BAB III PENGAJUAN PERMOHONAN PAILIT PERSONAL

advertisement
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
39
BAB III
PENGAJUAN PERMOHONAN PAILIT PERSONAL GUARANTEE
1. Hukum Acara Kepailitan
1.1. Syarat Pengajuan Permohonan Pailit
Permohonan kepailitan diajukan ke Pengadilan Niaga melalui
Panitera Pengadilan Niaga. Permohonan kepailitan tersebut wajib
diajukan melalui advokat kecuali jika pemohonnya adalah Kejaksaan,
Bank Indonesia, Bapepam, atau Menteri Keuangan.52
Syarat kelengkapan administrasi yang harus dipenuihi dalam
pengajuan kepailitan sesuai dengan formulir yang disediakan oleh
pengadilan niaga adalah antara lain:53
a. Surat permohonan bermaterai dari advokat yang ditujukankepada
Ketua PengadilanNiaga setempat
b. Izin / kartu advokat yang dilegalisir pada kepaniteraan Pengadilan
Niaga setempat
c. Surat kuasa khusus
d. Surat tanda bukti diri / KTP suami/ istri yang masih berlaku (bagi
Debitor perorangan ), akta pendirian dan tanda daftar perusahaan
/TDP yang dilegalisir (bagi Debitor perseroan terbatas), akta
pendaftaran yayasan /asosiasi yang dilegalisir (bagi Debitor yayasan/
partner), surat pendaftaran perusahaan/bank/perusahaan efek yang
dilegalisir (bagi pemohon kejaksaan/ BI/ Bapepam)
e. Surat persetujuan suami /istri (bagi Debitor perorangan), Berita Acara
RUPS tentang permohonan pailit (bagi perseroan terbatas /yayasan/
partner)
52
Hadi Subhan, Op.Cit, h. 119
53
Ibid, h.120
39
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
40
f. Daftar asset dan kewajiban (bagi Debitor perorangan), neraca
keuangan terakhir (bagi perseroan terbatas/yayasan/partner)
g. Nama serta alamat Kreditor dan Debitor
Jika yang mengajukan Kreditor, maka ditambah dengan beberapa
kelengkapan antara lain surat perjanjian utang dan perincian utang
yang tak dibayar .
Sedangkan syarat substantif yang wajib dipenuhi dan dibuktikan di
persidangan yaitu : 54
(1) Adanya Utang
Berdasar pada Pasal 1 angka 6 UU no 37 tahun 2004
“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan
dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun mata
uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul
dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau
undang-undang dan wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak
dipenuhi member hak kepada Kreditor untuk mendapat
pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor”
Secara normatif pemaknaan utang sangat luas, utang yang terjadi
bukan hanya karena perjanjian piutang tetapi juga kewajiban
membayar sejumlah uang yang timbul dari perjanjian lainnya (seperti
perjanjian pemborongan, perjanjian sewa menyewa, dan lain
sebagainya), perundang-undangan (misalnya pajak yang belum
dibayar), maupun putusan hakim yang telah memiliki kekuatan
hukum yang tetap.
(2) Utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih;
Jatuh tempo dapat terjadi karena beberapa hal yaitu55:
54
Skripsi
Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41
a. Jatuh tempo biasa (maturety date), yakni jatuh tempo sebagaimana
yang disepakati bersama anatara Kreditor dan Debitor dalam
perjanjian kredit.
b. Jatuh tempo yang dipercepat (excleration maturety date)
Yakni jatuh tempo yang mendahului jatuh tempo biasa karena
Debitor melanggar isi perjanjian, sehingga penagihannya
diakselerasi
c. Jatuh tempo karena pengenaan sanksi/ denda oleh instansi yang
berwenang
d. Jatuh tempo karena putusan pengadilan atau putusan arbitrase
Pada umumnya dalam perjanjian kredit dimuat secara tegas dan
jelas waktu jatuh temponya dalam perjanjian sehingga Debitor
dapat dipailitkan namun ada yang tidak dimuat jatuh temponya
biasanya menggunakan somasi atau surat teguran sebagai batas
jatuh tempo.
Tidak semua utang dapat ditagih. Utang yang dapat ditagih adalah
utang yang legal yaitu utang yang timbul berdasarkan perjanjian,
undang-undang atau putusan pengadilan, bukan utang yang timbul
secara illegal yaitu utang yang timbul secara melawan hukum
misalnya judi, jual beli narkoba, perdagangan orang (human
trafficking) dan lain sebagainya
(3) Ada dua atau lebih kreditor;
Untuk mengajukan permohonan pailit harus ada dua atau lebih
kreditor dan apabila unsur ini tidak dapat dibuktikan maka
permohonan pailit ditolak. Mengenai sindikasi kreditor, termasuk atas
dua atau lebih Kreditor, hal ini ditegaskan dalam penjelasan Pasal 2
ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU yaitu: bilamana terdapat sindikasi
55
Skripsi
Syamsudin, Op.Cit, h. 91
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
42
kreditor maka masing-masing kreditor adalah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 angka 2 “ yaitu orang yang mempunyai piutang karena
perjnajian
atau
undang-undang
yang
dapat
ditagih
melalui
pengadilan”.
