Kasus Ahmadiyah Merupakan Satu Fenomena Komunikasi Antar

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Komunikasi Interpersonal
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Adver & Marcomm
Tatap Muka
Kode MK
Disusun Oleh
03
43015
Gadis Octory, S.Ikom, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Pembahasan pada makalah ini
Meliputi pengertian Intercultural
Communication, Pemahaman konflik,
Dan Teknik negosiasi
Dari materi makalah ini diharapkan
dapat memberikan pehaman tentang
Intercultural Communication,
Pemahaman konflik dan Teknik
Negosiasi
Pembahasan
Intercultural Communication atau Komunikasi Antar Budaya merupakan komunikasi
suatu kelompok masyarakat yang komunikasinya dapat dikelompokan dari berbagai Budaya,
Agama, Etnis, Wilayah, dan Lingkungan. Terjadinya kontak pertemuan atau komunikasi
antara individu ke individu dengan latar belakan kebudayaan yang berlainan, maka disitulah
sebenarnya Komunikasi Antar Budaya sedang berlangsung. Namun sekarang ini, sejalan
dengan kemajuan teknologi komunikasi keadaan tersebut telah berubah karena dunia saat
ini dipenuhi oleh masyarakat manusia yang bersifat mobile dan dinamis, siap untuk
menghadapi situasi-situasi baru dalam konteks apapun dan berjumpa. Dengan partnerpartner komunikasi yang sama sekali belum pernah dikenal maupun terbayangkan
sebelumnya. Persoalan-persoalan yarig dihadapi dalam Komunikasi Antar Budaya
pun
semakin kompleks dan luas, tidak hanya menyangkut nilai-nilai budaya saja, tetapi juga
aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, teknologi dan berbagai aspek lainnya.
I.
Pengertian Intercultural Communication (Komunikasi Antar Budaya)
Perbedaan latar belakang pengalaman yang relatif besar antara para komunikator
yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan kebudayaan. Sebagai asumsi dasar adalah
bahwa di antara individu-individu dengan kebudayaan yang sama umumnya terdapat
kesamaan (homogenitas) yang lebih besar dalam hal latar belakang pengalaman secara
keseluruhan dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kebudayaan berlainan.
Perbedaan-perbedaan kebudayaan antara para pelaku komunikasi ini serta
perbedaan perbedaan lainnya, seperti kepribadian individu, umur, penampilan fisik, menjadi
permasalahan yang inheren dalam proses komunikasi manusia dengan sifatnya yang
demikian. Komunikasi Antar Budaya bisa dianggap merupakan perluasan dari bidang-bidang
studi komunikasi manusia, seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi organisasi dan lainlain atau dengan kata lain, Komunikasi Antar Budaya bisa terdapat dalam semuanya.
Selama masa perkembangan Komunikasi Antar Budaya, telah banyak para ahli yang
mencoba untuk mendefinisikannya. Di bawah ini dikutipkan beberapa di antaranya:
2016
2
Interpersonal Communication Skill
Gadis Octory,S.Ikom.,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

"Intercultural communication ... the art of understanding and being understood by
the audience of another culture." (Sitaram, 1970). (Komunikasi antar budaya adalah
seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaan lain).

"Communication
is
cultural
when
occurring
between
peoples
of
differentculture." (Rich, 1974). (Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi di antara
orang-orang yang berbeda kebudayaannya).

"Intercultural communication … communication which occurs under condition of
cultural difference-language, values, costumes, and habits." (Stewart, 1974).
(Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang
menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan).
Dari semua definisi tersebut, tampak jelas penekanannya pada perbedaan
kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi.
