Worth (PW) adalah metode untuk menghitung nilai uang di saat sekarang bila
diketahui sejumlah tertentu di masa yang akan datang dalam periode waktu tertentu. Persamaan
nilai uang di masa depan dan di masa sekarang dapat dilihat pada persamaan 2.2 (De Garmo et
al. 1984).
Keterangan : F = Nilai uang di masa mendatang (Rp)
P = Nilai uang di masa sekarang (Rp)
i = Tingkat suku bunga (%/tahun)
n = Periode waktu (tahun)
d. Uniform Series Present Worth
Uniform series present worth (USPW) adalah metode untuk menghitung nilai uang di
masa sekarang bila diketahui sejumlah uang yang jumlahnya sama setiap tahun di masa
mendatang dalam periode waktu tertentu. Persamaan USPWdapat dilihat pada persamaan 2.3
(De Garmo et al. 1984).
Keterangan : A = Nilai uang yang keluar atau masuk jumlahnya sama setiap tahunnya (Rp)
P = Nilai uang di masa sekarang (Rp)
i = Tingkat suku bunga (%/tahun)
n = Periode waktu (tahun)
11
e. Minimum Attractive Rate of Return (MARR)
Menurut Blank & Tarquin (2002) pemilihan alternatif pada analisis ekonomi teknik
menggunakan nilai MARR sebagai nilai suku bunga (i). Nilai MARR digunakan sebagai suku
bunga untuk perhitungan evaluasi alternatif karena nilai MARR sama dengan tingkat
pengembalian (ROR) minimum dari berbagai macam proposal usaha yang dapat
dipertimbangkan, jika digunakan nilai ROR yang lebih tinggi maka akan didapatkan nilai DR
yang rendah yang mengakibatkan nilai uang terhadap waktu yang didapatkan sangat kecil
sehingga hasil dari analisis evaluasi alternatif kurang akurat. Selain itu penentuan nilai MARR
berdasarkan nilai ROR terendah dari proposal usaha yang dapat dipertimbangkan adalah untuk
memastikan bahwa alternatif yang ada harus sesuai dengan kondisi minimum dari suatu
proposal usaha (ROR minimum). Ilustrasi penentuan nilai MARR dapat dilihat pada gambar 5.
Tingkat Pengembalian Usaha (%)
Tingkat pengembalian (ROR) yang
diharapkan dari proposal usaha
Tingkat pengembalian minimum dari
proposal usaha yang dapat
dipertimbangkan
MARR
Tingkat pengembalian pada investasi
aman (bunga deposito, i)
Gambar 5. Nilai MARR relatif terhadap berbagai macam ROR.
(Sumber : Blank & Tarquin 2002)
Konsep dasar ekonomi teknik yang digunakan dalam evaluasi alternatif terkait satu dengan
yang lainnya. Menurut DeGarmo (1984) metode evaluasi alternatif yang paling tepat untuk pemilihan
alternatif teknologi yang digunakan dalam suatu proses usaha yang tingkat manfaatnya relatif setara
adalah metode present worth cost.
Metode present worth cost (PWC) adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi
alternatif untuk suatu proses yang tidak diketahui tingkat manfaatnya. Metode ini digunakan dengan
cara membandingkan alternatif yang memiliki tingkat biaya terendah (least negative). Evaluasi
alternatif dengan metode PWC nantinya akan didapat nilai PWC terendah dari setiap alternatif yang
dievaluasi nilai biayanya. Ilustrasi penghitungan PWC dapat dilihat pada persamaan 2.4.
12
Keterangan : PWC = Present Worth Cost (Rp)
I
= Investasi (Rp)
AD = Annual Disbursement (Rp)
S
= Nilai Sisa (Rp)
Annual disbursement (AD) adalah pengeluaran tahunan yang dikeluarkan oleh suatu usaha.
Pengeluaran tahunan tersebut terlebih dahulu dihitung dengan metode PWAF untuk mengetahui
nilainya di masa sekarang. Nilai sisa adalah nilai akhir dari investasi dalam bentuk arus masuk. Nilai
sisa dari investasi terlebih dahulu dihitung dengan metode DF untuk mengetahui nilainya dimasa
sekarang.
Nilai PWC adalah nilai seluruh uang masuk maupun keluar dari suatu usaha dalam jangka
waktu tertentu. Nilai PWC seluruhnya adalah asumsi nilai uang di masa sekarang, maka nilai uang
yang keluar atau masuk di masa mendatang seluruhnya harus dikonversi ke dalam nilai uang dimasa
sekarang.
13
Download