(4) Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang.
Yang disyaratkan oleh Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU
adalah debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak
membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih. Dengan demikian, bisa saja debitor mempunyai harta
yang jauh lebih besar atau lebih banyak dari pada utangnya sehingga
dapat dipailitkan karena tidak mau membayar lunas satu utang.
Syarat ini bersifat komulatif yang artinya syarat ini harus terpenuhi
semua tanpa terkecuali dan dapat dibuktikan di hadapan majelis hakim
apabila salah satu syarat tidak dapat dibuktikan, maka permohonan
ditolak dan Debitor tidak jadi pailit.56
1.2. Proses Permohon Pailit
Dalam hal yang menjadi Debitor adalah guarantor, maka pengajuan
permohonan kepailitan, PKPU, maupun permohonan kasasi harus
diajukan oleh advokad.57 Permohonan pailit tersebut diajukan kepada
Skripsi
56
Syamsudin, Op.cit, h.90
57
Pasal 7 ayat (1) UU no 37 Tahun 2004
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
43
ketua Pengadilan Niaga dalam lingkup peradilan umum.58 Pada awalnya
menurut Pasal 281 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang tentang
Kepailitan menjadi Undang-Undang menetukan bahwa “Pengadilan
Niaga dibentuk pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat”. Setelah
diberlakukannya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 97
Tahun 1999 tentang Pembentukan Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Ujung Pandang, Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri
Surabaya, dan Pengadilan Negeri Semarang dalam Pasal 1 menyebutkan
membentuk Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Ujung Pandang,
Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri Surabaya. Pengaturan ini
juga ada ditegaskan kemabali dalam Pasal 300 UU Kepailitan dan PKPU,
serta dalam Pasal 300 ayat (2) mendelegasikan kewenangan untuk
membentuk Pengadilan Niaga berdasarkan Keputusan Presiden. Dalam
Pasal 2 Keputusan Presiden Republik Indonesia No 97 Tahun 1999
menyebutkan daerah hukum Pengadilan Niaga meliputi:
a. Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Ujung
Pandang meliputi Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, dan Irian Jaya.
b. Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan
meliputi Wilayah Propinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat,
Bengkulu, Jambi, dan Daerah Istimewa Aceh.
58
Skripsi
Pasal 6 ayat (1)
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
44
c. Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya
meliputi Wilayah Propinsi Jawa Timur, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, dan Timor Timur.
d. Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang
meliputi Wilayah Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Sedangkan daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat hanya meliputi daerah Khusus Ibukota Jakarta,
Provinsi Jawa Barat, Provinsi Sumatrea Selatan, Lampung dan Kalimantan
Barat.59
1.3. Proses pembuktian dalam permohonan Pailit
Menurut Subekti, membuktikan adalah meyakinkan hakim tentang
kebenaran dalil-dalli yang dikemukakan dalam suatu persengketaan.60
pada dasarnya esensi pembuktian adalah untuk menentukan hubungan
hukum yang sebenarnya antara para pihak yang berperkara, meliputi
kejadian atau peristiwa-peristiwa serta suatu hak yang didalilkan oleh
para pihak dan menjadi objek perselisihan Pasal 163 HIR.
Untuk membuktikan empat syarat permohonan pailit tidak terlalu
sulit dan kompleks. Artinya salam persidangan, fakta atau keadaan yang
59
Pasal 5 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 1999
60
M.Widhijanto, Penolakan Permohonan Kepailitan Debitor yang Telah Memenuhi
Syarat Pailit, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, h.43, Sebagaimana mengutip
Subekti, Hukum Acara Perdata, Bina Citra, Bandung, 1989, h.78
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
45
menjadi syarat permohonan pailit telah terpenuhi, maka permohonan
pailit harus dikabulkan dan debitor dinyatakan pailit. 61
Sistem pembuktian dalam hukum pailit diatur dalam Pasal 8 ayat
(4) UU Kepailitan dan PKPU:
“permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta
atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk
dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah
terpenuhi”
Yang dimaksud dengan fakta atau keadaan yang terbukti secara
sederhana sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 ayat (1) adalah adanya
fakta dua atau lebih kreditor dan utang yang telah jatuh tempo dan belum
dibayar. keadaan tidak mampu atau tidak mau membayar apabila secara
sederhana dapat dibuktikan hal tersebut terjadi.
1.4. Pernyataan Pailit Serta Akibatnya
UU Kepailitan dan PKPU mengatur didalam Pasal 1 ayat (1)
bahwa kepailitan adalah
“Sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan
dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan
hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”
61
Skripsi
Syamsudin, op.cit, h. 98
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
46
sedangkan dalam Pasal 21 UU Kepailitan dan PKPU dinyatakan
bahwa kepailitan meliputi “seluruh kekayaan debitor pada saat putusan
pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama
kepailitan”.