Walaupun Komunikasi Antar Budaya mengakui dan mengurusi permasalahan tentang
persamaan-persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antara pelakupelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya adalah pada proses komunikasi antara
individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan, yang mencoba untuk
berinteraksi. Maka dimana konsep terpenting disini, yakni : Kontak dan komunikasi
merupakan ciri yang membedakan Komunikasi Antar Budaya dari studi-studi antropologi
dan psikolg lintas budaya yang berupaya mendeskripsikan kebudayaan-kebudayaan antar
budaya. Ada beberapa unsur budaya dalam Komunikasi Antar Budaya yaitu:
1. Persepsi
Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan
mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Secara umum dipercaya bahwa
orang berperilaku sedemikian rupa sebagai hasil dari cara mereka mempersepsikan dunia
yang sedemikian rupa pula. Perilaku ini dipelajari sebagai bagian dari pengalaman budaya
mereka (Porter dan Samovar, dalam Mulyana dan Rakhmat, 1993:27). Masyarakat Timur
pada umumnya adalah masyarakat kolektivitis. Dalam budaya kolektivitis, diri (self) tidak
bersifat unik atau otonom, melainkan lebur dalam kelompok (keluarga, klan, kelompok
2016
3
Interpersonal Communication Skill
Gadis Octory,S.Ikom.,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kerja, suku, bangsa, dan sebagainya), sementara diri dalam budaya individualis (Barat)
bersifat otonom. Akan tetapi suatu budaya sebenarnya dapat saja memiliki kecenderungan
individualis dan kolektivitis, hanya saja seperti orientasi kegiatan, salah satu biasanya lebih
menonjol.
2. Proses nonverbal
Proses-proses nonverbal merupakan alat utama untuk bertukar pikiran dan gagasan,
namun proses ini sering diganti dengan proses nonverbal, yang biasanya dilakukan melalui
gerak isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, dan lain-lain. Lambang-lambang tersebut
dan respon-respon yang ditimbulkannya merupakan bagian dari pengalaman budaya.
Budaya mempengaruhi kita dalam mengirim, menerima dan merespon lambang-lambang
tersebut.
3. Proses Verbal
Proses verbal tidak hanya meliputi bagaimana berbicara dengan orang lain, namun juga
kegiatan-kegiatan internal berpikir dan pengembangan makna bagi kata0kata yang
digunakan. Proses-proses ini secara vital berhubungan dengan proses pemberian makna
saat melakukan komunikasi antarbudaya:
a. Bahasa Verbal Bahasa merupakan alat utama yang digunakan oleh budaya untuk
menyalurkan kepercayaan, nilai dan norma. Bahasa merupakan alat bagi orangorang untuk
berinteraksi dengan orang lain dan juga sebagai alat untuk berpikir.
b. Pola Pikir Pola pikir suatu budaya mempengaruhi bagaimana individu-individu dalam
budaya tersebut berkomunikasi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi bagaimana
setiap orang akan merespon individu-individu dari budaya lain. Kebanyakan orang
menganggap bahwa setiap orang meiliki pola pikir yang sama. Namun, harus disadari bahwa
terdapat perbedaan-perbedaan budaya dalam aspek berpikir.
2016
4
Interpersonal Communication Skill
Gadis Octory,S.Ikom.,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh study kasus :
Kasus Ahmadiyah Merupakan Satu Fenomena Komunikasi Antar-Budaya.
Judith N. Martin dan Thomas K. Nakayama dalam Intercultural Communication in
Context menyatakan bahwa identitas religius dapat menjadi satu dimensi penting dari
identitas banyak orang, juga menjadi lahan penting konflik antarbudaya. Identitas religius
pun kerap tumpang tindih dengan identitas rasial atau etnis. Keadaan itu membuat kita
makin sulit untuk melihat identitas religius sebagai bagian dari agama tertentu saja.