Didalam Pasal 24 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU diatur bahwa
Debitor “demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan
mengurus kekayaanya yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal
putusan pernyataan pailit diucapkan”.
Tentang akibat pernyataan pailit, Fred.B.G.Tumbuan berpendapat
bahwa sebagaimana ditetapkan dalam UU Kepailitan dan PKPU,
kepailitan meliputi seluruh kekayaan milik debitor pada saat putusan
pernyataan pailit ditetapkan dan juga mencakup semua kekayaan yang
diperoleh Debitor selama berlangsungnya kepailitan, semisal hibah
atau warisan. Kekayaan adalah semua barang dan hak atas benda yang
dapat diuangkan.62
Sekalipun debitor tidak kehilangan kecakapanya untuk melakukan
perbuatan hukum, namun perbuatan-perbutannya tidak mempunyai
akibat hukum atas kekayaan yang tercakup dalam kepailitan. Kalupun
perbuatan debitor melanggar ketentuan tersebut, maka perbuatannya
tidak mengikat kekayaan tersebut, kecuali perikatan tersebut
mendatangkan keuntungan bagi budel pailit.63
62
63
Skripsi
Arwakhudin, Op.Cit, h. 23
Ibid, h. 23
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
47
Berdasarkan UU Kepailitan dan PKPU terdapat 12 akibat hukum
kepailitan yang dapat diterapkan:64
1. Akibat terhadap harta kekayaan
Berdasar pada Pasal 21 dimana dinyatakan bahwa
kepailitan meliputi semua harta kekayaan debitor pada saat
putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala segala
sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Yang oleh Pasal
24 ayat (1) ketentuan ini diperinci dimana debitor demi
hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus
kekayaannya sejak tanggal putusan pailit diucapkan yang
dihitung sejak pukul 00.00. Dari kedua Pasal yang ada
tersebut dapat kita simpulkan bahwa yang menjadi obyek
permohonan pelunasan utang adalah terhadap harta
kekayaan debitor bukan diri debitor. Kepailitan suami atau
istri yang kawin dalam suatu persatuan harta, diperlakukan
sebagai kepailitan persatuan harta tersebut.
Harta pailit harus dan dikuasai kurator untuk kepentingan
semua para kreditor dan debitor. Hakim pengawas
memimpin dan mengawasi pelaksanaan jalannya kepailitan
2. Akibat Terhadap Trasfer Dana:
Berdasar pada Pasal 24 ayat 3 jo penjelasan pasal ini
ditegaskan bahwa, Ketika putusan pernyataan pailit
diucapkan telah dilaksanakan transfer dana melalui bank
atau lembaga selain bank pada tanggal putusan tersebut
maka transfer tersebut wajib diteruskan. Untuk transfer
dana melalui bank disini perlu dikecualikan untuk
menjamin kelancaran dan kepastian sistem transfer melalui
bank. Hal ini juga berlaku utuk transaksi efek sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 24 (4) Jo penjelasannya, dimana
dalam hal putusan pernyataan pailit diucapkan telah
dilaksanakan transaksi efek di bursa efek, maka transaksi
tersebut wajib diselesaikan. Untuk penyelesaian transaksi
efek di bursa efek dapat dilaksanakan dengan cara
penyelesaian pembukuan atau cara lain sesuai dangan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
3. Akibat terhadap perikatan debitor sesudah ada putusan
pailit
64
Ilham Akbar, Kepailitan Pada Perusahaan Join Operation, Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Airlangga, 2008, h.43
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
48
Pasal 25 menegaskan bahwa segala akibat dari perikatan
yang dilakukan atau dibuat oleh debitor sesudah adanya
putusan pailit tidak lagi dapat dibayar dengan harta pailit
kecuali apabila perikatan tersebut menguntungkan harta
pailit. Perikatan selama kepailitan yang dilakukan Debitor,
apabila perikatan tersebut menguntungkan bisa diteruskan ,
namun apabila perikatan tersebut merugikan, maka
kerugian sepenuhnya ditanggung oleh debitor secara
pribadi atau perikatan tersebut dapat dimintakan
pembatalan.
Dalam hukum perdata yakni sebagaimana diatur dalam
Pasal 1341 BW jo Pasal 41, segala perbuatan debitor yang
dilakukan sebelum dinyatakan pailit, apabila dapat
dibuktikan bahwa perbuatan tersebut secara sadar dilakukan
debitor untuk merugikan kreditor, maka dapat dibatalkan
oleh kurator atau kreditor (action pauliana).
4. Akibat terhadap hukuman kepada debitor :
Penghukuman yang diakibatkan dari tuntutan yang
diterusakan dari atau oleh kurator sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal 26 ayat (1) kepada debitor pailit, penghukuman
tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap harta
pailit sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 26 ayat (2)
5. Akibat hukum terhadap tuntutan atas harta pailit :
Untuk dapat memperoleh pemenuhan perikatan dari harta
pailit yang ditunjukkan oleh debitor pailit, tuntutan hanya
dapat diajukan dengan mendaftarkannya untuk dicocokkan
selama berlangsungnya kepailitan (Pasal 27)
6. Akibat hukum terhadap eksekusi (pelaksanaan putusan
hakim)
Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 31 ayat (1) dan ayat
(2), putusan pernyataan pailit berakibat bahwa segala
penetapan pelaksanan Pengadilan terhadap setiap bagian
dari kekayaan debitor yang telah dimulai sebelum
kepailitan, harus dihentikan seketika dan sejak itu tidak ada
suatu putusan yang dapat dilaksanakan termasuk atau juga
dengan menyandera debitor. Semua yang telah dilakukan
menjadi hapus dan jika diperlukan hakim pengawas harus
memerintahkan pencoretannya. Dari ketentuan tersebut
dapat di simpulkan bahwa sesuadah ada pernyataan putusan
pailit, sita pelaksanaan (eksekutor beslag), sita jaminan
(conservatoir beslag) menjadi hapus, apabila sudah mulai
kegiatan tersebut harus segera dihentikan. Yang dihapuskan
disini adalah sitaan eksekutor, dan konsenvator, tapi sitaan
revindikator dan gadai tidak hapus.
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
49
7. Akibat kepailitan terhadap penyanderaan
Penyaderaan adalah tindakan penahanan terhadap debitor
agar mau melunasi utangnya. Dengan dasar pemikiran
apabila debitor ditahan kemungkinan sanak keluarganya
akan berusaha untuk mengeluarkannya dari penyanderaan
dengan mengumpulkan uang untuk membayar utang
debitor tersebut. Berkaitan dengan ketentuan dalam Pasal
31 ayat (3) menyebutkan bahwa dengan tidak mengurangi
berklakunya ketentuan Pasal 93 debitor yang dalam
penahanan harus dilepaskan seketika setelah putusan
pernyataan pailit diucapkan. Berkaitan dengan sandera,
pernah terbit surat edaran MA no 2 tahun 1964 yang
menginstruksikan para hakim untuk tidak menggunakan
lagi peraturan2 mengenai sandera. Namun oleh undangundang ini dimunculkan kembali.
8. Akibat kepailitan terhadap uang paksa (Dwangsom)
Dalam ketentuan Pasal 32 dinyatakan secara tegas bahwa
selama kepailitan debitor tidak dikenakan uang paksa.
Dimana dalam penjelasan Pasal ini menegaskan bahwa
uang paksa disini juga termasuk uang paksa yang
dikenakan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
Sehingga apabila ada uang paksa yang diminta ke debitor
maka uang itu haruslah dikembalikan kepada debitor.
9. Akibat kepailitan terhadap perjanjian timbal balik
Bahwa aka nada kemungkinan debitor sebelum pernyataan
pailit melakukan perjanjian timbal balik dgn pihak lain.
Berdasarkan Pasal 36 maka Ketika ada sebuah perjanjian
timbal balik yang belum atau baru sebagian dipenuhi pada
saat putusan pernyataan pailit diucapkan, yang melakukan
perjanjian dengan debitor pailit dapat meminta kepastian
kepada kurator terkait kelanjutan pelaksanaan perjanjian.
10. Akibat kepailitan terhadap perjanjian sewa menyewa
Pasal 38 dalam hal debitor telah menyewa suatu benda,
maka baik kurator maupun pihak yang menyewakan benda
dapat menghentikan perjanjian sewa, dengan syarat
pemberitahuan penghentian dilakukan sebelum berakhirnya
perjanjian sesuai dengan adat kebiasaan setempat. Namun
perjanjian tidak dapat diberhentikan ketika uang sewa telah
dibayar dimuka. Sejak tanggal putusan pailit di ucapkan
maka upah terutang sebelum maupun sesudah putusan
pernyataan pailit diucapkan merupakan utang harta pailit.
11. Akibat kepailitan terhadap perjanjian kerja
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
50
Beradasar pada ketentuan Pasal 39 ayat (2) dimana Sejak
tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan upah yang
tertuang sebelum maupun sesuadah putusan pernyataan
pailit diucapkan merupakan utang harta pailit. Yang
dimaksud dengan upah adalah hak pekerja yang diterima
dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pemberi kerja kepada pekerja atas suatau pekerjaan atau
jasa yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan, dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan,
atau peraturan perundang-undangan, termasuk juga
tunjangan bagi pekerja dan keluarga.
12. Akibat kepailitan terhadap harta warisan
Untuk harta warisan berdasar pada Pasal 40 yang didapat
selama kepailitan oleh kurator tidak boleh diminta kecuali
menguntungkan harta pailit dan untuk menerima suatu
warisan kurator memerlukan izin dari hakim pengawas.
Sedangkan Hibah dapat dibzatalkan sepanjang merugikan
harta pailit (boedel pailit). Misalnya penghibahan 40 hari
menjelang kepailitan dianggap dibuat untuk merugikan para
kreditor.