Dalam kasus Ahmadiyah, yang terjadi memang bukan konflik antaragama seperti
yang terjadi di Poso atau Ambon, tapi tetap merupakan kasus konflik antar-identitas religius
karena Ahmadiyah memiliki identitas religius yang berbeda dengan identitas religius Muslim
arus utama di Indonesia. Perbedaan itu didasarkan pada adanya pandangan yang cukup
fundamental dalam keyakinan Ahmadiyah yang dianggap sangat berbeda dibandingkan
Islam arus utama. Menurut sudut pandang umumnya umat Islam, ajaran Ahmadiyah
(Qadian) dianggap melenceng dari ajaran Islam sebenarnya karena mengakui Mirza Ghulam
Ahmad sebagai Nabi yaitu Isa Al Masih dan Imam Mahdi, hal yang bertentangan dengan
pandangan umumnya kaum muslim yang mempercayai Nabi Muhammad sebagai nabi
terakhir,
walaupun
masih
menunggu
kedatangan
Isa
as
dan
Imam
Mahdi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmadiyyah).[*]
Dalam kasus Ahmadiyah ini, stereotipe kelompok agama yang menyimpang melekat
erat pada diri Ahmadiyah dan pada pikiran sebagian besar anggota umat Islam lain. Karena
ada pengalaman di masa lalu bahwa kelompok Islam yang menyimpang kerap melahirkan
masalah, seperti Negara Islam Indonesia misalnya, maka ekspektasi yang muncul dalam
kepala umat Islam arus utama pun tentang Ahmadiyah didasarkan pada pengalaman
tersebut *.
2016
5
Interpersonal Communication Skill
Gadis Octory,S.Ikom.,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Teori perspektif bahasa dalam budaya yang dikemukakan Fern Jonhson,
mejadikan studi mengenai linguistic budaya (cultural linguistic) memberikan peran
dan pengaruhnya pasa isu-isu mengenai keragaman budaya pada masyarakat
multibudaya seperti di Amerika Serikat (AS). Jonhson mengemukakan enam asumsi
atau aksioma mengenai perspektif bahasa dalam budaya :
1. Semua komunkasi terjadi dalam struktur budaya.
2. Semua individu memiliki pengetahuan budaya lisan yang digunakan individu
untuk berkomunikasi.
3. Dalam masyarakat multicultural terdapat suatu bahasa yang dominan yang pada
gilirannya menggantikan atau memarginalakan kelompok-kelompok budaya
lainnya.
4. Anggota dari kelompok budaya yang terpinggirkan tetap memiliki pengetahuan
mengenai budaya asli mereka selain pengetahuan budaya dominan.
5. Pengetahuan budaya dipelihara dan ditularkan kepada orang lain namun akan
selalu berubah
6. Ketika sejumlah budaya hidup berdampingan, maka masing-masing budaya itu
akan saling memengaruhi
Teori ini dirancang untuk mempromosikan suatu pengertian terhadap bahasa
tertentu dan berbagai variable budaya dari kelompok budaya tertentu sekaligus
mendorong pengertian mengenai bagaimana suatu wacana percakapan pada
kelompok masyarakat dapat muncul, berkembang, dan kemudian berinteraksi
dengan ideologi bahsa yang dominan dalam suatu Negara. (dalam kasus ini adalah
AS).
Pemahaman Konflik
II.
Definisi Konflik.
Pada dasarnya, konflik itu ada atau tidak ada merupakan persoalan persepsi. Apabila
tidak ada yang menyadari adanya konflik, maka secara umum ditetapkan tidak ada konflik
yang terjadi. Selain itu, konflik ditandai dengan adanya pertentangan atau ketidak cocokan
dan beberapa bentuk interaksi. Konflik dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang
2016
6
Interpersonal Communication Skill
Gadis Octory,S.Ikom.,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dimulai ketikasatu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah atau akan
memengaruhisecara negatif sesuatu yang menjadi kepedulian atau kepentingan pihak
pertama. Definisi ini mencakup beragam konflik yang orang alami dalam organisasi: ketidak
selarasan tujuan, perbedaan interpretasi fakta, ketidaksepahaman yang disebabkan oleh
ekspektasi perilaku, dan sebagainya. Definisi ini cukup fleksibel untuk mencakup beragam
tingkatan konflik, dari tindakan terang-terangan dan keras sampai ke bentuk- bentuk ketidak
sepakatan yang tidak terlihat. Perkembangan Pemikiran tentang Konflik terdapat tiga
pemikiran tentang konflik, yaitu:
1. Pandangan tradisional (traditional view), pemikiran yang berpendapat bahwakonflik
harus dihindari karena menunjukkan adanya sesuatu yang tidak berfungsi dalam
kelompok.