2. Jenis-jenis Pengajuan Pailit terhadap Pihak Pemberi Personal Guarantee
(Guarantor)
Menurut Syamsudin jenis pengajuan atau permohonan pailit ada dua jenis
yaitu pailit murni dan pailit tidak murni.65 Debitor yang mengajukan
permohonan pailit bagi dirinya disebut permohonan pailit murni, dimana
dalam hal ini tidak ada pihak lawan yang ditarik sebagai termohon, yang ada
hanya Debitor sebagai pemohon. Biasanya Debitor mengambil tindakan ini
dengan alasan dirinya atau kegiatan usahanya tidak lagi mampu melaksanakan
kewajiban-kewajiban. Sedangkan permohonan pailit tidak murni adalah ketika
permohonan pailit diajukan oleh kreditor sebagai pemohon melawan Debitor
65
Skripsi
Syamsudin, Op.Cit, h. 102
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
51
sebagai termohon. Sehingga disini ada dua pihak yaitu pemohon dan
termohon.
Apabila melihat kembali
hak dan kewajiban guarantor, maka dapat
ditarik posisi bahwa dalam perkara pengajuan kepailitan konsep posisi
guarantor ada tiga yaitu pertama, debitor ditagih terlebih dahulu kemudian
guarantor dapat ditagih ketika harta debitor tidak mencukupi untuk
pembayaran. debitor ditagih terlebih dahulu ini adalah sesuatu yang wajib
dilakukan sebelum memailitkan guarantor, sehingga permohonan pailit
diajukan terlebih dahulu kepada debitor lalu ketika harta debitor tidak
mencukupi maka kreditor dapat mengajukan pailit lagi kepada guarantor.
Pengajuan kepailitannya berbeda namun terhadap utang yang sama. hal ini
terjadi apabila si guarantor tetap pada posisi memegang hak istimewa
berdasarkan BW
Harta debitor tidak cukup
Debitor
Kreditor
Permohonan pailit
guarantor
permohonana pailit
Yang kedua adalah kreditor langsung mengajukan permohonan pailit
kepada guarantor tanpa harus mengajukan permohonan pailit terlebih dahulu
kepada debitor, hal ini terjadi karena guarantor telah melepaskan hak
istimewanya sebagaimana diatur dalam BW yaitu untuk dapat ditagih
pelunasan utang setelah debitor di tagih terlebih dahulu.
Kreditor
guarantor
Permohonan Pailit
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
52
Ketiga adalah permohonan pailit diajukan oleh kreditor terhadap debitor
dan guarantor secara bersamaan. Hal ini yang lazim digunakan oleh kreditor
dalam pengajuan permohonan pailit. ketika kreditor memohonkan pailit secara
bersama maka harus disadari bahwa guarantor telah melepaskan hak
istimewanya. Namun apabila hak istimewa ini masih melekat pada guarantor
maka prosesnya adalah harta debitor terlebih dahulu disita untuk pelunasan
utang, ketika harta debitor tidak cukup baru mengambil harta guarantor,
dalam hal ini guarantor dapat dimintai pertanggung jawaban tanpa harus
memailitkan guarantor kecuali guarantor pula tidak ada itikad baik untuk
mau membayar. namun ketika hak istimewa tersebut dilepas oleh guarantor
maka guarantor bisa langsunng bertanggung jawab atas kewajiban
pembayaranan terhadap utang debitor.
Debitor
Kreditor
Permohonan pailit
Melepaskan H. istimewa
guarantor
Untuk seorang guarantor yang statusnya telah melepaskan hak
istimewanya merasa dirinya tidak sanggup untuk melakukan kewajibannya
maka dia dapat mengajukan kepailitan untuk dirinya sendiri, dengan syarat
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
53
bahwa dirinya memenuhi syarat mutlak kepailitan yaitu adanya utang yang tak
terbayar dan memiliki 2 kreditor atau lebih.
Dengan belum adanya pengaturan secara spesifik mengenai kedudukan
guarantor, tipe kedua dan ketiga ini yang sering dijadikan permainan oleh
para debitor untuk memperoleh keutungan. Dengan membuat guarantor
melepaskan hak istimewanya, kreditor akan bekerjasama dengan debitor untuk
mengambil keuntungan terhadap guarantor.
3. Praktek di Pengadilan tentang Personal Guarantee
3.1. Kasus Kepailitan Sindu Dharmali melawan PT. Orix Indonesia
Finance
PT. Palu Raya sebagai debitor melakukan penandatanganan 8
perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa perlatan
mesin kepada PT. Orix Indonesia finance (kreditor) dengan rentang
waktu antara tanggal 09 Juni 2006-26 Mei 2008 dengan total tagihan
Rp.12,6 milyar dan menyertakan perjanjian penanggungan atau
Personal Guarantee oleh Sindu Dharmali (Direksi Pt. Palu Raya).