2. Pandangan interaksionis (interactionist view), pemikiran yang menyatakan bahwa
konflik tidak hanya dapat menjadi daya positif dalam sebuah kelompoktetapi juga
secara eksplisit berpendapat bahwa konflik mutlak diperlukan olehkelompok untuk
dapat bekerja secara efektif.
3. Pandangan konflik yang teratur (managed conflict view/resolution-focusedview),
perspektif terbaru ini berpendapat bahwa lebih penting untukmenyelesaikan secara
produktif konflik yang terjadi, dibandingkan denganmengedepankan konflik positif
dan menghindari konflik negative.
III.
Teknik Negosiasi
Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk memberi
atau menerima guna mencapai kesepakatan antar pihak yang satu dengan pihak yang lain.
Di dalam Komunikasi Antar Budaya hal-hal yang harus di perhatikan dalam Teknik Negosiasi
adalah dengan menggukan komunikasi Efektif secara Verbal dan Non Verbal :
1. Proactive Comunication
2016
7
Interpersonal Communication Skill
Gadis Octory,S.Ikom.,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Komunikasi yang diambil adalah komunikasi yang proaktif bukan yang reaktif. Contoh
kata-kata reaktif : tapi kan.. , hal itu buruk sekali.., kamu berpendapat salah, aku kan benar,
hal itu tidak logis, ah itu hanya kata-kata klise, hal itu hal yang terpaksa, hal itu takkan
pernah bisa. Contoh kata-kata proaktif : sebaiknya bagaimana?, ada baiknya jikalau hal itu
kita minimalisasikan, mudah-mudahan pendapatku ini lebih baik dari yang tadi, mari kita
cari solusi yang terbaik, pasti kita akan menemukan jalan lain, aku memilihnya, aku
meyakininya, yuk kita telaah lebih dalam.
2. Find the word
Berlatihlah untuk mendapatkan kata-kata tepat yang tidak membuat orang lain bingung
dengan keambiguan , misalnya ada sebuah kalimat “kedudukan tinggi termostat berapa?”
pertanyaan ini ada dua pengertian yang pertama suhu yang kedua tinggi termostatnya.
3. Avoid debate
Karena perdebatan timbul dikarenakan perkataan kita yang membingungkan, ataupun
kata-kata kita yang tidak dipahami oleh lawan kita. Berhenti sejenak, persilahkan mereka
berbicara, akui apabila kita berbicara yang salah, tanpa pembenaran, lalu kita klarifikasi ke
arah kata-kata yang benar.
4. Explain before bargain
Penawaran dilakukan setelah orang tersebut paham. Orang paham tidak selalu setuju,
minimal orang yang paham memiliki kata-kata kita, walaupun tidak setuju.
Sebaiknya
setelah paham tariklah menuju daerah persetujuan dengan proses penawaran keinginan
kita.
5. Creative learning
Mendengarkan Dengan visible atau invisible comunication: Mendengarkan dengan
mata, hati dan telingamu, mendengarkan dengan telinga saja tidak cukup karena hanya 7 %
komunikasi yang terkandung dalam kata-kata yang diucapkan, yang selebihnya berasal dari
bahasa tubuh (53 %) dan dengan nada/ perasaan adalah 40%.
2016
8
Interpersonal Communication Skill
Gadis Octory,S.Ikom.,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Mendengarkan apa yang tidak diucapkan, biasanya seluruh perkataan yang disampaikan
orang lain belum tentu apa yang tersembunyi dalam hatinya, maka dengarlah lebih jauh
maksud hatinya (tidak dengan spekulasi, bisa dilihat dengan gerak-gerik ataupun cara bicara
mereka), (simulasi konsentrasi “sama”). Selami perasaan mereka, berusahalah memekai
kacamata mereka, agar paham apa yang mereka lihat ataupun yang mereka rasakan.
Misalnya, jikalau mereka memakai kacamata dengan kaca hijau , maka kita berusaha untuk
merasakan bagaimana rasanya memakai kaca mata hijau. Kalau kita tetap bersikeras pada
saat itu mempertahankan kacamata yang berbeda maka yang terjadi adalah konflik.