Sindu Dharmali sebagai personal guarantor dalam perjanjiannya telah
melepaskan hak istimewa yang diberikan oleh undang-undang yakni
sebgaimana diatur dalam Pasal 1831, 1837, 1430, 1848, 1849, 1850
BW. Sebelum Permohonan ini debitor telah dinyatakan pailit oleh
Pengadilan berdasar Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
54
Negeri Semarang Nomor.05 /PKPU /2010 /PN.Niaga.Smg
jo
Nomor.15 /pailit /2010 /PN.Niaga /Smg pada tanggal 10 februari 2010,
sehingga berdasarkan putusan tersebut terbukti lalainya debitor dalam
melakukan pembayaran utang yang kemudian kreditor menagihnya ke
guarantor. Kreditor dalam daftar pembagian hasil penjualan harta
pailit (9 Maret 2012) tidak masuk dalam daftar sehingga tidak
mendapatkan pelunasan piutangnya, alasannya tidak mengikuti voting
PKPU tetap dan dalam pembagian harta debitor. Kreditor yang tidak
ikut serta dalam verifikasi sebagai kreditor dari debitor pailit dan tidak
melakukan pencocokan utang kepada kurator. Kreditor memberikan
surat peringatan pembayaran tanggal 27 Februari 2012 namun kepada
guarantor namun oleh guarantor tidak ditanggapi. Guarantor pada
saat putusan diajukan juga mempunyai utang di PT.Bank CIMB Niaga
(kreditor lain).
Terhadap kasus tersebut pengadilan niaga dalam putusannya Nomor.
04/PAILIT/2012/PN.Niaga.smg tanggal 13 Juni 2012 menyatakan
mengabulkan permohonan pemohon dan menyatakan Sindu Dharmali
dalam keadaan pailit. Dasar Pertimbangan Hukumnya adalah bahwa
Sindu dahrmali dalam kedudukannya sebagai Guarantor berkewajiban
melakukan pembayaran terhadap subjek hukum yang ditanggungnya
dan memenuhi syarat kepailitan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 UU
Kepailitan dan PKPU.
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
55
Terhadap putusan Pengadilan Niaga Tersebut, sindu Dharmali
mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Majelis hakim kasasi dalam
putusannya Nomor 570 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 24 Oktober 2012
menyatakan menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi adapun
pertimbangan hukumnya bahwa Pengadilan Niaga tidak salah
menerapkan hukum, walaupun PT. Palu Raya dalam pailit telah
melakukan pemberesan tetapi masih kurang, karena itu termohon pailit
(Sindu Dharmali) sebagai guarantor harus melunasi sisa utang dari
PT.Palu Raya, selain itu, alasan-alasan tersebut mengenai penilaian
hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan.
Hal tersebut tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan tingkat
kasasi, karena pemeriksaan pada tingkat kasasi hanya berkenaan
dengan adanya kesalahan penerapan hokum. Adanya pelanggaran
hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat
yang
diwajibkan
dalam
peraturan
perundang-undangan,
yang
mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan,
atau apabila pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas
wewenangnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 UndangUndang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
Analisa Putusan, hukum yang dibangun oleh majelis hakim adalah
kreditor dapat langsung meminta permohonan pailit kepada guarantor
tanpa ikut dalam permohonan pailit dari debitor yang telah diputuskan
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
56
sebelumnya. Hal ini berdasar bahwa guarantor telah melepaskan hak
istimewa yang diberikan oleh undang-undang kepadanya. Dalam hal
ini pemikiran penulis sejalan dengan putusan yang diambil oleh
majelis hakim karena hakim berpegang pada syarat substantif dari
kepailitan yaitu adanya utang yang belum terpenuhi dan Guarantor
memiliki 2 kreditor dan dibuktikan secara sederhana.
Bahwa melihat keberatan guarantor yang tidak dipertimbangkan oleh
hakim dimana kreditor sebelumnya telah mengambil peralatan yang
ada di debitor dan menjualnya tanpa sepengatahuan kurator adalah
tepat karena alat tersebut tetap merupakan kepemilikan kreditor,
kreditor hanya meminjamkannya kepada debitor melalui perjanjian
sewa guna usaha dengan hak opsi. Guarantor tidak menunjukkan bukti
apapun tentang pengalihan kepemilikan dari alat tersebut sehingga alat
tersebut bukan termasuk harta kekayaan debitor. Mengabaikan pula
bentuk utang yang dimaksud oleh Guarantor dimana utang
menurutnya adalah bentuk utang-piutang padahal utang dalam arti luas
sebagaimana diatur dalam Pasal 1234 BW adalah juga termasuk
kewajiban memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, tidak berbuat sesuatu.
Dalam kasus ini utang termasuk kedalam kategori memberikan sesuatu
yaitu sejumlah biaya sewa terhadap alat yang dipinjam debitor. Posisi
kreditor pemegang personal guarantee sangat diutungkan dalam posisi
kepailitan karena apabila kreditor tidak ikut dalam pemberesan harta
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
57
pailit dari debitor maka dia masi tetap punya hak pelunasan kepada
Guarantor atau kreditor.
3.2 Kasus kepailitan antara PT. Bank Internasional Indonesia Tbk
melawan Hasan Optek Dkk
PT. Bank Internasional Indonesia Tbk
pemohon)
(kreditor juga sebagai
telah menandatangani perjanjian Kredit dengan PT
Sekawan Bhakti Intiland (debitor) pada 30 Mei 1995 sebesar USD
2.499.625 dari total pinjaman USD 20.000.000 dari para kreditor
sindikasi yaitu Bank of China, PT BDS Buana Tat Lee Bank, PT.
Modern Bank, PT. Bank Indonesia Raya, PT Lippo Bank, PT. Bank
PDECI, PT. Bank Tamara, PT. Bank Bahari, dan PT. Asia Pasific.
Debitor menyertakan Personal Guarantee dalam perjanjian tersebut
yaitu dari Hasan Optek, Pek Tek Beng, Soebijono, dan corporate
guarantee yaitu PT.Seruni Suarabaya sebagai perjanjian tambahan.
dalam
perjanjiannya
para
guarantor
telah
melepaskan
hak
istimewanya sebagaimana diberikan oleh undang-undang. Pada
tanggal 19 maret 1998 untuk utang USD 1.062.550, 19 September
1998 untuk utang USD 1.312.500, dan 19 Maret 1999 untuk utang
USD 124.625 telah jatuh tempo. Tidak ada pengalihan utang dari PT
Bank Internasional Indonesia kepada Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN).66
Padahal PT Bank Internasional Indonesia
66
Pasal 13 Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1999 Tentang Badan Penyehatan
Perbankan Nasional.
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
58
termasuk dalam program rekapitulasi bank Umum yang berkewajiban
mengalihkan secara hukum seluruh kredit /asset pemohon kepada
BPPN dan penyelesaian utang debitor ditangani oleh BPPN. Para
Guarantor dan debitor setelah jatuh tempo tidak membayar utangutangnya atau wanprestasi.
Dalam putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat nomor 40/
pailit/1999/PN.Niaga/jkt.Pst menyatakan dalam pertimbangannya
bahwa debitor PT Sekawan Bhakti Intiland dan bersama guarantor
memiliki utang yang terbukti belum terbayar. Hakim mengartikan
bahwa adanya perjanjian kredit sindikasi memenuhi unsur 2 atau lebih
kreditor. Sehingga dalam putusannya baik debitor maupun guarantor
dinyatakan pailit.
Dalam putusan Mahkamah Agung No 25/K/N/1999 menyatakan
dalam pertimbangannya bahwa judex facti salah menerapkan hukum
tentang peran agen dalam pemberian kredit sindikasi dengan
pertimbangan dalam perjanjian kredit tersebut ditegaskan bahwa para
kreditor (lender) telah menunjuk agen untuk dan atas nama kreditor.
Dan ditentukan pula bahwa agen untuk melakukan tindakan hukum
harus mendapat persetujuan mayority lender untuk mencegah
terjadinya Tirany Minority yaitu satu anggota melakukan tindakan
hukum dan yang lain tidak menyetujuinya. sehingga Mahkamah
Agung dalam putusannya menyatakan membatalkan putusan PN dan
menolak permohonan pailit.
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
59
Analisis:
karena
penanggung
atau
Guarantor
telah
melepaskan
hak
istimewanya maka tepat kontruksi yang dibangun oleh hakim dengan
menerima permohonan pailit untuk guarantor tanpa adanya
permohonan pailit terlebih dahulu kepada debitor. Namun untuk
pendapat terkait perjanjian kredit sindikasi penulis tidak sepakat.
Perjanjian Kredit sindikasi termasuk kedalam unsur 2 kreditor atau
lebih karena dari perjanjian sindikasi tersebut banyak bank yang
dilibatkan dan memberikan nominal utang yang terpisah dan berdiri
sendiri sehingga setiap kreditor sindikasi berhak untuk melindungi
dan melaksanakan sendiri hak-haknya yang lahir dari perjanjian kredit
tersebut serta mempunya hak untuk menagih secara langsung kepada
debitor dan guarantornya. Hal ini sebagaimana tertuang dalam
penjelasan Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 1 angka 2 UU Kepailitan dan
PKPU. Mahkamah Agung keliru memaknai peran agen dalam kasus
ini. Agen hanya sebagai penghubung atau perantara antara kreditor
anggota sindikasi dengan debitor. Agen bukanlah pihak dalam
perjanjian kredit dan tidak berwenang untuk membatasi hak kreditor
untuk mengajukan permohonan pailit.