Sewaktu kita menyampaikan sesuatu yang berat maka rasakanlah jikalau kita menjadi
mereka, dan mendapatkan informasi yang sama beratnya. Tetapi dalam hal ini bukan berarti
kita tidak menyampaikannya . Maksimalkan seluruh potensi perasaan kita terhadap mereka
itu yang lebih penting, dengan demikian kita memiliki waktu yang tepat untuk
menyampaikan informasi yang berat tersebut. (simulasi ganda gambar). Bersikaplah seperti
cermin, cermin kan tidak menghakimi. Cermin tidak memberikan nasihat. Cermin hanya
memantulkan. Bersikap seperti cermin maksudnya mengulangi kata-kata sendiri bukan
mengulangi kata-kata yang sama, mengulangi maknanya, bukan mengulangi kata-perkata,
disinilah akan terasakan keajaiban komunikasi dari hasil creative learning (perlu dicoba).
Contoh :
-
“Wah Ridwan sekarang aku benar-benar gak konsen di kampus”
-
“Kamu bener-bener lagi gak konsen di kampus ya… “
-
“Nilaiku semua parah.”
-
“Kamu lagi dapetin nilai parah ya….”
-
“Kamu ini gimana sih wa selalu meniru apa yang gw katakan, kesal gw ama kamu ..”
Contoh Menjadi Cermin :
-
“Wah Ridwan sekarang aku bener-bener gak konsen di sekolah “
-
“Kamu lagi banyak pikiran ya..”
-
“Iya nih aku lagi banyak pikiran di sekolah, urusan ini itu wah pokoknya pusing,
dosennya rese lagi “
-
2016
“kamu lagi kesal ya..”
9
Interpersonal Communication Skill
Gadis Octory,S.Ikom.,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
-
“Gimana gak kesal coba, udah tahu aku lagi banyak pikiran, orang tuaku ngomel
melulu lagi karena nilaiku parah, ah gimana nih aku bingung???”
-
Setelah ada kata-kata pertanyaan solusi baru kita boleh menasehatinya.
Ungkapan bahasa cermin :
-
“yang saya tangkap, kamu merasa bahwa …, betul tidak yaa?”
-
“Jadi yang saya lihat ini…”
-
“Saya mengerti bahwa kamu merasa …”
Ungkapan yang harus dihindari. Contoh Ketika teman Ridwan berkata tentang kedaan nilai
serta keadaan dikampusnya.
-
“Wah Ridwan sekarang aku bener-bener gak konsen di sekolah “
-
“Tolong ambilkan Buku itu dong “ (mengawang-awang)
-
“Kedengarannya bagus : (pura-pura mendengarkan)
-
“Bicara masalah teman kita si Ujang..”(Mendengarkan secara selektif)
-
“Kamu kurang berusaha kali “ (menghakimi)
-
“Nilaimu ada masalah ?” (menggali)
6. Power of sound (memakai nada kuat maupun nada lemah)
Kapan kita menggunakan nada kuat, kapan kita memakai nada lemah, biasanya nada
kuat untuk menandakan kata-kata penting dalam sebuah kalimat, misalnya sebuah dalil
quran, pepatah, dll.
Usahakan untuk yang selain itu memakai nada lemah (halus). Untuk menandakan
point yang dituju dalam sebuah nasihat, contoh :
-
“Aku tidak bilang kamu punya masalah sikap”
-
“Aku tidak bilang kamu punya masalah sikap”
-
“ Aku tidak bilang kamu punya masalah sikap”
7. Use sosiosentrik less Egosentrik
Kadang kita memiliki ilmu dengan kata-kata yang tinggi, maka hal itu akan
menyebabkan egosentrik kalau tidak sesuai dengan keadaan, tetapi pakailah kata-kata
2016
10
Interpersonal Communication Skill
Gadis Octory,S.Ikom.,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sosiosentrik yang memasyarakat, dengan kondisi lawan bicara, baik berupa dalil-dalil,
maupun hal-hal yang lainnya.
8. Equipt something good
Dalam berbicara kita sodorkan apa yang dia senangi, misalnya makanan kecil, dll.
Komunikasi Non Verbal :
a. Perilaku hangat
b. Menatap matanya secara langsung (dengan lembut/segar bukan tajam) (bukan
kepada lawan jenis, kecuali yang dinegosiasikan di forum).
c. Sentuhlah tangannya, ataupun pahanya (sejenis).
d. Senyum
e. Wajah riang
f. Membuat suasana wajah lucu
g. Duduk tepat didapannya
h. Jangan melihat apapun kecuali seluruh yang dihadapannya (lawan bicaranya)
i.
Ekspresif
Face-Negotiation Theory
Teori yang dipublikasikan Stella Ting-Toomey ini membantu menjelaskan perbedaan
–perbedaan budaya dalam merespon konflik. Ting-Toomey berasumsi bahwa orang-orang
dalam setiap budaya akan selalu negotiating face. Istilah itu adalahmetaphor citra diri publik
kita, cara kita menginginkan orang lain melihat dan memperlakukan diri kita. Face work
merujuk pada pesan verbal dan non verbal yang membantu menjaga dan menyimpan rasa
malu (face loss), dan menegakkan muka terhormat. Identitas kita dapat selalu
dipertanyakan, dan kecemasan dan ketidakpastian yang digerakkan oleh konflik yang
membuat kita tidak berdaya/harus terima. Postulat teori ini adalah face work orang-orang
dari budaya individu akan berbeda dengan budaya kolektivis. Ketika face work adalah
berbeda, gaya penangan konflik juga beragam. Teori ini menawarkan model pengelolaan
konflik sebagai berikut:
2016
11
Interpersonal Communication Skill
Gadis Octory,S.Ikom.,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. Avoiding (penghindaran) – saya akan menghindari diskusi perbedaan-perbedaan saya
dengan anggota kelompok.
b. Obliging (keharusan) – saya akan menyerahkan pada ke kebijakan anggota kelompok.
c. Compromising – saya akan menggunakan memberi dan menerima sedemikian sehingga
suatu kompromi bisa dibuat.
d. Dominating – saya akan memastikan penanganan isu sesuai kehendak-ku.
e. Integrating – saya akan menukar informasi akurat dengan anggota kelompok untuk
memecahkan masalah bersama-sama.
Face-negotiation teory menyatakan bahwa avoiding, obliging, compromising, dominating,
dan integrating bertukar-tukar menurut campuran perhatian mereka untuk self-face dan
other –face.
KESIMPULAN
Mempelajari Intercultural Communication atau yang biasa disebut dengan
Komunikasi Antar Budaya sangatlah diperlukan agar hubungan kita sesama manusia sebagai
makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dapat berjalan dengan baik, dapat
membina hubungan baik bahkan hubungan yang special dengan orang lain, dan agar
terhindar dari bentrokan komusikasi atau konflik.
2016
12
Interpersonal Communication Skill
Gadis Octory,S.Ikom.,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DaftarPustaka
Sendjaja, S. Djuarsa … Drs. Tandiyo Pradekso, M. A. Dr. turnomo Rahardjo dalam
komunikasi antar budaya 1994.
Porter dan Samovar, dalam Mulyana dan Rakhmat, 1993:27.
Fern L. Johnson, Speking Cultural: Language Diversity in The United States, Sage, 2000
Ed. William B.Gudykunst dalam Little John dan Foss, hlm.223-224.
https://panduummat.wordpress.com/2011/03/16/komunikasi-dalam-negosiasi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmadiyyah
Liliweri, Alo, Gatra-gatra komunikasi antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001).
Mulyana, Deddy, Rahmat Jalaluddin, Komunikasi Antarbudaya (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006).
Stella Ting-Toomey, Toward aTheory of Canflict and cultur dalam Little John dan Fross,
hlm.167-168.
Fern L. Johnson, Speking Cultural: Language Diversity in The United States, Sage, 2000.
MORISSAN “Teori Komunikasi Individu Hingga Massa”, edisi pertama, copyright 2013 .
2016
13
Interpersonal Communication Skill
Gadis Octory,S.Ikom.,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download