3.3 Kasus BPPN melawan PT. Ilmu intiswadaya
PT. Ilmu Intiswadaya (Debitor juga sebagai termohon pailit I) telah
mendapatkan fasilitas kredit berjangka sejumlah Rp. 1.000.000.000
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
60
(satu milyar rupiah) dari PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, tanggal
28 Mei 1993 sampai dengan 27 Juli 1993. Namun karena debitor
masih membutuhkan tambahan modal kerja maka perjanjian tersebut
diperpanjang hingga dua kali sebelum mengajukan perubahan
pembayaran yang semula kredit berjangka menjadi kredit angsuran
berjangka dan juga memperpanjang jangka waktu pengembalian
sampai dengan 27 Februari 1997. Pada tanggal 13 Oktober 1994
dilakukan lagi perubahan perjanjian jenis fasilitas kredit dari kredit
angsuran berjangka menjadi kredit berjangka dan merubah jangka
waktu pengembaliannya yaitu sampai dengan 12 oktober 1995 Untuk
kepastian jaminan guna ketertiban pembayaran lunas utangnya debitor
memberikan jaminan antara lain:
a. Personal Guarantee dari Linda Januarita Tani sebagaimana
termuat dalam akta jaminan Nomor.248 tanggal 28 Mei 1993
b. Corporate Guarantee dari PT. Optimal Teknindo Internasional
sebagaimana termuat dalam akta pemberian jaminan borg
Nomor.247 tanggal 28 Mei 1993
e. Tanggal 15 April 1999 PT. Bank Danamon membuat perjanjian
pengalihan utang dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
/BPPN (Kreditor), yang kemudian oleh BPPN diberikan somasi
namun baik debitor maupun guarantor tidak menghiraukan somasi
tersebut.
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
61
f. Akibat dari wanprestasi dan keadaan berhenti membayar berdasarkan
utang pokok dan fasilitas-fasilitas kredit yang diberikan maka jumlah
keseluruhan kewajiban per tanggal 31 Agustus 2000 adalah sejumlah
Rp. 3. 417.323.856,74 (tiga milyar empat ratus tujuh belas juta tiga
ratus dua puluh tiga ribu delapan ratus lima puluh enam rupiah koma
tujuh puluh empat sen)
g. Debitor juga mempunyai utang lain selain pada PT. Bank Danamon
yaitu pada PT. Bank Mandiri, PT. Bank Lippo Bank berdasarkan akta
perjanjian kredit investasi nomor 110 tanggal 23 September 1993
Dalam permohonannya kreditor memohon kepada Majelis hakim
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri untuk memailitkan debitor,
Linda sebagai Personal Guarantee, dan PT. Optimal Teknindo
Internasional sebagai Corporate Guarantee.
Atas permohonan pailit tersebut Pengadilan Niaga dalam Putusannya
Nomor. 79/ Pailit/ 2000/ PN.Niaga/Jkt.Pst. tanggal 18 Desember 2000
memutuskan bahwa debitor yaitu PT. Ilmu Intiswadaya dalam keadaan
pailit sedangkan untuk pailitnya Personal Guarantee maupun corporate
guarantee tidak dikabulkan karena dengan pertimbangan bahwa personal
maupun corporate guarantee tidak memenuhi unsur yang tertuang dalam
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang nomor 4 Tahun 1998 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
62
tentang Perubahan Atas Undang-Undang tentang kepailitan menjadi
Undang-Undang yaitu adanya minimal dua kreditor tidak terpenuhi.
Kreditor (BPPN) kemudian mengajukan permohonan kasasi. Majelis
hakim kasasi dalam putusannya Nomor 04K/N/2001 memutuskan
mengabulkan permohonan kreditor sebagian yaitu para guarantor
dinyatakan pailit dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 18 Desember 2000 Nomor
79/Pailit/2000/PN.Niaga/Jkt.Pst. dengan pertimbangan Kreditor telah
menunjukkan bukti bahwa judex factie telah salah menerapkan fakta-fakta
hukum mengenai pembuktian adanya unsur memiliki 2 kreditor atau lebih
terhadap para guarantor.
Analisis:
Putusan majelis hakim Mahkamah Agung menurut penulis telah tepat
karena apabila dilihat secara seksama bukti yang diajukan oleh kreditor
yaitu akta perjanjian kredit investasi Nomor 110, dengan jelas dan tegas
dinyatakan dalam halaman 12 huruf (h) dan (i) bahwa untuk menjamin
pembayaran yang tepat waktu kepada kreditor sindikasi maka PT.Ilmu
Intiswadaya sebagai Debitor telah memberikan jaminan berupa personal
guarantee dari Linda Januarita Tani dan corporate guarantee dari
perseroan terbatas PT. Optimal Teknindo Internasional, sehingga para
guarantor ini telah memenuhi unsur adanya minimal dua kreditor
sehingga mereka pula dapat dimononkan pailit. Sanggahan yang diajukan
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
63
Debitor juga sudah tepat terhadap statusnya dimana dalam perjanjian
antara debitor PT.Ilmu Intiswadaya dengan PT. Bank Danamon dalam
akta notaris Nomor 248 serta akta Notaris Nomor 247, karena para
guarantor telah melepaskan hak istimewa yang diberikan kepadanya
antara lain yang termaktub dalam Pasal 1430, 1831, 1837,1843 dan 1847
sampai dengan 1849 BW.
Skripsi
KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE
AYU REZHITA SANTOSO
Download